Anda di halaman 1dari 12

Acute

Compartment
Syndrome
Kelompok 7
Pendahuluan…
• Sindrom Kompartemen pertama kali dijelaskan oleh Richard von Volkmann di
tahun 1881 dengan dugaan bahwa paralisis dan kontraktur terjadi secara
bersamaan sebagai hasil dari gangguan aliran darah otot yang mengalami
serangan. Paul Jepson pada tahun 1924 menemukan bahwa bedah dekompresi
yang segera dapat mencegah kontraktur ini.

• Saat ini acute compartemen syndrome (ACS) dikategorikan sebagai sebuah


bedah emergensi.
Etiologi..
● ACS didefinisikan sebagai peningkatan tekanan kritis dalam ruang kompartemen
terbatas yang menyebabkan penurunan tekanan perfusi ke jaringan di dalam
kompartemen itu. Peningkatan tekanan interstitial dalam kompartemen osseo-
fasia dapat menyebabkan ACS.
● Penyebab tersering dari ACS adalah
‘tibial shaft fractures’ (2% -9% kasus).

3
Patofisiologi
2
Diagnosis dan
Tatalaksana
DIAGNOSIS
1. Terdapat 5 Ps klasik yang menjadi gejala dari compartment syndrome yaitu pain,
pallor, pulselessness, paralysis dan paraesthesia.
• Rasa sakit sering digambarkan sebagai rasa terbakar, nyeri juga subjektif dan
memiliki sensitivitas yang buruk.
• Pulselessness dan paralisis jarang terjadi, hanya terjadi setelah mengalami
cedera arteri. .
1. Tanda fisik seringkali sedikit. teraba keras seperti kayu pada palpasi dalam.
2. Berkurangnya diskriminasi dua titik dan sensasi getar  defisit sensorik
utama sudah jauh berkembang.
3. Rasa nyeri yang tidak sebanding dengan cedera atau nyeri saat peregangan
pasif otot-otot di kompartemen  indikator ACS yang paling awal dan paling
diandalkan.
CON’T..
● Setelah diagnosis ditetapkan, perlu dilakukan Fasciotomi.
● Tekanan intrakompartemen dapat diukur jika diagnosis masih diragukan.
● Transduser yang terhubung dengan kateter digunakan untuk mengukur tekanan
intrakompartemen. seringkali diukur terlebih dahulu di bagian ekstremitas inferior. Nilai
normalnya 10 mmHg.
● Nilai 30 mmHg, 45 mmHg, dan 50 mmHg merupakan nilai ambang kritis dimana
sirkulasi terganggu.
● Pemantauan tekanan intrakompartemen berkelanjutan dilakukan pada semua pasien
berisiko dan dapat mendeteksi ACS sebelum timbul tanda-tanda klinis, mengurangi
waktu untuk fasciotomi, dan mencegah komplikasi.
7
TATALAKSANA

TATALAKSANA SEGERA
• Identifikasi dan penghilangan kekuatan tekan eksternal, dan melepaskan gips atau
pembalut ke kulit.
• Ekstremitas dipertahankan setinggi jantung agar tidak menurunkan aliran arteri.
• Penilaian awal hipovolemia, asidosis metabolik, dan mioglobinemia wajib untuk
menghindari kemungkinan gagal ginjal.
• Cairan intravena dan oksigen tambahan diperlukan, serta biokimia darah rutin dan
urinalisis.
• Mempertahankan normotensi karena hipotensi dapat menurunkan perfusi lebih
lanjut dan menambah cedera jaringan yang ada.
CON’T…
● Jika gambaran klinis ACS tidak membaik setelah tindakan sederhana,
fasciotomi bedah definitif diperlukan berdasarkan keadaan darurat.
Prinsip-prinsip fasciotomI meliputi:
1.Sayatan yang memadai dan dapat diperpanjang
2.Lepaskan secara sempurna semua kompartemen yang terlibat
3.Pertahankan struktur vital
4.Debridement menyeluruh
5.Cakupan kulit di kemudian hari (7-10 hari)

9
TINDAKAN PASCA OPERASI
● Nyeri pasca operasi adalah manifestasi utama ACS dan analgesia harus
diresepkan secara teratur.
● Pasien harus dimonitor secara ketat untuk kemungkinan komplikasi, khususnya
rhabdomyolysis dan gagal ginjal akut.
● Output urin yang memadai> 0,5 mL / kg harus dipertahankan dengan pemberian
cairan intravena tambahan.
● Mannitol lebih membantu reperfusi pada cedera iskemik.
PROGNOSIS
Prognosisnya tergantung dari beberapa faktor berikut : tingkat keparahan dari cedera,
durasi dari iskemia , Status pre-injury dan komorbiditas lain, Waktu untuk
dilakukannya fasciotomy.
● Rorabeck menyimpulkan bahwa pemulihan dari fungsi anggota tubuh secara
keseluruhan menjadi normal dapat terjadi jika faciotomy dilakukan dalam waktu 6
jam. Faciotomy yang dilakukan dalam 12 jam maka pemulihan terjadi pada 68%
pasien. Setelah 12 jam hanya 8% mengalami pemulihan.
● Diagnosis terlambat: iskemia jaringan ireversibel , menyebabkan defisit neurologis,
kontraktur iskemik, infeksi, keterlambatan penyatuan fraktur, rhabdomyolysis,
amputasi dan bahkan kematian.
THANKS!
Daftar pustaka:
Donaldson, et al. 2014. The Pathophysiology, Diagnosis and Current
Management of Acute Compartment Syndrome. The Open Orthopaedics
Journal:Toronto

Anda mungkin juga menyukai