Anda di halaman 1dari 24

PELAYANAN RESEP NARKOTIK DAN

PSIKOTROPIK
ALASAN PERLUNYA…
Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, namun sangat merugikan
apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang
ketat dan seksama misalnya ketergantungan obat.

Melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam


menggunakan narkotika tanpa pengendalian adalah suatu
kejahatan karena sangat merugikan dan menimbulkan bahaya
yang sangat besar.

Psikotropika sangat bermanfaat dan diperlukan untuk kepentingan


pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan, sehingga ketersediaannya
perlu dijamin. Tetapi penyalahgunaan psikotropika dapat merugikan
kehidupan manusia dan kehidupan bangsa sehingga dapat mengancam
ketahanan nasional.

Sebagai farmasis yang akan menggunakan narkotika dan psikotropika


untuk pengobatan dan juga untuk kebutuhan ilmu pengetahuan
maka seorang farmasis harus mengerti bagaimana menangani resep
yang mengandung zat Narkotika dan Psikotropika yang baik dan
benar sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Undang Undang Narkotika
Tujuan :
• Menjamin ketersediaan narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan/pengembangan
ilmu pengetahuan
• Mencegah,melindungi dan menyelamatkan bangsa
• Memberantas peredaran gelap narkotika dan
prekursor narkotika
• Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalah guna dan pecandu narkotika
definisi
• Permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-
Resep undangan kepada apoteker pengelola apotek untuk
menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta
menyerahkan obat kepada pasien.

• Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan

Narkotika atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai


menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam Undang-Undang tentang Narkotika.

• Zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis


bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
Psikotropika pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Penyaluran narkotika:

• Industri farmasi dapat menyalurkan narkotika


kepada:
a. PBF tertentu
b. Apotek
c. Sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah tertentu
d. Rumah sakit
PBF tertentu dapat menyalurkan
narkotika kepada;
• PBF tertentu lainnya
• Apotek
• Sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah tertentu
• Rumah sakit
• LIPI
Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika kepada:

• RS pemerintah
• Pusat kesehatan masyarakat
• Balai pengobatan pemerintah tertentu
Apotek hanya dapat menyerahkan
narkotika kepada:
• RS
• Puskesmas
• Apotek lainnya
• Balai pengobatan
• Dokter
• Pasien
Penyerahan Narkotika dan
Psikotropika

Apotek

Dokter Puskesmas
Penyerahan
Narkotika
dan/atau
Psikotropika
hanya
dilakukan oleh:

Instalasi
Instalasi
Farmasi
Farmasi
Rumah
Klinik
Sakit
Penyerahan narkotika oleh dokter
• Menjalankan praktek dokter dengan
memberikan narkotika melalui suntikan
• Menolong orang sakit dalam keadaan darurat
dengan memberikan narkotika melalui suntikan
atau
• Menjalankan tugas didaerah terpencil yang tidak
ada apotek
Sanksi Pelanggaran
• Teguran
• Peringatan
• Denda administratif
• Penghentian sementara kegiatan
• Pencabutan izin
Resep Narkotika
Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika.
Menurut UU RI No. 35 tahun 2009 tentang
Narkotika disebutkan bahwa:
▫ Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan
pengobatan dan ilmu pengetahuan.
▫ Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien
untuk pengobatan penyakit berdasarkan resep
dokter.
▫ Apotek dilarang mengulangi menyerahkan
narkotika atas dasar salinan resep dokter.
Selain itu berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan (sekarang Badan POM) No.
336/E/SE/1997 disebutkan :
• Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat 2 UU No.9 tahun 1976
tentang narkotika, apotek dilarang melayani salinan resep
dari apotek lain yang mengandung narkotika, walaupun
resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali.
• Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau
belum sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep
tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh
apotek yang menyimpan resep asli.
• Salinan resep dari narkotika dengan tulisan “iter” tidak
boleh dilayani sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak
boleh menambahkan tulisan “iter” pada resep yang
mengandung narkotika.
Format Laporan Narkotika &
psikotropika
Laporan setiap bulannya ditujukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan:

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

Kepala Balai POM

Arsip yg di tanda tangani oleh APA di


sertai nama terang, SIPA, cap apotek
Penanganan Resep Narkotika
dan Psikotropika

Khusus untuk resep-resep yang mengandung


narkotika atau psikotropika diarsipkan tersendiri
secara terpisah dan diberi garis merah untuk
narkotika dan garis biru untuk psikotropika.
Ada buku khusus untuk pemakaian/pengeluaran
narkotika sehari-hari.
Pendelegasian tugas jika apoteker tidak ditempat dalam
bentuk surat pelimpahan wewenang
Pencatatan setiap hari, obat keluar dicatat di kartu
stok obat, untuk obat yang habis dicatat di buku
defekta.
Skrining Resep Narkotika dan
Psikotropika

Harus ditulis tersendiri

Tidak boleh ada iterasi (ulangan)


Resep yang
mengandung
Dituliskan nama pasien, tidak boleh m.i/ mihi ipsi atau
psikotropik u.p/ usus propius (untuk pemakaian sendiri)
dan atau
narkotik
Alamat pasien ditulis dengan jelas

Aturan pakai (signa) ditulis dengan jelas, tidak boleh


ditulis s.u.c/ signa usus cognitus (sudah tahu aturan pakai)
Skrining resep narkotik dan psikotropik

• Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan resep


• Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmasetik yaitu bentuk sediaan,
dosis, potensi, stabilitas, inkompabilitas, cara dan lama pemberian.
• Narkotik dan psikotropik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli
rumah sakit, puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter.
Salinan resesp narkotik dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama
sekali.
• Salinan resep narkotik dan psikotropik yang baru dilayani sebagian
atau yang belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek
yang menyimpan resep asli.
• Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan.
Pengkajian resep
Kajian
Kajian
kesesuaian Pertimbangan klinis
administratif
farmasetis

Nama
Nama doker,
nomor Ketepa- Aturan, Reaksi obat
pasien, yang tidak
Surat Izin Bentuk tan cara dan Duplikasi
umur,
jenis Praktik
Tanggal
penulisan
dan Stabili- Kompati indikasi lama dan/atau
diinginkan
(alergi, efek Kontra Inter
kelamin
(SIP),
alamat, resep
kekuatan
sediaan
tas bilitas dan
dosis
penggu-
naan
polifar-
masi
samping
obat,
indikasi aksi
dan berat nomor manifestasi
badan telepon obat obat klinik lain)
dan paraf
Penyiapan resep
• Memberikan garis bawah berwana merah pada obat yang
termasuk golongan narkotik dan garis berarna biru pada obat
yang termasuk golongan psikotropik.
• Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep.
• Untuk obat racikan apoteker dan atau asisten apoteker
menyiapkan obat jadi yang mengandung narkotika atau
psikotropika.
• Mendokumentasikan pengeluaran obat narkotika dan atau
psikotropika pada kartu stok.
• Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya
yaitu pada lemari dua pintu dan menguncinya kembali.
• Menulis nama dan cara pemakaian bat pada etiket sesuai
permintaan dalam resep.
• Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan
jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.
Penyerahan Obat
▫ Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulis etiket
dengan resep sebelum dilakukan penyerahan.
▫ Memanggil nama pasien secara lengkap (minimal 2 suku kata).
▫ Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima.
▫ Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi bat (nama
obat, kegunaan masing-masing obat, dosis dan cara penggunaan
obat).
▫ Menanyakan kembali kejelasan pasien terhadap informasi obat
dan meminta pasien untuk mengulang penjelasan yang telah
disampaikan.
▫ Menyimpan resep pada tempat penyimpanan khusus resep
narkotika atau psikotropika dan mendokumentasikannya pada
buku pencatatan resep narkotika atau psikotropika.
Pemusnahan Resep
a. Resep yang telah disimpan melebihi 5 tahun dapat
dimusnahkan.Untuk resep narkotika dihitung
jumlah lembarannya.
b. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar
atau dengan cara lain yang memadai, oleh APA
bersama dangan sekurang-kurangnya satu petugas
apotek.
c. Pada pemusnahan resep harus dibuat berita acara
pemusnahan sesuai dengan bentuk yang telah
ditentukan dalam rangkap empat dan
ditandatangani oleh APA bersama dengan petugas
apotek yang menyaksikan.
Contoh Studi Kasus NAPZA
Kasus :
Berdasarkan informasi Polres A bahwa
banyak ditemukan (Tablet Carnophen beredar di
kalangan remaja) telah dilakukan pemeriksaan
terhadap apotek-apotek di Kabupaten tersebut
dan pada salah satu apotek ditemukan penjualan
bebas rata-rata per bulan sebanyak 12 box dan
Trihexyphenidyl sebanyak 7 box, penjualan tanpa
resep Ephedrine tablet rata-rata 3 kaleng @ 1000
tablet serta penjualan tanpa resep diazepam 5 mg
tablet sebanyak 30 tablet.
Pembahasan:
Pelanggaran yang telah dilakukan apotek tersebut adalah :
• Menjual obat-obat ilegal yang mengandung narkotika (Cannabis sativa) dan
psikotropika (diazepam) secara bebas.
• Trihexyphenidyl digunakan untuk pengobatan parkinsonisme, gangguan
ekstrapiramidal karena obat. Obat-obat dengan bahan aktif Trihexyphenidyl
yang beredar di Indonesia yaitu Arkine®, Artane®, Hexymer® , Parkinal®.
• Carnophen mengandung bahan aktif Karisoprodol 200 mg, Asetaminofen
160 mg dan kafeina 32 mg yang diindikasikan untuk nyeri otot, lumbago,
rheumatoid arthiritis, spondilitis. Obat lain sejenis Carnophen yang beredar
di Indonesia yaitu Somadril Compositum®.
• Obat-obatan tersebut termasuk golongan obat keras di mana penjualannya
harus berdasarkan resep dokter. Setelah dilakukan pemeriksaan, apotek
melakukan pelanggaran karena menjual Trihexyphenidyl dan Carnophen
secara bebas.
• Dari pemeriksaan terhadap obat-obat Cina yang beredar di apotekapotek
Kabupaten A ditemukan bahwa obat-obat tersebut tidak memiliki ijin edar
dan mengandung bahan aktif Diazepam yang dijual secara bebas. Diazepam
termasuk psikotropika golongan IV yang meskipun dapat digunakan untuk
terapi tetapi dapat menyebabkan ketergantungan (ringan).
kesimpulan

Dari kasus ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa


Apoteker Pengelola Apotek dapat dijadikan tersangka
karena telah melangar undang-undang yang belaku. Selain
itu sebagai Apoteker Pengelola Apotek juga tidak
mengawasi penjualan obat keras, karena obat-obat keras
tersebut diperjual belikan secara bebas. Sebagai
penangung jawab apotek juga menerima atau
mengedarkan obat-obat impor yang tidak memiliki ijin
edar dan mengandung golongan obat psikotropika dan
narkotika.

Anda mungkin juga menyukai