Anda di halaman 1dari 45

CELL SURVIVAL CURVE”


1. Muhammad Rezki (24040115120035)
2. Aqilatul Fitri D.S (24040115120031)
3. Rineta Savira (24040115120042)
4. Natasha Vena Jauhara (24040115120043)
5. Nazil Ainurrafik (24040115120048)
6. Sera Budi Verinda (24040115120049)
CELL SURVIVAL (PERTAHANAN SEL)

Ketahanan sel, atau sebaliknya (kematian sel), dapat berarti hal yang berbeda
dalam konteks yang berbeda. Oleh karena itu, definisi yang tepat sangat penting.

1.) Sel yang berbeda yang tidak berproliferasi, misalnya sel saraf, otot, atau sel
sekretorik, pertahanan sel dapat didefinisikan sebagai hilangnya fungsi spesifik.

2.) Sel yang berproliferasi, seperti sel induk dalam sistem hematopoietik atau epitelium
usus, hilangnya kapasitas untuk proliferasi berkelanjutan yaitu hilangnya integritas
reproduksi adalah definisi yang tepat. Ini kadang-kadang disebut kematian reproduktif.
Kepastian akhir dengan melakukan pengukuran perkembang-biakan sel-sel secara in
vitro
Dosis Relevant

1.) Dosis Relevant 100 Gy

Merusak fungsi sel pada sistem yang tidak berproliferasi. Contoh: pada
sel saraf, otot, dan sel skretorik

2.) Dosis Relevant 2 Gy

Merusak fungsi sel pada sistem yang berproliferasi. Kematian sel


karena kehilangan kapasitas untuk proliferasi berkelanjutan
Pengukuran Perkembang-biakan
Sel-Sel Secara In Vitro
Perkiraan ketahanan suatu sel (Estimating Survival)

Untuk menentukan fraksi sel yang mampu bertahan dengan mengetahui nilai
Platting Efficiency (PE). Platting Efficiency adalah persentase sel (dalam kelompok
kontrol) yang tumbuh menjadi koloni, dengan kata lain sel-sel yang bertahan dari
proses plating. Nilai Platting Efficiency didapatkan dari rumus berikut ini:

Nilai fraksi ketahanan sel dirumuskan sebagai berikut:


Pengukuran Perkembang-biakan
Sel-Sel Secara In Vitro

Keterangan Gambar:

A. 100 biji sel tidak disinari, terhitung ada 70 koloni

B. 2000 biji sel yang disinari, terhitung ada 32 koloni


Pengukuran Perkembang-biakan
Sel-Sel Secara In Vitro

A. Nilai Platting Efficiency (PE)

70
𝑃𝐸 = = 0.7
100

B. Nilai Fraksi Ketahanan Sel (Surviving Fraction)

32
𝑆𝑢𝑟𝑣𝑖𝑣𝑖𝑛𝑔 𝐹𝑟𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = = 0.023
2000 × 0.7
Pengukuran Perkembang-biakan
Sel-Sel Secara In Vitro

• Sel diambil dari sediaan


perkembang-biakan dan
ditempatkan pada piring benih

• Kemudian diradiasi dengan


dosis 0 Gy sampai 6 Gy dan
diatur berjajar hingga 1-2
minggu

• Koloni terhitung untuk data


ketahanan sel
Sensitivitas Sell (Cell Sensitivity)

Sel menunjukkan berbagai


kepekaan (Sensitivitas). Seringkali
terdapat korelasi atau hubungan
yang sangat erat antara
sensitivitas sel dengan apoptosis
(kematian sel yang terprogram).
Kurva disamping adalah kurva
hubungan antara dosis radiasi
(dalam Gy) dengan fraksi
ketahanan sel.
 Pada teori target, setiap sel memiliki satu bagian yang dijadikan
target untuk mewakilkan nilai atau keadaan suatu sel tersebut.
Hal ini dapat dikatakan sebagai inavaction atau dapat juga
disebut sebagai single target. Teori target diperlukan untuk
mengetahui sasaran suatu objek agar mendapatkan informasi
mengenai respon mereka terhadap radiasi.
 Dalam penyinaran, terdapat sel-sel yang mengalami kerusakan
kemudian meregenerasi kembali setelah beberapa hari sesudah
melakukan pengobatan secara bertahap. Sedangkan terdapat
sel-se lain yang rusak dan menyebabkan adanya kematian sel.
Sel-sel yang mengalami kematian tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan probabilitas dengan persamaan:
𝑒 −𝑚 𝑚𝑥
𝑃 𝑥 =
𝑥!
 Dengan (x) merupakan probabilitas sel lethal (kematian sel)
dimana jumlah rata-rata suatu peristiwa kematian sel sama
dengan 𝑚.
• Sedangkan untuk menghitung keberlangsungan hidup sel
didapat pada persamaan :
𝑒 −𝑚 𝑚0
• 𝑆=𝑃 0 = 0!
= 𝑒 −𝑚
• Keberlangsungan hidup sel dapat dipengaruhi oleh banyaknya
dosis yang diberikan. Sehingga didapatkan persaman:
• 𝑆 = 𝑒 −𝑘𝐷
• Karena nilai m merupakan fungsi linear dosis. Dari persamaan
tersebut didapatkan kurva hubungan antara Surviving Fraction
dengan dosis.
• Apabila dosis radiasi yang diberikan lebih besar, maka
kurva akan membentuk garis lurus. Sedangkan
apabila dosis yang diberikan rendah dan dilakukan
perhitungan memakai dosis ambang maka kurva akan
menunjukan kerusakan sublethal atau kerusakan sel
akan tetapi dapat diperbaiki. Keadaan ini masih pada
fase (S) atau keberlangsungan hidup sel.
• Ketika digunakan multi target yang mana target yang
dituju lebih dari dua target dan apabila saat single target
probabilitasnya adalah 0 dengan persamaan:
−𝐷ൗ
• 𝑆 =1−𝑒 𝐷0

• Maka persamaan yang digunakan juga sama akan


tetapi dengan persamaan:
−𝐷ൗ 𝑛
• 𝑆 =1−𝑒 𝐷0
BENTUK KURVA KETAHANAN SEL

 Pada skala log-linear, sel-sel yang


diradiasi dengan radiasi LET
(Linear Energy Transfer) tinggi
adalah linear

 Dengan LET rendah, kurva


umumnya memiliki bahu yang
diikuti oleh penurunan tajam

 Beberapa sel menunjukkan bahu


yang besar dan yang lain tidak ada.
Teori Target

• Untuk menonaktifkan sel, setiap target yang sensitif membutuhkan


“benturan”

• Simple Target Theory: Setiap sel memiliki satu target yang perlu
dibenturkan hanya sekali untuk inaktivasi ( disebut dengan target
tunggal/teori benturan tunggal)
Model multi-target / single-hit

• N (atau n) = nomor ekstrapolasi


• Dq = dosis kuasi-ambang
• batas
Model multi-target /
single-hit
 Proses Penyembuhan direpresentasikan oleh
bahu kurva survival
 Luas bahu diwakili oleh N (atau n) atau Dq
 Ketahanan radiasi diwakili oleh D0 yaitu
 sensitivitas radiasi diwakili oleh 1 / D0
 Ekspansi Binomial dari S=1-(1-e-D/D0)n
memberikan
S=1-(1-ne-D/D0)=ne-D/D0
 Ini adalah persamaan untuk bagian lurus dari
 kurva survival yang mengekstrapolasikan ke S = n
untuk D = 0
Bentuk nyata dari kurva survival

• Kebanyakan kurva survival eksperimental memiliki


kemiringan awal sedangkan model multi target /
single-hit memprediksi tidak ada kemiringan awal
• Single-target, single hit / multi-target, model single
hit. Asumsikan bahwa, bahkan pada dosis rendah,
semua target mungkin akan dipukul dalam satu acara,
mis. aksi langsung oleh elektron yang sangat lambat
(LET tinggi)
• Unutk komponen ini S= e-D/D0
Single-target, single hit / multi-
target, model single hit
• Untuk penggunaan single-target, single-hit D01
• Untuk multi-target, single hit menggunakan D0n
• Kemudian
• S=e-D/D01((1-(1-ne-D/D0)n)
Single-target, single hit / multi-
target, model single hit
Single-target, single hit / multi-
target, model single hit
• Masalah utama dengan model ini adalah terlalu
banyak parameter (3)
• Membutuhkan model matematis yang lebih
sederhana dengan parameter "tidak diketahui" yang
lebih sedikit
• Model linear-kuadrat (L-Q) memenuhi kebutuhan ini
Model kuadrat linier
Model Kuadratik – Linear (LQ
Models)
 Model ini dikembangkan oleh Douglas dan Fowler pada tahun 1972,
diasumsikan bahwa kematian sel karena radiasi pengion memiliki dua
komponen.
 Dua komponen tersebut adalah komponen linear dan komponen kuadratik.
 Komponen linear menunjukkan rusaknya kromosom ganda akibat dilalui oleh
partikel bermuatan tunggal yang melaju dengan energi tinggi. Misalnya:
Elektron dengan LET tinggi.
 Komponen kuadratik menunjukkan rusaknya dua kromosom yang terpisah
akibat dihantam oleh suatu partikel bermuatan yang saling terpisah pula.
 LQ Model ini disebut pula sebagai teori aksi radiasi ganda.
 Lesi yang bertanggung jawab pada inaktivasi sel merupakan hasil dari
interaksi sublesi. Setidaknya dua sublesi diperlukan untuk melakukan inaktivasi
sel. Satu sublesi dapat dihasilkan melalui satu atau dua trek radiasi.
Komponen Kuadratik

Komponen Linear
Secara langsung
berbanding lurus
terhadap αD
Komponen Linear: Kerusakan Tipe-α

Komponen Kuadratik: Kerusakan Tipe-β


Model Kuadratik – Linear (LQ Models)


Perbandingan Antara LQ Model
Terhadap Model Teori Target
Analisis Kurva 3

 Kurva LQ tetap menampilkan lengkungan pada kurvanya


meski ketika dosis sangat tinggi.
 Kurva teori target menunjukkan linearisasi pada dosis
yang sangat tinggi.
 Dengan radiasi ber-LET tinggi, kedua teori menghasilkan
garis lurus, yang menunjukkan bahwa kerusakan yang tak
dapat diperbaiki lebih mendominasi.
Kurva Ketahanan Sel: Perbandingan Antara
Sel Normal dengan Sel Kanker
Kemampuan memperbaiki
diri(Reparasi Sel)
Sel normal vs sel kanker

 Reparasi sel, lalah proses sel untuk melakukan perbaikan kerusakan DNA
akibat radiasi. Kerusakan DNA karena radiasi umumnya diperbaiki
dalam waktu singkat. Derajat perbaikan bervariasi dari jaringan satu ke
jaringan lainnya. Kebanyakan tumor ganas mengalami gangguan dalam
melakukan proses ini. Sehingga pada radiasi berikutnya terjadi
kematian/kerusakan sel tumor yang lebih banyak dari jaringan normal
yang telah mengalami reparasi pada waktu interval radiasi

 Dalam paparan jangka Panjang sel normal memiliki kemampuan


memperbaiki diri lebih baik dari pada selkanker sehingga

 Kurva cell survival pada paparan atau reaksi jangka Panjang pada sel
normal mmemiliki bentuk yang lebih melengkung dari pada sel kanker

The Power of PowerPoint | thepopp.com 34


Fraksinasi dalam Radioterapi
Fraksinasi dalam terapi radiasi ditujukan untuk meningkatkan efek radiasi pada jaringan tumor dan untuk
menurunkan efek radiasi pada jaringan normal. Efek samping pada jaringan normal dapat terjadi, baik akut
ataupun lanjut (kronis). Efek samping akut terkait dengan singkatnya waktu fraksinasi, semakin singkat
waktu total radiasi semakin tinggi efek samping akut radiasi. Sedangkan efek samping lanjut berkaitan
dengan besarnya dosis dalam tiap fraksi, semakin tinggi dosis per fraksi semakin tinggi efek samping lanjut.
Dalam penerapannya, sistem fraksinasi dibuat dengan skema yang bervariasi, yang didasarkan pada skema
dosis per fraksi, jumlah fraksi, interval waktu fraksi, ataupun berdasarkan perubahan dosis totalnya. Skema
fraksinasi tersebut kemudian dikenal dengan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Conventional fractionation, yaitu: fraksinasi dengan jumlah fraksi 5 kali per minggu. Dosis per fraksi
yang diberikan 1 x setiap hari biasanya berkisar antara 1,8 Gy – 2 Gy.
2. Hypofractionation, yaitu: fraksinasi dengan jumlah fraksi lebih sedikit dari konvensional (1–4 kali per
minggu) tetapi dosis per fraksi yang diberikan lebih besar (3–5 Gy) untuk mencapai dosis total yang
sama dengan fraksinasi konvensional.
3.Hyperfractionation, yaitu: fraksinasi yang jumlah fraksinya 2 x lebih banyak dari konvensional (2
fraksi per hari) dengan jumlah unit dosis per fraksi lebih kecil yaitu, 1–1,15 Gy per fraksi. Interval antar
fraksi: 8–10 jam setiap hari. Dosis total yang diberikan sedikit lebih meningkat dibandingkan fraksinasi
konvensional.
4. Accelerated Hyperfractionation, yaitu: skema Hyperfractionation yang interval antar fraksinya
dipercepat (6 jam) dengan dosis per fraksi yang ditingkatkan (1,25–1,5 Gy per fraksi). Dengan skema
ini dosis total yang diberikan sama dengan dosis total pada fraksinasi konvensional

35
Fraksinasi
 Pemilihan skema fraksinasi yang akan
diterapkan dan digunakan tentunya
dengan mempertimbangkan beberapa
factor, seperti: jenis karakteristik sel
tumor berdasarkan hasil pemeriksaan
patologi-anatomis, keadaan umum fisik
penderita, dan kondisi sosial dari pasien
yang bersangkutan.
Dengan mempertimbangkan aspek
interaksi jaringan tubuh terhadap radiasi
pengion serta didasari oleh aspek
radiobiologis, maka dalam perencanaan
teknik radioterapi dosis total yang
ditetapkan umumnya diberikan dengan
sistem fraksinasi. Dengan pemberian
secara fraksinasi diharapkan therapeutic
ratio yang optimal dapat dicapai, sehingga
prinsip dalam radioterapi untuk
mematikan sebanyak mungkin sel
tumor/kanker dapat dicapai dengan tetap
melindungi semaksimal mungkin jaringan
sehat disekitarnya.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 36
Fraksi kurva survival cell menjadi
linear dengan dosis efektif

The Power of PowerPoint | thepopp.com 37


Contoh soal

• Suatu tumor yang memiliki 10^9 sell kanker di beri dosis efektik sebesar 3 Gy untuk
fraksional radioterapi pada 2 Gy/Fraksi . Apakah dosis total akan menghasilkan nilai
90% probabilitas local control

• Jawab. Probablitas suatu sell tidak bertahan adalah =e^-m

• Dimana m adalah nilai rata rata dari sel yang bertahan dari awalnya 10^9 sell

• Untuk 90% control probabilitas hasilnya adalah (menentukan nilai M)

The Power of PowerPoint | thepopp.com 38


Lanjutan Contoh soal
• Jika m = 0.1054 maka surviving fraksinya haruslah
• S = 0.1054/10^9 = 1.054 x 10^-10
• Sehingga 1.054 x 10-10 = e-D/D0 = e-D/3
• dimana D adalah dosis total dalam Gy
• Kemudian ln(1.054 x 10^-10 ) = -D/3 = 22.97 Gy
• Jadi total dosisnya adalah 3 x 22.97
• = 68.9 Gy

The Power of PowerPoint | thepopp.com 39


Cell-survival curves:
Ringkasan kesimpulan terkait

 Sel-sel dari tumor dan banyak yang normal jaringan regeneratif


tumbuh dan membentuk koloni secara in vitro
 Ada jalur sel yang telah menjadi abadi dan tersedia untuk studi di
seluruh dunia
 Seorang yang selamat yang telah mempertahankan reproduksi
integritas dikatakan klonogenik
 Fraksi sel yang tidak dapat diobati tumbuh pada saat unggul
dikenal sebagai Plating Efficiency (PE)
 Plating efisiensi dapat bervariasi dari sekitar 1 (100%) ke
serendah 0,01 (1%)
 Surviving fraction,
S = (koloni dihitung / sel biji) x PE
 Kurva kelangsungan hidup untuk radiasi high-LET seperti
itu partikel dan elektron yang sangat lambat adalah
linear
 Untuk sinar X dan g dan radiasi pengion jarang lainnya,
kurva survival memiliki bahu pada dosis rendah dengan
kemiringan awal
 Pada dosis tinggi, kurva ini cenderung meluruskan atau
melengkung
 Data Survival dapat dipasang oleh Target baik
 Teori atau model linear-kuadratik Data tidak pernah tepat
membedakan kesesuaian model-model ini
 Keuntungan dari model L-Q adalah penggunaannya
hanya dua parameter, α dan β
• Kemiringan awal kurva survival adalah diwakili oleh 1 / D01 atau α
• Perbaikan direpresentasikan oleh n atau Dq (Teori Target) atau
oleh β
(model L-Q)
• Rasio α / β adalah dosis di mana α-damage sama dengan β-
damage
• Setelah paparan radiasi, sel-sel mungkin baik mati
mencoba untuk menjalani berikutnya atau mitosis
berikutnya (kematian mitosis) atau mungkin kematian
yang mati terprogram (kematian apoptosis)
• Secara umum ada korelasi antara sensitivitas dan
apoptosis
• Sel-sel yang dibiakkan dari jaringan dan tumor yang berbeda
menunjukkan variasi yang lebar dalam bentuk kurva kelangsungan
hidup sel mereka
• Sejumlah gen yang mengatur sensitivitas terhadap radiasi telah
diidentifikasi
• Sering ada hubungan antara kepekaan dan kecenderungan untuk
kanker
• Sel-sel jaringan normal yang bereaksi lebih lambat cenderung
memiliki kurva kelangsungan hidup sel-sel "kurvier" daripada kanker
• Sel: mereka menunjukkan kapasitas perbaikan yang lebih baik pada
dosis rendah
• Ini membuat fraksinasi penting
• Kelangsungan hidup radiasi pecahan melengkung lurus
• Probabilitas kontrol lokal dapat dihitung dengan mengetahui
kemiringan kurva ini

Anda mungkin juga menyukai