Anda di halaman 1dari 18

Bencana dapat Memicu Gangguan Jiwa

Nama: Puteri Nabella


Nim: 112017160
Pembimbing: dr. Evalina, Sp.KJ
Pendahuluan
 Indonesia merupakan negara dengan berncana
cukup banyak
 Indonesia termasuk ring of fire
 Di Indonesia jumlah psikiater di Indonesia ada
kurang lebih 500 orang, 75% dari jumlah tersebut
bekerja dan tinggal di Pulau Jawa, dan sebagian
besar (80%) berdiam di ibukota Jakarta
Epidemiologi
 Prevalensi seumur hidup PTSD diperkirakan
sekitar 8 persen populasi umum walaupun
tambahan 5 hingga 15 persen
 Prevalensi seumur hidup secara bermakna pada
perempuan lebih tinggi. Gangguan ini lebih
cenderung terjadi pada dewasa muda,orang lajang,
bercerai, janda, menarik diri secara sosial, atau
tingkat sosioekonomi rendah
Definisi
National Institute of Mental Health (NIMH) Dalam Diagnostic and Statistical Manual of
mendefinisikan gangguan berupa kecemasan Mental Disorders (DSM-IV-TR), PTSD
yang timbul setelah seseorang mengalami didefinisikan sebagai suatu kejadian atau
peristiwa yang mengancam keselamatan jiwa beberapa kejadian trauma yang dialami atau
atau fisiknya. Peristiwa trauma ini bisa disaksikan secara langsung oleh seseorang
berupa bencana alam yang menimpa berupa kematian atau ancaman kematian,
manusia, kekerasan, kecelakaan ataupun atau cedera serius, atau ancaman terhadap
perang integritas fisik atas diri seseorang. Kejadian
tersebut harus menciptakan ketakutan yang
ekstrem, horor, atau rasa tidak berdaya.
Etiologi
1. Faktor biologis
 Hal ini berhubungan dengan faktor predisposisi genetik
di mana, seseorang yang memiliki riwayat gangguan
depresi dan gangguan cemas di keluarganya menjadi
faktor predisposisi PTSD setelah anak tersebut terpapar
dengan kejadian traumatik
2. Faktor psikologi
Stresor yang ekstrim secara tipikal menimbulkan emosi
yang negatif.
o Classical conditioning terjadi pada saat seseorang yang
mengalami peristiwa trauma kembali ke tempat
terjadinya trauma.
o Operant conditioning terjadi sebagai hasil dari pengalaman
kejadian trauma yang dialaminya sehingga didapatkan
tingkah laku yang tidak disukai dan tidak akan diulangi.
3. Faktor sosial
Dukungan sosial yang tidak adekuat dari keluarga dan lingkungan
meningkatkan risiko perkembangan PTSD setelah anak mengalami
kejadian traumatik.
Jenis stresor :
1. Bencana alam; banjir, gempa bumi
2. Bencana kecelakaan oleh karena manusia (accidental made-
man disasters)
 Kecelakaan industri
 Kecelakaan mobil
 Kebakaran
3. Bencana oleh karena manusia yang disengaja (deliberate
manmadedisasters)
 Kamp konsentrasi tahanan/tawanan
 Penganiayaan
 Pemboman
Dampak Bencana
 Faktor pra bencana  Faktor bencana
1. Jenis Kelamin 1. Tingkat keterpaparan

2. Usia dan pengalaman 2. Ditinggal mati


hidup 3. Diri sendiri
3. Faktor budaya dan ras 4. Merasakan ancaman
4. Sosial ekonomi 5. Situasi panik dalam
5. Keluarga bencana
6. Tingkat kekuatan  Faktor Post bencana
mental dan kepribadian
Gambaran Klinis
 Mengalami kembali secara involunter peristiwa traumatik
dalam bentuk mimpi atau “bayangan” yang intrusif, yang
menerobos masuk ke dalam kesadaran secara tiba-tiba (kilas
balik atau flash back).

 Hal ini sering dipicu oleh hal-hal yang mengingatkan penderita


akan peristiwa traumatik yang pernah dialami.

 Kelompok gejala lainnya adalah tanda-tanda meningkatnya


keterjagaan berupa anxietas yang hebat, iritabilitas, insomnia,
dan konsentrasi yang buruk
 Pedoman diagnostik gangguan stress pasca trauma menurut PPDGJ III (F 43.1)

yaitu :

 Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu

enam bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang berkisar antara

beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui enam bulan).

Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai

saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu enam bulan, asal manifestasi

klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori ganngguan lainnya.

 Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau

mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali

(flashback)
 Gangguan otonomik, gangguan afek, dan kelainan tingkah

laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak

khas

 Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah

stress yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh

tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F62.0

(perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah

mengalami katastrofa)
Diagnosi Banding
 Gangguan Strees akut (F43.0)

 Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman
stressor luar biasa (Fisik atau Mental) dengan onset dari gejala, biasanya
setelah beberpa menit ata segera setelah kejadian.

 Selain itu ditemukan gejala - gejala:

Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain


gejala permulaan berupa keadaan “terpaku” (daze) semua hal berikut dapat
terlihat: depresi, ansietas, kemarahan, kecewa, over aktif, dan penarikan diri.

Akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi


gambaran klinisnya untuk waktu yang lama
◦ Pada kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stressornya, gejala-gejala
dapat menghilang dengan cepat ( dalam beberapa jam) ; dalam hal
dimana strees menjadi berkelanjutan atau tidak dapat di alihkan gejala-
gejala biasanya baru mereda setelah 24 sampai 48 jam dan biasanya
hampir menghilang setelah 3 hari.

 Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan


mendadak dari gejala-gejala pada individu yang sudah menunjkan
gangguan psikiatrik lainya.

 Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri


memegang peranan dalam trjadinya atau beratnya suatu reaksi
stress akut
Diagnosis Banding
Gangguan penyesuain (F43.2).
 Diagnosis tergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara:
 Bentuk, isi, dan beratnya gejala ;
◦ Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian; dan
◦ Kejadian, situasi yang “stressfull”, atau krisis kehidupan
 Adanya faktor ketiga diatas ( C ) harus jelas dan bukti yang kuat bahwa gangguan
tersebut tidak akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut
 Manifestasi dari gangguan berfariasi, dan mencakup afek depresif, ansietas, campuran
ansietas-depresif, gangguan tingkah laku, disertai adanya disabilitas dalam kegiatan
rutin sehari-hari. Tidak ada satupun dari gejala tersebut yang spesifik mendukung
diagnosis.
 Onset biasanya terjadi dalam satu bulan setelah terjadinya kejadian yang “stressfull”,
dan gejala-gejala biasanya tidak bertahan melebihi 6 bulan, kecuali dalam hal reaksi
depresif berkepanjangan(F43.21)
Faktor Resiko
 Seberapa berat dan dekatnya trauma yang dialaminya.

 Durasi trauma yang dialamiya.

 Banyaknya trauma yang dialami.

 Pelaku kejadian trauma. Semakin dekat hubungan antara pelaku dan korban.

 Kejadian trauma yang sangat interpersonal seperti, perkosaan.

 Jenis kelamin: anak dan remaja perempuan lebih berisiko dibandingkan laki-laki.

 Kondisi sosialekonomi yang rendah.

 Usia : PTSD dapat terjadi pada semua golongan usia tetapi anak-anak dan usia tua (>60
tahun)

 Seseorang yang memiliki gangguan psikiatri lainnya seperti: depresi, fobia sosial, gangguan
kecemasan.
Perjalan Penyakit
 PTSD biasanya timbul beberapa waktu setelah trauma. Penundaan dapat selama 1

minggu atau hingga 30 tahun.

 Gejala dapat fluktuasi dari waktu ke waktu dan menjadi paling intens selama periode

stres. Jika tidak diobati, sekitar 30% pasien akan pulih sempurna.. 40% akan terus

mengalami gejala ringan, sekitar 10% tetap tidak berubah atau bertambah buruk.

Setelah satu tahun, sekitar 50% pasien akan pulih.

 Prognosis yang baik diperkirakan dengan adanya awitan gejala cepat, durasi gejala

singkat (kurang dari 6 bulan), fungsi pramorbid baik, dukungan sosial baik, dan tidak

adanya gangguan psikiatri, medis atau gangguan terkait zat lain atau faktor risiko lain.

 Umumnya orang yang sangat muda dan sangat tua lebih memilki kesulitan dengan

peristiwa traumatic daripada orang usia pertengahan


Penatalaksaanya
 Non farmakologi
CBT (terapis membantu untuk merubah
kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu
emosi dan menganggu kegiatan-kegiatan
penderita)

 Farmakologi
SSRI(fluxetin 20 mg)
Beta adrenergic blocking agents (30mg)
Mood stabilizers (carbamazepin 100mg)
Prognosis
 Kira-kira 30% pasien piulih secara lengkap,
40% terus menderita gejala ringan, 20%
terus menderita gejala sedang, dan 10%
tetap tidak berubah atau menjadi buruk
Kesimpulan
 Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan gangguan yang diakibatkan
satu atau lebih kejadian traumatik yang dialami atau disaksikan oleh
seseorang baik ancaman kematian, kematian, cedera fisik yang
mengakibatkan ketakutan ekstrem, horror, rasa tidak berdaya hingga
berdampak mengganggu kualitas hidup individu dan apabila tidak ditangani
dengan benar dapat berlangsung kronis dan berkembang menjadi gangguan
stress pasca trauma yang kompleks dan gangguan kepribadian. Tanda dan
gejala penderita PTSD secara umum dapat dibagi menjadi tiga yakni:
mengalami kembali kejadian trauma, menghindari stimulus, dan gejala
hiperarousal. Pada anak dan remaja gejala dan tanda ini dapat dibagi lagi
menurut kelompok umur.

Anda mungkin juga menyukai