Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN

KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN
TUMOR OTAK

SYAHRIR
ANATOMI FISIOLOGI
ANATOMI OTAK
– Otak → jaringan yg konsistensinya
kenyal dan terletak di dlm ruangan
tertutup oleh tulang(cranium)
yang tidak dapat bertambah
volumenya,terutama pada orang
dewasa.
– Otak terdiri dari 4 bagian besar:
Cerebrum,Cerebelum, brain
stem(batang otak), dan
diensefalon.
Nervus cranialis
Otak mempunyai beberapa komponen sel yaitu:

1. Neuron→sel fungsional pd sistem saraf. Bekerja dg


cara menghasilkan potensial aksi,u/ memindahkan
informasi,fungsi kendali dan koordinasi tubuh.

2. Sel glia →f/untuk menyangga dan dukungan


metabolik terhadap neuron.
ada 4 macam: - Astrosit
- oligodendrosit
- sel ependim
- sel sechwan
Pengertian
– Tumor otak yaitu pertumbuhan jaringan abnormal di dalam otak
yang menyerang otak manusia,sehingga tumor otak dapat
mengganggu fungsi organ tubuh lain bahkan dapat menyebabkan
kematian.
– Tumor otak dapat bersifat benigna dan maligna
– Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut
tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain
(metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan
lain-lain disebut tumor otak sekunder.
ETIOLOGI

– TIDAK DIKETAHUI SECARA PASTI


– RISK FAKTOR :
– HEREDITER
– SISA-SISA SEL EMBRIONAL
– RADIASI
– VIRUS
– SUBSTANSI-SUBSTANSI KARSINOGENIK(methylcholanthrone ,nitroso-ethyl-urea)
– TRAUMA
Klasifikasi tumor otak menurut WHO (modifikasi dengan
adaptasi dari Escourolle) menjadi 9 kategori yaitu:
– Tumor jaringan neuroepithel
– Tumor nervus kranial dan splinal
– Tumor meningen
– Neoplasma hematopoietic
– Germ cell tumor
– Kista dan tumor-like lesion
– Tumor regio sellar
– Ekstensi lokal dari tumor regional
– Tumor metastasis
PEMBAGIAN TUMOR MENURUT
ASAL SEL

1. TUMOR OTAK PRIMER : TUMOR YANG


BERASAL DRI JARINGAN OTAK. GLIOMA:
40-50% DARI TUMOR OTAK
2. TUMOR OTAK SKUNDER : METASTASE
PRIMER
 ASTROCYTOMA adalah glioma yang paling umum, sekitar ½ dari seluruh
otak primer dan tumor sumsum tulang belakang. Pada orang dewasa
pada secebrum dan anak-anak dapat terjadi di batang otak, serebrum
dan serebellum.
 GLIOBLASTOMA MULTIFORME, →tumor otak yang tumbuh cepat dan
paling ganas dari tumor glia. Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi
predileksi utamanya adalah lobus frontalis dan sering menyebar ke sisi
kontralateral melalui korpus kalosum.
 EPENDIMOMA
 OLIGODENDROGLIOMA
 MEDULLOBLASTOMA adl tumor cerebellum yg tumbuh sangat cepat
pada bagian bawah blkng otak.
 MENINGIOMA berasal dari sel epitel lapisan meningen
 CRANIOPHARYNGIOMA(tumor epithel jinak) adalah tumor otak yang
terletak di area hipotalamus di atas sella tursica atau bagian
infundibulum.
 TUMOR PITUITARI. 10-15% daripada semua tumor intrakranial.
Kebanyakannya →tumor jinak adenoma.
2. Tumor otak sekunder

→ tumor metastatik yang menyerang wilayah


intracranial dari kanker terutama yang terletak di
organ lainnya.

Tumor otak ini sangat umum dalam fase terminal


dengan kanker metastase yang
tidak dapat tersembuhkan
Jenis tumor otak pada lokasi spesifik
– Tumor pda sistem ventrikel→nyeri kpla,penglihtan kbur,↓kesadarn
– Tumor pada thalamus →adanya gejala peninggian TIK yg disertai gejala
thalamus
– Tumor pda sella tursika→ adenoma,meningioma,epidermoid,dll
– Tumor pada daerah pineal→pling sering pineoloma,gejalanya peningkatan
TIK,Dolls eye test,pubertas prekok dll
– Tumor batang otak→ ↓kesadaran,gguan nervus III,sindrom weber,
– Tumor daerahserebelum→↑TIK menjadi amat prominen.bahaya herniasi
serebral merupakan tindakan operasi yg segera.
– Tumor kongenital→merupakan tumor yg tumbuh dri sisa2 jar embrional.
– Tumor metastase otak→dari tumor
paru,tiroid,payudara,ginjal,kulit,prostat,nasofaring,usus dll.
Patofisiologi
PATHOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
– Perubahan suplai darah akibat tekanan yang
ditimbulkan tumor →nekrosis jar otak.
– Bbrpa tumor membentuk kista→ menekan
parenkim otak sekitarnya →memperberat
gangguan neurologis fokal
– ↑TIK →diakibatkan beberapa faktor (ber+
massa dlm tengkorak, terbentuknya oedema
sekitar tumor dan perubahan
sirkulasi cerebrospinal).
Tanda dan Gejala Umum
– Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila
batuk, membungkuk
– Kejang
– Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial :
Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi
pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
– Perubahan kepribadian
– Gangguan memori
– Gangguan alam perasaan
Tanda dan Gejala Menurut Lokasi
– Lobus frontalis : Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
– Kortek presentalis posterior : Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah
dan jari
– Lobus parasentralis : Kelemahan pada ekstremitas bawah
– Lobus Oksipitalis : Kejang, gangguan penglihatan
– Lobus temporalis : Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan
otot wajah
– Lobus Parietalis : Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan
– Cerebulum : Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia,
hiperekstremitas sendi
– Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan :
depresi, bingung, tingkah laku aneh, sulit memberi
argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis,
ataksia, dan gangguan bicara.
– Trias Klasik ;
– Nyeri kepala
– Papil oedema
– Muntah
Pemeriksaan penunjang
– Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem
ventrikel dan cisterna.
– CT SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
– Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan
neuron.
– MRI: sama dengan CT-Scan dengan atau tanpa menggunakan kontras
– Angiografi cerebral: menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran
jaringan
– Sinar X: mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur), pergeseran struktur
dari
– BAER (Brain Auditory Evoked Respons): menentukan fungsi korteks dan batang otak.
– PET (Position Emission Tomografi): menunjukkan adanya aktivitas metabolisme
pada otak.
– Punksi Lumbal, CSS: dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subarakhnoid.
Penatalaksanaan Medis
a. Operasi
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor.
Pembedahan pada tumor otak bertujuan utama untuk melakukan
dekompresi dengan cara mereduksi efek massa sebagai upaya
menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan
pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan
hipoksik akan terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang
optimal.
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam
penatalaksanaan proses keganasan. Berbagai penelitian klinis telah
membuktikan bahwa modalitas terapi pembedahan akan memberikan hasil
yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi dengan kemoterapi dan
radioterapi.
c. Chemotherapy

Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull


drugs, bisa menggunakan satu atau dikombinasikan.
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk
membunuh sel tumor pada klien. Diberikan secara
oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini
diberikan dalam siklus, satu siklus terdiri dari
treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti
waktu istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai
empat telah lengkap dilakukan, pasien dianjurkan
untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon
terhadap terapi yang dilakukan ataukah tidak.
PROSES KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. Identifikasi faktor resiko paparan dengan radiasi atau bahan –
bahan kimia yang bersifat carcinogenik.
b. Identifikasi tanda dan gejala yang dialami: sakit kepala, muntah
dan penurunan penglihatan atau penglihatan double.
c. Identifikasi adanya perubahan perilaku klien.
d. Observasi adanya hemiparase atau hemiplegi.
e. Perubahan pada sensasi: hyperesthesia, paresthesia.
f. Observasi adanya perubahan sensori: asteregnosis (tidak mampu
merasakan benda tajam), agnosia (tidak mampu mengenal objek
pada umumnya), apraxia (tidak mampu menggunakan alat
dengan baik), agraphia (tidak mampu menulis).
f. Observasi tingkat kesadran dan tanda vital.
g. Observasi keadaan keseimbangan cairan dan elektrolit.
i. Psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi,
diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya perubahan
peran.
j. Laboratorium:
1) Jika tidak ada kontraindikasi: lumbal puncti.
2) Fungsi endokrin
k. Radiografi:
1) CT scan.
2) Electroencephalogram
3) Rontgen paru dan organ lain untuk mencari adanya
metastase.
Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan
oleh tumor.
b. Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.
c. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
ketidakmampuan mengenal informasi
d. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol
terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn,
dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi
e. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi,
penurunan kesadaran, sulit konsentrasi
f. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai
dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
Rencana Tindakan

– Perubahan perfusi jaringan otak b/d kerusakan sirkulasi


akibat penekanan oleh tumor.
Data penunjang: peruabahan tingkat kesadaran, kehilangan
memori, perubahan respon sensorik/motorik, gelisah,
perubahan tanda vital.
Kriteria hasil: Tingkat kesadaran stabil atau ada perbaikan,
tidak adan tanda – tanda peningaktan TIK.
Intervensi & Rasional
1. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan
nilai standar.
R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan
potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan
okasi, perluasan dan perkembangan kerusakan SSP.
2. Pantau tanda vital tiap 4 jam.
R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak
yang stabil. Kehilanagn autoregulasi dapat mengikuti kerusakan
vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh
3. Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-
300.
R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis
dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan
meningkatkan TIK.
4. Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit
dan keadaan membran mukosa.
R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang
terintegrasi dengan perfusi jaringan.
5. Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah,
pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan.
R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan
intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK.
6. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan
keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya.
R/ Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya
penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri ketika pasien
tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara verbal.
– Nyeri b/d peningkatan tekanan intrakranial.

Data penunjang: klien mengatakan nyeri, pucat pada wajah, gelisah,


perilaku tidak terarah/hati – hati, insomnia, perubahan pola tidur.

Kriteria hasil: Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol, klien


menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi & Rasional
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk dan
meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien. Identifikasi
karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu hal yang amat penting
untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi yang
diberikan.
2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan tanda vital.
R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya
serangan.
4. Berikan kompres dingin pada kepala.
R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
– Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d
ketidakmampuan mengenal informasi.

Data penunjang: Klien dan keluarga meminta informasi, ketidakakuratan


mengikuti instruksi, perilaku yang tidak tepat.

Kriteria hasil: Klien/keluarga mengungkapkan pemahaman tentang


kondisi dan pengobatan, memulai perubahan perilaku yang tepat.
Intervensi & Rasional
1. Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui.
R/ Mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan
berkembnag ke arah proses penyembuhan.
2. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor
predisposisi.
R/ Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat
mencegah berulangnya serangan.
3. Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal.
R/ Menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan
dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat
berarti.
4. Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya.
R/ Pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat
dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai