Kelompok 7 :
1. Aziza Tandri (031500421)
2. Muh. Ichsan Rasyidi (031500437)
3. Qiyadh Santiko (031500444)
1. INTRODUCTION
Setelah mengalami penurunan pada tahun-tahun awal operasi, pada operasi berikutnya akan
meningkatkan nilai ketukan dan menuju keadaan stabil (kritis) ke tahun ke 20 dari waktu
operasi reaktor.
Reaktivitas Analisis
Fig. 12. Curve of Conversion Ratio for Fuel 1 with variance fuel fraction 50%,
55%, and 60% and thermal power output 300MWt
Sementara untuk nilai reaktivitas masing-masing fraksi dapat dilihat pada
Gambar 7, 9, dan 11 dimana bentuk grafiknya menyerupai nilai grafik
keff. Penggunaan daya keluaran thermal total teras yang lebih besar akan
mempengaruhi nilai keff yang lebih besar. Demikian pula halnya dengan
reaktor daya 300MWt. Dari beberapa gambar grafis yang pijar dan reaktif
terhadap waktu yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam hal penambahan nilai fraksi bahan bakar (fuel), nilai keff
yang didapat juga akan meningkat sehingga reaktor memiliki waktu kritis.
Panjang dan akan memperpanjang umur pengoperasian reaktor. Hal ini
terkait dengan penambahan fraksi bahan bakar, bila fraksi atau volume
bahan bakar meningkat, jumlah bahan bakar juga akan meningkat yang
akan menyebabkan sejumlah reaksi terjadi terjadi peningkatan fissile.
Reaksi fissile yang meningkat ini akan memicu produksi neutron lebih
banyak dengan volume fraksi yang meningkat. Nilai faktor perkalian
efektif (keff) sangat erat kaitannya dengan jumlah neutron di teras.
Efisiensi bahan bakar dapat dianalisis dengan menggunakan
perhitungan reaktivitas berlebih dari rancangan reaktor.
Reaktivitas kelebihan adalah ukuran jumlah kapasitas yang
tersedia untuk mempercepat reaksi nuklir. Nilai reaktivitas
berlebih juga bisa dijadikan parameter apakah reaktor masih bisa
beroperasi pada siklus pertama bahan bakar bakar. Bagan nilai
reaktivitas pada Gambar 7, 9, dan 11 menunjukkan bahwa hasil
perhitungan reaktivitas berlebih pada fraksi bahan bakar 60% dan
daya termal 300MWt, reaktor bekerja optimal selama delapan
belas tahun beroperasi. Hal ini karena pada nilai reaktivitas
operasi 19 negatif. Namun, kondisi ini masih menunjukkan nilai
optimum optimum fraksi bahan bakar 50-60% dalam kasus
tersebut.
Sedangkan berdasarkan grafik nilai reaktivitas terhadap
waktu dengan keluaran daya termal 400 dan 500 MWT,
seperti pada gambar (14 dan 16) menunjukkan bahwa hasil
perhitungan reaktivitas berlebih terhadap variasi fraksi
bahan bakar sebesar 50% dari Reaktor ini mampu bekerja
optimal sampai 17 karena nilai reaktivitas pada tahun 18
negatif. Untuk sebagian kecil dari 55% bahan bakar reaktor
dapat bekerja optimal sampai tahun ke 15, dan untuk
sebagian kecil dari 60% bahan bakar reaktor hanya dapat
bekerja secara optimal sampai operasi reaktor 13 tahun.
Namun, kondisi ini menggambarkan bahwa reaktor tersebut
mampu mempertahankan kondisi kritis dalam waktu lama
meskipun tidak mencapai periode burn-up 20 tahun.
Analisis pengaruh nilai reaktivitas berlebih suatu
reaktor selama pembakaran berlangsung dalam
proses karena akan mempengaruhi kinerja sebuah
reaktor. Seiring dengan lamanya periode burn-up,
bahan bakar reaktor akan kurang reaktif seiring
berjalannya waktu. Nilai reaktivitas berlebih
berpengaruh lebih besar terhadap kenaikan
reaktivitas lebih cepat daripada reaksi nuklir.
Dalam kondisi normal harus dipastikan bahwa
reaktivitas yang dimiliki reaktor harus cukup kecil
untuk reaksi nuklir kedepannya pada periode
pembakaran berikutnya.
Pada gambar 12 menunjukkan nilai CR (Convertion Ratio)
terhadap Fuel1 dengan output daya thermal dan fraksi
variasi 300MWt fuel 50%, 55%, dan 60% menunjukkan
nilai CR di atas satu. Pada grafik tersebut menunjukkan
bahwa nilai CR di tahun 1 sebesar 1,054969 dan terus
menurun sampai mencapai nilai CR sebesar 1.001312 pada
tahun ke 14 waktu operasi reaktor. Pada tahun ke-15 sampai
nilai CR tahun ke-20 mencapai nilai di bawah satu yaitu
sekitar 0,99794, dari penjelasan tersebut dapat dikatakan
bahwa reaktor tersebut tergolong dalam reaktor Pembibitan
(Breeding Reactor). Reaktor Pembiakan adalah reaktor yang
memiliki kemampuan menghasilkan bahan bakar sendiri.
Tapi untuk kasus reaktor, periode pembiakan reaktor hanya
mampu mencapai periode 15 tahun operasi.
CONCLUSION
Dalam penelitian ini, ada beberapa kesimpulan, antara lain: