Anda di halaman 1dari 76

PENGUKURAN HASIL HUTAN

(KAYU BUNDAR)

OLEH :
DR. Ir. AMIR WARDHANA, M.For.Sc.
Widyaiswara Ahli Utama

PUSAT DIKLAT SDM LINGKUNGAN HIDUP


DAN KEHUTANAN
BOGOR, 2019
BIODATA
Nama : Dr. Ir. Amir Wardhana, M.For.Sc.
Jabatan: Widyaiswara Ahli Utama,
(tmt. 1-1-17)

Riwayat Jabatan:
1. Sekretaris Badan P2SDM, (2014-2016)
2. Ka BaBes Biotek & Pemuliaan Tanaman
Hutan, di Yogyakarta, (2010-2013)
3. Ka Bid Penilaian Kelayakan Usaha, BLU-
Pusat P2H, (2007-2010)
4. Ka Balai SPHH, Jambi, (2004-2006)
5. ... dst.
Riwayat Pendidikan:
1. Doktor Ilmu Lingkungan, UI, (2007)
2. Master 0f Forestry Science, University of
Canterbury, New Zealand, (1993)
3. Sarjana Kehutanan, UGM, (1981).
4. ... dst.
Kontak: HP. 08128286309
e-mail.. amir_wardhana@yahoo.com
INDIKATOR KEBERHASILAN

Peserta Dapat :
Mejelaskan Sortimen KBRI
Melaksanakan Pengukuran KBRI
dan Menetapkan Isi/Volume KBRI
ISI Peraturan Pengukuran Kayu
Bundar Rimba
A. Latar Belakang
B. Dasar Hukum
C. Ketentuan Umum
I. Pengertian
II. Maksud dan Tujuan
III.Sistem Satuan Ukuran
IV.Peralatan Pengukuran
V. Kegunaan Pengukuran
VI.Faktor yang mempengaruhi Hasil Pengukuran
VII.Tempat Pengukuran
VIII.Syarat Pengukuran
Lanjutan.....

D. Tata Cara Pengukuran


1. Pengukuran Panjang
2. Pengukuran Diameter
3. Penetapan Isi/Volume
a.Isi Kotor (IK)
b.Isi Bersih( IB)
4. Pengukuran Cacat yang Mereduksi
a. Gerowong (Gr)
b. Teras Busuk (Tb)
c. Gubal Busuk (Gb)
d. LGB>10/TMP
5. Stapel Meter (SM)
A. LATAR BELAKANG
Kondisi yang Diharapkan
Pemanfaatan Hutan
Produksi Sektor Hulu
Tractor pake 1
CHIP/GPS

Cruising

TPn Membuat
6 Ganis TC
BU/LHP

2 Drone

7
5
Ganis KB 3
Post Audit
TPK
4
HUTAN 9

UM IUPHHK
10
8
SKSHHK
/DKB Wasdal

Citra Satelit
PROSES PUHH
TPK
SIMPUL
TPK
POTENSI RENC. TPn ANTARA /
TEGAKAN PRODUKSI HUTAN TPT-KB

• Pembagian • Penerbitan SPP • Pemeriksaan


• Inventarisasi batang PSDH/DR/PNT penerimaan
• Cruising • Pelunasan
Hutan • Pengukuran & kayu (SKSHHK)
• Pembuatan / PSDH/DR/PNT
Menyeluruh Pengujian • Penerbitan
Pengesahan
KEGIATAN

Berkala • Pembuatan Buku • Penerbitan SKSHHK / DKB


RKT SKSKHHK/ DKB
Ukur • Pembuatan
PUHH

(IHMB)
• Evaluasi • Pembuatan LHP • Pembuatan LMKB
IHMB • Pengesahan LHP LMKB
DOKUMEN

• Laporan • LHC • Buku Ukur • SKSHHK/DKB • DPKB


IHMB • BAP
PUHH

• Bagan Kerja • LHP • LMKB


• RKU PHHK • RKT • DPKB • SKSHHK/DKB
• BAP • LMKB

• Cruising oleh • Buku Ukur


• IHMB oleh • Penerbitan SPP
Ganis PHPL-PKB dan LHP oleh • Penerbitan
Ganis PHPL- oleh Pejabat
• Cheking Cruising Ganis PHPL- SKSHHK oleh
TC/ Canhut Pembuat SPP
oleh Wasganis PKB Penerbit
• Evaluasi • Penerbitan
PHPL-PKB • Pengesahan SKSHHK
Ganis

IHMB oleh
PHPL

• RKT oleh Ganis LHP oleh SKSKB oleh


Wasganis Penerbit SKSKB
PHPL-Canhut P2LHP
PHPL-Canhut • Penerbitan FAKB
(Wasganis
PHPL-PKB) oleh Penerbit
FAKB
B. DASAR HUKUM
SK Dirjen Kehutanan
No. 2442/A-2/DD/1970 & No. 07/Kpts/DJ/I/76

SK Dirjen BPK No. SK.68/VI-BPPHH/2004


Jo Per. Dirjen BPK No. P.04/VI-BPPHH/2005

Peraturan Dirjen BPK No. P.14/VI-BIKPHH/2009


Tanggal 10 Nopember 2009
Tentang Metode Pengukuran dan Tabel Isi
Kayu Bulat Rimba Indonesia
1. Peraturan Dirjen BPK Nomor P.2-Set/2015
tanggal 26 Mei 2015 tentang Metode
Pengukuran Dan Pengujian Hasil Hutan.

2. Standar Nasional Indonesia 7533.1-2010


tentang kayu bundar bagian 1

3. Standar Nasional Indonesia 7533.2-2011


tentang ukuran dan pengujian hasil hutan
kayu bundar bagian 2.
I. PENGERTIAN
Kayu Bundar adalah
bagian batang dan atau cabang dari pohon,
berbentuk bundar memanjang dengan ukuran
tertentu.
Kayu Bundar Besar (KBB) adalah
Kayu Bundar Dengan Ukuran Diameter > 30
cm.
Kayu Bundar Sedang (KBS) adalah
Kayu Bundar Dengan Ukuran Diameter 20 cm s/d
29 cm.
Kayu Bundar Kecil (KBK) adalah
Kayu Bundar Dengan Ukuran Diameter < 20 cm
Pengertian :

Diameter Kayu Bundar adalah


Angka Rata-rata diameter Pangkal dan diameter ujung
atau angka pengukuran diameter ujung.
Diameter Pangkal (dp) adalah
Angka Rata-rata Garis tengah terkecil (d1) dan garis
tengah terbesar (d2) pada Bontos Pangkal (Bp) melalui
Pusat Bontos
Diameter Ujung (du) adalah
Angka Rata-rata Garis tengah terkecil (d3) dan garis
tengah terbesar (d4) pada Bontos Ujungl (Bu) melalui
Pusat Bontos
Pengertian :

Pengukuran Hasil Hutan adalah kegiatan


untuk menetapkan Panjang dan Diameter
Dalam Rangka Menetapkan Isi (volume)
atau jumlah batang.
Pengujian Hasil Hutan adalah kegiatan
menetapkan untuk jumlah,jenis, volume/
berat dan mutu (kualitas) hasil hutan.
Pengertian :
Panjang adalah : Jarak Terpendek Antara
Kedua Bontos sejajar sumbu kayu
Cacat adalah : Bagian kayu bundar yg
mengandung cacat bontos (Tb dan atau
GR) dan atau Cacat Gubal (Gb atau Lgb >
10 bh/tmp (lubang gerek besar), dinyatakan
dalam meter kubik (m3).
Reduksi adalah : Jarak Pengurangan isi
kayu bundar yg disebabkan oleh adanya
cacat yg mengurangi isi.
II.Maksud dan Tujuan
Maksud
untuk menentukan ukuran panjang,
diameter dan cacat yang mereduksi,
sebagai dasar untuk menetapkan isi
(volume) atau berat kayu bulat rimba
Tujuan
agar diperoleh keseragaman dari
berbagai pihak yang berkepentingan
dalam tata cara menentukan ukuran
panjang , diameter, cacat yang
mereduksi dan menetapkan isi (volume)
atau berat kayu bulat rimba
III.Sistem Satuan Ukuran

Sistem Internasional  sistem satuan ukuran


yang menggunakan
satuan centimeter dan
meter kubik

Diameter : centimeter (cm)


Panjang : meter (m)
Isi : meter kubik (m3)
IV.PERALATAN PENGUKURAN

Tongkat ukur (scale stick)


 untuk mengukur garis tengah
KB / diameter
Pita ukur
 untuk mengukur panjang
V.Kegunaan
Perhitungan harga jual /
penjualan
Perhitungan laba rugi
perusahaan
Perhitungan upah buruh
Perhitungan pungutan
pemerintah
Penyusunan statistik hasil hutan
dll
VI. Faktor yang mempengaruhi
hasil pengukuran :

Tempat pengukuran
Alat ukur
Pengukur
Cuaca
VII. Tempat Pengukuran
GANISPHPL-PKB.R  Blok tebangan, TPn / TPK
sesuai dengan kepentingannya

Prinsip tempat pengukuran


- di darat
- tempat terbuka
- penerangan cukup
VIII. Syarat Pengukuran

Kayu bundar yang akan diukur harus:


Banir di Papras
Bebas cabang/ranting dan benjolan dipapras
rata dengan badan
Bebas kulit (kecuali jenis yg mudah diserang
organisme dan harus diawetkan)
Kedua bontos dipotong siku dan rata
Tersusun hingga mudah diukur d & p
D.TATA CARA PENGUKURAN KB
I. Pengukuran Panjang
• Panjang (P) KB adalah Jarak terpendek antara
kedua bontos sejajar sumbu kayu

• Panjang diukur dalam satuan meter (m) dan dalam


kelipatan 10 cm penuh, dan pembulatan ke bawah.

TIDAK BERLAKU :
• spilasi 10 cm.
Contoh:
PANJANG PANJANG PEMBULATAN
.
SEBENARNYA (PANJANG YANG DICATAT)
(m) (m)

4,19 4,10

6,50 6,50

8,05 8,00

8,62 8,60
Kayu Lurus, potongan siku dan rata

Sb

Sb = Sumbu kayu
P = Panjang kayu
Kayu Lengkung

P’

P = panjang kayu ,bukan p’


Kayu Lengkung

P’

P = panjang kayu ,bukan p’


Bontos siku tetapi tidak rata

a. Apabila Pusat bontos masih berada didalam ½ lingkaran bontos

P’

P= Panjang Kayu bukan P’


B= Pusat bontos
Bontos siku tetapi tidak rata

a. Apabila Pusat bontos berada diluar ½ lingkaran bontos

P’

P= Panjang Kayu bukan P’


B= Pusat bontos
Bontos tidak siku

P’

P= Panjang Kayu bukan P’


II. Pengukuran diameter
Diameter diukur dalam satuan cm dan dalam
kelipatan 1 cm penuh (pembulatan ke bawah).
Dua Cara:
1. Menggunakan Tabel A:
Kayu bundar asal hutan alam
Kayu bundar asal hutan tanaman (p > 5 m)

2. Menggunakan Tabel B:
Kayu bulat asal hutan tanaman (p < 5 m)
Pengukuran Diameter dengan Tabel A
KB yang berasal dari hutan alam dan
Hutan Tanaman dgn panjang > 5 M

Diameter (d) adalah rata-rata ukuran


diameter bontos pangkal (dp) dan
diameter bontos ujung (du)
 Diameter diukur pada kedua bontos
Langkah-langkah :
Pada setiap bontos diukur
diameter terpendek dan diameter
terpanjang melalui titik pusat
bontos.
Rata-rata ukuran diameter dari
bontos tersebut merupakan
diameter dari bontos yang
bersangkutan..
Pengukuran diameter pada kedua bontos dilaku-kan
tanpa kulit kayu dalam satuan centimeter dengan
kelipatan 1 cm penuh

Jika:
d1 = d terpendek pada bp du = d1 + d2
d2 = d terpanjang pada bp 2
d3 = d terpendek pada bu
d4 = d terpanjang pada bu dp = d3 + d4
2

d = du + dp
d = ½(d1+d2) + ½(d3+d4)
2 2
Cara Mengukur Diameter :

d4
d1

d3

Bu

Bp d2
Contoh:
Pengukuran sebenarnya Pengukuran Perhitungan

d1 = 93,2 cm  d1 = 93 cm

d2 = 96,0 cm  d2 = 96 cm

d3 = 97,6 cm  d3 = 97 cm

d4 = 102,9 cm  d4 = 102 cm
Contoh:
Perhitungan

dp = d1 + d2 97 + 102 = 99,5 cm = 99 cm
2 2

du = d3 + d4 93 + 96 = 94,5 cm= 94 cm
2 2

d = dp + du 99 + 94 = 96,5 cm = 96 cm
2 2
Contoh:
Keterangan :
- d = diameter KB
- d1 = garis tengah terpendek pada Bp
- d2 = garis tengah terpanjang pada Bp
- d3 = garis tengah terpendek pada Bu
- d4 = garis tengah terpanjang pada Bu
- du = diameter ujung
- dp = diameter pangkal
- Bu = bontos ujung
- Bp = bontos pangkal
- B = pusat bontos
Pengukuran Diameter dengan Tabel B

KB jenis tertentu

Pengukuran diameter hanya dilakukan pada bontos


ujung (diameter kayu diduga sebagai diameter bontos
ujung
Langkah-langkah :

diukur garis tengah terpendek (d1) dan garis tengah


terpanjang (d2) pada Bontos ujung tanpa kulit.

d = d1 + d2
2
d2

d1
Bu
Bp
Contoh:

Pengukuran sebenarnya Pengukuran Perhitungan

d1 = 69,7 cm  d1 = 69 cm

d2 = 78,3 cm  d2 = 78cm

d = 69 + 78 = 73,5 cm = 73 cm
2
PRINSIP PENETAPAN ISI
(VOLUME)

Pendekatan “Brereton metrik”

Tabung
Isi kayu bulat rimba ditetapkan atas
dasar silinder khayal
Isi silinder = luas lingkaran x panjang
I =  r2 x p
I = 3,1416 (½ d)2 x p
I = 3,1416 x ¼ d2 x p

I = 0 ,7854 x x p = (m3)d 2

10.000
Penetapan Isi
• Cara Tabel A : - melalui rumus
- menggunakan tabel

• Cara Tabel B : - menggunakan rumus


- menggunakan tabel
Penetapan Isi

1. Penetapan ISI KB dengan Tabel A


(Hutan alam dan Htn
Tanaman dengan p > 5 M

Isi ditetapkan berdasarkan rumus


“Brereton metrik”

I = 0,7854 x d2 x p
Penetapan Isi

2. Penetapan ISI KB dengan Tabel A Hutan Tanaman


dengan p < 1 M

Isi ditetapkan berdasarkan rumus


“Brereton metrik”

I = 0,7854 x d2 x p
Penetapan Isi

3.Menggunakan Tabel B (Jenis Tertentu dengan


panjang 1 M s/d 5 M :

• p = 1,00 m – 1,50 m  I = 0,7854 x (1,0134 d u+ 0,3537)2 x p

• p = 1,60 m – 3,00 m  I = 0,7854 x (1,0223 du + 0,7962)2 x p

• p = 3,10 m - 4,00 m  I = 0,7854 x (1,0220 d u+ 1,2534)2 x p

• p = 4,10 m – 5,00 m  I = 0,7854 x (1,0171 du + 1,8493)2 x p


Penetapan Isi

4. Dalam hal KB tidak diketahui asalnya (temuan,


tangkapan, sitaan) Pengukuran dan penetapan isi
dengan cara pengkuran KB yang berasal dari
HUTAN ALAM

I = 0,7854 x d2 x p
Penetapan Isi

• Isi selalu ditulis dalam 2 desimal (dua angka)


dibelakang koma.

• Ketentuan pembulatan:
bila angka ketiga dibelakang koma:

> 5  angka kedua dibelakang koma


ditambah 1
< 5  angka kedua dibelakang koma tetap
Contoh:

Diketahui:
Sebatang kayu bundar meranti (hutan alam)
d = 80 cm; p = 10,00 m
Berapa Isi ?
Jawab:
a. Dengan rumus:
I = 0,7854 x (0,80)2 x 10 = 5,026 = 5,03 m3
b. Dengan tabel  lihat tabel A
LATIHAN 1
PENETAPAN ISI BERSIH

Isi bersih yaitu Isi kayu bulat setelah


dikurangi dengan isi cacat yang mereduksi.

Isi Bersih = Isi kotor – Isi cacat


Cacat yang mereduksi ISI
Apabila pada kayu bulat rimba terdapat:

Cacat bontos (Cb):


• Gerowong (Gr)
• Teras busuk (Tb)

Cacat gubal (Cg):


• Gubal busuk (Gb) dan
• Lubang gerek besar (Lgb) > 10 bh/tmp
Reduksi Cacat Bontos

• Diamati Cb pada kedua bontos

• Ukur panjang dan lebar cacat pada setiap bontos

•  Cb pada setiap bontosnya adalah rata-rata p & l cacat

•  Cb diukur dalam satuan cm penuh, dengan pembulatan

sepihak ke atas.

•  Cb yang digunakan adalah diameter yang terbesar.


PENETAPAN ISI CACAT BONTOS

1. Cara Langsung

• Isi Cb adalah isi balok dengan sisinya adalah  Cb.

Isi Cb = ( Cb)2 x p
PENETAPAN ISI CACAT BONTOS

2. Menggunakan Rumus
• Isi Cb juga dapat dicari dengan menggunakan Tabel C
• Atau dengan rumus:

% Cb = 1,273 x ( Cb)2 x 100 %


d2

Isi Cacat = % Cb x Isi kotor


l
l
p

Cb2 pada Bu
Cb1 pada Bp

• Untuk Kayu bundar Rimba  Cb = Cb1 = x1 + x2


2
Contoh

Diketahui: Sebatang kayu meranti


d = 80 cm
P = 10,00 m
Gr pd Bp: p = 30 cm; l = 25 cm
Gr pd Bu: p = 20 cm; l = 15 cm
Pertanyaan: berapa Isi bersih ?
Jawab:
Ik = 0,7854 x (80)2 x 10,00 m/10000 = 5,03 m3
Cb1 = (30 + 25) / 2 = 27,5 cm  28 cm
Cb2 = (20 + 15) / 2 = 17,5 cm  18 cm
 Cb = 28 cm
Isi cacat:
a. Cara 1 (langsung) = (0,28)2 x 10 = 0,78 m3
b. Cara 2 (rumus)
% Cb = 1,273 x (28)2 x 100 % = 15,6 %
(80)2
Isi cacat = 15,6 % x 5,03 = 0,78 m3
Isi bersih = 5,03 – 0,78 = 4,25 m3
c. Cara 3 (tabel C)

Prosentase cacat (%) pada ukuran cacat bontos (cm)

Diameter 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
(cm)

61

70

80 15,6

90

100

Setelah % cacat diketahui, perhitungan selanjutnya mengikuti cara kedua (rumus)


Isi bersih = Isi kotor – Isi cacat
= 5,03 – 0,78 = 4,25 m3
Reduksi Cacat Gubal (Cg)
Penetapan Isi bersih (Ib) kayu bulat rimba yang mengandung
Cg:

1. Cara Langsung
2. Dengan menggunakan rumus
3. Dengan menggunakan Tabel D
Reduksi Cacat Gubal (Cg)

1. Gubal Busuk (Gb)

• Apabila terdapat Gb pada badan kayu, dianggap semua gubal


busuk.

• Diukur tebal Gb pada kedua bontos yaitu Gb tertebal dan Gb


terkecil kemudian dirata-ratakan. Tgb adalah rata-rata yang
terbesar
Reduksi Cacat Gubal (Cg)

• Isi Cg juga dicari dengan menggunakan Tabel D atau


dengan rumus:

% Cg = 4 TCg x (d- TCg) x 100 %


d2
• Isi Cacat = % Cg x Isi kotor
Perhitungan ISI KB yang mengandung Gubal Busuk

- Ukur diameter KB tanpa Gubal


- Cara pengukuran diameter dilaksanakan
sebagaimana cara pengukuran diameter
KB yaitu diameter terpendek dan
terpanjang pada masing bontos.
x3

x2 d’3

d’2

d’4
x4
x1
d’1

Tebal Cacat gubal (TCg) = x1 + x2


2

Penentuan Isi bersih secara langsung:

Ib = 0,7854 x d’2 x p
Contoh

Diketahui: Sebatang kayu meranti


d = 80 cm
P = 10,00 m
Gb pd Bp: x1 = 6 cm; x2 = 3 cm
Gb pd Bu: x3 = 4 cm; x4 = 3 cm
Pertanyaan: berapa Isi bersih ?
Jawab:
Ik = 0,7854 x (0,80)2 x 10 = 5,03 m3
Cg1 = (6 + 3) / 2 = 4,5 cm  5 cm
Cg2 = (4 + 3) / 2 = 3,5 cm  4 cm
T Cg = 5 cm
Isi bersih:
a. Cara (rumus)
% Cg = 4x5 x (80-5) x 100 % = 23,4 %
(80)2
Isi cacat = 23,4 % x 5,03 = 1,18 m3
Isi bersih = 5,03 – 1,18 = 3,85 m3
b. Cara 2 (Tabel D)

Prosentase Cacat (%) pada ukuran tebal gubal (cm)


Diameter 1 2 3 4 5 6 7
(Cm)

56

80 23,4

Setelah % cacat diketahui, perhitungan selanjutnya mengikuti cara kedua (rumus)


Isi bersih = Isi kotor – Isi cacat
= 5,03 – 1,18 = 3,85 m3
2. Cg berupa Lgb > 10 bh / tmp :

• Lgb  lg yang besarnya > 5 mm


• Kedalaman Lgb (Tebal Cg) adalah rata-rata
gubal terbesar

• Gubal yang direduksi hanya jika terdapat


Lgb > 10 bh/tmp. adalah seluruh gubal dari
kayu bulat tersebut.

Latihan 4
Pengukuran dlm Satuan
Stapel Meter (Sm)

• Sortimen KBK/KBS/ KB yang pemanfaatannya sebagai


bahan baku industri pulp  cara penghitungan volumenya
menggunakan stapel meter (Sm).

• Sedangkan KBK/KBS/KB yang pemanfaatan sebagai kayu


pertukangan, Venner dsb  cara perhitungan volume
menggunakan rumus Brereton Metric.
Pengukuran dlm Satuan
Stapel Meter (Sm)

Cara pengukuran dengan mengunakan stapel meter:

• Disarankan minimal 1,00 m dalam kelipatan 0,50 m.


• Kayu bulat yang akan diukur harus ditumpuk secara teratur,
sehingga setiap tumpukan mempunyai ukuran lebar yang sama
serta tinggi yang sama
• Untuk memudahkan Perhitungan  Setiap panjang tumpukan yg
dapat mencerminkan isi tertentu diberi tanda pancang.
GAMBAR TUMPUKAN PENETAPAN ISI KB  STAPEL METER (Sm)

t tp

l tp
p tp
@ ltp = lebar tumpukan (rata-rata panjang kayu) dlm satuan meter (m)

@ ttp = rata-rata tinggi tumpukan dalam satuan meter (m)

@ ptp = panjang tumpukan dalam satuan (m)


Pengukuran diatas Truck
(khusus keperluan Pemeriksaan)

p tp
t tp

l tp

@ ltp = lebar tumpukan (rata-rata panjang kayu) dlm satuan meter (m)

@ ttp = rata-rata tinggi tumpukan dalam satuan meter (m)

@ ptp = panjang tumpukan dalam satuan (m)


PERHITUNGAN ISI TUMPUKAN
Isi tumpukan merupakan hasil perkalian dari
lebar , tinggi, dan panjang tumpukan

1 Sm = 1 m ltp X 1 m ttp X 1 m ptp


Contoh :

Lebar tumpukan = 2,50 m


Panjang tumpukan = 3,00 m
Tinggi tumpukan = 1,50 m

Maka isi tumupakan :

Isi tumpukan = 2,50 X 3,00 X 1,50 = 11,25 Sm


Perhitungan Volume
Perhitungan volume tumpukan dengan
satuan stapel meter (Sm) ke dalam volume
satuan meter kubik (m3) KBK menggunakan
angka KONVERSI

Angka konversi dari sm ke m3 untuk KBK


berpedoman pada Peraturan Dirjen BPK
yang masih berlaku
Peraturan Dirjen BPK
No : P.05/VI-BIKPHH/2008 Tgl. 10 September 2008
Tentang
Angka Konversi Volume Tumpukan Stapel Meter (SM) kedalam
Volume Satuan Meter Kubik (M3) Kayu Bulat Kecil (KBK)

Penetapan Konversi berdasarkan 3 kelompok (genus Acasia, genus


Eucalyptus dan R. Campuran ).
Berlaku untuk kayu berkulit
Tidak untuk kayu indah dan kayu mewah
Jika dalam tumpukan terdapat lebih dari 1 klp
maka angka konversi yang digunakan adalah angka
konversi klp. tertinggi
DAFTAR ANGKA KONVERSI
VOLUME KBK DARI SM KE M3
Angka konversi
No Kelompok (M3/SM)

1. Genus Acasia 0, 59

2. Genus Eucalyptus 0, 67

3. Rimba Campuran 0, 63
Jenis Kayu Bulat Mewah

1. Eboni (Diospyros spp)


2. Sonokeling (Dalbergia latifolia)
3. Sonokembang (Pterocarpus indicus)
4. Rengas burung (Melanorrhoea wallichii)
5. Weru (Albizia procera)
6. Kuku (Pericopsis mooniana)
Reduksi Cacat Bontos

Penetapan  Cb:
• Untuk k.b.selain mewah  Cb adalah  Cb terbesar

• Untuk k.b.mewah yang Cb nya tembus  Cb adalah

rata-rata  Cb pada Bp dan Bu.

• Untuk k.b.mewah yang Cb nya tidak tembus  Cb adalah

rata-rata p & l pada bontos bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai