Simple Ebs Co
Simple Ebs Co
Elemen Mesin
Metode dan proses perencanaan serta perancangan
bagian-bagian permesinan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu.
Jenis-jenis pembebanan :
a. Beban tetap
beban terpusat, beban merata, beban teratur dan
beban tidak teratur.
b. Beban tidak tetap
c. Beban kejut
Tegangan (Stress)
Beban gaya setiap satuan luas bidang yang
menahan beban.
Jenis-jenis tegangan :
a. Tegangan normal
- Tegangan tarik (tensile)
M = Momen inersia
Z = Modulus luas
d. Tegangan puntir
Gθr Tr
τ = =
ℓ I
G = Modulus rigiditas
θ = Sudut puntir
r = Jari-jari
ℓ = Panjang
I = Momen inersia polar
Regangan (Strain)
Pertambahan panjang (deformasi) sebuah
benda/logam menjadi lebih panjang dari bentuk
semula
Jenis-jenis regangan :
a. Regangan linier
b. Regangan lateral
c. Regangan volumetrik
d. Regangan geser
Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Adalah hubungan antara tegangan dan regangan.
σ
E =
ℓ
E = Modulus elastisitas
σ = Tegangan
ℓ = Regangan
Diagram tegangan-regangan
σ Keterangan :
OA = Daerah elastis
D AB = Daerah plastis
BC = Daerah luluh
D = Titik ultimate
B C E E = Patah (failure)
0 ℓ
SAMBUNGAN PAKU KELING (RIVET)
2. Pelat sobek
Terjadi karena jarak antar paku keling terlalu rapat
atau berdekatan, dan tegangan atau gaya F paku
keling lebih besar dari pelatnya, sehingga pelat
menjadi sobek.
3. Pelat tergunting
Terjadi karena adanya tegangan geser, dan
tegangan atau gaya F paku keling lebih besar dari
pelatnya, sehingga pelat akan tergunting.
4. Pelat melumer
Terjadi karena adanya tekanan bidang permukaan
yang lebih kecil, sehingga pelat akan melumer.
Catatan :
Kegagalan sambungan paku keling di atas merupakan
dasar perhitungan kekuatan sambungan.
1. Sambungan Paku Keling Berhimpit Tunggal
s
d
s
b. Pelat tergunting
F = π/4 d2 τp
c. Pelat melumer
F = d t σe
Keterangan :
t = Tebal pelat (mm)
d = Diameter paku keling (mm)
s = Jarak antar paku keling (mm)
Untuk menentukan efisiensi sambungan :
Kekuatan sambungan
η = x 100 %
Kekuatan pelat utuh
s
d
s
b. Pelat tergunting
F = 2 π/4 d2 τp
c. Pelat melumer
F = 2 d t σe
x
Pusat gravitasi
Jika seluruh ukuran paku keling dianggap sama
maka pembebanan pusat gravitasi adalah :
x1 + x2 + x3 + … + xn
x =
z
y1 + y2 + y3 + … + yn z = Jumlah paku keling
y =
z
Pembebanan
F F1
Fn = ℓ1 ℓ 2 F2
z
Persamaan momen
F ℓ = F1 ℓ1 + F2 ℓ2 + F3 ℓ3 + F4 ℓ4
F ℓ = F1 / ℓ1 (ℓ22 + ℓ32 + ℓ42)
Beban resultan
Ri = √ Fn2 + Fi2 + 2 Fn Fi cos θ
- Tegangan geser
τ = Fg/A dimana A = π/4 D12
- Tegangan kombinasi
σmax = σ/2 + 1/2 √σ2 + 4 τ2
3. Beban gabungan
Fg = Fi + [a/(1+a)] F
ℓa tℓτ
F=
a √2
b
ℓb
ℓ = ℓa + ℓb ………… (1)
ℓa t τ a = ℓb t τ b
ℓa a = ℓb b ………… (2)
Dari (1) dan (2) didapat :
ℓa ℓb
ℓa = ℓb =
a+b a+b
τmax = ½ √σ2 + 4 τ2
SAMBUNGAN POROS
2. Beban momen
D
M M = (π/32) τ D3
Catatan :
Untuk diameter berlubang perbandingan diameter luar (D0)
dan diameter dalam (D1) adalah K = D0/D1.
3. Beban kombinasi
Torsi ekivalen Te = √M2 + T2
P = (2 π n T)/60
PEGAS
Fungsi pegas :
- Memberi beban pada rem atau kopling
- Memberi pengukur beban pada timbangan pegas
- Menyimpan energi pada pegas jam
- Sebagai peredam kejut dan getaran pada pegas
roda kendaraan bermotor atau sambungan kereta
api
Beban gaya yang terjadi pada pegas :
- Beban tekan
- Beban tarik
- Beban torsi
- Beban kejut/getaran
Jenis-jenis pegas :
- Pegas ulir
- Pegas daun
Pegas Ulir
1. Panjang Bebas
Panjang normal pegas ulir tanpa ada pembebanan
2. Panjang Terbeban
Panjang pegas ulir selama pembebanan
3. Panjang Tetap
Panjang pegas ulir pada pembebanan maksimum
4. Indeks Pegas
Rasio antara diameter pegas dengan kawat pegas
C = D/d
5. Konstanta Pegas
Besarnya beban setiap satuan defleksi pegas
k = F/δ
6. Kisar (Pitch)
Jarak aksial antara dua kawat berurutan pada
keadaan normal (tidak ada pembebanan)
Perhitungan Kekuatan
a. Tegangan geser
τmax = τm + τd
Dimana :
τm = Tegangan geser akibat momen
= 8 W D / (π/d3)
τmax = K {8 W D / (π/d3)}
2. Defleksi pegas ulir yang terjadi akibat pembebanan
c. Defleksi aksial
δ = 8 W C3 n / (d G)
Dimana :
4 C2 – C – 1
K =
4 C2 – 4 C
b. Defleksi angular
θ = 64 M D n / (E d2)
Pegas Daun
ℓ b
Defleksi total :
δ = 12 F ℓ3 / (2 ng + 3 nf) E b t3
KOPLING TETAP
d A B C L n F db
25 112 75 45 40 4 18 10
28 125 85 50 45 4 18 10
35 140 100 63 50 4 18 10
45 160 112 80 56 4 20 14
50 180 132 90 63 6 20 14
56 200 140 100 71 6 22,4 16
63 224 160 112 80 6 22,4 16
71 250 180 125 90 6 28 20
80 280 200 140 100 6 28 20
90 315 236 160 112 6 35,5 25
100 355 260 180 125 6 35,5 25
Keterangan :
A = Diameter luar
B = Diameter pusat
C = Diameter naf
L = Panjang naf
n = Jumlah baut
F = Tebal flens
db = Diameter baut
Sf = Faktor keamanan
flens (5 – 6)
Kf = Faktor koreksi flens
(2,5 – 3)
2T
Tegangan geser, τf =
π C2 F
Momen gesek
Mg = T + Mpk + Mpm
2 π (D2/2)
Ad =
[h + (D2/2)]
Efisiensi kopling
2 π n Mg
Pmaks =
60