Anda di halaman 1dari 54

Adalah semua kegiatan perencanaan

jalan angkut bagi setiap tahapan


penambangan
Topik bahasan:
GEOMETRI JALAN ANGKUT
KONSTRUKSI JALAN ANGKUT
DRAINASE JALAN ANGKUT
ASPEK KESELAMATAN JALAN ANGKUT
PERANCANGAN JALAN ANGKUT
BAGI SETIAP TAHAPAN PENAMBANGAN
DILAKUKAN

OHT 1
A. Lebar Jalan Angkut
Lebar jalan angkut diharapkan akan membuat lalu lintas pengangkutan
lancar dan aman TABEL 1
LEBAR JALAN ANGKUT MINIMUM

A.1 Lebar jalan angkut pada jalan JUMLAH PERHITUNG LEBAR


LAJUR AN JALAN
lurus. TRUK ANGKUT MIN
Lebar jalan minimum pada jalan lurus 1 1+(2x1/2) 2,00
dengan lajur ganda atau lebih, menurut
Aasho Manual Rural High Way Design, 2 2+(3x1/2) 3,50

harus ditambah dengan setengah lebar


3 3+(4x1/2) 5,00
alat angkut pada bagian tepi kiri dan
kanan jalan 4 4+(5x1/2) 6,50

OHT 2
L min  n.Wt  (n  1)(1 / 2.Wt )

Dimana:
L min= lebar jalan angkut minimum, m
n = jumlah jalur
Wt = lebar alat angkut,m
OHT 3
A.2 Lebar jalan angkut pada jalan belokan
Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar dari pada
lebar jalan lurus

OHT 4
W min  2(U  Fa  Fb  Z )  C
U  Fa  Fb
Z
2
dimana :

C = lebar jalan angkut minimum pada belokan,m


W min = lebar jejak roda (center to center tires),m
U = lebar juntai (overhang) depan,m
Fa = lebar juntai belakang,m
Fb = lebar bagian tepi jalan,m
Z = lebar antara kendaraan (total lateral clearance),m
OHT 5
B. Jari-jari Tikungan
Tujuan jari-jari tikungan adalah untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang
diakibatkan karena kendaran melalui tikungan sehingga tidak stabil.

W
R
Sin

Di mana:

R = jari-jari jalan angkut,m

W = jarak poros roda depan dan belakang,m

 = sudut penyimpamgan roda depan,


OHT 6
C. Superelevasi
Pada tikungan diperlukan suatu besaran yang dinamakan ‘superelevasi’ yang
gunanya untuk melawan gaya sentrifugal yang arahnya menuju keluar jalan

e  67 x S
R

Di mana:

e = “super elevation”, mm/m

S = kecepatan kendaran, km/jam

R = radius belokan, m
OHT 7
D. Kemiringan Jalan Angkut
Kemiringan jalan berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut
baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan
pada umumnya dinyatakan dalam persen (%).

TABEL 3.1
KEMIRINGAN MAKSIMUM VS KECEPATAN.

VR,Km/jam 120 110 100 80 60 50 40 <40

Kemiringan 3 3 44 5 8 9 10 10
maks,%

OHT 8
E. Cross Slope
Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan
terhadap bidang horizontal. Pada umumnya jalan angkut mempunyai bentuk
penampang melintang cembung.

OHT 9
OHT 10
OHT 6
OHT 7
 KEUNTUNGAN:
– Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat
– Untuk jenis batuan yang sama, asesoris bor berumur lebih
panjang
– Bahan peledak lebih sedikit
– Biaya pengeboran lebih kecil
 KELEMAHAN:
– Potensi terbentuk toe dan backbreak besar
– Lereng kurang stabil terhadap getaran, perlu analisis kestabilan
lereng
– Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat)
– Permukaan bidang bebas sering tidak rata

OHT 13
Sebuah perusahaan mendapat proyek untuk
memotong tebing yang akan digunakan jalan raya.
Tinggi jenjang maksimum 30 ft. Karena alat yang
akan digunakan kecil, maka fragmentasi harus
sesuai dengan ukuran peralatan tersebut. Terdapat
2 unit alat bor yang masing-masing bisa membuat
lubang ledak berdiameter 5 inci dan 7 inci.
Rancang geometrinya agar pembongkaran tebing
berhasil menggunakan:
1. cara Konya
2. rule of thumb dari “ICI Explosive”
• Center cut / pyramid / diamond cut
• Wedge cut / V-cut / angled cut / cut
bentuk baji
• Drag cut / pola kipas
• Burn cut / cylinder cut

