Anda di halaman 1dari 44

SURAT PERJANJIAN DISTRIBUTOR

HUKUM KONTRAK DAN AGEN

Disusun Oleh :

Andi Muhammad Fauzi Abdillah HS (6164122)


Gilang Ali Hamsyi (6164128)
Maria Septiani Tumanggor (6164134)
Syaibani Dita Ardella (6164142)
D4 Logistik Bisnis – 2E
I. TEORI UMUM

A. Pengertian Distributor
Distributor adalah pihak yang ditunjuk oleh principalnya, namun ia tidak bertindak sebagai kuasa
principal. Distributor bertindak untuk dan atas namanya sendiri, sehingga segala akibat hukum dari
pemasaran barang itu menjadi tanggung jawab distributor. Keuntungan distributor diperoleh dari
margin harga, yaitu selisih harga jual dan harga beli.
B. Perbedaan Distributor dan Agen

1. Hubungan dengan Prinsipal

Seorang agen akan menjual barang atau jasa untuk dan atas nama pihak prinsipalnya, sementara
seorang distributor bertindak untuk dan atas namanya sendiri (independent tender).
2. Pendapatan Perantara

Pendapatan seorang agen adalah berupa komis dari hasil penjualan barang/jasa kepada
konsumen, sementara bagi distributor, pendapatannya adalah berupa laba dari selisih beli (dari
prinsipal) dengan jual kepada konsumen.

3. Pengiriman Barang

Dalam hal keagenan barang dikirim lansung dari principal kepada konsumen, sedangkan dalam hal
distribusi, barang dikirim kepada distributor dan baru dari distributor dikirim kepada konsumen.

4. Penyebaran Harga Barang

Prinsip prinsipal akan lansung menerima pembayaran harga dari pihak konsumen tanpa melalui agen,
sedangkan dalam hal distribusi, pihak distributorlah yang menerima harga bayaran dari konsumen.
C. Unsur dalam Perjanjian
1. Unsur Essensialia

Unsur essensialia adala unsur mutlak, dimana tanpa adanya unsur ini perjanjian tidak mungkin ada. Jadi dapat
dikatakan bahwa unsur essensialia adalah sesuatu yang harus ada, merupakan hal pokok yang harus ada dalam
suatu perjanjian. Tanpa hal pokok tersebut maka tidak ada perjanjian. Contohnya dalam perjanjian jual beli, maka
barang dan harga merupakan unsur essensialia.

Unsur essensialia dan causa perjanjian yang satu berbeda dengan perjanjian lainnya, karena setiap perjanjian
mempunyai caausa atau tujuannya sendiri yang khas, meskipun kadang terdapat kemiripan.
2. Unsur Essensialia

Unsur Naturalia adalah unsur perjanjian yang oleh undang-undang di atur tetapi yang oleh para pihak dapat di
singkirkan atau di ganti. Unsur naturalia ini oleh undang-undang diatur dengan hukum yang bersifat mengatur atau
menambah (regelend rech atau aanvullend rech). Secara logis (natural) seseorang yang dalam suatu perjanjian misal
nya jual beli diwajibkan untuk menyerahkan hak milik atas kebendaan tertentu, sebagai konsekuensi logisnya ia
diwajibkan pula untuk menjamin bahwa kebendaan yang diserahkan tersebut aman dan bebas dari cacat tersembunyi.
3. Unsur Accidentalia

Unsur Accidentalia adalah unsur perjanjian yang ditambahkan oleh para pihak karena undang-undang tidak
mengatur tentang hal tersebut. Dengan demikian unsur accidentalia ini dapat berupa janji-janji yang dibuat oleh
para pihak karena undang-undang (yang bersifat menambah) tidak mengaturnya atau berupa janji-janji yang
dibuat para pihak dalam hal mereka menyimpangi ketentuan yang bersifat menambah tersebut.

D. Dasar Hukum Perjanjian Distributor


Dasar hukum dari perjanjian distributor asas dari Buku III yang memberikan kebebasan berkontrak dan sifatnya yang
terbuka.
1. Sifat terbuka dari Buku III KUHPer memungkinkan setiap individu dalam masyarakat untuk bebas membuat segala
macam perjanjian, baik yang terdapat dalam Buku III, maupun yang terdapat dari luar buku III.
2. Dianutnya asas konsesualisme, yaitu dasar dari perjanjian yang memerlukan adanya kata sepakat di antara pihak
pembuat perjanjian. Asas konsesualisme merupakan dasar dari para pihak untuk melaksanakan perjanjian, karena
untuk terlaksananya suatu perjanjian diperlukan adanya kata sepakat.
Pasal 1320 KUHPer yang mensyaratkan sahnya suatu perjanjian, yaitu:
 Kata sepakat dari mereka yang saling mengikatkan diri;
 Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
 Menyangkut susatu hal tertentu;
 Mengenai suatu sebab yang halal.
 Keempat hal tersebut mutlak harus dipenuhi untuk dapat dilaksanakan suatu perjanjian yang sah.

3. Kebebasan berkontrak yang diberikan oleh Buku III KUHPer tentunya juga dibatasi oleh pasal-pasalnya. Suatu
sebab yang diperjanjikan adalah terlarang, jika dilarang oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum,
kesusilaan, maupun ketertiban umum (Pasal 1337).
4. Bedrijfsreglementerings Ordonantie 1934 (BRO 34) tentang penyaluran perusahaan.
5. Undang-Undang No.1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing.
6. Undang-Undang No. 11 tahun 1970 tentang perubahan dan penambahan undang-undang No. 1 tahun 1967
tentang penanaman modal asing.
7. PP No. 1 tahun 1957 tanggal 19 Januari 1957 tentang penyaluran perusahaan-perusahaan.
8. Kepmennindag No. 402/MPP/Kep/11/1997 tanggal 3 Nopember 1997 ketentuan perizinn usaha perwakilan
perusahaan perdagangan asing.
9. Kepmendag No. 23/MPP/KEP/1/1998 tentang lembaga-lembaga usaha perdagangan.
E. Kontrak Distributor
Pada prinsipnya perjanjian atau kontrak distributor dibuat dalam bentuk perjanjian baku, Perjanjian Baku adalah
bentuk perjanjian yang disetujui oleh para pihak, yang lazimnya telah berbentuk formulir perjanjian yang telah
ditentukan oleh pihak pertama yaitu pihak principal.

F. Macam-macam Perjanjian Baku

1. Perjanjian standar sepihak, yang lazim disebut dengan istilah adhesi kontrak, yaitu suatu perjanjian baku yang
isinya ditentukan oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya atau kedudukan ekonominya lebih kuat dalam
perjanjian tersebut.

2. Perjanjian baku timbal balik, yakni perjanjian standar yang isinya ditentukan oleh kedua belah pihak yang
mengadakan perjanjian.

3. Perjanjian standar yang dibuat oleh pemerintah, yaitu perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh pemerintah di
dalam melakukan ikatan atau di dalam melakukan perjanjian dengan pihak lain.
4. Perjanjian baku yang berlaku atau ditentukan bagi dikalangan tertentu, misalnya perjanjian yang
dilakukan atau berlaku dikalangan notaris pengacara, yaitu perjanjian yang sejak semula konsepnya telah
disediakan untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat yang meminta bantuan kepada notaris atau
pengacara.
II. ANALISIS KEPALA AKTA

A. Judul
Teori : 1. Semua huruf harus ditulis dengan huruf
capital dan bold.
2. Diletakan di tengah.
3. Menggambarkan tentang pokok
perjanjian yang dibuat.

Saran/Ket. : Penulisan judul pada surat perjanjian ini


sudah sesuai dengan diktat Hukum Kontrak
dan Agen.
B. Awal

Teori : 1. Ditulis dengan posisi awal menjorok ke dalam


2. Penulisan hari, tanggal, bulan, dan tahun menggunakan huruf serta diikuti dengan penulisan angka di
dalam tanda kurung ().
3. Cukup dengan menuliskan alamatnya saja.
4. Menggunakan kata ‘ pihak ’, karena belum pasti dalam penyebutan pihak pertamanya dan kedua.
Saran/Ket. : 1. Tidak perlu tanda penghubung (-) dalam penyebutan tahun.
2. Penulisan pada awal paragraph semestinya menjorok ke dalam.
3. Tidak perlu mencantumkan tempat dibuatnya perjanjian.
4. Sebaiknya menggunakan kata pihak.
Penulisan semestinya :
Pada hari ini, Kamis tanggal tiga bulan November tahun dua ribu dua belas (3-11-2012) bertempat di Jl. Jend. Sudirman
No. 48 Jakarta Pusat. Pihak yang bertanda tangan di bawah ini:
C. Komparisi Teori : 1. Ditulis dalam bentuk paragraph, bukan dalam
bentuk poin per poin.
2. Penulisan setiap pihak lebih baik dengan
menggunakan angka romawi (I,II).
3. Subjek yang melakukan perjanjian berupa Badan
Hukum/ orang perorangan.
4. Orang perorangan, yang melakukannya harus
cakap.
5. Cakap dalam komparisi ditulis dengan adanya No.
KTP.
6. Bukti kewenangan dalam Badan Hukum adalah
adanya akta notaris.
7. Bukti kewenangan dari sumber jabatan dengan
adanya surat kuasa/ telah ditetapkan bahwa
seseorang dengan jabatan tertentu untuk
mewakili PT tersebut.
Saran/Ket. :

Menurut kelompok kami pada perjanjian ini, pihak yang terlibat tidak perlu mencantumkan No. KTP, penulisan semestinya:

I. Asna Sukamtor, SH., MH., LLM : Direktur PT. CIO Indonesia, Tbk, dalam hal ini bertindak untuk dan
atas nama PT. CIO Indonesia, Tbk. yang berkedudukan di Jalan Jend.
Sudirman No. 48 Jakarta Pusat 10270 yang didirikan berdasarkan Akta
Notaris Dr. Rahayu Wilujeng, S.H.MKn Nomor 61/N/1987 Notaris di
Semarang, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.
II. Ir. Kacyn I : Direktur PT. Sehat Sentausa, dalam hal ini bertindak untuk dan atas

nama PT. Sehat Sentausa yang berkedudukan di Jalan Lebak Bulus No.
88 Jakarta Selatan 12440 yang didirikan berdasarkan Akta Notaris
Riki Sulaiman, S.H.MKn Nomor 1/N/1995 Notaris di Jakarta,
selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai PIHAK KEDUA.
D. Premise

Teori :
1. Adanya penerangan terlebih dahulu dalam penyebutan pihak
pertama dan pihak kedua sebagai para pihak atau kedua belah
pihak yang akan bersifat continu atau konsisten dalam
penyebutannya .
2. Penulisan isi premise sejajar dengan penerangan.
3. Dalam isi premise hanya tercantum mengenai tujuan dibuatnya
perjanjian, objek serta adanya kata sepakat.
4. Penulisan premise menggunakan tanda ‘ a) ’ tiap pointnya.
5. Setelah penulisan sebab terjadinya perjanjian, sebaiknya ditutup
dengan keterangan kesepakatan dan penunjukan ketentuan
syarat-syaratnya.
Saran/Ket. :

1. Seharusnya para pihak terlebih dahulu menulis penerangan penyebutan.


2. Penulisan premise, point 1 dan 2 sebaiknya di hapus, karena profil perusahaan sudah dicantumkan di bagian
komparisi.
3. Seharusnya penulisan menggunakan bullets ‘a)’.
4. Penulisan penutup premise lebih baik tidak menuliskan kata menegaskan, mengamankan serta mengukuhkan.
Sebaiknya Penulisan :
Sebelum lebih lanjut, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dapat disebut sebagai PARA PIHAK menerangkan sebagai
berikut:
a) Bahwa PIHAK PERTAMA berkeinginan untuk bekerja sama dengan PIHAK KEDUA di dalam memasarkan mobil-
mobil produksinya, sebagaimana PIHAK KEDUA juga berkeinginan menjalin kerjasama dengan PIHAK PERTAMA di
dalam bisnis pemasaran produk.
b) Bahwa berdasarkan pertimbangan pada poin a, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sama-sama sepakat untuk
mengikatkan diri dalam sebuah perjanjian kerjasama distribusi mobil, PIHAK PERTAMA sebagai produsen sekaligus
sebagai perusahaan penjual produk, dan PIHAK KEDUA sebagai distributor yang sekaligus sebagai pembeli produk.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas PARA PIHAK sepakat mengikatkan diri satu dengan yang lain dalam perjanjian jual
beli dengan ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
III. ANALISIS BATANG TUBUH

A. Unsur Essensialia Teori :


1. Merupakan syarat yang mutlak (harus ada dalam suatu
perjanjian).
2. Adanya keterangan objek perjanjian dan harga.
3. Memiliki pasal tersendiri untuk menerangkan objek
dan harga.
4. Penulisan ayat menggunakan ‘ (1) ’ dan turunan dari
ayat menggunakan ‘ a. ’
5. Turunan dari ayat, ditulis secara menjorok ke dalam.
Saran/Ket. :

1. Seharusnya penerangan objek ditulis pada pasalnya tersendiri yang berisi spesifikasi dari objek tersebut..
2. Seharusnya penerangan harga tidak ditulis dalam pasal kesepakatan, tapi memiliki pasalnya tersendiri.
3. Objek : Mobil ESEMKA.
4. Harga : - Harga Pokok : Rp. 300.000.000
- Harga Pembelian Distributor : Rp. 300.000.000
- Harga Penjualan terhadap Konsumen : Rp. 320.000.000
Penulisan sebaiknya :
Pasal 1

Objek Perjanjian
(1) Mengenai ketentuan Mobil yang diperjanjikan dengan spesifikasi sebagai berikut:
Merk / Tipe : ……………….
Tahun : ……………….
Warna : ……………….
CC Mobil : ……………….
(2) Pihak Pertama diwajibkan dan berjanji terhadap Pihak Kedua untuk memastikan kondisi Mobil dalam keadaan
baik dan sesuai dengan yang diinginkan Pihak Kedua.
Pasal 2
Harga

PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah sepakat untuk harga jual beli Mobil tersebut , dengan harga sebesar
Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah), yang dibayarkan secara tunai oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK
PERTAMA, pada saat penandatanganan surat ini.
B. Unsur Naturalia

Teori :
Saran/Ket. :
1. Berisi tentang kewajiban penjual untuk menanggung biaya
1. Seharusnya tiap ayat menggunakan ‘ 1) ’.
penyerahan (Pasal 1476 KUHPerdata).
2. Penyebutan kedua pihak yang tidak konsisten
2. Penjaminan barang dari cacat tersembunyi yang dilakukan
3. Penamaan pasal bias diganti dengan kata ‘ Addendum ’
oleh penjual (Pasal 1491 KUHPerdata).
3. Adanya itikad baik dari para pihak.
4. Dicantumkan atau tidaknya pasal-pasal tentang unsur
Naturalia ini, perjanjian tetap sah.
Saran/Ket. :

PASAL 16
ADDENDUM

(1) PARA PIHAK menyatakan bahwa Seluruh dan tiap-tiap lampiran pada Perjanjian ini merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari Perjanjian ini dan berlaku mengikat bagi PARA PIHAK.
(2) Hal-hal yang belum diatur ataupun yang belum cukup diatur di dalam Perjanjian ini akan diatur secara bersama-
sama oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA berdasarkan musyawarah dengan berpatokan kepada jiwa dan
semangat Perjanjian.
(3) PARA PIHAK wajib melaksanakan Perjanjian ini dengan sepenuh itikad baik, saling bantu-membantu,
dan Para Pihak dilarang melakukan tindakan apapun yang sekiranya dapat mengganggu kepentingan satu
terhadap lainnya;
(4) PARA PIHAK wajib menjaga martabat satu terhadap lainnya, dan dalam batas-batas yang mungkin
wajib pula saling bantu-membantu terhadap kegiatan-kegiatan satu terhadap lainnya.
B. Unsur Aksidentalia
Teori :

1. Bagian yang ditambahkan oleh para pihak dalam


perjanjian.
2. Berisi tentang pengaturan cara
penyerahan/pengiriman barang, pembayaran,
pilihan domisili, pilihan hukum, masa berlakunya
perjanjain, serta hak dan kewajiban dari para
pihak.
3. Penulisan ayat menggunakan ‘ (1) ’ dan
turunannya menggunakan ‘ a. ’
B. Unsur Aksidentalia

Saran/Ket. :
1. Seharusnya penulisan ayat pada pasal 3 dan 4 menggunakan (1).
2. Sebaiknya pasal Forum Pengadilan disatukan dengan pasal Penyelesaian Sengketa.

Sebaiknya Penulisan :
PASAL 4
PEMBAYARAN

(1) Bahwa pembayaran atas pembelian mobil ESEMKA sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 di atas akan dilakukan secara tunai
setelah penandatanganan faktur pengiriman.
(2) PIHAK KEDUA membayar kepada PIHAK PERTAMA biaya pembelian atas mobil secara tunai dalam waktu paling lambat dua
hari setelah PIHAK KEDUA menandatangani faktur pengiriman barang.
(3) PARA PIHAK sepakat mengenai mekanisme pembayaran akan dilakukan sebagai berikut:
a. Pembayaran akan dilakukan dengan cara transfer ke rekening BCA nomer rekening 0310045331 an Asna Sukamtur atau
BRI nomer rekening 003-801-020-246-50-2 an Asna Sukamtur atau mandiri nomer rekening 135.0004780795 an Asna
Sukamtur.
b. Pembayaran melalui cek atas nama, yakni PIHAK KEDUA menerbitkan cek dengan mencantumkan nama Asna Sukamtur
sebagai pihak yang berhak menerima pencairan.
c. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk memberitahukan pembayaran melalui transfer kepada PIHAK PERTAMA paling
lambat 3 hari sejak transfer dilakukan dengan menyerahkan bukti transfer.
d. Jika pembayaran dilakukan dengan cara penerbitan cek atas nama, maka cek atas nama wajib diserahkan oleh PIHAK
KEDUA kepada bagian keuangan PIHAK PERTAMA.
PASAL 12
MASA BERLAKUNYA PERJANJIAN

(1) Jangka waktu kerjasama ini ditetapkan selama 5 (satu) tahun terhitung sejak ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama ini dan akan
berakhir dengan sendirinya pada tanggal 2 November 2017.
(2) Masa Kerjasama ini dapat diperbaharui dan diperpanjang berdasarkan kesepakatan Para Pihak.

PASAL 14
PENYELESAIAN SENGKETA

Apabila terjadi perselisihan di antara Pihak Pertama dan Pihak Kedua berkaitan dengan Perjanjian ini dan/atau berkaitan dengan
pelaksanaannya dan/atau dengan hal-hal yang berkaitan dengan itu semua; maka setiap dan segala perselisihan tersebut wajib
diselesaikan menurut urut-urutan prosedur sebagai berikut :
(1) Pihak Pertama dan Pihak Kedua sedapat-dapatnya membuat kesepakatan berda-sarkan musyawarah mengenai perselisihan
tersebut;
(2) Apabila upaya tersebut ayat 1 (satu) Pasal ini tidak dapat terwujud ataupun tidak mendatangkan permufakatan yang
menyelesaikan perselisihan, maka Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat untuk menyelesaikannya melalui Forum Arbitrase.
(3) Apabila upaya tersebut ayat 2 (dua) Pasal ini tidak dapat terwujud ataupun tidak mendatangkan permufakatan yang
menyelesaikan perselisihan, maka Pihak Pertama dan Pihak Kedua sepakat untuk menyelesaikannya melalui Forum Pengadilan di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Analisis Pasal Covenant

Teori :

1. Covenant berarti hanya ada satu pihak yang


dapat membatalkan perjanjian itu dengan
syarat-syarat yang berlaku.

Saran/Ket. :

1. Penulisan ayat dan turunannya belum sesuai.


2. Seharusnya kewajiban pihak kedua tidak ditulis
dalam covenant.
Sebaiknya Penulisan :
PASAL 7
COVENANT

Selama PIHAK KEDUA masih terikat dalam perjanjian ini, PIHAK KEDUA tidak diperbolehkan untuk melakukan hal-hal yang
tercantum di bawah ini tanpa memperoleh persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA :

(1) Terikat dengan produsen lain untuk penjualan produk sejenis.

(2) Menjual dengan harga lain di luar persetujuan dari PIHAK PERTAMA.

(3) Menjual di luar wilayah yang ditentukan.


Analisis Pasal Pernyataan Penjaminan

Teori :

1. Pernyataan penjaminan ini berisi mengenai


sesuatu yang meyakinkan dalam suatu
perjanjian dari pihak pertama/penjual maupun
pihak kedua/pembeli.

Saran/Ket. :

Penulisan ayat dan turunannya belum sesuai.


Sebaiknya Penulisan :
PASAL 8
PERNYATAAN PENJAMINAN

Pihak kedua dengan ini secara tegas menyatakan dan menjamin kepada Pihak Pertama mengenai kebenaran hal-hal sebagai
berikut :
(1) PIHAK PERTAMA adalah pemilik dari Hak merek, Design industri yang sah, atas Mobil ESEMKA.
(2) PIHAK PERTAMA merupakan Badan hukum yang didirikan berdasarkan ketentuan hukum Indonesia, serta telah
melengkapi seluruh persyaratan sahnya badan hukum.
(3) PIHAK PERTAMA wajib memberikan dokumen-dokumen kelayakan mobil ESEMKA dari pemerintah RI.
(4) PIHAK KEDUA merupakan Badan hukum yang didirikan berdasarkan ketentuan hukum Indonesia, serta telah
melengkapi seluruh persyaratan sahnya badan hukum.
(5) PIHAK KEDUA berwenang dan berhak untuk menjalankan usaha-usaha yang sekarang sedang dilakukan dan
mempunyai izin-izin yang sah untuk menjalankan usahanya , dan berjanji akan memperpanjang izin-izin tersebut jika
telah habis.
(6) PIHAK KEDUA merupakan perusahaan yang telah sesuai dengan standar kelayakan perusahaan distributor sebagai
partner bisnis PIHAK PERTAMA dengan kriteria sebagai berikut :
a. Modal dasar sedikitnya 500 M,
b. Memiliki show room tetap,
c. Memahami market akses & market sharing,
d. Mempunyai Ahli pengecekan kualitas produk.
Analisis Pasal Risiko

Teori : Saran/Ket. :

1. Kewajiban untuk menanggung kerugian sebagai Penulisan ayat belum sesuai.


akibat dari adanya suatu peristiwa atau kejadian yang
menimpa obyek perjanjian.
2. Kelanjutan dari keadaan memaksa/ force majeure.
Sebaiknya Penulisan :

PASAL 9
RISIKO

(1) Hak milik atas barang akan beralih dari Pihak Pertama kepada Pihak Kedua pada saat penandatanganan faktur
pengiriman.
(2) Risiko atas kerusakan barang akan beralih dari pihak pertama kepada pihak kedua setelah 3 (tiga) tahun atau
mencapai 100.000 (seratus ribu) kilometer dihitung sejak pengiriman kepada Pihak Kedua.
(3) Barang yang tidak laku di luar sebab force majeur ataupun kwalitas barang & harga sebagaimana diatur di dalam
perjanjian ini,atau mengenai kwalitas harga dan barang namun pemberitahuannya melebihi 3 bulan sejak
penerimaan barang, adalah risiko bisnis yang menjadi tanggung jawab pihak kedua.
(4) Pihak kedua tetap mempunyai kewajiban untuk membayar harga barang tersebut pada waktu yang telah disepakati.
Analisis Pasal Wanprestasi dan Akibat

Saran/Ket. :
1. Penulisan ayat masih salah.
Teori :
1. Penulisan ayat menggunakan (1).
2. Berisi mengenai suatu kontrak terhalang karena
adanya suatu kejadian diluar kekuatan manusia.
3. Tidak ada satu pihak yang dapat meminta ganti
rugi.
Analisis Pasal Force Majeure

Teori : Saran/Ket. :

1. Penulisan ayat menggunakan (1) 1. Penulisan ayat masih salah.


2. Berisi mengenai suatu kontrak terhalang karena
adanya suatu kejadian diluar kekuatan manusia.
3. Tidak ada satu pihak yang dapat meminta ganti
rugi.
Sebaiknya Penulisan :
PASAL 13
FORCE MAJEURE
(1) Termasuk di dalam kwalifikasi force majeure di sini adalah gempa bumi, banjir, badai/topan, gunung meletus,
petir, epidemi, kerusuhan,perang, pemberontakan, kebijakan pemerintah dalam bidang moneter/keuangan.
(2) Tidak ada 1 (satu) pihak pun yang dapat meminta ganti rugi karena tidak dilaksanakannya perjanjian.
(3) Dalam hal terjadi force majeure, Pihak yang tidak dapat melaksanakan prestasi akibat force majeure wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Pihak yang seharusnya menerima prestasi, selambat-lambatnya
dalam jangka waktu 2(dua) hari kalender terhitung sejak kejadian dimaksud disertai keterangan dari yang
berwenang mengenai peristiwa tersebut.
(4) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini yang seharusnya memberikan
prestasi tidak memberitahukan kejadian force majeure tersebut kepada pihak yang sedianya menerima
prestasi, maka keterlambatan melaksanakan prestasi dianggap bukan sebagai akibat dari force majeure.
IV. ANALISIS PENUTUP/AKHIR

A. Penutup

Teori : Saran/Ket. :
1. Penulisan disertai dengan penambahan materai. 1. Belum sesuai dengan diktat, karena ada penulisan
hari, tanggal, bulan dan tahun serta menambahkan
kekuatan hokum dan itikad baik dari para pihak.
2. Penulisan para pihak pun tidak konsisten
Sebaiknya Penulisan :
PASAL 17
PENUTUP

Demikian perjanjian ini dibuat dalam rangkap dua (2), yang masing-masing diberi materai Rp.6000,- dan
mempunyai kekuatan hukum yang sama-sama asli setelah ditanda tangani oleh PARA PIHAK.

B. Tandatangan
Teori : Saran/Ket. :
1. Memuat nama jelas dan tandatangan para pihak. 1. Tidak sesuai karena penulisan para pihak tidak
2. Penandatanganan para saksi. konsisten.

Sebaiknya Penulisan :
Jakarta, 3 November 2012

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Asna Sukamtur, S.H., M.H., LL.M Ir. Kacyn I

Saksi-saksi :

1) ____________ (......................)
2) ____________ (......................)

Anda mungkin juga menyukai