Anda di halaman 1dari 24

NYERI LEHER

DISUSUN OLEH:
Nurul H Maharani
FAA 113 014

PEMBIMBING:
dr. Bambang Supriadi, Sp. S

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Bagian Neurologi RSUD dr. Doris Sylvanus
2019
Nyeri Leher
■ Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas
tulang belakang. merupakan tanda bahwa sendi, otot, atau
bagian lain dari leher terluka, tegang, atau tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
■ Menurut Finkelstein (2012) nyeri leher adalah nyeri ujung
saraf yang terletak di berbagai ligament dan otot leher,
serta sendi unco-vertebral dan lapisan luar diskus (annulus
fibrosus)
Menurut Onset
■ Akut.
Nyeri berlangsung kurang dari 3 sampai 6 bulan atau nyeri yang secara langsung berkaitan
dengan kerusakan jaringan.
■ Kronik
Setidaknya ada dua jenis masalah nyeri kronis yaitu akibat pembangkit nyeri yang dapat
diidentifikasi (misalnya cedera, penyakit diskus degeneratif, stenosis tulang, dan spondilosthesis)
dan nyeri kronis akibat pembangkit nyeri yang tidak dapat diidentifikasi (misalnya cedera yang telah
sembuh, fibromialgia).
■ Neuropatik
Nyeri neuropatik telah diselidiki dan relatif baru. Saraf tertentu terus mengirim pesan rasa
sakit ke otak meskipun tidak ada kerusakan jaringan yang sedang berlangsung. Nyeri neuropatik
dirasakan berupa rasa berat, tajam, pedih, menusuk, terbakar, dingin, dan atau mati rasa,
kesemutan atau kelemahan
■ Penyebab Biomekanik
 Spondilosis servikalis (Axial
Neck Pain, Radikulopati,

Penyebab Mielopati)
 Infeksi

Nyeri  Neoplasma
■ Penyebab Rematik (Rheumatoid
Leher Arthritis)
■ Distonia servikal (Tortikolis
spasmodik)
■ Trauma (Whiplash Associated
Dissorders)
■ Fibromialgia
3 tipe sindrom yaitu:

Spondilosis ■ Sindrom tipe I, servikal radikulopati, adalah


sindrom dengan manifestasi klinis nyeri leher

Servikalis dengan nyeri yang menjalar di ekstermitas atas,


kelemahan, atau mati rasa.
■ sindrom tipe II, servikal mielopati adalah
manifestasi yang dihasilkan dari penurunan ruang
yang tersedia dari kanalis servikalis medulla
kondisi yang diakibatkan oleh spinalis. Sejumlah faktor yang berkontribusi
terhadap tekanan ekstrinsik, termasuk diameter
kerusakan ruas tulang leher dan dari korda spinalis, osteofit penonjolan diskus,
bantalannya, sehingga menekan perubahan dinamik dari diameter kanal, serta
vaskularisasi
saraf tulang belakang dan
■ sindrom tipe III, axial joint pain adalah
menimbulkan gejala umum uncomplicated neck pain dan ketegangan ligamen
berupa nyeri leher, bahu, dan leher. Imerupakan interaksi yang kompleks antara
kepala. ligamen serta faktor yang berhubungan dengan
postur, adaptasi postural dari sumber nyeri lain
Etiologi
■ Penonjolan tulang atau osteofit yang
tumbuh keluar melalui jalur saraf.
■ Penonjolan bagian dari diskus yang
terletak di depan saraf.
■ Herniasi nukleus pulposus melalui
bagian luar annulus.
■ Faktur atau cedera yang menyebabkan
fragmen tulang yang yang
mempersempit atau menekan saluran
saraf
Tanda dan gejala

Tidak selalu menimbulkan gejala, gejala muncul biasanya dikarenakan adanya radikulopati atau
meilopati.
■ Peningkatan refleks lutut dan tendo achiles
■ Nyeri di leher/lengan.
■ Kelemahan lengan,
■ kekakuan tangan
■ Kelemahan kaki
■ Kesulitan berjalan
■ sering jatuh.
■ Urgensi saat kencing
■ inkontinensia uri dan alvi
Pemeriksaan Fisik

■ Peningkatan refleks lutut dan achiles (hiperrefleks) atau


■ kadang-kadang ditemukan penurunan refleks pada lengan.
 Perubahan gaya berjalan seperti kehilangan keseimbangan
 Hilangnya sensitivitas pada tangan atau kaki
 Dapat ditemukan adanya klonus
 Refleks Babinsky dan Hoffman dapat positif
 Rentang gerak atau fleksibilitas leher menurun
Penatalaksanaan Penatalaksanaan
non-operatif operatif
 Terapi fisik dan olahraga biasanya ■ Pembedahan dapat dilakukan pada bagian
anterior atau posterior.
dimulai dengan peregangan untuk
mengembalikan fleksibilitas otot ■ Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan apabila mengambil jalan
leher, tubuh, lengan atau kaki. operasi adalah
 Pemberian NSAID untuk – lokasi kompresi,
mengurangi pembengkakan dan – kualitas tulang,
inflamasi.
– jumlah tingkat diskus yang terlibat dan
 Kortikosteorid disuntikkan ke dalam
– kesehatan secara umum
ruang epidural untuk mengurangi
inflamasi.
 Antidepresan juga mungkin
diberikan apabila obat-obat
analgesik kurang memberi efek.
Whiplash ■ Paling umum disebabkan oleh kecelakaan

Associated kendaraan bermotor dapat pula disebabkan oleh


hal lain seperti menyelam

Disorder (WAD) Terbagi atas 4 kategori


■ Kelas I terdiri dari keluan leher tidak spesifik
seperti nyeri, kaku nyeri tanpa temuan fisik yang
adalah kasus nyeri leher yang objektif.
khusus terjadi akut atau subakut ■ Kelas II keluhan leher disertai tanda yang terbatas
diakibatkan oleh akselerasi dan pada struktur muskuloskeletal.
deselerasi energi pada leher. ■ Kelas III keluhan leher ditambah disertai tanda-
tanda neurologis.
Biasanya melibatkan beberapa
pembangkit nyeri seperti ■ Kelas IV terdiri dari nyeri leher, ditambah fraktur
atau dislokasi.
miofasial, ligamen, diskogenik,
dan facet
Diagnosis ■ Inspeksi
■ Palpasi pada titik nyeri
■ ROM pada fleksi-ekstensi, rotasi dan
lateral fleksi
■ Pemeriksaan neurologis untuk memeriksa
fungsi sensorimotor dan
■ Refleks tendon dari ekstermitas atas dan
bawah
■ Giniometer universal dapat dipakai untuk
mengukur ROM leher
■ atau dengan dinamometer digunakan
untuk mengukur kekuatan otot
Penatalaksanaan ■ Pada WAD kelas II dan III dapat diberikan
analgetik non-opioid dan NSAID untuk
mengurangi nyeri. Diberikan tidak lebih
dari 3 minggu dan perhatikan
kemungkinan efek samping.
■ Analgetik opiod tidak direkomendasikan
 Memberikan pasien latihan mobilitas pada WAD kelas I dan II. Mungkin
umum untuk leher dan tulang belakang. diberikan pada WAD kelas III akut yang
berat. Pada
 Latihan stabilisasi harus dilakukan
dengan target fleksor leher dan ■ WAD kelas IV gunakan metilprednisolon
stabilisasi skapula. dosis tinggi
 Penting pada tahap awal memberitahu
pasien agar beraktivitas seperti biasa.
Rheumatoid Arthritis (RA)

■ Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan


peradangan pada sendi, misalnya: jari-jari tangan, pergelangan tangan, sendi bahu,
sendi lutut, dan panggul termasuk sendi leher. Umumnya selalu simetris, yang
artinya mengenai sendi kanan dan kiri secara bersamaan
Klasifikasi Ranawat untuk RA pada vertebra servikal

Manifestasi Grade I : Tidak ada defisit neurologis

Grade II : Kelemahan, hiperrefleks, disethesia


Klinis Grade III : Kelemahan dan long tract signs
■ Nyeri leher (ambulatory dan quadriparetic non-ambulatory).
■ pasein dengan subluksasi atlanto-axial dapat
merasakan sensasi yang berbunyi selama
ekstensi leher.
■ Kaku
■ krepitasi
■ nyeri pada penggerakan
■ dapat merasakan parestesia pada
ekstermitas atas serta bawah
■ pada vertebra terjadi mielopati akan
menyebabkan kelemahan
■ Subluksasi mungkin menyebabkan oklusi
arteri vertebra dan insufisiensi vascular ke
vertebra, batang otak serta serebellum.
Kelumpuhan saraf kranial, paraplegi
Terapi non-bedah Terapi bedah

■ Diberikan pada pasien dengan defisit


Pengobatan dengan NSAID dan neurologis
disease modifying anti-rhematic
drugs (DMARD). ■ sebagai akibat dari kompresi dan
subluksasi tulang belakang.
Penggunaan collars neck juga
memberikan keuntungan yang besar. ■ Pasien yang mengalami nyeri parah yang
tidak berespon dengan pengobatan
Terapi fisik dengan penguatan
isometric leher serta latihan postural
Fibromialgia

■ Kelainan yang sering ditemui, dicirikan oleh adanya nyeri muskuloskeletal yang
menyebar dengan penyebaran yang simetris, kekakuan, mudah lelah, parestesi, dan
gangguan tidur.

Etiologi
• dapat dipicu oleh
• stres emosional,
• infeksi,
• pembedahan,
• hipotiroidisme,
• trauma.
• kurangnya latihan,
• penggunaan otot secara berlebihan, dan
• perubahan metabolisme otot
Manifestasi
■ nyeri muskuloskeletal yang menyebar, kekakuan,
dan kelelahan. bersifat menyebar dan di-rasakan
selama minimal 3 bulan,
■ parestesi,
■ gangguan tidur
■ Nyeri punggung bawah
■ Nyeri lain dapat meliputi nyeri leher, bahu atas-
belakang, dan nyeri sendi.
■ Nyeri tersebut timbul setelah olahraga ringan, dan
dirasakan seperti nyeri terbakar yang persisten
dan mengganggu, atau nyeri tumpul yang konstan
■ ditemukan kekakuan di pagi hari kemudian
membaik di siang hari atau bertahan sepanjang
hari.
■ kelelahan,
■ mati rasa pada kaki dan tangan,
■ merasa lebih kedinginan daripada orang-orang di
sekitarnya
tender points adalah titik-titik yang dirasakan
lebih nyeri oleh pasien dibandingkan orang lain.
Titiktitik itu disebut
Diagnosis
kriteria ACR:

• Riwayat nyeri yang menyebar

• Nyeri di 11 dari 18 tender points


pada palpasi dengan jari
Penatalaksaanaan Penatalaksaanaan
Non-farmakologis farmakologis

■ mengobati nyeri, salisilat atau obat


antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
■ memperbaiki kualitas tidur, digunakan
trisiklik seperti amitriptilin (10-50 mg),
• aplikasi panas dan dingin ke otot nortriptilin (10-75 mg), dan doksepin (10-
secara bergantian 15-20 menit 25 mg) atau obat lain seperti
diselingi waktu untuk kembali ke suhu siklobenzaprin (10-40 mg), 1-2 jam
normal. sebelum tidur.
• Pemijatan dan peregangan juga dapat
dilakukan

• Terapi lain, misalnya

• modifikasi perilaku, hipnoterapi,


olahraga dan pengaturan stress.
Tortikolis Spasmodik

■ Tortikolis spasmodik adalah kekakuan dari pada otot-otot leher, yang disebabkan
oleh kontraksi klonik atau tonik dari otot-otot servikal pada leher dengan gejala
terjadi kekakuan pada sistem saraf dan terdapatnya histeria.
■ Juga merupakan bentuk dari distonia dengan karakteristik intermitten dan gerakan
involunter dari kepala yang rekuren bersamaan dengan terjadinya kontraksi dari
otot leher

Etiologi Tortikolid Spasmodik


- Hipertiroidisme
- Infeksi sistem saraf
- Diskinesia tardiv (gerakan wajah abnormal akibat obat anti-psikosa)
- Tumor leher
Manifestasi ■ Diagnosis
■ Elektromiografi (EMG) menunjukkan
adanya kontraksi otot yang persisten pada
otot leher termasuk
• Terjadi secara perlahan m.sternokleidomastoideus, m.splenius
capitus dan m.trapezius.
• Pasien sadar

• Kelainan awal adalah tonik

• Perpindahan posisi menyebabkan


klonik

• Perputaran pada kepala diikuti dengan


kontraksi pada otot servikal,
Penatalaksanaan ■ Baklofen dengan dosis tertinggi 120 mg/
hari menunjukkan hasil yang baik
■ Dengan melakukan pelatihan sensorik
• Kasus ringan menunjukkan respon yang baik
terhadap benzodiazepine sama halnya pada ■ Injeksi pada 2 atau lebih otot leher dengan
diazepam 10-40 mg 4 hari. Atau lorazepam 3-6 mg menggunakan toksin botulinum dibawah
selama 4 hari dalam 2-3 kali pemberian. control EMG. Terapi sangat efektif
terhadap gejala yang telah adam selama
• Dosis tinggi diberikan untuk Triheksilpenidil 20-40
beberapa minggu atau bulan. Penggunaan
mg/hari. Biasanya dosis ini diberikan kepada
terapi diatas memiliki efek samping
pasien yang menderita secara kronik.
disfagia. Injeksi diatas dapat diulang bila
• Haloperidol 0,5 mg 2 kali sehari ditingkatkan gejala kembali muncul.
hingga 5 mg selama 4 hari.
■ Stimulasi pada bagian sensorik tertentu
dapat dilakukan pada bagian anatomi
tertentu. Stimulasi dilakukan berulangkali
Daftar Pustaka
1. Anonymous. Neck pain. Arthritis Australia, 2012.
2. Thompson P, Morris D, Saynor M, Hill J. Neck pain, Arthritis Research UK, 2013.
3. Douglas AB, Bope ET. Evaluation and treatment of posterior neck pain in family practice. JABFP 2004; 17: 13-22.
4. Samara D. Nyeri musculoskeletal pada leher pekerja dengan posisi pekerjaan yang statis. Universa Medicina 2007; 26:
137-142.
5. Finkelstein J. Neck and arm painrelated symptoms: cervical disc disease. Department of Surgery University of Toronto,
2012.
6. Tulaar ABM. Nyeri leher dan punggung. Maj Kedokt Indon 2008; 58(5): 169-180.
7. Borenstein D. Neck pain. American College of Rheumatology, 2012.
8. Deardoff WW. Types of back pain: acute pain, chronic pain, and neuropathic pain. Spine-health. Accessed on Desember
2013. Available at : http://www.spine-health.com/conditions/chronic-pain/types-back-painacute-pain-chronic-pain-and-
neuropathic-pain.
9. Childs JD, Cleland JA, Elliot JM, et al. Neck pain: clinical practice guidelines linked to the international classification of
functioning, disability, and health from ortopaedic section of the American physical therapy association. J Orthop Sports
Phys Ther 2008; 38(9): 1-34.
10. Voorhies RM. Cervical spondylosis: recognition, differential diagnosis, and management. The Ochsner Journal 2001; 3: 78-
84.
11. Schaffer J. Cervical stenosis & myelopathy. North American Spine Society Public Education Series, 2006.
12. Carette S, Phil M, Fehlings MG. Cervical radiculopathy. N Eng J Med 2005; 353: 392-399.
13. Neal SL, Fields KB. Peripheral nerve entrapment and injury in the upper extremity. Am Fam Physician 2010; 81(2): 147-
155.
14. Bidese T, Buckley S, Cameron I, et al. Guidelines for the management of whiplash-associated disorders. Motor Accidents
Authority, 2001.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai