1. Kesatuan (unity)
2. Kerumitan (complexity)
3. Kesungguhan (intensity)
Rumah Adat Bali (Gapura Candi Bentar)
Rumah Gapura Candi Bentar sejatinya merujuk pada bangunan gapura yang menjadi
gerbang rumah-rumah adat Bali.
Selain Gapura Candi Bentar, terdapat rumah adat berupa kawasan berbentuk segi empat.
Di dalamnya terdapat beberapa bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Bangunan
dikelilingi oleh tembok besar yang memisahkan lingkungan dalam dengan lingkungan luar
rumah.
Rumah Adat Bali
Kesatuan dapat dilihat dari bagian-bagian atau elemen bangunan satu sama lain saling
menguatkan, dan memiliki bentuk dasar yang serupa. Sehingga ketika digabung
menjadi Candi Bentar, kesatuannya saangat kental terasa.
Pada Rumah Adat Bali memiliki beberapa macam fungsi bangunan didalam satu
kompleknya.
1.Bangunan suci
(Sanggah/Sanggar/Merajan/Penugun Karang)
2. Bale Meten/Bale Daja
3.Bale Delod
4. Bale Dangin/Bale Gede
5.Bale Dauh/Loji
6.Lumbung (Jineng)
7.Dapur (paon)
8.Pengaling-aling
9.Candi Bentar/Angkul-angkul/Gapura
Titik
Bentuk bangunan Bale Gede adalah segi empat ataupun persegipanjang dan dapat menggunakan
saka/tiang yang terbuat dari kayu berjumlah 6 (sakenem), 8(sakutus/astasari), 9(sangasari), 12 (saka
roras/Bale Gede).
Organisasi
secara keseluruhan bangunan memiliki bentuk dasar yang sama dan tersusun dengan pembagian garis (grid). fungsi dari ruang dibedakan
ke dalam masing-masing bangunan yang saling mendukung satu sama lain dan penataan yang teratur pada lahan membuat fungsi
tersebut saling terhubung.
Warna
Warna pada bangunan Bale Gede berasal
dari warna asli material.
Sirkulasi
Desain pola sirkulasi pada rumah tinggal tradisional Bali adalah dari pintu
masuk/angkulangkul menuju dapur (paon), yang memiliki makna sebagai
tempat untuk membersihkan segala hal buruk yang terbawa dari luar
rumah, kemudian baru dapat memasuki bangunan-bangunan lainnya,
seperti ke Bale Dauh, Bale Gede/Dangin, Meten/Gedong dan bangunan
lainnya. Sedangkan pola religiusnya dimulai dari Sanggah/Merajan, baru
kemudian ke Bale Meten/Bale Daja, Bale Gede/dangin, Bale Dauh, Paon,
Jineng, Penunggun Karang, Angkul-angkul dan bangunan tambahan
lainnya. Proses aktivitas yang dimulai dari tempat suci ini dilakukan pada
saat upacara secara tradisional Bali
Proporsi
Konsep Tri Mandala (nista, madya dan utama mandala) dan Tri Hira Karana. Semua ini bersumber dari lontar Asta Kosala-
Kosali dan Asta Gumi. Penjabaran ajaran Tri Hita Karana dan kaitannya dengan konsep Tri Mandala adalah hubungan
manusia dengan Tuhannya yang aktivitasnya dilakukan di utama mandala, hubungan manusia dengan sesamanya dilakukan
di madya mandala danmanusia dengan alam lingkungannya dilakukan di nista mandala.
3. Kesungguhan (intensity)