Anda di halaman 1dari 32

Konsep Valensi dan Bilangan Oksidasi.

 Valensi adalah bilangan yang menunjukkan kesetaraan jumlah


atom H yang dapat diikat oleh suatu unsur untuk membentuk
suatu senyawa.
 Misalnya  valensi Cl dalam senyawa HCl adalah 1 karena Cl
mengikat satu atom H untuk membentuk HCl. Valensi Ba
dalam senyawa BaCl2 adalah 2 karena Ba mengikat dua atom
Cl yang berarti setara dengan dua atom H.
 Tidak ada valensi yang merupakan bilangan negatif, tetapi suatu
unsur dalam senyawa yang berbeda dapat saja mempunyai
valensi yang berbeda, misalnya valensi S dalam H2S adalah 2,
tetapi valensi S dalam SO2 adalah 4 (satu atom O dapat mengikat
dua atom H sehingga 2 atom O setara dengan 4 atom H).
 Bilangan oksidasi (= biloks) adalah bilangan yang harga
mutlaknya sama dengan valensi, tetapi sekaligus menunjukkan
sifat listrik unsur atau atom yang dimaksudkan. Dengan
demikian bilangan oksidasi dapat berupa bilangan negatif.
Perkembangan Konsep Reaksi Redoks (Reduksi dan Oksidasi)
1. Reduksi adalah reaksi dengan hidrogen (reaksi pelepasan oksigen),
sedang oksidasi adalah reaksi dengan oksigen (pengikatan oksigen).
CuO + H2  Cu + H2O (CuO mengalami reaksi reduksi).
2 Cu + O2  2 CuO (Cu mengalami reaksi oksidasi).
2. Reduksi adalah reaksi penangkapan elektron, sedang oksidasi adalah
reaksi pelepasan elektron.
Cl2 + 2 e  2 Cl¯ (Cl2 mengalami reaksi reduksi)
Na  Na+ + e (Na mengalami reaksi oksidasi)
3. Reduksi adalah reaksi penurunan bilangan oksidasi, sedang oksidasi
adalah reaksi kenaikan bilangan oksidasi.
2 Na + Cl2  2 NaCl
Biloks 0 0 +1 -1
Na mengalami kenaikan bilangan oksidasi dari 0 (pada unsur Na)
menjadi +1 (pada NaCl), maka Na mengalami oksidasi, sedangkan Cl
mengalami penurunan bilangan oksidasi dari 0 (pada Cl2) menjadi -1
(pada NaCl), maka Cl2 mengalami reaksi reduksi
Aturan untuk Menetapkan Bilangan Oksidasi (Biloks)
1. Biloks unsur dalam molekul mono atom adalah 0. Contoh : dalam H2, P4,
S8, C, biloks H, P, S dan C masing-masing adalah 0.
2. Biloks unsur dalam ion mono atom adalah sama dengan muatan ion
tersebut.
Contoh : dalam ion-ion Cl–, S2–, H+, biloks Cl, S dan H berturut-turut
adalah –1, -2 dan +1.
3. Jumlah aljabar biloks dalam molekul poli atom adalah 0 (nol).
Contoh : HNO3  1  biloks H + 1  biloks N + 3  biloks O = 0.
Fe2(SO4)3  2  biloks Fe + 3  biloks S + 12  biloks O = 0.
4. Jumlah aljabar biloks dalam ion poli atom adalah sama dengan muatan ion
tersebut. Contoh :
Dalam ion SO4–  1  biloks S + 4  biloks O = -2.
Dalam ion NH4  1  biloks N + 4  biloks H = +1.
5. Biloks O dalam senyawa yang mengandung O adalah –2, kecuali dalam
senyawa peroksida (senyawa O dengan unsur golongan I A dan II A, tetapi
bukan senyawa oksida), yaitu –1 dan dalam senyawa OF2, yaitu +2.
Contoh : Dalam H2SO4 dan dalam Na2O (Natrium oksida)  biloks O = -2.
Dalam Na2O2 (natrium peroksida), H2O2 (hidrogen peroksida),
MgO2 (magnesium peroksida)  biloks O = -1.
6. Biloks H dalam senyawa yang mengandung H adalah +1, kecuali dalam
senyawa hidrida (senyawa H dengan logam), yaitu –1. Contoh : Dalam
H3PO4 dan HCl  biloks H = +1.
Dalam AlH3 (almunium hidrida), MgH2 (magnesium hidrida), NaH
(natrium hidrida)  biloks H = -1.
7. Biloks unsur alkali, alkali tanah dalam senyawanya berturut-turut adalah
+1 dan +2, biloks F dalam senyawanya selalu –1.
Contoh : Dalam NaNO3  biloks Na = +1, dalam MgS  biloks Mg = +2,
dalam ClF  biloks F = -1.
Contoh Soal :
Tentukan bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawa dan ion berikut :
KMnO4, C2H5OH, ion S2O3–, C3H6O.

 a. KMnO4  1  biloks K + 1  biloks Mn + 4  biloks O = 0


Biloks K = +1 (unsur alkali), biloks O = –2  1 + biloks Mn – 8 = 0. 
biloks Mn = +7.
b. C2H5OH  2  biloks C + 6  biloks H + 1  biloks O = 0
Biloks H = +1, biloks O = –2  biloks C = – (6 – 2) / 2 = – 2.
c. Ion S2O3  2  biloks S + 3  biloks O = –2 .
Biloks O = –2  biloks S = (6 – 2) / 2 = 2.
d. C3H6O  3  biloks C + 6  biloks H + 1  biloks O = 0.
Biloks H = +1, biloks O = – 2  biloks C = (– 6 + 2)/3 = – 4/3.
PENYELESAIAN REAKSI REDOKS

Bentuk umum persamaan reaksi redoks :


Reduktor + Oksidator  Hasil oksidasi + Hasil reduksi
Mereduksi Mengoksidasi
Dioksidasi Direduksi
Biloks naik Biloks turun
Yang harus diperhatikan  a. Jenis dan jumlah atom tetap.
b. Jumlah muatan tetap.
c. Sesuai dengan hasil percobaan.
Cara Bilangan Oksidasi.
a. Tentukan atom yang mengalami perubahan biloks. Samakan jumlahnya
di ruas kiri dan kanan dengan memberi koefisien reaksi bilamana perlu.
b. Samakan jumlah pertambahan elektron (turunnya biloks) dan pelepasan
elektron (naiknya biloks) dengan memberikan faktor pengali.
c. Samakan jumlah muatan di ruas kiri dan ruas kanan dengan cara
menambahkan H+ (bila suasana asam) atau OH¯ (bila suasana basa) di
ruas yang memerlukan.
d. Samakan jumlah atom H dan atom O di kedua ruas dengan cara
menambahkan H2O di ruas yang memerlukan.
Contoh :
1. Selesaikan reaksi MnO4– + AsO3–  MnO2 + AsO4– (suasana basa)
Jawab :
Tahap a)  MnO4– + AsO3–  MnO2 + AsO4–

+7 +4
+3 +5
Jumlah atom yang mengalami perubahan biloks (Mn dan As) di ruas
kiri dan kanan telah sama.
Tahap b)  MnO4– + AsO3–  MnO2 + AsO4–
+7 +3e2 +4
+3 -2e3 +5
Penangkapan elektron dikalikan dengan faktor 2 dan pelepasan elektron
dikalikan dengan faktor 3, sehingga persamaan reaksi redoks menjadi :
2 MnO4– + 3 AsO3–  2 MnO2 + 3 AsO4–
Tahap c)  Jumlah muatan di ruas kiri adalah -11 dan di ruas kanan
adalah -9. Karena suasana adalah basa maka ditambahkan 2 OH di
ruas kanan, menjadi :
2 MnO4– + 3 AsO3–  2 MnO2 + 3 AsO4– + 2 OH–
2 MnO4– + 3 AsO3– + H2O  2 MnO2 + 3 AsO4– + 2 OH–
Tahap d)  Atom H di ruas kiri tidak ada, di ruas kanan ada 2, maka
perlu ditambahkan H2O di ruas kiri, sekaligus menyamakan jumlah
atom O. Maka reaksi redoks menjadi :
2 MnO4– + 3 AsO3– + H2O  2 MnO2 + 3 AsO4– + 2 OH–

Cara setengah reaksi.

a). Tuliskan reaksi reduksi dan oksidasi secara terpisah, dan samakan
jumlah atom yang mengalami perubahan biloks untuk masing-masing
reaksi reduksi dan oksidasi tadi.
b). Samakan jumlah pelepasan elektron dan penangkapan elektron
dengan mengalikan terhadap suatu faktor tetentu.
c). Samakan jumlah muatan di ruas kiri dan ruas kanan dengan cara
menambahkan H+ (bila suasana asam) atau OH¯ (bila suasana basa)
di ruas yang memerlukan untuk masing-masing reaksi reduksi dan
oksidasi, dan tambahkan H2O di salah satu ruas untuk memenuhi
kekekalan massa.
d). Jumlahkan kedua setengah reaksi secara penjumlahan aljabar.
Reaksi MnO4– + AsO3–  MnO2 + AsO4– (suasana basa)
Tahap a)  MnO4– + AsO3–  MnO2 + AsO4–

Reduksi : MnO4– + 3 e  MnO2


Oksidasi : AsO3–  AsO4– + 2 e

Tahap b)  Reduksi dikalikan dengan 2, oksidasi dikalikan dengan 3,


menjadi : Reduksi : 2 MnO4– + 6 e  2 MnO2
Oksidasi : 3 AsO3–  3 AsO4– + 6 e

Tahap c)  Reduksi : Muatan di kiri 8– , di kanan 0  Tambah 8OH– di kanan


dan 4H2O di kiri
2 MnO4– + 6 e + 4H2O  2 MnO2 + 8OH–
Oksidasi : Muatan di kiri 9– , di kanan 15–  Tambah 6OH– di kiri
dan 3H2O di kanan
3 AsO3– + 6OH–  3 AsO4– + 6 e + 3H2O

Tahap d)  2 MnO4– + H2O + 3 AsO3–  2 MnO2 + 3 AsO4– + 2OH–


Reaksi Disproporsionasi (= Auto redoks)
Adalah reaksi reduksi dan oksidasi sekaligus terhadap suatu zat oleh zat
itu sendiri. Reaksi disproporsionasi dicirikan oleh hal berikut ini :
a. Di ruas kiri unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi hanya
terdapat pada satu jenis senyawa, tetapi di ruas kanan unsur tersebut
terdapat pada lebih dari 1 jenis senyawa.
b. Bilangan oksidasi unsur tersebut pada senyawa di ruas kanan masing-
masing lebih rendah dan lebih tinggi dari bilangan oksidasi unsur yang
sama yang terdapat pada senyawa di ruas kiri.
Contoh : Periksalah apakah reaksi berikut disproporsionasi atau bukan :
a). 5 ICl + 6 NaOH  2 I2 + NaIO3 + 5 NaCl + 3 H2O
b). 4 HNO3 + Cu  Cu(NO3)2 + 2 NO2 + 2 H2O
Pada reaksi (a)  Perubahan biloks terjadi pada I, di ruas kiri terdapat ICl
(biloks I = +1), di ruas kanan terdapat I2 (biloks I = 0) dan NaIO3 (biloks I =
+5)  Reaksi (a) adalah reaksi disproporsionasi.
Pada reaksi (b)  di ruas kiri biloks Cu = 0, sedang di ruas kanan biloks
Cu = +2, diruas kiri biloks N = +5, sedang di ruas kanan biloks N pada
Cu(NO3)2 adalah +5 dan biloks N pada NO2 adalah +4. Dengan demikian
reaksi ini bukan disproporsionasi tetapi reaksi redoks biasa dengan
HNO3 adalah oksidator dan Cu adalah reduktor.
ELEKTROKIMIA
Elektrokimia mempelajari hubungan reaksi kimia dan energi
listrik 
Reaksi kimia Energi listrik
Proses ke arah kanan  Reaksi kimia dapat menghasilkan
energi listrik, dipelajari dengan menggunakan sarana sel
Volta atau sel Galvani. Reaksi yang berlangsung spontan
merupakan reaksi redoks
Proses ke arah kiri  Energi listrik menyebabkan
terjadinya reaksi kimia, dipelajari dengan menggunakan
sarana sel elektrolisis. Energi listrik menimbulkan reaksi
redoks.
Fenomena reaksi redoks – energi listrik ini disebabkan
karena terjadinya aliran elektron di dalam sistem
Sel Volta (= Sel Galvani)  terdiri dari 2 buah elektroda (dari keping
logam atau batang grafit), bejana berisi larutan elektrolit, jembatan
garam (tabung U berisi campuran agar dan larutan KCl atau KNO3 atau
NH4Cl), rangkaian meter listrik (voltmeter atau ampermeter)

A = anoda = elektroda negatif,


mengalami oksidasi KaPAN-G
K = katoda = elektroda positif,
mengalami reduksi
V = voltmeter atau ampermeter,
penunjuk tegangan atau arus listrik yang
ditimbulkan oleh reaksi yang terjadi.

Apabila pemasangan anoda dan katoda terbalik, maka reaksi tidak


terjadi dan tidak ada energi listrik yang menggerakkan jarum meter.
Apabila elektroda terpasang dengan benar maka terjadi energi
listrik yang menyimpangkan jarum meter. Nilai penyimpangan
jarum voltmeter merupakan nilai dari potensial sel Volta (Esel),
disebut juga daya gerak listrik (DGL) sel.
Pada keadaan standar (suhu 25C dan konsentrasi elektrolit 1 M), maka
potensial standar sel (Esel) dinyatakan dengan :
Esel = E°kat – E°an
Ekat = potensial elektroda dari katoda = Potensial reaksi reduksi katoda
Katoda menangkap elektron  pada katoda terjadi reduksi
Ean = potensial elektroda dari anoda = Potensial reaksi oksidasi anoda
Anoda melepas elektron  pada anoda terjadi oksidasi
potensial reaksi oksidasi =  potensial reaksi reduksi
 Potensial elektroda tidak dapat diukur secara langsung. Yang dapat
diukur adalah perbedaan potensial elektroda dari 2 buah elektroda yang
digunakan, yaitu sebagai harga potensial sel.
 Karena itu untuk menentukan harga potensial elektroda suatu unsur
diperlukan elektroda pembanding yang harga potensial elektrodanya
disepakati secara bersama.
 Elektroda pembanding yang banyak digunakan adalah elektroda
hidrogen (gas H2 bertekanan 1 atm dan suhu 25C, dialirkan pada
keping platina yang dicelup dalam larutan H2SO4 1M). Potensial
elektrodanya diberi harga 0,00 Volt.
2 H + + 2 e  H2 Eelektroda = 0,00 V.
Apabila suatu elektroda X lebih
mudah mengalami reduksi dari
pada H2, maka reaksi sel yang
terjadi :
n H2 + 2 Xn+  2nH+ + 2 X
Esel = EX  EX > 0 V
(Elektroda H2 sebagai anoda,
elektroda X katoda)

Apabila suatu elektroda X lebih


sukar mengalami reduksi dari pada
H2, maka reaksi sel yang terjadi :
2n H+ + 2 X  n H2 + 2 Xn+
Esel =  EX  EX< 0 V
(Elektroda H2 sebagai katoda,
elektroda X anoda
Berbagai macam unsur telah dapat ditentukan harga E-nya.
Semakin kecil atau semakin negatif harga E berarti semakin
kuat daya reduksinya, karena ia sendiri semakin sukar
direduksi. Urutan kekuatan daya reduksi unsur-unsur
dinyatakan dalam deret Volta, yang sebagian diantaranya
ditunjukkan berikut ini

anoda katoda

Li-K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Ni-Sn-Pb - (H) - Cu-Hg-Ag-Pt-Au

Eanoda < 0 Ekatoda > 0


Estandar = 0

Makin mudah mereduksi, makin mudah dioksidasi Makin mudah mengoksidasi


Reaksi Reduksi Oksidasi pada Sel Volta / Sel Galvani

Zn : anoda (elektroda - )
Cu : katoda (elektroda +)
KAtoda Positip, Anoda Negatip

Jembatan garam berisi larutan


garam yang diikat dengan agar-
agar

Dalam bejana kiri : ZnSO4 (aq)  Zn2+(aq) + SO42– (aq)


Dalam bejana kanan : CuSO4 (aq)  Cu2+(aq) + SO42– (aq)
Anoda (oksidasi)  Zn(s)  Zn2+(aq) + 2e- Bila elektrode terbalik,
elektron mengalir dari anoda ke katoda reaksi tak terjadi, tak ada
Katoda (reduksi)  Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s) arus
penumpukan elektron pada katoda menyebabkan ion
Cu2+ di bejana kanan dinetralkan (tereduksi) pada katoda
Aliran kation melalui jembatan garam dari kiri ke kanan
Aliran anion melalui jembatan garam dari kanan ke kiri
Reaksi sel  Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) + Cu(s)
Notasi Sel
Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) + Cu(s)

Elektrolit
jembatan garam
sisi anode sisi katode

Zn (s) / Zn2+ (aq) // Cu2+ (aq) / Cu (s)


anode katode
Elektrolit anode Elektrolit katode

Notasi Umum 
A(s) l Am+(aq) ll Kn+(aq) l K(s)

Esel = Ekat – Ean  bila > 0 terjadi arus, ada reaksi


bila < 0 tak terjadi arus, tak ada reaksi
Beberapa contoh soal :
1.Tuliskan reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi pada sel yang
dinotasikan dengan Cu/Cu2+//Ag+/Ag. Tentukan potensial selnya bila
diketahui EAg = 0,80 V dan ECu = 0,34 V.
 Oksidasi  Cu  Cu2+ + 2e Ean = 0,34 V
Reduksi  2 Ag+ + 2 e  2 Ag E°kat = 0,80 V
Reaksi sel  Cu + 2 Ag+  Cu2+ + 2 Ag E°sel = 0,46 V

2. Suatu sel Volta terdiri dari anoda Co dan katoda gas Cl2 yang dialirkan
pada logam Pt dengan larutan elektrolit 1 M Cl–. Potensial sel adalah
1,63 V. Potensial reduksi Cl2 = 1,36 V. Tuliskan reaksi dan notasi
selnya serta hitung potensial elektroda Co.
 Reaksi anoda (oksidasi)  Co  Co2+ + 2 e
Reaksi katoda (reduksi)  Cl2 + 2 e  2 Cl–
Reaksi sel : Co + Cl2  Co2+ + 2 Cl–
Notasi sel : Co (s) /Co2+(aq) // Cl2 (g)/Cl– (aq) /Pt(s)
E°sel = E°kat – E°an  1,63 = 1,36 – E°an  E°an = – 0,27 V
Potensial elektroda Co = – 0,27 V.
Beberapa jenis Sel Volta
1. Sel kering (batu batere, sel Leclanche)  katoda inert
batang karbon, wadah seng sebagai anoda, dan
elektrolit berupa pasta campuran MnO2, NH4Cl dan air.
Reaksi yang terjadi :
Oksidasi : Zn  Zn2+ + 2 e E°an = – 0,76 V
Reduksi : 2MnO2 + 2 NH4+ + 2e  Mn2O3 + 2 NH3 +H2O
E°kat = 0,74 V
Reaksi sel : Zn + 2MnO2 + 2NH4+  Zn2+ + Mn2O3 + 2 NH3
+H2O
Potensial sel =(0,76 + 0,74) V = 1,5 V.

2. Sel Aki  merupakan sel sekunder (reaksi selnya dapat berlangsung balik).
Anodanya Pb, katodanya PbO2 (Pb yang dilapisi PbO2), elektrolitnya asam
sulfat. Reaksi pada sel aki adalah sebagai berikut :
Oksidasi : Pb + SO42–  PbSO4 + 2e E°an = – 0,3 V
Reduksi : PbO2 + 4 H+ + SO42– + 2 e  PbSO4 + 2 H2O E°kat = 1,7 V
Reaksi sel : PbO2 + Pb + 4 H+ + 2 SO42–  2 PbSO4 + 2 H2O E°sel = 2 V
Pada saat sel aki digunakan maka konsentrasi asam sulfat berkurang sedang Pb
dan PbO2 berubah menjadi PbSO4. Reaksi sel dapat dibalik dengan membalik
posisi elektroda sehingga terjadi proses elektrolisis PbSO4 menjadi Pb, PbO2
dan asam sulfat lagi (pengisian aki).
3. Sel Nikel-Kadmium (Ni-Kad)  Anodanya Cd, katodanya NiO2 dengan
elektrolit pasta campuran Ni(OH)2, Cd(OH)2 dan H2O. Reaksi yang terjadi :
Oksidasi ; Cd + 2 OH–  Cd(OH)2 + 2 e
Reduksi : NiO2 + 2 H2O + 2 e  Ni(OH)2 + 2 OH–
Reaksi sel : Cd + NiO2 + 2 H2O  Cd(OH)2 + Ni(OH)2 E°sel = 1,40 V
Banyak digunakan pada blitz kamera, batere arloji dan kalkulator dsb.
4. Sel bahan bakar  dikembangkan untuk sumber energi pada pesawat
ulang-alik, dioperasikan pada suhu tinggi menurut reaksi berikut :
Oksidasi : 2H2 (g) + 4 OH– (aq)  4 H2O(l) + 4 e (anoda nikel)
Reduksi : O2 (g) + 2 H2O + 4 e  4 OH–(aq) (katoda nikel oksida)
Reaksi sel : 2H2 (g) + O2 (g)  2 H2O (l) (elektrolit larutan KOH)
E°sel = E°kat - E°an = 0.401 V – (– 0.828 V) = 1.229 V
5. Batere kancing Perak oksida  (mirip dengan sel Ni-Kad)
Oksidasi : Zn(s) + 2OH-(l)  Zn(OH)2(s) + 2e
Reduksi : Ag2O(s) + H2O(l) + 2e  2Ag(s) + 2OH–(aq)
Reaksi Sel : Zn(s) + Ag2O(s) + H2O(l)  Zn(OH)2(s) + 2Ag(s) E°sel = 1,40 V
6. Sel Daniel  Zn(s) / Zn2+ (1M) // Cu2+ (1 M)/Cu(s), E°sel = 1, 10 V, banyak
digunakan untuk percobaan di laboratorium.
Reaksi sel : Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) + Cu(s)
KOROSI
Korosi : Peristiwa perusakan atau
degradasi material logam akibat
bereaksi secara kimia dengan
lingkungan

karat
Migrasi dari A ke K

RUSAKNYA besi
PERMUKAAN LOGAM
AKIBAT REAKSI
DENGAN UDARA ( O2
dibantu air)

Beberapa bagian logam menjadi anoda dan bagian lain menjadi katoda
Reaksi korosi : (6+x)H2O(l) + 2Fe2+(ag) + ½O2(g) → Fe2O3.xH2O(s) + 4H3O+(aq)
Jenis-jenis korosi
1. Korosi Seragam (Uniform Corrosion)  Korosi yang merata pada
permukaan akibat kondisi atmosfer dan kimiawi lingkungan
2. Korosi galvanik (Galvanic Corrosion)  Korosi akibat adanya elektrolit pada
sistem logam yang berbeda, logam yang lebih anodik akan lebih mudah
terkorosi
3. Korosi celah (Crevice Corrosion)  korosi pada daerah pendempetan antar
logam yang menyebabkan penahanan pengotor pada celah pendempetan.
4. Korosi sumuran (Pitting Corrosion)  korosi yang terjadi pada daerah batas
ketidakhomogenan bahan, menghasilkan sumuran /bercak karat sesuai profil
ke heterogenan bahan.
5. Korosi batas butir (Intergranular Corrosion)  serangan korosi pada daerah
sepanjang batas butiran kristal bahan atau daerah sekitarnya tanpa serangan
yang cukup besar terhadap butirnya sendiri.
6. Korosi tegangan (Stress Corrosion Cracking)  korosi akibat ketegangan
struktur bahan logam yang menerima perlakuan (siklus beban) tertentu secara
berkelanjutan, mengakibatkan keretakan pada bahan.
7. Korosi bakteri (Microbial Corrosion)  korosi oleh aktivitas beberapa jenis
bakteri/mikroba, (alga, protozoa dsb).
8. Korosi erosi (Errosion Corrosion)  korosi karena keausan bahan, aliran
fluida yang bersifat abbrasive (mengikis) pada daerah aus
Pencegahan korosi Pencegahan korosi didasarkan pada hal berikut :
 Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Pengecatan atau pelapisan (dengan bahan yang tepat, enamel, wax,
oli, grease, tapes/film, pernis, resin epoksi , cat minyak dlsb)
 Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)
Bahan yang dilindungi dari korosi dihubungkan secara elektrokimia
dengan bahan lain yang dapat bertindak sebagai anoda, sementara
bahan yang dilindungi akan bertindak sebagai katoda. Perlindungan
katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam
magnesium, Mg. Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
 Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat.
Logam tertentu misalnya besi, dapat mempunyai ketahanan korosi yang
lebih baik bila dijadikan paduan logam dengan jenis logam lainnya.
Misalnya baja tahan karat (stainless steel) adalah paduan logam (alloy)
yang mengandung 72% Fe, 19%Cr, 9% Ni.
 Mengisolasi sistem dari lingkungan korosif
Menempatkan sistem pada kondisi lingkungan yang terkendali suhu,
kelembaban dan kebersihanya, mencegah adanya efek galvanik pada
sambungan atau pendempetan bahan (misal dengan seal atau gasket).
Sel Elektrolisis  Komponen sel elektrolisis mirip dengan
komponen sel Volta (anoda, katoda dan larutan elektrolit). Tetapi
aliran elektron berasal dari luar (sumber listrik). Reduksi
(penangkapan elektron) terjadi pada katoda, karena itu pada sel
elektrolisis, katoda merupakan elektroda negatif (E-KNAP =
Elektrolisis - Katoda Negatif, Anoda Positif).

Sel Elektrolisis

Katoda (–) Anoda (+)

Katoda (+) Anoda (–)

Sel Volta / Galvani


Elektrolisis Larutan elektrolit AmBn (lar)  m An+(lar) + n Bm–(lar)

 Reaksi Pada Katoda ( - )  tergantung pada jenis kationnya


* kation logam aktif (Gol I A, II A, Al dan Mn ) tidak direduksi, yang direduksi air.
2H2O + 2 e  H2 (g) + 2 OH- menghasilkan gas H2 dan suasana basa
* kation An+ = H+ (dari asam HBn)  tereduksi membentuk H2
2 H+ + 2e  H2 (gas)
* kation lain akan direduksi.
Mx+ + x e  M menempel di katoda
 Reaksi Pada Anoda ( + )  Dipengaruhi oleh jenis anoda yang digunakan
dan jenis anionnya.
Sisa asam Oksi (SO42- , NO3- dll)
tidak dioksidasi, yang dioksidasi air
2H2O  4H+ + 2 O2 + 4e
Inert, C, Pt, Au Anion
Anoda Sisa asam lain dan OH- dioksidasi
2 X-  X2 (g) +2e
tidak inert akan teroksidasi 4 OH– O2 (gas) + 2 H2O + 4e
M  Mx+ + x e Massa anoda berkurang
Untuk cairan/lelehan garam : AmBn (cair) m An+(cair) + n Bm–(cair)
 Kation teroksidasi menjadi logam dan menempel di katoda.
 Anion teroksidasi menjadi netral.

Contoh penggunaan dan penerapan elektrolisis.


1.Mendapatkan logam alkali/alkali tanah yang murni  dengan
elektrolisis lelehan garam. Misalnya lelehan NaCl.
NaCl(cair)  Na+ (cair) + Cl–(cair)
Katoda : 2 Na+ (cair) + 2e  Na (pdt) [dipadatkan pada katoda]
Anoda : 2 Cl–(cair)  Cl2 (gas) + 2e
2. Pemisahan dan pemurnian logam melalui elektrolisis larutan garam
atau bijih logam.
3. Pelapisan logam dengan logam lain  Logam yang dilapisi dijadikan
katoda, larutan elektrolitnya adalah larutan garam yang mengandung
ion logam pelapis. Banyak digunakan untuk penyepuhan perhiasan
imitasi, perlindungan bahan logam dan sebagainya. Logam Al dan Zn
yang merupakan reduktor kuat banyak digunakan untuk melapisi logam
lain karena senyawa oksidanya tidak berpori sehingga melindungi
logam yang dilapisi dari oksidasi udara dan uap air (korosi).
Aspek Kuantitatif Elektrolisis 
Hukum Faraday I : Massa zat yang terbentuk selama elektrolisis
berbanding lurus dengan jumlah listrik yang digunakan.
Hukum Faraday II : Sejumlah listrik yang sama dalam elektrolisis akan
menghasilkan sejumlah grek (gram ekivalensi) yang sama
dari berbagai zat.
Penggabungan dua hukum Faraday dinyatakan dalam persamaan Faraday :

A  Q Untuk Q yang sama 


W = Atau : W = a. I. t
n F W1 (A/n)1
=
W = massa zat hasil elektrolisis (gram) W2 (A/n)2
A = Masa molekul (atom) relatif hasil elektrolisis
Q = jumlah muatan listrik (Coulomb)
= I (arus listrik, Ampere)  t (waktu, detik)
n = jumlah mol elektron yang terlibat (perubahan bilangan oksidasi)
F = Konstata Faraday = 96500.
a = Tetapan tara kimia listrik = A/nF
Q/F = jumlah listrik (Faraday)
A/n = jumlah gram ekivalensi hasil elektrolisis
Beberapa contoh soal.
1. Sebanyak 1 L CuSO4 0,5 M dielektrolisis selama 1 jam dengan arus sebesar 1,93
A. Tuliskan reaksi yang terjadi, hitung jumlah listrik yang digunakan, hitung massa
Cu yang diendapkan dan pH larutan setelah elektrolisis.
 a. Reaksi di larutan : CuSO4 (lar)  Cu2+(lar) + SO42– (lar)
Reaksi di katoda : Cu2+(lar)  Cu(pdt) + 2e
Reaksi di anoda : 2 H2O  4 H+ + O2 (gas) + 4 e
Reaksi sel :2 CuSO4 (lar) + 2 H2O  2 Cu(pdt) + 4 H+ + 2 SO42– (lar) + O2 (gas)
b. Jumlah listrik = Q/F = I.t/F = 1,93. 60.60/96500 = 0,072 F
c. WCu = (A/n) . (Q/F) = (63,5/2) . 0,072 = 2,286 gram
d. 1 mol Cu ~ dengan 2 mol H+  H+ = (2,286/63,5). 2 = 0,072 mol
[H+] = 0,072 mol/L  pH = - log [H+] = 3 – log 72

3. Pada elektrolisis L(NO3)3, di katode diendapkan 175 mg logam L. Setelah


elektrolisis, larutan dinetralkan dengan larutan KOH 0,125 M sebanyak 60
mL. Hitunglah AR logam L.
 L bervalensi 3  60. 0,125 mmol KOH = 7,5 mmol KOH ~ 2,5 mmol L
 2,5 mmol L = 175 mg  AR (L) = 175/2,5 = 70.
2. Tiga sel elektrolisis dihubungkan secara seri, beruturt-turut berisi larutan AgNO3,
Cu(NO3)2 dan K2SO4. Bila pada sel pertama dihasilkan endapan Ag sebanyak
2,16 g, hitunglah berat Cu pada sel ke-2 dan volume O2 dari sel ke-3 diukur pada
keadaan 1 mol gas N2 mempunyai volume 30 L.
a. W1 (A/n)1 Wag / WCu = (A/n)Ag / (A/n)Cu 
=
W2 (A/n)2 WCu = 2,16. (63,5/2). (1/108) = 0,635 g.

b. WO2 = 2,16. (32/4).(1/108) = 0,16 g = 0,005 mol = 0,005  30 L = 0,15 L

4. Operasional batere Ni-Kad didasarkan pada reaksi sel berikut :


Cd(pdt) + NiO2 (pdt) + 2 H2O  Cd(OH)2 + Ni(OH)2.
Berapa banyak NiO2 (MR = 91) dikonsumsi pada pengoperasian selama 1
jam-ampere ?
 WNiO2 = (MR/nF).I.t = (91)/(2.96500). 1. 3600 = 1,70 g.
5. Pada elektrolisis larutan NiSO4 dihasilkan sebanyak 1,12 L gas O2 (STP).
Berapa berat Ni (AR = 59) yang diendapkan di katoda ?
1,12 L gas O2 (STP) = (1,12/22,4) mol = 0,05 mol = 0,05. 32 g = 1,6 g.

W1 (A/n)1
=  WNi = WO2. (59/2). (4/32) =1,6.118/32 = 5,9 g.
W2 (A/n)2
BANK SOAL UNTUK MATERI PERTEMUAN KE 4 SAMPAI PERTEMUAN KE 7

LAJU REAKSI DAN KESETIMBANGAN (pertemuan ke 4)


1. Persamaan laju suatu reaksi P + 2Q  PQ2 dinyatakan dengan v = k. CP. CQ2. Pada keadaan awal
masing-masing konsentrasi P dan Q adalah 1 mol/L, maka nyatakanlah lajureaksi dalam k pada saat
konsentrasi P tinggal 0,75 mol/L.
2. Suatu reaksi yang berlangsung pada suhu 25°C berlangsung sempurna setelah reraksi selama 64
menit. Bila setiap kenaikan suhu reaksi sebesar 10°C menghasilkan laju reaksi menjadi 2 kali
semula, hitunglah berapa lama reaksi tersebut berlangsung sempurna pada suhu 55°C.
3. Harga Kp untuk reaksi kesetimbangan 2X(gas)  3Y(gas) pada suhu tertentu adalah 0,125. Jika
dalam keadaan setimbang tekanan parsial gas X adalah 8 atm, hitunglah tekanan parsial gasY pada
keadaan tersebut.
4. Reaksi kesetimbangan N2O4 (gas)  2 NO2(gas) mencapai keadaan setimbang pada saat jumlah
mol N2O4 sama dengan jumlah mol NO2. Hitunglah derajad disosiasi () dari N2O4 dalam reaksi
kesetimbangan tersebut.

LARUTAN (II) DAN KONSEP pH.(pertemuan ke 5)


5. Untuk membuat larutan buffer dengan pH = 5, hitunglah berapa volume larutan NaOH 0,2 M yang
harus ditambahkan ke dalam 40 mL larutan asam asetat (CH3COOH) 0,1 M. Diketahui Ka asam
asetat = 1  10.
6. Tentukanlah pasangan asam dan basa konyugasi serta basa dan asam konyugasi pada reaksi berikut
ini :
a). HF(aq) + SO32–(aq)  F–(aq) + HSO3–(aq)
b). CO32–(aq) + HC2H3O2(aq)  C2H3O2–(aq) + HCO3–(aq)

c). H3PO4(aq) + OCl –(aq)  H2PO4–(aq) + HOCl(aq)


REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA (pertemuan ke 6)

7. Selesaikanlah persamaan reaksi redoks berikut ini yang berlangsung dalam suasana asam .
a). MnO4– (aq) + C2O42– (aq)  Mn2+ (aq) + CO2 (g) .
b). ClO2  ClO3‾ + Cl‾
c). ClO3‾ + As2S3  Cl‾ + H2AsO4‾ + SO42‾
8. Jelaskan dari reaksi berikut ini yang mana yang dapat berlangsung secara spontan dan yang mana tidak
berlangsung secara spontan.:
a). Fe2+ + Zn  Fe + Zn2+ b). Pb2+ + Fe  Pb + Fe2+
c). Sn2+ + Zn  Sn + Zn2+ d). Zn2+ + Pb  Zn + Pb2+

9.Hitunglah berapa Faraday jumlah listrik yang diperlukan untuk mereduksi sempurna 60 gram ion Kalsium
(Ca2+) menjadi logam Ca. Diketahuin Ar Ca = 40.
10.Sejumlah tertentu muatan listrik yang mengendapkan 2,7 gram Al (Ar Al = 27) dari larutan Al3+
digunakan untuk menghasilkan gas H2 (Ar H = 1) dari larutan asam HX. Hitunglah volume gas H2 yang
dihasilkan pada keadaan STP. (P= 1 atm, T = 0C).

TERMOKIMIA DAN KIMIA BAHAN akan diberikan pada pertemuan terakhir (pertemuan ke 7)

Anda mungkin juga menyukai