Anda di halaman 1dari 87

PEMBERIAN PERTOLONGAN PERTAMA

PADA CEDERA AKIBAT LISTRIK

1. MUSAFAK (TP 1637)


( Kepala Bagian Engineering Project )
Electrical Hazards

Apakah anda pernah kesetrum ?


BAHAYA LISTRIK TERHADAP MANUSIA

SEBAB-SEBAB :
1. Aliran arus listrik
2. pengaruh medan magnit
3. Kesalahan mekanik perlengkapan listrik
4. Bunga api
5. kombinasi
Faktor Yang Mempengaruhi Keparahan
Pada Cedera Akibat Listrik
 Voltage/Kekuatan listrik (beda potensial)
 Amper (Arus Listrik)
 Type Arus/jenis aliran (searah/bolak-balik)
 Lama Kontak == banyaknya energi yang terserap
 Daerah / bagian tubuh yang kontak (Tahanan)
 Jalan Arus
 Banyaknya Jaringan Resistance
 Kandungan Air Dalam Jaringan
 Kondisi phisik dan kejiwaan (perubahan tahanan)
Jaringan Penghantar Listrik
1. Jaringan konduktor
• Pembuluh darah
• Otot

2. Jaringan tidak konduktor


• Tulang
• Kulit kering
• Syaraf tepi
Akibat Sengatan listrik
Arus searah dan Bolak-balik
1. Akibat arus searah :
– Perubahan elektrolit.
2. Akibat Arus bolak-balik
– Kejang otot
– Berkeringat
– Kerusakan jaringan
– Vertrikel fibrilasi sampai henti jantung, otak kurang
O2 dan meninggal.
– Voltage dan freq. 100 v & 60 Hz menyebabkan
ventrical fibrilation
Akibat Sengatan Listrik
 0,5 ma
Dirasakan
 Lebih dari 3 ma
painful shock
 Lebih dari 10 ma
Kontraksi otot “no-let-go” danger, 0,1 dtk tdk tjd gangguan,
0,5 dtk kelumpuhan sementara, pernafasan, pingsan, 1 dtk
ventricel fibrilasi.
 Lebih dari 30 ma
lung paralysis- usually temporary
 Lebih dari 50 ma
possible ventricular fib. (heart dysfunction, usually fatal)
 100 ma sampai 4 amps
certain ventricular fibrillation, fatal
 Lebih 4 amps
heart paralysis; severe burns. Usually caused by >600 volts
Peraturan Perundangan Yang Terkait Dengan K3

1. Undang-undang No. 1 tahun 1970


Pasal 3 dan Pasal 9 ayat 3

2. Permennakertrans No.Per.03/Men/1982
Pasal 2
3. Undang-undang No. 3 Tahun 1969
Pasal 19
4. Peraturan Khusus AA (Sudah Tidak Berlaku)
Peraturan Perundangan Yang Terkait
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970
 Pasal 3: syarat-syarat Keselamatan Kerja untuk
memberikan P3K
 Pasal 9 ayat (3): kewajiban membina tenaga kerja
dalam pemberian P3K
2. Permennakertrans No.Per.03/Men/1982
 Pasal 2: Tugas pokok P3K;
 Pelaksanaan P3K
 Pendidikan petugas P3K
Peraturan Perundangan Yang Terkait
3. Undang-undang No. 3 Tahun 1969
 Pasal 19 : Setiap badan , lembaga atau dinas pemberi jasa,
atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan
memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus :
 Menyediakan Apotik atau pos P3K sendiri atau
 Memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama dengan badan,
lembaga atau kantor pemberi jasa atau bagiannya.
 Mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan P3K

4. Peraturan Khusus AA (Sudah Tidak Berlaku)


 Alat pengangkut penderita (brankar/Bale-bale)
 Peti P3K/Peti khusus dokter
 Petugas P3K yang sudah dilatih
5. Permenakertrans No. Per.15/Men/VIII/2008
tentang P3K Di Tempat Kerja

Ps 2. Kewajiban pengurus/pengusaha :
1) Pengusaha wajib menyediakan petugas P3K dan
fasilitas P3K di tempat kerja.
2)Pengurus wajib melaksanakan P3K di tempat
kerja.
Permenakertrans
No. Per.15/Men/VIII/2008 ttg P3K
Di Tempat Kerja

Ps.3 Syarat Petugas P3K Di Tempat Kerja :


1) Harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K dari
instansi ketenagakerjaan.
2) Syarat-syarat pemberian lisensi petugas P3K Di
Tempat Kerja :
a. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K;
d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang P3K
di tempat kerja  memiliki sertifikat pelatihan P3K di
Tempat Kerja.
Permenakertrans
No. Per.15/Men/VIII/2008 ttg P3K
Di Tempat Kerja

3) Pemberian lisensi dan buku kegiatan P3K


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dikenakan biaya.

4) Pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi


diatur lebih lanjut dengan Keputusan Direktur
Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan.
Permenakertrans
No. Per.15/Men/VIII/2008 ttg P3K
Di Tempat Kerja
Ps. 4
Petugas P3K dalam melaksanakan tugasnya dapat
meninggalkan pekerjaan utamanya untuk memberikan
pertolongan bagi pekerja/buruh dan/atau orang lain
yang mengalami sakit atau cidera di tempat kerja
Ps. 5
1) Petugas P3K di tempat kerja ditentukan berdasarkan
jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat
kerja (dengan rasio sebagaimana Lampiran I Peraturan
ini.
RASIO JUMLAH PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA
DENGAN JUMLAH PEKERJA BERDASARKAN
KLASIFIKASI TEMPAT KERJA

Klasifikasi Tempat Kerja Jumlah pekerja Jumlah petugas P3K

Tempat kerja dengan


potensi bahaya rendah 25 – 150 org 1 org

1 orang untuk setiap 150


>150
orang atau kurang

Tempat kerja dengan ≤100 1 orang


potensi bahaya tinggi
>100 1 orang untuk setiap 100
orang atau kurang
Permenakertrans
No. Per.15/Men/VIII/2008 ttg P3K
Di Tempat Kerja

2) Pengurus wajib mengatur tersedianya Petugas P3K


pada :
a) tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau
lebih sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya di
tempat kerja;
b) tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung
bertingkat sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi bahaya
di tempat kerja;
c) tempat kerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja.
Fasilitas P3K di Tempat Kerja
Ps. 8 :
1. Fasilitas P3K di Tempat Kerja meliputi:
a) Ruang P3K;
b) Kotak P3K dan isi;
c) Alat evakuasi dan alat transportasi; dan
d) Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan/atau
peralatan khusus di tempat kerja yang memiliki potensi
bahaya yang bersifat khusus.
2. Alat pelindung diri khusus : peralatan yang disesuaikan
dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja yang
digunakan dalam keadaan darurat.
3. Peralatan khusus : alat untuk pembasahan tubuh cepat
(shower) dan pembilasan/pencucian mata.
Fasilitas P3K di Tempat Kerja

Ps 9 :
1) Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf a dalam hal :
a. mempekerjakan pekerja/buruh 100 orang atau
lebih;
b. mempekerjakan pekerja/buruh kurang dari 100
orang dengan potensi bahaya tinggi .
Persyaratan ruang P3K (lanjutan) :
d) Diberi tanda yang jelas dengan papan nama yang
jelas dan mudah dilihat;
e) Sekurang-kurangnya dilengkapi dengan :
 wastafel dengan air mengalir;
 Kertas tisue/lap;
 Usungan/tandu;
 Bidai/spalk;
 Kotak P3K dan isi;
 Tempat tidur dengan bantal dan selimut;
 Tempat untuk menyimpan alat-alat, seperti : tandu
dan/atau kursi roda;
 Sabun dan sikat;
 Pakaian bersih untuk penolong;
 Tempat sampah; dan
 Kursi tunggu bila diperlukan.
REKOMENDASI MINIMUM
ISI KOTAK P3K BENTUK II
No. I SI Kotak A Kotak B Kotak C
(Untuk 25 (untuk 50 (untuk 100
Pekerja atau Pekerja atau Pekerja atau
kurang) kurang) kurang)
1. Kasa steril terbungkus 20 40 40
2. Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3. Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4. Plester (lebar 1,25 cm) 2 4 6
5. Plester Cepat 10 15 20
6. Kapas (25 gram) 1 2 3
7. Kain segitiga/mittela 2 4 6
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10. Sarung tangan sekali pakai (pasangan) 2 3 4
11. Masker 2 4 6
12. Pinset 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1
14. Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15 Kantong plastik bersih 1 2 3
16 Aquades (100 ml lar. Saline) 1 1 1
17. Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
18. Alkohol 70% 1 1 1
19. Buku panduan P3K di tempat kerja 1 1 1
20. Buku catatan 1 1 1
21. Daftar isi kotak 1 1 1
JUMLAH DAN TIPE KOTAK P3K
Jumlah Pekerja Tipe Jumlah Kotak
Kotak Tiap 1 (satu) Unit Kerja
P3K
Kurang 25 A 1 Kotak A
26 s.d 50 A/B 1 Kotak B atau 2 kotak A
51 s.d 100 A/B/C 1 kotak C atau,
2 kotak B atau,
4 kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak A
Setiap 100 A/B/C 1 kotak C atau,
2 kotak B atau,
4 kotak A atau,
1 kotak B dan 2 kotak A

Catatan :
1. 1 kotak B setara dengan 2 kotak A.
2. 1 kotak C setara dengan 2 kotak B
Kotak P3K di tempat Kerja
• Apabila tempat kerja dengan unit kerja
berjarak 500 meter atau lebih masing-masing
unit kerja harus menyediakan kotak P3K
sesuai jumlah tenaga kerja.
• Apabila tempat kerja pada lantai yang
berbeda di gedung bertingkat, maka masing-
masing unit kerja harus menyediakan kotak
P3K sesuai jumlah tenaga kerja.
• 1 kotak B setara dengan 2 kotak A.
• 1 kotak C setara dengan 2 kotak B
Peraturan Perundangan Yang Terkait
6. Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No.
KEP. 53/DJPPK/VIII/2009 tentang Pedoman
Pelatihan dan Pemberian Lisensi Petugas P3K di
tempat Kerja

– mekanisme pelatihan petugas P3K


– Mekanisme penerbitan sertifikat
– Lisensi Petugas P3K di Tempat Kerja
Tanggal 12 ~ 15 Oktober 2010

1. MUSAFAK (TP 1637)


( Kepala Seksi Teknik Produksi )
2. Wahyudi (MTC 2016)
( Kepala Urusan Maintenance )
Melindungi :
- Tenaga kerja dan orang lain
- Asset perusahaan &
- Lingkungan tempat kerja
UNDANG UNDANG
NO 1 TH 1970
KESELAMATAN KERJA
UNDANG UNDANG
NO 20 TH 2002
KETENAGALISTRIKAN
Tujuan K3 Listrik
1. Menjamin kehandalan instalasi listrik sesuai tujuan
penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
N bahaya sentuhan langsung
N bahaya sentuhan tidak langsung
N bahaya kebakaran
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja

Pasal 2 ayat (1) huruf q


(Ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik
dibangkitkan, ditranmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf q


(Objective)
Keselamatan Kerja

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
Peraturan
Menteri Tenaga Kerja &
Transmigrasi RI

No Kep 75/Men/2002

Pemberlakuan
PUIL 2000
STANDAR K3 LISTRIK
DI INDONESIA

Peraturan Peraturan
KHUSUS B Khusus B

Peraturan
04/78
Peraturan
04/88
Persyaratan Umum
Instalasi Listrik
Peluncuran perdana 24-10-
2001

Ditetapkan
Sebagai Standar Wajib
Kep Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
No. : 2046 K/40/MEN/2001
Tanggal 28 Agustus 2001
Batas waktu penyesuaian 3 tahun
PENGERTIAN
• Instalasi listrik adalah instalasi
mulai dari pembangkit tenaga
sampai titik penggunaan akhir
• Peralatan listrik adalah setiap alat
pemakai listrik
• Perlengkapan listrik adalah
komponen-komponen yang
diperlukan pada jaringan instalasi
Bahaya kejut listrik
• Langsung
• Tidak langsung

E (Volt) 90 100 110 125 140 200


I (mA) 180 200 250 280 330 400
t (detik) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2
Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan

Sentuhan tidak langsung


adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak
bertegangan, menjadi bertegangan
karena terjadi kegagalan isolasi
SISTEM PROTEKSI UNTUK
KESELAMATAN
(BAB III)

• Proteksi dari kejut listrik


• Proteksi dari efek thermal
• Proteksi dari arus lebih
• Proteksi dari tegangan lebih akibat petir
• Proteksi dari tegangan kurang
• Pemisahan dan penyakelaran
Tegangan sentuh yang berbahaya:
N > 50 V a.b. di ruang normal,
N > 25 V a.b. di ruangan lembab

SISTEM PROTEKSI UNTUK KESELAMATAN


(BAB III)
• Proteksi dari kejut listrik
• Proteksi dari efek thermal
• Proteksi dari arus lebih
• Proteksi dari tegangan lebih akibat petir
• Proteksi dari tegangan kurang
• Pemisahan dan penyakelaran
PROTEKSI BAHAYA
SENTUHAN LANGSUNG

Metoda :
1. Isolasi bagian aktif
2. Penghalang atau Selungkup
3. Rintangan;
4. Jarak aman atau diluar jangkauan
5. Gawai proteksi arus sisa
6. Isolasi lantai kerja.
 Pembebanan lebih
 Sambungan tidak sempurna
 Perlengkapan tidak standar
 Pembatas arus tidak sesuai
 Kebocoran isolasi
 Listrik statik
 Sambaran petir
SISTEM INSTALASI LISTRIK
L1
L2
L3
N

SATU FASE TIGA FASE


SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN
L1
L2
L3
N

SATU FASE TIGA FASE


SISTEM HANTARAN PENGAMAN
SISTEM HANTARAN NETRAL PENGAMAN
PROTEKSI BAHAYA
SENTUHAN LANGSUNG

Jarak aman atau diluar jangkauan


Tegangan kV Jarak cm
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
INSTALASI LISTRIK SEDERHANA
(Sistem pasa satu 3 kawat)
PENGAMAN
1. PEMBATAS ARUS
2. PEMUTUS
3. GROUNDING
4. SEKERING
M 5. KOTAK KONTAK
7 6 TUSUK KONTAK
1 2 4 7. POLARITAS

3 5
POLARITAS INSTALASI LISTRIK
(Sistem pasa dua 2 kawat)

TIDAK
M
AMAN AMAN

SEKERING
Ref
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1989
tentang instalasi penyalur petir
Berlaku untuk sistem proteksi eksternal / proteksi
bahaya sambaran langsung

2. SNI 225 .2000 (PUIL 2000)


Sebagai rujukan untuk sistem proteksi internal / proteksi
bahaya sambaran tidak langsunglangsung

Instalasi penyalur petir yang tidak


memenuhi syarat dapat mengundang bahaya
+ + + + +PELEPASAN
+ MUATAN LISTRIK
+++++ ++++++
-
++++++
DARI AWAN KE AWAN +++++
++++++
-------
-------
-------
-------
------
- DARI AWAN KE BUMI ------
AWAN KE AWAN

Arus : 5.000 ~ 200.000 A


Panas: 30.000 oC

AWAN KE BUMI

KERUSAKAN
• THERMIS,
• ELEKTRIS, Sasaran
• MEKANIS,
OBYEK YANG TERTINGGI
Instalasi penyalur petir
yang tidak
memenuhi syarat dapat
mengundang bahaya

Grounding tidak sempurna

Berbahaya
++++++++ - - - - - - - - +++++++
++++++++ - - - - - - - - +++++++++
++++++++ - - - - - - - - +++++++
------------ +++++++ - - - - - - -
------------- +++++++ - - - - - -
------------DARI AWAN +++++ - - - - -
KE AWAN DARI AWAN
KE BUMI

MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK
BAHAYA SAMBARAN PETIR
• SAMBARAN LANGSUNG

• SAMBARAN TIDAK
LANGSUNG

KERUSAKAN
PADA ALAT ELEKTRONIK
KONSEPSI PROTEKSI BAHAYA
SAMBARAN PETIR
 PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG
Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
- Sistem Franklin
- Sistem Sangkar Faraday
- Sistem Elektro statik

 PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG


Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester)
PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A : Peruntukan bangunan (-10 0 1 2 3 5 15)
B : Struktur konstruksi (0 1 2 3)
C : Tinggi bangunan (0 2 3 4 5 - 10)
D : Lokasi bangunan (0 1 2)
E : Hari guruh (0 1 2 3 4 - 7)

R =A+B+C+D+E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR
INSTALASI PENYALUR PETIR
PERMENAKER PER-02 MEN/1989
SISTEM FRANKLIN
BAGIAN BAGIAN PENTING

PENERIMA
(AIR TERMINAL)

 HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)
PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL
Semua bagian konduktif dibonding
Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik
semua kawat RSTN
RSTN tegangannya sama tidak ada beda potensial RSTN

ARRESTER

GROUNDING
Pengawasan K3 Instalasi +++++++
+++++++++
Penyalur Petir +++++++
- - - - - - -
PERMENAKER - - - - - -
No. PER 02/MEN/1989 - - - - -
Tentang
Instalasi Penyalur Petir

Ruang lingkup :
Sistem eksternal

Jenis :
konvensional &
elektrostatik
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A: Peruntukan bangunan
Rumah tinggal 1
Bangunan umum 2
Banyak orang 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15

B: Struktur konstruksi
Steel structure 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam 1
Beton bertulang, atap bukan logam 2
Kerangka kayu atap bukan logam 3

C: Tinggi bangunan
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

C: Tinggi bangunan
s/d 6m 0
12 m 2
17 m 3
25 m 4
35 m 5
50 m 6
70 m 7
100 m 8
140 m 9
200 m 10
D. Situasi Bangunan

No. Letak Bangunan Indeks


1. Di tanah datar 0
2. Di kaki bukit setinggi 1000 (seribu) 1
meter Diatas Permukaan Air Laut
(DPAL)
3. Di puncak gunung atau pegunungan 2
dengan ketinggian lebih dari 1000
(seribu) meter DPAL
E. Pengaruh Kilat

No. Hari Guruh Per Tahun Indeks


1. 2 0
2. 4 1
3. 8 2
4. 16 3
5. 32 4
6. 64 5
7. 128 6
8. 256 7
PENERIMA (AIR TERMINAL)
1. Dipasang pada tempat yang akan tersambar.
2. Daerah terlindung
3. Tinggi lebih dari 15 cm dari sekitar
4. Jumlah dan jarak harus diatur (daerah perlindungan 112
derajat)

Penerima dapat berupa :


a. Logam bulat panjang yang terbuat dari tembaga
b. hiasan,-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong logam yang
disambung dengan instalasi penyalur petir.
c. Atap –atap dari logam yang disambung secara elekteris.
SYARAT-SYARAT PEMASANGAN
PENGHANTAR PENURUNAN
1. Dipasang sepanjang bubungan ke tanah.
2. Diperhitungkan pemuaian dan penyusutan.
3. Jarak antara alat pemegang penghantar maximal 1,5 meter.
4. Dilarang memasang penghantar penurunan dibawah atap dalam bangunan.
5. Jika ada, penurunan dipasang pada bagian yang terdekat pohon,
menonjol.
6. Memudahkan pemeriksaan.
7. Jika digunakan pipa logam, pada kedua ujung harus disambung secara
elektris.
8. Dipasang minimal 2 penurunan.
9. Jarak antar kaki penerima dan titik percabangan penghantar maximal 5
meter.
66
BAHAN PENGHANTAR PENURUNAN
a. Kawat tembaga penampang min. 50 mm2 & Tebal minimal 2 mm.
b. Bagian atap, pilar, dinding, tulang baja yang mempunyai massa logam yang
baik.
c. Khusus tulang beton harus memenuhi :
a. Sudah direncanakan untuk itu
b. Ujung-ujung tulang baja mencapai garis permukaan air dibawah tanah.
d. Kolom beton yang digunakan sebagai penghantar adalah kolom beton bagian
luar.
e. Pipa penyalur air hujan + minimal dua pengantar penurusan khusus.
f. Jarak antar penghantar
a. Tinggi < 25 m max. 20 m
b. Tinggi 25 – 50 m max (30 – (0,4 x tinggi bangunan)
c. Tinggi > 50 m max 10 meter.
67
SYARAT PEMBUMIAN/TAHANAN PEMBUMIAN
a. Dipasang sedemikian sehingga tahan pembumian terkecil.
b. Sebagai elektroda bumi dapat digunakan
a. Tulang baja dari lantai kamar, tiang pancang (direncanakan).
b. Pipa logam yang dipasang dalam bumi secara tegak.
c. Pipa atau penghantar lingkar yang dipasang dalam bumi secara
mendatar.
d. Pelat logam yang ditanam.
e. Bahan yang diperuntukkan dari pabrikan (spesifikasi sesuai
standar)
c. Dipasang sampai mencapai permukaan air dalam bumi.
d. Masing-masing penghantar dari suatu instalasi yang mempunyai
beberapa penghantar harus disambungkan dengan elektroda
kelompok.
68
e. Terdapat sambungan ukur.
f. Jika keadaan alam tidak memungkinkan,
• Masing-masing penghantar penurunan harus disambung
dengan penghantar lingkar yang ditanam dengan beberapa
elektro tegak atau mendatar sehingga jumlah tahan
pembumian bersama memenuhi syarat.
• Membuat suatu bahan lain (bahan kimia dan sebagainya) yang
ditanam bersama dengan elektroda sehingga tahan
pembumian memenuhi syarat.
g. Elektroda bumi yang digunakan untuk pembumian instalasi listrik
tidak boleh digunakan untuk pembumian instalasi penyalur petir.

69
BANGUNAN YANG MEMPUNYAI ANTENA
1. Antena harus dihubungkan dengan instalasi penyalur petir dengan
penyalur tegangan lebih, kecuali berada dalam daerah perlindungan.
2. Jika antena sudah dibumikan, tidak perlu dipasang penyalur
tegangan lebih.
3. Jika antena dpasang pada bangunan yang tidak mempunyai instalasi
petir, antena harus dihubungkan melalui penyalur tegangan lebih.
4. Pemasangan penghantar antara antena dan penyalur petir
sedemikian menghindari percikan bunga api.
5. Jika suatu antena dipasang pada tiang logam, tiang tersebut harus
dihubungkan dengan instalasi penyalur petir.
6. Jika antena dipasang secara tersekat pada suatu tiang besi, tiang
besi ini harus dihubungkan dengan bumi.

70
CEROBONG YANG LEBIH TINGGI DARI 10 M

a. Instalasi penyalur petir yang terpasang dicerobong tidak boleh


dianggap dapat melindung bangunan yang berada disekitarnya.
b. Penerima harus dipasang menjulang min 50 cm di atas pinggir cerobong.
c. Alat penangkap bunga api dan cincin penutup pinggir bagian puncak
dapat digunakan sebagai penerima petir.
d. Instalasi penyalur petir dari cerobong min harus mempunyai 2
penurunan dengan jarak yang sama satu sama lain.
e. Tiap-tiap penurunan harus disambungkan langsung dengan penerima.

71
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
1. Setiap instalasi penyalur petir harus dipelihara agar selalu bekerja
dengan tepat, aman dan memenuhi syarat.
2. Instalasi penyalur petir petir harus diperiksa dan diuji :
1. Sebelum penyerahan dari instalatir kepada pemakai.
2. Setelah ada perubahan atau perbaikan (bangunan atau
instalasi)
3. Secara berkala setiap dua tahun sekali.
4. Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir.
3. Dilakukan oleh pegawai pengawas, Ahli K3 atau PJK3 Inspeksi.
4. Pengurus atau pemilik wajib membantu (penyedian alat)

72
Dalam pemeriksaan dan pengujian hal yang perlu diperhatikan :
a. Elektroda bumi, terutama pada jenis tanah yang dapat
menimbulkan karat.
b. Kerusakan-kerusakan dan karat dari penerima, penghantar
c. Sambungan-sambungan
d. Tahanan pembumian dari masing-masing elektroda maupun
elektorda kelompok.
e. Setiap hasil pemeriksaan dicatat dan diperbaiki.
f. Tahanan pembumian dari seluruh sistem pembumian tidak
boleh lebih dari 5 ohm.
g. Dilakukan pengukuran elektroda pembumian.

73
74
MACAM MACAM ALAT UKUR & FUNGSINYA

75
AMPERE METER

76
VOLT METER

77
COS  METER

78
FREKUENSI METER

79
KW METER

80
WATT METER

A
1 3

V
2 4 BEBAN

81
KWH METER

82
MEGGER
JTM 20

MEGGER

83
Phase Sequence

84
Earth Tester

85
Stop Watch.

86
Proses pengesahan gambar ins.
listrik
Dokumen perencanaan listrik
1. Peta lokasi Berkas Commissioning.
2 Gambar instalasi perencanaan. Rekomendasi.
- Lay out perlengkapan dan
peralatan listrik Analisis:
- Rangkaian peralatan dan Berdasarkan SNI -225 2000
pengendalinya oleh pegawai pengawas
3. Diagram garis tunggal
4. Gambar rinci Tidak
5. Perhitungan beban Memenuhi syarat
6. Tabel bahan
7. Ukuran teknis Ya
- Sepesifikasi & cara pasang PENGESAHAN GAMBAR
- Cara menguji Setuju dipasang.
- Jadwal waktu Rekomendasi.

Anda mungkin juga menyukai