Anda di halaman 1dari 26

OLEH :

1. ADELIA ANJANI
2. ESMI PUTRI YUNIKA
3. FEBRI HERYANDANI
4. HERDINA SUNDARI
5. NUR ATIKAH
6. NORA SITUMEANG
7. SABRINA YUSTIKA
8. RIA RAHAYU
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir
perkembangan pada daur kehidupan manusia.

sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13


Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia
lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Maryam, 2008).
 Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan
jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah.

 WHO (World Health Organization) memberikan batasan


tekanan darah normal adalah 140/90 mmhg, dan tekanan
darah di atas 160/90 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi.
(marliani, 2009)

 Pada lansia hipertensi di defenisikan sebagai tekanan


sistolik diatas 160 mmhg dan diastolik diatas 90 mmhg
(Rohaendi, 2009)
ETIOLOGI

Menurut Amin Huda Nurarif (2015) Penyebab hipertensi


pada usia lanjut adalah terjadinya perubahan pada :

 Elastisitas dinding aorta menurun

 Katub jantung menebal dan menjadi kaku

 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun


sesudah berumur 20ntahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.

 Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena


kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer.

 Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.


KLASIFIKASI
Klasifikasi Hipertensi diantaranya (Wajan Juni, 2010) :
1. Hipertensi Primer atau Hipertensi esensial
yaitu peningkatan tekanan darah yang tidak di ketahui
penyebabnya.
Beberapa factor yang mempengaruhi Hipertensi esensial yaitu:
 Factor genetic individu
 Jenis kelamin dan usia
 Kelebihan berat badan atau obesitas

2. Hipertensi Sekunder
Adalah peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik
yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan
tiroid. Factor pencetus munculnya hipertensi sekunder
anatara lain penggunaan kontrasepsi oral, luka bakar,
kehamilan dan stress.
NO Kategori Sistolik (MmHg) Diastolik
1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-90

Hipertensi
4. Grade 1 (ringan) 160-179 90-99
5. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
6. Grade 3 (Berat) 180-209 100119
7. Grade 4 (sangant berat) >210 >120
Manifestasi Klinis
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis
beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual muntah

f. Epistaksis

g. Kesadaran menurun
Komplikasi

1. Penyakit jantung dan arteri

2. Payah jantung

3. Stroke

4. Kerusakan penglihatan
Pemeriksaan Penunjang

Menurut Grace dan Borley, 2007 Dalam (Amin HUDA Nurarrif, 2016)
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Hb/Ht : Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan
dapat mengindikasikan factor resiko seperti : hipokoagulabilitas, anemia.

 BUN/ kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal

 Glucosa : Hiperglikemia (DM dalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh


pengeluaran kadar ketokolamin

 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.

 CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati

 EKG : Dapat menunjukkan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

 IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal

 Photo dada : menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
Penatalaksanaan medis
1. Penatalaksanaan non farmakologis.
a. Diet Hipertensi
 Mengurangi konsumsi garam
 Mengendalikan minum kopi dan alcohol
 Membatasi konsumsi lemak

b. Mengendalikan berat badan


c. Olahraga secara teratur
d. Menghindari stress.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Diuretik
Hidroklorotiazid adalah diuretic yang paling sering
diresepkan untuk mengobati hipertensi ringan.

b. Menekan simpatelitik (simpatolitik)


Sebagai penghambat energy alfa dan juga reseptor
beta.

c. Penghambat Adrenergik-Alfa
Golongan obat ini memblokir reseptor adregenik alfa 1,
menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan
darah.
4. Penghambat neuron adrenergic (simpatolik yang
bekerja perifer )
Penghambat neuron adrenergic merupakan obat
antihipertensi yang kuat yang menghambat
norepiefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga
pelepasan norepinefrin menjadi berkurang dan ini
menyebabkan baik curah jantung maupun tahanan
vaskuler perifer menurun.
5. Vasodilator arterior
6. Antagonis Angiotensin (ACE inhibator)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian secara Umum
1. Identitas Pasien
Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain:
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama,
Status Mental, Suku, Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor
registrasi.

2. Riwayat atau adanya factor resiko


 Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
 Penggunaan obat yang memicu hipertensi

3. Aktivitas / istirahat
 Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea
4. Integritas ego
 Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria
atau marah kronik.
 Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan).

5. Makanan dan cairan


 Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng,keju,telur)gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.
 Mual, muntah.
 Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau
menurun).

6. Nyeri atau ketidak nyamanan


6. Nyeri atau ketidak nyamanan
 Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
 Nyeri hilang timbul pada tungkai.
 Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya.
 Nyeri abdomen.

Pengkajian Persistem
1. Sirkulasi
 Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner
atau katup dan penyakit cerebro vaskuler.
 Episode palpitasi,perspirasi.
2. Eleminasi
 Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau
obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
3. Neurosensori
 Keluhan pusing.
 Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam).
4. Pernapasan
 Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
 Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
 Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
 Riwayat merokok
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular


Cerebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak
menyehatkan
4. Curah Jantung, resiko tinggi terhadap hipertensi berhubungan
dengan peningkatan afterload, vasokontriksi
5. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungan intake yang berlebihan dengan kebutuhan
metabolic
6. Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi
atau keterbatasan kognitif
7. Resiko injury berhubungan dengan gangguan penglihatan
intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular Cerebral
NIC :
NOC :  Lakukan pengkajian nyeri secara
komperehensif
 Pain level
 Mempertahankan tirah baring selama fase
 Pain control akut
 Confort level  Berikan tindakan non farmakologi untuk
Setelah dilakukan tindakan menghilangkan sakit kmepala, misalnya
askep, pasien tidak mengalami kompres dingin pada dahi, pijat punggung
nyeri dengan kriteria hasil : dan leher, tenang, redupkan lampu kamar,
tekhnik relaksasi.
 Mampu mengontrol nyeri
 Hilangkan atau minimalkan aktivitas fase
 Melaporkan bahwa nyeri kontriksi yang dapat meningkatkan sakit
berkurang kepala
 Mampu mengenali nyeri (skala,  kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, frekuensi, tanda mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri ) ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Menyatakan rasa nyaman  Ajarkan teknik relaksasi
 Tanda vital dalam rentang  Tingkatkan istirahat
normal
 Monitor vital sign
 Tidak mengalami gangguan
tidur
Dx 2 :Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
NOC : NIC :
 Self care  Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
 Toleransi aktivitas
 Kaji adanya faktor kelelahan
 Konservasi energi
 Monitor nutrisi
Setelah dilakukan tindakan
 Monitor pasien akan adanya kelelahan
askep, pasien bertoleransi
 Monitor pola tidur dan lamanya
terhadap aktivitas dengan
 Monitor respon kardiovaskular terhadap
kriteria hasil :
aktivitas
 Berpastisipasi dalam
 Kolaborasi dengan tenaga rehabilotasi
aktivitas
 Bantu pasien mengidentifikasi aktivitas
 Mampu melakukan adl
 Bantu mendapatkan alat bantu seperti
 Keseimbangan aktivitas dan
kursi roda, krek
istirahat
 Bantu klien membuat jadwal latihan
 Sediakan penguatan positif bagi yang
aktiv
 Monitor respon fisik
Dx 3 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan
NOC : NIC :
 Anxiety control  Sleep enhancement
 Comfort level  Determinasi efek-efek medikasi terhadap
 Pain level pola ridur
 Rest : extent ang pattern  Jelaskan pentingnnya tidur yang adekuat
Setelah dilakukan askep,  Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas
gangguan pola tidur pasien sebelum tidur
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
teratasi dengan kriteria hasil :
 Kolaborasi pemberian obat tidur
 Jumlah jam tidur dalam
batas normal
 Pola tidur, kualitas tidur
dbn
 Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
 Mampu mengidentifikasi
hal-hal yang meningktakan
tidur
DX 4 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi
NOC: NIC :
 Cardiak pump effectivenes  Evaluasi adanya nyeri dada
 Circulation status  Catat adanya distrimia jantung
 Vital sign status  Monitor status pernafasan
 Tissue perfusion : perifer  Monitor balance cairan
Setelah dilakukan askep,  Monitor toleransi aktivitas
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
penurunan kardiak output
 Auskultasi TD, nadi, RR, sebelu, selama,
klien teratasi dengan kriteria
dan setelah aktivitas
hasil :
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital
 Tanda vital dbn sign
 Dapat mentoleransi aktivitas  Sediakan informasi untuk mengurangi
 Tidak ada edema paru strees
 Tidak ada penurunan  Kelola pemberian obat aritmia , inotropik,
kesedaran nitrogliserin, dan vasodilator, untuk
mempertahankan kontraktilitas jantung
 Warna kulit normal
 Minimalkan stress lingkunagan
Dx 5 : Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan intake
yang berlebihan dengan kebutuhan metabolic
NOC : NIC :
 Nutritional status : food and  Weight menejement
fluid intake  Diskusikan mengenai intake makanan,
 Nutritional status : nutrient latihan, peningkatan BB
intake  Dorong pasien untuk merubah kebiasaan
 Weight control makan
Setelah dilakukan askep,  ‘perkirakan BB ideal pasien
ketidakseimbangan nutrisi  Nutrition menejement
teratasi dengan kriteria hasil :  Kaji adanya alergi makanan
 Mengerti faktor yang
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
meningkatkan bb menentukan jumlah kalori
 Mengidentifikasi tingkah laku
 Anjurkan pasien meningkatkan protein an
dibawah kontrol klien vit C
 Memodifikasi diet
 Beri substansi gula
 Penurunan berat badan
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
 Menggunakan energi untuk kalori
aktivitas
Dx 6 :Kurang pengetahuan berhubungnya dengan kurang informasi atau
keterbatasan kognitif
NIC :
NOC :
 Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
 Kowlwdge : disease process
keluarga
 Kowledge : health behavior
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
Setelah dilakukan askep, muncul pada penyakit, dengan cara yang
pasien menunjukkan tepat
pengetahuan dengan kriteria  Identifikasi kemungkinan penyebab,
hasil : dengan cara yabg tepat
 Pasien dan keluarga  Sediakan informasi pada pasien tentang
menyatakan pemahaman kondisi
tentang penyakit, kondisi,  Dukung pasien untuk mengeksplorasikan
prognosis, dan program atau mendapatkan second opinion
pengobatan  Eksplorasi kemungkinan sumber atau
 Pasien dan keluarga dukungan, dengan cara yang tepat.
mampu melaksanakan
prosedur
 Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang dijlaskan
Dx 7 :Resiko injury berhubungan dengan gangguan penglihatan

NOC : NIC :
 Risk control  Sediakan lingkungan yang nyaman
 Immune status untuk pasien
 Safety behavior  Identifikasi kebutuhan keamanan
Setelah dilakukan askep, klien pasien, sesuai dengan kondisi fisik
 Menghindarkan lingkungan yang
tidak mengalami injury dengan
berbahaya
kriteria hasil :
 Memasang side rail tempat tidur
 Klen terbebas dari cedera
 Menyediakan tempat tidur yang nyaman
 Klien mampu menjelaskan
 Membatasi pengunjung
cara/ metode untuk
mencegah injury / cedera  Memberikan penerangan yang cukup
 Klien mampu menjelaskan  Menganjurkan keluarga untuk enemani
factor resiko dari lingkungan pasien
 Mampu memodifikasi gaya  Mengontrol lingkngan dari kebisingan
hidup untuk mencegah injury
 Mampu mengenali perubahan
status kesehatan
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai