Anda di halaman 1dari 33

TOPIK KHUSUS

ALIRAN SEDIMEN
ALIRAN DEBRIS
1. Identitas Mata Kuliah
• Nama Mata Kuliah : Topik Khusus
• Kode Mata Kuliah : TSS13.753P
• Jumlah SKS : 2 SKS
• Status Mata Kuliah : Pilihan
• Semester : Tujuh (7)

2. Deskripsi Isi
Permasalahan aliran sedimen, kaidah teknik pengendalian sedimen, aliran
debris oleh banjir bandang, pengendalian aliran debris dan
perencanaannya, bangunan penangkap sedimen, pola tindakan
penanggulangan bencana sedimen, pengertian sabo, dan diahkiri dengan
pemahaman dan fungsi fasilitas pengendali aliran debris dalam rangka
penanggulangan terpadu bencana alam sedimen.
3. Pendekatan Pembelajaran
Ekspositori dan inkuiri
 Metode: ceramah, tanya jawab, diskusi dan pemecahan masalah
 Tugas : makalah dan diskusi
4. Media Pembelajaran
– LCD/power point
5. Evaluasi
– Kehadiran
– Tugas
– UTS
– UAS
Rincian Materi Perkuliahan Tiap Pertemuan
• - Pertemuan 1 : Pendahuluan
• - Pertemuan 2 : Jenis – jenis Aliran Debris
• - Pertemuan 3 : Pengendalian Aliran Debris
• - Pertemuan 4 : Pengertian Sabo
• - Pertemuan 5 : Sasaran Pengendalian
• - Pertemuan 6 : Pola Pengendalian Bencana Alam Sedimen
• - Pertemuan 7 : Pola Pengendalian Bencana Alam Sedimen
• - Pertemuan 8 : UTS
• - Pertemuan 9 : Sistim Sabo
• - Pertemuan 10 : Dam Sabo
• - Pertemuan 11 : Analisa Stabilitas Dam Utama
• - Pertemuan 12 : Desain Pondasi & Sayap Dam
• - Pertemuan 13 : Struktur Bangunan Pendukung
• - Pertemuan 14 : Ambang Dasar (Groundsill)
• - Pertemuan 15 : Ambang Dasar (Groundsill)
• - Pertemuan 16 : Latihan Soal
• - Pertemuan 17 : UAS
Referensi
• H.R.Mulyanto, (2018) Pengelolaan Sedimen Terpadu, Teknosain,
Yogyakarta
• Direktorat Sungai dan Pantai Dirjend. Sumber Daya Air Kementerian
Pekerjaan Umum (Oktober, 2010) Seri Buku Teknologi Sabo
• Haryono K, (2003) Pengantar “Sabo Work”, Text Book of Wide Course in
Sabo Technical Centre, Yogyakarta
• Haryono K, (2003) “Sabo Work” dan Pengendalian Sedimentasi di Waduk
Sabo Technical Centre, Yogyakarta
• Haryono K, (2002). SABO DAM, pengertian, fungsi, pengaturan dan
stabilitasnya, Text Books of MPBA – UGM Yogyakarta
• Joko Cahyono (2000) TEKNOLOGI SABO, Yayasan Sabo Indonesia, Sabo in
Technical Centre, Yogyakarta
• Takahisa Mizuzama, (1981) Mechanism of debris Flow and Principle of
Countermeasure , Tsukuba International Centre, Japan
• Watanabe M, A Guide of Countermeasure againts Debris Flow Disaster,
Sabo Division, PWRI – MOC Japan
PENDAHULUAN
• Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia maupun
dari segi materi, ekonomi, atau lingkungan dan melampaui batas kemampuan
masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumber daya
mereka sendiri.(United Nations International Strategy for Disaster Reduction-UN
ISDR, 2004)
• Pengendalian aliran sedimen yang dimaksudkan disini adalah pengendalian
terhadap aliran debris untuk melindungi manusia, harta benda dan lingkungan
hidup dari ancaman bencana alam sedimen, akibat langsung aliran debris yang
memiliki daya rusak sangat besar. Aliran debris pada umumnya dapat menjangkau
wilayah dengan kemiringan dasar alur sekitar ≥ 0,02. Tetapi jarak jangkauannya
tergantung pada beberapa faktor:
- Jarak jangkauan aliran debris yang pernah dicapai pada kejadian bencana
sebelumnya
- Kondisi sedimentasi diwilayah bersangkutan
- Ukuran butiran maksimum material debris
- Volume material yang bergerak dalam aliran
- Sifat Hidrolika aliran
- Kondisi dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku aliran debris
• Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
• Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi,
dan wabah penyakit.
• Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar
kelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
• Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang terjadi dan dicatat
berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/ataupun
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda
lebih dari satu wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.
• Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan
bumi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif,
akitivitas gunung api atau runtuhan batuan
• Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan
panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami
dan banjir lahar.
• Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan
("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah
serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
• Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan
("tsu" berarti lautan, "nami" berarti gelombang ombak). Tsunami adalah
serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya
pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
• Tanah longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng
akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng.
• Banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana terendamnya suatu daerah
atau daratan karena volume air yang meningkat.
• Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit
air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur
sungai.
• Kekeringan adalah ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air
untuk kebutuhan hidup, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan.
Adapun yang dimaksud kekeringan di bidang pertanian adalah kekeringan
yang terjadi di lahan pertanian yang ada tanaman (padi, jagung, kedelai
dan lain-lain) yang sedang dibudidayakan .
• Kebakaran adalah situasi dimana bangunan pada suatu tempat seperti
rumah/pemukiman, pabrik, pasar, gedung dan lain-lain dilanda api yang
menimbulkan korban dan/atau kerugian.
• Kebakaran hutan dan lahan adalah suatu keadaan di mana hutan dan
lahan dilanda api, sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan lahan
yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.
Kebakaran hutan dan lahan seringkali menyebabkan bencana asap yang
dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat sekitar.
• Angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba,
mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan
kecepatan 40-50 km/jam hingga menyentuh permukaan bumi dan akan
hilang dalam waktu singkat (3-5 menit).
• Gelombang pasang atau badai adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan
karena efek terjadinya siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia dan
berpotensi kuat menimbulkan bencana alam. Indonesia bukan daerah
lintasan siklon tropis tetapi keberadaan siklon tropis akan memberikan
pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan
deras.
• Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan
arus laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai.
Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipicu oleh terganggunya
keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa
disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai
penyebab utama abrasi.
• Kecelakaan transportasi adalah kecelakaan moda transportasi yang terjadi
di darat, laut dan udara.
• Kecelakaan industri adalah kecelakaan yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu
perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya
(unsafe conditions). Adapun jenis kecelakaan yang terjadi sangat bergantung pada
macam industrinya, misalnya bahan dan peralatan kerja yang dipergunakan, proses
kerja, kondisi tempat kerja, bahkan pekerja yang terlibat di dalamnya.
• Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan
atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam
kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004.
• Konflik Sosial atau kerusuhan sosial atau huru hara adalah suatu gerakan massal
yang bersifat merusak tatanan dan tata tertib sosial yang ada, yang dipicu oleh
kecemburuan sosial, budaya dan ekonomi yang biasanya dikemas sebagai
pertentangan antar suku, agama, ras (SARA).
• Aksi Teror adalah aksi yang dilakukan oleh setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana
teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban
yang bersifat masal, dengan cara merampas kemerdekaan sehingga
mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda, mengakibatkan kerusakan atau
kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau
fasilitas publik internasional.
• Sabotase adalah tindakan yang dilakukan untuk melemahkan musuh melalui
subversi, penghambatan, pengacauan dan/ atau penghancuran. Dalam perang,
istilah ini digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas individu atau grup yang tidak
berhubungan dengan militer, tetapi dengan spionase. Sabotase dapat dilakukan
terhadap beberapa sruktur penting, seperti infrastruktur, struktur ekonomi, dan
lain-lain
Banjir Bandang
• Banjir bandang (flash flood) adalah penggenangan akibat limpasan keluar alur
sungai karena debit sungai yang membesar tiba-tiba melampaui kapasitas
aliran, terjadi dengan cepat melanda daerah- daerah rendah permukaan
bumi, di lembah sungai-sungai dan cekungan-cekungan dan biasanya
membawa debris dalam alirannya
• Tinggi permukaan gelombang banjir bandang dapat berkisar 3 – 6 meter
dengan membawa debris dan sangat berbahaya yang akan melanda hampir
semua yang dilewatinya Hujan yang menimbulkan banjir bandang dapat
memicu terjadinya longsoran lereng dan tebing yang menimbulkan
bencana aliran debris yang akan terangkut oleh banjir bandang tersebut
• Aliran batuan rombakan atau debris, adalah suatu tipe aliran gerakan
massa bahan rombakan (debris) dengan kandungan angkutan yang sangat
besar, berbutir kasar, non-kohesif, terdiri dari material berbutir kecil sampai
besar seperti pasir, kerikil, bebatuan kecil dan batu-batu besar (sand, gravel,
cobbles, dan boulders)
• Bencana sedimen, (sediment disaster) adalah peristiwa akibat aliran
batuan rombakan atau debris atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis
• Gerakan massa batuan rombakan atau debris tipe bebatuan
(gravel tipe debris movement) merupakan gerakan massa debris
yang mengandung banyak batu-batu besar.
• Gerakan massa batuan rombakan atau debris tipe lumpur (mud
flow tipe debris movement) merupakan gerakan massa debris
dengan kandungan batu besar sedikit dan lebih didominasi oleh
kandungan pasir dan batu-batu.
• ISDM, Integrated Sediment Related Disaster Management,
adalah konsep pengelolaan bencana sedimen yang memadukan
peran serta masyarakat, program-program daerah serta tindakan
mitigasi bencana yang diperlukan.
• Sungai adalah :
Wadah atau penampung dan penyalur alamiah dari aliran air
dengan segala yang terbawa dari DPS ke tempat yang lebih
rendah dan berakhir di laut, atau
Tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air
mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan
kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.

Ordo 1

Ordo 2

Ordo 1 atau 2
yang memasuki
ordo 3 tidak
mengubahnya Ordo 3
menjadi ordo 4

Ordo 4

Gambar 2. 1. Skema pembagian ordo sistem sungai menurut Horton


• Pembagian Ruas-Ruas Sungai
• 1. Bagian hulu :
i. ruas jeram/torrential/rapid
ii. ruas jalin/braided
• 2. Bagian alluvial
• 3, Bagian yang terpengaruh oleh pasang surut/tidal reach
• 4. Muara sungai/kuala/sungapan atau estuary

sungai
torrential
Daerah Delta sungai
rawan Daerah
banjir rawan
banjir

Gambar 2. 2. Bagian-bagian sebuah sungai


Tabei 2.I. Pembagian alur sungai menjadi ruas-ruas
Klasifikasi Ruas hulu Ruas hilir

Ruas Ruas Muara


alluvial pasang
surut

Material dasar Bebatuan, kerikil Kerikil s/d pasir Pasir s/d Pasir s/d
lempung lempung

Pola aliran I. Jeram Jalin / meander Meander s/d Bercabang-


dalam alur rapids/torrential lurus cabang
II. jalin/braided

Arah aliran Ke hilir Ke hilir Dua arah ke hilir Dua arah ke


dan ke hulu pada hilir dan ke
saat hulu pada saat
pasang naik pasang naik

Angkutan Aliran debris dan Aliran individal Traksi dan Suspensi


sedimen aliran individal oleh traksi suspensi dan traksi
oleh traksi aliran aliran

Kedalaman Bervariasi dari Dalam Dalam Dangkal


alur dalam sampai
dangkal

Kelandaian jeram ≥ 0. 03 1/100 s/d ≤1/2000 ± 0 (sangat


dasar jalin 0. 01 0. 03 1/2000 kecil)
Sifat banjir yang Jeram : Di bawah apex Banjir dan Banjir dan
terjadi lonjakan debit : banjir bandang banjir banjir
mendadak. rob/luapan rob/luapan
Jalin : lonjakan Di bagian hilir : pasang naik pasang naik
debit mendadak banjir.
dan kemungkinan
banjir bandang

Sifat gerakan Jeram : Daerah daerah daerah daerah


sedimen produksi sedimentasi sedimentasi sedimentasi
Jalin : daerah
transportasi
Daerah
pengungsian

pemukiman yang dianggap “aman” Daerah


oleh masyarakat bahaya I

Muka air pada debit


penyebab banjir
bandang

Sedimentasi
oleh banjir
bandang

Alur jeram Alur jalin Alur aluvial


Lama curah hujan/duration sama dengan waktu konsentrasi 1 s/d 3jam

Waktu (jam)
Alur Alluvial/Alur
Produksi sedimentasi
Alur
Transportasi
Volume banjir
bandang

Volume
‘aman’

Gambar 2.4
Sketsa terbentuknya banjir bandang
Tabel 2.3. Koefisien Run off untuk daerah perkotaan
Koefisien
Tipe dari Lahan Drainase
Runoff
Komersial :
Daerah pusat kota 0. 70-0. 95

Pemukiman 0. 30-0. 70

Perumahan :

Daerah single-family 0. 30-0. 50

Daerah multi-units, terpisah 0. 40-0. 60

Daerah multi-units, menyatu 0. 60-0. 75

Suburban 0. 35-0. 40

Daerah apartment tempat tinggal


0. 30-0. 70

Industri :

Daerah industri ringan 0. 30-0. 80

Daerah industri berat 0. 60-0. 90

Taman, pemakaman 0. 10-0. 25

Ruang bermain 0. 30-0. 40

Halaman stasion 0. 30-0. 40

Daerah-daerah yang belum dikembangkan :

Tanah sand atau sandy loam, 0-3%


0. 15-0. 20

Tanah sand atau sandy loam, 3-5% 0. 20-0. 25

Tanah hitam atau loess, 0-3% 0. 18-0. 25

Tanah hitam atau loess, 3-5% 0. 25-0. 30

Tanah hitam atau loess, >5% 0. 70-0. 80

Daerah berpasir tebal 0. 05-0. 15


Lereng-lereng 0. 70
berumput curam
Padang rumput :
sandy soil, datar 2% 0. 05-0. 10
sandy soil, rerata 2-7% 0. 10-0. 15
sandy soil, curam 7% 0. 15-0. 20
heavy soil, datar 2% 0. 13-0. 17
heavy soil, rerata 2-7% 0. 18-0. 22
heavy soil, curam 7% 0. 25-0. 35
Jalan raya :
asphalt 0. 85-0. 95
beton 0. 90-0. 95
paving 0. 70-0. 85
Jalan kaki 0. 75-0. 95
Atap 0. 75-0. 95
Longsoran Bendungan alam terbentuk pada
tebing penyempitan
(potensial)

Zona Apex
produksi
Zona
Transportasi
Daerah
Pengungsian

Zona sedimentasi
Daerah
bahaya I
pemukiman yang dianggap
“aman” oleh masyarakat

Gambar 2.10. Daerah Bahaya Banjir Bandang tipe 2


Bencana akibat tanah longsor.
• Bencana tanah longsor adalah fenomena yang sering terjadi di Indonesia,
yang biasanya diakibatkan oleh hujan lebat yang cukup panjang di suatu
daerah yang mempunyai kemiringan terjal, dan biasanya menimpa
area yang tidak seberapa luas. Peristiwa tanah longsor terjadi dengan
sangat cepat, tanpa menunjukkan tanda-tanda sebelumnya. Tanah
longsor menimbulkan korban jiwa seandainya menimpa daerah
pemukiman. Antara tahun 2001 sampai 2004 saja, 493 orang
meninggal serta 234 orang hilang akibat tanah longsor yang terjadi di
Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Peristiwa yang terjadi pada akhir
2007 lalu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, telah menelan 65
korban jiwa
Bencana akibat aliran debris.
• Aliran debris adalah aliran banjir yang mengandung campuran lumpur
yang pekat dan disertai bebatuan bermacam-macam ukuran, dan
terkadang juga kayu dari pohon-pohon yang tumbang. Aliran debris
biasanya terjadi karena hujan yang cukup lama dan lebat di daerah hulu
sungai yang biasanya berupa lingkungan hutan yang rusak. Aliran debris
dapat pula disebabkan oleh adanya tanah gerak atau tanah longsor
di daerah hulu sungai, yang kemudian membendung aliran sungai.
Pada saat bendungannya jebol akan terjadi aliran banjir dengan debit
serta kecepatan yang sangat besar dalam waktu yang cukup singkat,
seperti yang terjadi di Kali Dinoyo, Kabupaten Jember pada Januari
2006. Banjir tersebut hanya memakan waktu sekitar 15 menit namun
telah menghancurkan desa-desa di sepanjang sungai serta memakan
korban jiwa yang tidak sedikit. Contoh lain adalah banjir yang terjadi
di Kali Mujur di Lereng Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang pada Mei
1981. Ketinggian banjir lebih dari 10 m dan memakan korban jiwa lebih
dari 300 orang
BANJIR BANDANG YANG TERJADI DI
DESA KEMIRI, JEMBER - JAWA TIMUR
YANG MENIMBULKAN KORBAN JIWA
SEBANYAK 57 ORANG
PERUMAHAN KOMPLEK PABRIK KOPI
YANG TERKENA SEDIMEN TANAH HASIL
EROSI DARI ALIRAN BANJIR BANDANG
TANGGAL 2 JANUARI 2006 DI DESA
GUNUNG PASANG KABUPATEN JEMBER
Proses terbentuknya bendungan alam :
• Bendungan alam terbentuk oleh material longsoran tebing serta debris vegetal terutama
terjadi pada alur jeram pada penampangnya yang sempit (bottle neck) walau pada penampang
yang lebar dapat pula terjadi bendungan alam kalau material longsoran cukup banyak dan terjadi
seketika
• 1) Tipe – tipe gerakan massa tanah / longsoran :
– Erosi permukaan DAS. Dari sebuah DAS yang cukup luas sedimen hasil erosi menyumbang
jumlah yang harus diperhitungkan pada ketebalan deposit dasar alur, tetapi khususnya
pada ruas aluvial sehingga dapat diabaikan dalam pembahansan tentang banjir bandang.
– Rayapan (Creep) :
Rayapan biasanya terjadi pada lereng yang landai (<± 10 derajat)
Pada lereng tanah kedap air, penjenuhan berjalan sangat lambat. Rayapan sebagai gerakan
pendahuluan memerlukann banyak waktu, dimulai dari kaki lereng, yang menimbulkan
retakan dan penurunan pada puncak lereng. Proses ini meningkatkan kapasitas infiltrasi
melalui retakan tersebut, mempercepat gerakan massa tanah menjadi longsoran(landslide).
- Longsoran lereng (Landslide) :
Longsoran lereng terjadi dengan cepat ke bawah yang didahului oleh rayapan. Atau
longsoran lereng terjadi setelah terjadi liquefaksi pada massa tanah lapisan permukaan.
Kedua proses di atas akan meninggalkan bidang gelincir di bawahnya yang terletak cukup
dalam.
- Runtuhan tebing (cliff failure)
Tebing dengan sudut kelerengan kira-kira > 45 derajat (cliff) runtuh dipicu oleh terjadinya
proses liquefaksi pada lapis permukaan dengan tebal kira-kira setebal 2 – 3 m. Dapat juga
terjadi hilangnya beban penyeimbang (counterweight) pada kaki tebing alur sungai karena
tererosi aliran, dan menyebabkan bagian atas tebing runtuh dan menyumbang material
bagi terbentuknya bendungan alam.
debris Lereng
Bidang
deposit asli
gelincir
berbentuk
rayapan
kipas

Rekahan dan penurunan terjadi

Kelandaian rayapan <100 atau pada tanah kedap air


Dua
gigir
Dataran
sejajar
landai
dan
melereng
alur di
menjauhi
antaranya
lereng

Deposisi
debris
berbentuk
kerucut
Tutupan lebat

- runoff kecil

-infiltrasi besar

-longsoran oleh

Effluent air bawah


tanah

Lebatnya tutupan
lereng bukan
jaminan mencegah
longsoran.

Tutupan
jarang/gundul

- runoff besar

-infiltrasi kecil

-longsoran oleh

kejenuhan air
bawah tanah dalam
lereng

Erosi hebat pada


permukaan lereng

Pengaruh kondisi tutup vegetasi pada stabilitas lereng/tebing


Longsor 3

Longsor 2

Longsor 1 krn erosi

Lereng >
45 derajat

Natural dam terbentuk dr. debris

Runtuhan tebing oleh faktor topografi


Geologi

longsor1
Tanah lapuk
pada
Poreus sub permukaan
soil
Longsor 2

Vinfl. h > Vinfl. v

Longsor 2

Poreus sub Longsor 1

soilVinfl. h <Vinfl. v

Faktor Geologi yang berpengaruh


Dam Sabo terbuka
Celah dengan kapasitas aliran
= Qdom alur di hilirnya

Elev.air terbendung

Elev.air pada
Qdom. alur hilir

Bangunan pembatas debit banjir bandang dipandang dari hilir


Lokasi daerah rawan dan
deposit debris kalau
terjadi banjir bandang
Peredam
banjir bandang
Ground sill

Alur deras Alur jalin Alur aluvial

Sketsa denah peredam banjir bandang


Tanda-tanda akan terjadi banjir bandang
• a. Topografi permukaan lahan DAS yang sangat miring b. Tutup vegetasi jarang
• c. Lapisan permukaan sangat tererosi membuat lapisan tanah bawah yang kedap
air tersingkap
• d. Lapisan bawah permukaan (sub surface) DAS mempunyai permeabilitas rendah,
dan mempunyai tingkat infiltrasi rendah sehingga runoff permukaan tinggi
• e. Lapis permukaan lahan sangat lapuk. Keadaan ini menimbulkan runoff
permukaan dan produksi sedimen (sediment yield) yang akan mengendap
sebagai sedimen dasar pada alur pematus dan mungkin menyebabkan
pembendungan alam.
• f. Hujan lebat sering jatuh pada daerah-daerah ini untuk beberapa jam atau
hujan yang tetap selama beberapa hari, menimbulkan kejenuhan tanah dan
akhirnya menyebabkan banjir bandang
Tanda-tanda terjadinya gerakan massa tanah/longsoran
• a. Guntur di kejauhan perlu mendapatkan perhatian karena menandai
adanya hujan badai di hulu yang dapat mengirimkan runoff besar yang
dapat menimbulkan banjir bandang sebagai bencana yang datang tanpa
peringatan, khususnya pada daerah yang disebutkan pada nomor 1 di atas.
• b. Meningkatnya kekeruhan air sungai di hilir secara mendadak, suara
gemuruh dari aliran air dapat menjadi tanda adanya bendungan (alam) yang
bobol atau mendadak hanyutnya sumbatan debris pepohonan yang dapat
menimbulkan banjir bandang dan aliran debris di hilir.

Bencana akibat tanah longsor.
• Bencana tanah longsor adalah fenomena yang sering terjadi di Indonesia,
yang biasanya diakibatkan oleh hujan lebat yang cukup panjang di suatu
daerah yang mempunyai kemiringan terjal, dan biasanya menimpa
area yang tidak seberapa luas. Peristiwa tanah longsor terjadi dengan
sangat cepat, tanpa menunjukkan tanda-tanda sebelumnya. Tanah
longsor menimbulkan korban jiwa seandainya menimpa daerah
pemukiman. Antara tahun 2001 sampai 2004 saja, 493 orang
meninggal serta 234 orang hilang akibat tanah longsor yang terjadi di
Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Peristiwa yang terjadi pada akhir
2007 lalu di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, telah menelan 65
korban jiwa

Anda mungkin juga menyukai