“Media Online”
Anis Jelita
Meytha Dwi Cahyasari
Muhammad Yanuar Rahmatullah
Berita Tidak Akurat
13 Pemain Cedera, Manchester United Bakal Absen Selama 2 bulan
Kamis, 18 Februari 2016 05:29
• Sumber : https://news.detik.com/berita/3403091/polisi-tangkap-pelaku-pemerkosaan-dan-perampokan-sadis-
di-serang
• Alasan berita melanggar kode etik jurnalistik :
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa pers seharusnya tunduk dan patuh kepada Kode Etik Jurnalistik.
Namun masih banyak pelanggaran KEJ yang dilakukan pers, salah satu pers yang melakukan pelanggaran
adalah detik.com
Dari berita yang diterbitkan pada tanggal 23 Januari 2017 lalu dengan judul “Polisi Tangkap Pelaku
Pemerkosaan dan Perampokan Sadis di Serang” ini ditemukan hal yang menyangkut pelanggaran kode etik
jurnalistik.
Dalam berita diatas dijelaskan bahwa pelaku melakukan tindakan pemerkosaan dan juga pembacokan
yang diakhiri dengan perampokan kepada korban. Namun pada isi berita yang dimuat dalam detik.com ini telah
melanggar UU no. 40 tahun 1999, tentang pers pasal 4 yang berbunyi “Wartawan Indonesia tidak membuat
berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.”
Berita diatas mengandung kata-kata yang tidak sepatutnya disebar luaskan pada kalimat ( “ini kejam
banget, kepala, pipi, lengan (dibacok), tulang keluar semuanya. Kondisi sekarang sudah mulai sadar di RSUD
Serang,” uajr Gogo”.)
Pada kalimat mengandung kata-kata yang menurut saya sangat sadis seperti tulang keluar semua.
Karena seharusnya kata-kata tersebut tidak dituliskan secara terang-terangkan oleh penulis. Itulah sebagian isi
berita yang dilakukan oleh pers detik.com dalam hal tulisan yang sadis menurut saya.
Mengapa ada wartawan Selandia Baru yang menuduh Jokowi tak hormati
PM Jacinda Ardern?
26 Maret 2018
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Selandia Baru sudah berlangsung 18-19 Maret lalu. Namun perbincangan baru muncul
setelah seorang redaktur media di negara itu menyatakan Jokowi tak menghormati PM mereka, Jacinda Arden--tudingan yang
langsung dibantah Indonesia.
Bara diletupkan di surat kabar NZ Herald , Minggu (25/3) kemarin, oleh redaktur politik mereka
Audrey Young.
Young menulis artikel berjudul Visiting leaders show disrespect by failing to share platform with
Jacinda Ardern atau sikap tak hormat pemimpin (asing) yang tak mau tampil sepangung dengan Jacinda
Ardern.
Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, membantah tudingan itu mentah-
mentah.
"Dalam persiapan kunjungan, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan membicarakan rencana
jumpa pers bersama (Jokowi) dengan PM Jacinda Ardern, namun pihak Indonesia menolak," tulis Audrey
Young.
"Ardern akan terlalu diplomatis untuk menyebutnya sebagai penghinaan, tapi (penolakan) itu
memang merupakan (penghinaan)," kata Young.
• Tantowi menyangkal seluruh konten tulisan Young. Ia berkata, Young tidak mengkonfirmasi alasan di
balik ketiadaan jumpa pers itu kepada KBRI maupun Kementerian Luar Negeri Selandia Baru.
• "Yang benar adalah keputusan untuk tidak membuat keterangan Pers adalah usulan dari Kementrian
Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru yang kemudian diadopsi menjadi keputusan bersama," kata
Tantowi kepada Abraham Utama dari BBC Indonesia.
• "Tulisan itu asumsinya sendiri, tanpa konfirmasi. Dia seharusnya berupaya mencari tahu mengapa tidak
ada konferensi pers setelah pertemuan itu."
Tantowi mengatakan, pertemuan Jokowi dan Ardern akan disarikan dalam pernyataan
bersama yang akan dimuat di situs resmi kedua negara.
Namun Tantowi tak mengetahui hal yang mendorong Kemlu Selandia Baru meniadakan
jumpa pers. "Itu adalah keputusan mereka dan sebagai tamu kami menghargai itu," ujarnya.
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Selandia Baru itu dilakukan untuk merayakan 60
tahun hubungan diplomatik Indonesia-Selandia Baru.
Kedatangan Jokowi itu merupakan kunjungan kenegaraan pertama presiden Indonesia ke
Selandia Baru setelah Susilo Bambang Yudhoyono melakukannya 13 tahun lalu.
Jokowi bersama Ibu Negara, Iriana, bersama rombongan seperti Menko Polhukam Wiranto
mengunjungi Wellington, ibu kota Selandia baru, usai menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
ASEAN-Australia di Sydney.
Dalam tulisannya, Audrey Young melontarkan kecurigaan, bahwa jumpa pers bersama tidak
dilakukan, untuk menghindari munculnya pertanyaan wartawan tentang masalah yang sensitif bagi
Indonesia, yaitu Papua.
Menurut Young, seorang presiden harus memiliki kecakapan untuk menghadapi pertanyaan-
pertanyaan sulit seperti itu.
Young mencontohkan, Gus Dur pernah mendapatkan pertanyaan sulit tentang tewasnya
prajurit Selandia Baru bernama Leonard Manning di perbatasan Timor Leste-Timor Barat.
Saat mengunjungi Selandia Baru kala itu, kata Young, Gus Dur mengejutkan hadirin karena
menjawab dengan pemaparan korupsi di sistem peradilan Indonesia.
Ketika Jokowi berkunjung ke Wellington, sejumlah orang, yang disebut Tantowi sebagai
pendukung kelompok separatis Papua, berunjuk rasa di halaman parlemen Selandia Baru.
Jokowi tidak bertatap muka dengan para pedemo itu, namun ia bertemu dengan puluhan
mahasiswa Indonesia di Selandia Baru, termasuk yang berasal dari Papua.
"Presiden tidak menghindari pembicaraan soal Papua. Kepada salah satu mahasiswa Papua
yang bertanya kepadanya, Jokowi memaparkan alasannya kerap mengunjungi Papua," kata Tantowi.
• Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/amp/dunia-43538739
• Alasan berita melanggar kode etik jurnalistik :
Karena berita ini menghakimi pihak redaktur politik, audrey young, memberitakan
asumsinya sendiri tanpa memberi alasan yang sebenarnya. Pada berita tsb ketiadaan jumpa pers
merupakan usulan dari kementrian luar negeri dan perdagangan selandia baru yang diadopsi menjadi
keputusan bersama