Anda di halaman 1dari 65

PLENO MODUL 2

KELAINAN VISUS

Niswah Mardhiyatillah
Narisha Amelia Putri
Nurul Munarti
Imam Al Rasyidi
Muhammad Alief Hawari
Fahreza
Chataya Syah Dhafa Siregar
Nana Amalia
Sukma Mustika
KELOMPOK 1
PANDANGAN BURAM
Pak Kara, laki-laki, seorang supir, usia 59 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
pandangan mata kanannya terasa buram dan berasap sejak 1 bulan terakhir. Ia mengaku awalnya
kesulitan saat menyetir karena pandangan berkabut walaupun sudah menggunakan kacamata yang
biasa ia gunakan. Pak Kara memang sudah menggunakan kacamata plus sejak 14 tahun yang lalu. Dari
hasil anamnesis diketahui bahwa sejak 10 tahun terakhir pak Kara sudah didiagnosis diabetes mellitus
tetapi tidak rutin konsumsi obat dan gula darah sering tidak terkontrol. Dokter selanjutnya melakukan
pemeriksaan pada mata, dan tampak adanya gambaran keruh pada lensa mata kanan pak Kara.
Selanjutnya dokter puskesmas merujuk Pak Kara ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan tatalaksana
lebih lanjut.
Pak Kara heran, pemeriksaan apa lagi yang harus ia lakukan, karena dulu saat melakukan
pemeriksaan mata, ia hanya disuruh membaca huruf-huruf dengan berbagai ukuran kemudian diarahkan
untuk menggunakan kacamata. Apakah ia harus ganti kacamata baru? Ataukah ini penyakit yang
berbeda dengan sebelumnya? Pak Kara takut dengan kejadian yang dialami oleh sahabatnya yang
diketahui mengalami kebutaan akibat komplikasi penyakit hipertensi lama yang dialaminya.
Bagaimana anda menjelaskan masalah yang dialami Pak Kara dan sahabatnya?

2
JUMP 1
TERMINOLOGI

• Visus: Ketajaman atau kejernihan penglihatan

3
JUMP 2 & 3 RUMUSAN
MASALAH & HIPOTESA
2. Apakah keluhannya berkaitan dengan usia, jenis
kelamin, dan pekerjaannya?
• Prevalensi katarak meningkat 3-4x pada pasien berusia
>65 tahun. Proses degeneratif mengakibatkan lensa
1. Mengapa Pak Kara merasa pandangan mata menjadi keras dan keruh, serta ukuran lensa akan
kanannya buram dan berasap? bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa yang baru.
• Kemungkinan Pak Kara mengalami katarak yaitu • Perempuan penderita katarak lebih banyak dibandingkan
keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat laki-laki.
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa atau terjadi akibat keduanya. • Pekerjaan sebagai supir memungkinkan seseorang untuk
• Lensa manusia terbuat dari bahan air dan serat protein. lebih sering terpapar dengan lingkungan (sinar UV, debu,
Lensa bersifat jernih sehingga memungkinkan cahaya polusi, dll).
untuk melewatinya. Penambahan usia akan
menyebabkan lensa menjadi lebih berat dan lebih tebal. 3. Mengapa Pak Kara menggunakan kacamata plus
Melalui mekanisme kimia, lensa kristalin mengalami sejak 14 tahun yang lalu?
agregasi dan berat molekulnya meningkat. Hasil agregasi • Kemungkinan Pak Kara mengalami hipermetropi, yaitu
protein mengakibatkan penurunan kejernihan lensa dan
perubahan indek refraksi lensa serta penyebaran sinar. gangguan refraksi yang ditandai dengan kesulitan untuk
melihat benda yang letaknya dekat karena sinar sejajar
• Ketika lensa sudah menjadi keruh , cahaya akan yang masuk ke mata dibiaskan membentuk bayangan di
dipencarkan dan tidak ditransmisikan dengan tajam belakang retina.
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan menjadi kabur atau redup.
4
4. Apakah keluhannya berhubungan dengan 6. Apakah pemeriksaan yang dapat dilakukan?
riwayat DM yang tidak terkontrol? • Pemeriksaan Tajam Penglihatan dengan Snellen
• Diperkirakan proses terjadinya katarak pada chart
penderita DM adalah sebagai penumpukan zat-zat • Pemeriksaan Lampu Celah (Slit-lamp)
sisa metabolism gula oleh sel-sel lensa mata.
• Oftalmoskopi
• Dalam keadaan kadar gula normal, penumpukan • Keratometri
zat-zat sisa ini tidak terjadi. Bila kadar gula darah
meningkat, maka perubahan glukosa oleh aldose • Pemeriksaan khusus mata yang penting
reductase menjadi sorbitol meningkat. Ultrasonografi (USG) dan biametri
• Selain itu perubahan sorbitol menjadi fruktosa • CT-Scan orbita
relative lambat dan tidak seimbang sehingga kadar 7. Bagaimana tatalaksana pada kasus Pak
sorbitol dalam lensa meningkat. Kara?
5. Kenapa pemeriksaan fisik ada gambaran a) Prosedur operasi/bedah, Teknik yang
keruh pada lensa mata kanan? digunakan:
• Katarak diatas menyebabkan gangguan • Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
metabolisme pada lensa mata → menyebabkan • Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
perubahan kandungan bahan-bahan yang ada
didalam lensa seperti ketidakseimbangan • Small Incision Cataract Surgery (SICS)
penyerapan protein lensa → koagulasi pada lensa • Phacoemulsification
→ kekeruhan lensa.
b) Penggunaan kacamata
• Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian
lensa atau kapsulnya. c) Obat aldose reductase inhibitor

5
8. Apa fungsi pemeriksaan membaca huruf 10. Bagaimana komplikasi dan prognosis
dan kenapa diarahkan menggunakan penyakit Pak Kara?
kacamata?
• Pemeriksaan visus untuk evaluasi awal dapat Komplikasi
menggunakan Snellen chart. Pasien diminta • Hilangnya vitreous
membaca huruf-huruf dengan ukuran tertentu
dengan menutup salah satu mata. • Prolaps iris
• Pemeriksaan yang digunakan pada orang yang • Endoftalmitis
rabun dekat adalah tes jaeger.
Prognosis
9. Kenapa sahabatnya mengalami buta akibat • Prognosis bergantung derajat keparahan
komplikasi hipertensi lama? serta intervensi yang dilakukan.
• Kemungkinan sahabat Pak Kara menderita • Prognosis untuk pasien katarak yang
Retinopati hipertensi. menjalani operasi 95% mengalami perbaikan
• Ketika tekanan darah tinggi, dinding pembuluh visual.
darah pada retina menebal yang menyebabkan • Prognosis visus lebih buruk pada katarak
pembuluh darah menyempit dan aliran darah ke
retina berkurang kemudian merusak saraf kongenital
penglihatan, sehingga menimbulkan masalah
penglihatan sampai menimbulkan kebutaan.

6
Kelainan
JUMP 4 Visus
SKEMA
Kasus 2
Kasus 1
-retinopati
-
akibat
hipermetropi
penyakit
-katarak
sistemik

Kelainan
Kelainan Kelainan
visus akibat
Akomodasi visus per-
penyakit
refraksi organ
sistemik

Prinsip pemeriksaan visus


dan lapang pandang
7
JUMP 5
LEARNING
OBJECTIVE

Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan:

1. Kelainan Akomodasi dan Refraksi


2. Kelainan Visus Per Organ
3. Kelainan Visus Akibat Penyakit Sistemik
4. Prinsip Pemeriksaan Visus dan Lapangan Pandang

8
KELAINAN
AKOMODASI &
REFRAKSI
DEFINISI
Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu
panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan
terletak di depan retina.

JENIS MIOPIA

Miopia refraktif

• Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu
cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih kuat)
MIOPIA
Miopia aksial

• Diameter anteroposterior yang lebih panjang, bola mata yang lebih


panjang

Miopia Indeks

• Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes
mellitus

Miopia karena perubahan posisi

• Contoh: posisi lensa lebih ke anterior, misalnya pasca operasi


glaukoma 10
KLASIFIKASI
MIOPIA

Menurut • Miopia ringan


• Miopia sedang
derajat • Miopia berat/tinggi
beratnya

Menurut • Miopia stasioner/simplek


• Miopia progresif
perjalanan • Miopia maligna
penyakitnya

11
12
MANIFESTASI KLINIK
• Penglihatan kabur saat melihat
jauh, dan jelas pada jarak
tertentu/dekat
• Selalu ingin melihat dengan
mendekatkan benda yang dilihat
pada mata
• Gangguan dalam pekerjaan
• Nyeri kepala akibat akomodasi kuat
untuk melihat jelas
• Cendrung memicingkan mata bila
melihat jauh
• Astenopia konvergensi (kelelahan
mata)
13
DIAGNOSIS

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
• Visus dasar utk melihat jauh
• Visus dengan pinhole untuk mengetahui apakah penglihatan
yang buram disebabkan kelainan refraksi atau kelainan anatomi
• Metode “trial and error”, snellen chart dan lensa sferis negatif
sampai didapatkan visus 6/6
3. Pemeriksaan penunjang
• Funduskopi
TATALAKSANA • Auto refraktometer

Koreksi non bedah


Kacamata sferis negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal agar memberikan
istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi
Koreksi bedah
Fotorefraktif Keratektomi (PRK)
Laser in situ Keratomileusis (LASIK)
Laser Subepitelial Keratomileusis (LASEK)
Keratomi Radikal
14
KOMPLIKASI MIOPIA

ABLASIO RETINA

STRABISMUS (MATA
JULING) -> Exotropia

15
DEFINISI
Keadaan mata tak berakomodasi yang memfokuskan
bayangan dibelakang retina . Hal ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya panjang sumbu atau menurunnya
indeks refraksi. Disebut dengan rabun dekat.

ETIOLOGI
HIPERMETROPIA
Hipermetropi berdasarkan etiologi:
• Hipermetropi aksial
• Hipermetropi kurvatur
• Hipermetropi refraktif

16
BENTUK
HIPERMETROPIA

Hipermetropia

Hipermetropia Hipermetropia Hipermetropia Hipermetropia Hipermetropia


manifes absolut fakultatif laten total

17
KLASIFIKASI
Hipermetropia Hipermetropia
HIPERMETROPIA berdasarkan berdasarkan
gejala klinis derajat beratnya

Hipermetropia Hipermetropia
fisiologi ringan

Hipermetropia Hipermetropia
patologis sedang

Hipermetropia
berat
18
19
MANIFESTASI KLINIK
• Gejala subyektif
• Penglihatan kabur bila melihat dekat dan
jauh
• Astenopia akomodativa : sakit kepala,
mata cepat lelah, cepat mengantuk
sesudah membaca dan menullis
• Gejala obyektif
• Terjadi strabismus
• COA dangkal, karena hipertofi otot-otot
siliaris
• Ambliopia pada mata yang tanpa
akomodasi; tidak pernah melihat obyek
dengan baik

20
DIAGNOSIS
HIPERMETROPIA

1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
• Visus dasar dengan snellen chart, visus
dengan pinhole
• Refraksi subyektif dengan cara trial and error
3. Pemeriksaan Penunjang
• Funduskopi
• Refraktometer

21
TATALAKSANA

Non bedah
Koreksi dengan lensa sferis terbesar yang memberikan visus
terbaik dan dapat melihat dekat yanpa kelelahan
Tidak diperlukan lensa sferis positif pada hipermetropia ringan,
tidak ada astenopia akomodatif, tidak ada strabismus
Bedah
LASIK (Laser in situ keratomileusis)
LASEK (Laser sebepithelial keratomileusis)
PRK

KOMPLIKASI

22
DEFINISI
• Anisometropia adalah suatu kondisi dimana
terdapat perbedaan refraksi pada kedua mata.
• Anisometropia dapat memunculkan gejala
asthenopia parah seperti anisekonia, pusing,
mual-mual, melihat lantai bergelombang, diplopia,
kehilangan penglihatan binocular.
ANISOMETROPIA
ETIOLOGI
• Kongenital: perbedaan pertumbuhan dari kedua
bola mata
• Didapat: mungkin disebabkan oleh aphakia
uniokular setelah pengangkatan lensa pada
katarak atau disebabkan oleh implantasi lensa
intra okuler dengan kekuatan yang salah

23
KLASIFIKASI

1. Simple anisometropia: refraksi satu mata adalah normal (emetropia) dan mata lainnya
miopia atau hipermetropia
2. Coumpound anisometropia: kedua mata hipermetropia atau miopia, tapi sebelah mata
memiliki gangguan refraksi lebih tinggi dari pada mata yang satunya
3. Mixed anisometropia: satu mata adalah miopia dan satu lagi hypermetropia
(antimetropia)
4. Simple astigmatic anisometropia: satu mata normal dan lainnya simple miopia atau
hipermetropi astigamatisma
5. Coumpound astigmatismatic anisometropia: kedua mata merupakan astigmatism tapi
berbeda derajat

24
DIAGNOSIS
Ada dua jenis pemeriksaan refraksi, objektif dan subjektif.
o Pemeriksaan refraksi subjektif menggunakan Optotype
Snellen
o Pemeriksaan objektif dilakukan menggunakan retinoskopi
pada pasien yang penglihatannya berkurang
Besar kecilnya derajat kekuatan refraksi kedua mata dapat
ditentukan dengan menggunakan trial lens dan trial frame.

PENATALAKSANAAN
• Kacamata koreksi bisa mentoleransi sampai maksimum perbedaan refraksi kedua mata 4D2
• Lensa kontak : disarankan untuk digunakan untuk anisometropia yang tingkatnya lebih berat
• Modalitas lainnya dari pengobatan
o Implantasi lensa intraokuler untuk aphakia uniokuler
o Refractive cornea surgery untuk miopia unilateral yang tinggi, astigmata, dan
hipermetropia
o Pengangkatan dari lensa kristal jernih untuk miopia unilateral yang sangat tinggi.
25
KELAINAN VISUS
PER ORGAN
DEFINISI
• Katarak adalah kekeruhan lensa dan memiliki derajat
kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat
disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan

KATARAK ETIOLOGI
• Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat
timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital)
• Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam
maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemik, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan
mata yang lain (seperti uveitis anterior)

27
JENIS- JENIS KATARAK
1. Katarak terkait usia (katarak senilis) adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai dengan
gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur
2. Katarak anak- anak
1. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya
2. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab
spesifik
3. Katarak traumatik disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma tumpul terhadap
bola mata.
4. Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa
5. Katarak akibat penyakit sistemik Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan
sistemik seperti ;diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, galaktosemia
6. Katarak toksik jarang terjadi , sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang
digunakan untuk menekan nafsu makan), Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama,
menyebabkan kekeruhan lensa
7. Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang
terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular

28
DERAJAT
KATARAK

29
DIAGNOSIS
• Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.
• Biasanya, pasien melaporkan penurunan ketajaman fungsi
penglihatan, silau, dan gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan,
temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti
mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop

PENATALAKSANAAN
• Pembedahan
• Setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam
intraocular

30
DEFINISI
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh
meningkatnya tekanan intraokuler yang disertai oleh
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang

ETIOLOGI
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian;
• Glaukoma primer,
• sudut terbuka GLAUKOMA
• sudut tertutup
• Glaukoma sekunder,
• Glaukoma kongenital,
• Glaukoma absolut

31
32
GLAUKOMA PRIMER

• Gambaran patologik utama pada glaukoma primer sudut terbuka adalah


proses degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan
ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm

GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT PRIMER


Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombé yang menyebabkan
sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer.

GLAUKOMA KONGENITAL

• Glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir pada 50% kasus, didiagnosis pada 6 bulan
pertama pada 70% kasus dan didiagnosis pada akhir tahun pertama pada 80% kasus.
• Gejala paling dini dan paling sering adalah epifora. Dapat dijumpai fotofobia dan
pengurangan kilau kornea

33
GLAUKOMA SEKUNDER

Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebabnya


Penyakit-penyakit yang diderita tersebut dapat memberikan kelainan pada:
• Badan siliar : luksasi lensa ke belakang
• Pupil : seklusio pupil, glaukoma yang diinduksi miotik
• Sudut bilik mata depan : goniosinekia.
• Saluran keluar aqueous : miopia

GLAUKOMA ABSOLUT

• Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (terbuka/tertutup) dimana sudah


terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.

34
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan tekanan bola mata


Tonometer

Gonioskopi

35
• Pemeriksaan lapang pandang

Batas normal 90°-100° temporal,


60° medial, 60° superior,
75°inferior.

Uji Kopi
Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan bola mata naik 15-20 mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan
adanya glaukoma.

Uji Minum Air


Sebelum makan pagi tekanan bola mata diukur dan kemudian pasien disuruh minum dengan cepat 1 liter air. Tekanan bola mata
diukur setiap 15 menit. Bila tekanan bola mata naik 8-15 mmHg dalam waktu 45 menit pertama menunjukkan pasien menderita
glaukoma.

Uji Steroid
Pada pasien yang dicurigai adanya glaukoma terutama dengan riwayat glaukoma simpleks pada keluarga, diteteskan
betametason atau deksametason 0,1% 3-4 kali sehari. Tekanan bola mata diperiksa setiap minggu. Pada pasien berbakat
glaukoma maka tekanan bola mata akan naik setelah 2 minggu
36
• Uji Variasi Diurnal
Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap 2-3 jam sehari penuh, selama 3 hari biasanya
pasien dirawat. Nilai variasi harian pada mata normal adalah antara 2-4 mmHg, sedang pada
glaukoma sudut terbuka variasi dapat mencapai 15-20 mmHg. Perubahan 4-5 mmHg sudah
dicurigai keadaan patologik.

• Uji Kamar Gelap


Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola mata dan kemudian pasien dimasukkan ke dalam
kamar gelap selama 60-90 menit. Pada akhir 90 menit tekanan bola mata diukur. 55% pasien
glaukoma sudut terbuka akan menunjukkan hasil yang positif, naik 8 mmHg.

• Uji Provokasi Pilokarpin


Tekanan bola mata diukur dengan tonometer, penderita diberi pilokarpin 1% selama 1 minggu 4 kali
sehari kemudian diukur tekanannya.

37
PENGOBATAN MEDIS
Supresi Pembentukan Aquoeus humor
• Penghambat adrenergik beta (beta blocker)
• Timolol maleat 0,25% dan 0,5%
• Betaksolol 0,25% dan 0,5%
• Levobunolol 0,25% dan 0,5%
• Metipranolol 0,3%
• Apraklonidin(agonis adrenergik α2)
• Inhibitor karbonat anhidrase
• Asetazolamid
• Diklorfenamid
• Metazolamid
Fasilitasi Aliran Keluar Aquoeus humor
• Obat parasimpatomimetik
• Pilokarpin larutan 0,5-6% diteteskan beberapa kali sehari, gel 4% sebelum tidur.
• Demekarium bromide 0,125% dan 0,25%
• Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%
Meningkatkan aliran keluar Aquoeus humor dengan bekerja pada jalinan trabekular melalui kontraksi otot siliaris.
• Epinefrin 0,25-2%
• Dipifevrin
38
• Penurunan Volume Korpus Vitreum
• Obat-obat hiperosmotik
• Gliserin (gliserol)

TERAPI BEDAH & LASER

• Iridektomi & Iridotomi Perifer


• Trabekuloplasti Laser
• Bedah Drainase Glaukoma

39
DEFINISI
• Ablasio Retina: pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris
retina dan lapisan epitelia pigmen retina.
• Ablatio Retina: terpisahnya khoroid di daerah posterior mata yang
disebabkan oleh luabang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran
cairan, sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan.

ETIOLOGI
Masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada semua usia.
Biasanyaterjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.
ABLASIO Besar kemungkinannya :

RETINA  Penderita rabun jauh (miopia)


 Faktor keturunan
 Pukulan yang keras.
 Komplikasi, diabetus melitus
 Pada usia lanjut (perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina),
 Malformasi kongenital,
 Kelainan metabolisme,
 Penyakit vaskuler
 Inflamasi intraokuler
 Neoplasma.
40
PATOFISIOLOGI
ABLATIO RETINA
 Retina : jaringan tipis dan transparan yang peka terhadap cahaya, yang
terdiri dari sel-sel dan serabut saraf.

 Retina melapisi dinding mata bagian dalam seperti kertas dinding


melapisi dinding rumah.

 Retina berfungsi seperti kamera foto: cahaya yang melalui lensa akan
difokuskan ke retina.

 Sel-sel retina yang peka terhadap cahaya menangkap “gambar” dan


menyalurkannya ke otak melalui saraf optik

 Pada Ablatio Retina cairan dari vitreus bisa masuk ke ruang sub retina
dan bercampur dengan cairan sub retina
41
KLASIFIKASI
ABLASIO RETINA

 Ablatio Rhegmatogen :
Robekan dalam retina yang menembus sampai badan mata masuk ke ruang sub retina,
cairan terkumpul sudah cukup banyak dapat menyebabkan retina terlepas.

 Ablatio oleh karena tarikan :


Retina terdorong ke luar dari lapisan epitel oleh ikatan atau sambungan jaringan fibrosa
dalam badan kaca.

 Ablatio eksudatif :
Penumpukan cairan dalam ruang retina akibat proses peradangan, gabungan dari penyakit
sistemik atau oleh tumor intraocular.
42
TANDA & GEJALA ABLATIO RETINA
• Otopsia, munculnya kilatan cahaya yang sangat terang di lapang pandang.
• Muncul bintik-bintik hitam yang beterbangan di lapang pandang (floaters)
• Muncul tirai hitam di lapang pandang
• Tidak ditemukan adanya rasa nyeri atau nyeri kepala

PEMERIKSAAN PENUNJANG PADA ABLATIO RETINA


• Pemeriksaan visus
• Ophtalmoskop indirek
• USG mata
• Campur Visi

43
MANAJEMEN TERAPI ABLATIO RETINA
• Prosedur penatalaksanaan Ablatio Retina dilakukan operasi scleral
bucking : pengikatan kembali retina yang terlepas.
PENGELOLAAN PENDERITA SEBELUM OPERASI
• Mengatasi kecemasan
• Membatasi aktivitas
• Penutup mata harus selalu dipakai untuk mencegah atau membatasi
pergerakan bola mata
• Pengobatan dengan obat tetes mata jenis midriaticum untuk
mencegah akomodasi dan kontriksi.

PENGELOLAAN PENDERITA SETELAH OPERASI


• Istirahatkan pasien (bad rest total) minimal dalam 24 jam pertama.
• Ukur vital sign tiap jam dalam 24 jam pertama.
• Evaluasi penutup mata
• Bantu semua kebutuhan ADL
• Perawatan dan pengobatan sesuai program
44
KELAINAN VISUS
AKIBAT PENYAKIT
SISTEMIK
DEFENISI
Retinopati hipertensi merupakan suatu keadaan yang
ditandai dengan kelainan pada vaskuler retina pada
penderita dengan peningkatan tekanan darah.

RETINOPATI EPIDEMIOLOGI
• Banyak ditemukan pada usia 40 tahun ke atas
HIPERTENSI • Prevalensi retinopati hipertensi bervariasi antara 2%-
15%
• Pada penelitian yang dilakukan pada masyarakat
Amerika Serikat, didapatkan insidensi 3 tahun adalah
2.9%-4.3%
• Prevalensi yang lebih tinggi juga ditemukan pada orang
berkulit hitam

46
Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemik
Mild Satu atau lebih dari Asosiasi ringan
tanda berikut : dengan
Penyempitan penyakit stroke,
arteioler menyeluruh penyakit
atau fokal, AV jantung koroner dan
nicking, dinding mortalitas
arterioler lebih padat kardiovaskuler
(silver-wire)
Moderate Retinopati mild Asosiasi berat KLASIFIKASI
dengan satu atau dengan Berdasarkan data populasi oleh
lebih tanda berikut : penyakit stroke, New England Journal of
Perdarahan retina gagal Medicine 2004.
(blot, dot atau flame- jantung, disfungsi
shape), renal dan mortalitas
microaneurysme, kardiovaskuler
cotton-wool, hard
exudates
Accelerated Tanda-tanda Asosiasi berat
retinopati moderate dengan
dengan edema papil mortalitas dan gagal
: dapat disertai ginjal
dengan kebutaan
PATOFISIOLOGI
• pembuluh darah retina akan mengalami vasokonstriksi secara
generalisata
• Apabila dinding arteriol diinfiltrasi oleh sel lemak dan kolesterol akan
menjadi sklerotik
• Apabila sklerosis berlanjut, refleksi cahaya dinding pembuluh darah
berbentuk silver-wire. Hal ini menimbulkan kerusakan pada sawar
darah-retina, nekrosis otot polos dan sel-sel endotel, eksudasi darah
dan lipid, dan iskemik retina.

DIAGNOSIS
• Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Selain itu pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan
tonometri terutama pada pasien lanjut usia dan pemeriksaan USG B-Scan untuk melihat kondisi
di belakang lensa yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti.
• Gambaran macular star merupakan bentuk yang paling dominan dalam pemeriksaan.

48
PENATALAKSANAAN
• Tekanan darah penderita retinopati hipertensi harus diturunkan dibawah
140/90 mmHg
• Penggunaan obat ACE Inhibitor terbukti dapat mengurangi kekeruhan
dinding arteri retina
• Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan
• menurunkan berat badan jika sudah melewati standar berat badan ideal
• Konsumsi makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi
sementara asupan lemak tak jenuh dapat menurunkan tekanan darah
• Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi dan pasien memerlukan
kegiatan olahraga yang teratur

KOMPLIKASI
• Pada tahap yang masih ringan, hipertensi akan meningkatkan refleks cahaya arterioler
sehingga timbul gambaran silver wire atau coper wire.
• Dalam kondisi yang lebih berat, dapat timbul komplikasi seperti oklusi cabang vena retina
(BRVO) atau oklusi arteri retina sentralis (CRAO).
49
DEFENISI
Retinopati Diabetik adalah kelainan retina (retinopati)
yang ditemukan pada penderita
diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama
berupa aneurismata, melebarnya vena,perdarahan dan
eksudat lemak.
RETINOPATI
EPIDEMIOLOGI
DIABETIK
• Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami retinopati
diabetik hanya bila ia telah menderita lebih dari 5 tahun.
• Bila seseorang telah menderita DM lebih 20 tahun maka
biasanya telah terjadi kelainan pada selaput jala / retina.
• Retinopati diabetes dapat menjadi agresif selama
kehamilan, setiap wanita diabetes yang hamil harus
diperiksa oleh ahli optalmologi/ dokter mata pada
trimester pertama dan kemudian paling sedikit setiap 3
bulan sampai persalinan.
50
KLASIFIKASI RETINOPATI DIABETES
• Retinopati Diabetes non proliferatif / NPDR (Non proliferative diabetik retinopathy) adalah suatu
mirkoangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus.
• Retinopati Diabetes Proliferatif / PDR adalah Penyulit mata yang paling parah pada diabetes
melitus, karena retina yang sudah iskemik atau pucat tersebut bereaksi dengan membentuk
pembuluh darah baru yang abnormal (neovaskuler)

KEADAAN YANG DAPAT MEMPERBERAT RETINOPATI DIABETES


• Pada Diabetes juvenile yang insulin dependent dan kehamilan dapat merangsang timbulnya
perdarahan dan proliferasi.
• Arteriosklerosis dan proses menua pembuluh-pembuluh darah memperburuk prognosis.
• Hiperlipoproteinnemi diduga mempercepat perjalanan dan progresifitas kelainan dengan cara
mempengaruhi arteriosklerosis dan kelainan hemobiologik.
• Hipertensi arteri, memperburuk prognosis terutama pada penderita usia tua.
• Hipoglikemia atau trauma dapat menimbulkan perdarahan retina yang mendadak

51
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Lensa +90 dioptri
• Angiografi fluoresens

PENATALAKSANAAN
• Bagi pasien retinopati diabetik non proliferatif tanpa edema
makula adalah pengobatan terhadap hiperglikemia dan penyakit
sistemik lainnya.
• Terapi laser argon fokal terhadap titik kebocoran retina pada
pasien yang secara klinis menunjukkan edema bermakna
• Dengan edema makula diabetik yang secara klinis tidak
bermakna maka biasana hanya dipantau secara ketat tanpa terapi
laser.
PROGNOSIS
Pada mata yang mengalami edema makular yang bermakna akan memiliki prognosa yang
lebih jelek dengan atau tanpa terapi laser, dari pada mata dengan edema dan perfusi yang
relatif baik.
52
PRINSIP PEMERIKSAAN
VISUS & LAPANG
PANDANG
Pemeriksaan Visus Mata

 OPTOTYPE SNELLEN
 MENGHITUNG JARI
 LAMBAIAN TANGAN
 UJI PROYEKSI SINAR
54
OPOTOTYPE SNELLEN 20 6 meter
kaki
6/60

▪ Setiap hurufnya membentuk sudut 5


6/30
menit pada jarak tertentu.
▪ Pemeriksaan dilakukan pada jarak 5 6/18
atau 6 meter : mata tidak
berakomodasi. 5/12
▪ Tajam penglihatan : pembilang / 6/12
penyebut. 6/9
▪ Pembilang : jarak pasien dengan 5/6
Snellen. 6/6
▪ Penyebut : jarak yang dapat dibaca.

55
Hasil Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan Dengan Kartu Snellen

 Visus 6/6 : dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang orang
normal dapat melihat huruf tersebut dari jarak 6 meter.

 Visus 6/30 : dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang orang
normal dapat melihat huruf tersebut dari jarak 30 meter.

 Visus 6/60: hanya dapat membaca pada huruf pada jarak 6


meter yang oleh orang normal dapat dilihat pada jarak 60 meter

56
MENGHITUNG JARI

• Tidak dapat mengenal huruf terbesar


pada kartu Snellen. Normal: jari dapat
melihat secara terpisah pada jarak 60
meter.

• 1/60: hanya dapat menghitung jari dari


jarak 1m.

• 3/60: hanya dapat menghitung jari dari


jarak 3m.
LAMBAIAN TANGAN

▪ Digunakan untuk visus < 1/60.


▪ Orang normal dapat melihat gerakan/
lambaian tangan dari jarak : 300
meter.
▪ Visus 1/300 : hanya dapat melihat
lambaian tangan dari jarak 300
meter.
58
UJI PROYEKSI SINAR

▪ Visus < 1/300.


▪ Orang normal dapat melihat sinar dari jarak tak berhingga.
▪ Hanya mengetahui ada / tidaknya cahaya
▪ Visus : 1/~ ⇒ proyeksi ( +/- ).

59
UJI
PINHOLE

• Bila seseorang diragukan apakah gangguan


penglihatannya akibat kelainan refraksi atau
sebab lain, maka dilakukan uji pinhole.
• Bila dengan pinhole penglihatan lebih baik,
berarti ada kelainan refraksi yg masih dpt
dikoreksi dengan kacamata.
• Bila penglihatan berkurang dg diletakkan
pinhole di depan mata berarti ada kelainan
organik/kekeruhan media penglihatan yg
menyebabkan penglihatan menurun.

60
PEMERIKSAAN LAPANGAN
PANDANG
• Pemeriksaan lapangan pandang digunakan untuk menentukkan batas
luar dari persepsi visual pada retina perifer dan kualitas berbagai
penglihatan di area tersebut.
• Pemeriksaan lapangan pandang dapat mendeteksi kehilangan
penglihatan perifer dan memberikan gambaran peta dari defek
penglihatan tersebut yang dapat membantu dalam menemukan
penyebabnya.
• Lapangan pandang dapat diperiksa dengan berbagai metode, antara
lain: tes konfrontasi, perimetri, dan kisi–kisi Amsler.
• Semua pemeriksaan lapangan pandang dilakukan dengan menutup satu
mata dan evaluasi mata yang terbuka secara bergantian. Masing –masing
mata diuji secara terpisah.
61
TES KONFRONTASI

• Pada pemeriksaan ini pasien dan pemeriksa saling


berhadapan dengan jarak 1 meter.
• Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa juga
menutup mata pada sisi yang sama.
• Dengan menggunakan mata yang tidak ditutup
tersebut, pasien diminta untuk melihat ke mata
pemeriksa pada sisi yang sama yang juga tidak
tertutup.
• Objek tersebut kemudian digerakkan dalam lapang
pandang mulai dari perifer menuju ke pusat.
Pasien diminta mengatakan kapan ia pertama kali
melihat objek tersebut.
• Tiap kuadran diperiksa dan lokasi bintik buta
ditentukan. Lapang pandang pasien dibandingkan
dengan lapang pandang pemeriksa.
• Lalu, pemeriksaan tersebut juga dilakukan pada
mata sebelahnya.
62
PERIMETRI

• Perimetri digunakan untuk memeriksa lapangan pandang


perifer dan sentral. Teknik ini, yang digunakan terpisah pada
setiap mata, mengukur fungsi retina, nervus opticus, dan jaras
visual intrakranial secara bersama.
• Pemeriksaan perimetri memerlukan
(1) fiksasi tetap dan perhatian pasien
(2) jarak yang tetap dari mata ke layar atau alat penguji
(3) kadar pencahayaan dan kontras latar belakang yang seragam
dan standar
(4) target uji dengan ukuran dan kecerahan yang standar
(5) protokol yang universal, untuk pelaksaan uji oleh pemeriksa.
• Terdapat berbagai macam jenis perimetri, antara lain: Tangent
screen, perimetri Goldmann, dan computerized automated
perimetri 63
Kisi–Kisi Amsler (Amsler Grid)

• Kisi –kisi Amsler merupakan gambar kotak –kotak kecil atau kisi pada selembar kertas yang
dipakai untuk menguji lapangan pandang sentral20°.
• Amsler grid diamati oleh masing –masing mata secara terpisah pada jarak baca 30 cm dan
dengan memakai kacamata baca jika pasien memang memakainya.
• Pasien melihat ke bagian tengah gambar tersebut dan melaporkan bila melihat garis –garis yang
mengalami distorsi bergelombang atau daerah yang tidak terlihat.
• Mata yang satu dibandingkan dengan mata sebelahnya.
• Alat ini paling sering dipakai untuk menguji fungsi makula.

64
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai