Anda di halaman 1dari 17

CORPORATE GOVERNANCE & ETIKA

PT KALTIM PRIMA COAL & PT GUDANG GARAM

PATRICIA IKA PRATIWI 12030117420088


MILA MINKHATUL MAULA 12030117420073
KASUS PT KALTIM PRIMA COAL
Profil Perusahaan
• PT Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang pertambangan dan pemasaran
batubara untuk pelanggan industri baik pasar ekspor maupun
domestik. Tahun 1982 PT Kaltim Prima Coal (KPC) didirikan di
Indonesia dengan masing-masing British Petroluem (BP) dan
Conzinc Rio Rinto of Australia (CRA) 50% memegang saham.
KPC lisensi untuk melakukan eksplorasi dan pertambangan
batubara berdasarkan Kontrak Karya Batubara (Kontrak
Karya) dengan HPH seluas 90.706 ha.
LATAR BELAKANG KASUS

• Dalam kurun waktu enam tahun (sampai 2009) di keseluruhan


kabupaten di Kalimantan telah terbit 2.047 kuasa
pertambangan dan diperkirakan mengokupasi lahan seluas
4,09 juta hektar.
• Permasalahan timbul saat masyarakat dan pemerintah
kabupaten merasa belum merasakan hasil dari program CSR
yang dilakukan oleh KPC. Selama sekian puluh tahun
beroperasi di bawah pemerintahan kabupaten terkait, PT
Bumi Resources membeli KPC pada tahun 2003.
• PT Bumi Resources juga berjanji mengucurkan CSR sekira Rp 50 miliar
per tahun. Namun, menurut pihak masyarakat dan pemerintah
daerah setempat pengelolaannya dinilai tidak transparan dan
ditangani sendiri oleh KPC. Forum Multi Stakeholder Coorporate
Social Responsibility (Forum MSH- CSR) mengatakan bahwa dana
yang mereka kelola belum maksimal dan masih di bawah dana yang
dijanjikan. Misalnya saja CSR tahun 2009 untuk Kecamatan
Bengalon.
• Namun, di sisi lain pihak KPC menyanggah hal tersebut dengan
berdalih bahwa dana yang dikucurkan harus melalui prosedur yang
sesuai dengan kelengkapan dokumen dan progress report pada tiap-
tiap proyek. Akhirnya, masyarakat menuntut adanya transparansi
dan pertemuan rutin antara pihak KPC dengan Forum MSH-CSR
agar permasalahannya bisa didiskusikan bersama untuk dicari
solusinya.
ANALISIS BERDASARKAN PRINSIP GOOD
CORPORATE GOVERNANCE YANG DILANGGAR
PT KALTIM PRIMA COAL

• Transparency
• Dalam kasus PT Kaltim Prima Coal dari dana CSR yang sudah ditentukan
oleh perusahaan batu bara ini yaitu Rp 1,1 miliar, sedangkan yang sampai
ke rakyat hanya Rp 400 juta. Dana sejumlah Rp 690 juta diberikan ke
instansi vertikal. Adapun informasi pembagian dana untuk ke masyarakat,
hanya diketahui oleh satu pihak yaitu PT Kaltim Prima Coal, yang bebas
menentukan besaran dana yang akan diturunkan ke masyarakat tanpa
memberitahu detail persentase dana untuk masyarakat disekitar lingkungan
bisnis dan perhitungan-perhitungan lainnya yang mendukung dana CSR untuk
masyarakat.
• Responsibility
• PT Kaltim Prima Coal sejak tahun 2010 mulai melepas tanggung
jawabnya kepada lingkungan sekitar perusahaan, dimana
seharusnya PT Kaltim Prima Coal membayar biaya perawatan
lingkungan perusahaan kepada kepala daerah setempat sesuai
dengan kontrak yang sudah dijanjikan, namun realisasinya justru
dana yang seharusnya diberikan sepenuhnya kepada masyarakat,
hanya 40% saja yang sampai ke tangan masyarakat, tidak sesuai
dengan data yang disebarkan oleh Forum MSH-CSR.
• Fairness
• PT Kaltim Prima Coal harus memperlakukan secara adil seluruh
golongan yang memiliki andil dalam kesuksesan perusahaan, baik
yang internal maupun eksternal, tanpa mementingkan golongan
tertentu. Walaupun masyarakat sekitar tidak berperan langsung
untuk kemajuan Kaltim Prima Coal, namun perusahaan memiliki
tanggung jawab untuk merawat lingkungan sekitar bisnis, karena
tanpa persetujuan masyarakat daerah lokasi perusahaan,
perusahaan bisa saja ditutup karena dianggap merugikan
masyarakat dan tidak memelihara lingkungan perusahaan.
• Banyak manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan tanggunggjawab
sosial perusahaan, baik bagi perusahaan sendiri, bagi masyarakat,
pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya. CSR dapat
dilaksanakan melalui 3 tahapan, yaitu: assessment, plan of treatment,
dan treatment action.
• Cara investor institusional untuk berperan serta dalam mendorong
penerapan GCG adalah dengan investasi yang bertanggung jawab
dengan membuat kebijakan hanya akan melakukan penempatan
investasi pada perusahaan-perusahaan yang menerapkan GCG, dan
tentu secara konsisten menerapkan kebijakan tersebut dalam melakukan
investasi.
MANAGEMENT RISK
STUDI KASUS: PT GUDANG GARAM, TBK

• Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu


PT Gudang Garam sempat menjadi perusahaan yang
juga mendapat dampak dari pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang melanda
Indonesia, seperti berita yang dilansir oleh liputan6.com
berikut ini.
DAMPAK PELEMAHAN RUPIAH MULAI TERASA KE EMITEN

• Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari


terakhir mempengaruhi laba-laba perusahaan yang
sudah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
• laba bersih perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
juga megalami penurunan hingga 0,9%. Laba PT Bakrie
Telekomunikasi Tbk (BTEL) juga mengalami penurunan
hingga 5,9% dan laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk
(GJTL) mengalami penurunan 5,9%.
• PT Gudang Garam karena perusahaan membutuhkan
bahan baku utama berupa tembakau dan cengkeh yang
berkualitas untuk produk mereka, sementara kualitas
panen tembakau dan cengkeh lokal yang menjadi bahan
baku utama tersebut sangatlah bergantung pada cuaca,
faktor cuaca yang kini sering tidak menentu
mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua bahan
baku tersebut. Sehingga perusahaan terpaksa harus
mengimpor persediaan bahan baku mereka dari luar
negeri agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap
terjaga. Inilah yang menyebabkan menurunnya
pendapatan dan laba bersih perusahaan.
Penurunan pendapatan dan laba bersih Gudang Garam dapat
disebabkkan juga oleh aturan pemerintah, karena sebelumnya
industri rokok diberatkan dengan aturan pemerintah yaitu
regulasi mengenai rokok, PP Nomor 109 tentang Pengamanan
Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa
Tembakau bagi kesehatan yang dikeluarkan pemerintah tahun
2012 kemarin yang mengacu pada Framework Convention on
Tobacco Control (FCTC) yang dicanangkan oleh WHO pada
tahun 2003, salah satu aturannya yang berupa kenaikan bea
pita cukai yang secara terus menerus dan juga kewajiban
menampilkan gambar - gambar seram dari bahayanya rokok
pada kemasan dan iklan rokok.
• Serta kewajiban perusahaan menampilkan gambar-
gambar dari bahaya dan dampak negatif rokok pada
kemasan serta iklan produk secara tidak langsung akan
mengurangi minat para konsumen untuk merokok, hal ini
tentu saja akan menurunkan penjualan rokok, termasuk
rokok Gudang Garam itu sendiri, dan dampak lainnya
dari ketatnya aturan pemerintah dalam industri rokok
adalah Gudang Garam harus mengurangi dan
menghemat biaya perusahaan yang lainnya.
ANALISIS

• Specific market risk merupakan risiko yang hanya dialami


secara khusus pada sektor atau sebagian bisnis saja
tanpa bersifat menyeluruh (Agus Sucipto: Manajemen
Risiko). Kasus ini termasuk dalam kebijakan yang
diberlakukan pada sektor Industri, yaitu rokok.
• Sesuaidengan pembahasan studi kasus diatas,
PT Gudang Garam ikut merasakan dampak dari
penurunan nilai tukar rupiah yang berakibat
menurunnya laba bersih perusahaan yang akan
berdampak pada membagian deviden kepada
para pemegang saham, serta peraturan
pemerintah yang dapat menurunkan penjualan
produk serta pendapatan perusahaan.
Salah satu cara yang dilakukan oleh PT Gudang Garam
untuk menanggulangi risiko tersebut adalah dengan
melakukan kebijakan penawaran pensiun dini kepada
para karyawannya terutama karyawan borongan
sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan
alasan untuk mengantisipasi dampak buruk yang akan
terjadi pada perusahaan dimasa mendatang akibat
bertambah ketatnya peraturan industri rokok yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. PT Gudang Garam tidak
mampu memenuhi kepentingan para stakeholder.
TERIMAKASIH ……. 

Anda mungkin juga menyukai