Anda di halaman 1dari 6

A.

Judul Kegiatan

Percobaan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

B. Tujuan

Menentukan rasio fenotip F2 pada peristiwa epistatis dan hipostatis dalam penyilangan dihibrid (dua
sifat berbeda).

C. Dasar Teori

Hukum mendel I atau hukum segregasi adalah suatu kaidah pemisahan pasangan alel secara
bebas pada saat pembelahan meiosis dalam pembentukan gamet. Segregasi ini disertai dengan
penurunan kromosom diploid menjadi haploid. Pada umumnya persilangan ini dibuktikan dalam
penyilangan monohibrid.

Hukum mendel II atau hukum asortasi adalah suatu kaidah yang menyatakan bahwa setiap alel
dapat berpasangan secara bebas dengan alel lainnya yang tidak sealel pada waktu pembentukan
gamet. Hukum Mendel II dapat dijelaskan pada penyilanga dihibrid, yaitu persilangan dengan dua
sifat beda atau dua alel yang berbeda. Hukum Mendel II hanya berlaku pada gen-gen yang letaknya
berjauhan sehingga dapat memisah secara bebas.

Berdasarkan Hukum Mendel I dan II, penyilangan monohibrid dominan penuh memiliki
perbandingan fenotipe pada F2 sebesar 3 : 1. Sementara itu, penyilangan dihibrid dominan penuh
memiliki perbandingan fenotipe F2 sebesar 9 : 3 : 3 : 1. Namun pada kenyatannya, ketika dilakukan
penyilangan, terkadang ditemukan angka perbandingan yang tidak sama (menyimpang) dengan pola-
pola hereditas menurut hukum mendel. Sehingga, peristiwa ini disebut sebagai penyimpangan semu
hukum Mendel.

Salah satu penyimpangan semu hukum Mendel yaitu epistasis dan hipostasis. Epistasis dan
hipostasis, yaitu bentuk interaksi ketika suatu gen mengalahkan gen lainnya yang bukan sealel.
Kedua gen yang berinteraksi tersebut terletak dalam lokus yang berbeda. Gen yang menutupi
(menghalangi) kemunculan karakter disebut gen epistasis. Sementara itu, gen yang ditutupi
(dihalangi) disebut gen hipostasis. Pada epistasis dominan terjadi jika gen yang menutupi kerja gen
lainnya bersifat dominan. Gen dominan ini dapat menutupi gen dominan lainnya yang bukan sealel.
Pada peristiwa ini, akan didapatkan angka perbandingan pada F2, yaitu 12 : 3 : 1.

D. Alat dan Bahan

Alat dan bahan :


 Kertas karton yang tebal atau kardus bekas
 Sedotan yang dipotong 15 cm dan 2 cm
 Lidi 30 cm
 Gunting

E. Cara Kerja

1. Buatlah dua baling-baling dengan potongan kertas karton/kardus berbentuk model simbol palang
merah. Lubangi bagian tengahnya untuk memasukkan lidi. ! hati-hati menggunakan lidi,
jangan sampai melukai tubuh.
2. Pada keempat lengan baling-baling, tuliskan simbol jenis gamet PK, Pk, pK, dan pk. Ketentuan
: gen P untuk putih, gen p untuk hijau, K untuk kuning, dan k untuk hijau. P sebagai gen epistasis
(menutupi), sedangkan K dan k sebagai gen hipostasis (tertutup).
3. Rangkailah alat secara berurutan : pasang sedotan 15 cm pada lidi → satu baling-baling →
sedotan 2 cm → satu baling-baling lainnya (paling atas).
4. Putar lengan kedua baling-baling tersebut dengan arah berlawanan.
5. Hentikan putaran secara mendadak dan acak, dengan cara menangkap salah satu lengan pada
kedua baling-baling tersebut. Tentukan jenis genotipenya dengan cara menggantungkan kedua
macam gamet yang tertera pada lengan baling-baling yang tertangkap.
6. Ulangi pemutaran dan penangkapan baling-baling sebanyak 96 kali. Tuliskan datanya ke dalam
tabel.

PK PK

pK pk pK pk

Pk Pk
F. Tabel Hasil Pengamatan
 Tabel pengamatan percobaan

No. Genotipe Fenotipe Turus Jumlah

1 PPKK Putih IIIII I 6

2 PPKk Putih IIIII IIIII 10

3 PPkk Putih IIII 4


4 Ppkk Putih IIIII II 7

5 PpKk Putih IIIII IIIII IIIII IIIII IIIII 25

6 Ppkk Putih IIIII IIIII IIIII IIII 19

7 ppKK Kuning IIIII 5

8 ppKk Kuning IIIII IIIII I 11

9 ppkk Hijau IIIII IIII 9

Total 96

 Tabel pengamatan Seluruh kelompok

K. K. K. K. K. K. K. K. K. Rasio Rasio
No Genotipe Jumlah
I II III IV V VI VII VIII IX Genotip Fenotip

1 PPKK 10 6 5 5 11 8 8 6 4 63 63:54 = 1.16

2 PPKk 20 10 18 14 6 15 17 9 9 118 118:54 = 2.18

3 PPkk 6 4 3 5 7 3 7 6 6 47 47:54 = 0.87


Putih : 11,31
4 PpKK 11 7 11 10 14 10 9 12 13 97 97:54 = 1.76

5 PpKk 18 25 18 24 25 22 17 27 18 194 194:54 = 3.59

6 Ppkk 10 19 7 5 7 15 14 10 6 93 93:54 = 1.72

7 ppKK 7 5 4 9 8 5 6 8 12 64 64:54 = 1.18


Kuning : 3.42
8 ppKk 8 11 21 15 9 13 12 14 18 121 121:54 = 2.24

9 ppkk 6 9 9 9 9 5 6 4 10 67 67:54 = 1.24 Hijau : 1,24


Jumlah 96 96 96 96 96 96 96 96 96 864 15,97

G. Pertanyaan

1. Berdasarkan jumlah gametnya (macam), penyilangan terssebut merupakan monohibrid atau


dihibrid?
2. Berapakah jumlah macam fenotipe yang terbentuk pada simulasi tersebut?
3. Bagaimanakah angka perbandingan fenotipe yang dihasilkan?
4. Samakah dengan angka perbandingan fenotipe epistasis dominan? Jika tidak sama, cobalah
analisis penyebabnya.
5. Jika P bertemu dengan K, akan menghasilkan fenotipe putih. Manakah yang merupakan gen
epistasis dan gen hipostasis? Buatlah diagram penyilangannya.
6. Bandingkan dengan penyilangan dihibrid dominasi penuh, apakah perbedaannya?
7. Sebutkan bentuk-bentuk penyimpangan semu hukum Mendel lainnya.

Jawaban:
1. Berdasarkan jumlah macam gamet, penyilangan tersebut merupakan dihibrid.
2. Terbentuk 3 macam fenotipe yaitu putih, kuning, dan hijau.
3. 11.31 : 3.42 : 1.25 / 12 : 3: 1
4. Sama, karena rasio dari percobaan yang dilakukan mendekati dengan angka perbandingan
fenotipe epistasis dominan.
5. Gen epistasis  P
Gen hipostasis  K

PK Pk pK pk

PPKK PPKk PpKK PpKk


PK

PPKk PPkk PpKk Ppkk


Pk

PpKK PpKk ppKK ppKk


pK

PpKk Ppkk ppKk ppkk


pk

Rasio Genotipe :
PPKK : PPKk : PpKK : PpKk : PPkk : Ppkk : ppKK : ppKk : ppkk
1 : 2 : 2 : 4 : 1 : 2 : 1 : 2 : 1

Rasio Fenotipe :
Putih : Kuning : Hijau
12 : 3 : 1
6. Pada penyilangan dihibrid dominasi penuh menghasilkan rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1. Namun,
pada penyilangan dihibrid epistasis hipostasis terjadi penyimpangan, sehingga menghasilkan
rasio yang berbeda yaitu 12 : 3 : 1.
7. Bentuk-bentuk penyimpangan semu hukum Mendel antara lain.
a. Interaksi antar-alel :
− Kodominan (Codominance) ;
− Dominasi tidak sempurna (Incomplete Dominancel Intermediet) ;
− Alel ganda ; dan
− Alel lethal.
b. Interaksi genetik :
− Atavisme ;
− Epistasis dan hipostasis ;
− Polimeri ; dan
− Kriptomeri.

H. Analisis dan Pembahasan

Praktikum ini mengambil suatu topik yaitu Menentukan rasio fenotip F2 pada peristiwa epistatis
dan hipostatis dalam penyilangan dihibrid. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tempo hari,
didapatkan berbagai data-data yang menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai topik tersebut.

Pada percobaan penyilangan dihibrid epistasis dan hipostasis yang dilakukan tempo hari,
terdapat gen P yang membawa sifat utih dan bersifat epistasis, gen K yang membawa sifat kuning
dan bersifat hipostatis, serta gen p dan k yang membawa sifat hijau.

Setelah melakukan percobaan penyilangan dihibrid dengan menyilangkan parental jantan PpKk
dan betina PpKk yang menghasilkan gamet masing-masing PK, Pk, pK, dan pk sebanyak 96 kali,
rasio fenotip yang dihasilkan yakni 11.31 : 3.42 : 1.25. Hal ini mendekati rasio fenotip 12 : 3 : 1.
Hal ini tidak sama dengan penyilangan dihibrid dominasi penuh hukum mendel yang menghasilkan
rasio fenotip 9 : 3 : 3 : 1. Hal ini terjadi dikarenakan adanya gen P yang bersifat epistasis sehingga
bersifat menutupi sifat gen yang berada di bawahnya. Serta adanya gen K yang bersifat hipostasis
sehingga bersifat ditutupi oleh gen epistasis (P). Hal ini menyebabkan rasio fenotipnya berubah
menjadi 12 : 3 : 1. Karena rasionya yang menyimpang maka hal ini disebut sebagai penyimpangan
semu hukum Mendel.

I. Kesimpulan

Dengan hasil yang didapat, dapat diketahui bahwa hasil persilangan tidak selalu menghasilkan
hasil dengan rasio fenotip yang sama. Hal ini terjadi karena beberapa gen tidak saling memengaruhi
pada saat menghasilkan fenotip. Seperti pada percobaan yang dilakukan tempo hari, rasio fenotip
memiliki perbedaan dengan rasio fenotip hukum Mendel. Hal ini disebut penyimpangan semu
hukum Mendel.

Anda mungkin juga menyukai