Anda di halaman 1dari 43

MALARIA

DR MONICA PUSPA SARI, M.BIOMED


Sejarah
 1880 : Laveran identifikasi parasit malaria
(melihat bentuk pisang dalam darah
penderita malaria)
 1885 : Golgi  membedakan spesies malaria
 1890 : Amigo & Grasi  menggambarkan
siklus hidup parasit malaria
 1897 : Ross  nyamuk Anopheles sebagai
vektor malaria, nobel (1902)
 Malaria  mal area : udara buruk, bad : air
Hospes

 Manusia  4 spesies :
• Plasmodium falciparum :malaria falciparum, malaria
tropika, malaria pernisiosa
• Plasmodium vivax : malaria vivax, malaria tersiana,
benign tertiana
• Plasmodium ovale : malaria ovale
• Plasmodium malariae : malaria quartana
 Kera 
• Plasmodium cynomolgi mirip Plasmodium vivax
• Plasmodium knowlesi mirip Plasmodium falciparum &
Plasmodium malariae
• Plasmodium rodhaini & Plasmodium brasilianum mirip
plasmodium malariae
Dr Ekta Chourasia, Microbiology 26/04/07
Siklus hidup malaria

1. Pada hospes perantara (Manusia)


 Siklus Eksoeritrosit/siklus hati/siklus jaringan
 Sporozoit masuk peredaran darah & ½ - 1 jam kemudian masuk sel hati &
berkembang biak sehingga terbentuk merozoit hati.
Pada P. vivax & P. ovale ada stadium dormant  hipnozoit (menyebabkan relaps jangka
panjang) /rekuren
Pada P. falciparum & P. malariae tidak ada stadium dormant (relaps jangka
pendek)/rekrudesensi
 Siklus Eritrosit
 Fase aseksual dalam darah  skizon pecah, merozoit keluar & masuk
peredaran darah. Pada P. vivax, P. ovale dan P. malariae skizogoni
hanya terjadi di darah tepi. Pada P. falciparum skizogoni terjadi di
kapiler alat dalam sehingga gejala klinis berbeda. Fase aseksual
berhubungan dengan gejala klinis penderita.

 Fase seksual dalam darah


-terjadi setelah 2 - 3 generasi aseksual disebut proses gametogoni
yang menghasilkan makrogametosit dan mikrogametosit
- tidak berhubungan dengan gejala klinis
- pengandung gametosit  carrier
2. Pada hospes definitif (nyamuk Anopheles betina)
Bila nyamuk betina menghisap darah manusia yg
mengandung parasit malaria maka parasit aseksual
dicernakan bersama eritrosit, tapi gametosit berkembang
terus (Eksflagelasi) sampai akhirnya terbentuk zigot. Lalu
zigot (ookinet) menembus lambung nyamuk berubah menjadi
ookista. Bila ookista pecah maka sporozoit keluar & masuk ke
kelenjar liur nyamuk (Siklus sporogoni).
Cara Infeksi

• Masa tunas ekstrinsik : waktu nyamuk menghisap darah manusia yg mengan-


dung gametosit sampai sporozoit dalam kelenjar liurnya.

• Bentuk infektif : sporozoit

• Infeksi melalui 2 cara :


1. Melalui vektor
2. Secara induksi : bila stadium aseksual (trofozoit & skizon) tidak sengaja
masuk dalam badan manusia  transfusi, kongenital, suntikan.
Patogenesis malaria

Patogenesis malaria adalah mulitifaktorial dan


berhubungan dengan hal-hal berikut:
1. Penghancuran eritrosit
Eritrosit terinfeksi & normal akan dihancurkan
 anemia. Pada hemolisis intravaskuler yang
berat hemoglobinuria (black water fever) dan
gagal ginjal.
Patogenesis malaria

2. Mediator endotoksin-makrofag
Pada saat skizogoni, eritrosit terinfeksi memicu
makrofag melepaskan mediator seperti TNF.
TNF dan sitokin lainnya  demam, hipoglikemia
dan ARDS dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam
pembuluh darah paru.
Patogenesis malaria

3. Perubahan struktur dan biomolekuler sel


Invasi merozoit ke dalam eritrosit eritrosit
terinfeksi mengalami perubahan struktur dan
biomolekuler sel untuk mempertahankan
kehidupan parasit.
Perubahannya meliputi mekanisme transpor
membran sel, penurunan deformabilitas,
pembentukan knob, ekspresi varian non
antigen di permukaan sel, sitoadherensi,
sekuestrasi dan rosetting, peranan
sitokin dan NO (Nitrik Oksida)
Manifestasi klinis

 Masa tunas intrinsik : waktu antara sporozoit masuk


dalam badan hospes sampai timbul gejala demam.
P. vivax
P.ovale 10-14 hari
P.falciparum

P.malariae  18 hari – 6 minggu


Manifestasi klinis
 Demam  berhubungan dengan
pecahnya sejumlah skizon
matang & keluarnya merozoit
yang masuk aliran darah.
 Sifat demam : intermitens (naik-
normal-naik), remiten (naik-
turun tdk sampai normal-
naik),kontinua
 Sebelum serangan demam
muncul gejala prodromal : sakit
kepala, tidak nafsu makan, mual
& muntah. Gejala prodromal
(P.vivax & P.ovale)
 Gejala klasik/malaria paroxym :
stadium menggigil (15 mnt-1
jam), puncak demam (2-6 jam),
berkeringat (2-4 jam)
 Karakteristik demam :
 P.vivax : Benign tertian/vivax malaria setiap 48 jam
 P.falciparum : Malignant tertian/ falciparum malaria, black
water fever
 P. malariae : Quartan malaria setiap 72 jam

 P.ovale : Tertian/ovale malaria setiap 48 jam

• Gejala lain:
 Splenomegali : Pembesaran limpa (splenomegali) akan teraba
setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi
bengkak, nyeri dan hiperemis.
 Anemia  disebabkan beberapa faktor :
1. Penghancuran eritrosit
2. Reduced survival time (eritrosit normal yg tidak
mengandung parasit tidak dapat hidup lama)
3. Diseritropoesis
Pola/kurva demam
Relaps

 Rekrudesensi/relaps jangka pendek : ok parasit


dalam darah (daur eritrosit) menjadi banyak.
Demam timbul lagi 8 minggu sesudah serangan
pertama hilang. P.falciparum & P. malariae
 Rekurens/relaps jangka panjang : ok parasit daur
eksoeritrosit dari hati masuk dalam darah & menjadi
banyak  demam timbul lagi dlm 24 minggu/lebih
setelah serangan pertama hilang. P.vivax & P.ovale
Diagnosis

1. Lakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium.


Pada anamnesis, perhatikan :
 Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan
pegal-pegal.
 Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke
daerah endemik malaria.
 Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
 Riwayat sakit malaria.
 Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
 Riwayat mendapat transfusi darah.
Diagnosis

2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
- secara mikroskopis :
a. Mikroskop cahaya
Pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis
untuk menentukan:
Ada tidaknya parasit malaria (positif atau
negatif)
Spesies dan stadium plasmodium
Kepadatan parasit
Diagnosis

Pemeriksaan sediaan darah tebal & tipis dengan


pewarnaan Giemsa (gold standard diagnosis
malaria)
Sediaan darah tebal :
20–40 X lebih sensitif dibanding darah tipis,
dengan batas deteksi 10–50 trofozoit/μl.
- Sediaan darah tipis :
lebih jelas melihat morfologi parasit
 Metode semi-kuantitatif untuk hitung parasit pada
sediaan darah tebal:
+ : 1-10 parasit per 100 lapangan
++ : 11-100 parasit per 100 lapangan
+++ : 1-10 parasit per 1 lapangan
++++ : > 10 parasit per 1 lapangan
+++++ : > 100 parasit per 1 lapangan, setara
dengan 40000 parasit/μl
• Parasit/μl darah = jumlah parasit yg dihitung x 8000
• JUMLAH LEUKOSIT YANG DIHITUNG (200)
Diagnosis

b . Tehnik mikroskopik lain


- QBC : pewarnaan acridine orange untuk
memulas asam nukleat pada hasil sentrifugasi
dan kompresi lapisan sel darah merah.
Visualisasi dibaca dengan mikroskop
fluorosence
- Tehnik Kawamoto : modifikasi QBC yang
memulas asam nukleat dengan acridine
orange & visualisasi dibaca dengan mikroskop
cahaya dengan lampu halogen.
Diagnosis