OHT 24
Center cut / pyramid /
diamond cut

OHT 25
Wedge cut / V-cut / angled
cut / cut bentuk baji

OHT 26
Drag cut / pola kipas

OHT 27
Burn cut / cylinder cut

OHT 28
VARIASI BURN CUT
180 210
80 75
500 500
75 35
35

210 mm 250 mm 200 250 mm 160

a. GRONLUND CUT b. MICHIGAN CUT c. CAT HOLE DENGAN 75


mm (3 inci) LUBANG
KOSONG
100 170
60
150

300

140

d. TRIANGULAR BURN CUT


DENGAN LUBANG 35 mm

e. BULLOCK CUT 90

(Langerfors, 1978) 520 OHT 29


PENGELOMPOKKAN LUBANG LEDAK
PADA PEMBUATAN TEROWONGAN
Roof holes atau
back holes

Stoping holes atau


Tinggi helper holes atau
busur reliever holes

Wall holes
atau rib holes

Cut holes
Tinggi
abutment Cut spreader holes
atau raker holes

Floor holes atau


lifter holes

OHT 30
POLA “BURN CUT” PADA
PEMBUATAN TEROWONGAN
18 18 18 18 18
18 18
19 18 16 15 16 18 19
17 17
18 16 15 14 14 15 16 18
12
17 17
15 13 11 9 11 13 15
5,2 m
16 16
14 12 10 10 12 14
16 16

15 13 11 9 11 13 15
17 17

18 17 16 14 12 14 16 17 18

7,5 m

5 7

3 4

Angka menunjukkan 1

urutan peledakan 8 6
OHT 31
POLA “WEDGE CUT” DAN “DRAG CUT”
PADA TEROWONGAN
12
11 11 11 11
11
11 11
11 11 10 8 8 10
10 9 9 10
11 11
10 9 8 7 7 7 8 9 10 9 7 6 7 9
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
6,4 m

7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7 9 7 2 4 6 8 2,8 m

7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
10 9 9 9 9 9 9 9 9 10 8 6 1 3 5 7

9 7 2 4 6 8
9,4 m
TAMPAK DEPAN 12 11 10 11 12

2,5 m
TAMPAK DEPAN

5,6 m

1,0 m

TAMPAK ATAS TAMPAK ATAS OHT 32


• Peledakan khusus dikelompokkan menjadi : Controlled blasting,
Precutting, Demolition, dan Construction Blasting
• Controlled blasting: Lubang ledak perimeter diledakkan terakhir
– Cushion blasting, teknik kontrol peledakan setelah peledakan produksi selesai dengan tujuan
memangkas dinding pada batas akhir penambangan agar rata
– Smooth blasting, sama dengan cushion blasting, tapi pada pembuatan terowongan
– Buffer blasting, teknik kontrol peledakan yg dikerjakan selama produksi berlangsung dimana
jarak burden, spasi dan bahan peledak pada baris lubang terakhir dikurangi

• Precuting: Lubang ledak perimeter diledakkan pertama kali


– Prespliting, teknik kontrol peledakan sebelum peledakan produksi yang dibuat pada garis batas
penambangan dengan spasi lubang yang rapat dan bermuatan handak sedikit, sehingga setelah
diledakkan akan terbentuk retakan terbuka yang menerus sepanjang garis batas akhir
penambangan tersebut
– Line drilling, teknik kontrol peledakan yang dibuat pada garis batas akhir penambangan, dengan
spasi lubang sangat rapat dan membentuk bidang lemah, sehingga setelah peledakan produksi
didepannya diledakkan akan menghasilkan dinding yang rata.
– Fracture control blasting, teknik kontrol peledakan dimana dua sisi dalam lubang bor dibuat
celah alur (grooved) untuk mengarahkan retakan antar lubang sebelah menyebelah
• Lubang ledak perimeter adalah lubang-lubang ledak yang disiapkan untuk menghindari
terjadinya overbreak / backbreak agar terbentuk dinding akhir yang rata dan mulus OHT 33
• Fully Coupled, yaitu lubang bor diisi penuh bahan peledak,
sehingga:
– tekanan gas hasil peledakan terhadap dinding lubang (bore hole
pressure) akan maksimal
– getaran dan gegaran tinggi
– batuan akan hancur oleh gelombang tekan dan tarik yang
diproduksi peledakan
• Decoupled, yaitu sepanjang kolom lubang, diameter
lubang bor lebih besar dari pada bahan peledakan,
sehingga:
– mengurangi daya kerja
– bore hole pressure akan berkurang
– hasil kerja tidak tersalurkan sepenuhnya ke seluruh massa batuan
yang diledakkan dan hanya menghasilkan retakan

OHT 34
Berat bahan peledak (Berat/m) x (Panjang isian)
PF  
Volume batuan (B x S x H)

Contoh:Setelah melalui perhitungan dan berbagai pertimbangan, diper-


oleh d = 4,75”; S = B = 3,6 m; H = 13 m; L = 14 m; T = 3 m;
jumlah lub. ledak (n) = 100. Bhn peledak ANFO dgn densitas
0,8 gr/cc. Hitung PF.

A. MENGHITUNG VOLUME
a. VS = B x S x H; VS = 3,6 x 3,6 x 13 = 168,50 m³ (bank)/lubang  bank=insitu
b. Volume total hasil peledakan (VS-total ) = 100 x 168,5 = 16.850 m³ (bank)
c. Berat hasil peledakan (W) = 16.850 x 2,5 = 42.125 ton (bank)
BxSxH 16.850
d. VL = SF
= 0,82 = 20.548,80 m³ (loose)

OHT 35
B. MENGHITUNG BERAT HANDAK

 Gunakan loading density chart untuk


mendapatkan berat handak/m
 Kalikan jumlah handak/m dengan panjang 3,6
PC dalam kolom lubang ledak akan
didapatkan berat handak/lubang
 Keperluan handak total yang harus di “bon”
dari gudang diperoleh dengan mengalikan 3
handak/lubang dengan n. 13
 Diketahui diameter lubang ledak 4,75 “(121 mm)
dengan panjang kolom PC = 11 m (lihat Gambar). 14
Bahan peledak yang digunakan ANFO densitas 11
0,80 gr/cc. Maka bahan peledak yg dibutuhkan
sebagai berikut:
 Wtotal handak = n x PC x d 1

 Whandak/lub. = 1 x 11 m x 9,2 kg/m = 101,20 kg/lub.


 Wtotal handak = 100 x 11 m x 9,2 kg/m = 10.120 kg
= 10,12 ton

OHT 36
d i
a
lo
Diam. lubang
mm inci 0.70 0.80 0.85 0.90ng
Densitas bahan peledak, gr/cc
1.00 1.15 1.20 1.25 1.30
76 3.00 3.18 3.63 3.86 4.08 4.54 5.22 5.44 5.67 5.90
89 3½ 4.35 4.98 5.29 5.60 6.22 7.15 7.47 7.78 8.09
102 4.00 5.72 6.54 6.95 7.35 8.17 9.40 9.81 10.21 10.62
108 4¼ 6.41 7.33 7.79 8.24 9.16 10.54 10.99 11.45 11.91
114 4½ 7.14 8.17 8.68 9.19 10.21 11.74 12.25 12.76 13.27
121 4¾ 8.05 9.20 9.77 10.35 11.50 13.22 13.80 14.37 14.95
127 5.00 8.87 10.13 10.77 11.40 12.67 14.57 15.20 15.83 16.47
130 518 9.29 10.62 11.28 11.95 13.27 15.26 15.93 16.59 17.26
140 5½ 10.78 12.32 13.08 13.85 15.39 17.70 18.47 19.24 20.01
152 6.00 12.70 14.52 15.42 16.33 18.15 20.87 21.78 22.68 23.59
159 6¼ 13.90 15.88 16.88 17.87 19.86 22.83 23.83 24.82 25.81
165 6½ 14.97 17.11 18.18 19.24 21.38 24.59 25.66 26.73 27.80
178 7.00 17.42 19.91 21.15 22.40 24.88 28.62 29.86 31.11 32.35
3
187 7 8 19.23 21.97 23.34 24.72 27.46 31.58 32.96 34.33 35.70
203 8.00 22.66 25.89 27.51 29.13 32.37 37.22 38.84 40.46 42.08
210 8¼ 24.25 27.71 29.44 31.17 34.64 39.83 41.56 43.30 45.03
229 9.00 28.83 32.95 35.01 37.07 41.19 47.37 49.42 51.48 53.54

OHT 37
C. MENGHITUNG POWDER FACTOR (PF)
a. Dari item “A” diperoleh volume (bank) peledakan 168,50 m³/lubang
b. Dari item “B” diperoleh berat bahan peledak 101,20 kg/lubang
101,20
c. PF = = 0,60 kg/m³
168,50
d. PF yang ideal berdasarkan pengalaman berkisar antara 0,20 – 0,30 kg/m³
e. Rancangan tersebut menghasilkan pemborosan karena PF terlalu besar,
perlu dimodifikasi dengan melakukan uji coba mengubah dimensi parameter
geometri peledakan dan jumlah bahan peledak dengan tolok ukur :
(1) ukuran fragmentasi, (2) keselamatan kerja, dan (3) lingkungan
f. Misalnya dilakukan modifikasi terhadap B, S dan penghematan bahan
peledak menjadi sebagai berikut:
 VS = B x S x H; VS = 3,6 x 5 x 13 = 234 bcm/lubang
 Volume seluruh hasil peledakan (VS-total ) = 100 x 234 = 23.400 bcm
 Dari hasil uji coba berkali-kali ternyata bahan peledak dari gudang bisa dikurangi
dari 10.120 kg menjadi 7.500 kg per peledakan
7.500
g. PF = = 0,31 kg/m³
23.400
OHT 38
Untuk mencapai target produksi batubara 2 juta ton per
tahun perlu dikupas overburden (o/b) sebanyak 7 juta bcm
(karena Stripping Ratio = 3½ : 1) . Densitas o/b hasil
pengujian rata-rata 2,5 ton/m3 dan bahan peledak yang akan
digunakan adalah Titan 4000 Gassed Emulsion Blends
dengan densitas 1,20 gr/cc. Alat bor yang dimiliki Tamrock
type Drilltech D25K yang mampu membuat lubang
berdiameter 5½ inci. Fragmentasi hasil peledak harus baik,
artinya sesuai dengan dimensi mangkok shovel dan dengan
airblast, batu terbang serta getaran kurang. Alat muat yang
dipakai jenis Front Shovel Cat 5230B yang mampu
menjangkau sampai 15 m. Hitunglah seluruh parameter
geometri peledakan dan PF, kemudian gambar sketsanya
PROSEDUR PENGINISIASIAN
• Bila menggunakan sumbu api, gunakan alat
penyulut pijar atau nyala api kemudian sumbu api
dibakar
• Bila menggunakan blasting machine:
– sambungkan kawat utama (lead wire) ke kutub-kutub listrik
pada BM,
– lakukan pengisian baterai BM sampai penuh sesuai dengan
prosedur dari pabrik pembuatnya,
– untuk menginisiasi kunci atau tombol pemicu dikontakkan
• Bila menggunakan shotgun:
– sumbu nonel dihubungkan ke shotgun,
– lakukan prosedur selanjutnya sesuai dengan tipe shotgun yang
digunakan.

OHT 39
PERAGAKAN CARA MENGINISIASI:
1. SUMBU API
2. SUMBU LEDAK
3. BLASTING MACHINE
4. SHOTGUN
SAAT PELAKSANAAN
PELEDAKAN (aba-aba 1)
 Memberikan aba-aba peringatan secara bertahap untuk
memberi kesempatan pekerja lain menghindari lokasi yang
akan diledakkan
 Aba-aba pertama (berupa peringatan melalui megaphone
atau HT):
 Semua orang yang berada di area peledakan harus menyingkir dan
berlindung
 Minta ijin ke sentral informasi bahwa jalur komunikasi untuk
sementara diambil alih oleh team peledakan, jadi seluruh bagian
tidak diperkenankan menggunakan jalur tersebut, kecuali bila
mengetahui di area peledakan terdapat sesuatu yang
membahayakan.
 Semua jalan masuk ke area peledakan ditutup atau diblokir
 Pada saat itu kedua ujung kawat utama (lead wire) masih
terkait satu sama lainnya dan belum disambung ke pemicu
ledak (B M)
OHT 40
SAAT PELAKSANAAN
PELEDAKAN (aba-aba 2 dan 3)
• Aba-aba kedua (persiapan akhir):
– Pekerjaan pada aba-aba pertama sudah dilaksanakan dan Mandor
atau Foreman atau Pengawas Peledakan sedang melakukan
pemeriksaan akhir
– Kondensator dalam pemicu ledak sedang diisi arus listrik
– Kawat utama sudah disambung dengan pemicu ledak (exploder)
– Masih mungkin peledakan ditunda apabila Pengawas Peledakan
menilai terdapat kondisi tidak aman melalui komunikasi dan aba-aba
khusus.
• Aba-aba ketiga (peledakan) :
– Peledakan dilakukan, biasanya dengan hitungan mundur bisa dari 5
atau 3, misalnya 5….4….3….2….1….”tembak !!”. Hitungan tersebut
ada baiknya disalurkan juga melalui jalur komunikasi agar seluruh
karyawan mengetahui detik-detik peledakan.
– Sampai tahap ini jalur komunikasi masih dikuasai team peledakan
sebelum dilakukan pemeriksaan hasil peledakan dan dinyatakan
bahwa peledakan aman dan terkendali.
OHT 41
PROSEDUR PELEDAKAN
• Sumbu api: dibakar oleh penyulut yang berpijar
atau membara
• Blasting Machine: kuncinya dikontak atau
tombolnya ditekan sesuai prosedur dari pabrik
pembuat BM dengan terlebih dulu memberi aba-
aba (seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya)
• Untuk shotgun: penginisiasian shotgun sesuai
dengan prosedut yang ditetapkan oleh pabrik
pembuatnya dengan memberi aba-aba (seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya)

