Anda di halaman 1dari 25

PERSENTASI PROGRESS 1

STUDY NEUTRONIC OF SMALL PB-BI COOLED NON-


REFUELLING NUCLEAR POWER PLANT REACTOR
(SPINNOR) WITH HEXAGONAL GEOMETRY
CALCULATION

Kelompok 7 :
1. Aziza Tandri (031500421)
2. Muh. Ichsan Rasyidi (031500437)
3. Qiyadh Santiko (031500444)
1. INTRODUCTION

Seiring perkembangan zaman, banyak teknologi nuklir


meningkat secara merata dan berkembang menjadi teknologi
terbarukan, terutama dalam pengembangan Pembangkit
Listrik Tenaga Nuklir.
Selama tahun 1990 dan 2000 banyak inovasi reaktor nuklir
telah dikembangkan, salah satu yang paling prospektif adalah
jenis reaktor cepat yang didinginkan “Lead-Bismuth” (Pb-Bi).
Reaktor SPINNOR merupakan reaktor nuklir berpendingin
dengan konsep Lead-Bismuth dengan spektrum neutron cepat
yang dapat dioperasikan selama bertahun-tahun tanpa
pengisian bahan bakar.
Reaktor SPINNOR dianggap sebagai konsep
yang memiliki prioritas tinggi dalam
pengembangan sistem energi nuklir. Konsep
SPINNOR berfokus pada energi nuklir yang
berkelanjutan, penggunaan sumber daya yang
efisien, limbah yang minim, dan keamanan yang
melekat.
Reaktor spinnor yang digunakan pada materi
kami adalah tipe reaktor cepat berpendingin Pb-
Bi dengan waktu operasi 20 tahun dan punya
karakteristik inherent safety , yang merupakan
keunggulan dari reaktor spinnor. Yang memiliki
arti apabila terjadi kecelakaan tertariknya batang
kendali reaktor secara tiba-tiba atau tidak
berfungsinya pompa utama pendingin reaktor ,
secara otomatis tanpa bantuan operator akan
terjadi penurunan daya hingga reaktor tidak
beroperasi (shutdown)
Untuk mencapai tahap inherent safety sendiri
diperlukan optimasi desain reaktor berpendingin
Pb-Bi berukuran kecil yang dapat dioperasikan
dalam waktu lama tanpa pengisian ulang bahan
bakar. Dan telah ditempuh optimasi core yang
berumur lama dengan mengadopsi konsep
penempatan bahan fertil U-233 di tengah teras
untuk menjaga agar rasio konversi internal teras
relatif konstant.
Dengan demikian , dapat diperoleh ekses
reaktivitas yang kecil selama operasi reaktor .
Selanjutnya reflektor dibuat tak terlalu tebal ,
dan bila perlu diberi bahan absorber untuk
memaksimalkan koefisien densitas pendingin.
Dengan kombinasi ini dan penggunaan bahan
bakar jenis nitrida maka dapat diharapkan sistem
dengan internal feedback yang memungkinkan
inherent safety
Reaktor ini menggunakan bahan bakar Thorium uranium nitride. Kenapa
menggunakan bahan bakar ini :
• Thorium menghasilkan limbah 90% lebih sedikit dibandingkan dengan Uranium,
dan hanya membutuhkan sekitar 200 tahun untuk menyimpan limbah daripada
uranium yang membutuhkan 10.000 tahun.
• Reaktor cepat dengan pendingin Pb-Bi dan bahan bakar nitride yang diteliti
menunjukkan neutronik yang baik
• Reaktor dengan bahan bakar ini memiliki kinerja burn-up yang optimal
• Kepadatan puncak daya pada reaktor dengan bahan bakar ini berada jauh dibawah
puncak reaktor cepat rata-rata yang mana merupakan indikasi keamanan yang baik
dan pengendalian operasi
DESIGN CONCEPT AND CALCULATION METHODS

Bahan bakar yang


digunakan dalam
penelitian ini
didasarkan pada
pengayaan thorium
yang berasal dari U-
233.
Perhitungan dilakukan dengan terlebih dahulu membuat perancangan sistem
pemodelan kerja reaktor SPINNOR dengan menggunakan program simulasi
komputer SRAC (Standard Thermal Reactor Analysis Code) dan menggunakan Ms.
Excel untuk perhitungan densitas atom dan tingkat daya.
Perhitungan menggunakan SRAC dapat dibuat
dalam bentuk flowchart sebagai berikut:
3. RESULT AND DISCUSSION
Pada grafik dapat dilihat
bahwa ketika fraksi bahan
bakar yang lebih kecil
digunakan, nilai dari
tingkat burn-up nya lebih
besar.

nilai tingkat fraksi burn-


up berbanding terbalik
dengan kenaikan bahan
bakar, sehingga nilai
tingkat burn-up yang
tinggi menjelaskan
Fig. 4. Curve burn-up design with percentage of U-233 7%, bahwa bahan bakar
300MWt thermal power output, and variance of fuel fraction tersebut akan digunakan
50%, 55%, and 60% secara efektif.
Gambar 5 mengilustrasikan
perubahan kepadatan atom
selama burn-up pada reaktor
SPINNOR dengan variasi
daya keluaran termal pada
300MWt dan fraksi bahan
bakar 60%.
Pada grafik menunjukkan
bahwa seiring waktu
pengoperasian reaktor,
jumlah kerapatan atom
masing-masing nuklida akan
menurun.
Fig. 5. Curve of atomic density changes over a
period of burn-up on SPINNOR reactor with
300MWt thermal power output
CALCULATION OF EFFECTIVE MULTIPLICATION FACTOR AND
REACIVITY

Fig. 6. Curve of keff in SPINNOR Fig. 8. Curve of keff in SPINNOR


reactor with thermal power output reactor with thermal power output
300MWt and variance fuel fraction 400MWt and variance fuel fraction
50%, 55% and 60% 50%, 55% and 60%
Keff Analisis

Gambar 6, 8 dan 10 menunjukkan


nilai awal (tahun 1) bernilai satu
untuk setiap varians fraksi bahan
bakar.
Nilai keff pada awal proses akan
menurun sampai tahun ke 3
waktu operasi untuk fraksi bahan
bakar 50% dan 55%, sedangkan
untuk fraksi 60% fraksi keff
nilainya telah menurun pada
Fig. 10. Curve of keff in SPINNOR reactor with tahun ke 4 waktu operasi.
thermal power output 500MWt and variance fuel
fraction 50%, 55% and 60%

Setelah mengalami penurunan pada tahun-tahun awal operasi, pada operasi berikutnya akan
meningkatkan nilai ketukan dan menuju keadaan stabil (kritis) ke tahun ke 20 dari waktu
operasi reaktor.
Reaktivitas Analisis

Fig. 7. Curve of reactivity on SPINNOR Fig. 9. Curve of reactivity on SPINNOR


reactor with thermal power output 300MWt reactor with thermal power output 400MWt
and variance fuel fraction 50%, 55%, and and variance fuel fraction 50%, 55%, and
60% 60%
Penggunaan daya keluaran
thermal total teras yang lebih
besar akan mempengaruhi nilai
keff yang lebih besar.
Dalam hal penambahan nilai
fraksi bahan bakar (fuel), nilai
keff yang didapat juga akan
meningkat sehingga reaktor
memiliki waktu kritis. Panjang
dan akan memperpanjang umur
pengoperasian reaktor. Hal ini
terkait dengan penambahan
fraksi bahan bakar, bila fraksi
Fig. 11. Curve of reactivity on SPINNOR reactor with atau volume bahan bakar
thermal power output 500MWt and variance fuel meningkat, jumlah bahan bakar
fraction 50%, 55%, and 60% juga akan meningkat yang akan
menyebabkan sejumlah reaksi
terjadi terjadi peningkatan
fissile.
time (year)

Fig. 12. Curve of Conversion Ratio for Fuel 1 with variance fuel fraction 50%,
55%, and 60% and thermal power output 300MWt
Sementara untuk nilai reaktivitas masing-masing fraksi dapat dilihat pada
Gambar 7, 9, dan 11 dimana bentuk grafiknya menyerupai nilai grafik
keff. Penggunaan daya keluaran thermal total teras yang lebih besar akan
mempengaruhi nilai keff yang lebih besar. Demikian pula halnya dengan
reaktor daya 300MWt. Dari beberapa gambar grafis yang pijar dan reaktif
terhadap waktu yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam hal penambahan nilai fraksi bahan bakar (fuel), nilai keff
yang didapat juga akan meningkat sehingga reaktor memiliki waktu kritis.
Panjang dan akan memperpanjang umur pengoperasian reaktor. Hal ini
terkait dengan penambahan fraksi bahan bakar, bila fraksi atau volume
bahan bakar meningkat, jumlah bahan bakar juga akan meningkat yang
akan menyebabkan sejumlah reaksi terjadi terjadi peningkatan fissile.
Reaksi fissile yang meningkat ini akan memicu produksi neutron lebih
banyak dengan volume fraksi yang meningkat. Nilai faktor perkalian
efektif (keff) sangat erat kaitannya dengan jumlah neutron di teras.
Efisiensi bahan bakar dapat dianalisis dengan menggunakan
perhitungan reaktivitas berlebih dari rancangan reaktor.
Reaktivitas kelebihan adalah ukuran jumlah kapasitas yang
tersedia untuk mempercepat reaksi nuklir. Nilai reaktivitas
berlebih juga bisa dijadikan parameter apakah reaktor masih bisa
beroperasi pada siklus pertama bahan bakar bakar. Bagan nilai
reaktivitas pada Gambar 7, 9, dan 11 menunjukkan bahwa hasil
perhitungan reaktivitas berlebih pada fraksi bahan bakar 60% dan
daya termal 300MWt, reaktor bekerja optimal selama delapan
belas tahun beroperasi. Hal ini karena pada nilai reaktivitas
operasi 19 negatif. Namun, kondisi ini masih menunjukkan nilai
optimum optimum fraksi bahan bakar 50-60% dalam kasus
tersebut.
Sedangkan berdasarkan grafik nilai reaktivitas terhadap
waktu dengan keluaran daya termal 400 dan 500 MWT,
seperti pada gambar (14 dan 16) menunjukkan bahwa hasil
perhitungan reaktivitas berlebih terhadap variasi fraksi
bahan bakar sebesar 50% dari Reaktor ini mampu bekerja
optimal sampai 17 karena nilai reaktivitas pada tahun 18
negatif. Untuk sebagian kecil dari 55% bahan bakar reaktor
dapat bekerja optimal sampai tahun ke 15, dan untuk
sebagian kecil dari 60% bahan bakar reaktor hanya dapat
bekerja secara optimal sampai operasi reaktor 13 tahun.
Namun, kondisi ini menggambarkan bahwa reaktor tersebut
mampu mempertahankan kondisi kritis dalam waktu lama
meskipun tidak mencapai periode burn-up 20 tahun.
Analisis pengaruh nilai reaktivitas berlebih suatu
reaktor selama pembakaran berlangsung dalam
proses karena akan mempengaruhi kinerja sebuah
reaktor. Seiring dengan lamanya periode burn-up,
bahan bakar reaktor akan kurang reaktif seiring
berjalannya waktu. Nilai reaktivitas berlebih
berpengaruh lebih besar terhadap kenaikan
reaktivitas lebih cepat daripada reaksi nuklir.
Dalam kondisi normal harus dipastikan bahwa
reaktivitas yang dimiliki reaktor harus cukup kecil
untuk reaksi nuklir kedepannya pada periode
pembakaran berikutnya.
Pada gambar 12 menunjukkan nilai CR (Convertion Ratio)
terhadap Fuel1 dengan output daya thermal dan fraksi
variasi 300MWt fuel 50%, 55%, dan 60% menunjukkan
nilai CR di atas satu. Pada grafik tersebut menunjukkan
bahwa nilai CR di tahun 1 sebesar 1,054969 dan terus
menurun sampai mencapai nilai CR sebesar 1.001312 pada
tahun ke 14 waktu operasi reaktor. Pada tahun ke-15 sampai
nilai CR tahun ke-20 mencapai nilai di bawah satu yaitu
sekitar 0,99794, dari penjelasan tersebut dapat dikatakan
bahwa reaktor tersebut tergolong dalam reaktor Pembibitan
(Breeding Reactor). Reaktor Pembiakan adalah reaktor yang
memiliki kemampuan menghasilkan bahan bakar sendiri.
Tapi untuk kasus reaktor, periode pembiakan reaktor hanya
mampu mencapai periode 15 tahun operasi.
CONCLUSION
Dalam penelitian ini, ada beberapa kesimpulan, antara lain:

 Telah berhasil dilakukan disain / desain reaktor cepat berpendingin


SPINNOR dengan bahan bakar Uranium nitrida Pb-Bi dengan analisis
neutroniknya menggunakan program SRAC (Standard Thermal Reactor
Analysis Code).
 Dengan memperhatikan tingkat kritis bahan bakar bakar dan level burn-up,
disain teras dengan fraksi bahan bakar 50% Thorium Uranium Nitride paling
optimal untuk reaktor daya termal.
 Berdasarkan tingkat kekritisan dan nilai variasi daya, daya termal
maksimum yang dapat dihasilkan diameter teras 150x100cm menggunakan
fraksi masukan bahan bakar Thorium Uranium Nitride 60%, diperoleh daya
termal maksimum sebesar 300MWt.
 Kondisi parameter perancangan reaktor dengan variasi keluaran daya termal
100, 200, 300MWt, 400MWt, dan 500MWt, variasi fraksi bahan bakar 50%,
55% dan 60%, dan persentase U-233 oleh 7%, 7,75%, dan 8,5%. Dengan
kondisi tersebut sistem ini mampu menjaga reaktor dalam kondisi kritis dalam
pengoperasian mencapai waktu yang cukup lama yaitu 20 tahun, sehingga
reaktor tersebut dapat dianggap sebagai reaktor yang berumur panjang.
 Dari grafik keff dan reaktivitas dari waktu ke waktu, dapat disimpulkan
bahwa dalam hal penambahan nilai fraksi bahan bakar (fuel), nilai keff yang
diperoleh juga akan meningkat sehingga reaktor memiliki periode panjang
keadaan kritis dan akan memperpanjang Pengoperasian reaktor. Karena bila
fraksi atau volume bahan bakar meningkat, jumlah bahan bakar juga akan
meningkat yang akan menyebabkan sejumlah reaksi terjadi terjadi
peningkatan fissile. Reaksi fissile yang meningkat ini akan memicu produksi
neutron lebih banyak dengan volume fraksi yang meningkat.
 Nilai reaktivitas berlebih menunjukkan bahwa reaktor cepat SPINNOR
memiliki desain yang optimal dan efektif dalam keadaan dengan fraksi bahan
bakar 60% untuk reaktor daya termal 300MWt. Karena nilai rata-rata
reaktivitas berlebih terhadap kondisi ini adalah 0,200039004% Δk / k (<$ 1).

Anda mungkin juga menyukai