Pemeriksan lab. Non-Mikroskopis:


1. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid
Diagnostic Test)
Prinsip : deteksi antigen parasit malaria (metoda
immunokromatografi) dalam bentuk dipstik.
Menggunakan marker protein spesifik :
- PfHRP-2 : deteksi infeksi P. falciparum
- Enzim LDH: deteksi infeksi non-P. falciparum
(mis: P. vivax)
- Enzim Aldolase : deteksi infeksi non-P.falciparum
 Kelemahan dipstik :
1. Tidak dapat mengukur densitas parasit(kuantitatif)
2. Antigen yang masih beredar beberapa hari setelah parasit
hilang masih memberikan reaksi positif.
3. Gametosit muda mungkin masih dapat dideteksi
4. Biaya tes cukup mahal
Diagnosis

2. Tes serologi
untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan dimana
parasit sangat minimal.
Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat
diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah
beberapa hari parasitemia.
Manfaat tes serologi untuk penelitian epidemiologi
atau alat uji saring donor darah.
Diagnosis

3. Deteksi asam nukleat.


Hibiridisasi DNA atau RNA berlabel
radioaktif & non radioaktif. Sensitivitas
deteksi DNA/RNA dapat ditingkatkan
dengan PCR.
Tes ini dapat mendeteksi 1-2 parasit/ul
darah dengan sensitifitasnya > 90% &
specifisitasnya 100%
Kekebalan pada malaria

Kekebalan

Nonspesifik Spesifik

Bawaan/alam Didapat Didapat


Innate
aktif Pasif
Alam buatan alam

- Parasit malaria pd burung, binatang pengerat Infeksi vaksinasi kongenital


- Orang Negro Duffy (-) (pv)
- Orang dg HbS,HbF, beta thalasemia (pf)
- Orang dg def G6PD (pf) Residual malaria transplasen
Plasmodium falciparum

 Nama penyakit :
Malaria falciparum, malaria tropika, malaria
pernisiosa.

• Distribusi geografik :
Daerah tropik, Asia tenggara, Afrika, Indonesia
(seluruh kepulauan)
Morfologi Plasmodium falciparum

 SDM tidak membesar


 Titik Maurer
 Trofozoit muda : cincin
Sediaan
darah tipis halus (1/6 SDM)
 Accole, multipel,
kromatin ganda, terdapat
di darah tepi
Morfologi Plasmodium falciparum

Sediaan darah tebal


Thin Blood Film Thick Blood Film

Ring Forms /
Trophozoites
Morfologi Plasmodium falciparum
P. vivax P.falciparum
Morfologi Plasmodium falciparum

Bentuk seperti pisang/sabit,


langsing. Sitoplasma biru, inti kecik, Bentuk seperti pisang/sabit.
padat, merah tua, pigmen di sekitar Sitoplasma biru pucat, inti merah muda
inti Tidak padat, pigmen di sekitar inti.
Pembentukan gametosit di kapiler alat
dalam
P.vivax P. falciparum
Malaria serebral

Parasitemia dengan 1 gejala dibawah ini :


• Malaria otak dengan koma
• Anemia normositik berat
• Gagal ginjal
• Edema paru
• Hipoglikemia
• Syok
• Perdarahan spontan/DIC
• Kejang umum yang berulang
• Asidosis
• Blackwater fever
Malaria serebral

Kelompok resiko tinggi :


• Daerah Hiper/Holoendemik
usia > 6 bulan (1-3tahun)
• Hipo/Mesoendemik
anak & dewasa
• Pendatang/pelancong
Plasmodium vivax

 Nama penyakit :
Malaria tersiana, malaria vivax

• Distribusi geografik :
Subtropik, Rusia, Afrika, Indonesia
Morfologi Plasmodium vivax
Morfologi Plasmodium vivax
P. vivax P.falciparum
P.vivax P. falciparum

Anda mungkin juga menyukai