Anda di halaman 1dari 31

SKDI 3B

PERDARAHAN POST
PARTUM
Adhe ikhmaynar puteri
Pendahuluan
◦ Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500 cc
yang terjadi setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 cc
setelah persalinan abdominal

◦ Pasien lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea,


tekanan darah sistolik < 90 mmHg, denyut nadi > 100 x/menit, kadar
Hb < 8 g/dL .
Epidemiologi perdarahan
post partum
(62%)
◦ Perdarahan postpartum merupakan
penyebab utama kematian ibu di seluruh
preklampsia
dunia dengan tingkat prevalensi tertinggi (17,5%)
afrika dan asia
◦ Sekitar 529.000 wanita meninggal saat hamil
setiap tahunnya dan hampir semuanya (99%) infeksi(4%)
terjadi pada negara berkembang. 40%
kematian karena pendarahan post-partum
terjadi pada 24 jam pertama dan 66% terjadi
saat minggu pertama
◦ Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan penyeab
Indonesia (SDKI) Tahun 2016 AKI di Indonesia lainya (16,5%)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab utama kematian ibu yaitu
hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan
post partum.
SULAWESI SELATAN 2016
ANATOMI
klasifikasi

primer sekunder
• perdarahan • perdarahan
postpartum postpartum
yang terjadi yang terjadi
dalam 24 setelah 24
jam pertama jam pertama
kelahiran kelahiran.
Faktor resiko
Faktor Resiko Antenatal
Umur Induksi Persalinan
obesitas Durasi Persalinan

Faktor Resiko Intrapartum


Parietas Analgesia
polihidroamnion Metode Persalinan
Penyakit Medis Episiotomi
Kehamilan Post-term Korioamnionitis
persalinan cepat
Janin Besar
Gamelli
anomali uteri
ETIOLOGI
TONUS TISSUE TRAUMA THROMBIN

Atonia uteri Retensio plasenta ruptur perineum Trombositopeni

Overdistensi uterus Sisa plasenta ruptur serviks Hipofibrinogenemia

Disseminated
ruptur uteri/inversi
infeksi intraamnion Intravascular
uteri
Coagulation (DIC)

inhibisi kontraksi Dilutional


Vaginal hematom
akibat obat-obatan coagulopathy
RETENSIO PLASENTA Gejala inkreta inkarserata akreta

Konsistensi Kenyal Keras Cukup


uterus
◦ Retensio plasenta adalah tertahannya
Tinggi fundus Sepusat 2 jari bawah Sepusat
atau belum lahirnya plasenta hingga pusat

atau lebih dari 30 menit setelah bayi Bentuk Diskoid Agak Diskoid
uterus globuler
lahir.
Perdarahan Sedang- Sedang Sedikit/tidak ada
◦ Hampir sebagian besar gangguan banyak

pelepasan plasenta disebabkan oleh Tali pusat Terjulur Terjulur Tidak terjulur
sebagian
gangguan kontraksi uterus.
Ostium uteri Terbuka Konstriksi Terbuka

Syok Sering Jarang Jarang sekali


LASERASI JALAN LAHIR
◦ RUPTUR PERINEUM
◦ Tingkat perlukaan perineum dapat dibagi dalam6:
◦ Tingkat I: bila perlukaan hanya terbatas pada mukosa vagina atau kulit perineum
◦ Tingkat II : adanya perlukaan yang lebih dalam dan luas ke vagina dan perineum
dengan melukai fasia serta otot-otot diafragma urogenital
◦ Tingkat III : perlukaan yang lebih luas dan lebih dalam yang menyebabkan muskulus
sfingter ani eksternus terputus di depan

◦ RUPTUR SERVIKS
◦ RUPTUR UTERI
Volume
Tekanan Darah Gejala dan

Gejala
Kehilangan Derajat Syok
Sistolik Tanda
Darah
500-1.000 mL Normal Palpitasi, Terkompensa
si
(10-15%) Takikardi,
◦ Perdarahan yang tidak dapat dikontrol
◦ Penurunan tekanan darah Pusing

◦ Peningkatan detak jantung 1000-1500 mL Penurunan Lemah, Ringan


ringan (80-100
◦ Penurunan hitung sel darah merah (15-25%) Takikardi,
mm Hg)
(hematokrit) Berkeringat
◦ Pembengkakan dan nyeri pada jaringan 1500-2000 mL Penurunan Gelisah, Sedang
daerah vagina dan sekitar perineum scdang (70-80
(25-35%) Pucat,
mm Hg)
Oligouria

2000-3000 mL Penurunan Pingsan, Berat


tajam (50-70
(35-50%) Hipoksia,
mm Hg)
Anuria
Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosis Kerja

Uterus tidak berkontraksi dan lembek Syok, Atonia Uteri


Perdarahan segera setelah anak lahir Bekuan darah pada serviks
atau posisi telentang akan
menghambat aliran darah
keluar

Darah segar mengalir segera setelah Pucat, Robekan Jalan Lahir


bayi lahir Lemah,
Uterus berkontraksi dan keras Menggigil
Plasenta lengkap

Plasenta belum lahir setelah 30 menit Tali pusat putus akibat traksi Retensio Plasenta
Perdarahan segera berlebihan
Uterus berkontraksi dan keras Inversio uteri akibat tarikan
Perdarahan lanjutan

Plasenta atau sebagian selaput tidak Uterus berkontraksi tetapi i Sisa Plasenta
lengkap tinggi fundus tidak
Perdarahan Segera berkurang