OHT 42
1. PERAGAKAN ABA-ABA PELAKSANAAN
PELEDAKAN
2. PERAGAKAN CARA MENGINISIASI:
a. SUMBU API
b. SUMBU LEDAK
c. EXPLODER
d. SUMBU NONEL (NONEL TUBE)
• Setelah peledakan selesai dan gas hasil peledakan
berkurang, lakukan pemeriksaan ke seluruh area yang
diledakkan
• Periksa adanya sumbu ledak, atau kabel listrik yang
terlihat
• Kalau terlihat sumbu ledak, sudah dapat dipastikan bahwa
lubang tersebut gagal ledak (misfire)
• Kalau terlihat kabel listrik diantara batuan hasil peledakan
yang dicurigai, maka lakukan pengukuran menggunakan
BOM, sbb:
– Bila jarum atau angka pada BOM tidak menunjukkan suatu angka tertentu
(jarum bergerak cepat sampai batas akhir skala atau angka digital
menunjukkan nol semua), artinya detonator sudah meledak.
– Bila menunjukkan angka tertentu dicurigai detonator belum meledak,
maka lakukan peledakan ulang sesuai prosedur peledakan menggunakan
blasting machine.
OHT 43
1. LAKSANAKAN PROSEDUR PEMERIKSA-
AN HASIL PELEDAKAN
2. BAGAIMANA TINDAKAN SAUDARA
APABILA DISINYALIR TERDAPAT LUBANG
YANG GAGAL LEDAK BILA
MENGGUNAKAN:
a. SISTEM PELEDAKAN LISTRIK
b. SISTEM PELEDAKAN SUMBU LEDAK
c. SISTEM PELEDAKAN NONEL
d. SISTEM PELEDAKAN SUMBU API
• Menaksir volume fragmentasi hasil peledakan merujuk ke volume
berdasarkan perhitungan geometri dengan mempertimbangkan
faktor berai (swell factor). Misalnya sbb:
– Vs = 16.850 m³ (bank)  merupakan hasil perkalian BxSxH
– Faktor Berai (swell factor) = 82% (diberikan oleh Peng.Peledakan)
– VL = Vs/SF =16.850 / 0.82 = 20.549 m³ (loose)  taksiran volume
yang dilaporkan
• Menaksir distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan mulai dari
bongkah sampai ukuran kecil. Penaksiran distribusi “paling tidak”
menampilkan seperti contoh berikut ini:
> 100 cm = …. %
50 – 100 cm = …. %
20 – 49 cm = …. %
< 20 cm = …. %
Total = 100%
• Melaporkan pekerjaan diatas kepada Pengelola Peledakan
dengan mengisi format laporan “Hasil Peledakan” yang tersedia.
OHT 44
1. BILA B = 3 M, S = 5 M, H = 12 M, DAN SF =
0,85%, BERAPA TAKSIRAN VOLUME HASIL
PELEDAKAN YANG HARUS DILAPORKAN ?
2. FAKTOR APA YANG HARUS SAUDARA
PERTIMBANGKAN KETIKA MENAKSIR UKURAN
FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN
3. MENURUT SAUDARA UNTUK APA MENGE-
TAHUI UKURAN FRAGMENTASI HASIL
PELEDAKAN
• Mengukur atau menaksir lemparan batu terjauh.
Cara penaksiran dilakukan sbb:
– berdasarkan lebar jenjang, yaitu bila tinggi jenjang 10
m, dgn bahan peledak ANFO, maka lemparan batu
terbang minimal 500 m
– menggunakan peta untuk lemparan yang jauh
• Periksa ada-tidaknya pemukiman disekitar batu
terbang tersebut
• Melaporkan pekerjaan diatas kepada Pengelola
Peledakan dengan mengisi format laporan “Hasil
Peledakan” yang tersedia.
OHT 45
AMBIL PETA YANG DIGUNAKAN UNTUK
PELEDAKAN. DENGAN SKALA YANG
ADA, HITUNG BERAPA METER JARAK
FLYING ROCK BILA PADA PETA SEKITAR
17 CM SEARAH DENGAN LEMPARAN
FRAGMENTASI.
A. DIKETAHUI PADA SAAT PEMERIKSAAN
– Memeriksa kondisi lubang gagal ledak (apakah terdapat kawat
detonator listrik atau sumbu)
– Memasang kembali pita pengaman dengan warna menyolok dan
bendera merah disekeliling area yang akan diledakkan ulang
– Menyiapkan alternatif penanggulangan gagal ledak
– Melaporkan langsung secara lisan jumlah lubang yang gagal ledak
kepada Pengelola Peledakan serta alternatif penanggulangannya
B. DIKETAHUI KEMUDIAN PADA SAAT PROSES PEMUATAN
– Lakukan prosedur di atas
– Mengisi formulir “Gagal Ledak” yang telah disediakan
– Melaporkan langsung secara tertulis jumlah lubang gagal ledak dan
jenis bahan peledak kepada Pengelola Peledakan serta alternatif
penanggulangannya
OHT 46
• Pada sistem peledakan listrik:
– Memeriksa dan menyambung kawat listrik yang nampak keluar dari setiap lubang gagal
ledak
– mengukur tahanan kawat listrik, bila menunjukkan angka tahanan detonator berarti
detonator masih aktif; tetapi bila menunjukkan angka tak terhingga detonator sudah
meledak
– menyambung detonator listrik ke sumbu nonel atau sumbu ledak
• Pada sistem sumbu ledak:
– Sudah dapat dipastikan gagal ledak (waspadai)
– Tempelkan detonator listrik (sesuai prosedur yang telah diterangkan sebelumnya),
kemudian ledakkan
• Pada sistem sumbu api:
– Periksa sumbu apinya dari kemungkinan lembab atau berair
– Dengan hati-hati keluarkan stemming sampai isian utama terlihat
– Buat primer dengan sumbu api baru, kembalikan stemming dan segera diledakkan
– Untuk sumbu api yang gagal ledak disarankan peledakkan ulangnya per lubang
• Pada sistem nonel:
– Setelah diyakini lubang gagal ledak dan sumbu nonel masih terlihat, tempel detonator
listrik dan ledakkan
– Bila sumbu nonel rusak, tapi primer belum meledak, keluarkan dulu stemming dgn hati 2
– Setelah handak utama terlihat buat primer baru dari detonator listrik, kembalikan
stemming dan ledakkan
• Untuk kawat detonator atau sumbu yang tidak nampak di sekitar lubang ledak, caranya:
– membuat lubang bor berjarak sekitar 50 – 100 cm dari lubang gagal ledak dengan
kedalaman miminum 2 kali tinggi stemming, atau
– menggali lubang gagal ledak menggunakan alat gali dengan seijin Pengelola Peledakan
OHT 47
• Peledakan ulang setelah penyambungan kabel listrik atau
menempelkan detonator pada sumbu ledak dan sumbu nonel atau
mengganti sumbu api
• Mengeluarkan stemming (menggunakan kompresor) kemudian
setelah handak utama kelihatan masukkan primer baru, tutup
kembali dengan stemming dan terakhir ledakkan.
• Membuat lubang ledak baru berjarak sekitar 50 – 100 cm dari
lubang gagal ledak dengan kedalaman melebihi tinggi stemming.
Kemudian isi dengan handak dan stemming seperti biasa, terakhir
ledakkan. Dengan adanya symphatetic detonation lubang gagal
ledak akan terinisiasi oleh ledakan lubang didekatnya
• Menggali area sekitar lubang gagal ledak menggunakan alat berat
(excavator). Pada alternatif ini, juru ledak bertindak sebagai
pengatur alat berat dan memposisikan diri dekat lubang gagal ledak
untuk memberikan aba-aba kepada operator excavator. Setelah
primer ditemukan, langsung diambil dan diamankan, sementara
handak ANFO bisa disiram air

OHT 48
• Boulders adalah fragmentasi hasil peledakan
berupa bongkah besar yang tidak dapat diambil
oleh alat muat dan tidak masuk ke dalam
crusher. Biasanya berukuran  80 cm
• Boulders adalah ukuran fragmentasi maksimum
yang dapat diterima oleh proses berikutnya.
• Harus dipisahkan dari tumpukan hasil peledakan
yang berukuran sesuai menggunakan bantuan
alat mekanis, misalnya excavator, wheel loader,
atau didorong bulldozer.
• Boulders dipisahkan sebaiknya tidak jauh dari
tumpukan hasil peledakan dan siap diledakkan
ulang.
OHT 49
• Menghitung jumlah boulders yang akan diledakkan ulang,
misalnya n bongkah
• Menghitung volume setiap bongkah dengan toleransi 10%
dengan cara menyesuaikan bentuk bangun relative setiap
bongkah tersebut, misalnya:
– seperti balok, maka harus diukur panjang (p), lebar (ℓ), dan tinggi
(t), kemudian volumenya dihitung (p x ℓ x t) m³,
– seperti bola, maka harus diukur diameternya (d), dan volume
dihitung 1/6  d³
– seperti prisma, maka volume = Lt, di mana L dan t masing-
masing adalah luas alas dan tinggi
– seperti limas atau kerucut, maka volume = 1/3 Lt, di mana L dan
t masing-masing adalah luas alas dan tinggi.
• Menghitung volume total bongkah, yaitu menjumlahkan
setiap volume bongkah, atau V1+V2+V3+…+Vn.
OHT 50
OHT 51
2
3  34
arah
pengeboran

(A) (B)

(A) Block holing


(B) Snack holing
(C) Mud caving /
plaster blasting (C)
OHT 52
Ketebalan bongkah rata-rata Cartridge1)/ lubang ledak
45 cm ¼ x tinggi = 5 cm
75 cm ¼ x tinggi = 5 cm
100 cm ½ x tinggi = 10 cm
120 cm 1 x tinggi = 20 cm
1)
Ukuran cartridge:  = 3 cm dan tinggi = 20 cm

Specific charge cartridge,


Kondisi bongkah
gr/m³
Diatas permukaan tanah 50 - 100
Separuh tertanam di dalam tanah 100 - 150
Seluruhnya tertanam di dalam tanah 150 - 200

OHT 53
a. Pendorong proyektil metal b. Mengatasi batu macet di draw point
(shaped directional charges) menggunakan pendorong proyektil
metal

OHT 54
TERDAPAT BOULDERS BERBENTUK:
– RELATIF BULAT BERDIAMETER 90 CM, 110 CM, DAN
150 CM
– RELATIF PERSEGI PANJANG 2 BONGKAH DENGAN
UKURAN : bongkah p, cm ℓ, cm t, cm
1 110 65 33
2 200 90 120

HITUNGLAH :
• VOLUME TOTAL BOULDERS
• JUMLAH BAHAN PELEDAK YANG DIBUTUHKAN
• PF
üÜ üÜ

Anda mungkin juga menyukai