Anda di halaman 1dari 79

SEL EKSITABEL

Annisa’Hasanah

Lab. Ilmu Faal


Fakultas Kedokteran UMM

1
Risus
sardonicus
in tetanus
Excitable tissue

Apa itu
Jaringan / sel EKSITABEL

???
Excitable
tissues

Neuron / Myocyte
Nerve cell 1.Skeletal muscle
2.Smooth muscle
3.Cardiac muscle
Excitable cell / tissue
Adalah sel / jaringan apabila dirangsang
dengan RGS yang adequat akan memberi
respon spesifik

Respon / jawaban tersebut berupa


suatu
POTENSIAL AKSI
( action potential )
Apa itu
Potensial aksi / Action potential

?
Rekaman elektris – perubahan
potensial elektris antara didalam
Dengan diluar sel

Perubahan elektris tsb akibat


Perubahan konsentrasi elektrolit
Didalam dan diluar sel
+ + + + + +

- - - - - -

Neurolemma = cell membrane of neuron

RMP : Resting Membrane potential : - 70 m Volt


Inside : negative
Outside : positive
Rangsangan
yang mencapai nilai ambang

Meningkatkan permeablitas
membran sel
sehingga akan terjadi

Perubahan
elektrolit didalam dan
diluar membran sel
Action potential
overshoot
+30 mV
repolarization
- 0 mV

depolarization

Firing level
- 55 mV

- 70 mV

Threshold : 15 mV
TITIK BAKAR atau "FIRING LEVEL” adalah titik dimana
mulai timbul potensial aksi.

NILAI AMBANG atau“TRESHOLD” adalah besarnya


rangsangan minimal yang dapat menimbulkan potensial
aksi atau minimal yang dapat menurunkan potensial
membran sel eksitabel sampai titik bakar.

10
Perubahan ionik yang terjadi antara
didalam dan diluar sel

• Stimulus ( Rgs ) menyebabkan terbukanya


saluran – saluran ion.
• Na influx lebih dahulu sambil membawa muatan
positif = fase depolarisasi
•Saluran Na menutup kembali, Chlor ion masuk
akibatnya kurva turun kebawah atau mulai
terjadi repolarisasi.
•Kalium keluar , menyebabkan muatan positif
ikut keluar = fase repolarisasi
Depolarisasi

o.k. : Influx Na+

Repolarisasi

o.k. : Influx Cl– &


Efflux K+
• Saluran Natrium lebih cepat terbuka tetapi cepat
menutup
•Saluran potassium lebih lambat membuka tetapi
menutupnya lebih lama
Hukum All or None :
Potensial Aksi mengikuti hukum “All or none”

 Artinya selama besarnya rangsangan sama atau lebih besar


dari nilai ambang dan kondisinya sama, maka besarnya potensial
aksi untuk tiap sel eksitabel sama besarnya dan tidak tergantung
oleh besarnya rangsangan

14
Stimuli : electric / mechanic / thermal / chemist
Potensial aksi

Neuron / Myocyte

Adequate stimulus ≥ threshold


Why electrical stimulus ?

 Intensitas rangsangan dpt diukur


 Durasi rangsangan dpt diukur
 Frekuensi rangsangan dpt diukur
 Kerusakan pada sistem saraf relatif lebih kecil
 Dapat diulang  dpt dilakukan rangsangan multiple
 Relatif lebih mudah dilaksanakan

16
Periode
refrakter
?

Relatif
Absolut
Action potential

+30 mV

- 0 mV

- 55 mV

- 70 mV

↔↔ RRP =
ARP = Absolute refractory period Relative refractory period
Periode refrakter ( PR )

PR absolut : fase tanpa respon / jawaban ,


biarpun RGS sangat besar.

PR relatif : sel eksitabel masih dapat


dirangsang, tapi perlu lebih besar dari normal
(selama hiperpolarisasi)
Beberapa pengertian

1.Rgs. subliminal 1. Rgs dibawah nilai ambang

2.Rgs. Liminal 2. Rgs mencapai nilai


ambang
3.Rgs. supraliminal 3. Rgs diatas nilai ambang

1 : menghasilkan local potential


2 : menghasilkan action potential
3 : = 2 & sama besar
Rangsangan kecil / subliminal / < nilai ambang

Potensial Lokal
+ + + + + + +

- - - - - - -

Axon
Rangsangan adequat / liminal / = nilai ambang

Action potential

+ + - + + + + +

- - + - - - - -

Axon
Rangsangan supra-liminal / >> nilai ambang

Action potential

+ + - + + + + +

- - + - - - - -

Axon
Sifat khusus
Potensial Aksi / action potential

1.Mengikuti Hk.All or None


2.Dihantarkan kesemua arah
( propagation =propagasi )
3.Tidak dapat mengalami summasi
( potensial lokal dapat bertambah besar apabila rgs
diperbesar, atau rgs dgn intensitas tetap & multiple )
Sifat khusus
Potensial lokal / local potential

1.Tidak mengikuti Hk.All or None


2.Tidak terjadi propagasi
3.Dapat mengalami summasi
26
Apa yg dimaksud dgn
hipopolarisasi ??

Apa yg dimaksud dgn


hiperpolarisasi ??

Bagaimana hubungannya
dgn kepekaan ???
mvolt

Hipopolarisasi

- 55 Firing level

RMP
- 70

Hiperpolarisasi
a.Kepekaan naik : pada fase “negatif after potencial”
 HIPERPOLARISASI
a.Kepekaan turun : pada fase “positive after potencial”
 HIPOPOLARISASI

29
NMJ dan Otot Skelet

Annisa’Hasanah

Lab.Ilmu Faal
Fakultas Kedokteran UMM
30
31
32
Hubungan antara
Saraf motorik vs muscle fiber
adalah :

Neuro-muscular junction
Tahapan impuls ( potensial aksi ) yang
mencapai neurolemma ujung axon :

•Potensial aksi mengakibatkan voltage-gated


Ca2+ channels terbuka
•Ca2+ masuk kedalam sitosol – selanjutnya
Ca2+ mengaktifkan Protein-kinase.
•Protein-kinase yang aktif menyebabkan
terjadinya docking & exocytosis vesikel
yang berisi acetylcholine ( Ach ).
•Ach akan berikatan dengan cholinergic rec-
tipe nicotinic
Cholinergic
receptor
Sarcolemma ( membran otot rangka )
di NMJ mempunyai

Cholinergic receptor – nicotinic type

-- Apabila terikat oleh Ach, maka saluran Na+


akan terbuka
-- Pada tempat tersebut akan terjadi potensial
aksi
-- Potensial aksi akan dihantarkan kesemua arah
(sarkolemma dan sarkotubuler sistem)
Duration of action ( masa kerja ) Ach
hanya beberapa milidetik, o. k. di
celah sinap ( synaptic cleft ) terdapat
enzin Ach-esterase yang akan
memecah Ach menjadi :

Choline + Acetate

Didaur ulang , masuk kedalam ujung


axon , selanjutnya digunakan untuk
membentuk Ach.
Agonis and antagonist substances on
cholinergic receptor – nicotinic type

Methacholine Acetylcholine-like ↑↑muscle


effect contraction
Curare Acetylcholine Paralyze
blocking agents
Neostigmine Inactivating Muscle spasm
acetylcholinesterase
Physostigmine Inactivating Muscle spasm
acetylcholinesterase
Diisopropyl Inactivating Muscle spasm
fluorophosphate acetylcholinesterase
(nerve-gas poison)
Parathion Inactivating Muscle spasm
(insecticide) acetylcholinesterase
OTOT
OTOT

 Sel otot merupakan salah satu dari sel eksitabel


 Reaksinya terhadap rangsangan ialah :
1. Potensial aksi
2. Diikuti dengan kontraksi

 Macam sel otot :


a. Otot skelet (otot somatis, otot rangka)
b. Otot jantung
c. Otot polos atau otot halus

39
Otot Skelet
Morfologi/anatomi :
1. Ujung yang mobile/banyak bergerak disebut “INSERTIO,
Ujung yang tidak bergerak disebut “ORIGO”.
2. a. Satu sel otot disebut satu “muscle fiber” atau serabut otot.
b. Muscle fiber dibungkus oleh membran sel disebut
“SARCOLEMMA”.
c. Sitoplasmanya disebut “SARCOPLASMA”.
d. Sel otot berinti banyak ( MULTINUKLEUS ).
3. Beberapa serabut otot mengumpul menjadi “FASCICULUS”
dan dibungkus oleh jaringan ikat (fascia) “PERIMYCEUM”.
Beberapa fasciculus menjadi satu otot dan dibungkus fascia
“EPIMYCEUM”.

40
41
Otot Skelet

a. Muscle fiber terdiri dari


banyak “MYOFIBRIL”.
b. Myofibril tersusun atas
“myofilament”.
c. Myofilament tersusun
atas molekul protein
yang kontraktif yaitu :
Actin (BM. 60.000),
Myosin (500.000),
Tropommyosin (BM.
70.000) dan Troponim

42
Muscle fiber
Serabut otot = sel otot
Struktur kontraktil adalah :
Myofibril tersusun oleh

myofilament actin & myosin


actin filament = filamen tipis
myosin filament = filamen tebal
Filament Actin tersusun oleh :

Actin double helix


Tropomyosin double
helix
Troponin : C,I,T
Filament Actin = filamen tipis =
thin filament
Troponin
T : melekat pada
tropomyosin

I : menutupi binding site


actin

C : berikatan dengan ion Ca++


Sistem Sarkotubuler

Fungsi sistem sarkotubuler :


- mempercepat penjalaran impuls ke seluruh
bagian otot
- menginduksi kontraksi

48
Sarcotubuler system :
Sarcoplasmic reticulum ( SR ) &
Transverse tubules ( Ttub )

The combination of Ttub membrane and its


2 neighboring cisternae is called Triad :
2 cisternae + 1 Ttub
TRIAD

T
cisterna tube

2 cisternae + 1 Transverse tubule ( T tubule )


Cisterna adalah bagian dari SR
(sarcoplasmic reticulum) yang mengalami
penggelembungan, kadar ion Ca di cisterna
sangat tinggi >1000 X dibanding sitosol

Ca2+ sitosol : 10-7 M


Ca2+ cisterna : 10-3 M

Cisterna merupakan depo ion Ca2+


Proses Kontraksi &
Relaksasi

Kontraksi : sliding antara filamen


actin dengan myosin, o. k.
melekatnya head myosin pada
actin

Relaksasi : Lepasnya head myosin,


terpisahnya filament actin terhadap
myosin
Proses Kontraksi &
Relaksasi

 Calsium keluar dari cisterna


 Ca berikatan dgn Troponin C
 Actin binding site terbuka
 Head myosin menempel : kontraksi
 Calsium pump bekerja memasukkan
Ca kembali ke SR
 Head myosin lepas : relaksasi
Impuls sampai di

TRIAD
Ion Ca akan keluar dari cisterna
Ca akan mengikat troponin

Filamen actin menjadi aktif

Head myosin akan


menempel pada actin

Proses sliding terjadi


( kontraksi )
Relaksasi :
Terjadi dengan masuknya kembali ion Ca2+
kedalam SR,
Akibatnya Ca terlepas dari TROPONIN C,
sehingga head myosin lepas dari aktin

Masuknya kembali ion Ca2+ kedalam SR,


melalui pompa Ca secara aktif yang
dilakukan oleh

SERCA
SERCA : Sarcoplasmic Reticular
Ca2+ – ATP ase
SR – Ca2+ pump /
SR – Ca2+ - ATPase /

SERCA

Adalah kompleks protein yang


terletak di membran SR , berfungsi
memasukkan Ca2+ dari sitosol
masuk kedalam lumen SR
Siklus – tahapan
Penempelan & lepasnya head
myosin pada actin
( kontraksi – relaksasi )
1. ATP binding 
relaksasi dimulai
2. ATP hydrolysis
 relaksasi
3. Cross-bridge
formation 
mulai kontraksi
4. Power stroke
position 
kontraksi
5. ADP released

a. Kontraksi isotonis :
otot memendek
b. Kontraksi isometris :
panjang otot tdk berubah
tp tonus otot ↑
Sumber energi untuk kontraksi

1. ATP merupakan sumber energi yang siap


dipakai, tetapi jumlahnya sedikit
2. Phospho kreatin (Creatin phosphate = CP +
ADP  ATP + Pi)
3. Glikolisis anaerobik
4. Glikolisis aerobik
5. Lipolisis

62
 Energi dibutuhkan pada proses kontraksi  u/ transport
aktif Ca2+, Na+, dan K+
 Energi dari glikolisis anaerobik  di sitoplasma  hasil :
asam laktat + 2 ATP  ATP relatif lebih sedikit tetapi
lebih cepat
 Energi dari glikolisis aerob + lipolisis aerob  di
mitokondria  hasil : CO2 + H2O + 36 ATP  ATP
relatif lebih besar tetapi lambat

63
Phenomena kontraksi

1.Summasi
2.Tetani
3.Treppe ( stair case phenomena )
 Sumasi :
Rangsangan tunggal yang subthreshold dapat
mencapai threshod bila ;
a. Merangsang berulang-ulang dg rangsangan
tunggal. Ini disebut “sumasi temporal”.
b. Beberapa rangsangan tunggal yang subthreshold
dilakukan bersama-sama dan ini disebut “sumasi
spasial”

65
Summasi kontraksi

Time

Wave Summation =
Summasi temporal
Multiple motor unit summation
= spatial summation

No response

subliminal
RGS supraliminal Maximal Supra-
liminal Maximal
Tetani kontraksi

Kontraksi maksimal dalam jangka


waktu cukup lama, beberapa menit
s/d beberapa jam.
O.k. discharge impuls dari saraf
pusat yang sangat tinggi sehingga
melebihi frekuensi kritis.
Contoh :
1.Penderita penyakit tetanus, tetani
pada otot dinding abdomen, dapat
menimbulkan kematian apabila
mengenai otot pernafasan
2.Trismus : pada m. masseter, sehingga
mulut tidak dapat dibuka ( abscess gigi-
geligi atau tonsil , tetanus )
3.Intoksikasi insektisida
Staircase phenomena / Treppe

Amplitude kontraksi
makin meningkat /
staircase
Cramp = spasm skeletal muscle

Kontraksi maksimal otot rangka


yang tidak diikuti relaksasi

O.k. kurang cepatnya penyediaan ATP,


untuk proses relaksasi, sehingga
troponin tetap terikat oleh Ca, akibatnya
head myosin tidak dapat lepas dari
binding site actin
Rigor mortis / Kaku mayat :
Kekakuan pada otot rangka , sesudah
kematian yang terjadi. Dimulai 2 jam s/d
24 jam.
O.k. proses metabolisme berhenti
sehingga tidak terbentuk ATP, yang
berfungsi untuk memasukkan Ca++
kedalam SR, agarterjadi relaksasi.

RM mulai melemas, sesudah 24jam


kematian, o.k. autolisis terhadap actin &
myosin
Otot merah (lambat)&otot putih (cepat)
( slow & fast twitch muscle fibers )

Berdasarkan kecepatan kontraksi, daya tahan,


sistem penyediaan energi dan inervasi saraf

O.M. : glikolisis & lipolisis aerobik


O. lambat (lari 5000 m, senam aerobik)

O.P. : glikolisis anerobik


O. cepat (lari 100 m, angkat berat)
Serabut otot Serabut otot putih
merah
Synonym Type I Type
oxidative II a II b
fast - fast -
oxidative glycolytic
(oxidative-
glycolytic)
Slow twitch Fast twitch muscle
muscle fiber fiber
Lama lambat Cepat ( cepat lelah )
kontraksi
Fungsi Kontraksi Kontraksi cepat / kuat /
lama gerakan trampil
Myoglobin Banyak Sedang Sedikit
Serabut otot Serabut otot
merah putih
Synonym Type I Type
oxidative II a II b

Slow twitch Fast twitch


muscle fiber muscle fiber
Myosin ATP-ase Sedikit Banyak Banyak
Sarco – tubuler Sedikit Banyak Banyak
system
Oxidative – Banyak Sedang Sedikit
enzyme activity
Beberapa kelainan otot :

 Hipertrofi : sel otot membesar tetapi jumlahnya tetap. Hal


ini sebagai hasil latihan yang berat

 Atrofi : Kebalikan dari hipertrofi yaitu sel-sel otot mengecil.


Sebab yang sering adalah karena adanya denervasi. (tidak
ada rangsanan saraf motoris) misalnya pada penderita
poliomyelitis. Atrofi ini dapat disusul dengan kontraktur bila
otot dalam posisi yang memendek tanpa digerakkan

76
 Paralise :
Terjadi akibat inervasi otot terganggu. Kerusakan sistem
saraf motorik dpt terjadi di medulla spinalis
(motorneuron), sraf tepi motorik (A-alfa),
tract.pyramidalis, gyrus precentralis area broadman 4)

 MG
Kontraksi otot rangka yang makin lama makin lemah
karena gangguan trnasmisi impulsdi NMJ  autoimmune
disease

77
 Fasciculasi :
Yaitu kontraksi otot yang tidak teratur, kasar menyentak
sebagai akibat rangsangan dari motor neuron yang tidak
normal. Hal ini dapat disbabkan sebagai akibat trauma
atau infeksi

 Familial Periodic Paralysis


Secara periodik pada beberapa orang Kalium ECS ↓ 
Potensial Membran ↑  kepekaan ↓  implus yang
datang dari serat syaraf motoris secara normal masih
belum mampu mencapai nilai ambang.
Penyakit ini adalah suatu penyakit “herediter”.

78
79

Anda mungkin juga menyukai