Uterus tidak teraba Neurogenik syok Inversio Uteri


Lumen vagina terisi massa Pucat dan limbung
Tampak tali pusat (bila plasenta belum
lahir)

Perdarahan tidak berhenti, encer syok Gangguan pembekuan


(kegagalan pembentukan gumpalan) Anemia darag
Diagnosis
◦ Berikut langkah-langkah sistematik untuk mendiagnosa perdarahan postpartum:
◦ Palpasi uterus : bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
◦ Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
◦ Lakukan ekplorasi kavum uteri untuk mencari:
◦ Sisa plasenta dan ketuban
◦ Robekan Rahim
◦ Plasenta seksenturiata adalah plasenta yang mempunyai satu kotiledon
tambahan yang timbul jauh dari struktur plasenta utama.
◦ Inspekulo : Untuk melihat robekan pada serviks, vagina, dan varises yang
pecah.
◦ Pemeriksaan laboratorium : kadar Hb <10 g/dL , Peningkatan degradasi, kadar
produk fibrin/produk split fibrin (FDP/FSP), penurunan kadar fibrinogen : masa
tromboplastin partial diaktivasi, masa tromboplastin partial (APT/PTT), masa
protrombin memanjang.
◦ Ultrasonografi : menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan.
Penanganan
Resusitasi (simultan)
◦ Nilai ABC
◦ Pemberian cairan 2 line IV dengan RL/ kristaloid guyur
◦ Pertimbangkan transfusi PRC
◦ Berikan oxytocin 10 IU lanjutkan 20 IU/ 1000ml RL/NaCL
0.9%
◦ Evaluasi urine output (1 jam = >30cc)
Atonia uteri
Jenis dan Cara Oksitosin Ergometrin Misoprostol

Dosis dan cara IV : 20 IU dalam 1L IM atau IV (lambat) : Oral atau rektal :


larutan garam 400mg
pemberian awal 0,2 mg
fisiologis dengan
tetesan cepat

IM : 10 IU
Dosis lanjutan IV : 20 IU dalam 1L Ulangi 0,2 mg IM setelah 400mg 2-4 jam
larutan garam 15 menit setelah dosis awal
fisiologis dengan 40
Bila masih diperlukan,
tpm
beri IM/IV setiap 2-4jam

Dosis maksimal Tidak lebih dari 3L larutan Total 1 mg (5 dosis) Total 1200mg atau 3
perhari fisiologis dosis
Kontraindikasi atau Pemberian IV secara Preeklampsia, vitium Nyeri kontraksi
hati-hati cepat atau bolus cordis, hipertensi
Asma
kompresi aorta
abdominalis

kompresi tampon Kompresi bimanual


kateter eksterna

Kompresi bimanual
interna
Sisa Plasenta

Antibiotika
•ampisilin dosis awal 1 g IV
dilanjutkan 3 x 1 g oral
dikombinasi dengan
metronidazol 1 g supositoria
eksplorasi (USG) dilanjutkan 3 x 500 mg oral

kuretase Bila kadar Hb < 8 g/dL


berikan transfusi
darah. Bila kadar Hb >
8 g/dL, berikan sulfas
ferosus 600 mg/hari
selama 10 hari.
Plasenta inkarserata

Pilih fluethane atau


eter untuk konstriksi
serviks yang kuat,
siapkan infus oksitosin
20 IU dalam 500mL lakukan maneuver
NS/RL dengan 40 tpm sekrup

berikan analgesic pemantauan efek


(Tramadol 100mg IV samping dari bahan-
atau Pethidine 50mg bahan sedatif
IV) dan sedative
(Diazepam 5 mg IV)
pada tabung suntik
yang terpisah.
Trauma (ruptur)
Ruptur Perineum grade 3-4

Setelah prosedur aseptik-antiseptik

Pasang busi pada rektum hingga ujung


robekan

Mulai penjahitan submukosa menggunakan


benang poliglikolik no.2/0 (Dexon/Vicryl)
hingga ke sfingter ani

Penjahitan lapisan otot perineum secara


jelujur

Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit


secara submukosal dan subkutikuler
RUPTUR SERVIKS
◦ Jepit klem ovum pada lokasi
perdarahan.
◦ Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai
dari ujung atas robekan kemudian ke
arah luar sehingga semua robekan
dapat dijahit.
◦ Bila perdarahan berlanjut, berikan 1 g
asam traneksamat IV (bolus selama 1
menit, dapat diulang setelah 30 menit)
lalu rujuk.
INVERSIO UTERI

Lalu Suntikan intravena 0,2 mg ergometrin


Bila reposisi tidak berhasil maka di lakukan rekonstruksi dengan laparatomy
KELAINAN DARAH
◦ Pertimbangan penyebab yg mendasari Berikan transfusi darah
segar
◦ transfusi trombosit diindakasikan bila hitung trombosit 10.000 –
50.000/mm
◦ Jika tidak tersedia, dapat diberikan:
◦ • FFP (15 ml/kgBB) jika APTT dan PT melebihi 1.5 kali
Pencegahan
◦ Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan risiko tinggi akan memudahkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil
saat perawatan antenatal dan melahirkan.

◦ PPP dapat dicegah dengan trampil pada manajemen aktif kala III yaitu kombinasi dari
pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir, peregangan tali pusat terkendali, dan
melahirkan plasenta.
Prognosis
Tergantung kepada penyebab, waktu, banyaknya kehilangan darah, kondisi
sebelumnya dan keefektifan pengobatan. Jadi yang lebih penting adalah
ketepatan dan kecepatan diagnosis dan penanganan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai