Anda di halaman 1dari 34

Higiene Perusahaan Faktor Kimia

(OVERVIEW)

Dr. Ricki Marojahan Mulia, ST. MSc


Biodata
Nama : Ricki Marojahan Mulia
Instansi : Kabid Aktivitas Usaha Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta

Institusi Gelar Waktu


Program Doktor Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia Doktor (Cum Laude) 2009 - 2012
Faculty of Enviromental Science, Department of Environmental M.Sc. 2000 - 2002
Technology, Wageningen University (The Netherland)
Postgraduate Diploma, Occupational Health and Safety Diploma Science 1997 - 1998
Management. University of Queensland - Australia
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Sarjana Teknik 1989 - 1995
PUBLIKASI
1. Mulia Ricki M. (2005) Kesehatan Lingkungan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta
2. Mulia, Ricki M., Kusnoputranto H., Moersidik ,Setyo S., Sihombing R. (2012). Optimization
Operational Variable of Bench Scale Biological Flue Gas Desulphurisation Application in Sulfuric
Acid Industry. World Applied Sciences Journal 18(9): 1310-1314, 2012.
3. Mulia, Ricki M., Kusnoputranto H., Moersidik ,Setyo S., Sihombing R. (2013). Biological Flue Gas
Desulphurisation using SRB from Waste Water of Tofu Industry. Jurnal Lingkungan Indonesia
1(1):79-82, 2013.
ORGANISASI
•Asosiasi Laboratorium Lingkungan DKI Jakarta
•Anggota Panitia Teknis, Komite Akreditasi Nasional
LAIN-LAIN
1. Penanggung jawab Mata Ajar Higiene Industri 1 di Magister Kedokteran Kerja dan
Spesialis Kedokteran Okupasi – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2. Editor Jurnal Lingkungan Indonesia
3. Email: Ricki_M@yahoo.com Facebook: Ricki Mulia Twitter: @ricki_mulia
Pengantar
Mata ajaran Higiene Industri I , merupakan mata ajaran wajib
di Program Studi Magister Kedokteran Kerja FKUI, diberikan
pada semester 1 Blok 1 , dan merupakan prasyarat untuk mata
ajaran Higene Industri II, dan Plant Survey.

Evaluasi
1. Quiz tiap pertemuan
2. Tugas
3. Ujian
Pengantar

Topik :

1. Overview
2. Pendahuluan
3. Pengenalan faktor kimia di tempat kerja
4. Evaluasi paparan faktor kimia di tempat kerja
5. Monitoring faktor kimia di tempat kerja
6. Pengendalian faktor kimia di tempat kerja
Pengantar
Metode pembelajaran:
1. Kuliah, semua topik disampaikan dalam bentuk kuliah, tiap
topik diberikan dalam waktu empat jam mata ajaran
2. Diskusi dilakukan bersamaan dengan kuliah.
3. Belajar mandiri dari berbagai sumber yang harus dicari
sendiri oleh mahasiswa untuk pengayaan dan sebagai bahan
penulisan paper sebagai tugas mata ajaran.
4. Praktikum laboratorium di Balai Hiperkes dan Keselamatan
Kerja Disnakertrans Prov. DKI Jakarta dan Pusat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Depnakertrans RI.
Pengantar
Referensi utama:
1. ILO, Encyclopaedia of Occupational Health and Safety, Geneva: ILO, 2000.

2. Soeripto M. (2008) Higiene Industri. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

3. Harrington, J.M., Gill F.S., Pocket Consultant “Occupational Health”, Alih


bahasa: dr. Sudjoko Kuswadji, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2005.

4. Suma’mur, Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta: CV Sagung


Seto, 2013
TEMPAT KERJA DAN FAKTOR LINGKUNGAN KERJA

Tempat kerja:
Tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap dimana tenaga kerja bekerja , atau yang sering
dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber-sumber bahaya. (Reff: UU RI No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja)
Faktor lingkungan kerja
Potensi-potensi bahaya yang kemungkinan terjadi di lingkungan
kerja akibat adanya suatu proses kerja. (Reff: PerMenakertrans 5/2018)

F. Kimia F. Fisika

F. Psikologi F. Biologi F. Ergonomi


Stress - Strain

Productivity

Silicosis

Terpapar adalah peristiwa seseorang terkena atau kontak dengan


faktor bahaya di tempat kerja (PER.13/Men/X/2011 ttg NAB).
INJURY AND ILLNESS

FALL ON SAME LEVEL (Injury/Damage) STRUCK BY (Injury/Damage)

Keracunan gas pembuangan mesin


genset di Klinik dan Apotik MS,
Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi
menyebabkan lima orang pegawai klinik
dan apotik, termasuk seorang dokter
jaga meninggal di tempat.

http://news.detik.com, Selasa, 11/02/2014 19:46 WIB


EXPOSURE (Illness)
KECELAKAAN AKIBAT KERJA
Kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang
biasa atau wajar dilalui (UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja).

Ricki M. Mulia
Penyakit Akibat Kerja
(Permenakertrans No: Per.01/Men/1981 tentang kewajiban melapor Penyakit Akibat Kerja)

Setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau


lingkungan kerja. (ada 30 jenis; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit yang timbul
karena hubungan kerja)

NB:Penyakit akibat kerja yang diderita oleh tenaga kerja merupakan suatu kecelakaan yang harus
dilaporkan.

Ricki M. Mulia
Penyakit Akibat Kerja atau tidak?

Silicosis
Bahan Kimia Berbahaya
Defenisi : (Kep.Menaker RI No. 187/1999 tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat kerja)
Bahan kimia dalam bentuk tunggal atau campuran yang
berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan.
Kriteria bahan kimia berbahaya:
•bahan beracun
•bahan sangat beracun
•cairan mudah terbakar
•cairan sangat mudah terbakar
•gas mudah terbakar
•bahan mudah meledak
•bahan reaktif
Ricki M. Mulia
•bahan oksidator
Daftar Nilai Ambang Batas (NAB) Bahan-bahan Kimia

Nama Bahan Kimia NAB PSD/KTD Keterangan


dan Nomor CAS

BDS Mg/m3 BDS Mg/m3


Karbon Monoksida 25 29
(630-08-0)
Kapas (debu katun) 0,2 (q)
Ammonia (7664-41-7) 25 17 35 24
Iodine (7553-56-2) T 0,1 T 1,0

Catatan Kaki
Identitas bahan kimia dimana diperlukan BEI
PSD Paparan Singkat Diperkenankan
KTD Kadar Tertinggi Diperkenankan
T Kadar Tertinggi Ricki M. Mulia
q Material partikulat bebas bulu kain
Xenobiotics at Work
TOXICOKINETICS

Xenobiotic

Excretion
CONTOH PEMANTAUAN BIOLOGIS
Zat Kimia Spesimen Indikator Biologis W S BEI
Anilin urine P-aminophenol as 50mg/g
Toluen Urine Hippuric acid as 1.6mg/g
darah toluen as
Xylene urine Methylhippuric as 1.5g/g
acid

Cd urine cadmium as 5 µg/g


Pb darah lead as 30 µg/100ml

Pestisida darah cholinesterase free 70 %


CO Darah CO Hb as <3,5%Hb
nafas CO a s <20 ppm
Nilai Ambang Batas:
Standard faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas
rata-rata tertimbang waktu (time weight average) yang dapat
diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

Baku Mutu Lingkungan Hidup:


Ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen
yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
lingkungan hidup.
Perbedaan mendasar:
•Waktu pemaparan
•Populasi yang terpapar Ricki M. Mulia
BML Vs NAB
Waktu
Parameter pengukuran Baku Mutu NAB

SO2 24 jam 0,01 ppm 2 ppm


CO 8 jam 20,00 ppm 25 ppm
NOx 24 jam 0,05 ppm 3 ppm (NO2)
25 ppm (NO)
Ox 1 jam 0,10 ppm -
Debu 24 jam 0,26 mg/m3 10 mg/m3(debu
logam)
Pb 24 jam 0,06 mg/m3 0,1 mg/m3(TEL)
H2S 30 menit 0,03 ppm 10 ppm
NH3 24 jam 2,00 ppm 25 ppm
HC 3 jam 0,24 ppm -
Higiene Perusahaan

Industrial Hygiene : (Patty’s Industrial Hygiene and Toxicology, volume 3rd, 1994 by John willey &
Sons, Inc. New York, edited by Robert L. Harris, Lewis J. Cralley, Lester V. Cralley)

“Science and art devoted to the recognition, evaluation and


control of those environmental factors or stresses, arising in
or from the workplace, which may cause sickness, impaired
health and well-being, or significant discomfort and
inefficiency among workers or among the citizens of a
community” ……(The American Industrial Hygiene Asociation).

Higiene Perusahaan :
Disiplin ilmu tentang pengenalan, evaluasi dan pengendalian
faktor lingkungan yang terdapat di tempat kerja untuk
mencegah timbulnya penyakit.
NB: Bersifat teknis; sasarannya tempat kerja Ricki M. Mulia
PENGELOLAAN FAKTOR LINGKUNGAN KERJA

•Walktrough Survey
•CHECKLIST
• JSA
• DOW FIRE & EXPLOTION INDEX
• PHA
• HAZOP
• FMEA

Identify Hazard Evaluate

Exposure
•Engineering control Monitoring
• Administrative control
• Personal Protective Equipment Control Vs
TLV
RUANG LINGKUP
IDENTIFICATION:
Mengenal potensi bahaya lingkungan yang berhubungan
dengan pekerjaan dan pemahaman dari efek atau akibatnya
terhadap para pekerja maupun masyarakat disekitarnya.

EVALUATION:
Mengevaluasi faktor bahaya dilingkungan kerja dengan
melakukan pengukuran dan pemantauan kuantitatif untuk
mengetahui seberapa besar resiko gangguan kesehatan dan
keselamatan terhadap tenaga kerja.

CONTROL
Pengendalian paparan potensi bahaya dengan hierarki
pengendalian.
MENGAPA PERLU HIGIENE INDUSTRI
• Lingkungan kerja tidak akan pernah bebas dari
potensi bahaya terhadap kesehatan kerja

• Bahwa pekerja merupakan modal utama dalam


suatu perusahaan

• Perusahaan akan mengalami kerugian yang tidak


ternilai jumlahnya jika terjadi peningkatan kasus
penyakit akibat kerja dan meningkatnya
ketidakhadiran pekerja karena sakit yang
diakibatkan oleh paparan potensi bahaya yang
dari tempat kerja.
WHAT PRICE SAFETY

DIRECT COST
INJURIES PROPERTY DANAGE
• Medical cost • Loss and damage
•Funeral cost

INJURIES ASSOCIATED COST


• First aid expenses • Overhead cost while production is stopped
•Cost of Investigation •Rental of equipment to replace damaged equipment
•Cost of processing report
WAGE LOSSES PRODUCTION LOSS
• Iddle time • Product spoiled by accident
•Manhours spent in cleaning up accident
area OFF THE JOB ACCIDENTS
•Time spent repairing damaged equipment • Training replacement worker

INTANGIBLES
• Lowered employee morale
•Unfavorable public relations

Ricki M. Mulia
HIDDEN COST
INDUSTRIAL SAFETY AND HEALTH
3 (THREE) SKILLS INVOLVED :

 SAFETY ENGINEERING

 INDUSTRIAL HYGIENE

 OCCUPATIONAL MEDICINE
MAN WORKPLACE

MEDICINE HYGIENE SAFETY

PREVENTION OF DISEASES PREVENTION OF INJURIES


Quiz
Kumpulan Pertanyaan:
1. Kadar bahan kimia di udara tempat kerja yang tidak boleh
dilampaui meskipun dalam waktu sekejap selama tenaga kerja
melakukan pekerjaan disebut……………………………………….
2. ……………..
3. …………
Kumpulan Jawaban :
a. Independent
b. Bahan Beracun Berbahaya (B3)
c. Kadar Tertinggi Diperkenankan (KTD)
d. ………
e. ………
Suatu Industri Tekstil memiliki layout produksi sbb:

Gudang bahan baku

Opening Blowing Carding Spinning

Ruang Produksi 1

Dyeing

Ruang Produksi 2

Packing Finishing Weaving

Keterangan:
Gd. Hasil
= arah aliran material
Produksi
= tembok ruangan
Aktivitas pada Industri tekstil dilakukan di 5 ruangan (Gudang bahan baku,
Ruang Produksi 1, Ruang Dyeing, Ruang Produksi 2 dan Gudang Hasil
Produksi). Mula-mula bahan baku (kapas) dipindahkan dari gudang bahan
baku ke ruang produksi 1. Dari ruang produksi 1 sebagian bahan
dimasukkan ke ruang produksi 2, sebagian lagi masuk ke ruang Dyeing. Dari
ruang dyeing selanjutnya bahan dimasukkan ke ruang 2. Dari ruang 2
selanjutnya bahan dimasukkan ke Gd. Hasil Produksi.
Pada Ruang Produksi 1 terdapat aktivitas opening, blowing, carding dan
spining. Opening adalah aktivitas membuka bungkus kapas, Blowing adalah
proses mengurai kapas agar antara satu serat dan serat lain terpisah.
Carding adalah aktivitas memisahkan serat kapas dari material pengotor
lainnya, sedangkan spinning adalah pemintalan benang.
Pada ruang dyeing, bahan yang sudah dipintal dicelupkan ke dalam zat
pewarna agar bahan tersebut memiliki warna sesuai kebutuhan yang
diinginkan. Zat pewarna merupakan pigmen yang mengandung Timbal dan
dilarutkan dalam Asam Sulfat.
Pada Ruang Produksi 2 terdapat aktivitas weaving, finishing dan packing.
Weaving adalah aktivitas perajutan benang hasil pemintalan. Finishing
merupakan aktivitas untuk menguji kualitas bahan yang sudah jadi kain.
Packing merupakan aktivitas membungkus kain dan memberikan bahan
pengawet berupa formaldehyde sebelum dimasukkan ke Gd. Hasil Produksi
Semua tenaga kerja dilengkapi dengan masker. Pada gudang bahan
baku, ruang dyeing dan Gd. Hasil produksi dilengkapi dengan General
Ventilation. Khusus tenaga kerja yang di bagian blowing dilengkapi
dengan respirator. Lima orang tenaga kerja bekerja dengan sistem rotasi
(6 jam di Ruang Dyeing selanjutnya 2 jam di Gudang hasil
Produksi).Tenaga kerja ini diperlengkapi dengan kacamata pelindung
serta sarung tangan pelindung. Khusus Pekerja di ruang produksi 2,
waktu kerjanya adalah 12jam/hari dan dilengkapi dengan respirator dan
sarung tangan pelindung. Tenaga kerja lainnya bekerja 8 jam/hari.

Data di klinik perusahaan menunjukkan bahwa kebanyakan tenaga yang


melakukan rotasi (di Ruang Dyeing dan Gudang hasil produksi) sering
mengalami keluhan pada saluran pernafasan atas. Tenaga kerja di Ruang
Produksi 2 banyak yang mengeluh mata perih. Hasil medical checkup
tenaga kerja di bagian gudang bahan baku dan ruang produksi 1 terjadi
penurunan fungsi paru yang signifikan, kecuali di bagian blowing.
Untuk mengidentifikasi penyebabnya, pihak perusahaan melakukan
pemantauan bahan kimia di tempat kerja perusahaan. Hasil pemantauan
menunjukkan hasil sebagaimana ditunjukkan tabel berikut:
No. Lokasi Parameter Kadar NAB
1. Gudang Bahan Debu Katun 0,1 mg/m3 0,2 mg/m3
Baku Asam Asetat 7 ppm 25 mg/m3
Formaldehyde 0,4 ppm (STEL) 0,3 mg/m3 (STEL)

2. Ruang Produksi 1 Debu Katun 0,1 mg/m3 0,2 mg/m3


Asam Asetat 6 ppm 25 mg/m3
3. Ruang Produksi 2 Asam Formiat 4 ppm 5 ppm

4. Ruang Dyeing Asam Formiat 6 ppm 5 ppm

5 Gd. Hasil Produksi Asam Formiat 4 ppm 5 ppm


Catatan:
Target organ Debu Katun : Paru

Target organ Asam Asetat : saluran pernafasan atas, mata, paru


(Berat Molekul: 60 gram/mol)

Target organ Formaldehyde : saluran pernafasan atas, mata (Berat Molekul: 30,03 gram/mol)

Target organ Asam Formiat: saluran pernafasan atas, mata dan kulit

Bila anda ditunjuk sebagai dokter perusahaan, coba lakukan:


- Evaluasi Lingkungan Kerja di perusahaan tersebut!
- Berikan saran-saran untuk pengendalian tempat kerja!
Dyes production (produksi zat pewarna)
Case: Respiratory tract irritation
Substance :Fenol; TWA = 5 ppm

Exposure Time Concentration (ppm)


8.00 – 9.00 3
9.00 – 12.00 5
13.00 – 17.00 7

Cav.8Hr = (1 x 3) + (3 x 5) + (4 x 8)
8 Hr
= 6,425 ppm ( not compliant)

Implement:
• Engineering control
• Administrative control
• Personal Protective Equipment
Terimakasih..

Anda mungkin juga menyukai