Anda di halaman 1dari 94

Perencanaan dan Pengadaan

Kelompok 2
Aditya Sindu Sakti – 1306397072 Ratna Sulistiarini - 1306376502
Avi Rahmadiah – 1306376995 Merry Flora - 1306376931
Chavella Avatara – 1306402545
Devi Indriani – 1306377423
Pedoman dan Tahapan
Perencanaan
Chavella Avatara
1306402545
Pengertian
Perencanaan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu dan efisien. (PMK No 72 Tahun 2016)

Tujuan
Menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan
yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar.

Kementerian Kesehatan RI. (2008). KepMenKes RI no:1121/MenKes/SK/XII/2008 tentang pedoman teknis pengadaan obat publik
dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Manfaat
Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran

Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan

Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran

Estimasi kebutuhan obat lebih tepat

Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat

Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal

Kementerian Kesehatan RI. (2008). KepMenKes RI no:1121/MenKes/SK/XII/2008 tentang pedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan
kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Langkah Perencanaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Terpadu

Penyusunan Rencana Kerja Operasional


(Plan of Action)

Penyusunan Rencana Kerja Operasional


sesuai dengan jenis kegiatan

Melaksanakan perencanaan obat dan


perbekalan kesehatan

Kementerian Kesehatan RI. (2008). KepMenKes RI no:1121/MenKes/SK/XII/2008 tentang pedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan
untuk pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Contoh Rencana Kerja Operasional dalam perencanaan
Pedoman Perencanaan

Anggaran yang Penetapan


Pola penyakit
tersedia Prioritas

Data penggunaan Rencana


Sisa persediaan
periode lalu pengembangan

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Japan International Cooperation Agency. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan
Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Tahapan Perencanaan

Evaluasi
Perhitungan
Kebutuhan
Kompilasi
Penggunaan
Pemilihan

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Japan International Cooperation Agency. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Pemilihan

Fungsi untuk menentukan apakah perbekalan farmasi benar-


benar diperlukan sesuai dengan jumlah
pasien/kunjungan dan pola penyakit di rumah sakit

Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Japan International Cooperation Agency. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dasar Seleksi Kebutuhan Obat
Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik  efek terapi lebih baik, efek
samping sedikit

Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin  menghindari duplikasi dan kesamaan jenis
• Apabila terdapat beberapa jenis obat dengan indikasi yang sama dalam jumlah banyak  Drug of Choice
dari penyakit yang prevalensinya tinggi.

Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik

Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut mempunyai efek yang lebih
baik dibandingkan obat tunggal

Kementerian Kesehatan RI. (2008). KepMenKes RI no:1121/MenKes/SK/XII/2008 tentang pedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan
untuk pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kriteria Pemilihan Obat
Merupakan kebutuhan u/ sebagian besar populasi penyakit.

Memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah.

Memiliki manfaat besar dengan risiko yang kecil.

Mempunyai mutu yang terjamin baik dari segi stabilitas dan BAnya.

Biaya pengobatan mempunyai rasio manfaat/biaya yang baik.

Kementerian Kesehatan RI. (2008). KepMenKes RI no:1121/MenKes/SK/XII/2008 tentang pedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan
kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Lanjutan
Bila terdapat >1 pilihan, dg efek terapi serupa, maka dipilih obat yang:
• Sifatnya paling banyak diketahui berd. data ilmiah
• Sifat Farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan
• Stabilitas yang paling baik
• Paling mudah diperoleh
Harga terjangkau

Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.

Kementerian Kesehatan RI. (2008). KepMenKes RI no:1121/MenKes/SK/XII/2008 tentang pedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hal yang Harus Dipertimbangkan

• Kontraindikasi
• Peringatan dan Perhatian
• Efek Samping
• Stabilitas

Kementerian Kesehatan RI. (2008). KepMenKes RI no:1121/MenKes/SK/XII/2008 tentang pedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk
pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Keuntungan Seleksi Kebutuhan Obat

• Lebih mudah dalam hal pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian


• Jaminan kualitas yang lebih baik
• Dispensing lebih mudah
• Meningkatkan ketersediaan obat
• Biaya lebih murah

Management Sciences For Health. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences For Health.
Daftar Pustaka
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan & Japan International
Cooperation Agency. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2008). KepMenKes RI no:1121/MenKes/SK/XII/2008
tentang pedoman teknis pengadaan obat publik dan perbekalan kesehatan untuk
pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun
2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
Management Sciences For Health. (2012). MDS-3: Managing Access to Medicines and
Health Technologies. Arlington, VA: Management Sciences For Health.
Kompilasi Penggunaan dan
Perhitungan Kebutuhan
Ratna Sulistiarini - 1306376502
Kompilasi Penggunaan
• Kompilasi pemakaian  rekapitulasi data pemakaian perbekalan farmasi di
unit pelayanan kesehatan.

Informasi yang Didapat


• Jumlah penggunaan tiap perbekalan farmasi pada masing-masing unit
pelayanan.
• Persentase penggunaan tiap jenis perbekalan farmasi terhadap total
penggunaan setahun seluruh unit pelayanan.
• Penggunaan rata-rata untuk setiap jenis perbekalan farmasi.
Perhitungan Kebutuhan

Perbekalan
Koordinasi &
Perencanaan farmasi tepat
proses
kebutuhan Perlu jenis, jumlah,
perencanaan
obat / perhitungan waktu, dan
terpadu &
perbekalan secara tepat tersedia pada
melalui
farmasi saat
tahapan
dibutuhkan.
Lanjutan
• Pendekatan perencanaan kebutuhan dapat dilakukan dengan beberapa
metode:

Metode
Metode Konsumsi
Morbiditas/Epidemiologi
Metode Konsumsi
• Didasarkan pada data riil konsumsi perbekalan farmasi periode
sebelumnya, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi. Beberapa hal
yang harus diperhatikan:
• Pengumpulan dan pengolahan data
• Analisa data untuk informasi dan evaluasi
• Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
• Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana
Rumus Metode Konsumsi
Keterangan:
A = Rencana pengadaan
A = (B + C + D) - E B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Safety Stock (10-20%)
D = Lead time (3-6 bulan)
E = Sisa stok
Contoh Perhitungan
• Selama tahun 2016 (Januari – Desember) pemakaian amoksisilin kaplet
sebanyak 2.500.000 kaplet untuk pemakaian selama 10 (sepuluh) bulan.
Pernah terjadi kekosongan selama 2 (dua) bulan. Sisa stok per 31
Desember 2016 adalah 100.000 kaplet.
Perhitungan
• Pemakaian rata-rata per bulan 2.500.000 tablet/10 = 250.000 kaplet
• Kebutuhan pemakaian 12 bulan = 250.000 x 12 = 3.000.000 kaplet (B)
• Safety stock (10-20%) = 20% x 3.000.000 kaplet = 600.000 kaplet (C )
• Lead time (waktu tunggu) 3 bulan = 3 x 250.000 = 750.000 kaplet (D)
• Kebutuhan amoksisilin kaplet tahun 2017 adalah B + C + D yaitu
3.000.000 + 600.000 + 750.000 kaplet = 4.350.000 kaplet.
• Jadi pengadaan tahun 2017 adalah
A = (B+C+D) - E
A = 4.350.000 kaplet – 100.000 kaplet
A = 4.250.000 kaplet
Metode Morbiditas/Epidemiologi
• Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit.
• Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit,
perkiraan jumlah kunjungan, waktu tunggu, dan stok pengaman.
Langkah-langkah dalam metode morbiditas:
Menentukan jumlah pasien yang dilayani.

Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit.

Menyediakan formularium/standar/pedoman perbekalan farmasi.

Menghitung perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi.

Penyesuaian dengan aloksai dana yang tersedia.


Contoh Perhitungan
1. Menghitung masing-masing obat yang diperlukan per penyakit:
• Sebagai contoh pada pedoman pengobatan untuk penyakit diare akut pada orang
dewasa dan anak-anak digunakan obat oralit dengan perhitungan sbb:
• Contoh untuk anak:
• Satu siklus pengobatan diare diperlukan 15 bungkus oralit @ 200 ml.
• Jumlah kasus = 18.000 kasus.
• Jumlah oralit yang diperlukan = 18.000 kasus x 15 bungkus = 270.000 bungkus @ 200 ml
• Contoh untuk dewasa:
• Satu siklus pengobatan diare diperlukan 6 bungkus oralit @ 1 liter.
• Jumlah kasus = 10.800 kasus.
• Jumlah oralit yang diperlukan = 10.800 kasus x 6 bungkus = 64.800 bungkus @ 1 liter
Contoh Perhitungan
2. Pengelompokan dan penjumlahan masing-masing obat.
Contoh :
• Tetrasiklin kapsul 250 mg digunakan pada berbagai kasus penyakit.
• Kolera diperlukan = 3.000 kapsul
• Disentri diperlukan = 5.000 kapsul
• Amubiasis diperlukan = 1.000 kapsul
• Infeksi saluran kemih = 2.000 kapsul
• Penyakit kulit diperlukan = 500 kapsul
• Jumlah Tetrasiklin diperlukan = 11.500 kapsul
Selain perhitungan di atas, kebutuhan obat yang akan datang harus memperhitungkan:
perkiraan peningkatan kunjungan, lead time, dan stok pengaman.
Referensi:
• KMK No. 1121 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar.
• Managing Drug Supply. (2012). Managing Access to Medicine and Health
Technologies.
• Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan & Japan Internasional
Cooperation Agency. (2010). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah
Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Evaluasi Perencanaan
Avi Rahmadiah
1306376995
Perhitungan Jumlah
Evaluasi
Kebutuhan kebutuhan

• Analisa ABC
• Kriteria VEN
• Kombinasi ABC
dan VEN
• Revisi daftar
perbekalan farmasi
Analisa ABC
• ABC  peringkat dimana urutan dimulai dengan yang terbaik/terbanyak
• Untuk evaluasi aspek ekonomi

Penggunaan Dominasi
banyak alokasi Analisis ABC
Perbekalan anggaran (Identifikasi
farmasi Harga (anggaran & evaluasi)
mahal besar)
Prinsip Utama
Menempatkan jenis-jenis perbekalan farmasi ke dalam suatu urutan, dimulai
dengan jenis yang memakan anggaran terbanyak
• Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi dan daftar harga masing-masing
• Hitung jumlah dana untuk masing-masing perbekalan farmasi, lalu anggaran total
• Urutkan daftar perbekalan farmasi dimulai dengan jenis perbekalan yang membutuhkan
dana terbanyak
• Hitung persentase masing-masing perbekalan terhadap anggaran total
• Hitung persentase kumulatif
Perbekalan farmasi kategori A menyerap anggaran 70%
Perbekalan farmasi kategori B menyerap anggaran 20%
Perbekalan farmasi kategori C menyerap anggaran 10%
Jumlah Harga %
No Nama obat Satuan Harga total Persentase Kategori
penggunaan (satuan) Kumulatif
1 Baquinor cap Kapsul 2000 10.500 21.000.000 20,76% 20,76%
2 Plasbumin Botol 20 1.020.000 20.400.000 20,17% 40,93% A
3 Pamol Tablet 25000 700 17.500.000 17,30% 58,23%
4 Amoxan 50 mg Kapsul 5000 3.000 15.000.000 14,83% 73,06%
5 Ciprofloxacin 500 mg Kapsul 1500 7.000 10.500.000 10,38% 83,44% B
6 Amikin Injeksi 50 120.000 6.000.000 5,93% 89,37%
7 Lasix Tablet 2000 2.500 5.000.000 4,94% 94,32%
8 Amoxan syr Botol 100 15.000 1.500.000 1,48% 95,80%
9 Asam mefenamat Kapsul 400 3.000 1.200.000 1,19% 96,98%
10 Na diklofenak Tablet 500 2.000 1.000.000 0,99% 97,97%
11 Kloramfenikol Kapsul 400 1.500 600.000 0,59% 98,57% C
12 Vit B1 Tablet 100 5.000 500.000 0,49% 99,06%
13 Theopilin Tablet 3000 150 450.000 0,44% 99,51%
14 Diazepam Tablet 1000 300 300.000 0,30% 99,80%
15 Vit C Tablet 50 4.000 200.000 0,20% 100,00%
Anggaran total 101.500.000 100%
Kriteria VEN
Menentukan priorotas • Vital  life saving drugs,
Vital kebutuhan suatu
perbekalan farmasi
obat utk pelayanan kesehatan
pokok (insulin, vaksin, obat
jantung)
Esensial untuk evaluasi aspek
medik/terapi
• Esensial  efektif
menyembuhkan penyakit
Non- • Harus tersedia ?
• Perlu tersedia ?
(antibiotik, AINS)
• Non-esensial  untuk self-
• Tidak proritas untuk
esensial disediakan ?
limiting disease, mengatasi
kekluhan ringan (vitamin,
suplemen)
Menyusun kriteria
utk menentukan
VEN

Menyediakan data
pola penyakit

Merujuk pada
pedoman
pengobatan
Kombinasi ABC dan VEN

Analisa ABC Kriteria VEN


Hanya berdasarkan nilai Pengalokasian danan sulit
harga barang dan jumlah terutama bila dana yang
penggunaannya tersedia minim

Kombinasi
ABC & VEN
A B C

V VA VB VC

E EA EB EC

N NA NB NC

* Komunikasikan Prioritas pertama


lebih dulu dengan untuk dikurangi
dokter bisa dari rencana Bila dana
dikurangi atau tidak kebutuhan* masih kurang

• Kategori VA, VB, VC  harus selalu ada, harus diadakan tanpa memperdulikan sumber anggaran
• Kategori EA, EB, EC  harus ada, dialokasikan pengadaannya dari sumber dana tertentu
• Kategori NA, NB, NC  tidak harus ada, dialokasikan pengadaannya setelah 2 kategori
sebelumnya terpenuhi
Revisi Daftar Perbekalan Farmasi
• Bila langkah-langkah analisis ABC atau VEN terlalu sulit
• Diperlukan tindakan cepat untuk mengevaluasi daftar perencanaan
• Sebelumnya, perlu dikembangkan dahulu kriterianya, perbekalan farmasi atau
nama dagang apa yang dapat dikeluarkan dari daftar.
Referensi
• Menteri Kesehatan. (2008). Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik Dan
Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1121/MENKES/SK/XII/2008. Jakarta:
Kemenkes RI.
• Depkes RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Definisi, Tujuan, dan
Siklus Pengadaan
Devi Indriani -1306377423
Definisi
Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga
yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
(Permenkes no.72 th 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di RS)

Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah
yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
(Permenkes no.72 th 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di RS)

Pengadaan didefinisikan sebagai proses pembelian persediaan langsung dari pemasok baik swasta,
nasional atau multinasional melalui global agency.
(Management Sciences for Health, 2012)
Tujuan
Tersedianya obat dengan jenis
dan jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan pelayanan
kesehatan

Obat dapat
Mutu obat
diperoleh pada saat
terjamin
dibutuhkan
Siklus pengadaan

Management Sciences for Health, 2012, MDS-3 : Managing Access to Medicines


and Health Technologies, Management sciences for Health, Arlington.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
• Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
• Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
• Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus mempunyai
Nomor Izin Edar.
• Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-
lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan

Permenkes no.72 th 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di RS


Metode Pengadaan Sediaan
Farmasi
Devi Indriani - 1306377423
Metode pengadaan menurut Pedoman
Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit
• Tender Terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan sesuai
Tender dengan kriteria yang telah ditentukan.
Terbuka

• Tender Terbatas, sering disebut lelang tertutup. Hanya dilakukan pada rekanan
Tender tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat jejak yang baik.
Tertutup

• Pembelian dengan tawar menawar, dilakukan bila item tidak penting, tidak
Tawar banyak dan biasanya dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.
Menawar

• Pembelian langsung, pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia. Harga


Pembelian tertentu, relatif agak lebih mahal.
Langsung

Binfar, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
METODE PENGADAAN

UMUM GLOBAL

Management Sciences for Health, 2012, MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies, Management sciences for Health, Arlington.
METODE PENGADAAN UMUM
Open Tender/ Tender Terbuka
Semua tender terbuka bagi siapapun, dapat diikuti oleh pemasok lokal
maupun internasional namun peserta harus tunduk kepada ketentuan dan
syarat yang telah ditentukan. Peserta tender saling berkompetisi untuk
memberikan penawaran yang telah disesuaikan.

Restricted Tender/ Tender Tertutup


Pemasok yang mengikuti tender sudah disetujui terlebih dahulu melalui
proses prekualifikasi. Prekualifikasi meliputi Good Manufacturing Practice
(GMP), riwayat kemampuan (track record) pemasok dan ketersediaan
biaya yang dimiliki.

E-procurement and Reverse Auction


E-procurement merupakan tender berbasis internet. Para kompetitor akan
saling memberikan penawaran dan kemudian beberapa kompetitor yang
memenuhi kualifikasi dipilih terlebih dahulu melalui tender tertutup.

Management Sciences for Health, 2012, MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies, Management sciences for Health, Arlington.
METODE PENGADAAN UMUM
Competive Negotiation/ Negosisasi Kompetitif
Pada metode negosiasi kompetitif, negosiasi pembeli akan membatasi jumlah
supplier / pemasok (biasanya 3) karena terdapat kuota biaya. Pembeli dapat
melakukan tawar-menawar untuk mendapatkan harga yang sesuai atau harga yang
diinginkan.

Pembelian secara lokal atau international/ International


or lokal shopping

Metode ini hanya menjelaskan bahwa pembelanjaan untuk pengadaan dapat


diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Prinsip yang digunakan masih
dengan tawar-menawar atau negosiasi dengan kuota pemasok biasanya 3.

Pengadaan Langsung/ Direct Procurement

Metode pengadaan langsung merupakan pengadaan paling sederhana tetapi


paling mahal. Pengadaan biasanya langsung dari satu pemasok dengan harga
yang sudah ditentukan atau dengan potongan harga tertentu dari pemasok.

Management Sciences for Health, 2012, MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies, Management sciences for Health, Arlington.
METODE PENGADAANGLOBAL
Sistem Pemasok terintegrasi
“Lokal-Global” • Metode ini digunakan untuk menyeimbangkan permintaan dan
distribusi akan kebutuhan secara global dengan adanya managemen
(Integrated “Local-to-Global” Supply tender melalui suatu organisasi.
Chain System)

Pengadaan berbasis donasi • Contoh metode ini dilakukan dalam penanggulangan TB yaitu WHO
organisasi global memfasilitasi pengadaan obat-obatan TB melalui penggalangan
donasi secara global dan mendistribusikan obat-obatan TB untuk
(Donor-supported Global Procurement membantu negara-negara yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Agencies)

Badan Pengadaan Non-profit • Badan ini yang melakukan pengadaan obat-obatan dan komoditi
kesehatan lain untuk sektor pemerintahan dan non pemerintahan di
(Nonprofit Procurement Agencies) negara-negara berkembang namun tidak selalu berbasis donasi.

Management Sciences for Health, 2012, MDS-3 : Managing Access to Medicines and Health Technologies, Management sciences for Health, Arlington.
Referensi
• Management Sciences for Health, 2012, MDS-3 : Managing Access to Medicines
and Health Technologies, Management sciences for Health, Arlington.
• Binfar, 2008, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
• Permenkes no.72 th 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di RS
• (KMK RI No. 1412 / Menkes / SK / XI / 2002)
Good Pharmaceutical
Procurement
oleh : Merry Flora - 1306376931
Prinsip Good Pharmaceutical Procurement Practice

Pembayaran
Pembelian Pembatasan
Terpercaya dan Pengadaan dalam Kualifikasi dan
berdasarkan Nama Pembelian pada Obat
Manajemen Volume Besar Monitoring Pemasok
Generik Generik
Keuangan yang Baik

Memesan Jumlah
Prosedur Tertulis dan Separation of key
Competitive Procurement Monopsony commitment Produk sesuai
Transparan function
Kebutuhan

Audit Keungan
Program Jaminan Tahunan dengan Pelaporan Kinerja
Kualitas Produk Hasil yang Pengadaan
Dipublikasi
1. Pembayaran Terpercaya dan Manajemen Keuangan yang Baik

• Membangun mekanisme pembayaran yang terpercaya, cepat dan tepat 


menghemat biaya pembelian obat
• Membuat mekanisme keuangan terpisah dari bidang lain (pembuatan
rekening bank khusus untuk bagian pengadaan)  pengadaan sediaan
farmasi secara independen
2. Pembelian berdasarkan Nama Generik

• Lakukan pembelian berdasarkan nama generik untuk membentuk persaingan


yang adil bagi pemasok
• Penurunan harga sediaan farmasi secara luas telah diarahkan oleh pembelian
berdasarkan nama generik
3. Pembatasan Pembelian pada Obat Generik

• Pilih obat yang aman, efektif, dan cost-effective


• Beli obat yang terdaftar dalam Formularium Nasional  cara paling efektif
untuk mengontrol biaya pengadaan
• Gunakan prosedur penerimaan formal untuk pengadaan obat yang tidak ada
dalam ForNas
4. Pengadaan dalam Volume Besar
• Fokus membeli obat-obatan yang ada dalam daftar sehingga dapat
memperbanyak kuantitas obat yang dibeli  menghemat harga

5. Kualifikasi dan Monitoring Pemasok


• Kerjasama dengan pemasok yang terkualifikasi berdasarkan kualitas sediaan farmasi
yang dijual, pelayanan, dan biaya yang ditawarkan
• Kerjasama dengan pemasok yang menang tender (memenuhi kualifikasi)
6. Competitive Procurement
• Ajukan penawaran yang kompetitif untuk memilih pemasok untuk mendapatkan
harga
terbaik
• Hanya terima pemasok yang menang tender
• Lakukan evaluasi pada pemasok terpilih

7. Monopsony commitment
• Monopsoni merupakan situasi yang melibatkan 1 pembeli dengan banyak penjual
• RS harus komitmen dengan pemasok yang mennag tender. Setelah ttd kontrak
dalam jangka waktu ttt, RS tidak boleh menerima penawaran pemasok lainnya
8. Memesan Jumlah Produk sesuai Kebutuhan
• Pengaturan jumlah dan jenis obat yang akan dibeli harus sesuai dengan
proses seleksi dan perencanaan
• Catat pemakaian sediaan farmasi
• Atur data-data seperti kelebihan stok maupun stok habis secara
sistematik  menghindari kelebihan/kekurangan stok pada periode
pengadaan selanjutnya
• Sesuaikan kebutuhan sekarang dengan kebutuhan yang akan datang
9. Prosedur Tertulis dan Transparan

• Kembangkan dan ikuti prosedur yang sudah tertulis untuk seluruh aspek pengadaan
• Buat informasi tentang proses tenderisasi dan publikasi hasilnya pada seluruh unit

10. Separation of key function


• Pisahkan fungsi-fungsi yang membutuhkan keahlian khusus. Orang yg mengurus
perencanaan harus berbeda dg pengadaan, harus berbeda dengan yang
menerima barang  kerja efektif
11. Program Jaminan Kualitas Produk

• Tetapkan dan pertahankan sistem formal untuk menjamin kualitas produk termasuk
sertifikasi jaminan kualitas produk, inspeksi kiriman, tes Lab, dan pelaporan
produk yang mencurigakan

12. Audit Keungan Tahunan dg Hasil yang Dipublikasi

• Adakan audit keuangan tahunan untuk meningkatkan kepatuhan terhadap


prosedur pengadaan, ketepatan waktu pembayaran, dan faktor2 terkait
• Publikasian hasilnya untuk menyediakan pengawasan dari seluruh unit
13. Pelaporan Kinerja Pengadaan

• Laporkan indikator-indikator pelaksanaan pengadaan utama dan bandingkan


dengan target tahunan.
• Gunakan indikator utama tersebut sebagai rasio/perbandingan dengan harga pasar,
waktu tunggu pemasok, persentase tender yang dibuat oleh pesaing
• Pelaporan pembayaran terencana versus pembayaran aktual/sebenarnya.
Tujuan GPPP
Empat tujuan strategis yang mendasari prinsip operasional untuk pengadaan sediaan
farmasi yang baik antara lain:

1. Membeli obat yang paling cost-effective dengan jumlah yang tepat.


2. Memilih produk kualitas tinggi dari pemasok terpercaya.
3. Pengiriman tepat waktu
4. Mencapai serendah-rendahnya total biaya yang mungkin dikeluarkan.

Setiap prinsip menjelaskan bagaimana Good Pharmaceutical Procurement Practice


berkontribusi untuk mencapai setinggi-tingginya kualitas, cost-effective,
dan efisien waktu dalam memasok sediaan farmasi dengan serendah-rendahnya total
biaya pembelian.
Referensi
• Management Sciences for Health, 2012, MDS-3: Managing Access
to Medicines and Health Technologies, Management Science for
Health, Arlington

• WHO, 1999, Operational Principles for Good Pharmaceutical


Procurement, World Health Organization, Geneva
Persyaratan produk
Aditya Sindu Sakti
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Kriteria obat dan 2. Persyaratan


perbekalan kesehatan pemasok

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan. (Lampiran Hal 34-35).
KRITERIA OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan harus memenuhi :

1. Kriteria Umum

2. Kriteria Mutu

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan. (Lampiran Hal 34-35).
KRITERIA OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
Kriteria Umum
Obat termasuk dalam daftar obat PKD, obat program kesehatan, obat generik
yang tercantum dalam DOEN yang masih berlaku.
Memiliki izin edar atau Nomor Registrasi dari Departemen Kesehatan RI/Badan
POM.

Batas kadaluwarsa pada saat diterima oleh panitia penerimaan minimal 24 bulan.

Khusus untuk vaksin dan preparat biologis ketentuan kadaluwarsa diatur


tersendiri.
Memiliki Sertifikat Analisa dan uji mutu yang sesuai dengan Nomor Batch masing-
masing produk.

Obat diproduksi oleh Industri Farmasi yang memiliki Sertifikat CPOB untuk
masing-masing jenis sediaan yang dibutuhkan.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan. (Lampiran Hal 34-35).
KRITERIA OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

Kriteria Mutu

Persyaratan mutu obat dan perbekalan kesehatan harus


sesuai dengan persyaratan mutu yang tercantum
dalam Farmakope Indonesia edisi terakhir dan
persyaratan lain sesuai peraturan yang berlaku.

Industri Farmasi bertanggungjawab terhadap mutu obat


hasil produksinya. melalui pemeriksaan mutu (Quality
Control) yang dilakukan oleh Industri Farmasi.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan. (Lampiran Hal 34-35).
PERSYARATAN PEMASOK

pemilihan pemasok dapat


Persyaratan mempengaruhi kualitas dan
Pemasok kuantitas obat dan perbekalan
kesehatan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan. (Lampiran Hal 34-35).
PERSYARATAN PEMASOK

Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi ( PBF ) yang masih berlaku

PBF harus memiliki dukungan dari Industri Farmasi yang memiliki sertifikat
CPOB bagi masing-masing jenis sediaan obat yang dibutuhkan.

PBF harus memiliki reputasi yang baik dalam bidang pengadaan obat

Pemilik dan atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggungjawab PBF tidak sedang


dalam proses pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan profesi
kefarmasian.

Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan masa kontrak.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 1121/MENKES/SK/XII Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan. (Lampiran Hal 34-35).
Proses Tender
Aditya Sindu Sakti
1306397072
Pendahuluan
Tender adalah tawaran untuk mengajukan harga, memborong
pekerjaan, atau menyediakan barang yang diberikan oleh
perusahaan swasta besar atau pemerintah kepada perusahaan-
perusahaan lain.
• Proses pengadaan memerlukan keputusan-keputusan yang tepat
untuk menentukan supplier.
• Sesuai dengan kondisi masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan.
• Proses pengadaan dapat dilakukan setelah mendapatkan supplier
melalui proses tender.
Peraturan Presiden No. 4 tahun 2015 tentang Pengadaan
Barang atau Jasa Pemerintah

Pemilihan penyedia barang pemerintah:

Pelelangan umum & Penunjukkan langsung 


pelelangan sederhana keadaan tertentu & barang
khusus
Maks. 5.000.000.000,- (Lima Miliar)
Maks. 100.000.000.000,- (Seratus Miliar)

Pengadaan langsung
E-Tendering Pemilihan langsung
Maks. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta)
Maks. 5.000.000.000,- (Lima Miliar) Jasa konsultasi.
Maks. 200.000.000,- (Lima Puluh
Juta) Paket jasa dan barang.
Tahapan Tender (MDS)
disesuaikan dgn PP. No.4 Th 2015
Memilih dan Memilih pemasok Menyiapkan dan
Menentukan pola Menerima dan
menghitung sediaan untuk berpartisipasi mengirim dokumen
dan cakupan tender membuka tawaran
farmasi dalam tender tender

Mengeluarkan Melaksanakan
Memonitor
Mengumpulkan kontrak kepada syarat-syarat
Memutuskan tender pelaksanaan dan
tawaran penawar yang kontrak sesuai
kualitas produk
menang kebutuhan

Minimal 3 pengusul Kontrak >100.000.000.000,- Maks. 50 Hari


tender (Seratus Miliar) harus dengan Kalender
ahli hukum kontrak
Tanda bukti perjanjian
Bukti
pembelian > 10.000.000,-

E-Purchasing

Surat > 50.000.000,-


Kuitansi
pesanan

Meliputi

> 200.000.000,- barang Surat


SPK > 200.000.000,-
> 50.000.000,- jasa perjanjian
Tahapan Tender berdasarkan PP. No. 4 th. 2015
tentang Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah
• E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia E-Catalog
Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat
diikuti oleh semua Penyedia Barang/Jasa yang terdaftar
pada sistem pengadaan secara elektronik dengan cara E-Purchasing
menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu
yang telah ditentukan. Online melalui web LKPP - Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang Jasa
Pemerintah
Undangan
Tahapan
E-Tendering Pemasukan penawaran harga

Pengumuman pemenang
Referensi
• Menteri Kesehatan. (2008). Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik Dan
Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar. Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1121/MENKES/SK/XII/2008. Jakarta:
Kemenkes RI.
• PERPRES No.4 Tahun 2015, tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.
• Quick D Jonathan. Managing Drug Supply. 2nd ed. Management Sciences for
Health. Kumarian Press. USA. 1997 : 164-185
Special Access Sheme (Mekanisme Jalur
Khusus)
• Adalah pemasukan alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar yang sangat
dibutuhkan ke wilayah Indonesia melalui jalur khusus.
• Izin SAS  melaui jalur khusus dari menteri kesehatan yang dilimpahkan
pada direktur jendral.

SAS SAS non


donasi donasi
• Pelayanan kesehatan

SAS Donasi •

Program pemerintah program kesehatan
Penelitian dan pengembangan
• Penanggulangan KLB, wabah atau bencana

• Penggunaan khusus atas permintaan dokter


• Program pemerintah bidang kesehatan
SAS Non donasi •

Penelitian dan pengembangan
Pendidikan dan pelatihan
• Pameran kesehatan berskala nasional
Kriteria alkes yang dapat dimasukkan melalui
SAS
• Memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan negara
• Memperhatikan kebutuhan dan stok nasional
• Memenuhi standar dan persyaratan keamanan, manfaat, dan mutu
• Mendukung kebijakan pemerintah dibidang kesehatan
• Berasal dari sumber resmi
• Ketersediaannya langka
• Belum tersedia produk sejenis
• Bersifat insidentil dan bukan untuk keperluan reguler dan kepentingan komersial
Lanjutan...
• Selain memenuhi kriteria diatas alkes yang dimasukkan melalui SAS harus
memiliki masa kadaluarsa paling sedikit 2 tahun sejak permohonan izin SAS
disetujui.
• Dikecualikan untuk

Alkes tertentu Alkes yg


Alkes yang
berdasarkan standar diperuntukkan bagi
diperuntukkan bagi
pelayanan yg kebutuhan
penggunaan khusus
berlaku memiliki penanggulangan
atas persetujuan
masa kadaluarsa KLB, wabah, dan
dokter
kurang dari 2 tahun bencana
• Alkes yang mengandung radiasi pengion, selain harus memiliki izin SAS juga
harus mendapat izin pemasukan dari Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
• Izin SAS berlaku untuk 1 kali pemasukan dengan jangka waktu 3 bulan sejak
tanggal dikeluarkan.
• Alkes yang masuk ke wilayah Indonesia meleui SAS dilarang untuk
diperjualbelikan.
Referensi
• Permenkes RI No 51 tahun 2014 tentang pemasukan alat kesehatan melalui
mekanisme jalur khusus (Special Access Sheme)
Pengelolaan dan Penggunaan Obat melalui
Mekanisme Jalur Khusus
 Obat yang sangat dibutuhkan bagi pelayanan kesehatan masyarakat tetapi
belum mempunyai izin edar
 Termasuk kriteria obat khusus
• Obat Piatu (Orphan Drugs)  obat yang sangat dibutuhkan untuk
pengobatan penyakit langka, telah dibuktikan keamanan dan efektifitasnya
• Obat yang sangat dibutuhkan namun tidak mempunyai nilai komersial
Kriteria Pasien
• Pasien dibagi menjadi dua kategori sesuai dengan kondisi klinis :
 Kategori A : Pasien dalam keadaan terminal dan pasien dalam keadaan sakit
berat yang mengancam hidup dan akan meninggal dalam waktu singkat bila
tidak segera mendapat pengobatan
 Kategori B : Semua pasien kecuali yang termasuk dalam kategori A
Hak Pasien
Kondisi berikut memungkinkan pasien untuk mengakses obat dengan jalur
khusus, yaitu :
• Akses segera, bagi pasien dalam kondisi terminal untuk mendapatkan
hampir semua produk termasuk yang masih dalam penelitian
• Akses terhadap obat yang telah ditarik dari peredaran alasan komersial atau
alasan lain
• Akses terhadap produk yang tersedia diluar negeri tetapi belum dipasarkan di
Indonesia
Informed Consent
Akses terhadap jalur obat harus terlebih dahulu meminta Informed Consent dari pasien atau walinya.
Pasien harus diberi penjelasan khusus sebagai berikut :
 Bahwa produk tersebut belum mempunyai izin edar
 Kemungkinan manfaat-risiko dari pengobatan
 Kemungkinan risiko yang tidak diketahui dan efek samping yang timbul lambat
 Alternatif pengobatan menggunakan produk yang telah mempunyai izin edar
 Memberikan teguran atau peringatan atau sanksi
 Melakukan permintaan impor produk sesuai dengan kebutuhan PROS
 Melaporkan kegiatan setiap 3 bulan kepada Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian
dan Alat Kesehatan
Kewajiban Tim Penilai Pusat
• Melakukan evaluasi akhir obat atas mutu, keamanan, dan efektifitasnya
• Mensinkronisasikan kebijakan atau peraturan yang ada dengan kebutuhan
pelayanan medik
Hak dan Kewajiban Distributor
• Distributor wajib mendistribusikan obat kepada PROS yang
membutuhkannya dalam waktu sesingkat-singkatnya
• Distributor wajib membuat laporan berkala setiap tiga bulan kepada
Departemen Kesehatan dan Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan
Alat Kesehatan
• Distributor bertanggungjawab melakukan monitoring penggunaan obat,
termasuk laporan efek samping, serta kajian keuntungan-risiko produk
Hak dan Tanggung Jawab Importir
• Mengimpor obat sesuai permintaan PRON dalam waktu sesingkat-singkatnya
• Membuat pencatatan dan pelaporan mengenai obat yang diimpor secara
berkala setiap tiga bulan kepada Departemen Kesehatan dan Direktorat
Jenderal Pelayanan Kearmasian dan Alat Kesehatan
Kewajiban Pemerintah
• Menjamin ketersediaan obat dengan tetap memegang prinsip bahwa produk
yang tersedia terjamin keamanan, efektifitas, dan mutunya
• Menentukan kebutuhan pengadaan atas dasar tinjauan kasus per kasus
• Izin yang didapat melalui jalur khusu ini bersifat sementara, sebagai
penundaan terhadap izin edar regular
• Pemerintah wajib menyediakan sistem informasi terkait tentang obat
Alur Pengadaan Obat untuk Pasien Kategori B

Tim Penilai Importir/


Dokter PROS PRON
Pusat Distributor

Pasien
Referensi
• Depkes. 2002. Pengelolaan dan Penggunaan Obat, Alat, dan Makanan
Kesehatan Khusus. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai