Anda di halaman 1dari 14

HUKUM LEASING

DALAM PANDANGAN ISLAM


KH. YASIN MUTHOHAR
DEFINISI LEASING
Kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa-guna-usaha
dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa-
guna-usaha tanpa hak opsi (Operating Lease)
untuk digunakan oleh Lessee selama jangka
waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala (kep. Menkeu no. 1169/KMK.01/1999
tentang Kegiatan Sewa-Guna-Usaha (Leasing))
MACAM-MACAM LEASING

1. Operating Lease
2. Finance Lease:
Dengan hak opsi
YANG UMUM DILAKUKAN
• Finance Lease dengan hak opsi,
dimana di akhir jangka waktu
leasing pemilikan barang otomatis
berpindah dari Lessor kepada
Lessee.
• Sering dikatakan sebagai kredit atau
jual beli kredit.
KETENTUAN LEASING
(UMUMNYA):
1. Lessor (lembaga pembiayaan) sepakat
mengadakan barang sesuai yang diminta oleh
Lessee (nasabah).
2. Lessor sepakat setelah barang dia beli, dia
sewakan kepada Lessee selama jangka waktu
Leasing.
3. Lessor sepakat bahwa setelah jangka waktu
Leasing dan seluruh angsuran lunas dibayar,
Lessee akan langsung memiliki barang itu.
KETENTUAN LEASING
(UMUMNYA):
4. Selama jangka waktu Leasing sampai seluruh angsuran
lunas, barang itu milik Lessor. Setelah berakhir jangka
waktu leasing dan seluruh angsuran lunas, pemilikan
barang langsung berpindah kepada Lessee.
5. Selama jangka waktu leasing semua resiko ditanggung
Lessee.
6. Barang dijadikan jaminan secara Fidusia untuk transaksi
leasing tersebut.
7. Jika Lessee (fulan) telat mengangsur dikenakan denda
dan ganti kerugian.
8. Jika Lessee tidak meneruskan angsuran maka barang
diambil kembali oleh Lessor, dan angsuran dianggap
biaya sewa.
LEASING  BATIL SECARA SYAR’I
1. Terjadi dua transaksi dalam satu akad
(shafqatayn fî shafqah wâhidah), yaitu akad
ijârah (sewa) dan akad tamlîk (pemindahan
pemilikan) baik dalam bentuk bay’, hibah atau
hadiah.

ُ‫ص ْف ُقَةُ َواحدَة‬


َ ‫ص ْف ُقَت َ ْينُ في‬ ُ ‫نَ َهى َر‬
ُْ ‫س ْو ُُل هللا ع‬
َ ‫َن‬
“Rasulullah Saw telah melarang dua kesepakatan
(akad) dalam satu kesepakatan (akad).
(HR. Ahmad dan al-Bazzar)
• As-Sarakhsi (penganut mazhab Hanafi): Bahwa
melakukan transaksi jual-beli dengan ijarah
(kontrak jasa) dalam satu akad juga termasuk
larangan dalam hadits tersebut.
• Sebagaimana jual-beli dan ijarah dalam satu
kesatuan akad dilarang, maka jual-beli dan
samsarah dalam satu kesatuan akad juga dilarang.
Karena masing-masing adalah akad yang terpisah,
dimana satu dengan yang lain tidak terkait, dan
tidak menjadi tuntutan yang diharuskan oleh akad.
(As-Sarahsyi, al-Mabsuth, Dar al-Ma’rifah, Beirut, 1406,
juz XII, hal. 196)
LEASING  BATIL SECARA SYAR’I
2. Akad tamlîk dalam leasing bukan berupa ‘aqd al-
munjaz (akad yang konsekuensinya langsung berlaku
ketika akad tersebut dilangsungkan), tetapi berupa
‘aqd al-mu’allaq (akad yang dikaitkan dengan syarat)
sekaligus ‘aqd al-mudhâf (akad yang dikaitkan dengan
waktu yang akan datang). Secara syar’ie akad tamlîk
harus dalam bentuk ‘aqd al-munjaz.
3. Selama jangka waktu leasing diberlakukan akad ijârah
(sewa), tapi dalam praktek menyalahi ketentuan akad
ijârah yaitu barang yang disewakan sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemiliknya yaitu pihak yang
menyewakan.
LEASING  BATIL SECARA SYAR’I
4. Denda keterlambatan angsuran adalah riba nasiah
(tambahan pembayaran dari debitor kepada kreditor
yang memberikan tambahan waktu karena ketika jatuh
tempo debitor belum mampu membayar utangnya).
5. Uang muka tidak jelas sebagai uang muka sewa atau
uang muka pembelian.
6. Menyalahi ketentuan syariah tentang rahn (agunan):
• Rahn harus dipastikan ada dayn (utang), sementara
dalam leasing ini tidak ada dayn.
• Eksekusi agunan menyalahi ketentuan syariat
tentangnya.
LEASING  BATIL SECARA SYAR’I
7. Sewa menyewa sesuatu yang belum dimiliki oleh
al-Muajjir (Lessor) dan memindahkan pemilikan
sesuatu (secara bay’, hibah atau hadiah) yang
belum dimiliki oleh penjual, pemberi hibah atau
hadiah.
ُُ‫َوالَُبَ ْي ًعُاالَُّف ْي َماُيُ ْملَك‬
“Tidak boleh ada jual beli kecuali dalam
apa-apa yang dimiliki.”
(HR. Abu Dawud dan Ibn Majah)

َ ‫الَُتَب ْعُ َماُلَ ْي‬


ُ‫سُع ْند ََك‬
“Jangan engkau jual sesuatu yang bukan milikmu.”
(HR. Abu Dawud, an-Nasai, Ibn Majah, at-Tirmidzi,
Ahmad dan al-Baihaqi)
KONSEKUENSI AKAD LEASING
YANG BATIL
Tidak pernah terjadi pemindahan
kepemilikan atau manfaat barang
ataupun barang dan manfaatnya
sekaligus dari bank/lembaga
keuangan kepada nasabah.
KONSEKUENSI AKAD LEASING
YANG BATIL
Seluruh tasharruf atas barang
tersebut yang dilakukan oleh
nasabah baik dinaiki, dihibahkan,
dijual, dihadiahkan dan
sebagainya adalah HARAM.
BERLEPAS DIRI DARI LEASING
Jika sudah terlanjur berakad leasing maka
harus segera menghentikan dan
melepaskan diri darinya:
• Barang dikembalikan,
• Dilunasi dengan akad/kesepakatan harga
baru,
• Tidak boleh over kredit atau over
leasing, khususnya kepada muslim.

Anda mungkin juga menyukai