Anda di halaman 1dari 35

Acute Flacid Paralysis

Deteksi & Tatalaksana


dr. Muh. Isman Jusuf, S.Ked, Sp.S
Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan&Keolahragaan UNG

10/3/2019 1
Latar Belakang
1. WHA 1988  Komitmen Eradikasi Polio
2. Sidang WHO 1990  Memperkuat komitmen
eradikasi polio
3. Surveilans AFP merupakan salah satu dari
strategi untuk pencapaian eradikasi polio
4. Komitmen upaya pencapaian eliminasi penyakit
campak di seluruh dunia secara bertahap
5. Indonesia merupakan salah satu negara yang
sudah memenuhi kriteria untuk memasuki tahap
eliminasi penyakit campak
Siapa potensial
sumber penularan
1. Haji, Umroh
2. TKI
3. Wisatawan
4. Pebisnis
5. PNS
AFP Surveillance Performance in Indonesia
(Data comparison week 31, 2008 and 2009)
Non Polio AFP Rate % Adequate Specimen

2009

2008

No case/report No case/report
NP AFP rate < 1 Adeq. Spec <60%
NP AFP rate 1-1,99 Adeq . Spec 60-79%
NP AFP rate >=2 Adeq. Spec >=80%
Wild Polio Virus, Compatible Polio and Hot Cases
Indonesia, 2008

: 1 Wild Polio Virus case, N= 0 cases


: 1 Compatible case, N= 1 cases
: 1 Hot case, N= 12 cases
: 1 Contact for pending sequencing, N = 1 contact
: 1 Contact positive vaccine polio virus (P1), N = 1 contact
Status OPV Kasus AFP Non Polio (usia 6-59 bulan)
Indonesia, 2002-2009
2002: N=408 2003: N=356 2004: N=364 2005: N=775
4% 10% 3% 5% 4% 10% 7% 9%
11%
11%
19% 6% 20%
0 Dosis
1-2 Dosis
3 Dosis
11%
+4 Dosis
55%
Tidak Jelas

12% 9%
64% 55%
75%

2006: N=703 2007: N=733 2008: N=796 2009: N=370


2% 7% 2% 4% 4% 6% 4% 9%
3% 7%
5% 9%
6% 9%
5%
7%

76% 71%
83% 81%
Data s/d minggu 30, 2009
Strategi Eradikasi Polio

1. Pencapaian cakupan imunisasi polio


rutin yang tinggi dan merata di seluruh
Indonesia.
2. Pemberian imunisasi tambahan yang
serentak dan dalam waktu bersamaan
3. Surveilans Acute Flaccid Paralysis yang
memenuhi standart internasional
4. Penanganan virus polio di laboratorium.
Indikator Kinerja
Surveilans AFP
1. Non Polio AFP rate > 2 / 100 ribu anak
usia < 15 thn
2. Spesimen adekuat > 80 %
3. Ketepatan laporan Puskesmas >80 %
4. Kelengkapan laporan nihil RS & Pusk
> 90 %
Definisi AFP
 Semua anak usia < 15 tahun
 Kelumpuhan yang sifatnya lemas (flaccid)
 Terjadi mendadak dalam 1 – 14 hari
 Bukan disebabkan rudapaksa / trauma
 Bila ada keraguan laporkan sebagai kasus
AFP

10/3/2019 9
KASUS
 perkembangan kelumpuhan cepat
Akut  antara 1-14 hari
 sejak gejala awal lumpuh – lumpuh maksimal

Keraguan

kelumpuhan akibat ruda paksa/ kecelakaan


atau ada hubungan dengan rudapaksa

Laporkan sebagai AFP


Dx PASTI POLIO

KLASIFIKASI KLINIS KLASIFIKASI VIROLOGIS

•Tahap awal implementasi •Digunakan bila surveilans AFP memenuhi kriteria:


surveilans AFP •AFP rate: 1 / 100.000 penduduk usia < 15 thn
•Surveilans AFP belum •Spesimen yg adekuat dari kasus AFP >= 60%
berjalan baik

NB: Perubahan kriteria klinis mjd kriteria Virologis dilakukan dg persetujuan WHO
Patofisiologi AFP

Infeksi virus Mulut (Makanan)


Polio Liar
(Enterovirus) Kontak ( Luka) 24 jam
Pharinx
Usus

Demam
GE
Paralitik Otak

Non Paralitik Medulla


Spinalis
Lanjutan
Paralisis Motor Neuron ----> LMN
- Bagian Intumescensia C & L
- Inti Saraf Motorik ()

Kornu Anterior
+ Brain Stem
Medulla Spinalis

- Atrofi Bulbar
- Reflek Tendon menurun Polio Encephalitis
- Arefleksi - Nn. Cranialis
- Reflek Pathologi (-) - Fx. Otak terganggu
- Gangguan Perawatan
Gejala Klinis
- Anak umur < 15 tahun - > 15 tahun Suspek Polio
- Lumpuh Layu - Akut 1-14 hari
- Trauma (-) (Termasuk GBS)

Diagnosis
- Kx. ---> Syndr. Infeksi Umum : - Demam
- Lesu
- Lab ----> Spesimen - NK
(Faeses) - > Oh Sis
- Ph. Tis
- Vomitus
- Diare
Jenis Polio
1. Tipe Paralitik (Spinal)
- Paralisis + Febris ----> Bayi ---> > Berat
- Tremor Seb. Paralisis
- Kejang O. + Pain/ Kramp

2. Bulbar Polio Encephalitis + Nn. Craniales + Brain Stem


- Post. Tons. Mie
- Gangguan fungsi otak + Pernafasan

3. Non Paralitik
- Kx. + Lab (-)
- Epidemi
Susunan Saraf
 Upper motor neuron
(Susunan Saraf Pusat)
 Dari otak sampai sumsum
tulang belakang

 Lower Motor Neuron


(Susunan Saraf Tepi)
 Dari sumsum tulang
belakang sampai otot

10/3/2019 16
Kelumpuhan
 Susunan Saraf Pusat  Susunan Saraf Tepi
 Kaku/ spastis (Layuh)
 Refleks fisiologi  Lemas/ flaksid
meningkat  Refleks fisiologis
 Refleks patologis menurun atau hilang
positif  Refleks patologis
 Tidak ada pengecilan negatif
otot kecuali sudah  Pengecilan otot
berlangsung lama
 Pada keadaan awal
sering layuh
10/3/2019 17
Kelumpuhan susunan saraf tepi

 Dari cornu anterior


medula spinalis
sampai otot / jari

10/3/2019 18
Derajat kelumpuhan
 0. Tidak dapat bergerak sama sekali
 1. Hanya dapat menggerakkan / kontraksi
otot
 2. Tidak dapat mengangkat kaki dari tempat
tidur, hanya menggeser saja
 3. Masih dapat mengangkat tungkai, tapi
tidak dapat melawan tahanan
 4. Dapat melawan tahanan
 5. Tidak ada kelumpuhan

10/3/2019 19
Bayi lumpuh layuh
 Terlentang di tempat
tidur
 Posisi seperti katak
 Gerakan sedikit
 Lutut menyentuh
tempat tidur

10/3/2019 20
Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
- Tekanan N/ meningkat
- Jumlah sel PMN meningkat ---> mono
- Protein 30-60/ LP ---> naik 100-600
- Gula dan Chlorida normal
- Jernih/ Odalesen
- Pandy (-)/ (+)
Pemeriksaan ENMG
Demielinisasi progresif
- KHS turun motorik
- Latensi memanjang

Fase lanjut
- F wave (-)
- H reflek (-)
CONTOH PENYAKIT
AFP

10/3/2019 23
Mielitis transversa
 Infeksi virus ke medula spinalis
mendadak
 Demam, batuk pilek, lumpuh
lemas simetris mendadak
 Gangguan miksi dan defekasi
 Refleks fisiologis / patologis
menurun/negatif
 Pada keadaan lebih lanjut
refleks meningkat
 Pungsi lumbal: pleositosis
 Pengobatan: kortikosteroid
1 – 2 minggu, Imuno Glob(IG)
 Follow up:layuh - lumpuh spastis
10/3/2019 24
Sindrom Guillain Barre
 Demam, adanya gangguan motorik dan sensorik
 Kelumpuhan simetris, ascending symmetric
proximal dari kaki ke atas, sampai lengan atas
 Sering menyebabkan kelumpuhan otot
pernapasan
 Sering disertai gangguan miksi dan defekasi
 Pungsi lumbal: peningkatan protein tanpa
pleositosis (disosiasi sitoalbuminik)
 Pengobatan: IG 0,4 g/kgbb/hari selama 5 hari
 Follow up: bila bertahan, kelumpuhan tetap layuh

10/3/2019 25
Kelumpuhan Erb’s
 Mengenai lengan
 Pada bayi baru lahir
dengan berat lahir >
4000 gram
 Disebabkan trauma
persalinan: tarikan pada
daerah pleksus Brakhialis
 Pengobatan: rehabilitasi –
fisioterapi
 Follow up: tetap layuh

10/3/2019 26
Miositis akut
 Demam (-)/(+), nyeri di otot tungkai yang sakit
 Kadang ada dermatitis eritematous, gangguan
gastrointestinal, kelemahan otot
 Polimiosistis atau dermatomiositis ditandai:
kelemahan otot tungkai, peningkatan enzim
kreatinin kinase, EMG-miopati, dan biopsi otot
– peradangan otot
 Pengobatan: kortikosteroid
 Follow up: sembuh sempurna
10/3/2019 27
Hipokalemi
 Dijumpai pada anak yang mengalami diare
atau muntah-muntah
 Bayi lemas ke dua tungkai setelah diare,
muntah2, laboratorium - hipokalemi
 Dapat berulang dan bersifat familial,
paralisis periodik hipokalemi pada Renal
Tubular Acidosis
 Pengobatan: kalium oral, dapat disertai
pemberian Natrium bikarbonat
 Follow up: lumpuh hilang timbul
10/3/2019 28
Stroke pada anak
 Anak tiba-tiba lumpuh layuh lengan dan
tungkai sisi yang sama (hemiparesis)
 Demam tidak ada
 Lumpuh layuh dengan refleks negatif
 CT scan/MRI kepala: daerah hipodens
(iskemik) atau hiperdens (perdarahan)
 Etiologi: iskemik – defisiensi protein C / S
 Follow up: tetap lumpuh layuh

10/3/2019 29
Infeksi otak
 Pasien demam, kejang kemudian tidak
sadar atau tetap sadar
 Ada kelumpuhan lengan dan tungkai 1 sisi
atau 4 ekstremitas
 Awal lumpuh layuh – fase shock pada
follow up menjadi lumpuh spastis
 LAPORKAN

10/3/2019 30
Poliomielitis

 Virus polio menyerang


cornu anterior medula
spinalis atau medula
oblongata
 Penularan melalui orofecal
 Masa inkubasi 5 – 35 hari

10/3/2019 31
Poliomielitis……(2)
 Manifestasi klinis – lumpuh layuh asimetri
 Abortive (5%): panas, lemas, anoreksia, sakit kepala
 Non paralytic (1%): kekakuan leher, refleks menurun
 Paralytic (0,1%): kelumpuhan asimetris, dapat
mengenai saraf otak, otak dan refleks menghilang
 Cairan serebrospinal:
 Normal atau sel 20 – 300 /mm3
 Diagnosis pasti – Virus di tinja (+)
 Tatalaksana : simtomatik dan fisioterapi

10/3/2019 32
Poliomielitis………(3)
 Pemulangan pasien:
dirawat 2 minggu klinis sedikit
membaik - tinja mengandung
virus polio selama 3 bulan –
di berikan klorin

 Gejala sisa - lumpuh layuh,


biasanya tungkai satu sisi
mengecil, dapat terjadi kontraktur

10/3/2019 33
Chikungunya
 Pasien panas 1 – 2 hari mulai suhu rendah –
tinggi
 Sakit kepala, sakit di punggung dan atralgia
 Nyeri tulang di kaki atau lutut menyebabkan
anak tidak dapat berjalan selama 2 -3 hari
 Kadang dijumpai rash, hiperpigmentasi,
stomatitis, kaku kuduk, diare atau muntah
 Lab: darah – infeksi virus
 Pengobatan - simtomatik
10/3/2019 34
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai