Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN TUTORIAL

KELOMPOK 7 BLOK 3.5

MODUL 2
KELAINAN VISUS

Nama : Muhammad Naufal Arif


Farid Husaini
Tgk. Fikri Ardiansyah
Aditya Fajar Perkasa
Elsa nur salsabila
Fadhilah amirah
Sofwatul marfiyah
Intan nurul izzah
Nurhaliza
Rizky adinda
Arvinia Tannida Hareva

Kelompok :3
Tutor : dr. Rizka Sofia, MKT

PRODI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI MALIKUSSALEH
TA. 2019/2020

MODUL II
KELAINAN VISUS
Skenario 2 : Pandangan kabur

Saat pembagian rapor Ibu Hera sangat heran melihat rapor Hera yang semuanya
angka merah, wali kelas Hera juga mengatakan Hera sering sekali tidak masuk kelas padahal
menurut Ibunya Hera selalu pamit ke sekolah. Setiba di rumah Ibu Hera langsung bertanya
kepada Hera, saat ditanya Hera langsung menangis, ia mengatakan bahwa sejak 2 bulan yang
lalu ia tidak dapat melihat dengan jelas apa yang di tuliskan Guru di papan. Karena itu ia
sering salah menjawab soal dan mendapat nilai jelek, sehingga dia malu ke sekolah. Lalu
esoknya Ibu Hera membawa Hera ke Rumah Sakit. Dokter mata melakukan pemeriksaan
visus dan menurut dokter, Hera harus memakai kaca mata.

Kemudian Ibu Hera menanyakan pada dokter apakah dengan kaca mata saja Hera bisa
dapat melihat jelas kembali? Karena Paman Hera walaupun sudah menggunakan kacamata
pandangannya tetap kabur dan berasap, ibu Hera juga menambahkan paman Hera menderita
darah tinggi sejak 10 tahun yang lalu namun tidak rutin minum obat.

Saat yang bersamaan masuk seorang wanita berumur 60 tahun dengan keluhan mata
kanan nyeri dan merah disertai mual muntah sejak 2 hari yang lalu. Ia juga mengeluhkan saat
melihat cahaya lampu tampak lingkaran seperti warna pelangi, menurutnya pandangannya
bertambah kabur bila cahaya terang.

Bagaimana anda menjelaskan ketiga kasus di atas?

JUMP 1 : TERMINOLOGI

1. Visus
Ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah bentuk yang khusus di mana
tergantung dari ketajaman fokus retina dalam bola mata dan sensitifitas dari
interpretasi di otak.
JUMP 2 : RUMUSAN MASALAH & JUMP 3 : HIPOTESA

1. Mengapa hera sejak 2 bulan yang lalu tidak dapat melihat dengan jelas?
Jawab :

Kondisi yang dialami hera merupakan gangguan pada penglihatan yang menyebabkan
objek yang letaknya jauh terlihat kabur (tulisan di papan tulis). Ini merupakan salah
satu kelainan retraksi mata sehingga mata tidak dapat memfokuskan cahaya pada
retina. Hal ini karena sering terjadi pada anak dan remaja.

2. Mengapa dokter melakukan px visus pada hera?


Jawab:

px visus utk evaluasi awal dapat menggunakan snellen chart px-nya dilakukan pd
jarak 6m atau 20kaki. Pasien diminta membaca huruf2 dengan ukuran tertentu dengan
menutup salah satu mata.

3. Mengapa paman hera walaupun sudah menggunakan kacamata pandangannya


tetap kabur dan berasap?
Jawab:

kemungkinan paman hera mengalami katarak yaitu keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua duanya.

4. Apakah ada hubungan usia, JK dengan keluhan paham hera?


Jawab:

 JK: harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki- laki, ini di
indikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarakak
lebih banyak dibandingkan laki- laki
 Sering bertambahnya usia, lensa berkurang kebeningannya, keadaan ini akan
berkembang dengan bertambahnya berat katarak. Prevalensi katarak meningkat
tiga sampai empat kali pada pasien >65thn.
5. Apakah keluhannya berhubungan dengan riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol?
Jawab:

pada keadaan hipertensi, pembuluh darah retina akan mengalami beberapa seri
perubahan patofisiologis sebagai respon thdp peningkatan tekanan darah. Pada
tahap awal, pembuluh darah retina mengalami vasokontriksi secara generalisata.
Ketika tekanan darah tinggi, dinding pembuluh darah pada retina akan menebal,
yang menyebabkan pembuluh darah menyempit dan aliran darah keretina
berkurang. Seiring berjalannya waktu, kerusakan pembuluh darah retina akibat
hipertensi ini akan merusak saraf penglihatan, shg menimbulkan masalah
penglihatan sampai menimbulkan kebutaan.

6. Apa px yg dapat dilakukan pada paman hera?


Jawab:

px tajam penglihatan -> utk melihat ketajaman penglihatan


px slit-lamp
Oftalmoskopi
Keratometri
Ct-scan orbita

7. Bagaimana tx untuk paman hera?


Jawab :

- Operasi/bedah
- Penggunaan kacamata
- Obat aldose reductase inhibitor

8. Apa dx dan dd pada paman hera?


Jawab: dx: katarak
9. Bagaimana komplikasi dan prognosis penyakit paman hera?
Jawab:

- komplikasi: hilangnya vitreous, prolaps iris, endoftalmitis


- Prognosis: tergantung pd derajat keparahan serta intervensi yang dilakukan akan
berpengaruh pd kualitas hidup pasien.

10. Mengapa wanita yg berumur 60 thn mengalami keluhan mata kanan nyeri dan
merah disertai mual-muntah?
Jawab:

wanita tersebut mengalami glaukoma dimana gejalanya seperti nyeri, mual dan
muntah.

11. Apa dx dan dd dari wanita umur 60thn?


Jawab: dx: glaukoma
JUMP 4 : SKEMA

Kelainan Visus

Gangguan. katara glaukoma penyakit mata yang


refraksi k a berhubungan dengan
gangguan sistemik

etiologi

Patofisiologi

Manifestasi klinis

Px. penunjang

Diagnosis

Diagnosis banding

Tatalaksana

Prognosis & komplikasi

JUMP 5 : LEARNING OBJECTIVE

Epidemiologi, Etiologi, Manifestasi Klinik, Patofisiologi, Pemeriksaan Penunjang, Dx, DD,


Tatalaksana, Prognosis dan Komplikasi.

1. Gangguan Refrasksi
2. Katararak
3. Glukoma
4. Penyakit mata yang berhubungan dengan penyakit sistemik.
JUMP 6 : SEARCHING INFORMATION

JUMP 7 : SHARING INFORMATION

GANGGUAN REFRAKSI

1. MIOPIA

Miopia adalah kelainan refraksi mata, di mana mata mempunyai kekuatan pembiasan
berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga difokuskan di depan
retina oleh mata dalam keadaan tanpa akomodasi.

Gangguan refraksi yang ditandai dengan kesulitan untuk melihat benda yang letaknya
jauh, dimana mata memunyai kekuatan pembiasan berlebihan sehingga sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga difokuskan didepan retina oleh mata dalam keadaan tanpa
akomodasi.

Etiologi

Miopia disebabkan karena terlalu kuatnya pembiasan sinar di dalam mata untuk
panjangnya bola mata akibat dari :

1. Genetik atau keturunan.


2. Terlalu lama beraktivitas pada jarak pandang yang sama seperti bekerja di depan
komputer, di depan layar monitor, di depan berkas, dan lain-lain.
3. Kebisaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan mata kita seperti membaca sambil
tidur-tiduran, membaca di tempat yang gelap, membaca di bawah matahari langsung
yang silau, menatap sumber terang langsung, dan lain sebagainya.
4. Terlalu lama mata berada di balik media transparan yang tidak cocok dengan mata
dapat mengganggu kesehatan mata seperti terlalu lama memakai helm, terlalu lama
memakai kacamata/lensa kontak yang tidak sesuai dengan mata normal kita, dan
sebagainya.
5. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata sehingga kurang
mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu
dipaksakan. Vitamin A, betakaroten, alpukat merupakan beberapa makanan yang baik
untuk kesehatan mata.
6. usia, status gizi, onset miopia, tekanan intraokular, stress dan faktor sosial ekonomi.

Patofisiologi

Disebabkan karena pembiasan sinar didalam mata yang terlalu kuat untuk panjangnya
bola mata akibat:

1. sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-posterior yang lebih
panjang) disebut sebagai myopia aksial.
2. Kurvatura kornea atau lensa lebih kuat dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa
mempunyai kecembungan yang lebih kuat) disebut myopia kurvatura/refraktif.
3. Indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada diabetes mellitus. Kondisi
ini disebut myopia indeks.
4. Myopia karena perubahan posisi lensa. Misalnya, posisi lensa lebih ke anterior.

Faktor Resiko

American Optometric Association (AOA) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor


risiko terjadinya miopia, antara lain:

1. riwayat keluarga (faktor herediter atau keturunan)


2. aktivitas melihat dekat (faktor lingkungan dan kebiasaan)
3. penurunan fungsi akomodasi
4. kelengkungan kornea dan panjang aksis bola mata (faktor mata atau pertumbuhan
anatomi mata).

Jenis- Jenis/ Klasifikasi Miopia

Berdasarkan beratnya miopia (tingginya dioptri), miopia dibagi dalam kelompok,


sebagai berikut:

1. miopia sangat ringan : <1 dioptri

2. miopia ringan : <3.00 dioptri


3. miopia sedang : 3.00 – 6.00 dioptri

4. miopia berat : >6.00 – 9.00 dioptri

5. miopia sangat berat : >9.00 dioptri

Miopia berdasarkan penyebabnya:

1. Miopia aksial, yaitu sumbu aksial mata lebih panjang dari normal (diameter antero-
posterior lebih panjang, bola mata lebih panjang). Untuk setiap millimeter tambahan
panjang sumbu, mata kira-kira lebih mioptik 3 dioptri.

2. Miopia kurvatura/refraktif, yaitu kurvatura kornea atau lensa lebih kuat / lebih reraktif
dari normal (kornea terlalu cembung atau lensa mempunyai kecembungan yang lebih
kuat).

3. Miopia indeks, di mana indeks bias mata lebih tinggi dari normal, misalnya pada
diabetes mellitus.

Miopia berdasarkan perjalanan penyakitnya:

1. Miopia stasioner yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.

2. Miopia progresif yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.

3. Miopia maligna yaitu keadaan yang lebih berat dari miopia progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.

Manifestasi Klinis

1. Penderita miopia akan mengatakan melihat jelas dalam jarak dekat atau pada jarak
tertentu dan melihat kabur jika pandangan jauh.

2. Penderita miopia mempunyai kebiasaan mengernyitkan mata untuk mencegah aberasi


sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil).
3. Timbulnya keluhan yang disebut astenopia konvergensi karena pungtum remotum
(titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam keadaan
konvergensi. Bila hal di atas menetap, maka penderita akan terlihat juling ke dalam
atau esotropia.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbu pada penderita miopia, yaitu:

1. Ablasio retina

Merupakan komplikasi tersering.Biasanya didahului dengan timbulnya hole


pada daerah perifer retina akibat proses-proses degenerasi dari daerah ini.

2. Vitreal Liquefaction dan Detachment.

Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air dan
2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara perlahan-lahan,
namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi. Hal ini berhubungan
dengan hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal, penderita akan melihat
bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut, dapat terjadi kolaps badan
viterus sehingga kehilangan kontak dengan retina. Keadaan ini nantinya akan
menimbulkan risiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan kerusakan retina.
Vitreus detachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya volume yang harus diisi
akibat memanjangnya bola mata.

3. Glaukoma

Risiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia
sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%.Glaukoma pada miopia terjadi
dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat
penyambung pada trabekula.

4. Trombosis dan perdarahan koroid


Sering terjadi pada obliterasi dini pembuluh darah kecil.Biasanya terjadi di
daerah sentral, sehingga timbul jaringan parut yang mengakibatkan tajam penglihatan.

5. Katarak

Transparansi lensa berkurang.Dilaporkan bahwa pada orang dengan miopia,


onset katarak muncul lebih cepat.

Pemeriksaan Miopia

1. Pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit yang
terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, yang terdapat pada daerah papil
saraf optik akibat tidak tertutupnya sklera oleh koroid

2. Uji ketajaman penglihatan pada kedua mata dari jarak jauh (Snellen) dan jarak dekat
(Jaeger).

3. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam pemakaian kaca mata.

4. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan ada atau
tidaknya kebutaan.

5. Uji gerakan otot-otot mata.

6. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di retina.

7. Mengukur tekanan cairan di dalam mata.

8. Pemeriksaan retina.

Penatalaksanaan

Dengan memberikan koreksi lensa

Koreksi miopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif, perlu diingat
bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan. Karena itu, bila permukaan
refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar, seperti pada miopia, kelebihan daya bias ini
dapat dinetralisasi dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata.
Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata miopia ditentukan
dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakkan sebuah lensa kuat dan
kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah sampai memberikan tajam
penglihatan yang terbaik (Guyton, 2006).

Pasien miopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang
memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi dengan
-3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi sferis -3.25 dioptri,
maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk memberikan istirahat mata dengan
baik setelah dikoreksi (Sidarta, 2007).

2. HIPERMETROPIA

Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah
yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di
belakang retina.

Etiologi

Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih pendek.
Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di belakang retina.
Berdasarkan penyebabnya, hipermetropia dapat dibagi atas:

1. Hipermetropia sumbu atau aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola mata
pendek atau sumbu anteroposterior yang pendek.

2. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga


bayangan difokuskan di belakang retina.

3. Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem
optik mata (Ilyas, 2006).

Patofisiologi

1. Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari normal
2. Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah dari normal

3. Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebih rendah dari normal.

Gejala Klinis

1. Sakit kepala terutama daerah dahi atau frontal, silau, kadang rasa juling atau melihat
ganda, mata leleh, penglihatan kabur melihat dekat (Ilyas, 2006).

2. Sering mengantuk, mata berair, pupil agak miosis, dan bilik mata depan lebih dangkal
(Istiqomah, 2005).

Tatalaksana

1. Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung untuk mematahkan


sinar lebih kaut kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah di berikan koreksi lensa
positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Hipermetropia
sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih memberi tajam
penglihatan maksimal (Ilyas, 2006).

2. Bedah refraksi: merupakan suatu prosedur bedah atau laser yang dilakukan pada mata
untuk merubah kekuatan refraksinya dan tidak terlalu bergantung pada kacamata atau
lensa kontak.

3. Laser Thermal Keratoplasty

4. Photorefractive Keratectomy

5. LASIK

3. ASTIGMATISMA

Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis
pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.

Epidemiologi
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800 juta sampai 2,3 milyar.Di
Indonesia prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata.Kasus
kelainan refraksi dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.Ditemukan jumlah
penderita kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta
jiwa.

Etiologi

1. Kelainan korneaPerubahan lengkung kornea dengan atau tanpa pemendekan atau


pemanjangan diameter anterior posterior bola mata.Bisa merupakan kelainan kelainan
kongenital/akwisita, akibat kecelakaan, peradangan atau operasi.
2. Kelainan DilensaKekeruhan lensa, biasanya katarak insipienatau imatur.Axis visual
disini tidak dapat diatasi dengan lensa, harus menunggu sampai saatnya tiba untuk
operasi lensa.

Patofisiologi

Pada mata normal, permukaan kornea yang melengkung teratur akan memfokuskan
sinar pada satu titik. Pada astigmatisma, pembiasan sinar tidak difokuskan pada satu titik.
Sinar pada astigmatisma dibiaskan tidak sama pada semua arah sehingga pada retina tidak
didapatkan satu titik fokus pembiasan. Sebagian sinar dapat terfokus pada bagian depan
retina sedang sebagian sinar lain difokuskan di belakang retina (American Academy of
Opthalmology Section 5, 2009-2010).

Jatuhnya fokus sinar dapat dibagi menjadi 5 (Ilyas dkk, 2002), yaitu :

1. Astigmaticus miopicus compositus, dimana 2 titik jatuh didepan retina

2. Astigmaticus hipermetropicus compositus, dimana 2 titik jatuh di belakang retina

3. Astigmaticus miopicus simplex, dimana 2 titik masing- masing jatuh di depan retina
dan satunya tepat pada retina
4. Astigmaticus hipermetropicus simplex, dimana 2 titik masing- masing jatuh di
belakang retina dan satunya tepat pada retina

5. Astigmaticus mixtus, dimana 2 titik masing-masing jatuh didepan retina dan belakang
retina

Etiologi

1. Penyebab umum astigmatisma adalah kelainan bentuk kornea. Lensa kristalina juga
dapat berperan untuk timbulnya astigmatisma (Vaughan,2009).

2. Astigmatisma paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung kornea pada
salah satu bidangnya (Guyton et al, 1997).

3. Astigmatisma pasca operasi katarak dapat terjadi bila jahitan terlalu erat (James et
al,2003) (james b,2006) (fitriani, 2002)

klasifikasi

1. Astigmatisma reguler: dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena
adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang saling tegak lurus pada
bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang yang lain

2. Astigmastima ireguler: dimana titik bias didapatkan tidak teratur

Gejala Klinis

1. Pada nilai koreksi astigmatisma kecil, hanya terasa pandangan kabur. Tapi terkadang
pada astigmatisma yang tidak dikoreksi, menyebabkan sakit kepala atau kelelahan
mata, dan mengaburkan pandangan ke segala arah.

2. Pada anak-anak, keadaan ini sebagian besar tidak diketahui, oleh karena mereka tidak
menyadari dan tidak mau mengeluh tentang kaburnya pandangan mereka (Waluyo,
2007).

Pemeriksaan
1. Keratometer adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur jari-jari kelengkungan
kornea anterior. Perubahan astigmatisma kornea dapat diketahui dengan mengukur
jari jari kelengkungan kornea anterior, meridian vertical dan horizontal, sebelum dan
sesudah operasi

2. Tes ketajaman penglihatan

3. Uji refraksi

Penatalaksaan

Kelainan astigmatisma dapat dikoreksi dengan lensa silindris, sering kali dikombinasi
dengan lensa sferis.Karena tak mampu beradaptasi terhadap distorsi penglihatan yang
disebabkan oleh kelainan astigmatisma yang tidak terkoreksi (American Academy of
Opthalmology Section 5, 2009-2010).

KATARARAK

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya
(Ilyas, 2010).

Epidemiologi
1. prevalensi katarak di Indonesia dalam Riskesdas tahun 2013 adalah (1,8%), tertinggi
di provinsi Sulawesi Utara (3,7%) dan terendah di DKI Jakarta (0,9%) dan di Sumatra
Utara (1,4%).

2. Katarak terjadi 38,8% pada laki-laki dan 45,9% pada wanita dengan usia lebih rendah
74 tahun.

3. Sebanyak 95% penduduk yang berusia 65tahun telah mengalami berbagai tingkat
kekeruhan pada lensa.

Faktor Resiko

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
internal maupun eksternal.

1. Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah umur dan jenis kelamin
sedangkan

2. Faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak
langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan seseorang, serta faktor
lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan sinat Ultraviolet yang berasal
dari sinar matahari (Sirlan F, 2000).

Patogenesis

Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang


tua.Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya
dimengerti.Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada sel- sel yang
dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan tebal sehingga
kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara
konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah sehingga nukleus lensa mengalami
penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).

Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi high-
molecular-weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi mendadak pada index
refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan penurunan transparansi. Perubahan kimia protein
lensa nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring berjalannya
usia lensa menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak
bisa menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan
konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium dan Kalsium.

Klasifikasi

1. Katarak nuklear

2. Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Ini adalah jenis katarak yang
paling sering terjadi.

3. Katarak subkapsularis posterior terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian
sentral

Stadium

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :

a. Katarak kortikal : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju
korteks anterior dan posterior. Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

b. Katarak subkapsular posterior : kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular


posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi jaringan
degenerative (benda Morgagni)

2. katarak imatur

Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak.Katarak yang belum mengenai
seluruh lapis lensa.

3. katarak matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa, karena seluruh lensa
telah keruh, maka tidak terdapat bayangan iris, sehingga uji shadow test hasilnya
negatif.

4. katarak Hipermatur

Pada katarak stadium ini telah mengalami proses degenerasi lebih lanjut sehingga
masa lensa akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Masa lensa yang keluar
mengakibatkan lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering.

Gejala Klinis

1. silau

2. diplopia: penglihatan ganda

3. halo

4. distorsi

5. penurunan tajam penglihatan

6. myopic shift

Pemeriksaan

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak antara lain:

1. slit- lamp dapat menjelaskan morfologi katarak dan menilai secara keseluruhan dari
segmen anterior mata serta membantu menentukan penyebab dan prognosis

2. B scan ultrasonography dapat membantu mengvaluasi segmen posterior.

Penatalaksanaan
prosedur operasi/bedah, indikasi:
 kehilangan penglihatan yang menganggu aktivitas normal atau katarak yang
menyebabkan glaucoma
 kehilangan penglihatan berat dan akhirnya kebutaan akan terjadi.

Teknik Bedah

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul.Seluruh


lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan dipindahkan dari mata melalui
incisi korneal superior yang lebar.

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa


dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa
dapat keluar melalui robekan tadi.
GLUKOMA

Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan pencekungan


“cupping” diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang disertai dengan peningkatan
tekanan intraokuler yang merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma.

Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma dipengaruhi oleh


gangguan aliran keluar humor aquos.

Patofisiologi

Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel ganglion
retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta
berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran
cawan optik.Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intraokuler.
Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar kerusakan saraf pada bola mata.Pada bola
mata normal tekanan intraokuler memiliki kisaran 10-22 mmHg.

Tekanan intraokuler pada glaukoma sudut tertutup akut dapat mencapai 60-80 mmHg,
sehingga dapat menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai dengan edema
kornea dan kerusakan nervus optikus.

Klasifikasi

1. Glaukoma Primer

a. Glaukoma Sudut Terbuka Primer

Glaukoma sudut terbuka primer terdapat kecenderungan familial yang kuat.


Gambaran patologi utama berupa proses degeneratif trabekular meshwork sehingga
dapat mengakibatkan penurunan drainase humor aquos yang menyebabkan
peningkatan takanan intraokuler. Pada 99% penderita glaukoma primer sudut terbuka
terdapat hambatan pengeluaran humor aquos pada sistem trabekulum dan kanalis
schlemm .
b. Glaukoma Sudut Tertutup Primer

Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi


anatomis tanpa ada kelainan lainnya.Adanya peningkatan tekanan intraokuler karena
sumbatan aliran keluar humor aquos akibat oklusi trabekular meshwork oleh iris
perifer.

2. Glaukoma Sekunder

Peningkatan tekanan intraokuler pada glaukoma sekunder merupakan manifestasi


dari penyakit lain dapat berupa peradangan, trauma bola mata dan paling sering
disebabkan oleh uveitis.

3. Glaukoma Kongenital

 Glaukoma kongenital biasanya sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan
perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma kongenital seringkali
diturunkan. Pada glaukoma kongenital sering dijumpai adanya epifora dapat juga
berupa fotofobia serta peningkatan tekanan intraokuler.

 Glaukoma kongenital terbagi atas glaukoma kongenital primer (kelainan pada


sudut kamera okuli anterior), anomali perkembangan segmen anterior, dan
kelainan lain (dapat berupa aniridia, sindrom Lowe, sindom Sturge-Weber dan
rubela kongenital).

Pemeriksaan

- Tonometri

 Tonometri merupakan suatu pengukuran tekanan intraokuler yang


menggunakan alat berupa tonometer Goldman.

 Tonometer yang banyak digunakan adalah tonometer Schiotz karena cukup


sederhana, praktis, mudah dibawa, relatif murah, kalibrasi alat mudah dan
tanpa komponen elektrik.
 Penilaian tekanan intraokuler normal berkisar 10-22 mmHg. Pada usia lanjut
rentang tekanan normal lebih tinggi yaitu sampai 24 mmHg.

- Penilaian Diskus Optikus

Diskus optikus yang normal memiliki cekungan di bagian tengahnya.Pada


pasien glaukoma terdapat pembesaran cawan optik atau pencekungan sehingga tidak
dapat terlihat saraf pada bagian tepinya.

- Pemeriksaan Lapangan Pandang

Gangguan lapangan pandang pada glaukoma dapat mengenai 30 derajat


lapangan pandang bagian central. Cara pemeriksaan lapangan pandang dapat
menggunakan automated perimeter.

- Gonioskopi

Gonioskopi merupakan pemeriksaan dengan alat yang menggunakan lensa


khusus untuk melihat aliran keluarnya humor aquos.Fungsi dari gonioskopi secara
diagnostik dapat membantu mengidentifikasi sudut yang abnormal dan menilai lebar
sudut kamera okuli anterior.

Penatalaksanaan

1. Golongan β-adrenergik Bloker

Obat golongan ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau dengan kombinasi
dengan obat yang lain. Contoh obat golongan β- adrenergic bloker misalnya
timolol maleat 0,25% dan 0.5%, betaxolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol.

2. Golongan α2-adrenergik Agonis

Golongan α2-adrenergik agonis obat ini dibagi menjadi 2 yaitu selektif dan tidak
selektif. Golongan α2-adrenergic agonis yang selektif misalnya apraklonidin
memiliki efek menurunkan produksi humor aquos, meningkatkan aliran keluar
humor aquos melalui trabekula meshwork dengan menurunkan tekanan vena
episklera dan dapat juga meningkatkan aliran keluar uveosklera.

3. Penghambat Karbonat Anhidrase

a. Asetasolamid Oral

Asetasolamid oral merupakan obat yang sering di gunakan karena dapat


menekan pembentukan humor aquos sebanyak 40-60%.Bekerja efektif dalam
menurunkan tekanan intraokuler apabila konsentrasi obat bebas dalam plasma
±2,5 μM.

b. Penghambat Karbonat Anhidrase Topikal

Penghambat karbonat anhidrase topikal bersifat larut lemak sehingga bila


digunakan secara topikal daya penetrasi ke kornea relatif rendah.Pemberian
dorsolamid topikal akan terjadi penetrasi melalui kornea dan sklera ke epitel
tak berpigmen prosesus siliaris sehingga dapat menurunkan produksi humor
aqueus dan HCO3- dengan cara menekan enzim karbonik anhidrase II.
PENYAKIT MATA YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT
SISTEMIK.

RETINO HIPERTENSI

Retinopati hipertensi merupakan kelainan pada vaskuler retina pada penderita dengan
peningkatan tekanan darah. Tekanan darah tinggi akan menyebabkan pembuluh darah
mengalami kerusakan (sclerosis, penebalan dinding pembuluh darah).

Epidemiologi

Epidemiologi telah dilakukan pada sekelompok populasi penduduk yang


menunjukkan gejala retinopati hipertensi. Dan didapatkan bahwa kelainan ini banyak
ditemukan pada usia 40 tahun ke atas. Prevalensi retinopati hipertensi bervariasi antara 2%-
15%.Data ini berbeda dengan hasil studi epidemiologi yang dilakukan oleh Framingham Eye
Study yang mendapatkan hasil prevalensi rata-rata kurang dari 1%.

Diagnois

Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan tonometri
terutama pada pasien lanjut usia dan pemeriksaan USG B-Scan untuk melihat kondisi di
belakang lensa diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis pasti. Pemeriksaan
laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab lain retinopati selain dari
hipertensi.

Penatalaksanaan

Tujuan: membatasi kerusakan yang sudah terjadi serta menghindari komplikasi


lainnya.

- menurunkan tekanan darah <140/90 mmHg


- ACE inhibitor: mengurani penebakan dindin arteri
- Olahraga teratur
- Kontrol BB
- Diet rendah lemak jenuh dan batasi garam
- Tidak konsumsi alcohol

Komplikasi

Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti:

 branch retinal artery occlusion(BRAO)


 Branch retinal vein occlusion(BRVO)
 Central retinal vein occlusion(CRVO)
 vitreus hemorrhage and tractional retinal detachment.

RETINOPATI DIABETIK

Retinopati termasuk salah satu komplikasi mikrovaskuler dari DM. Bisa ditemukan
sebelum DM-nya sendiri. Retinopati diabetic dapat diklasifikasikan menjadi tipe proliperatif,
nonproliperatif, dan edema macular karena diabetes.

Pembagian tipe nonproliperatif:

1. Tipe nonproliperatif ringan, ditandai dengan 1 mikroaneurisma


2. Tipe nonproliperatif sedang, ditandai dengan mikroaneurisma luas, perdarahan
intraretinal (flame-shaped hemorrhage), permukaan vena yang tidak rata (venous
beading). Dapat ditemukan cotton wool spots.
3. Tipe nonproliperatif berat, ditandai dengan adanya cotton wool, venous beading,
dan abnormalitas mikrovaskuler intraretinal. Yang membedakan berat dan sedang
adalah adanya perdarahan intraretinal di ke-4 kuadran, venous beading di 2
kuadran, atau abnormalitas mikrovaskuler intraretinal di 1 kuadran.

Yang membedakan tipe proliperatif dan nonproliperatif adalah adanya neovaskularisasi pada
retina atau adanya perdarahan vitreous.

1. Tipe proliperatif dini, ditandai dengan terlihatnya pembuluh darah baru pada
optic disc atau di retina sekitarnya.
2. Tipe proliperatif lanjut, ditandai dengan ditemukannya 1/3 zkondisi berikut:
a. Terlihat neovaskuler optic disc, >1/3 diameter optic disc
b. Adanya neovaskuler optic disc yang berkaitan langsung dengan perdarahan
vitreous
c. Adanya neovaskuler di retina >1/2 diameter optic disc dan berkaitan
langsung dengan perdarahan vitreous.

Keluhan pasien sama antara retinopati diabetic dan hipertensif, umumnya adalah scotoma
sentralis yang didahului buta senja karena gangguan fungsi macula.

Tatalaksana bergantung pada tipenya

1. Untuk tipe nonproliperatif berat, ada baiknya terapi diberikan sebelum penyakit
berkembang menjadi proliperatif
2. Untuk edema macular, cukup dimonitor ketat tanpa terapi laser fotokoagulasi; kecuali
jika sudah cukup besar. Edema fokal memerlukan terapi laser fokal dan edema difus
memerlukan laser grid. Unruk edema macular sering dipakai laser argon
3. Untuk tipe proliperatif, neovaskularisasi dapat dicegah dengan injeksi triamsinolon
atau anti-VEGF (penghambat pembentukan pembuluh darah baru) secara intravitreal
(khususnya yang sudah perdarahan intravitreal). Setelah itu, dilakukan fotokoagulasi
laser panretinal (PRP). Tindakan lanjutan dapat dilakukan vitrektomi.

Pencegahan dilakukan dengan mengendalikan hiperglikemia, hipertensi, dan


hiperkolesterolemia.

Anda mungkin juga menyukai