Anda di halaman 1dari 57

PRESENTASI

DOKUMEN ANDAL dan RKL-RPL


Rencana Kegiatan Usaha Pembenihan Udang
(Shrimp Hatchery)

Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari,


Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

PT. Centralpertiwi Bahari


YOGYAKARTA, 20 April 2017
IDENTITAS PEMRAKARSA

A. Nama dan Alamat Instansi


Nama : PT. Centralpertiwi Bahari
Alamat : Wisma GKBI Lantai 19, Jalan Jendral Sudirman
No.28 Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan
Bendungan Hilir, Jakarta Pusat 102010
Telepon : (021) 5785 1788
Fax : (021) 5785 1808

B. Nama dan Alamat Penanggung Jawab


Nama : Samiono
Jabatan : Direktur
Alamat : Wisma GKBI Lantai 19, Jalan Jendral Sudirman
No.28 Kecamatan Tanah Abang, Kelurahan
Bendungan Hilir, Jakarta Pusat 102010
Telp. : (021) 5785 1788
Fax. : (021) 5785 1808
LATAR BELAKANG RENCANA USAHA/KEGIATAN
PT. Centralpertiwi Bahari sebagai salah satu investor
terkemuka pada bidang perikanan dan penyediaan fasilitas
akomodasi yang berusaha memanfaatkan peluang yang
ada dalam pengembangan sarana dan fasilitas untuk
pembenihan udang (Hatchery) di Yogyakarta.
Pembangunan sarana dan fasilitas Pembenihan udang
(Hatchery) oleh PT. Centralpertiwi Bahari Yogyakarta
direncanakan untuk mendukung kebutuhan benur baik untuk
area Jawa Tengah maupun Jawa Timur.

Rencana pembangunan Hatchery di Yogyakarta ini


merupakan rencana relokasi Hatchery Rembang dengan
mempertimbangankan lingkungan di sekitarnya saat ini
sudah tidak ideal untuk opersional Hatchery karena sangat
berdekatan dengan pertambakan maupun pabrik-pabrik
pengolahan ikan/udang yang rawan menjadi sumber
kontaminasi/penularan penyakit. Disamping itu, selain
adanya pabrik cat/bahan kimia, di dekat Hatchery juga
terdapat pelabuhan barang yang sedang dibangun dan
mulai dioperasionalkan, dimana untuk jangka panjang
dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas air laut yang
akan digunakan oleh Hatchery karena terpolusi oleh
minyak/BBM,oli maupun bahan-bahan lain yang berbahaya
TUJUAN RENCANA USAHA/KEGIATAN

Tujuan rencana Pembangunan (Hatchery) Pembenihan Udang adalah


mensuplai kebutuhan benur udang untuk area kebutuhan pemasaran di
Jawa Tengah maupun Jawa Timur dengan Kapasitas produksi yang akan
dibangun berkisar antara 160-180 juta benur per bulan. Selain tujuan
utama tersebut, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai antara lain:

1) Merelokasi sarana dan fasilitas Hatchery PT. Centralpertiwi Bahari di


wilayah Rembang dengan mempertimbangankan lingkungan di
sekitarnya saat ini sudah tidak ideal untuk opersional hatchery karena
sangat berdekatan dengan pertambakan maupun pabrik-pabrik
pengolahan ikan/udang yang rawan menjadi sumber kontaminasi /
penularan penyakit. Disamping itu, selain adanya pabrik cat/bahan
kimia, di dekat Hatchery juga terdapat pelabuhan barang yang
sedang dibangun dan mulai dioperasionalkan, dimana untuk jangka
panjang dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas air laut yang
akan digunakan oleh Hatchery karena terpolusi oleh minyak/BBM,oli
maupun bahan-bahan lain yang berbahaya
2) Meningkatkan peluang dan keberhasilan budidaya udang di tambak
utamanya di wilayah DIY dan sekitarnya dengan mensupply benur
yang berkualitas
3) Mencari lokasi yang jauh dari pertambakan dan jauh dari polusi agar
dapat dihasilkan benur yang berkualitas dan bebas dari penyakit
4) Membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha bagi warga
sekitar tapak kegiatan
DESKRIPSI
RENCANA KEGIATAN USAHA PEMBENIHAN UDANG
(Shrimp Hatchery)
DESKRIPSI RENCANAUSAHA/KEGIATAN
Dusun
Ngresik

Desa Kanigoro,

Kecamatan
Saptosari,

Kabupaten
Gunungkidul,
Daerah Istimewa
Yogyakarta
SITEPLAN
No Nomor Sertifikat Luas lahan Keterangan
Hak Guna Bangunan (HGB) No.
1 13.02.15.03.3.00004 4.240 m2
00004/Kanigoro
Hak Guna Bangunan (HGB) No.
2 13.02.15.03.3.00005 16.865 m2
00005/Kanigor
Hak Guna Bangunan (HGB) No.
3 13.02.15.03.3.00006 42.006 m2
00006/Kanigoro
Luas Total 63.111 m2

Pembangunan Pembenihan udang (Hatchery)


FASILITAS PENDUKUNG dan RTH (RUANG TERBUKA HIJAU)
Unit Bangunan
No Unit Keterangan
Pendukung
Bangunan ini diperuntukkan sebagai
mess/tempat tinggal bagi pejabat hatchery
Bangunan
1 Mess Excutive/Manager PT. Centralpertiwi Bahari atau tamu
pendukung
perusahaan atau tamu manajemen yang
berkunjung ke lokasi kegiatan
Bangunan ini akan difungsikan sebagai
sarana dan prasarana dalam program
pendidikan dan pengetahuan untuk
memberikan edukasi bagi para pelajar atau
mahasiswa yang melakukan kegiatan
Bangunan
2 Galeri dan Showroom magang kerja atau Praktek Kerja Lapang
pendukung
dari perguruan negeri khususnya mahasiwa
di Yogyakarta umumnya di luar DIY. Selain
itu bisa juga sebagai sarana study tour bagi
pelajar Sekolah Bawah (SD) sampai SMA
(Sekolah Menengah Atas)
Bangunan ini merupakan lokasi yang
diperuntukan sebagai bengkel dalam
melakukan perbaikan, perawatan dan
Bangunan
3 Workshop pemeliharaan mesin seperti pergantian oli
pendukung
mesin, pompa, blower atau mesin-mesin
lain yang digunakan sebagai peralatan
dalam operasional di rencana kegiatan
Bangunan ini memiliki 2 lantai dengan total
luas bangunan 450 m 2 dimana pada lantai
pertama berfungsi sebagai tempat atau
Bangunan ruangan untuk meeting dan ruang
4 Main Office pendukung administrasi dan pada lantai kedua
berfungsi sebagai tempat kantor bagi
manager maupun kepala seksi dan ruang
administrasi
Bangunan ini merupakan fasilitas lab yang
digunakan untuk kegiatan monitoring
Bangunan kesehatan benur, kualitas algae, monitoring
6 Laboratorrium pendukung parameter kualitas air dan pengecekan
penyakit baik bakterial, virus maupun jamur.
Ruangan ini juga berfungsi sebagai quality
control benur sebelum dipanen.
Bangunan ini merupakan pos jaga bagian
Bangunan keamanan (security) untuk melakukan
7 Security pendukung pemeriksaan keluar masuk pengunjung,
tamu maupun barang selain melakukan
pengamanan lokasi rencana kegiatan .
Bangunan Bangunan ini berfungsi sebagai tempat
8 Mess Staff pendukung istirahat dan tempat tinggal untuk karyawan
yang bekerja di lokasri rencana kegiatan

Ruang Terbuka Hijau (RTH)


TAHAPAN KEGIATAN
Pra-konstruksi*: Operasi*:
1 Penerimaan tenaga kerja kontruksi 6 Tahap Persiapan (Persiapan/Pencucian Bak dan
Pemakaian Disinfektan)
Konstruksi*: 7 Tahap Pemeliharaan dan Panen (Pemberian
Pakan, Penggantian Air, Penggunaan Probiotik,
dan Disinfektan)
2 Penerimaan tenaga kerja operasional 8 Tahap Pengeringan (Pencucian Bak/Disinfeksi dan
Pengeringan alat produksi)
3 Mobilisasi peralatan dan material Pascaoperasi*
4 Penyiapan lahan 9 Revitalisasi bangunan
5 Pembangunan Bangunan utama dan fasilitas pendukung

No Tingkatan Stadia Keterangan Gambar

Bentuk badan bulat telur dan


1 Nauplius I mempunyai anggota badan3
pasang.

Pada ujung antena pertama


terdapat rambut (setae) yang
2 Nauplius II
satupanjang dan dua lainnya
pendek

Furcal dua buah mulai jelas


terlihat masing– masing
3 Nauplius III dengan tigaduri(spine) yang
terdiri dari tunas maxilla dan
maxilliped

Pada masing– masing furcal


terdapat 4 buah duri yang
4 Nauplius IV
terdiridari exopoda pada
antena kedua beruas– ruas

Struktur tonjolan tumbuh pada


5 Nauplius V pangkal maxilla. Organ bagian
depan mulai tampak jelas

Perkembangan bulu– bulu


makin sempurna dan duri
6 Nauplius VI
pada furcal tumbuh makin
panjang
Tahap Kegiatan Operasional
Tahap Persiapan
(Persiapan/Pencucian Tahap Pemeliharaan dan Panen Tahap Pengeringan
Bak dan Pemakaian (Pemberian Pakan, Penggantian Air, Penggunaan Probiotik, dan Disinfektan) (Pencucian Bak/Disinfeksi dan
Disinfektan) Pengeringan alat produksi))

Persiapan Alat Persiapan Media Pengeringan Alat Kerja


Pendukung Pemeliharaan

Pencucian Bak Stocking dan Pengeringan Bak


Aklimatisasi

Pemasangan Alat Penyediaan PEMELIHARAAN : Penanganan Produk Sanitasi dan Sanitasi Lingkungan
Aerasii Pakan Alami Zoea, Mysis, PL Tidak Sesuai Biosecurity

Disinfeksi Bak
Panen Sanitasi Pemipaan &
Jalur Distribusi Algae

Pemasangan Plastik
Pengepakan Sanitasi Pipa Blower
Penutup Bak

Pemasangan Penghitungan benur & Sanitasi Ruang


Saringan Ganti Air Penghitungan Ulang Pemeliharaan

Skema kegiatan di tahap operasi (Sumber: PT. Centralpertiwi Bahari, 2016)


DAMPAK POTENSIAL
YANG DITIMBULKAN DARI
Rencana Kegiatan Usaha Pembenihan Udang
(Shrimp Hatchery)
DAMPAK POTENSIAL
Komponen kegiatan*
No. Komponen Lingkungan Hidup
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pelingkupan meliputi identifikasi dampak potensial dan
A.GEO-FISIK-KIMIA
1 Kualitas udara O O O O O
evaluasi dampak potensial sehingga dihasilkan dampak
2 Kebisingan O O O penting hipotetik yang nantinya dikaji lebih mendalamdan
3 Getaran O komprehensif dalam Dokumen Analisis Dampak Lingkungan
4 Surface Runoff O O
Hidup (ANDAL) dan dilanjutkan di dalam Dokumen Rencana
5 Erosi dan Sedimentasi O
6 Kualitas air laut O O O
Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL-RPL)
7 Intrusi Air Laut O sebagai hasil lanjutan dari bentuk arahan pengelolaan dan
8 Kualitas air sungai bawah tanah O O pemantauan dari Dokumen Andal. Identifikasi dampak
9 Kuantitas airtanah O O
potensial dimaksudkan untuk menduga semua dampak
10 Limbah Padat Domestik O O
11 Limbah B3 O O
yang berpotensi terjadi jika rencana kegiatan dilaksanakan.
B.Transportasi Proses identifikasi dampak potensial dilaksanakan dengan
1 Kelancaran Lalulintas O O
2 Keselamatan Lalulintas O O
mendasarkan pada interaksi antara deskripsi rencana
3 Gangguan guna ruang jalan O kegiatan dengan kondisi rona lingkungan hidup awal. Proses
4 Kerusakan Jalan O O identifikasi dampak dilakukan menggunakan metode
C. BIOLOGI
1 Vegetasi pantai O O
matriks.
2 Satwa liar (Aves) O O Tahapan Rencana Kegiatan Pembangunan Pembenihan
3 Biota laut O O Udang (Hatchery) meliputi: tahap prakonstruksi, konstruksi,
4 Terumbu Karang O
operasi dan pasca-operasi. Dengan melingkup setiap jenis
D. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
1 Kesempatan kerja O O dalam tahapan rencana kegiatan serta identifikasi rona
2 Peluang usaha O O lingkungan hidup awal yang mencakup komponen geofisik-
3 Pendapatan masyarakat O O O O
kimia, biologi, sosial-ekonomi dan buadaya, dan kesehatan
4 Proses sosial O O O
5 Persepsi dan sikap masyarakat O O O O O
masyarakat, maka dilakukan identifikasi dampak lingkungan
E.KESEHATAN MASYARAKAT yang diprakirakan potensial akan terjadi akibat kegiatan
1 Gangguan kesehatan masyarakat O O O
tersebut
2 Sanitasi lingkungan O O

TOTAL 59 DAMPAK POTENSIAL YANG


Total DP per kegiatan 4 4 6 8 12 - 22 2 1
Total DP per tahapan kegiatan 4 30 24 1
Total kegiatan
Keterangan:O = Dampak Potensial (DP)
59 Dampak Potensial
DITIMBULKAN (SK KA Nomor 188/435)
DAMPAK PENTING HIPOTETIK
YANG DITIMBULKAN DARI
Rencana Pembangunan Pembenihan udang (Hatchery)
DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Komponen kegiatan*
No. Komponen Lingkungan Hidup
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Prinsip dasar evaluasi dampak potensial adalah memberikan
A.GEO-FISIK-KIMIA dugaan sementara (hipotetik) secara lebih mendalam terhadap
1 Kualitas udara x v x v x
dampak-dampak potensial dengan menekankan pada
2 Kebisingan x x x
3 Getaran Y
kemungkinan besar dampak tersebut secara hipotetik adalah
4 Surface Runoff x v dampak penting. Dengan demikian penetapan mengenai
5 Erosi dan Sedimentasi v besaran dampak hipotetik serta tingkat kepentingan dampak
6 Kualitas air laut v x v hipotetik tetap berlandaskan pada kaidah penetapan besaran
7 Intrusi Air Laut Y
dampak dan kepentingan dampak. Evaluasi dampak potensial
8 Kualitas air sungai bawah tanah v x
9 Kuantitas airtanah v x
dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria atau
10 Limbah Padat Domestik v v penentu untuk menjadikannya dampak penting hipotetik (DPH),
11 Limbah B3 v x yaitu:
B.Transportasi
1. Adanya kemungkinan bahwa beban terhadap komponen
1 Kelancaran Lalulintas x v
2 Keselamatan Lalulintas x v
lingkungan tersebut sudah tinggi;
3 Gangguan guna ruang jalan v 2. Adanya kemungkinan bahwa komponen lingkungan
4 Kerusakan Jalan Y Y tersebut memegang peranan penting sehingga dapat
C. BIOLOGI
mempengaruhi kehidupan sehari-hari warga masyarakat
1 Vegetasi pantai x v
2 Satwa liar (Aves) x v
sekitar (nilai sosial-ekonomi-budaya) dan komponen
3 Biota laut Y x lingkungan lainnya (nilai ekologis-keutuhan ekosistem);
4 Terumbu Karang x 3. Kemungkinan adanya kekhawatiran masyarakat yang
D. SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA
tinggi tentang komponen lingkungan tersebut;
1 Kesempatan kerja x x
2 Peluang usaha x x
4. Kemungkinan adanya aturan atau kebijakan yang akan
3 Pendapatan masyarakat x x x x dilanggar dan atau dilampaui oleh dampak tersebut, dan
4 Proses sosial x x x 5. Belum adanya rencana upaya penanggulangan dampak
5 Persepsi dan sikap masyarakat x x x x v
yang didasarkan atas pedoman atau SOP tertentu.
E.KESEHATAN MASYARAKAT
1 Gangguan kesehatan masyarakat x x Y

2 Sanitasi lingkungan v x TOTAL 35 DAMPAK PENTING, 6 DTPH dan


Total DPH per kegiatan
Total DPH per tahapan kegiatan
4
4
4 5
19
4 6 - 11
12
1 -
18 DTPH DIKELOLA DAN DIPANTAU
Total kegiatan : 35 DPH; 6 DTPH; dan 18 DTPH Dikelola dan Dipantau
Keterangan:(x=Dampak Penting Hipotetik) ;(Y= Dampak Tidak Penting Hipotetik ); (v = Dampak Tidak Penting Hipotetik Dikelola dan Dipantau)
(SK KA Nomor 188/435)
RONA
LINGKUNGAN HIDUP AWAL
RLA KOMPONEN: GEO-FISIK-KIMIA
Hasil Pengukuran Mengacu pada konversi ISPU terhitung ke dalam skala
Parameter Baku Mutu* Metode Alat Lokasi
(1)
Lokasi
(2)
Lokasi
(3)
kualitas lingkungan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk
FISIKA
paramater kunci kualitas udara ambien dengan parameter
Suhu udara oC 30,0 28,0 32,0 CO dan PM10 yang diukur di titik masing-masing sample
Kelembaban %RH 60 62,5 56,3 masuk dalam kategori sangat baik (skala 5) untuk paramater
Arah angin Xo Timur Timur Timur PM10 dan kategori sedang (skala 3) untuk paramater CO di
Kecepatan
0,56 m/dtk 2,4 1,2 2,2 lokasi tapak proyek sedangkan skategori baik (skala 4) untuk
angin
paramater PM10 dan kategori Sedang (skala 3) CO di lokasi
Cerah Cerah
Cuaca -
berawan berawan
Cerah sampel 3 (Dusun Rejosari, Desa Kemadang) dan kategori
Kebisingan 70 dBA (Leq)
MU.04/SLM/04
46,2 61,5 45,3
buruk (skala 2) di lokasi sampel 2 (Pantai Baron, Desa
(Sound Level Meter) Kemadang)
KIMIA
Karbon
30.000 µg/m3 Spektrofotometer 75,45 267,87 105, 33
monoksida (CO)
Debu diameter
150 µg/m3 SNI 19-7119.3-2005 35,43 97,95 78,93
10 (PM.10)
Sumber:Data Primer, Balai Hiperkes dan Keselamatan Kerja DIY (2017) 2015;
Baku Mutu Udara Ambien berdasarkan Lampiran Keputusan Gubernur DIY No.153 Tahun 2002 dan
Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 176 Tahun 2003 tentang Baku Tingkat Getaran,
Kebisingan dan Kebauan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Keterangan:
Lokasi (1): Tapak Proyek, Desa kanigoro, Kec. Saptosari; Koordinat : 8°07'89.0"LS dan 110° 32'52,80"BT
Lokasi (2): Pantai Baron, Desa Kemadang, Kec. Tanjung Sari; Koordinat : 8°07'68"LS dan 111° 32'34.95,9"BT
Lokasi (3): Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Kec. Tanjung Sari; Koordinat : 8°12'34,60"LS dan 111° 32'89,70"BT

Lokasi Skala Kualitas


Parameter ISPU terhitung* Kategori
Sampling Lingkungan
CO 96,1 Baik 4
KU-1
PM10 35,4 Sangat Baik 5

CO 219,8 Buruk 2
KU-2
PM10 73,88 Baik 4

CO 126,1 Sedang 3
KU-3
PM10
Sumber: Hasil perhitungan data primer, (2017)
64,46 Baik 4
KUALITAS UDARA
RLA KOMPONEN: GEO-FISIK-KIMIA
Hasil Uji Laboratorium Hasil analisis Pij Kategori Skala Lingkungan
No Parameter Unit Baku Mutu Rentang Nilai
No Sampel Sampel Sampel Sampel
Sampel (1)* Sampel (2)** Pij Sampel (1) Sampel (2)
(1) (2) (1) (2)
1 Bau - Tidak Berbau Tidak Berbau Tidak Berbau
1 0 ≤ Pi ≤ 1,0
2 Rasa - Tidak Berasa Tidak Berasa Tidak Berasa
3 Warna TCU 3,38 5,13 15
2 1,0 ≤ Pi ≤ 5,0

4 Kekeruhan NTU 0,97 1,98 5 3 5,0 ≤ Pi ≤ 10 10,03 13,35 Buruk Buruk Skala 2 Skala 2
5 Temperatur oC 26 26 24 (± 3) oC 4 10 ≤ Pi ≤ 15
6 Residu terlarut (TDS) mg/L 261 317 1000 5 Pi > 15
7 Besi mg/L 1,88 0,04 1 Sumber : Permen LH No. 115 Tahun 2003

8 Flourida mg/L 0,65 0,001 1,5 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil analisis
9 Kadmium mg/L 0,001 0,001 0,005 perhitungan indeks pencemaran air (Pij) tersebut dapat
10 Kesadahan (CaCO3) mg/L 984,4 431,01 500 memberikan gambaran bahwa di wiliyah studi rencana
11 Klorida (Cl) mg/L 134,43 7,88 600 kegiatan kualitas air tanahnya tercemar berat dengan
12 Krom (VI) mg/L 0,02 0,03 0,05
nilai Pij (10,0 < PIj ≤ 15,0).
13 Mangan mg/L 0,4 0,05 0,5
14 Nitrat mg/L 1,5 0,54 10
15 Nitrit mg/L 2,92 0,08 1
16 pH - 7,0 7,3 6,0-8,5
17 Natrium mg/L 86,84 21,32 200
18 Seng (Zn) mg/L 0,106 0,03 15
19 Sianida mg/L 0,02 0,03 0,1
20 Sulfat mg/L 0,001 0,001 400
21 Timbal mg/L 0,01 0,004 0,05
22 Deterjen µg/L 0,5 0,40 0,5
23 Permanganat µg/L 5,29 16,82 10
24 Total Coliform JPT/100 mL 1,5 x 102 2,0 x 102 0
Sumber : Balai PIPBPJK, Data Primer (2017)
Keterangan:
 Sampel (1); Sumur warga (RT 06/RW02), Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Koordinat :
7°67'10,60"LS dan 110° 32'94,60"BT;
 Sampel (2); Sumur warga (RT 03/RW 02), Dusun Rejosari, Desa Kemadang, Koordinat :
7°67'10,60"LS dan 110° 32'94,60"BT
KUALITAS AIRTANAH
RLA KOMPONEN: GEO-FISIK-KIMIA
Titik Sampling
No. Parameter Satuan Baku mutu Titik Sampling Titik Sampling Titik Sampling Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa di lokasi titik
I. Fisika
1 2 3
sampling 1 beberapa parameter seperti ammonia
1.
2.
Warna
Bau
TCU 20
tidak berbau
4,78
Tidak berbau
2,44
Tidak berbau
11,46
Tidak berbau
bebas, fosfat, nitrat, sulfida, senyawa fenol, deterjen,
3.
4.
Kecerahana
Kekeruhana
meter
NTU
>6
5
1,5
2,80
2
0,94
1,5
2,99
PAH, kromium heksavalen total, kadmium total,
5.
Padatan tersuspensi
mg/L 20 18 24* 14 tembaga total, timbal total, seng total, dan nikel total
totalb
6. Suhuc oC alami3(c) 25,7 25,7 25,8 telah melebihi baku mutu Peraturan Gubernur Daerah
7. Sampah - nihil1(4) nihil nihil nihil
8. Lapisan minyak5 - nihil1(5) nihil nihil nihil Istimewa Yogyakarta No. 3 Tahun 2010 tentang Baku
Kimia
1. pHd - 7-8,5(d) 7,2 7,2 7,2 Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari. Pada lokasi titik
2.
3.
Salinitase
Oksigen Terlarut (DO)

mg/L
alami3(e)
>5
31,5
3,22
31,6
3,13
30,6
2,13 sampling 2 beberapa parameter seperti padatan
4.
5.
BOD5
Amonia bebas (NH3-N)
mg/L
mg/L
10
nihil1
2
2,25*
3
4,0*
3
2,14
tersuspensi total, ammonia bebas, fosfat, nitrat, sulfida,
6.
7.
Fosfat (PO4-P)
Nitrat (NO3-N)
mg/L
mg/L
0,015
0,008
0,168*
0,360*
0,034*
1,478*
0,013
0,651*
senyawa fenol, PAH, kromium heksavalen total,
8.
9.
Sulfida (H2S)
Senyawa fenol
mg/L
mg/L
nihil1
nihil1
0,025*
<0,001*
0,058*
0,020*
0,043*
0,009*
kadmium total, tembaga total, timbal total dan nikel
PAH (Poliaromatik total juga telah melebihi baku mutu. Selanjutnya pada
10. mg/L 0,003 8,00*
hidrokarbon) 3,85* 3,64*
lokasi titik sampling 3 beberapa parameter seperti nitrat,
11. PCB (poliklor bifenil) µg/l nihil1 - - -
12. Surfaktan (deterjen)
mg/L
0,001 0,356* <0,001 <0.001
sulfida, senyawa fenol, PAH, kromium heksavalen total,
MBAS
13. Minyak dan lemak mg/L 1 0 0 0 kadmium total, tembaga total, timbal total dan nikel
14. Pestisida
Logam terlarut
µg/L nihil1(f) 158,96 (mg/L) 88,03 54,10
total juga telah melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan
15. Raksa (Hg) total
Kromium heksavalen
mg/L 0,0006 1,71 0,55 6,98
bahwa kualitas lingkungan perairan disekitar lokasi
16. mg/L 0,002 0,011* 0,014* 0,004*
17.
(Cr (VI)) total
Arsen (As) total mg/L 0,025 0,43 <0,01 <0,01
tapak proyek telah mengalami degradasi sebelum
18.
19.
Kadmium (Cd) total
Tembaga (Cu) total
mg/L
mg/L
0,002
0,050
0,053*
0,102*
0,036*
0,084*
0,038*
0,105*
adanya rencana kegiatan usaha hatchery yang
20.
21.
Timbal (Pb) total
Seng (Zn) total
mg/L
mg/L
0,005
0,095
0,768*
0,097*
0,826*
0,062
0,939*
0,071
kemungkinan disebabkan oleh aktivitas antropogenik
22. Nikel (Ni) total mg/L 0,01 0,359* 0,479* 0,324* seperti pemukiman, pariwisata dan perikanan dan
Biologi
1. E Coliform (faecal)g
MPN/100
200(g) <1,8 <1,8 <1,8
kelautan yang berada disekitar lokasi. Kesimpulan Skala
ml
2. Coliform (total)g
MPN/100
700(g) 4,5 9,2 9,2
Baik (4)
ml
Radio Nuklida
Komposisi yang tidak
1. Bq/L 4 - - -
diketahui
er: Data Primer, 2017 KUALITAS AIR LAUT
RLA KOMPONEN: TRANSPORTASI

Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa kinerja


lalu lintas pada simpang 3 tak bersinyal Desa Rejosasri
dan Baran dengan Skala Baik (4) KINERJA LALU LINTAS
RLA KOMPONEN: BIOLOGI
No Nama Lokal Nama Ilmiah
1 Ajeran Bidens pilosa
2 Alpukat Persea americana
3 Awar-awar Ficus septica
4 Bandotan Ageratum conyzoides
5 Bayam duri Amaranthus spinosus
6 Beluntas Pluchea indica
7 Biduri Calotropis gigantea
8 Bunga jarong Saraca asoca
9 Bunga telang Clitoria ternatea
10 Cabai Piper retrofractum Vahl
11 Calincing Oxalis corniculata No Parameter Lingkungan Skala Kriteria Keterangan
12 Catnip Nepeta cataria
13 Cemara udang Casuarina equisetifolia
14 Ciplukan Physalis peruviana 1. Keanekaragaman jenis 1 Terdapat < 6 jenis vegetasi 1. : Buruk sekali
15 Daun antanan Centella asiatica
16 Daun anting-anting Acalypha australis vegetasi 2. : Buruk
17 Daun dewa Gynura divaricata 2 Terdapat 6 - 10 jenis vegetasi
18 Daun iler Coleus scutellarioides
19 Inggu Ruta graveolens 3. : Sedang
20 Jagung Zea mays 3 Terdapat 11 - 15 jenis vegetasi
21 Kacang Arachis hypogaea 4. : Baik
22 Keladi Caladium
23 Kelapa Cocos nucifera 4 Terdapat 21 - 30 jenis vegetasi 5. : Baik sekali
24 Ketela pohon Manihot utilisima
25 Ketela rambat Ipomoea batatas
26 Ketepeng cina Senna alata 5 Terdapat > 30 jenis vegetasi
27 Ketulan Bidens pilosa Ki
28 Kirinyuh Sambucus javanica Sumber: Soerjani (1989)
29 Mengkudu Morinda citrifolia
30 Meniran Phillanthus nirruri
31 Mikania Mikania Nilai perubahan keragaman jenis dan indeks diversitas ini kemudian dikonversi
32 Lumut Mnium stellare
33 Lumut Mnium hornum menjadi Skala Kualitas Lingkungan untuk memprakirakan besarnya dampak
34
35
Lumut
Lumut
Marchantia polymorpha
Oedipodium griffithianum rencana kegiatan terhadap lingkungan hidup disekitarnya dengan
penetapan kualitas lingkungan vegetasi untuk parameter vegetasi ditetapkan
36 Lumut Polytrichum commune
37 Lumut Rhytidiadelphus triquetrus
38
39
Lumut
Lumut daun
Funaria hygrometrica
Musci
kualitasnya dengan menggunakan kriteria yang diadaptasi dari referensi
40
41
Lumut hati
Lumut tanduk
Hepaticospida
Anthocerotopsida
peneliti terdahulu dan dimodifikasi . Adapun Tabel keriteria merupakan hasil
42 Paku Dryopteris erythrosora Inventarisasi Vegetasi di Tapak Proyek. Melalui survey lapangan terdapat
Osmunda japonica
sejumlah vegetasi yang ditemukan yang mencirikan karakteristik dari ekosistem
43 Paku
44 Paku Polystichum acrostichoides

tersebut, diketahui Rona Lingkungan Awal untuk vegetasi pada titik sampel
memiliki > 30 jenis vegetasi, sehingga apabila dikonversi memiliki Skala 5 (Baik
VEGETASI Sekali).
RLA KOMPONEN: BIOLOGI
Plankton
No. Lokasi
Jenis
Jumlah
individu
Pi Ln Pi PiLnPi Indeks Diversitas Kategori Kategori Skala Kualitas
Fitoplankton Lingkungan
1. AL1 Anabaena sp 5 0,074626866 -2,595254707 -0,193675724
>3 Sangat Baik Sangat baik 5
Ankistrodesmus sp 1 0,014925373 -4,204692619 -0,062756606
Ceratium sp 2 0,029850746 -3,511545439 -0,104822252
2,4 – 3,0 Baik Baik 4
Chaetoceros sp 2 0,029850746 -3,511545439 -0,104822252
Cyclotella sp 3 0,044776119 -3,106080331 -0,139078224 2,3 – 1,7 Sedang Sedang 3
Diatoma sp 5 0,074626866 -2,595254707 -0,193675724
Fragilaria sp* 7 0,104477612 -2,25878247 -0,235992198 1,6 – 1,0 Buruk Buruk 2
Mougeotia sp 9 0,134328358 -2,007468042 -0,269659886
Navicula sp 2 0,029850746 -3,511545439 -0,104822252
<1,0 Sangat buruk Sangat buruk 1
Oscillatoria sp* 10 0,149253731 -1,902107526 -0,283896646
Sumber : Lee et al (1978)
Scenedesmus sp* 5 0,074626866 -2,595254707 -0,193675724
Synedra sp* 16 0,23880597 -1,432103897 -0,341994961 Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa indeks diversitas
Total
Zooplankton
67 H’=0.466076834
fitoplankton di lokasi titik sampling 1 sekitar 0,47, di lokasi titik
Jenis
Jumlah
individu Pi Ln Pi PiLnPi sampling 2 sekitar 0,62 dan di lokasi titik sampling 3 sekitar 0,53.
- - - - -
Beberapa jenis fitoplankton yang berada di lokasi sampling 1, 2
Fitoplankton dan 3 adalah Chaetoceros sp, Cyclotella sp, Diatoma sp,
2. AL2
Achnanthes sp
Chaetoceros sp
1
1
0,014925373
0,014925373
-4,204692619
-4,204692619
-0,062756606
-0,062756606
Fragilaria sp, Mougeotia sp, Navicula sp, Oscillatoria sp, Synedra
Cyclotella sp 3 0,044776119 -3,106080331 -0,139078224 sp. Selanjutnya jenis fitoplankton yang mendominasi lokasi
Diatoma sp 18 0,268656716 -1,314320861 -0,353101127
Fragilaria sp* 3 0,044776119 -3,106080331 -0,139078224 sampling 1, 2 dan 3 masing-masing adalah Synedra sp dengan
Mougeotia sp
Navicula sp
1
3
0,014925373
0,044776119
-4,204692619
-3,106080331
-0,062756606
-0,139078224
jumlah individu sebanyak 67, Diatoma sp dengan jumlah individu
Oscillatoria sp* 9 0,134328358 -2,007468042 -0,269659886 sebanyak 18 dan Navicula sp dengan jumlah individu sebanyak
Phacus sp*
Synedra sp*
1
12
0,014925373
0,179104478
-4,204692619
-1,71978597
-0,062756606
-0,308021368
11. Perbedaan jenis fitoplankton, jumlah individu maupun indeks
Ulothrix sp 1 0,014925373 -4,204692619 -0,062756606 diversitas ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti pergerakan
arus, kualitas lingkungan perairan tersebut dan kemampuan
Volvox sp* 1 0,014925373 -4,204692619 -0,062756606
Total 54 H’=0,617692563

fitoplankton untuk beradaptasi dengan kualitas lingkungan.


Zooplankton

Jenis
Jumlah
individu Pi Ln Pi PiLnPi
Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa Skala
- - - - - Kualitas Lingkungan untuk plankton di sekitar lokasi tapak proyek
3. AL3 Fitoplankton dengan mengacu pada Tabel memiliki Skala 1 (Sangat Buruk).
Chaetoceros sp 2 0,029850746 -3,511545439 -0,104822252
Diatoma sp
Lyngbya sp
1
1
0,014925373
0,014925373
-4,204692619
-4,204692619
-0,062756606
-0,062756606
BIOTA LAUT: Plankton
RLA KOMPONEN: BIOLOGI
No. Lokasi Prosentase tutupan karang (%)

1. Pantai Gesing 51-75


2. Pantai Ngrenehan 51-75
3. Pantai Drini 26-50
4. Pantai Krakal 26-50
5. Pantai Ngandong 26-50
6. Pantai Wediombo 26-50
Sumber: DKP Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2010

Berdasarkan Hasil penelitian Siringorino (2012),


juga menunjukkan bahwa perairan pesisir
(a) Dead Coral (b) Dead Coral with Algae (c) Acropora Digitate
Gunungkidul terutama Pantai Kukup, Pantai
Krakal, Pantai Drini, Pantai Sepanjang dan Pantai
Sundak memiliki 24 jenis karang batu yang
termasuk dalam 14 marga dan 6 suku,
diantaranya Acroporidae, Agaricidae, Faviidae,
Merulinidae, Poritidae, Pocilloporidae. Secara
umum, tingkat keanaekaragaman karang di
Pantai Selatan Jawa tergolong rendah dan
(d) Acropora Submassive (e) Acropora Encrusting (f) Coral Encrusting memiliki kemiripan dengan berbagai lokasi
No.
Parameter
Skala Kriteria Keterangan
lainnya yang secara langsung berhadapan
Lingkungan
dengan Samudera Hindia (Siringorino, 2012).
1. Terumbu 1 0-20% tutupan karang 1: Sangat buruk
karang 2 20-40% tutupan karang 2: Buruk Berdasarkan kondisi tersebut, dapat disimpulkan
3 40-60% tutupan karang 3: Sedang bahwa Skala Kualitas Lingkungan untuk
4 60-80% tutupan karang 4: Baik
5 80-100% parameter yang memenuhi baku 5: Sangat baik prosentase tutupan karang di Pantai Ngrenehan
mutu yang terdekat dengan lokasi.
Sumber: Sukarno, 1995 dimodifikasi

TERUMBU KARANG
RLA KOMPONEN: SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
Nama Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari terdiri dari 7
Laki Laki 2.877 Desa, 60 Dusun 60 RW serta 339 RT
dengan jumlah rumah tangga
Perempuan 3.141
sebanyak 9691 KK, jumlah tersebut
Jumlah 6.018 terbagi terbagi menurut jenis kelamin,
Sex Ratio 91,59
yaitu : Laki-laki 17.095 jiwa,
Perempuan 18.363 jiwa, dengan
Sumber: Profile Kecamatan Saptosari dalam angka 2015
jumlah total keseluruhan 35.458 jiwa.
Sedangkan yang termasuk diwilayah
studi hanya Desa Kanigoro dengan
jumlah Dusun sebanyak 10, RW 10
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan /Pertahun (%)
dan Jumlah RT 4 dengan jumlah
2013 6018 -
penduduk terdampak berada
2014 6114 1,52 diwilayah Dusun Ngresik sebanyak
2015 6212 1,55 557 jiwa 941 jiwa dengan 151 KK,
2016 6312 1,58 sedangkan Dusun Kranon sebanyak
Sumber: Data diolah 2016
384 jiwa dengan 82 KK

Wilayah Kecamatan Saptosari merupakan wilayah dengan kontur berbukit bukit dengan kondisi kepadatan penduduk yang
masih sangat rendah sehinggaakses menuju ke pusat kegiatan perekonomian menjadi sangat penting untuk meningkatkan
perekonomian serta kemudaha akses menuju fasilitas perekonomian. salah satu keluraha diwilayah Kecamatan saptosari yang
berbatasan langsung dengan samudera hindia adalah Desa Kanigoro yang memiliki wilayah pesisir yang telah sejak lama
berkembang menjadi tujuan wisata bahari, yaitu Pantai Baron. Terkenalnya pantai baron sudah sampai ke mancanegara
sehingga kegiatan wisata ini mampu menggerakkan perekonomian lokal masyarakatnya dengan berbagai jenis usaha yang
dikelola seperti warung makan ikan laut, warung jajannan, warung oleh oleh, penginapan, lahan parkir serta pedagang
asongan. Rencana Kegiatan Usaha pembibitan udang ini diyakini mampu menambah peluang usaha maupun peluang kerja
yang dapat dinikmati oeh masyarakat setempat sehingga kegiatan perekonomian diwilaya saptosari akan lebih dinamis
RLA KOMPONEN: SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA
No Pekerjaan Pokok Responden JUMLAH PROSENTASE (%)
1 Petani 39 52
2 Perangkat Desa 3 4
3 Buruh bangunan 12 16
4 Wiraswasta 12 16
5 Nelayan 2 2
6 Pedagang 5 6
7 PNS 1 1
8 Serabutan/Tdk Bekerja 2 2
9 Pensiunan 1 1
Sumber : Data primer diolah 2017
Data jumlah pencari kerja pendaftar baru di Kabupaten Gunungkidul tahun 2014 sebanyak 2.219 orang atau
mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni hampir mencapai 44 persen bila dibandingkan dengan
tahun 2013 (BPS Gunungkidul 2016). Sedangkan menurut hasil penyebaran kuesioner , warga masyarakat di
wilayah studi yang menjadi responden sebagian besar bekerja pada bidang pertanian 52% disusul 16%
bekerja disektor Buruh bangunan dan wiraswasta 16% pula. Sedangkan yang masih belum memiliki
pekerjaan tetap/serabutan dan atau tidak bekerja sebanyak 2% seperti yang terlihat dalam tabel dibawah
ini.
Kondisi tersebut diatas termasuk dalam kondisi yang sangat baik karena dari 75 responden hanya 2 % yang
belum memiliki pekerjaan tetap. Namun demikian berdasarkan hasil dari wawancara mendalam dengan
beberapa tokoh masyarakat seperti Kepala Desa, Dukuh Ngresik dan Kranon menyatakan masih cukup
banyak warganya yang belum memiliki pekerjaan tetap/serabutan, meskipun mereka tidak dapat
memberikan informasi berapa jumlah pasti warga mereka yang belum memiliki pekerjaan tetap/serabutan

Jenis Pekerjaan Pokok Responden


RLA KOMPONEN: SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA

Pendapatan Responden (Rp.)


KETERANGAN 1.000.001- 2.000.001- Lebih dari
0-1.000.000
2.000.000 3.000.000 3.000.000
JUMLAH 34 28 11 5
PROSENTASE (%) 44 36 14 6
Sumber: Olah data primer 2017

Wilayah studi yang terletak dalam wilayah administrasi Desa Kanigoro


memiliki statndart pengupahan yang diatur dapak keputusan Gubernur
DIY dengan UMK sebesar Rp. 1.337.650. Apabila keadaan ini diberikan
skor untuk menentukan kondisi awal tanpa proyek, maka sesuai dengan
pedoman tabel skala kualitas lingkungan dimana pendapatan
terbanyak responden adalah Rp. 0- 1 Juta rupiah, maka kualitas
lingkungannya termasuk kategori jelek (2).

Tingkat pendapatan responden


RLA KOMPONEN: SOSIAL-EKONOMI-BUDAYA

Intensitas konflik
KETERANGAN
Jarang Kadang Kadang

JUMLAH 70 5
PROSENTASE (%) 94 6

Hasil dari pengolahan data penyebaran kuesioner yng menyatakan


bahwa daerah diwilayah studi jarang timbul konflik (94%) dari 75
responden sedang kan yang menyatakan sering hanya 6%. Apabila
keadaan ini diberikan skor untuk menentukan kondisi awal tanpa proyek,
maka sesuai dengan pedoman tabel skala kualitas lingkungan dimana
Konflik jarang timbul di tengah masyarakat, maka kualitas lingkungannya
termasuk kategori sedang (3)

Proses Sosial
RLA KOMPONEN: KESEHATAN MASYARAKAT
No. Puskesmas Saptosari Jumlah Puskesmas Tanjung Sari Jumlah

1. ISPA 3710 Hipertensi Primer 1956


2. Gangguan Sendi 1084 ISPA 1492
3. Nyeri kepala/chepalgia 1014 Nasopharingitis akut 1429
4. Hipertensi 814 Gangguan sendi 1105
5. Gastritis 787 Gangguan lain jaringan otot 1084
6. Demam tanpa penyebab 733 Gastritis 826
7. Gangguan lain jaringan otot 702 Dermatitis Kontak Alergi 729
8. Asma 648 Nyeri kepala/chepalgia 658
9. Batuk 644 Gingivitis dan periodontal 602
10. Dermatitis Kontak Alergi 523 Pharyngitis akut 478
Sumber : Puskesmas Saptosari dan Puskesmas Tanjungsari, 2016
Berdasarkan data sekunder di Puskesmas diketahui bahwa 3 penyakit dominan di Puskesmas Tanjung Sari adalah
Hipertensi primer, ISPA dan Nasopharingitis akut. Sedangkan 3 penyakit dominan di Puskesmas Saptosari adalah
ISPA, Gangguan Sendi dan Nyeri kepala/chepalgia. Jenis penyakit ini umumnya disebabkan oleh perilaku hidup
bersih dan sehat masyarakat seperti kebersihan lingkungan khususnya kualitas udara dan status gizi. Factor
penyebab lainnya antara lain daya tahan tubuh yang rentan, perubahan iklim, nutrisi yang tidak seimbang,
beban kerja seseorang dan lain sebagainya

10 besar pola penyakit di wilayah studi


RLA KOMPONEN: KESEHATAN MASYARAKAT

Berdasarkan data primer dari penyebaran kuesioner di wilayah studi, dari 75 responden yang diambil diketahui
bahwa penyakit yang sering diderita oleh responden di wilayah studi adalah demam dan batuk (88%), hal ini
kemungkinan dipengaruhi oleh perubahan iklim saat ini

Pola penyakit responden di wilayah studi


RLA KOMPONEN: KESEHATAN MASYARAKAT

Berdasarkan data profil puskesmas,


masyarakat di Kabupaten Gunungkidul
menggunakan sumber air minum yang
bervariasi. Sumber air minum yang paling
banyak digunakan masyarakat adalah
sumur terlindung yang mencapai 32,75
persen. Sedangkan yang terbanyak kedua
yaitu sumber air minum leding meteran
yang mencapai 22,69 persen, leding
meteran ini diperoleh dari PDAM. Sumber
air minum terbanyak ketiga adalah air
hujan yang mencapai 18,36 persen, ini
dikarenakan di beberapa wilayah di
Kabupaten Gunungkidul sulit untuk
mendapatkan air bersih dari dalam tanah
atau dari permukaan tanah.

Berdasarkan data primer (2017), diketahui


bahwa dari 75 responden yang mengisi
kuesioner 60% diantaranya menggunakan
PDAM dan air hujan sebagai sumber air
bersih rumah tangga mereka

Sumber air bersih responden di wilayah studi


RLA KOMPONEN: KESEHATAN MASYARAKAT

Selain fasilitas air bersih, fasilitas


perumahan yang
berhubungan kesehatan
masyarakat adalah
ketersedian jamban keluarga.
Sebab jamban yang sehat
mempengaruhi kesehatan
penghuninya dan masyarakat
disekitarnya. Tahun 2016,
rumah tangga yang
mempunyai jamban sendiri
sebanyak 86,25%, sedangkan
yang menggunakan jamban
bersama (lebih dari satu rumah
tangga) sebanyak 12,04%.

Berdasarkan data primer


(2017), diketahui bahwa dari 75
responden yang mengisi
kuesioner 100% diantaranya
memiliki jamban

Kondisi jamban responden di wilayah studi


METODE
PRAKIRAAN DAMPAK
METODE PRAKIRAAN DAMPAK (BESARAN DAMPAK)
Prakiraan besaran dampak dihitung dengan menggunakan formula sederhana:

(BD) Besar dampak = KLp – KLTP


Dimana:
KLp = kualitas lingkungan yang akan datang dengan proyek
KLTP = kualitas lingkungan yang akan datang tanpa proyek

metode prakiraan besaran dampak


yang digunakan meliputi :
1. Metode perhitungan
matematis (formal),
2. Metode penilaian ahli
(professional judgement) atau
non formal.

Sumber:
Darmakusuma (2012)

Gambar Konsep Penentuan (Besaran Dampak)


Terhadap komponen lingkungan hidup
METODE PRAKIRAAN DAMPAK (SIFAT PENTING DAMPAK)
No Dampak Penting Keterangan
1 Kriteria 1 Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2 Kriteria 2 Luas wilayah persebaran dampak
3 Kriteria 3 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4 Kriteria 4 Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
5 Kriteria 5 Sifat kumulatif dampak
6 Kriteria 6 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7 Kriteria 7 Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Sumber:
PP No. 27 Tahun 2012

Berdasarkan pada batasan tersebut di atas maka pembobotan untuk setiap


parameter penentu tingkat kepentingan dampak ditetapkan seperti berikut
ini.
1. Apabila jumah P ≥ 3 dari Total 7 (P) maka termasuk dalam kategori
Penting (P).
2. Apabila jumlah P < 3 Total 7 (P) maka termasuk dalam kategori Tidak
Penting (TP).

Konsep Penentuan (Sifat Penting Dampak)


Terhadap komponen lingkungan hidup
REKAPITULASI 35 DAMPAK PENTING HIPOTETIK (BESARAN DAN SIFAT PENTING DAMPAK)
EVALUASI TERHADAP KOMPONEN
LINGKUNGAN HIDUP SECARA HOLISTIK
EVALUASI TERHADAP KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP SECARA HOLISTIK
Kriteria Sifat Penting
Keterangan Justifikasi *Kesimpulan
Evaluasi Dampak
Tidak dapat ditoleransi;
Evaluasi secara holistik dampak tidak dapat
ditanggulangi; perlu
(evaluasi dampak terhadap 1
Dampak
melakukan identifikasi
Apabila P  3 dan besaran
KP
Kritis angka prakiraan dampak  3
setiap dampak penting alternatif untuk
meniadakan sumber
hipotetik) dilakukan setelah dampak
prakiraan terhadap setiap Penting: dampak
dapat ditanggulangi;
dampak penting hipotetik, 2
Dampak
Moderat
Sejauh memungkinkan
Apabila P  3 dan besaran
angka prakiraan dampak = 2
KP
dampak
baik besaran dampak harus dikelola
maupun sifat penting Dampak
Penting: dampak
Apabila P  3 dan besaran
3 dapat ditanggulangi; KP
dampak. Pedoman Mayor
dampak harus dikelola
angka prakiraan dampak = 1

mengevaluasi dampak besar Apabila P 1 dan besaran


Tidak Penting:
dan penting digunakan
angka prakiraan dampak >
Dampak Terdeteksi adanya Baku Mutu Lingkungan
4 KP
interaksi antara besaran Minor dampak tetapi tidak
penting
(BML) atau diprakirakan akan
mengganggu kondisi sosial-
dampak dengan tingkat ekonomi-budaya masyarakat

kepentingan dampak Tidak Penting: Besarnya


Dampak perubahan hampir
menggunakan kriteria 5
Diabaikan sama dengan variasi
Di luar ketiga kriteria di atas TKP
alami
Sumber: Adopsi PSLH-UGM, 2005
*Keterangan: KP (Dikelola dan Dipantau)
TKP (Tidak Dikelola dan Dipantau)

Konsep Penentuan Evaluasi (Matriks Sederhana Dimodifikasi)


Evaluasi secara holistik 35 DAMPAK PENTING HIPOTETIK
REKAPITULASI EVALUASI 35 DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Kesimpulan Evaluasi Munculnya peluang
Sumber Jenis 3 20 
No No No berusaha
Dampak Dampak
PK TPTK
4
Peningkatan
pendapatan 21  Dalam Dokumen
A Tahap Pra-Konstruksi

1
Tambahan
1  5
masyarakat
Munculnya persepsi
22 
Kerangka Acuan yaitu
59 Dampak Potensial
kesempatan kerja dan sikap masyarakat
Peningkatan Gangguan

(DP) menjadi “35


2 pendapatan 2  6 kesehatan 23 
Penerimaan masyarakat
A1 tenaga kerja masyarakat
Gangguan proses
Kontruksi 3
sosial
3  C
C
Tahap Operasi
Dampak Penting
Munculnya persepsi
Hipotetik (DPH)” ; “6
Tahap Persiapan (Persiapan/Pencucian Bak dan Pemakaian Disinfektan)
4 dan sikap 4  1
masyarakat Penurunan kualitas air

Dampak Tidak Penting
1 24
laut
B Tahap Konstruksi
Penurunan kualitas air
1
Tambahan
kesempatan kerja
5 
2
sungai bawah tanah
Penurunan kuantitas
25 
Hipotetik”dan “18
Penerimaan
2
Peningkatan
pendapatan 6 
3
air tanah
26 
Dampak Tidak Penting
masyarakat 4 Timbulan limbah B3 27 
B1 tenaga kerja
operasional 3
Gangguan proses
7 
Tahap
Pemeliharaan
5
Penurunan populasi
28 
(DTPH) Namun Dikelola
sosial
dan Dipantau” hingga
dan Panen biota laut
Munculnya persepsi (Pemberian Terganggunya
4 dan sikap 8  C Pakan, 6 29 
di analisis pada
Terumbu Karang
masyarakat 2 Penggantian Munculnya peluang
Penurunan kualitas Air, 7 30 
Dokumen ANDAL pada
1 9  berusaha
udara Penggunaan
Peningkatan
Peningkatan Probiotik, dan
Bab ini tentang evaluasi
2 10  Disinfektan)
8 pendapatan 31 
kebisingan masyarakat
Gangguan
diperoleh “32 dampak
Mobilisasi 3 11  Terganggunya proses
kelancaran lalulintas 9
sosial (konflik)
32 
B2 peralatan dan
material Gangguan
penting dikelola dan
Munculnya persepsi
4 keselamatan 12  10 33 
dan sikap masyarakat
lalulintas

5
Gangguan
kesehatan 13 
11
Penurunan kualitas
sanitasi lingkungan
34  dipantau”
masyarakat Tahap
Peningkatan Pengeringan
1
kebisingan
14  (Pencucian
C Penurunan kualitas
3
Bak/Disinfeksi 1
udara
35 
2 Surface runoff 15  dan
Penyiapan
B3 Penurunan populasi Pengeringan
lahan 3 16 
vegetasi alat produksi)
Penurunan populasi D Tahap Pasca- Operasi
4
satwa liar (Aves)
17 
Revitalisasi
Pembangunan Penurunan kualitas D1 - - - -
1
udara
18  bangunan
bangunan
B4 *Keterangan: KP (Dikelola dan Dipantau)
utama dan Peningkatan TKP (Tidak Dikelola dan Dipantau)
fasilitas
2
kebisingan
19 
Bagan Alir Evaluasi Dampak Secara Holistik Terhadap Lingkungan Hidup

Tahap Pra-Konstruksi yaitu tahap sebelum dilakukannya


kegiatan pembangunan fisik bangunan utama dan fasilitas
pendukungnya. Pada tahapan ini dilakukan kegiatan
penerimaan tenaga kerja kontruksi. Proses penerimaan tenaga
kerja akan dilakukan oleh kontraktor pelaksana dibawah
pengawasan PT. Centralpertiwi Bahari. Jumlah seluruh tenaga
kerja untuk proses pembangunan atau selama tahap konstruksi
diperkirakan sekitar 200 orang, diharapkan dapat diisi oleh
tenaga kerja lokal dari warga masyarakat setempat yang
direncanakan ± 50 %, namun dengan tetap memperhatikan
kualifikasi yang dibutuhkan.
Bagan alir evaluasi secara holistik untuk kegiatan penerimaan
tenaga kontruksi seperti disajikan pada Gambar 4.1 dapat
disimpulkan bahwa alur dampak penting yang sifatnya primer
adalah tambahan kesemapatan kerja dan peningkatan
pendapatan masyarakat, sedangkan dampak turunan
pertama adalah gangguan proses sosial dan dilanjutkan
dampak turunan kedua adalah memunculkan persepsi dan
sikap masyarakat (positif) terhadap rencana kegiatan ini

Tahap Pra- Kontruksi


Bagan Alir Evaluasi Dampak Secara Holistik Terhadap Lingkungan Hidup

Tahap Kontruksi
Bagan Alir Evaluasi Dampak Secara Holistik Terhadap Lingkungan Hidup

Tahap Operasi
REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

1. Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan 

Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

Lokasi rencana kegiatan sudah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul No. 6
Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Gunungkidul 2010 – 2030:

 Pasal 37 sebagian lokasi berada pada kawasan budidaya dengan peruntukan sebagai kawasan
pertanian lahan kering dan pada pasa 540 ayat (5) huruf f sebagaian lokasi berada ada
kawasaan budidaya tata ruang yang sesuai pemanfaatannya, yaitu diperuntukkan sebagai
kawasan budidaya dengan fungsi kawasan pertanian lahan kering.
 Selain kesesuaian dari aspek tata ruang diperkuat dengan diterbitkannya Keputusan Bupati
Gunungkidul terkait Ijin lokasi dengan Nomor: 198/KPTS/1/2015 Tentang Izin Lokasi Pembangunan
Hatchery (pembenihan udang) kepada PT. Centralpertiwi Bahari
 Risalah pertimbangan teknis pertanahan terkait Izin Lokasi Nomor :114/2015 dari Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Keterangan: Informasi tata ruang


dalam Lampiran 1.1 dan narasi dalam dokumen Hal. II-1

Rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan


REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya alam
2.
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

A. Bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan diperbolehkan untuk dilaksanakan pada rencana
lokasi tapak proyek sesuai peraturan perundang-undangan:

 Peraturan Daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul No. 6 Tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Gunungkidul 2010 – 2030, disebutkan bahwa yaitu diperuntukkan
sebagai kawasan budidaya
 Keputusan Bupati Gunungkidul terkait Ijin lokasi dengan Nomor: 198/KPTS/1/2015 Tentang Izin
Lokasi Pembangunan Hatchery (pembenihan udang) kepada PT. Centralpertiwi Bahari seluas
67.000 m2

B. Seluruh kajian dalam Andal dan RKL-RPL tidak bertentangan dengan kebijakan dibidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup
2. Undang-Undang Nomer 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
4. Peraturan Daerah DIY Nomor 5 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Air Tanah, pada Bagian
Kelima mengatur tentang Konservasi Air Tanah.

Implementasi dari pengelolaan ini tertulis didalam dokumen Andal dan RKL sub bab 2 Hal II-2 s/d Hal.
II-3 terkait 33 Dampak penting yang perlu dikelola dan dipantau

Kebijakan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta sumber daya alam
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

3 Kepentingan pertahanan dan keamanan 

Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

Rencana kegiatan ini tidak akan mengganggu kepentingan pertahanan dan keamanan karena
berada di luar kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan serta latihan militer
seperti yang tertuang pada:

 Peraturan Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul No. 6 Tahun 2011 tentang RTRW
Kabupaten Gunungkidul 2010 – 2030: Pasal 37 lokasi berada pada kawasan budidaya

 Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2010 Paragraf 9 Pasal 78.

Kepentingan pertahanan dan keamanan


REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek biogeofisik
4 kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat pada tahap 
prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Usaha dan/atau Kegiatan.
Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

1. Telah dilakukan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak, untuk setiap
komponen: geo fisik kimia, transportasi, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan
masyarakat untuk masing-masing tahap prakonstruksi, konstruksi, dan operasi dengan
menggunakan metode ilmiah yang lazim digunakan sesuai standar nasional dan internasional
(Andal Bab III)
2. Sudah dilakukan proses prakiraan secara kuantitatif untuk besaran-besaran kuantitatif,
prakiraan secara cermat telah dilakukan untuk 35 DPH.
3. Telaah dilakukan kajian mendalam dan analisis yang komprehensif terhadap semua
komponen kegiatan, rona lingkungan awal, prakiraan dampak, dan
4. telah dilakukan evaluasi dampak secara holistik dan cermat terhadap besaran dan sifat
penting dampak pada komponen geo-fisik-kimia, transportasi, biologi, sosial ekonomi budaya
dan kesehatan masyarakat pada masing-masing tahap kegiatan yaitu pra konstruksi, konstruksi
dan operasi.

Implementasi tertulis didalam


Dokumen ANDAL Pada BAB III (hal III-1 s/d III-124)

Prakiraan secara cermat mengenai besaran dan sifat penting dampak dari aspek biogeofisik
kimia, sosial, ekonomi, budaya, tata ruang, dan kesehatan masyarakat pada tahap
prakonstruksi, konstruksi, operasi, dan pasca operasi Usaha dan/atau Kegiatan.
REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah kesatuan yang
5 saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui perimbangan dampak penting yang 
bersifat positif dengan yang bersifat negatif.
Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

1. Sudah dilakukan evaluasi secara holistik menggunakan metode Matriks Sederhana, sudah
dirumuskan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, sudah dilakukan evaluasi secara
holistik untuk menyusun pernyataan kelayakan lingkungan hidup.

2. Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh Dampak Penting Hipotetik telah dilakukan sebagai
sebuah kesatuan yang saling terkait dan saling mempengaruhi, sehingga diketahui
perimbangan dampak penting yang bersifat positif dan negatif sebagai dasar melakukan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup terhadap aspek geo-fisik-kimia, transportasi,
biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan masyarakat pada masing-masing tahap
kegiatan yaitu pra konstruksi, konstruksi, dan operasi.

3. Pengelolaan dan pemantauan dilakukan untuk setiap jenis dampak baik negatif maupun
negatif untuk setiap tahapan kegiatan.

Implementasi dari hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting tertulis didalam
dokumen Andal dan RKL:
1. Rekapitulasi Dampak Penting yang perlu dikelola dan dipantau tertuang pada BAB 4 SUB BAB
4.1 (Hal. IV-22 s/d IV-23)
2. Uraian keterkaitan dan saling mempengaruhi tertuang pada BAB 4 Sub Bab 1 (Hal. IV-24 s/d
IV-28)
3. Uraian Dokumen RKL-RPL , SUB BAB 2 (Hal II-2 s/d Hal. II-19) terkait 33 Dampak penting yang
perlu dikelola dan dipantau.

Hasil evaluasi secara holistik terhadap seluruh dampak penting sebagai sebuah kesatuan yang
saling terkait dan saling mempengaruhi sehingga diketahui perimbangan dampak penting yang
bersifat positif dengan yang bersifat negatif.
REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

Kemampuan pemrakarsa dan/atau pihak terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulanggi
6 dampak penting negatif yang akan ditimbulkan dari Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan 
dengan pendekatan teknologi, sosial, dan kelembagaan.

Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

Dari kegiatan ini diprakirakan akan muncul berbagai dampak yang akan berpengaruh terhadap
lingkungan hidup. Terhadap semua dampak yang muncul, Pemrakarsa berkomitmen untuk mengendalikan
semua jenis dampak tersebut semaksimal mungkin melalui pendekatan secara teknologi, sosial dan
kelembagaan. Mengingat adanya jenis dampak yang muncul akibat terakumulasinya dengan jenis
kegiatan lainnya, maka dalam hal ini diperlukan adanya pendekatan pengelolaan secara lebih intensif
dengan pihak terkait lainnya yaitu:
1. Penurunan kuantitas airtanah. Diperlukan adanya kerjasama dan tanggung jawab dari pihak
pemangku kepentingan, dalam hal ini adalah Dinas PUP-ESDM DIY yang berwenang dalam
pengaturan atau perijinan penggunaan airtanah di wilayah DIY.
2. Penurunan Kualitas air laut. Diperlukan adanya kerjasama dan tanggung jawab dari pihak
pemangku kepentingan, dalam hal ini adalah Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK
Pusat) yang berwenang dalam pengaturan atau perijinan pembuangan air limbah ke badan air
(laut).
3. Penurunan kualitas airtanah. Untuk menekan penurunan kualitas airtanah diperlukan adanya
pendekatan sosial dengan warga masyarakat di sekitar lokasi rencana usaha/kegiatan dan secara
kelembagaan dengan Dinas Kesehatan untuk selalu memberikan penyuluhan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) mengingat penurunan kualitas airtanah diantaranya sebagai akibat
kurangnya PHBS masyarakat.
4. Surat kesanggupan Pemrakarsa dalam melaksanakan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dicantumkan dalam dokumen RKL-RPL.

Implementasi Kemampuan pemrakarsa terkait yang bertanggung jawab dalam menanggulanggi


dampak penting tertulis didalam dokumen RKL-RPL:
1. Surat pernyataan komitmen Pelaksanaan RKL-RPL tertuang pada Dokumen RKL-RPL Bab V Hal. V-2
2. Upaya bentuk pengelolaan lingkungan hidup dengan pendekatan teknologi, sosial dan
kelembagaan tertuang pada
Dokumen RKL-RPL Kolom RKL dan RPL BAB 2 dan BAB 3 Sub Bab 1 Tabel 2.3 Matrik rencana
pengelolaan Lingkungan Hidup Kolom ke-5 dan Tabel 3.3. Matrik Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup Kolom ke-5
REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat
7
(emic view)

Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

Mengingat bahwa di sekitar rencana usaha/kegiatan tidak terdapat adanya situs sosial budaya seperti
tempat-tempat (masjid, makam, tempat ziarah) yang dianggap keramat atau sakral, maka rencana
usaha/kegiatan ini tidak akan mengganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat sekitar, sehingga
dapat dianggap layak lingkungan.

Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menganggu nilai-nilai sosial atau pandangan masyarakat
(emic view)
REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)
Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas ekologis
yang merupakan: 1) entitas dan/atau spesies kunci (key species); 2) memiliki nilai penting secara ekologis
8
(ecological importance); 3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance); dan/atau 4)

memiliki nilai penting secara ilmiah

Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

Rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki jarak terdekat dengan permukiman penduduk sejauh 3 Km.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa jenis-jenis flora dan fauna yang
ditemukan merupakan jenis-jenis yang diusahakan atau dibudidayakan oleh masyarakat di halaman atau
pekarangan rumah. Oleh karena itu, rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi
dan/atau mengganggu entitas ekologis dengan pertimbangan:

1. tidak adanya entitas dan/atau spesies kunci (key species) di wilayah studi
2. tidak adanya spesies yang memiliki nilai penting secara ekologis di wilayah studi
3. tidak adanya spesies yang memiliki nilai penting secara ekonomi (economic importance) di
wilayah studi
4. tidak ada spesies yang memiliki nilai penting secara ilmiah (scientific importance) di wilayah studi

Implementasi dari Data dan informasi keempat pertimbangan tersajikan dalam BAB II Rona Lingkungan
Hidup awal khususnya SUB BAB 2.1.1 Bagian C pada Komponen Biologi

Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak akan mempengaruhi dan/atau mengganggu entitas
ekologis yang merupakan: 1) entitas dan/atau spesies kunci (key species); 2) memiliki nilai penting
secara ekologis (ecological importance); 3) memiliki nilai penting secara ekonomi (economic
importance); dan/atau 4) memiliki nilai penting secara ilmiah
REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP

Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau kegiatan
9
yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan.

Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

Jenis-jenis kegiatan yang ada di sekitar rencana usaha/kegiatan adalah kegiatan pertanian dan Pusat
pengembangan energi terbarukan dan wisataa bahari sehingga dimungkinkan akan terjadi tumpang tindih
dengan Rencana Usaha Pembenihan Udang (Shrimp Hatchery). Namun mengingat bahwa rencana
kegiatan ini mempunyai spesifikasi dan karekteristik yang relatif berbeda dengan kegiatan yang ada,
diharapkan dampak yang ada tidak akan signifikan berdampak terhadap kegiatan lain di sekitarnya.
Pemrakarsa telah mempersiapkan alternatif pencegahan dan/atau penanggulangan untuk dampak-
dampak negatif dan semaksimal mungkin akan dikembangkan dampak-dampak positif yang ada. Oleh
karena itu berdasarkan kriteria ini, rencana usaha dan/atau kegiatan layak secara lingkungan hidup.

Implementasi dari Data dan informasi keempat pertimbangan tersajikan dalam BAB II Rona Lingkungan
Hidup awal khususnya SUB BAB 2.1.2 mengenai Usaha/Kegiatan yang Ada di Sekitar Lokasi Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan

Rencana usaha dan/atau kegiatan tidak menimbulkan gangguan terhadap usaha dan/atau
kegiatan yang telah berada di sekitar rencana lokasi usaha dan/atau kegiatan
REKOMENDASI KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Keterangan
No. 10 KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP
(YA) (TIDAK)

Tidak dilampauinya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dari lokasi rencana usaha dan/atau
10
kegiatan, dalam hal terdapat perhitungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dimaksud

Pernyataan Kelayakan Lingkungan Hidup:

Berdasarkan hasil prakiraan dampak diperoleh gambaran tentang kondisi lingkungan yang akan datang dengan proyek sebagai
berikut:
 Pada saat mobilisasi peralatan dan material Tahap konstruksi. Berdasarkan nilai kosentrasi hasil prakiraan maka dapat
dianalisis nilai ISPU terhitung dan dikonversi ke dalam skala kualitas lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa untuk paramater
kunci kualitas udara dengan parameter CO dan PM10 yang diukur di titik masing-masing sample masuk dalam kategori
sangat baik (skala 5) untuk paramater PM10 dan kategori baik (skala 4) untuk paramater CO di lokasi tapak proyek
sedangkan kategori baik (skala 4) untuk PM10 dan untuk paramater CO skala sedangkan di lokasi Dusun Rejosari) dan skala
buruk (skala 2) (Pantai Baron, Desa Kemadang). Penentuan kesimpulan skala kualitas lingkungan diambil dari nilai rataan
dari skala lingkungan berdasarkan paramater kunci, dengan demikian masih termasuk dalam kriteria baik (skala 4).
 Pada saat mobilisasi peralatan dan material Tahap konstruksi mengenai kelancaran lalu lintas secara kajian mendalam
melalui prakiraan besaran dampak diketahui bahwa kinerja Simpang dan Ruas Jalan pada Kondisi dengan Proyek Tahun
2018 dimana Kinerja Ruas Jalan Baron Saat Derajat Jenuh (DS) pada waktu Pagi (0,14); Siang (0,09) dan Sore (0,13) dan
Kinerja Ruas Jalan Pantai Selatan Jawa pada waktu Pagi (0,022); Siang (0,095) dan Sore (0,211). dengan demikian masih
termasuk dalam kriteria baik (skala 4).
 Penggunaan air bersih saat operasional diestimasi sebesar 75,51 m3/hari, dampak penurunan kuantitas air tanah terjadi jika
penggunaan air bersih tidak sesuai (melebihi pemanfaatan optimum) dengan rencana kegiatan yang memanfaatkan
airtanah dalam (deep well) (21 m3/hari) (37%) sebagai cadangan dengan pembuatan 1 unit sumur borair tanah dalam
dengan kedalaman ± 130-150 m.bpl dengan debit pengambilan 0,005 m3/detik dan 63% atau 54,51 m3/hari yang disuplai
dari PDAM Tirta Handayani Kabupaten Gunungkidul
 Pada saat operasional, Prakiraan dampak terhadap penurunan kualitas air laut akibat pembuangan air limbah yang sesuai
baku mutu air limbah ke badan air (laut), secara kajian mendalam melalui prakiraan besaran dampak diketahui bahwa
potensi kosentrasi paramater kunci seperti ammonia, nitrat dan fosfat akan melebihi baku mutu masing-masing berkisar 2,797
mg/l; 0,830 mg/l dan 0,072 mg/l, sedangkan untuk BOD dan TSS masih memenuhi baku mutu berkisar 2,667 mg/l dan 18,667
mg/l. Baku mutu untuk BOD, TSS, amoniak total, nitrat dan fosfat masing-masing adalah 10, 20 mg/l, nihil, 0,008 mg/l, 0,015
mg/l. Jika pengelolaan IPAL tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan maka dampak turunan terhadap
Penurunan populasi biota laut; Terganggunya Terumbu Karang. Secara kajian mendalam melalui prakiraan besaran dampak
diketahui bahwa jika limbah cair tidak sesuai dengan baku mutu maka secara berkelanjutan penurunan kualitas air laut akan
mempengaruhi kelangsungan hidup biota laut terutama mengakibatkan terjadinya penurunan populasi biota laut seperti
plankton dan nekton. Penurunan populasi plankton dapat ditandai dengan penurunan salah satu atau beberapa jenis
spesies plankton yang diikuti dengan adanya dominasi dari jenis spesies plankton yang lain. Dengan demikian, Berdasarkan
kondisi tersebut, maka dampak yang terjadi diprakirakan adalah sedang (skala 3)

Implementasi berdasarkan pada beberapa hal tersebut, diharapkan adanya rencana usaha/kegiatan ini tidak akan melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan yang ada.
Keterangan:
 Analisis Kualitas Udara saat Mobilisasi peralatan dan material BAB 3 Hal. III-30
 Analisis transportasi saat Mobilisasi peralatan dan material BAB 3 Hal. III-39
 Analisis Kuantitas Airtanah tahap Opeari BAB 3 Hal. III-91
 Analisis Kuantitas Air Laut tahap Operasi BAB 3 Hal. III-82
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
Lokasi Periode Insitusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dampak Indikator Keberhasilan
Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
No Lingkungan Sumber Dampak Pengelolaan Lingkungan Penerima
Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Pelaksana Pengawas
Yang Dikelola Hidup Laporan
Hidup Hidup
B2. Mobilisasi Alat Dan Material (4 Dampak Penting Dikelola)
1 Penurunan Kegiatan Konsentasi paramater kunci Pendekatan Teknis: Tapak proyek dan Pengelolaan PT.Centralpertiwi  BLH DIY  BLH DIY
kualitas udara pengangkutan udara ambien yaitu PM10  Penggunaan kendaraan ruas jalan yang dilakukan Bahari selaku  Dinas  Dinas
alat dan material dan CO dibawah baku bermotor yang layak uji dilalui di lokasi selama proses pemrakarsa Lingkungan Lingkungan
ke lokasi tapak mutu untuk PM10 sebesar emisi titik pengambilan mobilisasi Hidup. Hidup.
proyek 150 µg/m3 dan CO sebesar  Mengatur laju kendaraan sampel kualitas alat dan Kabupaten Kabupaten
30.000 µg/m3 yang dengan kecepatan 30-40 udara: material Gunungkidul Gunungkidul
mengacu pada Baku Mutu km/jam menuju tapak  Lokasi (1): berlangsung  Kepala Desa
Udara Ambien Keputusan proyek Tapak Proyek, Kanigoro
Gubernur DIY No.153  Melakukan penyiraman di Desa kanigoro,
Tahun 2002 ruas jalan (Jalan BPPT) Kec. Saptosari;
menuju tapak proyek Koordinat :
secara berkala khususnya 8°07'89.0"LS
pada siang hari dan 110°
 Pembuatan kolam 32'52,80"BT
pembersihan (Trap soil)  Lokasi (2):
untuk ban kendaraan Pantai Baron,
bermotor pada saat keluar Desa Kemadang,
dari tapak proyek Kec. Tanjung
 Penerapan standar K-3 Sari; Koordinat :
bagi pekerja untuk 8°07'68"LS dan
menggunakan masker 111°
 Menggunakan penutup 32'34.95,9"BT
bak (cover desk truck) saat  Lokasi (3):
operasional kendaraan Dusun Rejosari,
pengangkut alat dan Desa Kemadang,
material Kec. Tanjung
Pendekatan Sosial: Sari; Koordinat :
 Melakukan 8°12'34,60"LS
pemberitahuan informasi dan
akan dimulainya kegiatan 111°32'89"BT
pengangkutan alat dan
material ke lokasi tapak
proyek kepada aparat
(Dusun Ngersik Desa
Kanigoro) dan stakeholder
lainnya
 Menyediakan contact
person atau pos
pengaduan jika ada
keluhan dari masyarakat

KUALITAS UDARA
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Insitusi Pemantauan Lingkungan Hidup
N
Jenis
o Metode Pengumpulan & Waktu & Penerima
Dampak Indikator /Paramater Sumber Dampak Lokasi Pantau Pelaksana Pengawas
Analisis Data Frekuensi Laporan
Yang Timbul
B2. Mobilisasi Alat Dan Material (4 Dampak Penting Dipantau)
1 Penurunan Konsentasi paramater kunci Kegiatan pengangkutan  Pengukuran parameter Tapak proyek dan Waktu: PT.Centralpertiwi  BLH DIY  BLH DIY
kualitas udara ambien yaitu PM10 dan alat dan material ke kualitas udara ambien ruas jalan yang CO = 1 jam Bahari selaku  Dinas  Dinas
udara CO dibawah baku mutu lokasi tapak proyek dilakukan oleh dilalui di lokasi PM10 = 24 jam pemrakarsa Lingkungan Lingkungan
untuk PM10 sebesar 150 titik pengambilan Frekuensi: Hidup. Hidup.
laboratorium yang
µg/m3 dan CO sebesar sampel kualitas 6 bulan sekali Kabupaten Kabupaten
30.000 µg/m3 yang mengacu terakreditasi Komite udara: selama tahap Gunungkidul Gunungkidul
pada Baku Mutu Udara Akreditasi Nasional (KAN)  Lokasi (1): mobilisasi alat  Kepala Desa
Ambien Keputusan Gubernur dengan 2 paramater, Tapak Proyek, dan material Kanigoro
DIY No.153 Tahun 2002 sebagai berikut: Desa kanigoro, berlangsung
Parameter Metode Alat Kec. Saptosari;
CO Spektrometri NDIR Koordinat :
Total Gravimetri PM10
partikel meter
8°07'89.0"LS
dan 110°
32'52,80"BT
 Membandingkan hasil
 Lokasi (2):
pengukuran dengan baku
Pantai Baron,
mutu sesuai Keputusan
Desa
Gubernur DIY No.153
Kemadang, Kec.
Tahun 2002 Tentang
Tanjung Sari;
Baku Mutu Udara
Koordinat :
Ambien Daerah di DIY
8°07'68"LS dan
111°
32'34.95,9"BT
 Lokasi (3):
Dusun Rejosari,
Desa
Kemadang, Kec.
Tanjung Sari;
Koordinat :
8°12'34,60"LS
dan
111°32'89"BT

KUALITAS UDARA
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Lokasi Periode Insitusi Pengelolaan Lingkungan Hidup


Dampak Indikator Keberhasilan
Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
No Lingkungan Sumber Dampak Pengelolaan Lingkungan Penerima
Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan Pelaksana Pengawas
Yang Dikelola Hidup Laporan
Hidup Hidup
C2. Tahap Pemeliharaan dan Panen (Pemberian Pakan, Penggantian Air, Penggunaan Probiotik, dan Disinfektan) (11 Dampak Penting Dikelola)
1 Penurunan Kegiatan Kualitas air laut masih a. Melakukan pengelolaan a. Lokasi IPAL Selama PT.Centralpertiwi  Dinas Kelautan  Bupati
kualitas air laut Pemeliharaan memenuhi baku mutu air limbah melalui IPAL b. Lokasi inlet, operasional Bahari selaku dan Perikanan Gunungkidul
dan Panen yang telah ditetapkan, yaitu b. Pemantauan dan kolam hatchery PT. pemrakarsa Kabupaten melalui Kantor
(Pemberian Peraturan Gubernur DIY pemeliharaan secara sedimentasi, Central Gunungkidul Pengendalian
Pakan, No. 3 Tahun 2010 tentang berkala pada IPAL dan kolam aerasi Pertiwi Bahari  Dinas Kelautan Dampak
Penggantian Air, Baku Mutu Air Laut untuk kualitas air laut dan dan Perikanan Lingkungan
Penggunaan Wisata Bahari (Lampiran B) c. Pemeriksaan
bioindikator, Provinsi Daerah Kabupaten
Probiotik dan kemungkinan terjadinya
serta outlet Istimewa Gunungkidul
Disinfektan) kebocoran pada sistem
perpipaan IPAL c. Perpipaan Yogyakarta  Gubernur
sepanjang  Kantor Daerah
saluran inlet Pengendalian Istimewa
hingga outlet Dampak Yogyakarta
Lingkungan melalui Badan
Kabupaten Lingkungan
Gunungkidul Hidup Provinsi
 Badan Daerah
Lingkungan Istimewa
Hidup Provinsi Yogyakarta
Daerah  Menteri
Istimewa Lingkungan
Yogyakarta Hidup dan
 Kementerian Kehutanan
Lingkungan
Hidup dan
Kehutanan

KUALITAS AIR LAUT


RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP
DAMPAK LINGKUNGAN YANG DIPANTAU BENTUK PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP Insitusi Pemantauan Lingkungan Hidup
N
Jenis
o Metode Pengumpulan & Waktu & Penerima
Dampak Indikator /Paramater Sumber Dampak Lokasi Pantau Pelaksana Pengawas
Analisis Data Frekuensi Laporan
Yang Timbul
C2. Tahap Pemeliharaan dan Panen (Pemberian Pakan, Penggantian Air, Penggunaan Probiotik, dan Disinfektan) (11 Dampak Penting Dikelol dan Dipantau)
1 Penurunan a. Parameter air limbah: pH, Kegiatan Pemeliharaan a. Pengamatan langsung a. Lokasi a. Satu bulan PT.Centralpertiwi  Dinas  Bupati
kualitas air suhu, salinitas, DO, dan Panen (Pemberian terhadap pelaksanaan: pengamatan sekali Bahari selaku Kelautan dan Gunungkidul
ammonia bebas, fosfat, Pakan, Penggantian  Pengelolaan limbah cair IPAL: inlet, untuk pemrakarsa Perikanan melalui
laut
TSS, BOD5 Air, Penggunaan pada inlet, kolam kolam pengamatan Kabupaten Kantor
b. Parameter kualitas air Probiotik dan sedimentasi, kolam aerasi sedimentasi, IPAL Gunungkidul Pengendalian
laut: pH, suhu, salinitas, Disinfektan) dan bioindikator, serta kolam aerasi b. Satu bulan  Dinas Dampak
DO, ammonia bebas, outlet dan sekali Kelautan dan Lingkungan
b. Pengukuran kualitas air
fosfat, TSS, BOD5, nitrat, bioindikator, untuk Perikanan Kabupaten
limbah dengan metode
sulfida, minyak dan lemak serta outlet kualitas air Provinsi Gunungkidul
sesuai SNI pada masing-
masing inlet, kolam limbah: Daerah  Gubernur
sedimentasi, kolam aerasi b. Lokasi inlet, kolam Istimewa Daerah
dan bioindikator, serta pengukuran sedimentasi Yogyakarta Istimewa
outlet kualitas air , kolam  Kantor Yogyakarta
 pH: SNI 06-6989.11-2004 limbah: inlet, aerasi dan Pengendalian melalui
 suhu: SNI 06-6989.23- kolam bioindikator Dampak Badan
2005 sedimentasi, , serta outlet Lingkungan Lingkungan
 salinitas: kolam aerasi c. Enam bulan Kabupaten Hidup DIY
 DO: SNI 06-6989.14-2004
dan sekali Gunungkidul  Menteri
 Ammonia bebas: metode
Hach bioindikator, untuk  Badan Lingkungan
 Nitrat: SNI 06-2480-1991 serta outlet kualitas air Lingkungan Hidup dan
 Fosfat: SNI 06-6989.31- laut selama Hidup DIY Kehutanan
2005 c. Lokasi operasional  Kementerian
 TSS: SNI 06-6989.3-2004 pengukuran hatchery PT. Lingkungan
 BOD5: SNI 6989.72: 2009 kualitas air Central Hidup dan
c. Pengukuran kualitas air laut: Pertiwi Kehutanan
laut dengan menggunakan
 AL1: 8o Bahari
metode sesuai SNI
 pH: SNI 06-6989.11-2004
8’7.94”S 110o
 suhu: SNI 06-6989.23- 32’45.82”
2005  AL2: 8o
 salinitas: 8’2.01”S 110o
 DO: SNI 06-6989.14-2004 32’27.29” T
 Ammonia bebas: metode  AL3: 8o
Hach
8’1.46”S 110o
 Nitrat: SNI 06-2480-1991
 Fosfat: SNI 06-6989.31- 32’16.72” T
2005
 TSS: SNI 06-6989.3-2004
 BOD5: SNI 6989.72: 2009
 Sulfida: metode Hach
 Minyak dan lemak: SNI
06-6989.10-2004

KUALITAS AIR LAUT


TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA
Memohon Saran dan Masukan

Anda mungkin juga menyukai