Anda di halaman 1dari 115

TRAINING ELECTRIC

GENERATOR

PT. SUMBERDAYA SEWATAMA


TAHUN 2006

SKILL DEVELOPMENT
REFERENSI

• System Operation Testing & Adjusting, Assembly & Disassembly


SR 4 generator. SENR 5359 - 05 Caterpillar

• Operation & Maintenance Manual SR 4 & SR 4B Generator


SEBU7050 - 01 Caterpillar

• Service Manual digital Voltage Regulator ( DVR ) SENR 5833 - 01

• System Operation Testing & adjusting Electronic Modul Control


Panel II + for EUI. RENR 1200 - 01 Caterpillar

• Wiring Diagram for 3500 MUI Caterpillar

• System Operation Testing & Adjusting Generator Set Load


Sharing. SENR 6565 - 02 Caterpillar

• Load Sharing Speed Control Wood Ward Service Manual


KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya
buku “TRAINING ELECTRIC GENERATOR”. Buku ini
dipergunakan sebagai panduan operator dalam mengikuti
training Electric Generator.

Latar belakang disusunnya buku ini adalah untuk memenuhi


tuntutan & kebutuhan dalam rangka meningkatkan skill dari
operator. Buku ini disertai gambar - gambar pengukuran dan
spesifikasi, diharapkan setelah mempelajari buku ini dapat
membantu kesulitan pada saat menganalisa atau trouble
shooting di lapangan.

Penyusun mengambil materi dari beberapa reverensi sehingga


diharapkan buku ini mempunyai materi pembahasan yang lebih
lengkap. Tentunya masih banyak kekurangan dalam buku ini,
oleh karena itu saran dan masukan sangat kami perlukan.

Jakarta, 01 Juni 2006


Penyusun,

Skill Development
DAFTAR ISI

BAB 1 BASIC ELECTRIC GENERATOR SR 4


1.1 Generator Model
1.2 AC Generator
1.3 Generator Struktur
1.4 Lead Connection
1.5 Komponen Generator
1.6 Voltage Regulator
1.7 Pengukuran dan pengetesan

BAB 2 ELECTRONIC MODUL CONTROL PANEL


2.1 Model EMCP
2.2 Sistem Pengoperasian
2.3 Setting Parameter
2.4 Diagnostic Code

BAB 3 GOVERNOR
3.1 Model Governor
3.2 Komponen Governor
3.3 Diagnostic Code ECM
3.4 Sistem Pengoperasian Parallel
TUJUAN
• Memberikan gambaran secara singkat mengenai cara kerja
dari sistem Generator SR 4, Electronic Control Module
( EMCP ) dan Governor.
• Memberikan gambaran tentang bagaimana melakukan
pengetesan dan pengukuran terhadap komponen
dari generator seperti Voltage Regulator ( AVR, DVR )
EMCP & Governor electrical.

SASARAN

• Operator dapat memahami & mengetahui prinsip kerja dari


Generator, EMCP & Governor
• Operator dapat melakukan analisa - analisa secara tepat,
akurat terhadap problem yang sering terjadi di lapangan.
• Operator dapat mengembangkan kemampuan tehnik dengan
memadukan dasar teori dan praktek dilapangan.
I. BASIC ELEKTRIC GENERATOR SR 4

 Generator Model
 AC Generator
 Generator Struktur
 Lead Conection
 Komponen generator
 Voltage regulator
 Pengetesan dan pengukuran

6
1.1 Generator Model
Ada beberapa model generator yang dibuat oleh Caterpillar
diantaranya :

• SRCV ( Self Regulated Constant Voltage )


• SRSE ( Staticaly Regulated Staticaly excited )
• SRCR ( Staticaly regulated Control Rectifier )
• SR 4 ( Based on brush less Construction )

Yang akan dibahas disini adalah generator SR 4 yang lazim


ditemui dan dipakai untuk industri, pertambangan, pembangkit
tenaga listrik ( PLN ) dan lainnya.

Generator SR 4 mempunyai karakteristik sebagai berikut :


• 3 Phase arus bolak balik
• Tanpa menggunakan sikat arang
• Mempunyai desain 4 pole ( kutub ) atau 6 pole ( kutub )
• Menghasilkan frequency 50 hertz atau 60 hertz

Generator SR 4 adalah type generator yang mempunyai


pendinginan sendiri. Udara masuk melewati lubang udara yang
berada dibelakang generator, selanjutnya udara keluar melalui
lubang udara yang terletak pada ujung kopling penggerak
generator.
1.2 AC GENERATOR

Ada 3 syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk sebuah


generator pembangkit listrik yaitu :

• KONDUKTOR
Konduktor adalah penghantar arus listrik, pada generator lilitan
stator utama sebagai konduktornya.

• MAGNETIC FIELD
Medan magnet dibangkitkan oleh rotor utama ( main rotor )
yang mendapat arus eksitasi dari exciter field.

• RELATIVE MOTION
Adanya gerakan yang menyebabkan terjadinya perpotongan
antara konduktor dengan medan magnet, sehingga menim -
bulkan adanya tegangan listrik. Rotor utama digerakkan oleh
prime mover seperti mesin diesel, turbine, kincir dan lainnya.

Pada dasarnya konstruksi generator dibagi menjadi 2 bagian :

• MAIN GENERATOR
Meliputi stator utama ( armature ) & rotor utama ( field )

• EXCITER GENERATOR ( plus PM exciter )


Meliputi stator exciter ( field ), rotor exciter ( armature ), stator
PM ( armature ) & rotor PM berupa magnet permanen.

8
1.3 GENERATOR STRUKTUR

Konstruksi dari generator CAT bersarkan sistem eksitasi


dibagi menjadi dua macam yaitu :
• SELF EXCITED
• PERMANEN MAGNETIC GENERATOR

SELF EXCITED
Self Excited generator menerima power untuk eksitasi dan
voltage sensing dari out put main generator armature ( stator
utama ). Voltage regulator merasakan out put voltage main
generator dan melakukan pengaturan out put exciter
generator. Exciter generator kemudian memberikan power ke
main rotating field generator ( rotor utama ).
Selama main field berputar, main armature akan
mengeluarkan out put tegangan.
Self excited generator biasa dipakai pada generator kapasitas
kecil.

PERMANEN MAGNET GENERATOR


PM Generator menerima power untuk regulator ( AVR ) dari
pilot exciter generator. Pilot exciter generator terdiri dari
permanen magnet ( rotor ) & armature ( stator ). Pilot exciter
generator bekerja secara terpisah / tersendiri dari main
generator. Pada kondisi beban besar eksitasi pada exciter
akan lebih stabil.
Perubahan tegangan pada saat terjadi perubahan beban tidak
akan langsung mempengaruhi pada kondisi pilot exciter.
PM generator lebih tahan terhadap kondisi over load pada
waktu yang singkat.
AVR
Sensing PT

Rotor Permanent Magnetic

Rectifier Block

Stator PM

Rotor Exciter
Stator Exciter

Bearing generator

Main Rotor

Main Stator
Gambar 1. Generator dengan Permanent Magnetic Pilot Excitasi

Gambar di atas adalah struktur dari generator dengan permanent


magnetic generator. Main rotor, Rotor exciter, rotor PM & rectifier
block adalah bagian yang berputar dalam satu poros generator.
Sedangkan Main stator, Stator exciter & stator PM adalah bagian
yang tidak berputar ( diam ).
Bearing generator terpasang pada breaket bearing sebagai
tumpuan dari shaft generator. Ada generator dengan single
bearing & double bearing.
1.4 LEAD CONNECTION GENERATOR

Lead connection adalah menggambarkan hubungan lilitan pada


stator utama generator. Yang biasa dipakai hubungan lilitan
stator adalah hubungan bintang ( star connection ).
Cara pemberian tanda pada ujung lead yaitu dengan initial T1,
T2, T3, …. Dsb. Pemberian tanda tersebut mengacu searah
dengan putaran jarum jam dari luar ke dalam.
Hubungan bintang ( star conection ) mempunyai kelebihan yaitu
mempunyai dua tingkat tegangan, 400 v phsae to phase. Dan
220 v phase to netral. Selain itu hubungan lilitan secara seri
dapat dirubah menjadi paralel sehingga akan mendapatkan
tegangan out put 200 v phase dengan phase & 110 phase
dengan netral, kapasitas amperenya menjadi lebih tinggi.

Tegangan phase per phase lebih tinggi dari tegangan phase ke


netral. Formula sebagai berikut :

Tegangan phase dengan netral adalah :


V p - n = 0,58 X V p - p

Tegangan phase dengan phase adalah :


V p - p = 1,732 X V p - n

V p - p = tegangan phase to phase


V p - n = tegangan phase to netral
Wye Lead connection High Voltage

Phase 1
58 % of
T1 Line to line
Voltage
232 V
T4 400 V
T0
T7

T 10 T 11 T2
Phase 2
T8 T5
T 12

1.732 X
T9 Line to neutral
Voltage 400 V
T6

T3 Phase 3

Lead connection hubungan bintang dengan high Voltage konfigurasi

Pada konfigurasi di atas lilitan dihubungkan secara seri. T0


adalah pusat simpul dari semua ujung lilitan. T0 = neutral.
Pada generator tertentu T0 dihubungkan dengan body generator
Ada juga generator tertentu T0 tidak dihubungkandengan body
generator / grounding ( neutral floating ).
Wye Lead connection Low Voltage konfigurasi
Phase 1
58 % of
Line to line
T1 T7 Voltage

116 V

T4 T 10 T0 200 V
T 12 T5

T6
T2
T9 T 11
Phase 1
1.732 X
T3 T8 Line to neutral 200 V
Voltage
Phase 1

Lead connection hubungan bintang dengan Low Voltage konfigurasi

Pada Low voltage konfigurasi hubungan lilitan setiap phase


dihubungkan secara paralel. Sehingga tegangan yang
dihasilakan menjadi lebih kecil, sementara kapasitas
arusnya menjadi lebih tinggi.
Contoh : Jika sebuah generator 500 Kva, Lilitan stator
menggunakan Low voltage konfigurasi maka :
500 Kva = 200 V x Ampere x 3

1000
Ampere = 500 x 1000 = 1443 Ampere
200 x 1.732
1.5 KOMPONEN GENERATOR
Generator SR 4 mempunyai susunan komponen dari urutan
belakang ke depan yaitu :
• Rectifier
• Pilot exciter armature ( stator permanen magnetik )
• Permanen magnetik ( rotor permanen magnetik )
• Exciter armature ( rotor exciter )
• Exciter field ( stator exciter )
• Bearing generator
• Main armature ( stator utama )
• Main field ( rotor utama )
• Rotor shaft
• Fan

Adapun fungsi dari masing - masing komponen sebagai berikut :

RECTIFIER
Rectifier adalah beberapa diode yang dirangkai membentuk satu
sirkuit yang befungsi sebagai penyearah arus AC 3 phase dari
rotor exciter menjadi arus DC untuk membuat medan magnet
pada main field.
Pada generator SR 4 ada 3 jenis rectifier yaitu :
• Two - Diode rectifier block
• Three - Diode rectifier block
• Six - Diode rectifier block
PILOT EXCITER ARMATURE ( Permanen magnetic stator )
Pada type generator Permanent magnetic Pilot Excited ( PMPE )
pilot exciter armature berfungsi memberikan tegangan supply ke
voltage regulator. Sehingga pada saat terjadi fluktuasi tegangan
out put tidak akan mempengaruhi tegangan supply ke voltage
regulator.Tegangan out put berkisar 70 V s / d 100 V.

PERMANEN MAGNET
Merupakan salah satu komponen generator yang berupa magnet
permanen. Medan magnetnya berpotongan dengan pilot exciter
armature sehingga menimbulkan tegangan untuk supply ke
voltage regulator.

EXCITER ARMATURE
Exciter armature ( rotor exciter ) berfungsi untuk membangkitkan
tegangan excitasi ke rotor utama.

EXCITER FIELD
Exciter field ( stator exciter) berfungsi untuk menimbulkan
medan magnet yang selanjutnya medan magnet akan
berpotongan dengan lilitan rotor exciter. Exciter field mendapat
tegangan supply arus DC dari voltage regulator. Sehingga
pengaturan tegangan excitasi pada dasarnya dilakukan oleh
voltage regulator.
BEARING GENERATOR
Bearing generator berfungsi sebagai tumpuan dari poros
generator. Ada generator dengan bearing tunggal dan ada yang
menggunakan double bearing.Kondisi bearing generator harus
secara rutin dilakukan pengecekan dengan melakukan
pengecekan AIR GAP PM exciter.
MAIN ARMATURE ( Stator utama )
Main armature ( stator utama ) merupakan beberapa gulungan
kawat penghantar yang dihubungkan secara hubungan bintang.
Main armaute membangkitkan tegangan final out put 3 phase
arus AC. Tegangan out put ditimbulkan karena terjadi
perpotongan antara medan magnet yang ditimbulkan oleh main
rotor dengan gulungan main stator.

MAIN FIELD ( rotor utama )


main field ( rotor utama ) berfungsi membangkitkan medan
magnet. Karena main field terpasang pada rotor shaft sehingga
medan magnet yang ditimbulkan akan berpotongan dengan
main stator. Tegangan excitasi disupply dari rotor exciter yang
sudah disearahkan ( arus DC ) oleh rectifier.

ROTOR SHAFT
Rotor shaft ( poros generator ) berfungsi untuk menyalurkan
tenaga dari prime mover. Pada poros generator terpasang rotor
utama. Exciter rotor , permanen magnet rotor & rectifier block.
Antara prime mover dengan rotor dihubungkan dengan coupling

FAN GENERATOR
Fan generator berfungsi untuk mendinginkan generator dengan
menghisap udara dari belakang, udara akan melewati
kumparan main rotor dan main stator untuk melakukan fungsi
pendinginan dan selanjutnya dibuang ke melalui celah coupling
generator.
PMPE GENERATOR Adjust Voltage
Potentiometer

Droop reosthat
T1
Sensing P T
Droop Transformer 5
T0 6 7
20

22
Main Stator
Generator
24

T3
F1
T2
F2

Main Rotor generator 26 28 30


Varistor

Rectifier Block

R
Rotor Exciter

Sator Exciter

Fuse
Stator PM

Fuse
Rotor PM
SELF - EXCITED ( SE ) GENERATOR

Adjust Voltage
Potentiometer

Droop reosthat
T1
Sensing P T
Droop Transformer 5
T0 6 7
20

22
Main Stator
Generator
24

T3
F1
T2
F2

Main Rotor generator

+ Varistor
-

Rectifier Block

R
Rotor Exciter

Stator Exciter
KOMPONEN PENDUKUNG
Untuk generator dengan operasi paralel perlu adanya
komponen pendukung agar generator bisa beraperasi dan
membagi arus dengan baik. Adapun komponen pendukung
yaitu :
• Droop transformer
• Droop reosthat
• P T ( potensial transformer ) sensing

DROOP TRANSFORMER
Droop transformer dipasang pada bus bar out put generator
phase S, sebagian generator, droop transformer ada yang
dipasang pada kabel lead out put generator.
Droop transformer berfungsi untuk memberikan sensing arus
ke voltage regulator, pada saat terjadi perubahan arus yang
mengalir pada generator, Droop transformer akan merasakan
dan akan mengirim sensing ke regulator. Voltage regulator
akan melakukan pengaturan ( regulasi ) tegangan out put
dengan cara mengatur tegangan excitasi ke exciter field.

DROOP REOSTHAT
Droop reosthat dipasang secara paralel dengan droop
transformer. Berfungsi untuk mengatur besar kecilnya voltage
droop.
Pada generator dengan Digital Voltage Regulator maka droop
reosthat tidak dipasang karena untuk mengatur voltage droop
dilakukan pada parameter di DVR.
P T ( POTENSIAL TRANSFORMER )SENSING
Potensial transformer ( P T ) berfungsi memberikan sensing
tegangan ke voltage regulator. Pada saat terjadi perubahan
tegangan out put maka potensial transformer akan memberikan
sensing tegangan ke voltage regulator. Voltage regulator akan
mengatur tegangan out pada saat terjadi fluktuasi tegangan
akibat perubahan beban..

ADJUST VOLTAGE POTENTIOMETER


Adjust voltage potentiometer berfungsi mengatur tegangan out
put generator. Pada saat generator mengalami penambahan
beban maka voltage generator akan mengalami penurunan.
Untuk menaikkan voltage out put dengan cara melakukan
pengaturan lewat adjust voltage potentiometer, yang pada
dasarnya adalah mengatur tegangan excitasi.
1.6 VOLTAGE REGULATOR

Voltage regulator adalah suatu komponen utama yang ada pada


generator set. Tugas utama dari voltage regulator adalah
mengatur voltage yang keluar dari generator tetap stabil pada
setiap kondisi dan setiap saat.
Ada bebrapa jenis voltage regulator yang biasa dipakai pada
genset Caterpillar seperti :

• VR 3
• VR 6
• DVR
• CDVR

Masing - masing voltage regulator di atas mempunyai tampilan


dan penyetelan yang berbeda - beda.

VR 3
Pada VR 3 terdapat tiga penyetelan yang dapat dilakukan yaitu :
• Penyetelan Voltage level berfungsi untuk menentukan tingkat
tegangan out put generator.
• Voltage droop berfungsi untuk mengontrol jumlah reaktif
current pada saat generator beroperasi secara paralel.
Dengan metode droop akan mereduksi perbedaan voltage.
Pada genset yang beroperasi secara parallel maka voltage
droop harus disamakan dengan genset yang lain.
• Penyetelan voltage gain berfungsi akan memberikan efek
kebalikan dengan voltage droop.
VR 6
Pada VR 6 selain terdapat penyetelan Voltage level, voltage
droop & Voltage gain juga terdapat penyetelan Knee frequency
yang berfungsi menurunkan tegangan secara otomatis pada
saat terjadi penurunan frequency ( volt perherzt ) sehingga akan
meringankan kerja engine pada saat terjadi droop frequency.

CDVR
CDVR adalah voltage generator produksi Cat generasi terbaru
yang berbasis mikroprosessor. Parameter dan setting CDVR
hanya dapat dilakukan dengan bantuan service tool / Cat
electronic technician tool ( ET ). Kelebihan CDVR adalah
mempunyai lebih banyak konfigurasi dan proteksi.

DVR
DVR merupakan voltage regulator yang berbasis mikroprosesor
Parameter dapat dirubah sesuai dengan aplikasi di lapangan.
Parameter dapat dimonitor pada display voltage regulator.
DVR mempunyai fasilitas terbaru seperti :

• KVAR / PF controller
• Over excitation protection
• Fault detection
• Over voltage protection
• Under voltage protection
• Diode monitoring trip
• reverse power relay
• System monitoring parameter
Berikut gambaran perbedaan unjuk kerja DVR pada saat kondisi
normal dan pada saat terjadi pembebanan.

125 Underfrequency Point

100

75 Generator Out Put Voltage

50

25 Knee Frequency

0 20 40 60 80 100 120
% OF NOMINAL FREQUENCY

Gambar 1. Startup profil dari DVR

Gambar diatas menunjukkan hubungan antara Frequency


dan tegangan dari generator pada unjuk kerja DVR pada
kondisi tanpa beban.
• Pada saat frequency turun di bawah knee frequency ( di
bawah 100% ) dari nominal frequency maka tegangan dari
generator akan mengalami penurunan sampai pada batas
underfrequency point.
Profil unjuk kerja DVR

125 Underfrequency Point Generator Output Voltage

100

Decreasing Slope 1
( 1 to 10 V/HZ )
75
Decreasing Slope 2
( 1 to 10 V/HZ )
50
5 HZ ( Fixed )

Minimum Voltage Setpoint


25

Knee Frequency

0 20 40 60 80 100 120
% OF NOMINAL FREQUENCY

Gambar 2. Loading / Stoping profil dari DVR

Pada unjuk kerja DVR ( loading / stoping profil ) menggambarkan


bahwa pada saat generator menerima beban yang besar
frequency dan tegangan akan turun. Ketika frequency turun
mencapai setting knee frequency maka tegangan akan berkurang
sesuai setting Volt/herzt slope1. Selanjutnya ketika frequency
berkurang 5 HZ dari knee frequency maka volt/herzt slope2 akan
bekerja. Baik volt/HZ slope1 maupun slope2 nilainya dapat
disetting pada parameter DVR & disesuaikan dengan aplikasi di
customer ( sesuai karakter beban ).
PARAMETER DVR
Parameter pada DVR dapat disetting sesuai dengan aplikasi di
lapangan. Di bawah ini parameter dari DVR.

Parameter kode 01 - Generator out put voltage.


pada parameter ini disetting sesuai dengan tegangan keluaran
dari generator. 400 volt untuk 50 HZ atau 480 untuk 60 HZ.

Parameter kode 02 - Ratio out put voltage to sensing voltage.


parameter ini adalah nilai perbandingan antara tegangan
keluaran generator dengan tegangan yang keluar dari
potensial tranformer yaitu tegangan pada terminal 20, 22, 24
pada DVR.

Parameter kode 03 - Generator type.


Pada parameter ini disetting type generator berdasarkan
pengelompokan yaitu type exciter ,frame size, generator poles
& engine speed.

Parameter kode 04 - Rated generator out put current.


Parameter ini disetting berdasarkan kapasitas arus ( ampere )
100 % dari generator yang tercantum pada name plate
generator pada power factor 0,8.

Parameter kode 05 - CT voltage at rated generator current


Parameter ini adalah nilai tegangan CT. DVR mendapat
sensing dari droop CT, untuk menentukan droop, gain & KVAR
parameter.
Parameter kode 06 - Knee Frequency
Knee frequency adalah suatu metode yang diciptakan yang
bertujuan agar engine tidak menaggung beban yang berat pada
saat terjadi penurunan frequency akibat penambahan beban.
Knee frequency dinyatakan dengan volt per herzt.
Pengertiannya bahwa jika pada saat generator terbebani
sehingga frequency turun mencapai setting knee frequency
maka tegangan akan diturunkan, sehingga beban engine tidak
berat. Setting untuk knee frequency sesuai dengan aplikasi di
lapangan.

Parameter kode 07 - Decreasing V / HZ slope 1


Parameter ini mempunyai peran bahwa jika frequency turun
mencapai setting knee frequency maka tegangan akan
diturunkan. Besarnya penurunan tegangan adalah sesuai
dengan setting pada decreasing V / HZ slope 1. Nilai setting
parameter kode 07 anjuran pabrik adalah 2 volt.

Parameter kode 08 - Decreasing V / HZ slope 2


Parameter ini mempunyai peran bahwa jika frequency turun
sampai 5 HZ dibawah knee frequency maka tegangan akan
diturunkan. Besarnya penurunan tegangan kedua ini sesuai
dengan setting pada decreasing V / HZ slope 2. Nilai setting
parameter kode 08 anjuran dari pabrik adalah 2 volt.
Parameter kode 09 - Minimum Voltage
Pada parameter ini mempunyai peran sebagai batasan pada
saat decresing V / HZ slope 2 bekerja. Voltage generator akan
mengalami penurunan sampai pada batas minimum voltage.
Setting minimum voltage dengan satuan %. Anjuran dari pabrik
adalah 50 %.

Parameter kode 10 - Under Frequency


Pada saat frequency droop mencapai batas under frequency
point ( 25 Hz ) maka voltage regulator akan melakukan regulasi
sehingga tegangan menjadi zero.

Parameter kode 11 - Over voltage trip point


Parameter ini adalah sebagai safety device pada saat tegangan
mencapai batas maksimum setting ( 140 % ) di atas normal
maka voltage regulator akan memerintahkan untuk shutdown
voltage ( zero ).

Parameter kode 12 - Over voltage trip time


parameter ini adalah mengatur waktu tunda ( time delay )
proteksi over voltage bekerja, setting anjuran adalah 2 detik.

Parameter kode 13 - Under voltage trip point


Parameter ini adalah sebagai safety device pada saat tegangan
mencapai batas minimum setting ( 60 % ) di bawah normal,
setting anjuran adalah 30 detik.

Parameter kode 14 - Under voltage trip time


Parameter ini mengatur waktu tunda ( time delay ) proteksi
under voltage bekerja.
Parameter kode 30 - Droop percentage
Parameter ini mempunyai efek yang sama dengan penyetelan
droop reosthat pada VR 3. Pada saat generator beroperasi
secara parallel maka droop persentase harus diset ( standar
Cat 3 % ) sehingga arus yang bersirkulasi diantara generator
dapat terbagi dengan stabil ( tidak terjadi fluktuasi arus akibat
saling tarik menarik )

Parameter kode 34 - reverse power trip point


Parameter ini merupakan safety device untuk reverse power.
Proteksi ini bekerja pada saat real power ( kw ) yang
ditanggung generator minus setting anjuran adalah 10 %.

Parameter kode 35 - reverse power trip time


Parameter ini adalah setting untuk waktu tunda ( time delay )
untuk proteksi reverse power, setting anjuran adalah 10 detik.

Parameter kode 50 - Generator out put frequency


Parameter kode 51 - Generator out put voltage
parameter kode 52 - Generator out put current
Parameter kode 53 - Generator reactive out put current
parameter kode 54 - Generator real out put
Parameter kode 55 - Exciter field current
Parameter kode 56 - Kilo watt ( KW )
parameter kode 57 - power factor ( Cos Q )
parameter kode 58 - Kilovars
Parameter kode 60 - Hours
parameter 50 s / d parameter 60 statusnya hanya bisa
dimonitor ( merupakan parameter pengukuran )

Parameter 90 - password
Password ( kata kunci ) berfungsi sebagai pengaman terhadap
setting parameter.
Contoh Setting Parameter DVR
generator 3516 B series

Parameter Title units Range Value


01 Generator Output Voltage Volts 00800 - 9999 400
02 Ratio of Output Voltage to sensing Voltage - 001 - 100 002
03 Generator Type - 0000 - 0004 0004
04 Rated Generator Output Current Amps 0000 - 9999 2886
05 CT voltage at Rated Generator current Volts 01 - 05 03.55
06 Knee Frequency HZ 045 - 065 049.8
07 Decreasing Volts/Hz slope1 Volts/Hz 001 - 010 002
08 Decreasing Volts/Hz slope2 Volts/Hz 001 - 010 002
09 Minimum Voltage % 050 - 100 050
10 Under Frequency Point Hz 020 - 040 025
11 Over Voltage trip Point % 0105 - 0140 0140
12 Over Voltage trip Time Sec 0002 - 0030 0002
13 Under Voltage Trip Point % 0060 - 0095 0060
14 Under Voltage Trip time Sec 0030 - 0120 0030
15 Voltage Gain ( IR Compensation ) % 000 - 010 000
16 Integral Gain - 001 - 020 006
17 Proporsional Gain - 001 - 020 005
Single Phase sensing select
18 - 0000, 0001 0000
( 0 = Three phase, 1 = Single phase )
19 Diode Monitoring Trip point amps 001 - 010 002
30 Droop Percentage % 000 - 010 003
31 PF/KVAR select ( 0 = PF, 1 = KVAR ) - 0000, 0001 0000
32 PF Reference 00.60 - 01.10 01
33 KVAR Reference Per Unit 00.00 - 01.10 0000
34 Reverse Power Trip Point % 000 - 020 010
35 Reverse Power Trip Time Sec 000 - 020 010
50 Generator Out Put Frequency HZ Viewing only
51 Generator Out put Voltage Volts Viewing only
52 Generator Out put Current Amps Viewing only
53 Generator Reactif Output Current Amps Viewing only
54 Generator Real Current Amps Viewing only
55 Exciter Field Current Amps Viewing only
56 Three Phase Kilowatts KW Viewing only
57 Power Factor - Viewing only
58 Thee Phase KVAR - Viewing only
60 Hours Hours Viewing only
90 Password - 0000 - 9999 0200
91 soft Ware ID - Viewing only
92 Latest Fault - Viewing only
93 Previous Fault - Viewing only
94 Fault Clearing - Switch
95 Alarm Fault - Viewing only
96 Shutdown fault Reset swict
FAULT PARAMETER
Pada DVR terdapat parameter yang menunjukkan kode
gangguan jika terjadi gangguan pada generator, parameter
tersebut dapat dilihat pada display DVR.Parameter tersebut
sebagai berikut :

Parameter kode 92 - Lates fault


Pada parameter ini menunjukkan kode gangguan yang terbaru,
secara otomatis akan tampil pada display DVR jika terjadi
gangguan atau shutdown tegangan generator.

Parameter kode 93 - Previous fault


Pada parameter ini menunjukkan kode gangguan yang telah
lalu. Jika kode gangguan pada parameter 92 dihapus maka kode
gangguan tersebut akan berpindah ke parameter kode 93.

Parameter kode 94 - Faullt clear


Pada parameter ini dipakai untuk melakukan penghapusan
( clearing ) dari pada parameter kode 92.

Parameter kode 95 - Alarm fault


Pada parameter ini berisi kode gangguan yang pertama terjadi
sejak parameter sudah dihapus. Kode gangguan akan tampil
pada display selama parameter kode 94 masih aktif. Jika tidak
ada alarm fault yang aktif, maka pada display akan muncul
angka o.

Parameter kode 96 - Shutdown fault reset


Pada parameter ini bekerja seperti switch reset shutdown fault.
Parameter kode 96 hanya bisa dipakai untuk mereset jenis
gangguan yang resetable shutdown fault, sedangkan untuk
mereset jenis gangguan yang sifatnya non - resetable fault
shutdown harus dengan cara melepas power DC 24 volt dari
DVR.
KODE GANGGUAN
Untuk mengetahui penyebab gangguan yang terjadi perlu
mengetahui arti kode gangguan yang muncul pada display DVR.
Ada beberapa kode gangguan yang perlu diketahui yaitu :

Fault kode 601 - Internal memory failure


Kode gangguan ini menunjukkan adanya kerusakan pada
EEPROM. Hapus kode dengan fasilitas clearing pada parameter
92, program kembali parameter 1 s / d 35. Jika kode gangguan
masih aktif berarti regulator perlu diganti.

Fault kode 602 - Internal watchdog failure


Kode gangguan ini menunjukkan adanya kelaianan pada
mikroprosessor. Hal ini disebabkan adanya induksi
elektromagnet. Sehingga perlu kabel shielded & sistem
grounding yang bagus, atau bisa disebabkan oleh tegangan
supply DC terlalu rendah ( di bawah 18 VDC )

Fault kode 603 - Rotating diode


Kode gangguan ini menunjukkan adanya varriasi arus yang
mengalir cukup besar pada exciter field yang diakibatkan
kelainan pada diode, hubung singkat atau open sirkuit.

Fault kode 701 - Under voltage


Kode gangguan ini disebabkan voltage regulator mendeteksi
terjadi tegangan turun lebih rendah dari setting point safety
device.

Fault kode 702 - Over voltage


Kode gangguan ini disebabkan Voltage regulator mendeteksi
terjadi tegangan lebih melebihi setting point safety device.
Fault kode 703 - over excitation
Kode gangguan ini disebabkan oleh arus excitasi pada exciter
field terlalu besar atau berlangsung lama. Arus yang besar dapat
menyebabkan kerusakan pada voltage regulator.

Fault kode 704 - Loss of excitation


Kode gangguan ini menunjukkan bahwa voltage regulator
mendeteksi arus excitasinya nol, kode gangguan ini akan
muncul jika voltage regulator mendeteksi power factor 0,4
kapasitif. Kemungkinan juga bisa disebabkan oleh pemasangan
polaritas dari CT / PT yang tidak benar.

Fault kode 705 - Reverse power


Kode ganggauan ini menunjukkan bahwa voltage regulator
mendeteksi adanya arus balik melebihi settingan safety device.
Kemungkinan disebabkan Polaritas CT / PT yang tidak benar
atau beban generator minus pada saat operasi paralel.

Fault kode 801 - Instantaneous trip


Kode gangguan ini menunjukkan bahwa voltage regulator
mendeteksi arus pada excite lebih besar dari 28 ampere, maka
voltage regulator secara otomstis akan memutus arus ke exciter.
Fault kode 802 - Loss of sensing
Kode gangguan ini menunjukkan bahwa voltage regulator
mendeteksi ada satu dari sensing input terminal 20, 22, 24
dalam kondisi putus atau short sirkuit.

Fault kode 803 - Loss of frequency


Kode gangguan ini menunjukkan bahwa voltage regulator
mendeteksi frequency nol. Voltage regulator mendeteksi
frequency dari Permanen magnetik field bukan dari voltage
sensing Input.

Fault kode 901 - Digital voltage regulator memory


Kode gangguan ini menunjukkan bahwa ada gangguan pada
EEPROM memory. Voltage regulator tidak bisa berfungsi lagi.

PENGELOMPOKAN JENIS GANGGUAN


Jenis gangguan yang dapat dideteksi oleh Digital voltage
regulator dibagi menjadi 4 yaitu ;

• Alarm fault
• Resetable shutdown fault
• Non - resetable shutdown fault
• severe fault

Alarm fault
Pada kondisi ini DVR mendeteksi adanya kelainan yang tidak
mempengaruhi kerja dari generator, sehingga generator tetap
beroperasi secara normal, seperti gangguan pada internal
memory pada DVR, sehingga hanya dengan direset kembali
maka alarm fault akan normal. Alarm fault mempunyai kode
gangguan dalam range 600 ( seperti 601, 602, 603 )
Resetable shutdown fault
Pada kondisi ini Digital voltage regulator atau generator
mengalami penurunan perfomance. Sehingga DVR akan
mereduksi tegangan excitasi 3,0 volt atau lebih kecil ( F1, F2 ).
Tegangan out put generator menjadi low. Gangguan ini dapat
dihapus ( clearing pada parameter kode 92 )
Resetable shutdown fault mempunyai kode gangguan pada
range 700 ( 701, 702, 703, 704, 705 )

Non resetable shutdown fault


Pada kondisi ini DVR tidak dapat bekerja dengan normal, hal
disebabkan adanya gangguan yang sifatnya permanen seperti
tegangan input sensing putus, atau frequency loss. DVR akan
mereduksi tegangan excitasi 3,0 volt atau lebih kecil. Sehingga
tegangan out put generator menjadi low.
Jenis gangguan ini hanya bisa direset dengan cara memutus
sementara power input DC yang menuju AVR ( ± 10 detik )
setelah sebelumnya gangguan permanen sudah diatasi.
Non resetable shutdown fault ini mempunyai kode gangguan
pada range 800 ( 801, 802, 803 )

Severe fault
Dalam kondisi ini DVR mengalami gangguan pada EEPROM.
DVR tidak dapat berfungsi lagi dan tidak dapat diriset. sehingga
harus direplace.
Kode gangguan ini adalah 901..
1.7 PENGUKURAN DAN PENGETESAN
Untuk mengetahui apakah komponen dari generator masih
berfungsi dengan baik perlu dilakukan pengukuran dan
pengetesan. Untuk melakukan pengukuran & pengetesan perlu
dituntut penggunaan alat tester dengan benar.
Pada saat melakukan pekerjaan trouble shooting operator atau
tehnisi harus mempunyai standar pengukuran dari komponen
yang diukur, sehingga bisa menentukan bahwa komponen
tersebut masih dalam kondisi normal atau sudah tidak berfungsi.

Adapun komponen yang perlu dilakukan pengetesan pada saat


komponen tersebut terindikasi mengalami kerusakan adalah :

• Varistor
• Rectifier
• Resistor
• Lilitan exciter, P M stator, Main rotor, Main stator.
• Tahanan isolasi Lilitan P M stator, Exciter rotor, Exciter stator,
Main rotor, Main stator.

• PENGETESAN VARISTOR
Varistor dapat dicek kondisinya dengan menggunakan alat
ukur ohm meter. Dengan cara mengukur nilai tahanan
antara terminal positif & terminal negatif.
Tahanan ( resistance ) harus sama atau lebih besar dari
15.000 ohm ( 15 kilo ohm )
Varistor

OK
15000 Ω

CAT ®
15000
-
Ω


+ + COM
• PENGETESAN RECTIFIER

Ada 3 tipe rectifier yang dipakai oleh Caterpillar, yaitu :


• Six - Diode Rectifier Block Type
• Three - Diode Rectifier Block Type
• Two - Diode Rectifier Block Type

Pada Six - Diode rectifier Block Type di dalam rectifier


terdapat 6 buah diode yang dirangkai membentuk satu
sirkuit dengan lima out put terminal. Yaitu AC1, AC2, AC3,
terminal positif & terminal negatif..

Langkah - langkah pengetesan sebagai berikut :


• Lepaskan semua kabel yang tersambung pada rectifier
( kabel dari exciter & kabel yang menuju ke main rotor )
• Set digital multi meter pada selector diada range
• Tempelkan kabel hitam dari multi meter pada terminal
positif pada rectifier. Tempelkan kable merah dari multi
meter ke terminal AC1 (3), AC2 (4), AC3 (5). Semua
pembacaan harus diantar 0,4 s/d 1,0.
• Tempelkan kabel merah pada terminal negatif rectifier.
Tempelkan kabel hitam multimeter pada terminal AC1 (3)
AC2 (4), AC3 (5), semua pembacaan harus diantara
0,4 s/d 1,0.
• Tempelkan kable merah multimeter pada terminal positif
rectifier. Tempelkan kabel hitam multimeter pada terminal
AC1 (3) AC2 (4) AC3 (5). Dalam semua kondisi pengu -
kuran harus terbaca OL ( over load )
• Tempelkan kable hitam multimeter pada terminal negatif
rectifier. Tempelkan kabel merah multimeter pada
terminal AC1 (3) AC2 (4) AC3 (5). Dalam semua kondisi
pengukuran harus terbaca OL ( over load )
Type Six Diode Rectifier Block

+ -

AC 1 AC 3

AC 2
- +

AC 1 AC 2 AC 3

OK
0.4 s / d 1.0

CAT ®

AC 1 AC 3
1.0
Ω

AC 2 
- + + COM
OK
Over Load

CAT ®

AC 1 AC 3
OL
Ω

AC 2 
- + + COM

+ -

AC 1 AC 2 AC 3
OK
0.4 s / d 1.0

CAT ®

AC 1 AC 3
1.0
Ω

AC 2 
- + + COM

+ -

AC 1 AC 2 AC 3
OK
Over Load

CAT ®

AC 1 AC 3
OL
Ω

AC 2 
- + + COM

+ -

AC 1 AC 2 AC 3
PENGETESAN THREE - DIODE RECTIFIER BLOCK

Pada tipe Three - Diode rectifier Block ada 2 jenis rectifier


yaitu rectifier positif & rctifier negatif. Di dalam rectifier
terdapat 3 buah diode yang dirangkai membentuk satu
sirkuit dengan 4 terminal out put. yaitu 3 buah terminal AC1,
AC2, AC3 untuk arus masuk dari exciter field & 1 buah
terminal untuk arus DC menuju ke main rotor field.

PENGETESAN DIODE POSITIF


• Tempelkan kabel merah tester pada terminal positif
rectifier. Tempelkan kabel hitam tester pada terminal
AC1 (3), AC2 (4), AC3(5).Dari semua kondisi pe -
ngukuran harus terbaca OL ( over load )
• Tempelkan kabel hitam tester pada terminal positif
rectifier. Tempelkan kabel merah tester pada terminal
AC1(3), AC2(4), AC3(5). Dari semua pengukuran
harus terbaca antara 0,4 s/d 1,0

PENGETESAN DIODE NEGATIF


• Tempelkan kabel merah tester pada terminal negatif
rectifier. Tempelkan kabel hitam tester pada terminal
AC1(3), AC2(4), AC3(5). Dari semua kondisi pe -
ngukuran harus terbaca 0,4 s/d 1,0
• Tempelkan kabel hitam tester pada terminal negatif
rectifier. Tempelkan kabel merah tester pada terminal
AC1(3), AC2(40), AC3(5). Dari semua pengukuran
harus terbaca OL ( over load ).
TypeThree Diode Rectifier Block

Diode Positif
AC 1 AC 2
AC 1
+

AC 2 AC 3
AC 3 +

Diode Negatif
AC 1 AC 2
AC 1 AC 3

AC 2 -

AC 3 -
3
2
1 4
1. Rectifier
+ 5
- 2. Input Main rotor Field

6 3. Resistor
+
4. Varistor
5. Heat sink asembly
- 6. Output Exciter Rotor
Type Three Diode Rectifier Block Testing

OK
0.4 s / d 1.0

CAT ®
1.0
AC 1
+
Ω


+ COM
AC 2 AC 3

AC 1 AC 2

AC 3 +
Type Three Diode Rectifier Block Testing

OK
Over load

CAT ®
OL
AC 1
+
Ω


+ COM
AC 2 AC 3

AC 1 AC 2

AC 3 +
Type Three Diode Rectifier Block Testing

OK
0.4 s / d 1.0

CAT ®
1.0
AC 1 -
Ω


+ COM
AC 2 AC 3

AC 1 AC 2

AC 3 -
Type Three Diode Rectifier Block Testing

OK
Over Load

CAT ®
OL
AC 1 -
Ω


+ COM
AC 2 AC 3

AC 1 AC 2

AC 3 -
TWO - DIODE RECTIFIER BLOCK TYPE

Pada tipe two - diode rectifier block di dalam rectifier terdapat


2 buah diode yang dirangkai membentuk satu sirkuit dengan 3
buah terminal out put, yaitu satu terminal AC, terminal positif &
terminal negatif. Generator yang menggunakan rectifier model
ini memerlukan 3 buah rectifier, terminal positif dan negatif
dihubungkan secara paralel pada ketiga rectifier tersebut.

PENGETESAN TWO - DIODE RECTIFIER BLOCK TYPE

• Tempelkan kabel hitam tester pada terminal AC rectifier


• Tempelkan kabel merah tester pada terminal negatif rectifier
Pembacaan multimeter harus antara 0,4 s/d 1,0
• Tempelkan kabel merah tester pada terminal positif rectifier
pembacaan tester harus menunjukkan OL ( over load )
• Tempelkan kabel merah tester pada terminal AC rectifier
• Tempelkan kabel hitam tester pada terminal negatif rectifier
Pembacaan pada multimeter harus OL ( over load )
• Tempelkan kable hitam tester pada terminal positif rectifier
Pembacaan pada multi meter harus 0,4 s/d 1,0
Type Two Diode Rectifier Block
2
1
3

AC
+

AC
+
+
1. Exciter output
6
2. Rectifier
3. Input Main Rotor field

AC
+
4. Heat sink asembly 5
5. Resistor
6. Varistor 4

Two Diode Rectifier Block Testing OK


0.4 s / d 1.0

CAT ®
1.0
Ω


+ COM

+
AC
Type Two Diode Rectifier Block Testing
OK
Over Load

CAT ®
OL
Ω


+ COM

+
AC

Diode yang rusak ( short ) dapat menyebabkan kerusakan pada


exciter rotor. Lakukan pengecekan pada exciter rotor untuk
memastikan kondisi gulungannya. Lakukan langkah - langkah
sesuai petunjuk pengecekan.
WINDING TEST ( PENGETESAN GULUNGAN )

Untuk mengetahui kondisi dari gulungan pada generator


dengan cara melakukan pengetesan winding ( gulungan )
yaitu dengan cara mengukur resistance ( tahanan ) pada
gulungan sebagai berikut :

• EXCITER ARMATURE ( ROTOR EXCITER )


Dengan menggunakan ohm meter tempelkan kabel tester
pada ujung- ujung gulungan. Tahanan harus lebih kecil dari
0,1 ohm.

• MAIN ARMATURE ( STATOR UTAMA )


Dengan menggunakan ohm meter tempelkan kabel tester
pada ujung- ujung gulungan. Tahanan harus lebih kecil dari
0,1 ohm.

• PILOT EXCITER ARMATURE ( P M STATOR )


Dengan menggunakan ohm meter tempelkan kabel tester
pada ujung- ujung gulungan. Tahanan harus lebih kecil dari
0,1 ohm.

• EXCITER FIELD ( STATOR EXCITER )


Dengan menggunakan ohm meter tempelkan kabel tester
pada ujung- ujung gulungan. Tahanan berkisar 3 ohm
sampai dengan 6 ohm

Temperatur dari gulungan akan mempengaruhi besarnya


tahanan, ketika temperatur winding bertambah maka tahanan
akan bertambah dan sebaliknya.
INSULATION TEST ( TEST TAHANAN ISOLASI )

Pengukuran tahanan isolasi dilakukan untuk mengetahui


permomance dari isolasi gulungan. Tahanan isolasi dari suatu
gulungan dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh :

• Kelembaban udara
• Kotoran
• Grease
Pengukuran tahanan isolasi dilakukan dengan menggunakan alat
Megohmeter ( meger ). Pada saat melakukan pengukuran
dengan meger menghasilkan tegangan out put yang cukup tinggi
di antara ujung tester. Sehingga perlu dilkukan dengan hati - hati.
Selama pengetesan arus yang kecil mengalir, selanjutnya meger
akan mengubah arus yang ditampilkan kedalam pembacaan
tahanan ( ohm ). Gunakan tegangan uji yang mendekati dengan
tegangan kerja dari gulungan tersebut, dengan demikian faktor
kesalahan dari hasil pengukuran sekecil mungkin.

Beberapa komponen yang perlu dilakukan pengukuran tahanan


isolasi yaitu :

• Tahanan isolasi Main Armature ( stator utama )


• Tahanan isolasi Exciter field ( stator exciter )
• Tahanan isolasi Exciter Armature ( exciter rotor )
• Tahanan isolasi Pilot Exciter armature ( stator P M )
PENGETESAN ISOLASI MAIN STATOR
Prosedur pengetesannya sebagai berikut :
• Lepas semua kabel load pada bus bar generator
• Lepas kabel kabel yang menuju ke PT ( potensial transformer )
• Hubungkan ujung kabel hitam meger ke ground generator
• Hubungkan ujung kabel merah meger ke kabel lead stator
• Tahanan isolasi harus lebih besar dari 1 megohm

PENGETESAN ISOLASI EXCITER FIELD


Prosedur pengetesannya sebagai berikut :
• Lepaskan kabel F1 & F2 dari voltage regulator
• Hubungkan ujung kabel hitam meger ke ground generator
• Hubungkan ujung kabel merah meger dengan gulungan exciter
• Tahanan isolasi dari gulungan minimum 0,25 megohm

PENGETESAN ISOLASI EXCITER ARMATURE


Prosedur pengetesannya sebagai berikut :
• Lepas 3 kabel exciter armatur dari rangkaian rectifier
• Hubungkan ujung kabel hitam meger ke rotor shaft
• Hubungkan ujung kabel merah tester ke ujung kabel exciter
• Tahanan isolasi exciter armatur minimum 0,25 megohm

PENGETESAN ISOLASI PILOT EXCITER ARMATURE


Prosedur pengetesannya sebagai berikut :
• Lepaskan kabel pilot exciter armatur dari voltage regulator
kabel no. 26, 28, 30.
• Hubungkan ujung kabel hitam meger ke ground generator
• Hubuungkan ujung kabel merah meger ke ujung dari kabel
pilot exciter
• Tahanan isolasi minimum 0,25 megohm
ELECTRONIC MODUL
CONTROL PANEL
( EMCP )

 MODEL EMCP

 SYSTEM PENGOPERASIAN

 SETTING PARAMETER

 DIAGNOSTIC CODE
2.1 MODEL EMCP
Electronic Modul Control panel adalah suatu kontrol panel dengan
tehnologi digital dan mempunyai safety device di dalamnya.
Ada beberapa model dari EMCP yang dipakai oleh Generator Cat
diantaranya adalah :

• EMCP I
• EMCP II
• EMCP II for EUI
• EMCP II +
• EMCP III

EMCP I adalah Electronic Modul control panel generasi yang lebih


awal dibandingkan EMCP II & III. EMCP I mempunyai parameter
dan safety device yang lebih sederhana dibandingkan dengan
EMCP II. Sedangkan Yang akan dibahas lebih mendetail di sini
adalah EMCP II & EMCP II+

EMCP II
EMCP II adalah Electronic Control Modul yang lebih lengkap
parameter, safety Device dan dapat dihubungkan dengan CCM (
Custormer comunication Modul ) dengan tujuan peralatan dapat
dimonitor dan dioperasikan dari jarak jauh melalui modem dan
jaringan telkom. Komponen utama dari EMCP II adalah Generator
Set Control ( GSC ). GSC didesain untuk dioperasikan dengan
power supply 24 V DC s / d 32 V DC.
GSC dapat memonitor dan mengontrol beberapa fungsi dari
generator set dengan keakurasian yang tinggi.
2.2 SISTEM PENGOPERASIAN
Generator set Control ( GSC ) mempunyai fungsi sebagai berikut :
• GSC mengontrol proses pada saat start dan stop engine.
• GSC menampilkan kondisi dan informasi generator out put
parameter pada dua display yaitu lower display dan upper
display, GSC juga menampilkan kode gangguan dan program
parameter.
• GSC memonitor sistem gangguan, GSC akan mengontrol
untuk menshutdown engine jika mengalami gangguan,
GSC akan memberikan informasi kepada operator mengenai
penyebab dan komponen yang mengalami gangguan.
• GSC mempunyai featur / fasilitas untuk aplikasi kepentingan
customer, dengan customer interface module.

RELAY STATUS INDIKATOR


Di dalam GSC terdapat relay module, relay tersebut sifatnya
pemanen, jika salah satu relay mengalami problem maka
penggantiannya langsung satu set relay module.
Status Relay - relay pada relay module akan ditampilkan pada
lower display pada saat relay tersebut bekerja. Relay - relay
tersebut yaitu :

• K1 Electronic Governor Relay ( EGR )


• K2 Generator fault Relay ( GFR )
• K3 Crank Termination Relay ( CTR )
• K4 Starting motor relay ( SMR )
• K5 Run relay ( RR )
• K6 Air Shutoff relay ( ASR )
• K7 Fuel Control relay ( FCR )
• K 8 Programable Control Relay ( PCR )
GSC RELAY MODULE
GENERATOR SET CONTROL ( GSC ) +
HARNESS TERMINAL STRIP
CONNECTOR
1
MAGNETIC PICK UP B+
2
MAGNETIC PICK UP GROUND
3
I NETRAL IN
4
IA IN RM1
5 +B SW
IB IN
6 RM2
IC IN +B UNFUSED RM29
7
COOLANT TEMPERATURRE SENSOR RM3 RM30
8 CTR IN F1
IN PRESSURE SENSOR IN
OIL
9 RM4 RM31
+V SENSOR OUT FCR IN F2
10
VA GENERATOR IN RM5 RM32
11 ASR OR ISR IN F3
12 VB GENERATOR IN
VC GENERATOR IN RM6 RM33
13 SMR IN F4
COOLANT LOSS SENSOR IN RM7 RM34
14 GFR IN F5
OIL TEMPERATURE SENSOR IN
15 RM8 RM35
OUTO SYNC RR2 IN F6
16
17 AC GROUND
RM9 RM36
VA BUSS IN RR1 IN F7
18
VC BUSS IN RM10 RM37
19 PSR1 IN F8
CAT DATA LINK +
20 RM11 RM38
CAT DATA LINK - PSR2 IN F9
21
CCM DATA LINK + RM12 RM39
22 +B FUSED OUT 10
CCM DATA LINK - RM13
23 SPARE FAULT SW1 IN EGC IN
24 SPARE FAULT SW2 IN EGC N/O OUT RM14
25 RM15
SPARE FAULT SW3 IN FCR N/O OUT
26
27 SYNC CECK CTR N/O OUT RM16
SPEED ADJUST 1 RM17
28 CTR N/C OUT
SPEED ADJUST 2 RM18
29 SPARE FAULT SW4 IN SMR N/O OUT
30
RDM DATA OUT ASR OR ISR N/O OUT RM19
31 RM20
SENSOR GROUND ASR OR ISR N/C OUT
32 RM21
STOP SWICTH IN SMR N/C OUT
33
START / RUN SWITCH IN RM22
34 GFR N/O OUT
KW RELAY OUT
35 ALARM DATA OUT RM23
36 RR1 N/C OUT
SPARE DATA OUT 1 RM24
37 CLOSE BREAKER OUT RR2 N/O OUT
38 RM25
EMERGENCY STOP SWITCH IN PSR2 N/O OUT
39 OFF / RESET SWITCH IN RM26
40 AUTO SWITCH IN PSR1 N/C OUT RM27
FLYBACK GND
RM28
- BAT

B-
K1 - Electronic Governor relay ( EGR )
Ketika relay EGR aktif relay bekerja dari Normaly open ke
normaly close, Power DC akan dikirim ke Electronic Governor
( ECM ) Untuk engine MUI dengan Load share & speed control
2301 A relay ini difungsikan untuk mengaktifkan pilihan Low idle
ke High idle putaran engine.

Scematic electric Governor Relay ( K1 )


Untuk engine EUI

Generator set Engine control


Control ( GSC ) Module ( ECM )
RM
14
Digital sensor return
TS1 - 33
RM
14
START / RUN /
STOP 1
EGR
K1
START / RUN /
STOP 2
TS1 - 34

RM - Relay Module
EGR - Electric Governor Relay
TS1 - Terminal Strip 1
K2 - Generator fault relay ( GFR )
Ketika relay GFR aktif bekerja dari Normaly open ke
normaly close, Relay ini difungsikan untuk mengaktifkan
breaker ( ACB ) pada saat terjadi shutdown pada engine.
Sehingga tidak terjadi arus balik ( reverse power )

Scematic generator Fault Relay

Generator Set Control ( GSC )


RM - 34 RM - 7 RM - 22
B+
F5 GFR
10 A
K2

TS1 - 13
SH
TC

TS1 - 2

GPHI

GFR - Ground fault relay


RM - Relay Module
F - Fuse
TS1 - Terminal Strip
GPHI - Ground Post ( High Voltage )
SHTC - Sircuit Breaker Shunt Trip Coil
K3 - Crank Termination Relay ( CTR )
Ketika relay CTR aktif bekerja dari normaly open ke normaly
close, relay ini bekerja apabila putaran engine sudah mencapai
atau lebih besar dari crank terminate speed ( 400 ) dan stater
motor relay deaktif pada RPM 400.
Pada saat RPM engine mencapai 0 RPM maka CTR non aktif.

Scematic Crank Termination Relay

Generator Set Control ( GSC )

RM - 17

CTR
K3
RM - 16
B+
RM - 30 F5 RM - 3
10 A

B A
AUX

GPHI

CTR - Crank Termination relay


RM - Relay Module
F - Fuse
GPHI - Ground Post ( High Voltage )
AUX - Auxiliary
K4 - Starting Motor Relay ( SMR )
Ketika relay SMR aktif bekerja dari normaly open ke normaly
close, relay akan mengaktifkan starting magnetic swicth. SMR
akan deaktif jika putaran sudah mencapai Crank Terminate
Speed ( 400 RPM ).
200 - BK - 6
TS - 1
B+
ALT
CB2
PS1
60 A
SM1
PS2
SM2
304 - WH - 10

SMMS1 TS - 25
PS1
CB2
TS - 24
SMMS2
PS2
TS - 26

Generator Set Control ( GSC )


RM - 21
TS - 3 TS - 2
Batery
Charger
SMR
K4 ESPB SMMS2
RM - 18
TS - 5
B+
RM - 33 F4 TS - 4
RM - 6
10 A
NC CONTACTS
SMMS1
RM - RELAY MODULE
SMR - STATER MOTOR RELAY GPHI
F - FUSE
TS - TERMINAL STRIP
SMMS - STATRE MOTOR MAGNETIC SWICTH
ESPB - EMERGENCY PUSH BUTTON
GPHI - GROUND POST HIGH VOLTAGE
CB - CIRCUIT BREAKER
PS - PINION SOLENOID
SM - STATER MOTOR
ALT - ALTERNATOR
STARTING MOTOR RELAY

Urutan kerja dari starting system sebagai berikut :

• Pada saat Switch ECS posisi strart running maka Stater


Motor Relay ( SMR ) K4 akan aktif close, sehingga arus listrik
akan mengalir ke stater Motor Magnetic switch ( SMMS )
• SMMS aktif menyebabkan kontak SMMS close, arus mengalir ke
Pinion Solenoid ( PS ) pada saat Pinion Solenoid bekerja Pinion
gear akan bergerak maju ke arah gigi ring gear pada fly wheel.
• Pinion Solenoid ( PS )aktif sehingga kontak Pinion Solenoid close
sehingga arus mengalir ke Stater Motor ( SM ). Selanjutnya Motor
stater akan berputar memutar fly wheel ( engine )
• Pada saat engine berputar dan RPm mencapai putaran terminate
speed ( 400 RPM ) maka Stater Motor Relay ( SMR ) K4 akan
deaktif, sehingga relay SMR open, selanjutnya arus yang ke
SMMS terputus akibatnya Pinion Solenoid open.
• Pinion Solenoid open sehingga arus yang ke Stater Motor ( SM )
terputus, selanjutnya Pinion gear akan bergerak menarik ke posisi
normal ( terlepas dari ring gear fly wheel )
K5 - Run Relay ( RR )
Ketika relay RR aktif bekerja dari normaly open ke normaly close,
relay ini bekerja pada saat engine start dan running normal.
Relay ini digunakan untuk keperluan customer ( eksternal function )

SCEMATIC RUN RELAY ( RR )

Generator Set Control ( GSC )

RM - 8 RM - 24 TS1 - 11
B+
RM - 35 F6 RR
10 A K5
TO PWM B +

RM - 23
RR
RM - 9 K5
RM - 36
F7
10 A

RM - RELAY MODULE
RR - RUN RELAY
F - FUSE
TS - TERMINAL STRIP
PWM - PULSE WIDTH MODULATED ( ELECTRICAL CONVERTER )
B+ - BATERY POSITIF
K6 - Air Shutoff relay ( ASR )
Ketika relay ASR aktif bekerja dari normaly open ke normaly
close, relay ini digunakan untuk Air shutoff pada saat engine
fault shutdown, air shutoff akan menutup saluran udara masuk.

Generator Set Control ( GSC )

RM - 32 RM - 5 RM - 19
B+
F3 ASR
10 A K6

B -(HI)

B -(HI)

CB4
AIR
SHUTOFF
32A RELAY
ASOS - RH
TS1 - 6

ASOS - LH

200 - BK - 14

RM - RELAY MODULE
F - FUSE
B- - BATERY NEGATIF
ASOS - AIR SHUTOFF SOLENOID
RH - RIGH
LH - LEFT
ASR - AIR SHUTOFF RELAY
CB - CIRCUIT BREAKER
K7 - Fuel Control Relay ( FCR )
Ketika relay FCR aktif bekerja dari normaly open ke normaly
close, relay ini difungsikan untuk energize ( power ) keelectric
converter / PWM untuk engine EUI. Pada saat switch engine
control switch ( ECS ) posisi run maka fuel control relay mulai
bekerja.

SCEMATIC FUEL CONTROL RELAY

Generator Set Control ( GSC )

RM - 31 RM - 4 RM - 15 TS1 - 7
B+
F2 FCR
10 A K7

RM - RELAY MODULE
F - FUSE
FCR - FUEL CONTROL RELAY
TS1 - TERMINAL STRIP
K8 - Programable spare relay ( PSR )
Ketika relay PSR aktif bekerja dari normaly open ke normaly
close, relay ini digunakan untuk external customer, Sensor
inputan dari customer dapat diprogram pada GSC.

SCEMATIC PROGRAMABLE SPARE RELAY ( PSR )

GENERATOR SET CONTROL


( GSC )

RM - 10 RM - 37

F8
10 A
CUSTOMER CONNECTIONS
RM - 26

PSR
K8
RM - 11 RM - 38

F9
10 A
CUSTOMER CONNECTIONS
RM - 25

PSR
K8

RM - RELAY MODULE
PSR - PROGRAMABLE SPARE RELAY
F - FUSE
DS BATERY
+ -
PS1
PS2 SM2 SM1

SMMS1 PS1
CB LFS
SMMS2
PS2
ASOMS CB
ASOS
CB
F4
SMR
ASOMS
F3
ASR
AUX
F1
CTR DATA +
DATA -

CTR MPU

MPU
WIRING DIAGRAM ENGINE CONTROL PADA UNIT CMD

EGR
GSC EGA
GENERATOR
SET CONTROL
SW1
SW2
SW3 SP
RR
F6 F12

RR
GFR
F7
B+
GFR
F5 SHTC

ECS
CTR FCR

OFF/ RESET
COOLDOWN STOP
AUTO
START
IC

KWR
PLS
PL1 PL2
GPHI GPLO
2.3 SETTING PARAMETER
Untuk dapat melihat dan melakukan setting parameter dari
EMCP II dituntut mengetahui mode dari pengoperasian EMCP.
Ada 4 dasar mode pengoperasian yaitu :
• Normal Mode
• Alarm Mode
• Shutdown Mode
• Service Mode

NORMAL MODE
Pada kondisi Normal Mode ini semua display ( upper & lower )
menunjukkan fungsi monitor sesuai dengan kondisi
pengoperasian alat yang normal ( tanpa ada penyebab
kerusakan )

Upper Display Voltage Frequency Ampere


Lower Display Exhaust temp, Oil temp, service Meter
Unit, RPM, Batery voltage, Oil press,
Water temp.

ALARM MODE
Pada Alarm Mode ini akan secara otomatis memunculkan kode -
kode kerusakan yang bersifat non critical, dengan ditandai lampu
fault alarmnya menyala ( flash ). Untuk melihat kode kerusakan
yang sedang terjadi dengan menekan tombol alarm code.
SHUTDOWN MODE
Pada mode ini apabila terjadi kerusakan yang sifatnya critical
maka EMCP akan memerintahkan engine untuk shutdown,
selanjutnya pada upper display akan memunculkan kode yang
menunjukkan penyebab gangguan.
Shutdown indikator yang ada pada GSC yaitu :

- Low oil press - Low coolant leve


- Emergency stop - Engine over speed
- High water temperature - Fault shutdown
- Engine over speed

SERVICE MODE
Pada Service Mode ini digunakan untuk beberapa fungsi set
point. Menghapus kode gangguan, memprogram service meter,
Verifikasi generator safety device dan fungsi kalibrasi.

Prosedur untuk “ Service Mode “


• Posisikan switch ECS ke posisi OFF / RESET
• Tekan Service Mode pada GSC, pada upper display akan
muncul “ SERV” kedip ( flash )
• Pilih Option ( dari OP1 sampai OP10 ) sesuai topik mode
• Untuk kembali ke Normal Mode tekan “ EXIT”

Untuk masuk ke OP4 s / d OP8 engine harus pada posisi stop.


Switch ECS pada posisi OFF / RESET
Service mode mempunyai 10 pilihan ( option ) untuk melakukan
pemrograman yaitu :
• OP1 Fault log viewing
• OP2 Setpoint viewing
• OP3 Password entry
• OP4 Fault log clearing
• OP5 Setpoint programing
• OP6 Spare input / Out put programing
• OP7 Hour meter programing
• OP8 Voltmeter / Ammeter programing
• OP9 Engine setpoint verification
• OP10 AC offset adjustment

OP1 - Fault Log Viewing


Option1 ( OP1 ) adalah pilihan untuk melihat kode diagnostic
( diagnostic code ) yang tersimpan dalam Fault log di GSC.
Fault log berisi history tentang kode diagnostic yang pernah
terjadi pada genset tersebut & jumlah gangguan yang pernah
terjadi. Setiap diagnostic kode menjelaskan komponen yang
mengalami gangguan / component identifier ( CID ) &
menjelaskan bagaimana komponen mengalami kerusakan /
failure mode identifier ( FMI ).
Status gangguan akan muncul pada upper display dengan kode
“DIAG”. Gangguan yang sifatnya aktif maka kode “DIAG” akan
flash ( mengedip ).
GSC hanya mampu menampung dalam memory sebanyak 12
Diagnostic, jika lebih maka secara otomatis akan terhapus
diagnostic yang sebelumnya.
Contoh Diagnostic code :

CID 168 FMI 02 Count 3


168 - adalah kode komponen yang mengalami gangguan.
02 - adalah kode bagaimana komponen mengalami gangguan.
3 - adalah menunjukkan jumlah gangguan yang terjadi.

Prosedur untuk melihat kode gangguan yang tersimapan pada


GSC sebagai berikut :
• Posisikan Engine Control Switch ( ECS ) pada OFF / RESET
• Tekan “ SERVICE MODE” OP1 akan muncul pada display
• Tekan “ SELECT” untuk melihat diagnostic yang tersimpan,
Jika ada Diagnostic yang tersimpan maka akan muncul pada
display seperti contoh : CID 169 FMI 02 Count 3
• Tekan “SROLL RIGHT” untuk melihat semua diagnostis code
yang tersimpan secara bergantian.
• Tekan “EXIT” untuk kembali ke Option ( OP1 )
• Untuk kembali ke Normal mode tekan “ EXIT” kembali.

OP2 - Generator Setpoint Viewing


Option 2 ( OP2 ) adalah pilihan untuk melihat setpoint dari
generator. Setpoint adalah pemrograman yang memberi efek
terhadap pengoperasian dari generator.
Option 2 berisi setting parameter ( PO1 s / d PO24) untuk
EMCP II EUI, sedangkan untuk EMCP II+ ( PO1 s / d PO33).
Untuk melihat deskripsi dari masing - masing parameter dapat
dilihat pada OP5.
Prosedur untuk melihat setpoint program parameter yaitu :

• Tekan “SERVICE MODE” akan muncul OP1 pada lower display


• Tekan “SCROLL UP” untuk merubah dari OP1 ke OP2.
• Tekan “SELECT” maka akan muncul PO1 beserta nilai setting.
• Teka “SCROLL UP atau SCROLL DOWN” untuk melihat set
point parameter berikutnya.
• Tekan “EXIT” untuk kembali ke OP1
• Tekan “EXIT” untuk kembali ke Normal Mode.

OP3 - Password Entry


Option 3 adalah pilihan untuk masuk ke Password ( kata kunci )
Option 3 adalah pintu atau proteksi untuk dapat melewati atau
melakukan akses option 4 s / d option 10. Password ( kata kunci )
tidak dapat diganti, apabila salah dalam memasukkan Password
maka akan muncul kata “FAIL” pada display GSC. Selanjutnya
password entry harus diulang kembali.

Prosedur memasukkan password sebagai berikut :


• Posisikan Engine Control Switch pada posisi OFF / RESET.
• Tekan “SERVICE MODE”
• Tekan “SCROLL UP”sampai OP3 muncul pada display.
• Tekan “SELECT” maka akan muncul “PE - - - - -
• Tekan “SELECT” untuk mengedipkan ( flashing ) setrip pertama
• Tekan “SCROLL RIGHT” akan muncul “PE 1 - - - -
• Tekan “SCROLL DOWN” akan muncul “PE 13 - - -
• Tekan “SCROLL UP” akan muncul ”PE 132 - -
• Tekan “SCROLL DOWN” akan muncul “PE 1323 -
• Tekan “SCROLL RIGHT” akan muncul “PE13231
• Tekan “ENTER” maka akan muncul “PE PASS”
• Tekan “EXIT” untuk kembali ke OP1
OP4 - Fault Log Clearing

Op 4 adalah pilihan untuk melakukan penghapusan ( clearing )


diagnostic code, setelah semua diagnostic code terhapus maka
tampilan “DIAG” pada display EMCP akan clear ( hilang )

Prosedur untuk melakukan penghapusan ( clearing )


• Posisikan ECS pada posisi OFF / RESET
• Tekan SERVICE MODE dan pilih option 3 ( OP3 ) untuk
melakukan password entry ( memasukkanpassword )
• Tekan “SCROLL UP” untuk menuju ke option 4 ( OP4 )
• Tekan “SELECT” untuk melihat diagnostic code yang ada
• Tekan “SELECT” untuk mengedipkan ( flashing ) diagnostic code
• Tekan “ENTER” selama 2 detik sampai flashing diagnostic code
terhapus, pada display kosong hanya muncul “SERV”
• Tekan “EXIT” untuk kembali ke OP1
• Tekan “EXIT” untuk kembali ke normal mode

OP5 - Engine / Generator Programing


Option 5 ( OP5 ) adalah pilihan untuk melakukan pemrograman
setpoint generator. Pada saat melakukan penggantian GSC perlu
dilakukan pemrograman setpoint sesuai dengan type dan aplikasi
generator.
Pada setpoint OP5 terdapat beberapa parameter ( P01 s / d P24 )
untuk EMCP II & untuk ( EMCP II+ ) terdapat setpoint OP5 - 0
( P01 s / d P033 ), OP5 -1 ( P101 s / d P142 ).

Pada OP5 -0 adalah setpoint program untuk parameter engine dan


generator, sedangkan OP5 - 1 adalah setpoint program relay
proteksi untuk mengamankan engine dan generator.
OP5 - SETPOINT PROGRAMING EMCP II+
OP5 - Setpoint for engine / generator programing
setpoint Name Description Range Fac Default

Fuel solenoid type Type of fuel system solenoid that is used on the 0-ETR fuel solenoid 0
P001
generator set 1-ETS fuel solenoid
Units show n Type of measurement units show n on the 0-english units ( Psi, 0
GSC+ display degrees F )
P002
1-Metric units ( Kpa,
Degrees C )
Shutdow n Override GSC + respons to a low engine oil pressure or high 0-engine shutdow n 0
for Engine Fault coolant temperature fault. ( Determined by appli - 1-alarm only
P003
cation or customer ) ( shutdow n override
no engine shutdow n
shutdow n enable GSC+ respons to a diagnostic fault w ith the engine 0-for alarm only 0
for sensor fault oil pressure sensor, oil temperature sensor, sensor ( shutdow n override
P004
pow er supply or coolant loss sensor. no engine shutdow n
( Determined by application or customer ) 1-engine shutdow n
Coolant Loss Tells w hether or not the optional engine coolant 0- Generator set w ith 0
Sensor instaled loss sensor is instaled on the generator set out sensor
P005
1- Generator set w ith
sensor
Shutdow n Override GSC + respons to an engine coolant loss fault 0-engine shutdow n 0
for coolant loss ( Determined by application or customer ) 1-alarm only
P006
fault ( shutdow n override
no engine shutdow n
System Voltage System voltage ( batery voltage ) of the generator 24 or 32 24
P007
24 or 32 volt set ( Determined by application or customer )
N/ A This setpoint is not currently being used by the N/ A N/ A
P008
GSC + and cannot be programmed
Number of ring Number of teeth on the ring gear engine. Used by
P009 gear teeth the GSC+ to determine engine speed 95 t0 350 teeth in 136 teeth
increments of 1
Engine over speed Engine speed used by the GSC+ to declare that an 500 to 4330 rpm 2120 rpm
engine over speed fault exits. The engine overspeed in increments of 10
P010
setpoint ( for all 60 HZ aplication )
ia 1,18 times the rated speed.
Crank Terminate Engine speed used by the GSC + to disengage 100 to 1000 rpm 400
P011
Speed the starting motor during engine cranking in increments of 10
Oil Step Speed Engine speed used by the GSC + for distinguishing 400 to 1800 rpm 1350 rpm
P012 betw een rated speed and idle speed w hen a low in increments of 10
oil presure fault exits
Low oil pressure Oil pressur used by the GSC + to declare that 34 to 420 kpa 205 kpa
shutdow n at rated a low oil pressure shutdow n fault exits w ith ( 5 to 61 psi ) 30 psi
P013 speed engine at rated speed ( the engine must have in increments of 1
exceeded the oil step speed for at least
nine seconds )
OP5 - SETPOINT PROGRAMING EMCP II+
OP5 - Setpoint for engine / generator programing
setpoint Name Description Range Fac Default

Low oil pressure Oil pressure used by the GSC to declare that a low 20 to 336 kpa 70 kpa
shutdow n at oil pressure shutdow n fault exist w ith the engine at ( 3 to 49 psi ) ( 10 psi )
P014 idle speed idle speed ( the engine must have been running for in increments of 1
at least nine seconds and the engine speed must
be less than oil step speed )
High w ater Coolant temperature used by the GSC to declare 85 to 123 Celcius 107 celcius
P015 temperature a high coolant temperature shutdow n fault exists ( 185 to 253 F ) ( 225 F )
shutdow n ( after 10 seconds delay ) in increments of 1
Low w ater Coolant temperature used by the GSC to declare 0 to 36 celcius 21 celcius
temperature that a low temperature alarm fault exists 32 to 97 F ( 70 F )
P016
alarm ( after a 2 second delay ) Determined by in increments of 1
application or customer )
Total cycle Cycle crank time used by the GSC to declare that 5 to 360 seconds 90 sec
P017 crank time an over crank fault exists. ( determined by in increments of 1
application or customer )
Cycle crank time Amount of time the GSC crank and then rests the 5 to 300 seconds 10 sec
P018 starting motor during a single crank cycle. in increments of 1
( Determined by application of customer )
Cooldow n time Amount of the GSC allow s the engine to run after 0 to 30 minutes 5 minutes
P019 a normal shutdow n is initiated in increments of 1
( Determined by application of customer )
AC Voltage Full scale AC voltage of the generator. The GSC 700, 150, 300, 500, 700
measures thhe AC voltage and show s it on the 600, 750, 3 K, 4.5 K,
P020
display. ( Determined by application or customer ) 5.25 K, 9 K, 15 K
18 K, 30 K
AC Current Full AC cuurent full scale is the ratio of the current 75, 100, 150, 200, 600 A
Scale transformer ( CT ) based on a 5 A secondary . 300, 400, 600, 800,
P021 it does not represent tehe maximum AC current 1000, 1200, 1500,
of the generator. The GSC measure the current 2000, 2500, 3000
and show it on the display 4000 A
GSC engine Inform other devices on the CAT Data Link 01 through 08 1
P022 number ( for example, CCM ) of the engine number for the
GSC ( ( Determined by application or customer )
Engine type Identifies the engine as a mechanical unit injector 0 - MUI diesel 0
P023 ( MUI ) diesel. Spark ignition ( gas ) or electric unit 1 - Gas
injector ( EUI ) diesel engine 2 - EUI Diesel
Crank time Delay amount of the GSC delays activation of the fuel 0 to 20 second 5 sec
control relay ( FCR ) during a crank cycle. This set in increments of 1
P024
point is for gas engines only
( Determined by application of customer )
OP5 - SETPOINT PROGRAMING EMCP II+

OP5 - Setpoint for engine / generator programing


setpoint Name Description Range Fac Default

Oil temperature Tell w heter or not the optional engine oil 0 - generator set 0
sensor installed temp sensor is installed on the generator set w ithout an oil
temp sensor
P025
1 - generator set
w ith an oil
temp sensor
High oil temp Oil temperature used by the GSC to declare a high 85 to 123 celcius 107 C
P026 shutdow n oil temperature shutdow n fault exists ( 185 to 253 F ) ( 225 F )
( after 10 second delay ) in increments 1 )
shutdow n override GSC responds to an engine high oil temperature
for high oil fault. ( Determined by application or customer 0 0 - alarm only 0
P027 temperature fault shutdow n override
no engine shutdow n
1 - engine shutdow n
Nameplate Rated voltage af the generator. This setpoint is 100 V to 25 KV 480 V
P028
voltage used for protective relaying functions in increments 1 )
Nameplate Raetd current out put generator 0 to 4000 A 600 A
P029
Current in increments 1 )
Nameplate rated pow er capability of the generator 0 through 10 MW 400 KW
P030
Pow er in increments 1 KW
Rated Nominal frequency rating of the generator set 50, 60 or 400 HZ 60 HZ
P031
frequency
Connection Wye or delta configuration of the generator 0 - Wye 0
P032 Configuration 1 - delta
of generator
Number of Number of generator poles 0 through 254 4
P033
generator poles in increments of 2
OP6 - Spare input / Out put programing
OP6 ini adalah pilihan untuk melakukan pemrograman spare
input / out put. Spare input & spare out put ini adalah fasilitas
tambahan yang dapat digunakan oleh custormer untuk
menambah sensor inputan dari peralatan customer, sehingga out
putnya dapat dikontrol oleh GSC.

Spare Input
Spare input adalah signal masukan dari customer untuk
dihubungkan dengan GSC. Spare input ditandai dengan SP1,
SP2, SP3. Spare input dapat diakses oleh customer pada
terminal strip generator.
SP1 ditandai pada terminal strip dengan kode “SW1”
SP2 ditandai pada terminal strip dengan kode “SW2”
SP3 ditandai pada terminal strip dengan kode “SW3”

Spare out put


Spare out put adalah signal keluaran dari GSC yang dapat
diakses oleh customer. Spare out put dapat diakses oleh
customer pada terminal strip generator pada kontrol panel.
Spare out put ditandai dengan “SPARE”

OP7 - Hourmeter Programing


OP7 adalah pilihan untuk melakukan perubahan terhadap
hourmeter unit. Pada saat penggantian GSC perlu dilakukan
perubahan Hourmeter sesuai dengan hourmeter GSC yang
diganti untuk keperluan preventive maintenance. Angka
Hourmeter hanya dapat ditambah tetapi tidak bisa dikurangi.
Untuk engine EUI maka pada saat penggantian GSC tidak perlu
melakukan hourmeter programing karena sudah dilakukan
secara otomatis oleh ECM ( Electronic Control Module )
Prosedur pemrograman Hourmeter
• Posisikan ECS pada posisi stop, tekan service mode, masukkan
password entry pada OP3.
• Tekan “SCROLL UP” sampai pada pilihan OP7
• tekan “SELECT” untuk memunculkan nilai hourmeter
• Tekan “SELECT” akan muncul pada display “000000”
• Tekan “SCROLL RIGHT” untuk mengedipkan ( flashing ) angka
yang paling depan dan memasukkan angka pengganti
• Tekan “SCROLL RIGHT” untuk mengedipkan angka digit yang
selanjutnya dan rubah angka sesuai dengan keinginan.
• Tekan terus “SCROLL RIGHT” sampai semua digit berubah.
• Setelah semua digit dirubah tekan “ENTER” maka akan muncul
“ArE YOU SUrE” jika sudah yakin maka tekan “ENTER” Jika ada
ada kesalahan dan ingin mengganti maka tekan “SELECT”
untuk memulai dari langkah awal lagi.

OP8 - Voltmeter / Ammeter Programing


OP8 adalah pilihan untuk melakukan kalibrasi terhadap voltmeter
dan ammeter. Ketika melakukan penggantian GSC atau ATB ( AC
Transformer Box ) maka perlu dilakukan kalibrasi.
Setiap transformer ( ATB ) mempunyai karakteristik yang berbeda
sehingga dengan dikalibrasi maka keakurasian dapat terpenuhi.
Ada lima transformer dalam ATB untuk memberikan informasi ke
GSC tentang voltage dan ampere. Untuk keperluan kalibrasi maka
ada dilengkapi bar code yang berada di bawah ATB. Pada saat
melakukan kalibrasi harus memasukkan kode pada bar code.
OP8 - Voltmeter / Ammeter program kalibrasi
Ada 6 setpoint yang perlu dilakukan untuk Kalibrasi voltmeter
dan ammeter yaitu :
• AC01 - “A - B” adalah kalibrasi untuk voltage
• AC02 - “B - C” adalah kalibrasi untuk voltage
• AC03 - “C - A” adalah kalibrasi untuk voltage
• AC04 - “A” adalah kalibrasi untuk ampere
• AC05 - “B” adalah kalibrasi untuk ampere
• AC06 - “C” adalah kalibrasi untuk ampere

Prosedur pemrograman kalibrasi voltmeter / ammeter yaitu :


• Posisikan ECS pada posisi stop, tekan service mode,
masukkan password entry pada OP3
• Tekan scroll up untuk memiilih OP8 untuk masuk ke pilihan
kalibrasi voltmeter / ammeter
• Tekan “SELECT” maka “AC01” akan muncul pada display
• Tekan “SELECT” untuk mengedipkan ( flashing ) display
• Tekan “SCROLL UP atau “SRCOLL DOWN” untuk mengatur
nilai kalibrasi sesuai dengan bar code untuk A - B voltage.
• Tekan “ENTER” agar flashing ( kedip ) berhenti
• Tekan “SCROLL UP” untuk mengulangi kalibrasi selanjutnya
yaitu untuk AC01, AC02, AC03, AC04, AC05, AC06.
• Tekan “EXIT” untuk kembali ke tampilan OP1
• Tekan “ EXIT” untuk kembali ke normal mode.
OP9 - Engine Setpoint Verification
OP9 adalah pilihan untuk melakukan pengecekan kembali
terhadap fungsi safety device apakah bekerja dengan baik.
Sebagai contoh setting untuk low oil presure, high jacket water
temperatur, engine over speed adalah parameter yang sudah
diprogram pada OP5, parameter tersebut dapat disimulasikan
dengan pilihan option 9 ( OP9 ). Pada saat simulasi apabila
safety device tersebut bekerja dengan baik maka engine akan
shutdown.

OP10 - AC Offset Adjustment


OP10 adalah pilihan untuk melakukan adjustment voltage.
AC volmeter pada GSC dikalibrasi dipabrik pembuat.
Pada saat generator beroperasi secara paralel, untuk
mendapatkan keakurasian pembacaan di antara generator perlu
dilakukan AC Offset Adjustment.
Pada saat melakukan AC Offset Adjustment generator harus
dalam keadaan operasi secara parallel.

KODE ALARM FAULT


Kode Alarm Fault akan tampil pada upper display apabila terjadi
gangguan pada engine yang sifatnya spesifik, lampu fault alarm
akan flash ( kedip ) dan beberapa gangguan sifatnya fault
shutdown. Contoh gangguan ( fault shutdown ) misalnya low
engine oil pressure,High water temperatur maka GSC akan
memerintahkan engine untuk shutdown ( mati ).
Kode fault alarm dari AL1 s / d AL4 untuk EMCP II, sedangkan
untuk ( EMCP II+ ) AL1 s / d AL15.
ALARM FAULT
Kode Alarm fault AL1 s / d AL15 akan muncul pada upper display
GSC apabila terjadi gangguan, Adapun difinisi dari masing -
masing kode gangguan AL1 s / d AL15 ( fault alarm ) sebagai
berikut :
• AL1 - High Water temperatur
pada saat temperatur air pendingin pada engine naik mencapai
level setting high water jaket ( 107 ˚C ) option 5 / parameter
no.15 ( setpoint OP5 - P015 ), maka engine akan shutdown dan
akan muncul AL1 pada upper display GSC.
• AL2 - Low water temperatur alarm
Ketika temperatur engine berkurang mencapai level setting Low
water temperatur ( 21˚C ) yaitu option 5 / parameter 16
( setpoint OP5 - P016 ), fault alarm akan muncul pada upper
display GSC
• AL3 - Low engine oil pressure
Pada saat tekanan oli turun mencapai level setting low oil press
( 205 kpa ) Option 5 / parameter 13 ( setpoint OP5 - P013 ) maka
alarm fault akan muncul pada upper display GSC.
• AL4 - Fault detected by engine ECM
Untuk engine Series B menggunakan Electronic Control Module
( ECM ) untuk mengontrol kerja dari engine, apabila terjadi
gangguan yang tidak dapat dideteksi oleh GSC maka ECM akan
menginformasikan ke GSC perihal problem tersebut berupa alarm
fault, selanjutnya GSC akan menampilkan kode AL4 pada upper
display pada GSC & lampu fault alarm akan flashing.
• AL5 - Low Engine Coolant Level fault
Pada saat permukaan air pendingin dalam radiator posisinya
berada di bawah sensor coolant loss, maka GSC akan memun -
culkan alarm fault AL5. GSC akan menunggu selama 10 detik
sebelum Low engine coolant level aktif.
•AL6 - High Engine Oil temperatur
Ketika temperatur dari oli pelumas naik sampai pada batas level
setting 107˚C ( setpoint OP5 - P026 ) maka engine akan
shutdown, GSC akan memunculkan Kode AL6 pada upper
display. Engine Shutdown.

• AL7 - Generator Over voltage Fault


Ketika tegangan dari generator naik sampai diatas level setting
over voltage 110% X tegangan normal ( setpoint Op5 - P105 )
maka GSC akan memunculkan kode AL7 pada upper display,
engine shutdown dengan waktu tunda 10 detik atau sesuai
aplikasi (setpoint OP5 - P106 ).

• AL8 - Generator Under Voltage Fault


ketika tegangan dari generator turun sampai dibawah level
setting Under voltage 80% X tegangan normal ( setpoint OP5 -
P111 ) maka GSC akan memunculkan kode AL8 pada upper
display, Engine shutdown dengan waktu tunda 10 detik atau
sesuai aplikasi (setpoint OP5 - P112 ).

• AL9 - Generator Over frequency fault


Ketika frequency dari generator naik sampai diatas level setting
55 Hz ( setpoint OP5 - P117 ) maka GSC akan memunculkan
kode AL9 pada upper display, engine shutdown dengan waktu
tunda 10 detik atau sesuai aplikasi ( setpoint OP5 - P118 )

• AL10 - Generator Under frequency fault


Ketika frequency dari generator turun sampai pada level setting
45 HZ ( setpoin OP5 - P123 ) maka GSC akan memunculkan
kode AL10 pada upper display, engine shutdown dengan waktu
tunda 10 detik atau sesuai aplikasi ( setpoint OP5 - P124 )
•AL11 - Generator reverse power fault
Ketika reverse power mencapai level setting 15% di bawah beba
0 ( setpoint P5 P126 ) maka GSC akan memunculkan kode AL11,
engineshutdown, dengan waktu tunda 10 detik atau sesuai
aplikasi.

• AL12 - Generator Phase Over Current fault


ketika arus yang mengalir melebihi level setting 110% dari
kapasitas generator ( set point 134 ) maka GSC akan
memunculkan kode AL12, engine shutdown, dengan waktu tunda
10 detik atau sesuai aplikasi.

• AL13 - Generator Total Over current fault


Ketika arus total ( 3 phase ) yang mengalir melebihi level setting
110% dari kapasitas total ( setpoint 136 ) maka GSC akan
memunculkan kode AL13, engine akan shutdown, dengan waktu
tunda 10 detik atau sesuai dengan aplikasi.

• AL14 - Phase A no Voltage Input Fault


ketika GSC tidak menerima signal tegangan ( salah satu phase )
sehingga berpengaruh terhadap parameter out put & metering out
put, maka GSC akan memunculkan kode AL 14, muncul lampu
alarm menyala ( flashing ) akan tetapi engine tidak shutdown.

• AL15 - GSC+ Configurasi Error


GSC akan melakukan pengecekan terhadap hubungan antara
Frequency, Tegangan dan putaran dari engine. Keumungkinan
kesalahan terjadi pada saat pemrograman yaitu OP5 - P009
( jumlah dari ring gear pada fly wheel ) dan OP5 - P003
( jumlah pole / kutub dari generator ), maka GSC akan memun -
culkan kode AL 15, muncul lampu alarm menyala ( flashing ).
2.4 DIAGNOSTIC CODE
Apabila terjadi gangguan pada komponen elektrik atau rangkaian
( sirkuit ), maka GSC akan memunculkan diadnostic code yang
diikuti dengan munculkan alarm fault atau shutdown fault.

Alarm mode akan memberikan respon sebagai berikut :


• GSC akan mengaktifkan lampu alarm indikator ( flashing )
• Ketika alarm code ditekan maka akan muncul diagnostic code
( CID / FMI ) pada upper display.
• Engine tetap running dan masih bisa distart.

Shutdown mode akan memberikan respon sebagai berikut :


• GSC akan mengaktifkan lampu fault shutdown
• Akan muncul diagnostic code ( CID / FMI ) pada upper display
• Engine langsung shutdown
Diagnostic code EMCP II+
Diagnostic Code Diagnostic Code
CID / FMI Description CID / FMI Description
CID 100 - Pressure sensor ( Engine Oil ) CID 336 - SWITCH ( Engine Control )
FMI 2 Incorect signal FMI 2 Unknown state
FMI 3 Voltage above normal CID 441 - Electronic Governor relay
FMI 4 Voltage below normal FMI 12 Faulty component
CID 110 - Temperature sensor ( engine coolant ) CID 442 - Generator Fault Relay
FMI 2 Incorect signal FMI 12 Faulty component
FMI 3 Voltage above normal CID 443 - Crank Termination Relay
FMI 4 Voltage below normal FMI 12 Faulty component
CID 111 - Fluid Level sensor ( Engine coolant ) CID 444 - Starting Motor Relay
FMI 3 Voltage above normal FMI 12 Faulty component
CID 168 - Electrical System Voltage : CID 445 - Run Relay
FMI 3 Voltage above normal FMI 12 Faulty component
FMI 4 Voltage below normal CID 446 - Air Shutoff Relay
CID 175 - Temperature Sensor ( Engine Oil ) FMI 12 Faulty component
FMI 2 Incorect signal CID 447 - Fuel Control Relay
FMI 3 Voltage above normal FMI 12 Faulty component
FMI 4 Voltage below normal CID 448 - Programable Spare relay
CID 190 - Speed Sensor ( Engine ) FMI 12 Faulty component
FMI 2 Incorect signal CID 475 - Relay Drive Module
FMI 3 Voltage above normal FMI 3 Voltage above normal
CID 248 - CAT Data Link : FMI 4 Voltage below normal
FMI 9 Abnormal Update CID 500 - EMCP Electronic Control
CID 268 - EMCP II + Electronic Control ( Genset ) FMI 12 Faulty component
FMI 2 Incorect signal CID 566 - Unexpected shutdown
CID 269 - Sensor Power Supply FMI 3 Voltage above normal
FMI 3 Voltage above normal FMI 7 Improper mechanical respon
FMI 4 Voltage below normal CID 590 - Engine Electronic Control Module
CID 333 - Alarm Module Control FMI 9 Upnormal Update
FMI 3 Voltage above normal CID 770 - Customer Com Module data link
FMI 4 Voltage below normal FMI 9 Upnormal Update
CID 334 - Spare Out Put CID 859 - Killo Watt Level Out put
FMI 3 Voltage above normal FMI 3 Voltage above normal
FMI 4 Voltage below normal FMI 4 Voltage below normal
GOVERNOR

 MODEL

 KOMPONEN

 DIAGNOSTIC CODE ECM

 SISTEM PENGOPERASIAN
PARALLEL
3.1 MODEL GOVERNOR
Governor adalah suatu komponen pada Generator / engine
yang berfungsi mengatur kecepatan ( speed ) dengan tujuan
mempertahankan putaran engine.

MODEL
Ada beberapa model dari Governor yang dipakai pada
generator Caterpillar yaitu sebagai berikut :
• Mechanical Governor
• Electrical Governor

MECHANICAL GOVERNOR
Mechanical governor, adalah governor yang bekerjanya masih
secara mekanik, dengan sistem sentrifugal dan hidro
mechanical, oleh karena itu penurunan putaran ( speed droop )
engine yang menggunakn governor ini lebih besar dari pada
electrical governor. Governor ini dipakai pada generator type
kecil atau generator lama.

ELECTRICAL GOVERNOR
Electrical governor , adalah governor yang bekerjanya
dikontrol secara electronik. Kelebihan Governor ini dibanding
mechanical adalah mempunyai kemampuan mengatur
kecepatan generator secara presisi hal ini karena governor
mendapat sensing inputan dari putaran engine & mengontrol
secara electronic, mempunyai speed droop yang dapat distel
sehingga pemakaian dari governor ini lebih efektif untuk
aplikasi tertentu.
3.2 KOMPONEN GOVERNOR
Electric governor yang dipakai pada generator Caterpillar ada 2 ,
yaitu yang dipakai pada engine Mechanical Unit Injector ( MUI )
& engine Electronic Unit Injector ( EUI ). Kedua jenis tersebut
mempunyai komponen dan cara kerja yang berlaianan.
Berikut perbedaan antara MUI dan EUI:

MECHANICHAL UNIT INJECTOR ELECTRONIC UNIT INJECTOR


1. Governor 2301 1. Electronic Control Module
2. Magnetic Pick UP 2. Speed / Timing sensor
3. Actuator - Rack 3. Solenoid - Valve
4. Unit Injector 4. Unit Injector

Electronic Control Module


Governor
ECM
2301

Injector
Rack Solenoid
Speed timing
MPU
Actuator
Engine Gen Engine Gen

MECHANICAL UNIT INJECTOR ( MUI ) ELECTRONIC UNIT INJECTOR ( EUI )


MECHANICAL UNIT INJECTOR GOVERNOR

2301 LOAD SHARING 3 PHASE CT


SPEED CONTROL

3 PHASE
REMOTE PT
SPEED TRIM
DC POWER
INPUT
MAGNETIC PICK UP

CB
BUS
ENGINE GENERATOR
ACTUATOR

2301 LOAD SHARING


SPEED CONTROL

2301 LOAD SHARING SPEED CONTROL mempunyai 2 fungsi


utama yaitu :
• Sebagai pengontrol kecepatan putaran engine
• membagi beban (KW ) di antara generator yang beroperasi
secara paralel.
Putaran dari engine dideteksi oleh magnetic pick up yang
terpasang dekat ring gear. Magnetic pick up akan
membangkitkan tegangan AC voltage yang besarnya
sebanding dengan putaran engine.
2301 memerlukan DC power supply 24 volt dari batery, sensing
voltage 3 phase & sensing arus 3 phase.
MAGNETIC PICK UP / SPEED SENSOR

Pada engine mechanical Unit Injector ( MUI ) menggunakan


governor 2301 A load share & speed control. Governor 2301 A akan
mengontrol speed ( putaran ) dari engine secara presisi selanjutnya
memberikan perintah kepada Electric governor actuator ( EGA )
untuk mengatur fuel konsumsi pada rack injector.
Governor 2301 A mendapat sensing speed signal input dari
magnetic pick up, sehingga governor 2301 A akan selalu
mendeteksi terhadap perubahan kecepatan putaran engine.
Magnetic pick up akan mengeluarkan tegangan AC V pada saat
engine running. Tegangan yang dikeluarkan akan berubah seiring
dengan perubahan putaran dari engine.

KE GOVERNOR 2301 A
KABEL SPEED SENSOR

KABEL SHIELD

SPEED SENSOR

LOCKNUT

AIR GAP
Prosedure adjustment air gap magnetic pick up
• Lepaskan speed signal sensor dari fly wheel housing
bersihkan kotoran yang menempel di ujung speed signal.
• Pasang speed signal pada fly wheel housing sampai ujung dari
speed signal menyentuh ring gear.
• Putar speed signal berlawanan dengan arah jarum jam 270
derajat ( sekitar  putaran )
• Kencangkan mur pengunci ( locknut )
Pengukuran dan pengetesan speed signal
Untuk mengetahui kondisi dari speed signal perlu dilakukan
pengukuran dan pengetesan yang meliputi :
• Pengukuran tahanan sensor. Gunakan ohm meter untuk me-
ngukur tahanan sensor, tahanan harus berkisar antara 100 
s / d 350 .
• Pengetesan tegangan out put speed sensor, pada saat engine
running gunakan AC voltmeter, tegangan yang keluar minimal
2 VAC.

CAT ®
350 

Ω


+ COM
ACTUATOR

Actuator adalah salah satu komponen governor. Actuator


menerima tegangan control dari 2301 electric governor. Tuas
dari actuator dihubungkan dengan link age untuk mengontrol
rack injector. Rack injector berfungsi mengatur jumlah bahan
bakar yang diinjeksikan.

TO 2301 GOVERNOR

SHAFT ACTUATOR

FUEL OFF

DRIVER
42° MAXIMUM STROKE
CONNECT ACTUATOR
TO ENGINE

FUEL ON

Actuator digunakan pada 2301 electric governor. Governor 2301


mengirim signal voltage ke solenoid pada actuator. Ketika voltage
yang ke actuator 0 ( stop ) maka shaft pada actuator posisi fuel
shutoff. Jika engine speed setting ( speed trim ) berkurang atau
engine speed bertambah ( karena beban berkurang ) maka tegangan
input yang ke actuator akan berkurang. Sehingga magnetic solenoid
powernya juga berkuarang. Akibatnya shaft dari actuator bergerak ke
arah posisi low fuel dan sebaliknya.
PENGUKURAN DAN PENGETESAN

CAT ®
TO 2301 GOVERNOR
35 

Ω


+ COM

ENGINE ACTUATOR

Tahanan actuator coil antara 30 s / d 40 . Sedangkan tegangan


yang keluar dari governor 2301 menuju ke coil actuator ( terminal 20,
21 ) tergantung dari putaran dan pengaturan pada speed trim.
Tegangan yang menuju ke actuator coil harus lebih besar dari 4 volt
DC pada saat engine running.
ELECTRONIC UNIT INJECTOR GOVERNOR

EXHAUST
TEMPERATURE SENSOR

OIL
TEMPERATURE SENSOR

COOLANT
TEMPERATURE SENSOR

AFTERCOOLER
TEMPERATURE SENSOR

UNFILTERED
FUEL PRESSURE SENSOR

FILTERED
FUEL PRESSURE SENSOR

CRANK CASE
PRESSURE SENSOR

TURBO OUTLET
PRESSURE SENSOR

TURBO INLET
PRESSURE SENSOR EMCP
UNFILTERED
OIL PRESSURE SENSOR

FILTERED
OIL PRESSURE SENSOR
ATMOSPERIC
PRESSURE SENSOR

ECM
SOLENOID Speed timing
INJECTOR Sensor

ENGINE GENERATOR
KOMPONEN GOVERNOR EUI

Electronic Control Module ( ECM )


Electronic control module berfungsi menerima inputan dari sensor -
sensor dan memproses sesuai dengan batasan - batasan yang
terdapat pada Personality Module ( PM ).
ECM mengatur pemakaian bahan bakar yang akan diinjeksikan
dengan cara mengontrol solenoid injector baik jumlah maupun
durasi dari penginjeksian.
ECM mempunyai safety device untuk mengamankan engine
( shutdown engine ) apabila parameter dari input sensor melebihi
dari batasan yang telah ditentukan.
ECM akan menyimpan problem yang terdeteksi dan disimpan
dalam memory yang sewaktu - waktu dapat dibuka dengan
menggunakan alat electronic tehnician ( ET )

Personality Module ( PM )
PM adalah komponen pada ECM tempat tersimpannya ketentuan
batasan dari parameter engine seperti horse power, kurva torque
engine dsb. ECM akan mengikuti ketentuan yang tersimpan dalam
PM. Program dalam PM dapat disetting dengan cara flash program.

Solenoid Unit injector


Berfungsi menerima perintah dari ECM melalui solenoid valve.
Valve akan membuka dan menutup dengan tepat sesuai dengan
firing order, sehingga jumlah bahan bakar & timing penyemprotan
berlangsung dengan tepat. ECM akan mengontrol solenoid unit
injector dengan mensuply power control DC 105 V.
SENSOR - SENSOR

Speed timing sensor


speed timing sensor berfungsi merasakan ( sensing ) putaran dari
engine, speed timing sensor akan mengetahui posisi piston setiap
saat terhadap posisi tertingginya ( TDC ) agar ECM bisa
memerintahkan solenoid injector untuk memulai pembukaan fuel
dengan tepat. Speed timing sensor terpasang di sebelah kiri
belakang pada camshaft gear. Speed timing sensor mendapat pwer
supply dari ECM 12.5 VDC. Signal yang dikirim ke ECM berupa
signal digital.

Exhaust temperature sensor


exhaust temperature sensor befungsi untuk mengukur temperature
dari gas buang, sensor dipasang pada saluran exhaust sebelum
masuk ke turbocharger. Signal yang dihasilkan dari exhaust
temperature sensor berupa signal analog, sebelum masuk ke ECM
signal dirubah oleh adapter menjadi signal digital. Sensor ini
mendapat power supply dari ECM bertegangan 8 VDC.

Coolant temperatur sensor


Sensor ini berfungsi mengukur temperatur dari air pendingin. Signal
akan dikirim ke ECM untuk keperluan safety device. Pada saat
temperatur engine masih dingin ECM akan menerapkan metode
COOL MODE, pada kondisi ini apabila engine terbebani respon
beban akan lambat, hal ini bertujuan agar engine tidak mengalami
kerusakan akaibat overcooling. COOL MODE aktif sampai
temperatur air pendingin di bawah 63º C. Coolant temperatur sensor
mendapat power supply tegangan dari ECM sebesar 5.0 VDC,
signal yang dikirim ke ECM berupa signal analog.
Turbocharger Outlet Pressure
Sensor ini berfungsi mengukur tekanan udara setelah compressor,
atau boost presssure. Sensor ini terpasang pada housing
aftercooler. Sensor akan memberikan sigan ke ECM berupa signal
analog. Selama pertambahan kecepatan ( akselerasi ) ECM akan
membatasi jumlah bahan bakar yang diinjeksikan berdasarkan
tekanan outlet turbocharger ( Boost pressure ) sehingga diharapkan
pembakaran akan sempurna . Sensor ini mendapat power supply
dari ECM bertegangan 5.0 VDC.

Turbocharger inlet pressure


Sensor ini berfungsi untuk mengukur tekanan udara sebelum
turbocharger, sensor akan mengirim signal ke ECM, ECM akan
mendeteksi apabila tekanan rendah dan akan memberikan
informasi alarm. Faktor dominan yang mempengaruhi tekanan ini
adalah kondisi dari air cleaner ( saringan udara ). Sensor terpasang
pada housing air cleaner. Sensor ini mendapat power supply dari
ECM bertegangan 5.0 VDC.

Atmospheric pressure sensor


Sensor ini berfungsi mengukur tekanan udara luar. Signal akan
dikirim ke ECM berupa signal analog. ECM akan melakukan
pengaturan batasan power apabila engine beroperasi pada
ketinggian. Semakin tinggi dari permukaan air laut maka tekanan
udara akan semakin rendah & kerapatan udara juga semakin
berkurang, sehingga ECM akan melakukan pengaturan bahan
bakar yang akan diinjeksikan untuk menghindari terjadi pembakaran
yang tidak sempurna akibat campuran yang tidak seimbang. ECM
akan mengirim power supply ke sensor bertegangan 5.0 VDC.
Filtered oil pressure sensor
Sensor ini berfungsi mengukur tekanan dari oli pelumas setelah
melewati oil filter. Sensor akan mengirimkan signal analog ke
ECM. ECM akan mendeteksi dan selanjutnya akan memberikan
alarm atau derate power ( penurunan power ) atau shutdown
apabila oil pressure mengalami penurunan di bawah nilai yang
ditentukan akibat kondisi filter yang kotor. Sensor mendapat power
supply dari ECM bertegangan 5.0 VDC.

Unfiltered oil pressure sensor


Sensor ini berfungsi mengukur tekanan oli pelumas sebelum
masuk ke oil filter. Sensor akan mengirim signal analog ke ECM.
ECM akan mendeteksi tekanan oli sebelum dan sesudah oil filter.
Selanjutnya ECM akan mengkalkulasikan perbedaan tekanan
( deferensial ) pressure.Sensor ini mendapat power supply dari
ECM bertegangan 5.0 VDC.

Filtered fuel pressure sensor


Sensor ini berfungsi mengukur tekanan dari bahan bakar setelah
melewati fuel filter. Sensor akan mengirimkan signal analog ke
ECM. ECM akan mendeteksi dan memberikan alarm atau derate
power ( penurunan power ) apabila tekanan bahan bakar di bawah
nilai yang ditentukan akibat kondisi filter yang kotor. Sensor ini
mendapat power supply dari ECM bertegangan 5.0 VDC.

Unfiltered fuel pressure sensor


Sensor ini berfungsi mengukur tekanan bahan bakar sebelum fuel
filter. ECM akan mendeteksi dan mengkalkulasikan perbedaan
( defferensial pressure ) tekanan antara sebelum fuel filter dan
sesudah fuel filter.Sensor ini mendapat power supply dari ECM
bertegangan 5.0 VDC.
3.3 KODE GANGGUAN PADA ECM

Kerja dari ECM akan sangat tergantung dari signal yang dikirim
oleh sensor - sensor. Apabila sensor mengalami gangguan
maka ECM akan mendeteksi selanjutnya memberikan efek
terhadap perfomance dari engine. ECM akan memunculkan
diagnostic code dan menginformasikan data ke EMCP untuk
ditampilkan pada display EMCP.
Berikut adalah diagnostic code yang dideteksi oleh ECM
beserta efek terhadap perfomance engine.

Engine Low Engine speed Engine


Diagnostic code
Misfire Power Reduced shutdown
1 - 05 Cylinder 1 Open X X
1 - 06 Cylinder 1 short X X
2 - 05 Cylinder 2 open X X
2 - 06 Cylinder 2 Short X X
3 - 05 Cylinder 3 Open X X
3 - 06 Cylinder 3 Short X X
4 - 05 Cylinder 4 Open X X
4 - 06 Cylinder 4 Short X X
5 - 05 Cylinder 5 Open X X
5 - 06 Cylinder 5 Short X X
6 - 05 Cylinder 6 Open X X
6 - 06 Cylinder 6 Short X X
7 - 05 Cylinder 7 Open X X
7 - 06 Cylinder 7 Short X X
8 - 05 Cylinder 8 Open X X
8 - 06 Cylinder 8 Short X X
9 - 05 Cylinder 9 Open X X
9 - 06 Cylinder 9 Short X X
10 - 05 Cylinder 10 Open X X
10 - 06 Cylinder 10 Short X X
11 - 05 Cylinder 11 Open x X
11 - 06 Cylinder 11 Short X X
12 - 05 cylinder 12 Open X X
12 - 06 Cylinder 12 Short X X
13 - 05 Cylinder 13 Open X X
13 - 06 Cylinder 13 Short X X
14 - 05 Cylinder 14 Open X X
DIAGNOSTIC CODE PADA ECM
Engine Low Engine speed Engine
Diagnostic Code
Misfire Power Reduce Shutdown
14 - 06 Cylinder 14 Short X X
15 - 05 Cylinder 15 Open X X
15 - 06 Cylinder 15 Short X X
16 - 05 Cylinder 16 Open X X
16 - 06 Cylinder 16 Short X X
91 - 08 Speed control output signal abnormal X
94 - 03 Filtered fuel pressure signal open / short + batery X X
94 - 04 Filtered fuel pressure signal short to ground X X
94 - 13 Filtered fuel pressure sensor calibration X X
100 - 03 Filtered oil pressure signal open / short + batery X X
100 - 04 Filtered oil pressure signal short to ground X X
100 - 13 Filtered oil pressure sensor Calibration X X
101 - 03 crank case pressure signal open / short + batery X X
101 - 04 Crank case pressure signal short to ground X X
101 - 13 Crank case pressure sensor calibration X X
110 - 03 Coolant temperature signal open / short + batery X X X
110 - 04 Coolant temperature signal short to ground X X X
168 - 00 Batery voltage Above Normal X X
168 - 01 Batery voltage Below normal X X
168 - 02 Batery voltage Intermitent X X X X
190 - 02 Loss of Engine RPM signal X X
190 - 03 Engine RPM signal open / short + batery X X
190 - 08 Engine RPM abnormal X X
248 - 09 Cat data Link Comunication
253 - 02 Personality module mismatch X
254 - 12 Internal ECM problem X X X X
261 - 13 Timing Sensor Ccalibration X X X
262 - 03 Analog sensor supply short + batery X
262 - 04 Analog sensor supply short to ground X
263 - 03 Digital sensor supply short + batery X
263 - 04 Digital sensor supply short to ground X
268 - 02 Programable Parameter X X
273 - 00 Turbocharger outlet pressure above abnormal X
273 - 03 Turbocharger outlet pressure signal open / short
to + batery X
273 - 04 Turbocharger outlet pressure short to ground X
273 - 13 Turbocharger outlet pressure sensor calibration X
274 - 03 Atmospheric pressure signal open / short + batery X X X
274 - 04 Atmospheric pressure signal short to ground X X X
DIAGNOSTIC CODE PADA ECM

Engine Low Engine speed Engine


Diagnostic Code
Misfire Power Reduce Shutdown
274 - 13 Atmospheric pressure sensor calibration X
275 - 03 Right Turbocharger compressor inlet pressure signal
open / short to + batery X
275 - 04 Right Turbocharger compressor inlet pressure signal
short to ground X
275 - 13 right Turbocharger inlet pressure sensor calibration X
276 - 03 Left Turbocharger inlet pressure signal open
short to + batery X
276 - 04 Left Turbocharger inlet pressure signal short to ground X
276 - 13 Left Turbocharger inlet pressure sensor calibration X
279 - 03 Aftercooler temperature signal open / short + batery X X
279 - 04 Aftercooler temperature signal short to ground X X
289 - 03 Unfiiltered fuel pressure signal open / short + batery
289 - 04 Unfiltered fuel pressure signal short to ground
289 - 13 Unfiltered fuel pressure sensor calibration
336 - 02 Engine Control Switch ( ECS ) input are opposed
337 - 02 Emergency Stop input are opposed
338 - 05 Prelurication relay open circuit
338 - 06 Prelubrication relay short circuit
444 - 05 Starting motor relay open / short + batery
444 - 06 Starting motor relay short to ground
446 - 05 Air shutoff relay open circuit
446 - 06 Air shutoff relay short circuit
542 - 03 Unfiltered oil pressure signal open / short + batery
542 - 04 Unfiltered oil pressure signal short to ground
542 - 13 Unfiltered oil pressure sensor calibration
827 - 08 Left exhaust temperature signal abnormal
3.4 SISTEM OPERASI PARALLEL
Pada aplikasi pengoperasian governor diklasifikasikan menjadi 2
yaitu Operasi secara droop & operasi secara ishocronous.

MODE DROOP
Pada pengoperasian mode droop engine speed akan mengalami
penurunan apabila beban bertambah dan sebaliknya. Penurunan
frequency dikalkulasikan dalam persen. Atau dapat dihitung
dengan formula sebagai berikut :

( No load speed - Full load speed ) X 100


= % of droop
Full load speed

ishocronous
100 % 60 HZ
5 % Droop

57 HZ
95 %

Load 100%
50 %

Pada saat genset beroperasi secara parallel dengan Mode droop


maka besarnya speed droop harus disamakan antara beberapa
genset yang beroperas parallel, hal ini bertujuan agar pada saat
genset menerima beban ( KW ) dapat terbagi sama rata.
Droop % adjusment

Pada genset dengan 2301 governor electric, Speed droop dapat


disetting pada DROOP TRIMER adjusment. Putar droop timer
searah putaran jarum jam untuk mendapatkan % droop yang
besar, sedangkan putar berlawanan dengan arah jarum jam
akan memperkecil % droop. Pada operasi parallel genset yang
mempunyai speed droop yang kecil akan lebih besar menerima
beban pada saat beban masuk.

Gain adjusment
Gain adjusment berfungsi untuk menambah atau mengurangi
respon terhadap perubahan beban. Jika Gain trimer diputar
searah dengan putaran jarum maka respon terhadap beban lebih
lambat dan sebaliknya. Untuk menyamakan Gain adjusment dapat
dilakukan dengan mengukur tegangan load signal pada 2301.
Pada beban yang sama maka tegangan load signal juga harus
sama. Tegangan berkisar antara 4 s / d 6 Volt DC.

MODE ISHOCRONOUS
Pada pengoperasian menggunakan mode ishocronous speed
dari engine tidak mengalami penurunan pada saat genset
terbebani. Frequency akan tetap stabil pada kondisi apapun.
Pada Mode ini Speed droop pada governor 2301 disetting 0%.
( Speed droop trimer diputar kekiri penuh )
Pada saat genset beroperasi secara parallel maka diantara
governor 2301 harus dihubungkan pada sharing line. Hal ini
untuk memberikan informasi yang sama pada masing - masing
genset pada saat terjadi perubahan beban.
Cara melakukan adjustment Droop

Setting Droop pada unit yang beroperasi parallel sbb :

• Set putaran engine pada 50 HZ, berikan tanda posisi pada


• Atur / naikkan Rated Speed potentiometer sampai putaran engine
mencapai nilai droop yang diinginkan ( contoh 3 % ).

Cara menghitung sbb :


( 100% + 3% ) X full load setting = No load setting
( 100% + 3% ) X 50 HZ = 51.5 HZ

• Atur putaran dari engine mencapai 51.5 HZ, kemudian beri tanda
posisi potensiometer pada putaran 51.5 HZ. Dan kemudian atur
kembali putaran engine pada 50 HZ.
• Putar Droop potentiometer searah dengan jarum jam sampai
pada posisi maksimum.
• Parallel unit
• Atur kembali rated speed potentiometer sampai pada tanda yang
telah dibuat pada saat frequency mencapai 51.5.
• Putar Droop potentiometer berlawanan arah dengan jarum jam
sampai unit terbebani 100 % ( full load )
Load sensing / Current Transformer ( CT ) phasing ceck

Pemasangan CT yang terbalik atau phase yang salah pada


Load Sharing Module ( 2301 A ) akan mempengaruhi unjuk
kerja Load Sharing Module pada saat beroperasi secara
parallel.
Ada beberapa prosedur pengecekan yang perlu dilakukan sbb :
Load Signal Test prosedur
• Lakukan pengukuran tegangan ( VDC ) pada terminal load
signal test yang ada di load sharing module 2301 A
( terminal 12, 13 )
• Jumper / Short terminal input CT ( T4 & T5 ) ceck hasil
pengukuran tegangan load signal. Jika tegangan turun 1/3
maka pemasangan CT phase benar. Jika tegangan load
signal tidak berkurang 1/3 maka CT phase tidak benar.
• Lakukan pengetesan untuk CT pashe R, S, T.
• Lakukan pengetesan dengan hati - hati. wiring CT yang open
sirkuit akan menghasilkan tegangan tinggi dan berbahaya.
Phasing test prosedur
• Test phase A - short phase B ( jumper T6 & T7) dan phase C
( jumper T8 & T 9 )
• Test phase B - short phase A ( jumper T4 & T5) dan phase C
( jumper T8 & T 9 )
• Test phase C - short phase B ( jumper T6 & T7) dan phase A
( jumper T4 & T 5 )
Kalkulasikan perbandingan ( Ratio ) DC load signal dibagi CT
input voltage VAC.
VDC load signal voltage
Ratio ( R ) =
VAC CT input voltage
Jika R = + 0.95 maka phase CT benar, Jika R = - 0.95 maka CT
phase terbalik, jika R = + 0.5 maka CT tertukar dengan phase yang
lain, jika R = - 0.5 maka CT tertukar dengan phase lain.dan terbalik
Melakukan droop adjustment pada unit beroperasi single

• Running engine , atur rated speed potentiometer pada no load


speed sampai mencapai 3 % atau 51.5 HZ.
• Bebani engine sampai pada load 100%.
• Pada saat engine posisi beban full atur droop potentiometer
sampai putaran mencapai 50 HZ.

Laod gain adjustment

• Running engine
• Gunakan alat ukur volt meter pada selector Volt DC, ukur
tegangan load signal +, -.
• Berikan beban penuh pada generator, atur load gain
potentiometer sampai load signal terbaca 8 VDC pada volt
meter. Jika full load tidak memungkinkan maka lakukan
perbandingan antara load signal dengan beban, contoh jika 8
VDC adalah full load maka 4 VDC adalah 1/2 dari full load.
Pada unit yang beroperasi parallel load signal voltage harus
sama satu dengan yang lain.
29
Speed Signal Input
28 Magnetic Pickup
27

26
SPM syncro input
25

24
Speed adjust potentiometer
23

22
LOAD SHARING & SPEED CONTROL

21 -
+ ACtuator
20

19 Close for rated speed open for idle

18 Jumper to override failed speed signal

17 Open for minimum fuel

16 +
24 - 25 VDC supply
-
15
Auxiliary contact
14 Open for droop
+ Close for isoch Sharing Line
13
-
2301 A

12 Load signal for test only


11
10
9
8
7 TO
6 Amper
Meter
5
4
3
To Volt
2
Meter
1

From Potensial Transformer


90 - 240 V AC
Load sharing Module untuk engine EUI

28
CW
27 Speed Trim Potentiometer
26 CCW

25
SPM syncro input
24

23 -
Load Signal Test Point
22 +
21 Ground
20 -
PWM output
LOAD SHARING MODULE

19 + to ECM
18

17

16 +
24 VDC supply
-
15
14 Auxiliary contact
Open for droop Sharing Line
13 Close for isoch
12
11
10
9
8
7 TO
6 Amper
Meter
5
4
3
To Volt
2
Meter
1

From Potensial Transformer


90 - 240 V AC
SKILL DEVELOPMENT
MECHANICAL UNIT INJECTOR GOVERNOR

2301 LOAD SHARING 3 PHASE CT


SPEED CONTROL

3 PHASE
REMOTE PT
SPEED TRIM
DC POWER
INPUT
MAGNETIC PICK UP

CB
BUS
ENGINE GENERATOR
ACTUATOR
PMPE GENERATOR

T1

5 6 7
T0 20

22

24

T3
F1
T2
F2

26 28 30

R
Lembar diskusi

TROUBLE SHOOTING
GENERATOR SR 4

1. Mengacu pada lembar gambar yang sudah tersedia, beri


nama pada masing - masing komponen, jelaskan cara
kerjanya dan presentasikan !

2. Pada sebuah generator set pada saat dirunning tegangan


yang muncul dibawah 30 Volt komponen apa saja yang
harus dilakukan pengecekan?

3. Ada dua buah generator A & B dengan kapasitas yang sama


beroperasi secara parallel, pada saat terjadi beban masuk
generator A ampere yang bersirkulasi lebih tinggi dibanding
B, dan setiap penambahan beban generator A selalu lebih
banyak merespon beban arus.
Apa yang dapat diatarik kesimpulan dari kondisi di atas?
Bagaimana caranya agar dua generator pada saat beban
masuk ampere yang bersirkulasi seimbang, apa saja yang
perlu dilakukan penyetelan?
Lembar diskusi

TROUBLE SHOOTING
ELECTRONIC MODUL CONTROL PANEL

1. Pada lembar gambar adalah starting motor system.


Jelaskan cara kerja starting system dan presentasikan!

2. Jika pada saat genset distart motor starter tidak mau


berputar apa saja yang perlu dilakukan pengecekan?.

3. Pada saat genset distart motor stater berputar terus, tidak


mau lepas walaupun engine sudah running pada rated
speed, apa saja yang harus dilakukan pengecekan?
Lembar diskusi

TROUBLE SHOOTING
GOVERNOR

1. Pada gambar ilustrasi adalah system governor yang dipakai


pada genset Mechanical Unit Injector ( MUI ), jelaskan cara
kerja dan presentasikan !

2. Pada unit yang beroperasi parallel apa saja yang perlu


dilakukan penyetelan pada governor jelaskan !

2. Pada saat unit distart engine berputar tetapi tidak bisa


running, kondisi fuel system bagus, apa saja yang harus
dilakukan pengecekan ?
K4 - Starting Motor Relay ( SMR )
.

200 - BK - 6
TS - 1
B+
ALT
CB2
PS1
60 A
SM1
PS2
SM2
304 - WH - 10

SMMS1 TS - 25
PS1
CB2
TS - 24
SMMS2
PS2
TS - 26

Generator Set Control ( GSC )


RM - 21
TS - 3 TS - 2
Batery
Charger
SMR
K4 ESPB SMMS2
RM - 18
TS - 5
B+
RM - 33 F4 TS - 4
RM - 6
10 A
NC CONTACTS
SMMS1

GPHI

Anda mungkin juga menyukai