Anda di halaman 1dari 27

TRAVEL CROP DESIGN

Digital Nomad Guide:


The better way to enjoy your world as a nomad

KELOMPOK I
- NUR ROHMAN (1770121032)
- NANANG S.K (1770121033)
- DENY F (1770121036)
- IRFAN MAULANA R (1770121040) DOSEN : Ir. SISWARINI. MT

UNIVERSITAS
KRISNADWIPAYANA
RUMAH BALI
Arsitektur tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang yang mewadahi kehidupan masyarakat
Bali yang telah berkembang secara turun menurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari
zaman dahulu hingga sekarang. Arsitektur Bali adalah gaya arsitektur vernacular yang didesain
menggunakan bahan-bahan lokal untuk membangun bangunan, struktur, dan rumah-rumah, serta
mencerminkan tradisi lokal.

Arsitektur Bali sangat dipengaruhi oleh tradisi Hindu Bali, serta unsur Jawa kuno. Bahan yang biasa
digunakan di rumah-rumah dan bangunan Bali antara lain atap jerami, kayu kelapa, bambu, kayu jati,
batu, dan batu bata. Arsitektur Bali memiliki karakteristik menggunakan budaya kuno dan kesenian di
setiap elemen desain.

Cara peribadatan masyarakat Bali (Sumber: matthewwilliamsellis.photoshelter.com)

Masyarakat Bali sangat percaya bahwa dirinya hidup di dunia membawa misi hidup untuk membuat
kebaikan di bumi, dan bila kebaikannya diterima oleh Sang Hyang Widi maka dirinya dapat menyatu
dengan alam semesta dan meninggalkan dunia yang fana untuk moksa menuju nirwana, kemudian
bersatu dengan dewanya untuk selamanya. Itulah yang disebut sebagai dharma.

Saat ini masyarakat desa ubud kelod tetap menjaga ajeg bali dan mentaati awig-awig (peraturan asat)
pada arsitektur bangunan hunian tradisional mereka. Namun, bangunan yang cenderung beragam,
baik ukuran/dimensi maupun bentuknya.
Namun, bila masyarakat Bali membuat suatu kesalahan, ketika mati dia akan melakukan reinkarnasi
untuk membersihkan dosanya kembali sampai kemudian diterima oleh Tuhannya. Inilah konsep
kosmologi Bali yang juga dianut dalam arsitektur Bali. Hal inilah yang mendasarkan arsitektur Bali pada
harmoni dan keselarasan kehidupan.

Tari Kecak, tarian tradisional Bali (Sumber: www.luxuryaccommodationsblog.com)

Arsitektur tradisional Bali tidak terlepas dari keberadaan manuskrip Hindu bernama “Lontar Asta
Kosala Kosali” yang memuat tentang aturan-aturan pembuatan rumah atau puri dan aturan tempat
pembuatan ibadah atau pura. Dalam Asta Kosala Kosali disebutkan bahwa aturan-aturan pembuatan
sebuah rumah harus mengikuti aturan-aturan anatomi tubuh pemilik rumah dengan dibantu sang
undagi sebagai pedande atau orang suci yang mempunyai wewenang membantu pembangunan
rumah atau pura.

Pura Penataran Agung Lempuyang (Sumber: tumblr.com)


Filosofi dari desain arsitektur Bali berpusat pada agama Hindu, organisasi ruang, dan hubungan sosial
yang bersifat komunal. Sebuah rumah atau villa di Bali dibangun dan dirancang dengan 7 filosofi
berikut:

1. Tri Hata Karana - Menciptakan harmoni dan keseimbangan antara 3 unsur kehidupan - atma
atau manusia, angga atau alam, dan khaya atau dewa-dewa.
2. Tri Mandala - aturan pembagian ruang dan zonasi
3. Sanga Mandala - seperangkat aturan pembagian ruang dan zonasi berdasarkan arah
4. Tri Angga - konsep atau hierarki antara alam yang berbeda
5. Tri Loka - mirip dengan Tri Angga tetapi dengan alam yang berbeda
6. Asta Kosala Kosali - 8 pedoman desain arsitektur tentang simbol, kuil, tahapan, dan satuan
pengukuran
7. Arga Segara - axis suci antara gunung dan laut

Kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.kashgar.com.au)

Berdasarkan filosofi tersebut, arsitektur Bali berfokus pada 4 aspek, yaitu:

Sistem ventilasi yang baik. Pada rumah Bali ataupun villa, jendela besar selalu digunakan untuk
sirkulasi udara dan sering dibuat pula ruang di antara atap dan dinding bangunan.

Fondasi yang kokoh. Berdasarkan pada filosofi Tri Loka, tubuh manusia mirip dengan rumah, maka
dibuatlah fondasi dengan dasar yang kuat, seperti kaki bagi manusia, fondasi yang kuat pada sebuah
rumah akan memberikan kekuatan.

Sebuah halaman besar. Berdasarkan konsep yang selaras dengan alam, rumah khas Bali harus
memiliki halaman yang luas untuk berkomunikasi dengan alam sekitarnya.

Tembok penjaga. Tembok tinggi yang melindungi rumah dari pandangan orang luar, memberikan
privasi dan perlindungan dari orang lain, serta untuk menangkal ilmu hitam dan roh-roh jahat agar
tidak masuk ke dalam rumah.
Bali memiliki suatu ciri khas yang berbeda dan kuat. Arsitektur Bali sangat digemari dimana-mana,
hingga ke mancanegara. Walaupun pada beberapa bagian masih terdapat unsur-unsur Hindu Jawa
Kuno, Bali tetap memiliki ciri khasnya tersendiri. Berikut adalah unsur-unsur yang menjadi ciri khas
arsitektur Bali:

Pura
Besakih (Sumber: rumah.mylandsshore.com)

Adanya pura atau kuil umat Hindu.

Masuknya agama Hindu di pulau Bali memberikan dampak yang cukup signifikan, terutama pada gaya
arsitekturnya. Arsitektur Bali secara umum didominasi oleh pengaruh Hindu sejak kedatangan
Majapahit ke pulau ini pada abad 15. Kedatangan Majapahit ini juga meninggalkan kebudayaan
berupa teknik pahatan pada batu yang kemudian difungsikan sebagai patung atau Pura. Seiring
dengan perkembangan zaman, kehadiran patung dan pura kecil begitu melekat dan identik dengan
gaya arsitektur Bali.
Pura Taman Ayun (Sumber: expedia.com.au)

Pada agama Hindu sendiri terdapat konsep Tri loka,

yakni pemisahan eksistensi antara alam para Dewa, alam manusia, dan alam iblis atau roh jahat.
Konsep ini kemudian direfleksikan dari bentuk pura Bali dan menjadikan pura ini sedikit berbeda
dengan pura yang ada di India, negara asal agama Hindu. Mayoritas pura di Bali didesain dengan 3
tingkatan, dimana tingkat tertinggi merepresentasikan tingkat kesakralan dan pemujaan untuk Dewa-
Dewa atau Sang Hyang Widi.

Pura Luhur Batukaru (Sumber: bali.panduanwisata.id)


Adanya pengaruh dari kepercayaan Polytheisme.

Polytheisme atau pemujaan kepada banyak dewa merupakan kebudayaan awal yang eksis di pulau
Bali sebelum kedatangan Hindu ke pulau tersebut. Maka dari itu, di beberapa gaya arsitekturnya masih
dapat kita temui unsur-unsur kebudayaan ini. Orang-orang Bali kerap membangun pura atau rumah
mereka dengan konsep terbuka, terutama untuk hal-hal yang bersifat peribadatan atau pemujaan
kepada dewa-dewa. Bahkan, kita sering melihat dalam satu kompleks pura terdapat lebih dari satu
pura di mana masing-masing pura digunakan untuk memuja Dewa yang berbeda.

Suasana di kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.gusdehousevilla.com)

Untuk bangunan-bangunan yang tidak didesain untuk kegiatan pemujaan, bangunan tersebut
kebanyakan dibuat dari bambu dan material lain yang kental akan nuansa alaminya, seperti batuan-
batuan alam. Hal ini juga dapat dilatar belakangi oleh budaya mereka yang mengharuskan
membangun pura lebih bagus daripada rumah mereka sendiri.
Pura Besakih (Sumber: www.youtube.com)

Orientasi kepada hal sakral.

Gaya arsitektur Bali yang asli tidak dibuat dengan sembarangan, melainkan dengan konsep dan
perhitungan yang matang dan merepresentasikan kesakralan. Tidak hanya pada bangunan pura atau
rumah pribadi, bangunan-bangunan kecil lainnya juga didesain dengan mempertimbangkan konsep
ini
Peta kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: nurvata.wordpress.com)

Struktur rumah tradisional yang kompleks.

Rumah-rumah di Bali cenderung memiliki struktur yang kompleks namun tertata rapi. Rumah-rumah
berasitektur tradisional Bali tidak hanya terdiri atas satu unit stuktur, tapi memiliki sekumpulan
bangunan-bangunan. Tiap bangunan dihuni satu kepala keluarga. Biasanya, mereka yang tinggal di
kompleks ini merupakan keluarga besar dan berasal dari keturunan yang sama. Di sekeliling kompleks
bangunan ini dibangun tembok yang tidak terlalu tinggi, namun cukup memisahkannya dengan dunia
luar.

Rumah khas Bali dipandang sebagai miniatur alam semesta (bhuana agung) yang menjadi tempat
aktivitas manusia (bhuana alit). Rumah adat Bali terbagi menjadi dua bagian yaitu, Gapura Candi
Bentar sebagai rumah adat dan rumah biasa sebagai hunian. Selain itu, letak bangunan, arah, desain,
dimensi pekarangan, konstruksi, dan struktur harus dibuat berdasarkan aturan khusus yang sudah
ditetapkan. Seperti halnya rumah Gadang, dalam pembangunan rumah Bali juga memiliki panduan
pembagian sudut. Sudut utara dan timur dianggap sebagai tempat yang lebih suci dibandingkan
dengan sudut barat dan selatan. Itulah alasan kenapa tempat sembahyang didirikan di sudut utara
dan timur rumah. Namun, kamar mandi, tempat menjemur, dan ruang-ruang lain ditempatkan di
sudut barat dan selatan.
BAL A AA A A A A

AL -AL
BAL A H

BAL A
BAL

A K L-A K L
Dalam pembuatan rumah adat bali biasanya mereka menggunakan jasa arsitektur khusus, yang di
sebut dengan Udagi karena harus berpedoman pada aturan tertentu, sehingga menghasilkan bagian-
bagian rumah yang seragam, yaitu:

1. Angkul-angkul/Gapura
Pintu masuk utama yang salah satunya menuju ke dalam rumah. Fungsinya sama dengan Gapura Candi
Bentar pada pura.

2. Bale Gede
Bangunan ini digunakan untuk tempat upacara adat dan istirahat. Bale dangin berbentuk persegi atau
segi empat tergantung pada jumlah tiangnya.

3. Bale dawuh/Bale tiang sanga


Tempat untuk bekerja, menggelar pertemuan, dan tempat tidur anak laki-laki.

4. Paweregen
Ruang dapur untuk mengolah masakan yang terbagi menjadi 2 area yaitu ruang terbuka dan tempat
penyimpanan makanan serta peralatan dapur.

5. Pamerajan atau pura keluarga


Tempat suci yang biasanya ada di sudut timur laut rumah. Fungsinya sebagai tempat berdoa dan
sembahyang.

6. Bale Sekapat
Serupa dengan gazebo, bagian ini mempunyai 4 tiang untuk paviliun, kamar anak, dan bersantai.
Bangunan ini hanya berbentuk segi empat dengan atap limasan.

7.Bale Meten/Bale Deja


Ruang tidur kepala keluarga, anak gadis, serta pasangan yang baru saja menikah.

8. Jineng
Tempat menyimpan bahan makanan pokok yang terdiri dari 2 lantai. Lantai atas untuk menyimpan
padi kering, sementara lantai bawah ada bale untuk menyimpan padi yang belum kering.

9. Aling-aling
Pembatas antara angkul-angkul dengan pekarangan.
Pada kompleks bangunan ini terdapat satu pura untuk sembahyang, dapur yang digunakan untuk
bersama, area untuk tidur, serta area untuk pertemuan penting atau perjamuan. Untuk tujuan itu,
biasanya pada kompleks bangunan dibangun 2 macam paviliun, yaitu paviliun untuk menerima tamu
serta paviliun khusus untuk upacara adat dan ritual keagamaan.

Suasana di kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.gusdehousevilla.com)

Mirip seperti rumah-rumah tradisional di pulau Jawa, rumah khas Bali dibangun di dalam kompleks
yang dikelilingi oleh dinding lumpur bercat putih atau batu bata, bergantung pada kekayaan dari
pemilik rumah. Kompleks rumah tradisional Bali didominasi oleh paviliun (bale) yang mengelilingi
halaman tengah (natah). Elemen arsitektur lainnya yang ada dalam kompleks rumah ditata sesuai
dengan konsep kesakralan yang ada di Bali dan mata angin.
Pura dalam kompleks rumah (Sumber: commons.wikimedia.org)

Kuil keluarga merupakan area yang paling suci dari keseluruhan kompleks rumah, dan terletak di Timur
Laut (Kaja-Kangin) yang diidentifikasikan sebagai kepala dari kompleks rumah. Kuil keluarga ini selalu
dikurung di dalam tempat suci (Pamerajan). Kuil yang paling penting adalah Kamulan Sanggah, sebuah
kuil yang berisi tiga kompartemen yang didedikasikan untuk trimurti Hindu Brahma, Wisnu dan Siwa.
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN ARSITEKTUR

(DINDING, LANTAI, ORNAMEN, ATAP DAN BUKAAN)

enteng tana liat enteng tana liat Lantai marmer

inding batu

kiran batu

enteng tana liat


intu kayu intu kayu Lantai marmer

KESIMPULAN

Dalam prmbangunan rumah adat bali, bahwa aturan penempatan lahan di Bali diatur dalam kitab suci
Weda yang dikenal dengan Asta Kosala Kosali. Di rancang oleh seorang arsitek yang di sebut Udagi dan
harus bepedoman pada aturan tertentu sehingga menghasilkan bagian – bagian rumah yang seragam.
Sumber:

http://www.theluxurysignature.com

http://architectaria.com

http://www.wacana.co/2011/01/arsitektur-tradisional-bali/

http://ft.uajy.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/3_Sahriyadi_Makna-Budaya.pdf

HTTPS://NOTEPAM.COM/RUMAH-ADAT-BALI/

HTTP://WWW.NERACA.CO.ID/ARTICLE/7147/RUMAH-ADAT-BALI
RUMAH BALI
Arsitektur tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang yang mewadahi kehidupan masyarakat
Bali yang telah berkembang secara turun menurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari
zaman dahulu hingga sekarang. Arsitektur Bali adalah gaya arsitektur vernacular yang didesain
menggunakan bahan-bahan lokal untuk membangun bangunan, struktur, dan rumah-rumah, serta
mencerminkan tradisi lokal.

Arsitektur Bali sangat dipengaruhi oleh tradisi Hindu Bali, serta unsur Jawa kuno. Bahan yang biasa
digunakan di rumah-rumah dan bangunan Bali antara lain atap jerami, kayu kelapa, bambu, kayu jati,
batu, dan batu bata. Arsitektur Bali memiliki karakteristik menggunakan budaya kuno dan kesenian di
setiap elemen desain.

Cara peribadatan masyarakat Bali (Sumber: matthewwilliamsellis.photoshelter.com)

Masyarakat Bali sangat percaya bahwa dirinya hidup di dunia membawa misi hidup untuk membuat
kebaikan di bumi, dan bila kebaikannya diterima oleh Sang Hyang Widi maka dirinya dapat menyatu
dengan alam semesta dan meninggalkan dunia yang fana untuk moksa menuju nirwana, kemudian
bersatu dengan dewanya untuk selamanya. Itulah yang disebut sebagai dharma.

Saat ini masyarakat desa ubud kelod tetap menjaga ajeg bali dan mentaati awig-awig (peraturan asat)
pada arsitektur bangunan hunian tradisional mereka. Namun, bangunan yang cenderung beragam,
baik ukuran/dimensi maupun bentuknya.
Namun, bila masyarakat Bali membuat suatu kesalahan, ketika mati dia akan melakukan reinkarnasi
untuk membersihkan dosanya kembali sampai kemudian diterima oleh Tuhannya. Inilah konsep
kosmologi Bali yang juga dianut dalam arsitektur Bali. Hal inilah yang mendasarkan arsitektur Bali pada
harmoni dan keselarasan kehidupan.

Tari Kecak, tarian tradisional Bali (Sumber: www.luxuryaccommodationsblog.com)

Arsitektur tradisional Bali tidak terlepas dari keberadaan manuskrip Hindu bernama “Lontar Asta
Kosala Kosali” yang memuat tentang aturan-aturan pembuatan rumah atau puri dan aturan tempat
pembuatan ibadah atau pura. Dalam Asta Kosala Kosali disebutkan bahwa aturan-aturan pembuatan
sebuah rumah harus mengikuti aturan-aturan anatomi tubuh pemilik rumah dengan dibantu sang
undagi sebagai pedande atau orang suci yang mempunyai wewenang membantu pembangunan
rumah atau pura.

Pura Penataran Agung Lempuyang (Sumber: tumblr.com)


Filosofi dari desain arsitektur Bali berpusat pada agama Hindu, organisasi ruang, dan hubungan sosial
yang bersifat komunal. Sebuah rumah atau villa di Bali dibangun dan dirancang dengan 7 filosofi
berikut:

1. Tri Hata Karana - Menciptakan harmoni dan keseimbangan antara 3 unsur kehidupan - atma
atau manusia, angga atau alam, dan khaya atau dewa-dewa.
2. Tri Mandala - aturan pembagian ruang dan zonasi
3. Sanga Mandala - seperangkat aturan pembagian ruang dan zonasi berdasarkan arah
4. Tri Angga - konsep atau hierarki antara alam yang berbeda
5. Tri Loka - mirip dengan Tri Angga tetapi dengan alam yang berbeda
6. Asta Kosala Kosali - 8 pedoman desain arsitektur tentang simbol, kuil, tahapan, dan satuan
pengukuran
7. Arga Segara - axis suci antara gunung dan laut

Kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.kashgar.com.au)

Berdasarkan filosofi tersebut, arsitektur Bali berfokus pada 4 aspek, yaitu:

Sistem ventilasi yang baik. Pada rumah Bali ataupun villa, jendela besar selalu digunakan untuk
sirkulasi udara dan sering dibuat pula ruang di antara atap dan dinding bangunan.

Fondasi yang kokoh. Berdasarkan pada filosofi Tri Loka, tubuh manusia mirip dengan rumah, maka
dibuatlah fondasi dengan dasar yang kuat, seperti kaki bagi manusia, fondasi yang kuat pada sebuah
rumah akan memberikan kekuatan.

Sebuah halaman besar. Berdasarkan konsep yang selaras dengan alam, rumah khas Bali harus
memiliki halaman yang luas untuk berkomunikasi dengan alam sekitarnya.

Tembok penjaga. Tembok tinggi yang melindungi rumah dari pandangan orang luar, memberikan
privasi dan perlindungan dari orang lain, serta untuk menangkal ilmu hitam dan roh-roh jahat agar
tidak masuk ke dalam rumah.
Bali memiliki suatu ciri khas yang berbeda dan kuat. Arsitektur Bali sangat digemari dimana-mana,
hingga ke mancanegara. Walaupun pada beberapa bagian masih terdapat unsur-unsur Hindu Jawa
Kuno, Bali tetap memiliki ciri khasnya tersendiri. Berikut adalah unsur-unsur yang menjadi ciri khas
arsitektur Bali:

Pura
Besakih (Sumber: rumah.mylandsshore.com)

Adanya pura atau kuil umat Hindu.

Masuknya agama Hindu di pulau Bali memberikan dampak yang cukup signifikan, terutama pada gaya
arsitekturnya. Arsitektur Bali secara umum didominasi oleh pengaruh Hindu sejak kedatangan
Majapahit ke pulau ini pada abad 15. Kedatangan Majapahit ini juga meninggalkan kebudayaan
berupa teknik pahatan pada batu yang kemudian difungsikan sebagai patung atau Pura. Seiring
dengan perkembangan zaman, kehadiran patung dan pura kecil begitu melekat dan identik dengan
gaya arsitektur Bali.
Pura Taman Ayun (Sumber: expedia.com.au)

Pada agama Hindu sendiri terdapat konsep Tri loka,

yakni pemisahan eksistensi antara alam para Dewa, alam manusia, dan alam iblis atau roh jahat.
Konsep ini kemudian direfleksikan dari bentuk pura Bali dan menjadikan pura ini sedikit berbeda
dengan pura yang ada di India, negara asal agama Hindu. Mayoritas pura di Bali didesain dengan 3
tingkatan, dimana tingkat tertinggi merepresentasikan tingkat kesakralan dan pemujaan untuk Dewa-
Dewa atau Sang Hyang Widi.

Pura Luhur Batukaru (Sumber: bali.panduanwisata.id)


Adanya pengaruh dari kepercayaan Polytheisme.

Polytheisme atau pemujaan kepada banyak dewa merupakan kebudayaan awal yang eksis di pulau
Bali sebelum kedatangan Hindu ke pulau tersebut. Maka dari itu, di beberapa gaya arsitekturnya masih
dapat kita temui unsur-unsur kebudayaan ini. Orang-orang Bali kerap membangun pura atau rumah
mereka dengan konsep terbuka, terutama untuk hal-hal yang bersifat peribadatan atau pemujaan
kepada dewa-dewa. Bahkan, kita sering melihat dalam satu kompleks pura terdapat lebih dari satu
pura di mana masing-masing pura digunakan untuk memuja Dewa yang berbeda.

Suasana di kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.gusdehousevilla.com)

Untuk bangunan-bangunan yang tidak didesain untuk kegiatan pemujaan, bangunan tersebut
kebanyakan dibuat dari bambu dan material lain yang kental akan nuansa alaminya, seperti batuan-
batuan alam. Hal ini juga dapat dilatar belakangi oleh budaya mereka yang mengharuskan
membangun pura lebih bagus daripada rumah mereka sendiri.
Pura Besakih (Sumber: www.youtube.com)

Orientasi kepada hal sakral.

Gaya arsitektur Bali yang asli tidak dibuat dengan sembarangan, melainkan dengan konsep dan
perhitungan yang matang dan merepresentasikan kesakralan. Tidak hanya pada bangunan pura atau
rumah pribadi, bangunan-bangunan kecil lainnya juga didesain dengan mempertimbangkan konsep
ini
Peta kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: nurvata.wordpress.com)

Struktur rumah tradisional yang kompleks.

Rumah-rumah di Bali cenderung memiliki struktur yang kompleks namun tertata rapi. Rumah-rumah
berasitektur tradisional Bali tidak hanya terdiri atas satu unit stuktur, tapi memiliki sekumpulan
bangunan-bangunan. Tiap bangunan dihuni satu kepala keluarga. Biasanya, mereka yang tinggal di
kompleks ini merupakan keluarga besar dan berasal dari keturunan yang sama. Di sekeliling kompleks
bangunan ini dibangun tembok yang tidak terlalu tinggi, namun cukup memisahkannya dengan dunia
luar.

Rumah khas Bali dipandang sebagai miniatur alam semesta (bhuana agung) yang menjadi tempat
aktivitas manusia (bhuana alit). Rumah adat Bali terbagi menjadi dua bagian yaitu, Gapura Candi
Bentar sebagai rumah adat dan rumah biasa sebagai hunian. Selain itu, letak bangunan, arah, desain,
dimensi pekarangan, konstruksi, dan struktur harus dibuat berdasarkan aturan khusus yang sudah
ditetapkan. Seperti halnya rumah Gadang, dalam pembangunan rumah Bali juga memiliki panduan
pembagian sudut. Sudut utara dan timur dianggap sebagai tempat yang lebih suci dibandingkan
dengan sudut barat dan selatan. Itulah alasan kenapa tempat sembahyang didirikan di sudut utara
dan timur rumah. Namun, kamar mandi, tempat menjemur, dan ruang-ruang lain ditempatkan di
sudut barat dan selatan.
BAL A AA A A A A

AL -AL
BAL A H

BAL A
BAL

A K L-A K L
Dalam pembuatan rumah adat bali biasanya mereka menggunakan jasa arsitektur khusus, yang di
sebut dengan Udagi karena harus berpedoman pada aturan tertentu, sehingga menghasilkan bagian-
bagian rumah yang seragam, yaitu:

1. Angkul-angkul/Gapura
Pintu masuk utama yang salah satunya menuju ke dalam rumah. Fungsinya sama dengan Gapura Candi
Bentar pada pura.

2. Bale Gede
Bangunan ini digunakan untuk tempat upacara adat dan istirahat. Bale dangin berbentuk persegi atau
segi empat tergantung pada jumlah tiangnya.

3. Bale dawuh/Bale tiang sanga


Tempat untuk bekerja, menggelar pertemuan, dan tempat tidur anak laki-laki.

4. Paweregen
Ruang dapur untuk mengolah masakan yang terbagi menjadi 2 area yaitu ruang terbuka dan tempat
penyimpanan makanan serta peralatan dapur.

5. Pamerajan atau pura keluarga


Tempat suci yang biasanya ada di sudut timur laut rumah. Fungsinya sebagai tempat berdoa dan
sembahyang.

6. Bale Sekapat
Serupa dengan gazebo, bagian ini mempunyai 4 tiang untuk paviliun, kamar anak, dan bersantai.
Bangunan ini hanya berbentuk segi empat dengan atap limasan.

7.Bale Meten/Bale Deja


Ruang tidur kepala keluarga, anak gadis, serta pasangan yang baru saja menikah.

8. Jineng
Tempat menyimpan bahan makanan pokok yang terdiri dari 2 lantai. Lantai atas untuk menyimpan
padi kering, sementara lantai bawah ada bale untuk menyimpan padi yang belum kering.

9. Aling-aling
Pembatas antara angkul-angkul dengan pekarangan.
Pada kompleks bangunan ini terdapat satu pura untuk sembahyang, dapur yang digunakan untuk
bersama, area untuk tidur, serta area untuk pertemuan penting atau perjamuan. Untuk tujuan itu,
biasanya pada kompleks bangunan dibangun 2 macam paviliun, yaitu paviliun untuk menerima tamu
serta paviliun khusus untuk upacara adat dan ritual keagamaan.

Suasana di kompleks rumah tradisional Bali (Sumber: www.gusdehousevilla.com)

Mirip seperti rumah-rumah tradisional di pulau Jawa, rumah khas Bali dibangun di dalam kompleks
yang dikelilingi oleh dinding lumpur bercat putih atau batu bata, bergantung pada kekayaan dari
pemilik rumah. Kompleks rumah tradisional Bali didominasi oleh paviliun (bale) yang mengelilingi
halaman tengah (natah). Elemen arsitektur lainnya yang ada dalam kompleks rumah ditata sesuai
dengan konsep kesakralan yang ada di Bali dan mata angin.
Pura dalam kompleks rumah (Sumber: commons.wikimedia.org)

Kuil keluarga merupakan area yang paling suci dari keseluruhan kompleks rumah, dan terletak di Timur
Laut (Kaja-Kangin) yang diidentifikasikan sebagai kepala dari kompleks rumah. Kuil keluarga ini selalu
dikurung di dalam tempat suci (Pamerajan). Kuil yang paling penting adalah Kamulan Sanggah, sebuah
kuil yang berisi tiga kompartemen yang didedikasikan untuk trimurti Hindu Brahma, Wisnu dan Siwa.
ANALISIS ELEMEN-ELEMEN ARSITEKTUR

(DINDING, LANTAI, ORNAMEN, ATAP DAN BUKAAN)

enteng tana liat enteng tana liat Lantai marmer

inding batu

kiran batu

enteng tana liat


intu kayu intu kayu Lantai marmer

KESIMPULAN

Dalam prmbangunan rumah adat bali, bahwa aturan penempatan lahan di Bali diatur dalam kitab suci
Weda yang dikenal dengan Asta Kosala Kosali. Di rancang oleh seorang arsitek yang di sebut Udagi dan
harus bepedoman pada aturan tertentu sehingga menghasilkan bagian – bagian rumah yang seragam.
Sumber:

http://www.theluxurysignature.com

http://architectaria.com

http://www.wacana.co/2011/01/arsitektur-tradisional-bali/

http://ft.uajy.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/3_Sahriyadi_Makna-Budaya.pdf

HTTPS://NOTEPAM.COM/RUMAH-ADAT-BALI/

HTTP://WWW.NERACA.CO.ID/ARTICLE/7147/RUMAH-ADAT-BALI

Anda mungkin juga menyukai