Nensi Febriani
7211416094
Akuntansi B 2016
DAFTAR ISI
Identitas =1 Bab 7 = 479-567
Daftar Isi =2 Bab 8 = 568-612
Bab 1 = 3-65 Bab 9 = 613-700
Bab 2 = 66-151 Bab 10 = 701-803
Bab 3 = 152-232 Bab 11 = 804-903
Bab 4 = 233-286 Bab 12 = 904-1077
Bab 5 = 287-380 Bab 13 = 1078-1199
Bab 6 = 381-478 Terima Kasih = 1200
AKUNTANSI MANAJEMEN
KESIMPULAN:
Akuntansi Manajemen adalah proses
identifikasi, pengukuran, pengumpulan,
analisis, pencatatan, dan pelaporan kejadian
untuk menghasilkan informasi keuangan bagi
suatu badan uasaha atau pemakai intern
organisasi.
2.
Menurut Dou R. Hansen; Maryanne M
Mowen, 1997:10-11
Kebanyakan prosedur kalkulasi biaya produk dan akuntasi manajemen yang
digunakan abad 19 dikembangkan antara tahun 1880 dan 1925. Sampai tahun 1914
menekankan pada kalkulasi biaya produk manajerial, menelusuri profitablitas perusahaan
ke masing-masiang produk dan menggunkaan informasi ini untuk pengambilan keputusan
strategis. Namun pada tahun 1925, perkembangan ini bergeser seiring dengan munculnya
pendekatan kalkulasi biaya persediaan, pembebanan biaya manufaktur ke produk sehingga
biaya persediaan dapat dilaporkan pada pengguna eksternal laporan keuangan
perusahaan.
Beberapa usaha untuk meningkatkan kegunaan manajerial dari sistem biaya
dilakukan pada tahun 1950-an dan 1960-an. Namun usaha-uasha untuk memperbaiki
sistemtersebut pada dasarnya berpusat pada pemberian informasi akuntansi keuangan
yang lebih berguna bagi penggunaannya dari pada pembuatan seperangkat informasi dan
prosedur baru yangb terpisah dari sistem pelaporan eksternal.
Pada tahun 1980-an dan 1990-an, banyak ditemukan bahwa praktek akuntasi
manajemen tradisional sudah tidak mampu lagi melayani kebutuhan manajerial. Kalkulasi
biaya produk yang lebih akurat, lebh berguna, dan yang lebih menjelaskan secara rinci
penggunaan masukan, dibutuhkan untuk memungkinkan manajer meningkatkan mutu,
produktifitas, dan mengurangi biaya.
Menurut Mulyadi, 1001: 19-20
Akuntansi manajemen berintikan akuntas biaya yang dikembangkan di USA
muali akhir abad 19 dan permulaan abad ke-20. pada tahap awal perkembangannya
akuntansi manajemen berorientasi pada penentuan pos produk dengan penelusuran
profitabilitas produk secara individual dan penggunaan informasi tersebut untuk
oengambilan keputusan strategik. Informasi yang dihasilkan akuntanisi manajeemn
terutama dimanfaatkan oleh pemilik yang sekaligus pemimpin perusahaan dan pemakai
intern lainnya.
Mulai tahun 1925 dengan dikembangkannya pasar modal di USA, hampir semua
usaha akuntasi manajemen untuk menghasilkan informasi bagi pemakai intern kemudian
dihentikan dan diganti dengan penentuan kos sediaan. Sehingga kos sediaan dapat
dilaporkan kepada pemakai luar dalam laporan keuangan. Perubahan orientasi akuntasi
manajemen dari penyedia informadsi bagi pemakai intern (untuk pengambilan keputusan
strategik) ke penyedia informasi keuangan bagi pihak luar perusahaan berlangsung terus
sampai dengan awak tahun 90-an.
Dalam tahun 1950-an dan 1960-an, telah dilakukan beberapa usaha untuk
memperbaiki manfaat sistem akuntasi biaya untuk kepentingan manajemen. Usaha untuk
memperbaiki manfaat sistem akuntansi biaya pada saat itu, pad hakikatnya hanya
berpusat pada bagaiaman membuat informasi akuntansi keuangan lebih bermanfaat bagi
pemakai luar, tidak ditunjukkan untuk menghasilkan informasi akuntansi yang khusus
diperuntukkan bagi kepentingan manajemen.
Metode penentuan kos produk dan praktik akuntansi manajemen yang telah
dikembangkan dan digunakan selama beberapa dekade yang lalu dalah sesuai dengan
keadaan lingkungan bisnis dan jenus pengambilan keputusan manaejmen yang terjadi
pada waktu itu. Dalam tahun-tahun terakhir ini, lingkungan bisnis yang diwarnai dengan
persaingan tingkat dunia yang tajam telah mengubah sifat ekonomi dan telah menimblkan
respon dari banyaj perusahaan, yang mengubah cara perusahaan menjalankan bisnis.
Perubahan ini menimbulkan lingkungan baru bagi akuntasi manajemen.
Menurut Sofyan Syafri Harahap,
1995:233-236
Teori akuntansi yang dibahas pada umumnya menyangkut teori akuntasi keuangan bukan
berfokus pada akuntasi manajemen. Akuntansi manajemen adalah bagian dari “common
body of knowledge”nya accounting yang harus diketahui akuntan.
Akuntansi Manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai disiplin ilmu yang lain, seperti
Accounting, Organization Theory, Behavioral Theory, Decision Theory. Pada umumnya
Akuntansi manajemen melebur dalam akuntansi itu sendiri, namun lama kelamaan sejalan
denganperkembangan ilmu pengetahuan Akuntansi dan disiplin ilmu lain yang
membantunya, ilmu Akuntansi Manajemen juga berkembang.
Untuk menggambarkan perkembangan ini, Tjandra Bachtiar mengemukakan: Akuntansi
Manajemen mengalami perkembangan pesat sekarang ini. Perkembangannya sangat
dipengaruhi oleh kemajuan ilmu dari disiplin lain, seperti Teori Ekonomi, kemajuan
teknologi dan sebagainya. Sudah banyak metode dan teknik dari disiplin lain yang dipakai
untuk memecahkan masalah Akuntansi Manajemen yang terus berkembang dan
bertambah kompleks. Hal ini berarti bahwa Akuntansi Manajemen merupakan hal yang
sudah lama dan bukan hal yang baru lagi.
KESIMPULAN:
Akuntansi manajemen pada awalnya melebur dalam akuntansi itu sendiri. Namun lama
kelamaan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan juga perkembangan
ekonomi dalam suatu perusahaan, laporan keuangan yang selama ini dipergunakan tidak
cukup.
Perkembangan akuntansi manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai disiplin ilmu yang
lain dan juga kemajuan teknologi. Akuntansi manajemen terjadi karena perkembangan
teknologi produksi dan teknologi informasi yang perkembangannya sangat cepat.
Akuntansi Manajemen merupakan hal yang sudah lama dan bukan merupakan hal yang
baru. Ini terbukti dari sejarahnya, yaitu: Akuntansi Manajemen pertama kali berkembang di
USA mulai akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. prosedur Akuntansi Manajemen yang
digunakan adab ke-20 dikembangkan antara tahun 1880 dan 1925. pada tahun 1914
Akuntansi Manajemen berorientasi pada penentuan kons produk, dan penggunaan
informasi tersebut untuk pengambilan keputusan strategik. Informasi yang dihasilkan
terutama dimanfaatkan oleh pemilik yang sekaligus pemimpin perusahaan dan pemakai
intern lainnya.
3.
HARIADI (2002:7)
◍ Akuntansi Keuangan dirancang untuk melayani pihak luar perusahaan.
◍ Akuntansi Manajemen untuk melayani pihak intern perusahaan.
Lanjutan...
Sedangkan menurut Mulyadi, Akuntansi Manajemen dipandang dari dua sudut, yaitu
Akuntansi Manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi dan Akuntansi Manajemen
sebagai salah satu tipe informasi.
Pengertian Akuntansi Manajemen dari sudet sebagai salah satu tipe akuntansi adalah
merupakan suatu sistem pengolahan informasi keuangan yang digunakan untuk
menghasilkan informasi keuangan bagi kepentingan pemakai intern organisasi.
Sedangkan pengertian Akuntansi Manajemen dari sudut sebagai salah satu tipe
informasi adalah merupakan tipe informasi kuantitatif yang menggunakan uang sebagai
satuan ukuran, yang digunakan untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan
pengelolaan perusahaan (Mulyadi, 2001:2-3).
KESIMPULAN:
Melaporkan prestasi perusahaan pada pihak Melaporkan pada atas apa yang telah dilakukan
Tujuan luar, adanya kontrak dengan pemilik dan bawahan, umpan balik dan pengendalian atas
kreditur kinerja pelaksana
Waktu Informasi berorientasi pada masa lalu Informasi sekarang dan berorientasi ke depan
Objektif, dapat diaudit, dapat dipercaya, - Lebih bersifat subjektif dan penuh
Sifat informasi
konsisten, teliti pertimbangan, valid, relevan, dan akurat
1. Memeriksa data untuk kepentingan ekstern 1. Memeriksa data untuk kepentingan intern
2. Membuat laporan keuangan yang diwajibkan 2. Tidak diwajibkan undang-undang
undang-undang 3. Tidak tunduk pada peristiwa akuntansi
3. Harus tunduk pada prinsip akuntansi 4. Ditentukan pada data yang relevan dan
4. Harus dapat memberikan data yang akurat fleksibel
dan tepat waktu 5. Menekankan pada masa yang akan datang
5. Menekankan pada masa lalu 6. Melihat ke bagian-bagian perusahaan
6. Melihat persoalan secara keseluruhan 7. Banyak menggunakan disiplin ilmu lain
7. Disiplin khusus dan akuntansi keuangan saja seperti keuangan ekonom, operation
8. Merupakan tujuan akhir research, decision science
8. Alat untuk menuju tujuan
Drs. Abdul Halim; Drs. Bambang Supomo, 1990:11
Terikat oleh prinsip akuntansi yang diterima Terikat oleh prinsip akuntansi yang dapat
Dasar pencatatan
umum diterima umum
Informasi keuangan dan non keuangan yang Informasi keuangan dan non keuangan yang
Jenis informasi
bersifat objektif bersifat subjektif (penilaian individu)
Informasi yang dihasilkan adalah informasi Informasi yang dihasilkan adalah informasi
Orientais informasi
masa lalu masa lalu dan masa yang akan datang
Disiplin sumber Hanya bersumber pada satu disiplin Memiliki dua disiplin sumber : ilmu
yang melandasi sumber : ilmu ekonomi ekonomi dan psikologi sosila
C.
PERKEMBANGAN PERAN
AKUNTANSI MANAJEMEN
SEBAGAI SUATU TIPE
AKUNTANSI
Peran akuntansi manajemen sebagai sistem pengolah
informasi keuangan dalam perusahaan dibagi menjadi 3
tingkat perkembangan. (Mulyadi, 2001:8-11)
2. Penarikan perhatian
1. Pencatat Skor - Akuntansi menyajikan informasi penyimpangan
- Akuntansi Manajemen mencatat pelaksanaan encana yang memerlukan perhatian
skor dan mengkomunikasikan manajemen, agar manajemen dapat merumuskan
skor kepada manajer yang tindakan untuk mencegah berlanjutnya
bersangkutan untuk penyimpangan yang terjadi.
memungkinkan manajemen
mengevaluasi pelaksanaan
rencana yang telah disusun.
3. Penyedia informasi untuk
- Sebagai pencatat skor, pemecahan masalah
informasi akuntansi mnajemen
harus bebas dari - Tahap perkembangan merupakan akibat lebih lanjut
kecenderungan penyusunan dari status perkembangan yang sebelumnya telah
untuk memihak. dicapai yaitu sebagai pencatat skor dan sebagai
penarik perhatian
Peran akuntansi manajemen menurut Samryn
(2002:18)
2. Pengarah perhatian
1. Pencatat Skor - Membantu keputusan untuk para manajer dalam
perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan
- Output dari pencatatan rutin.
skor dapat disimpan
sebagai data base dan
bila diperlukan dapat
3. Pemecahan masalah
diakses kembali pada
setiap saat dibutuhkan.
- Informasi akuntansi terutama membantu
mengidentifikasi masalah yang membutuhkan
keputusan dari para manajer, baik dalam
perencanaan jangka panjang maupun jangka pendek.
Peran akuntansi manajemen menurut Hariadi
(2002:20)
4. Mengukur kinerja sub unit, manajer dan karyawan lain dalam orang.
KESIMPULAN:
1. INFORMASI KUANTITATIF
Informasi kuantitatif berperan dalam mengurangi ketidakpastian bila
dibandingkan dengan informasi non kuantitatif, sehingga umumnya dalam
pengambilan keputusan bisnis manajemen lebih bertumpu pada informasi
kuantitatif dibandingkan dengan informasi non kuantitatif.
Informasi akuntansi
Pertanggung jawaban
2. INFORMASI AKUNTANSI
Merupakan alat untuk berpikir manajer dalam bisnis dan untuk mengkomunikasikan pikiran-
pikiran bisnis manajer kepada bawahan dan atasannya
◍ Informasi Operasi
Merupakan bahan baku untuk mengolah tipe informasi akuntansi yang lain: informasi akuntansi
keuangan dan informasi akuntansi manajemen.
BIG CONCEPT
kemampuan menghasilkan laba. Penentuan harga jual.
Informasi akuntansi penuh Jawaban atas pertanyaan: Berapa biaya Penentuan harga transfer.
(full accounting information) yang telah dikeluarkan untuk sesuatu, Penentuan harga jual dalam
penentuan harga jual dalam cost type perusahaan yang diatur dengan
contrac peraturan pemerintah.
accounting information)
audience over a key concept
differensial (differential Tidak ada alternatif baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
Manfaat
Pendapatan biaya atau
aktiva
Data masa lalu Data masa yang akan datang
BIG CONCEPT
Penuh
Laporan keuangan eksternal (khususnya
persediaan dan harga pokok penjualan). Penyusunan program.
Analisis prestasi ekonomi. Penentuan harga jual yang normal.
Penentuan harga berdasarkan kontrak.
Bring the attention of your
audience over a key concept
Diferensial Tidak ada Pemilihan alternatif
75
A.2. Beda Full Accounting Information, Full Cost, dan Full Costing
Full Accounting Information
terdiri dari unsur full asset,
full revenues, dan atau full
cost.
81
B. 1. Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pelaporan keuangan untuk pihak luar. Pelaporan ini terikat pada prinsip akuntansi
yang lazim.
2. Pelaporan keuangan kepada manajemen puncak perusahaan. Pelaporan ini tidak
terikat pada prinsip akuntansi yang lazim. Pelaporan keuangan memerlukan informasi
akuntansi penuh yang berupa informasi masa lalu adapun laporan keuangan pokok
yang harus dibuat tiap tahunnya adalah neraca dan laporan laba rugi.
Pendapatan Penuh dan Biaya Penuh (dengan Pendekatam Variabel Costing) yang Disajikan dalam Laporan
Rugi – Laba untuk Manajemen Puncak (Mulyadi, 2001: 55-57)
Pendapatan penjualan kepada pihak luar Rp. 10.000.000
Pendapatan penjualan antar divisi Rp. 2.500.000
Pendapatan penuh Rp. 12.500.000
Biaya Variabel:
Biaya produksi variabel Rp. 4.000.000
Biaya adm dan umum variabel Rp. 500.000
Biaya pemasaran variabel Rp.1.500.000
Tital biaya variabel Rp. 6.000.000
Laba kontribusi Rp. 6.500.000
Biaya Tetap:
Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000
Biaya adm dan umum tetap Rp. 500.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 1.000.000
Alokasi biaya kantor pusat Rp. 1.000.000
Total Biaya Tetap Rp. 3.500.000
Laba bersih divisi Rp. 3.000.000
B. 2. ANALISIS KEMAMPUAN MENGHASILKAN LABA (PROFITABILITY ANALYSIS)
Biaya langsung:
Biaya variabel terkendalikan Rp. 8.500 Rp. 8.000 Rp. 8.000 Rp. 8.000
Biaya variabel tak Rp. 2.500 Rp. 2.500 Rp. 2.500
terkendalikan
Jumlah biaya variabel Rp. 10.500
Rp. 8.500
Biaya tetap terkendalikan Rp. 2.000 Rp. 2.000 Rp. 2.000
Jumlah biaya terkendalikan Rp. 10.000
Rp. 9.000
Biaya tetap tak terkendalikan Rp. 1.500 Rp. 1.500
PT. RACHMAT
Neraca 31 Desember 19X1 (dalam ribuan)
Aktiva Pasiva
Aktiva lancar bersih Rp. 90.000 Utang lancar Rp. 30.000
Aktiva tetap Rp. 100.000 Utang jk. Panjang (bunga 4%) Rp. 50.000
Akumulasi Rp. 40.000 Modal saham Rp. 70.000
depresiasi
Rp. 60.000
Jumlah aktiva Rp. 150.000 Jumlah pasiva Rp. 150.000
Biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu berperan bagi manajemen dalam:
a. Evaluasi konsumsi sumberdaya yang dikorbankan untuk sesuatu.
b. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melongok struktur biaya perusahaan pesaing yang
digunakan untuk menghasilkan produk jasa.
c. Pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri.
d. Penentuan harga jual produk atau jasa.
e. Penyediaan kemudahan dalam menghilangkan keborosan.
f. Penyediaan informasi untuk perbaikan tingkat kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba
dengan pemantau total biaya daur hidup produk atau jasa.
g. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan tentang biaya mutu.
h. Cost reimbursement.
i. Inventory costing.
B.4. Evaluasi Konsumsi Sumber Daya
Evaluasi konsumsi sumber daya sesuatu dapat berupa produk, jasa, atau aktivitas. Informasi ini diperlukan
untuk memungkinkan manajemen melakukan evaluasi terhadap pelasanaan rencana yang telah dibuat
sebelumnya.
Biaya Produksi
Biaya produksi langsung
Bagian yang adil biaya produksi tidak langsung Rp 1.000.000
Beban produk X Rp 600.000
Contoh: misalkan produk X Total biaya produksi Rp 1.600.000
merupakan objek informasi. Biaya nonproduksi:
Untuk menjawab pertanyaan Biaya nonproduksi langsung Rp 50.000
“berapa biaya yang telah Biaya adm dan umum langsung Rp 75.000
Biaya pemasaran langsung
dikeluarkan produk X” yang
Biaya nonproduksi langsung Rp 125.000
dihitung dengan pendekatan full
costing? Biaya nonproduksi tidak langsung:
Bagian yang adil biaya adm dan umum yang Rp 100.000
menjadi beban produk X
Bagian yang biaya pemasaran yang menjadi Rp 175.000
beban produk X
Rp 275.000
Jika pendekatan variabel costing digunakan
sebagai dasar untuk menghitung biaya produk
tertentu, biaya penuh (full costing) dihitung seperti
disajikan dalam contoh berikut ini:
Contoh:
Misalkan produk y merupakan objek informasi.
Full cost yang bersangkutan dengan produk y yang
dihitung dengan pendekatan variabel costing
disajikan pada gambar:
Angka rupiah dalam ribuan
Biaya variabel:
Biaya produksi variabel Rp. 1.000.000
Biaya produksi nonvariabel:
Biaya adm dan umum variabel Rp. 200.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 300.000
Total biaya nonproduksi variabel Rp. 500.000
Total biaya variabel produk Y Rp. 1.500.000
Biaya Tetap Langsung:
Biaya produksi tetap
Biaya nonproduksi tetap langsung:
Biaya adm & umum tetap lansung Rp. 120.000
Biaya pemasaran tetap langsung Rp. 75.000
Biaya tetap langsung produk Y Rp. 195.000
Biaya Tetap Tidak Langsung:
Bagian yang adil biaya adm & umum tetap Rp. 150.000
Bagian yang adil biaya pemasaran tetap Rp. 100.000
Biaya tetap tidak langsung yang menjadi beban produk Y Rp. 250.000
Total biaya tetap yang menjadi beban produk Y Rp. 445.000
Biaya penuh produk Y Rp. 1.945.000
Jika pendekatan activity based costing
digunakan sebagai dasar untuk menghitung biaya
produk tertentu, biaya penuh dihitung seperti
disajikan dalam contoh berikut ini:
Contoh:
Misalkan produk Y merupakan objek informasi.
Full cost yang bersangkutan dengan produk Y, yang
dihitung dengan pendekatan activity based costing
disajikan pada gambar:
Angka rupiah dalam jutaan
Cost type contract adalah kontrak pembuata produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada
total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba
yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut.
(Mulyadi, 2001: 77)
B. 14. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah proses pengambilan keputusan mengenai
program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan penaksiran
jumlah sumber daya yang akan dilaksanakan kepada setiap program tersebut.
(Mulyadi, 2001:78)
Penyusunan program yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang
sebagian didasarkan atas informasi akuntansi penuh masa yang akan datang
yang terdiri dari aktiva penuh, pendapatan pebuh dan atau biaya penuh
penentuan.
B. 15. Harga Jual Normal
Harga jual suatu produk terbentuk di pasar sebagai interaksi antara jumlah
permintaan dan penawaran di pasar. Namun manajemen puncak memerlukan
informasi biaya penuh untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif
harga jual di pasar. Oleh karena itu, dalam keadaan normal manajer puncak harus
memperoleh jaminan bahwa harga jual produk atau jasa yang dijual di pasar dapat
menutup baiay penuh untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut dan dapat
menghasilkan laba wajar.
Untuk dapat menutup biaya penuh suatu produk atau jasa, penentuan harga
jual dalam keadaan normal memerlukan biaya penuh dan aktiva penuh masa yang
akan datang sebagai dasar rumusannya dalam pendekatan full costing. Yaitu:
Harga jual = Biaya produksi + Biaya non produksi + Laba yang diharapkan
Atau:
Harga jual = Biaya produksi + Mark up
Informasi akuntansi penuh yang bermanfaat untuk penetapan harga jual produk atau
jasa yang diatur dengan peraturan pemerintah terdiri dari biaya masa yang akan datang yang
akan dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut. (Mulyadi, 2001: 85).
Contoh:
Misalnya untuk menghasilkan air diperlukan investasi sebesar Rp. 2.000.000.000 untuk
pembelian mesin dan equipment serta modal kerja taksiran biaya produksi air adalah Rp. 300
perliter pada volume produksuhammi Rp. 50.000.000 liter air per tahun. Biaya non produksi
(biaya pemasaran dan adm umum) diperkirakan sebesar Rp. 1.100.000.000 diputuskan laba
wajar untuk perusahaan air tersebut adalah 20% dari investasinya.
Harga jual dihitung sebaga berikut:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑑𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛+𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Persentase mark up =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 ×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝.1.100.000+(20% ×𝑅𝑝.2.000.000.000)
= 𝑅𝑝.300 ×50.000.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
= 10 %
Harga jual air per liter dihitung sbb:
Biaya produksi air per liter Rp. 300
Markup 10% x Rp. 300 30
Target harga jual air per liter Rp. 330
Pada target harga jual tersebut perusahaan air bersih akan memperoleh laba
sebesar Rp. 400.000 per tahun (20% x Rp. 2.000.000.000) seperti dibuktikan dalam
perhitungan laba.
Dalam penentuan harga jualk tersebut diperlukan informasi akuntansi penuh
masa yang akan datang, yang terdiri dari taksiran biaya penuh (biaya produksi penuh
ditambah dengan taksiran biaya nonproduksi berturut-turut sebesar Rp. 15.000.000
dan Rp. 1.100.000.000) taksiran aktiva penuh yang dibutuhkan untuk memproduksi
dan menjual produk air (Rp. 2.000.000.000)
Contoh
1. Bahwa unsur informasi akuntansi penuh untuk kepentinga pelaporan kepada pihak luar perusahaan
adalah berbeda dengan unsur informasi akuntansi penuh untuk kepentingan pelaporan keuangan
kepada pihak intern perusahaan.
2. Informasi akuntansi penuh bermanfaat pula untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
3. Biaya yang dikeluarkan untuk sesuatu dapat diketahui dengan informasi yang diperoleh dari biaya
penuh yang sangat berperan bagi manajemen.
4. Antara pembeli dan penjual dapat ditentukan harga jual secara kontrak dengan memperoleh laba
yang diharapkan.
5. Program dimasa mendatang dapat dipilih dan disusun berdasarkan informasi akuntansi penuh.
6. Dalam penentuan harga jual normal dapat digunakan pendekatan full costing maupun variable costing
namun tetap harus menggunakan informasi akuntansi penuh masa yang akan datang khusunya biaya
penuh dan aktiva penuh.
7. Harga pokok berdasarkan kesepakatan dapat ditransfer kepada pusat penjual dan pembeli.
8. Peraturan pemerintah tentang harga jual dapat diketahui dan dilaksanakan.
C. REKAYASA
INFORMASI AKUNTANSI
PENUH
Informasi akutansi penuh dimanfaatkan manajemen untuk laporan keuangan, pengukuran
tingkat kemampuan produk atau unit organisasi dalam menghasilkan laba penentuan harga jual produk
atau jasa (baik dalam cost type contruct, harga jual normal maupun harga jual produk dalam perusahaan
yang diatur oleh peraturan pemerintah) dan untuk penyusunan program. Untuk memenuhi berbagai
kebutuhan manajemen tersebut perekayasaan informasi akuntansi penuh memerlukan identifikasi
aktiva pendapatan dan biaya langsung yang berangkutan dengan objek informasi akuntansi tertentu dan
pembebanan secara adil aktiva, pendapatan biaya yang tidak langsung kepada berbagai objek informasi
yang bersangkutan. Aktiva dan pendapatan umumnya mudah diidentifikasikan kepada objek informasi
tertentu sehingga hanya sedikit aktiva dan pendapatan tidak langsung yang harus dibebankan secara
adil kepada suatu objek informasi. Berbeda dengan biaya banyak biaya yang merupakan baiay
bergabung (common cost) yang dalam perekayasaan informasi akuntansi penuh harus dibagiak secara
adil kepada berbagai objek informasi melalui metode pembebanan tertentu.
Perlu diadakan pembedaan istilah alokasi biaya (cost allocation) dengan
pembebanan biaya dalam perekayasaan informasi baiay penuh. Alokasi biaya merupakan
pembagian biaya tidak langsung pada berbagai objek informasi atas suatu dasar alokasi yang
lebih bersifat sembarang. Sebagai contoh dalam alokasi biaya bersama. Biaya bersama
dialokasikan kepada produk bersama dengan dasar alokasi yang tidak mencerminkan
hubungan sebab akibat antara dasar alokasi dengan biaya.
Salah satu dasar alokasi biaya bersama harga jual relatif yang menggunakan
anggapan bahwa produk bersama yang memiliki harga jual yang tinggi menyerap biaya
menggunakan dasar alokasi yang bersifat sembarang.
Dalam alokasi BOP juga seringkali dipakai dasar alokasi yang bersifat sembarang.
Sebagai contoh adalah alokasi biaya gudang kepada departemen produksi yang didasarkan
atas biaya bahan baku yang dipakai oleh departemen produksi.
2. Pembebanan biaya tidak langsung untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar
perusahaan
C.1. Pembebanan Biaya Tidak Langsung untuk Penyediaan Informasi
bagi Pengambilan Keputusan Manajemen
C.1.1. Analisis kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba dan penentuan
harga jual.
Pembebanan BOP dalam lingkunagn manufaktur tradisional. Akuntansi biaya tradisional membebankan
BOP kepada produk atas kuantitas produk yang diproduksi. Karakteristik pembebanan BOP dalam
lingkungan manufaktur tradisional adalah:
- Pusat biaya yang dibentuk seringkali berupa agregasi berbagai kegiatan yang tidak homogen
sehingga dasar pembebanan yang digunakan untuk membebankan BOP tidak mencerminkan
konsumsi BOP tersebut.
- Dasar yang digunakan untuk membebankan BOP kepada produk dari pusat biaya produksi yang
hanya berkaitan dengan volume produk.
- Pada umumya 2 macam cara pembebanan BOP digunakan dalam lingkungan manufaktur tradisional
= tarif tunggal untuk seluruh pabrik dan tarif per departemen.
Contoh:
PT XDS memproduksi 2 macam produk F dan K melalui 2 departemen produksi. Departemen X dan Y.
Data yang dipakai sebagai dasar perhitungan harga pokok produk disajikan pada gambar brk:
Produk F
Biaya utama Rp. 75.000 : 30.000 Rp. 2,50
Biaya overhead pabrik (Rp. 7,78 x 15.000)/ 30.000 3,89
Biaya produksi per unit Rp. 6,39
Produk K
Biaya utama Rp. 375.000 : 150.000 Rp. 2,50
Biaya overhead pabrik (Rp. 7,78 x 75.000) / 150.000 3,89
Biaya produksi per unit Rp. 6,39
Perhitungan Biaya per Unit Produk dengan Plant Wide Rate
Produk F
Biaya utama Rp. 75.000 : 30.000 Rp. 2,50
Biaya overhead pabrik [ (Rp. 3,14 x 10.000) 2,74
+ Rp. 5,07 x 10.000)] / 30.000
Biaya produksi per unit Rp. 6,39 Rp. 5,24
Produk K
Biaya utama Rp. 375.000 : 150.000 Rp. 2,50
Biaya overhead pabrik [ (Rp. 3,14 x 10.000) 2,94
+ Rp. 5,07 x 25.000)] / 150.000
Biaya produksi per unit Rp. 6,39 Rp. 5,44
Perhitungan Biaya per Unit Produk dengan Tarif Biaya Overhead per Departemen
C.1.1.2 Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur
Maju
Dibandingkan dengan lingkungan manufaktur maju
akuntansi BOP memiliki rancangan sbb:
- Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung atau
biaya kerja langsung.
- Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang
digunakan untuk mengalokasikan BOP dari pusat biaya
kepada produk dan jasa.
- Pusat biaya terlalu besar dan berisi mesin yang memiliki
struktur BOP yang sangat berbeda.
Pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur maju menggunakan 2 tahap:
- Pembebanan biaya tidak langsung untuk penyediaan informasi bagi pengambilan keputusan
manajemen informasi biaya yang berjalan di dalam perusahaan untuk memenuhi
kepentingan manajemen dalam menjalankan perusahaan. Keperluan yang lain adalah untuk
membantu manajemen dalam menyusun perencanaan, melakukan pengendalian biaya
melalui pemisahan tanggungjawab dalam organisasi dan membantu manajemen dalam
proses pengambilan keputusan yang lebih baik dengan memfokuskan diri pada biaya yang
relevan saja. (Hariadi: 45-46)
- Penggunaan BOP dalam cost pool yang berisi aktivitas yang homogen.
- Pembebanan biaya yang terkumpul dalam cost pool ke produk yang dihasilkan dengan
menggunakan cost driver.
Karakteristik pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur maju adalah sebagai berikut:
- Cost pool yang dibentuk harus terdiri aktivitas yang homogen dan dicari cost driver yaang
mencerminkan konsumsi biaya yang dikumpulkan dalam cost pool tersebut oleh cost pool
yang lain.
- Dasar yang digunakan untuk membebankan BOP kepada produk disebut cost driver yang
mencerminkan faktor yang menyebabkan konsumsi biaya untuk produk.
Contoh:
Berdasarkan contoh diatas, Departemn X dan Y memiliki 4 jenis BOP yang cost
drivernya sebenarnya berlainan. Biaya persiapan produksi dan biaya inspeksi timbul
sebagai akibat jumlah production run yang dibutuhkan oleh setiap produk yang
diproduksi yang tidak bersangkutan dengan volume produk yang diproduksi dalam
setiap production run. Biaya tenaga listrik dan biaya kesejahteraan karyawan timbul
sebagai akibat dari jumlah jam mesin. Oleh karena itu, dalam activity based costing,
disetiap departemen produksi dibentuk cost pool yag berisi aktivitas yag homogen dan
kemudian dicari cost driver yang mampu mencerminkan BOP cost pool oleh setiap
produk yang diolah melalui cost pool tersebut. Dalam contoh ini perlu 2 cost pool
dalam departemen X dan Y, dengan perhitungan tarif BOP tiap-tiap cost pool disajikan
gambar sbb:
Cost pool 1
Setup cost Rp. 300.000
Biaya eksi 200.000
Jumlah biaya Rp. 500.000
Production run 60
Tarif BOP pool 1 (per run) Rp. 8.333,33
Cost pool 2
Biaya tenaga listrik Rp. 100.000
Biaya ksejahteraan karyawan 200.000
Jumlah biaya Rp. 200.000
Jam mesin 90.000
Tarif BOP pool 2 (per jam mesin) Rp. 2
Rp. 155.000
Rp. 230.000
Jumlah produk yang diproduksi 30.000
Produk K
Biaya utama
BOP Rp. 375.000
Pool 1 = Rp. 8.333,33 x 45 runs Rp. 375.000
Pool 2 = Rp. 2 x 75.000 jam mesin Rp. 150.000
Rp. 525.000
Rp. 900.000
Jumlah produk yang diproduksi 150.000
Biaya per unit produk Rp. 6,0
C.1.2. Pengukuran Kinerja Manajer
Perekayasaan informasi biaya ditujukan untuk pengukuran kinerja informasi biaya harus
dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer yang bersangkutan. Wewenang yang
dimiliki manajer tertentu menjadikan dirinya dalam posisi pengendalian biaya sehingga biaya yang
mempuyai hubungan erat dengan wewenang manajer tertentu merupakan biaya terkendalikan bagi
manajer tersebut karena dengan wewenang manajer tersebut dapat mempengaruhi secara
signifikan besarnya biaya. Biaya tidak langsung dalam hubungan dengan wewenang pengandalian
lebih dari seorang manajer
Untuk kepentingan pengukuran kinerja manajer, biaya tidak langsung tersebut perlu
dibebankan kepada manajer yang bertanggungjawab untuk pengendaliannya. (Mulyadi: 1997: 98).
Pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur maju memerlukan metode yang jauh lebih
cermat dibandingkan dnegan pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur tradisional.
C.2. Pembebanan Biaya Tidak Langsung untuk Pelaporan Keuangan
Kepada Pihak Luar
BAB 3 : INFORMASI
AKUNTANSI DIFFERENSIAL
Tujuan Pembelajaran:
◉ Diharapkan dapat mengetahui konsep informasi
differensial
◉ Diharapkan mengetahui manfaat informasi
akuntansi differensial
◉ Diharapkan mengetahui perbedaan antara informasi
akuntansi differensial dengan informasi akuntansi
penuh
A.
KONSEP INFORMASI
AKUNTANSI
DIFFERENSIAL
A.1
KESIMPULAN
Manfaat Informasi akuntansi Differensial sebagai dasar
untuk pertimbangan manajemen dalam pemilihan
,aternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang
tersedia untuk masa yang akan datang.
B.
PERBEDAAN INFORMASI
AKUNTANSI DIFFERENSIAL
DENGAN INFORMASI
AKUNTANSI PENUH
BIAYA
BIAYA PENUH
DIFFERENSIAL
Biaya keseluruhan yang dibebankan
Unsur biaya penuh yang berbeda
SIFAT BIAYA pada produk atau objek biaya baik
dalam suatu kondisi tertentu
langsung maupun tidak langsung.
Biaya variabel adalah biaya produksi yang bersifat variabel saja dalam menentukan
nilai persediaan yang akan dijual perusahaan
(Drs. Bambang Hariadi, M.Ec,Akt,2002:185)
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan
(Mulyadi,2001:120)
Contoh :
Biaya bahan baku dan penggudangannya. Alternatif apapun yang akan dipilih
tidak akan mempengaruhi biaya bahan baku itu sendiri.
Kesimpulan :
Biaya Variabel adalah biaya produksi yang dapat berubah bila volume
kegiatan produksi berubah, tetapi biaya variabel tidak selalu sama dengan biaya
differensial, biaya variabel akan sama dengan differensial jika biaya tetap
konstan.
Biaya Tetap adalah total biaya yang tudak
berubah walaupun terjadi perubahan tingkat
kegiatan perusahaan dalam kurun waktu tertentu
(Drs. Bambang Hariadi, 2002:183)
Kesimpulan :
Biaya tetap adalah total biaya yang
tidak akan beruabh dengan adanya
perubahan tingkat kegiatan dalam kisaran
tertentu.
Biaya Kesempatam adalah pendapatan atau
penghematan biaya yang dikorbankan sebagai
akibat dipilihnya alternatif tertentu.
(Mulyadi,2001:123)
Jika suatu keputusan sudah dibuat untuk
melaksanakan suatu alternatif maka manfaat
akternatif lainnya dilepas dari tangan, manfaat
yang lepas karena ditolaknya pilihan lain disebut
biaya kesempatan.
(Komarudin ahmad, 2000 : 23)
Contoh :
Alternatif Menggunakan Sendiri Ruang Toko
Untuk Perdagangan Barang X
Taksiran hasil penjualan perbulan Rp 450.000,-
Taksiran kos penjualan Rp 200.000,- -
Taksiran laba bruto Rp 250.000,-
Biaya usaha :
Taksiran biaya adm. dan umum Rp 50.000,-
Taksiran biaya pemasaran Rp 25.000,- -
Rp 75.000,- -
Taksiran laba bersih usaha Rp 175.000,-
Biaya Kesempatan :
Pendapatan sewa yang dikorbankan Rp 150.000,- -
Keuntungan memilih alternatif Rp 25.000,-
menggunakan sendiri ruang toko
untuk berdagang barang x
Kesimpulan :
Biaya Kesempatan adalah biaya yang dikorbankan akibat memilih
satu alternatif dan menolak manfaat dari alternatif yang lain
2.
Kesimpulan :
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keputusan memebli atau membuat sendiri adalah
sebuah keputusan atau pertimbnagan manajemen yang
dihadapkan pada dua laternatif pilihan apakah sebuah
komponen produk itu harus dibuat secara internal
ataukah dibeli dari pemasok akibat dari penawaran
harga pemasok luar untuk suatu komponen produk
yang berada dibawah biaya produksi sendiri pada
komponen tersebut.
Contoh soal :
Manfaat
Biaya differensial ( biaya yang terhindarkan)
Biaya variabel
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja variabel, dan
biaya overhead pabrik variabel) Rp 18
Biaya tetap terhindarkan Rp 4+
Jumlah biaya terhindarkan jika membeli dari luar Rp 22
Pengorbanan :
Biaya differensial
Harga beli jika membeli dari luar Rp25_-
Kerugian jika membeli dari luar Rp -3
Dari data tersebut jelas kelihatan bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri
menguntungkan karena jika membeli dari luar pengorbanan yang akan dikeluarkan
adalah Rp 25,- per buah sedangkan penghematan yang diperoleh berupa biaya
terhindarkan hanya sebesar Rp 22,- per buah.
E.2. Membuat sendiri dalam
lingkungan manufaktur maju
Alter.
Alter.
Membuat
Membeli
Biaya bahan baku Rp 50.000,-
Biaya tenaga kerja Rp 200.000,-
Biaya overhead pabrik variabel Rp 80.000,-
Biaya overhead pabrik tetap:
Biaya tetap langsung
Baiya inspeksi Rp 50.000,-
Biaya sewa eqp. Rp 70.000,-
Biaya membeli Rp 475.000,- +
Biaya differensial Rp 475.000,-
Berdasarkan pertimbangan biaya jika alternatif
membjat sendiri dengan biaya yang harus dikeluarkab
untuk membeli tersenut dapat disimpulkan bahwa
alternatif membeki dari pemasok luar tidak
menguntungkan, karena hanya bjaya yang dikeluarkan
dalam alternatif membeli lebih bayak Rp 25.000,- jika
dibandingkan dengan biaya alternatf membuat sendiri
dipertahankan
E.3. Membeli atau mebuat sendiri sebagai
keputusan strategis
A
Menjual/memp Kep: Jika A (+) pilih alternatif
roses memproses lebih lanjut
Jika A (-) jangan pilih alternatif
lebih lanjut memproses lebih lanjut
Pendapatan
Diperlukan xxx
differensial
tambahan
Biaya
biaya produksi differensial (xxx)
A
Aktiva
B
differensial
Pengambilan keputusan yang diambil hanya perilaku selamajanhka kuran dari 1
periode akuntansi (1 th ) baik kegunaannya maupun pengaruhnya untuk hal
tersebut.
Contoh :
Sebuah perusahaan kulit bisa memilih alternatif menjual kulit
mentah (kulit yang belum dimasak) atau memasak lebih lanjut jadi kulit sesudah
dimasak. Harga jual kulit mentah Rp 4.500 per lembar dimana harga pokoknya
Rp 3.000,- apabila diolah leih kanjuut menjadi kulit masak harga jual satu
lembar Rp 7.500,- dan tambahan biaya variabel adalah Rp 1.500 per lembar.
Perusahaa bisa membuat 10.000 lembar tiap oeriode. Dengan data-data tersebut
bisa diketahui dengan perhitungan biaya differensial sebagai berikut
Analisis Pengambilan Keputusan
Produk A Produk B
Harga Jual Rp 500 Rp 400
Pendapatan marginal
80.000 x Rp. 100 = Rp. 8.000.000
4.000 x Rp. 250 = Rp. 1.000.000
Rp.
9.000.000
Setelah dilakukan trail and error dengan pertolongan grafik akan
diketahui bahwa kombinasi yang paling banyak memberikan laba
adalah pada saat dibuat 80.000 unit produk B dan 4.000 produk A,
dengan mendatangkan contribution margin yang paling besar yaitu:
Produk B 80.000 x Rp. 100 = Rp. 8.000.000
Produk A 4.000 x Rp. 250 = Rp. 1.000.000
Jumlah contribution margin = Rp. 9.000.000
E.4. Membuat sendiri atau membeli dari luar
Biaya differensial
Fasilitas
Biaya terhindarkan
produksi
lama dapat
dimanfaatkan Biaya kesempatan
dalam kegiatan
bisnis yang lain
Kep : A+ = Pengentian produksi produk dipilih Pendapatan differensial
A- = Penghentian produksi tidak dipilih
(Mulyadi: 142)
Contoh Menghentikan atau Melanjutkan Produksi Produk
Tertentu :
Suatu toko memiliki 3 departemen : departemen kosmetika ,
departemen pakaian, departemen bahan kelontong. Laporan
laba-rugi tiap departemen tahun anggaran 20x4 disajikan sbb:
Apabila kapasitas mesin perusahaan belum penuh dan pada saat itu ada
pesanan yang meminta harga jualnya dibawah harga pokok produksi dalam
hitungan biaya penuh. Maka yang perlu diperhatikan adalah:
• Berapakan pesanan tersebut akan menambah laba total perusahaan atau
tidak.
• Apakah pesanan tersebut merusak harga pasar dari produk lain pesanan
khusus tersebut atau tidak.
Apabila memiliki kedua batasan diatas yaitu menambah laba perusahaan
secara keseluruhan dan tidak merusak pasar dari produk yang ada maka bisa
disetujui oleh manajemen.
(Mulyadi: 144).
Contoh
NT = AK ×
1
(1+𝐼)𝑛
Atas dasar data tersebut pada gambar 3.4 rencana investasi tersebut
dapat diterima karena jumlah investasi pada tahun ke-0 sebesar
Rp.4.600.000 tersebut dapat menghasilkan aliran kas, yang jika dinilai
tunaikan nerjumlah Rp. 5.704.200. Jadi jumlah kas yang akan diterima
lebih besar Rp. 1.104.200 (Rp. 5.704.200 – Rp. 4.600.000) bila
dibandingkan dengan pengorbanan yang akan dilakukan.
Aliran kas Nilai Tunai Nilai tunai
bersih per Rp. 1 aliran kas
tahun bersih tunai
Tahun (1) (2) (3)
1 Rp. 1.800.000 Rp. 0,909 Rp. 1.636.200
2 Rp. 1.800.000 Rp. 0,826 Rp. 1.486.800
3 Rp. 1.800.000 Rp. 0,751 Rp. 1.351.200
4 Rp. 1.800.000 Rp. 0,683 Rp. 1.229.400
Jumlah nilai Rp. 5.764.740
tunai
Gambar 3.4 nilai tunai aliran kas masuk
bersih
1 1
(1 + 10%)1 1 − 10
NILAI WAKTU UANG DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
JANGKA PANJANG
n = jumlah tahun/bulan
P = besarnya pinjaman
i = tingkat bunga
Contoh:
Perusahaan akan meminjam uang ke bank untuk membiayai proyek
investasi sebesar Rp. 15.000.000 dengan bunga 20% pertahun dalam
waktu 4 tahun dan diangsur 4 kali. Maka berapa bunga yang harus
dibayar?
Jawab: Bunga yang harus dibayar selama 4 tahun:
I = p.n.i
= Rp. 15.000.000 x 4 x 20%
I = Rp. 12.000.000
Uang yang harus dikembalikan:
F = p (1 + n.i)
= Rp. 15.000.000 (1+ 4. 20%)
= Rp. 15.000.000 x 180%
= Rp. 27.000.000
F.2. Nilai Majemuk
Contoh:
Nilai Rp. 200 yang diinvestasikan sekarang pada tingkat
bunga majemuk 20% pertahun, akan bertambah pada akhir
setiap tahun selama 4 tahun.
Jawab:
Nilai investasi pada tahun ke-n dengan tingkat bunga i =
20% yaitu:
𝐼𝑛 = 𝐼𝑜 (1 + 𝑖)𝑛
= 𝑅𝑝. 200 (1 + 0,20)4
= Rp. 200 (2,0736)
= Rp. 414,72
F.3. Nilai Sekarang
23
2
TUJUAN PEMBELAJARAN
248
Sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional mempunyai
karakteristik seperti dibawah ini:
(Mulyadi,1997:186).
249
Dalam penetapan ukuran prestasi, sistem
Sistem akuntansi akuntansi pertanggungjawaban tradisional
pertanggungjawaban menggunakan budget dan standar sebagai ukuran
tradisional mengarahkan yang relatif stabil untuk periode waktu tertentu dan
perhatian pada unit-unit cenderung mendukung hasil yang dimpai saat
organisasi yang bersifat
sekarang.
fungsional dan manajer
sebagai pribadi. Tanggung
jawab dinyatakan dalam
bentuk tanggung jawab Dalam hal penilaian prestasi, akuntansi
terhadap ukuran keuangan, pertanggung jawaban tradisional membandingkan
seperti laba, biaya,
antara hasil sesungguhnya dengan budget dan standar
penghasilan, dan
dalam penilaian ini pada prinsipnya manajer hanya
investasi.
diminta bertanggung jawab atas hal-hal yang mereka
kendalikan seperti dalam budget.
250
Dalam lingkungan bisnis yang senantiasa berubah-
Kelemahan- ubah mengikuti kemajuaan jaman, sejumlah
kelemahan kelemahan akuntansi pertanggungjawaban
tradisional dapat dijelaskan seperti di bawah ini :
sistem
akuntansi
pertanggung 1.Mengabaikan biaya yang tidak memberikan nilai
jawaban tambah
251
Sistem akuntansi
pertanggungjawaban tradisional
dirancang berlandaskan atas dasar
beberapa asumsi yaitu:
• Pengelolaan berdasarkan
penyimpangan
256
• Sistem
akuntansi Sistem akuntansi pertanggungjawaban memberikan
pertanggung kesempatan kepada manajer untuk merumuskan
jawaban sasaran mereka sendiri dan membuat keputusan
mendorong dalam rangka tanggung jawab yang didelegasikan
kerjasama oleh manajer di atasnya, maka hal ini akan
bukan meningkatkan kesetiaan, harga diri dan rasa penting
dalam diri manajer (Mulyadi,1997:175-180).
kompetisi
257
2. ACTIVITY-BASTED RESPON
SIBILITY ACCOUNTING SYSTEM.
4 5
lnspeksi aktivitas yang menggunakan waktu dan Penyimpanan: Aklivitas yang mengunakan waktu
sumber daya untuk menjamin produk yang dan sumber daya, selama produk dan bahan baku
dihasilkan sesuai dengan mutu yang sudah disimpan sebagai bahan sediaan. (Mulyadi,1997)
ditetapkan.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban berbasis aktivitas untuk mengurangi dan akhinya
menghilangkan aktivitas-bukan penambah nilai dalam pengelolaan aktivitas ada beberpa
macam cara yang ditempuh, antara lain:
1 2 3
Pengurang aktivitas
Pemilihan
(activity reduction)
aktivitas(activity
selection)
Pengurang biaya dapat
Penghilang aktivitas
dicapai dengan
(activity elimination) Pengurang biaya
mengurangi waktu dan
dapat dicapai dengan
sumber daya yang
Pengurang biaya dapat pemilihan aktivitas
diperlukan oleh suatu
dicapai dengan melakukan dari serangkaian
aktivitas.Pendekatan
penghilangan aktivitas-bukan- aktivitas yang
pengurangan penambah
penambah nilai. diperlukan untuk
nilai sebagai strategi
melaksanakan
jangka pendek sampai
berbagai strategi yang
aktivitas-aktivitas tersebut
kompetitif.
dapat dihilangkan.
26
2
Lanjutan...
b Manajer jenjang terbawah diberi Iaporan pertanggung jawaban biaya yang berisi
rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya.
Metode 2
Manajer departemen pengguna jasa menggunakan listrik sampai dengan jumlah
kebutuhan pokok mereka terpenuhi sedangkan pemakaian kebutuhan kelompok
akan segera dikendalikan oleh manajer departemen pemakaian untuk
meminimumkan beban tambahan.
Metode 3
Jika departemen pemakai jasa tidak menggunakan listrik maka departemen tersebut
tidak dibebani biaya. Ini memungkinkan manajer departemen pemakaian akan
menggunakan sedikit mungkin jasa listrik untuk meminimumkan beban dari
departemen tersebut.
2
281
Untuk
memungkinkan Dapat memisahkan perhatian mereka terhadap
manajemen a pengurangan dan akhirnya penghilangan biaya
melakukan bukan penambah nilai.
pengelolaan
aktivitas, sistem
akuntansi Menyadari besarnya pemborosan yang sekarang
pertanggungjawaban b sedang terjadi.
harus memisahkan
biaya penambah nilai
dan biaya bukan-
penambah nilai. Memantau efektivitas program pengelolaan
aktivitas dengan menyajikan biaya bukan
Pemisahan biaya ini
diperlukan agar
c penambah nilai kepada manajemen dalam
manajemen: bentuk perbandingan antar periode.
282
Pengurangan biaya harus merupakan hasil dari program pengelolaan
aktivitas. Dengan mengetahi jumlah biaya yang dapat dihemat,
manajemen bisa:
Catatan:
KSt = Kuantitas ideal Cost driver
Hst = Harga standar per unit Cost driver
K5 = Kuantitas sesungguhnya cast driver yang digunakan
284
Contoh soal:
Aktivitas Cost driver KSt KS Hst
Pemakaian bahan baku Kg 150.000 175.000 2.000
Tenaga listrik Kwh 30.000 35.000 4.000
Set up Jam set up - 40.000 2.500
Inspeksi Jam inspeksi - 20.000 3.000
KESIMPULAN :
Henry • Laba merupakan suatu ukuran Laba merupakan
seberapa baik kinerja sebuah penghasilan yang
Sumamora perusahaan. diterima dari kegiatan
perusahaan sebagai
ukuran kinerja sebuah
• Laba adalah penghasilan yang perusahaan.
diterima dari investasi
Drs. Agus (pembelian surat berharga)
Subardi ditambah setiap perubahan harga
pasar surat tersebut dibagi
dengan harga pembelian.
Laba jangka pendek merupakan
penghasilan yang diterima dari
kegiatan perusahaan sebagai ukuran
kinerja sebuah perusahaan dalam
periode tertentu.
B.
PERENCANAAN LABA JANGKA
PENDEK
Menurut Mulyadi, laba jangka pendek dipengaruhi oleh pendapatan
(hasil kali volume penjualan dengan harga jual), biaya variabel, dan
biaya tetap.
PT X
Laporan Rugi-Laba yang diproyeksikan
Tahun Anggaran 1912
Jumlah %
Pendapatan penjualan Rp 500.000.000 100
Biaya variabel Rp 300.000.000 60
Laba kontribusi Rp 200.000.000 40
Biaya tetap Rp 150.000.000 30
Laba bersih Rp 50.000.000 10
Dari laporan rugi-laba yang disusun menurut menurut metode
variabel kosting tersebut, manajemen dapat memperoleh berbagai
parameter (gambaran sesuatu dalam bentuk angka) berikut ini:
1 Impas (break-even)
2 Margin of safety
3 Shut-down point
Dalam menggunakan analisis CUP (cost Dalam analisis KEP ada dua
volume profit) dan BEP khususnya jenis kontribusi yaitu:
pengertian dan perhatian yang lebih 1. Margin kontribusi dalam
besar terhadap contribution margin (CM) unit
sangat diperlukan sekali, karena dengan
cepat pula kita dapat membuat suatu 2. Margin kontribusi dalam
keputusan dan sebagai titik awal dari persen
keputusan-keputusan berikutnya atau di
dalam pembahasan soal-soal manajemen
akuntansi.
C.
REKAYASA PARAMETER UNTUK
PERENCANAAN LABA JANGKA
PENDEK
1
IMPAS
311
Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenues)
sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis impas adalah suatu laba
untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
menderita rugi, tetapi belum juga memperoleh laba (dengan kata lain labanya
samadengan nol).
Y = cx – bx - a
Keterangan:
Y = laba
X = harga jual per satuan
C = jumlah produk yang dijual
B = biaya variabel persamaan
A = biaya tetap
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk laporan rugi-laba metode
variabel costing, persamaan tersebut terbentuk sebagai berikut:
Pendapatan penjualan cx
Biaya veriabel bx
Laba kontribusi cx - by
Biaya tetap a
Laba bersih y
Jika, Y=0
0 = ck – bx – a
cx = bx + a
cx – bx = a
x (c – b) = a, jadi x’ =a
c–b
Rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah: impas (dalam
suatu produk yang dijual)
biaya
Harga jual persatuan – biaya variabel perusahaan
Impas dalam rupiah penjualan dapat dicari rumusnya dengan cara mengalihkan
rumus impas di atas dengan c, yaitu harga jual per satuan produk
𝑎 𝑎𝑐 𝑎 𝑎 𝑎
𝑐𝑥′ 𝑐 = = = =
𝑐−𝑏 (𝑐 − 𝑏) (𝑐 − 𝑏)/𝑎 𝑐/𝑐 − 𝑏/𝑐 1 − 𝑏/𝑐
Rp 6500 52%
316
Jumlah sepeda motor minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha
Pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
Impas (dalam kuantitas) = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 −𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
3500
= 25−5 = 175
Jadi sepeda yang harus masuk titipan berjumlah 175 buah semalam.
Impas jika dinyatakan dalam rupiah:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
Impas (dalam rupiah) = 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
3500
= = Rp 4375
80%
Jika dalam satu malam Pak Amat menerima uang sebesar Rp 4.375 maka ia
dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan malam tersebut.
Bukti:
Rp 3.500
0
Contoh 2: Biaya Produksi Variabel Standar per Kg Produk:
Biaya Bahan Baku Rp 10.000
PT Elnora memproduksi produk A, Biaya Tenaga Kerja Variabel Rp 7.000
rencana produksi untuk tahun Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 8.000
anggaran 19 x 1 adalah sebagai Jumlah Biaya Produksi Variabel Rp 25.000
berikut: Biaya Administrasi Umum Variabel Rp 10.000
Persediaan Awal 100 Biaya Persamaan Rp 8.000
Rencana Produksi 1100 Jumlah Biaya Variabel Rp 43.000
1200 Biaya Tetap Pertahun terdiri dari:
Rencana Penjualan 1000
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 37.400.000
Persediaan Akhir 200
Biaya Pemasaran Tetap Rp 15.000.000
Biaya Administrasi dan Umum Tetap Rp 25.000.000
Jumlah Biaya Tetap Setahun Rp 77.400.000
Harga Jual Produksi Rp 172.000 Kg.
319
Dalam penyusunan anggaran tersebut manajemen puncak memerlukan
informasi jumlah pendapatan minimum dalam tahun 20 x 1 yang harus dicapai.
Dari target penjualan tahun 20 x 1 agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Eb 5.7 laporan laba rugi projeksian tahun 2001
320
Jika manajemen ingin memperoleh informasi kuantitas produk minimum yang harus di
jual dalam tahun anggaran 20 X 1 agar perusahaan tidak mangalami kerugian, maka
perhitungan impas dalam unit berikut ini dapat dilakukan:
𝑅𝑝 77.400.000
𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑔 = = 600 Kg
Rp 172.000−Rp 43.000
Jika dalam tahun 20 x 1 produk A yang telah terjual berjumlah 600 Kg, maka PT Eliona
sudah tidak akan menderita kerugian lagi.
Jika manajemen puncak merencanakan volume penjualan yang dapat menghasilkan laba
seperti yang diinginkannya, rumus perhitungan impas tersebut di atas dapat dihitung
secara mudah dengan menggunakan rumus berikut ini:
322
Perhitungan impas dapat dilakukan juga
dengan menentukan titik pertemuan antara garis
pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam
satu grafik. Titik pertemuan antara garis pendapatan
penjualan dengan garis biaya merupakan titik impas.
Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat
grafik dengan sumbu datar menuniukkan volume
penjualan. Sedangkan sumbu tegak menunjukkan
biaya dan pendapatan.
Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang
dijual sebesar X, biaya tetap sebesar a, dan biaya variabel sebesar
b persatuan x, untuk volume penjualan sebesar x, maka:
Pendapatan penjualan = cx
Biaya variabel = bx
Biaya tetap =z
Dalam contoh 3 diketahui bahwa:
Harga jual produk persatuan (c) = Rp 172.000
Biaya variabel persatuan (b) = Rp 43.000
Biaya tetap pertahun (a) = Rp 77.400.000
324
Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan
penjualan, biaya variabel, biaya tetap dan total biaya disajikan pada
gambar dibawah ini:
Angka Rupiah dalam Ribuan
Volume Pendapatan Biaya Biaya Tetap Total Biaya Laba (Rugi)
Penjualan Penjualan Variabel
X Cx Bx X A + bx Cx – (a + bx)
Titik Impas
Daerah Rugi
Keterangan cara pembuatan grafik impas diatas adalah
sebagai berikut:
Sumbu datar (sumbu x) menunjukkan volume penjualan yang dapat dinyatakan
1 dalam satuan kuantitas atau rupah pendapatan penjualan.
Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis total biaya
7 dengan ganris pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena
pendapatan penjualan lebih tinggi dari total biaya.
329
Dalam grafik impas di
bawah, garis yang
digambarkan
didalamnya terdiri
dari garis pendapatan
penjualan, garis total
biaya dan biaya telap.
Ada cara lain untuk
menyajikan grafik
impas, yaitu dengan
menggambar garis-
garis pendapatan
penjualan, garis total
biaya, dan garis biaya Grafik impas dapat dibuat lebih rinci lagi dengan cara
variabel dalam grafik. menci biaya-biaya variabel dan biaya tetap ke dalam
jenis-jenis biaya.
3
Bentuk grafik impas
dapat menunjukkan sifat
kegiatan perusahaan
dan kegiatan apa yang
hendaknya dilakukan
oleh perusahaan
tersebut. Dalam
perusahaan yang biaya
tetapnya relatif besar,
impas biasanya akan
tercapai pada titik
volume penjualan yang
relatif tinggi. Bentuk
grafik impas biasanya Grafik Impas Perusahaan dengan Struktur biaya
seperti di bawah ini: yang sebagian besar berupa biaya tetap
Usaha pokok
manajemen perusahaan
yang biaya tetapnya
tinggi adalah
memaksimumkan
pendapatan. Dalam
perusahaan yang biaya
relatifnya terlalu rendah,
impas biasanya akan
tercapai pada tingkat
volume penjualan yang
relatif rendah bentuk
grafik impas biasanya
seperti tampak pada Grafik Impas Perusahaan dengan Struktur biaya
gambar di bawah ini: yang sebagian besar berupa biaya variable
Impas dalam lingkungan manufaktur
4
maju “
Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju
ditandai dengan berkurangnya unsur biaya tenaga langsung dan
membesarnya proporsi biaya overhead pabrik. Di samping itu,
teknologi manufaktur maju memungkinkan perusahaan melakukan
diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin
besarnya proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit
produk yang diproduksi (non-unit-related overhead costs), setiap
produk yang diproduksi mengkonsumsi non-unit-related overhead
costs dengan proporsi yang berbeda-beda.
Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju
“
dilukiskan pada gambar 5.14.
335
Beda antara perhitungan impas konvensional dan activity based costig
terletak pada Unsur biaya variabel yang digunakan dalam hitungan lmpas.
Perhitungan Impas tradisional menentukan biaya variabel berdasarkan
perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan unit level activities,
seperti unit produk, jam tenaga kerja langsung, atau jam mesin. Dilain
pihak, karena proporsi non unit related activities (seperti batch related
activities, produk subtaining activities, dan facility substaining actifities)
menjadi signifikan dalam lingkungan manufaktur maju dan setiap produk
mengkonsumsi berbagai tipe aktivitas tersebut dengan proporsi yang
berbeda-beda, maka variabilitas biaya dalam activity based costing
hendak hanya dihubungkan dengan unit level activitasnya, namun juga
dengan batch related activities, product - sustaining activities, dan facility
sustaining activities.
336
X’ =
Rumus
perhitungan
impas
Keterangan:
berdasarkan
X’ = volume penjualan pada kondisi lepas
activitty
a = facility sustaining activity costs
based b1 = biaya variabel perusahaan unit level activity
costing: b2 = biaya variabel perusahaan batch related activity
b3 = biaya variabel perusahaan product substainig activity
x1 = unit level activity
x2 = batch related activity
x3 = product sustaining activity
CONTOH 5
338
Berdasarkan data tersebut dihitung lmpas dengan pendekatan konvensional
berikut ini:
▪ lmpas =
= = 12.500 Unit
339
5
346
Jika angka impas
Selisih antara
dihubungkan dengan
volume
angka-pendapatan
penjualan yag
Analisis impas penjualan yang
dianggarkan
memberikan informasi dianggarkan/pendapatan
dengan
mengenai berapa jumlah penjualan tertentu, akan
volume
volume penjualan minimu diperoleh informasi berapa
penjualan
agar perusahaan tidak volume
impas
menderita rugi. penjualan/pendapatan
merupakan
penjualan tetentu boleh
angka margin
turun agar perusahaan tidak
of safety
mengalami rugi.
347
CONTOH
348
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila
dihubungkan dengan margin income ratio (profit – volume ratio)
Dengan rumus:
M/S = profit ratio / (profit – volume ratio)
M/S = 30% / 75% = 40%
349
Titik Penutupan Usaha (Shut Down
8
Point) “
Pengambilan keputusan untuk menutup usaha dilakukan dengan
mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai.
Pengambilan keputusan harus diadakan pembedaan antara biaya
keluar dari kantong (out of pocket cost) dengan biaya terbenam
(sunk cost).
Biaya terbenam yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa yang
lalu, yang manfaatnya masih dinikmati sampai sekarang.
Contoh: biaya depresiasi, biaya amortisasi, dan biaya depresi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh
tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada
tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat
dilakukan dengan mencari titik perpotongan antara garis
pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik
impas.
Contoh:
Biaya tetap Rp 77.400.000, terdiri dari biaya keluar dari kantong
Rp 64.500.000, dan biaya terbenam Rp 12.900.000. maka dapat
dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi, seperti tampak
sebagai berikut:
351
352
Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan rumus:
353
9
Degree
of Operating
Leverage
354
Analisis ini memberikan ukuran dampak
perubahan pendapatan penjualan terhadap laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan
parameter ini, manajemen akan dengan cepat
mengetahui dampak setiap usulan kegiatan
yang menyebabkan perubahan penjualan
terhadap laba bersih perusahaan.
3 Angka laba kontribusi hanya dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel dan
harga jual
4 Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tetapi
tidak mempengaruhi laba kontribusi
5 Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang
sama akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.
Asumsi yang mendasari impas:
Pendapatan
Penjualan yang
Produk Kuantitas Harga Jual per
Dianggarkan
Satuan
X Rp 100 25 Rp 2.500
Y Rp 500 10 Rp 5.000
Rp 600 Rp 7.500
X Rp 100 25 Rp 2.500
Y Rp 500 10 Rp 5.000
Rp 600 Rp 7.500
Atas dasar contoh 3 dibuat grafik laba dan volume. Garis rugi
laba pada grafik dan volume tersebut dapat menunjukan berapa
jumlah rugi dan laba berbagai tingkat volume penjualan (misal
pada volume sebesar Rp. 34.000.000 kerugian yg dialami
sebesar Rp. 51.600.000 dan pada volume Rp. 172.000.000
laba yg diperoleh Rp 51.600.000
Gambar 5.25 Grafik Volume Laba
70
51.600.00
60 0
Laba 50
40
Titik impas
30 (Rp. 103.200.000)
20
10
34,4
50
60
SLIDE 368
70
1. Manfaat analisis Hubungan Biaya-Volume –Laba bagi
Manajemen
Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya penyajian informasi dalam grafik laba
dan volume merupakan alat yg efektif dalam menyajikan informasi bagi manajemen
untuk keperluan perencanaan laba jangka pendek.
Contoh 10
Misalkan manajemen ingin mengetahui pengaruh beberapa usul manajemen
terhadap laba pada tahun 20x1. ususl tersebut berhubungan dengan penetapan
kebijakan harga jual produk. Menurut perkiraan manjer pemasaran, jika harga jual
produk dinaikan 25% diperkirakan volume penjualan turun 30% sedangkan harga
jual diturunkan 10% volume penjualan naik 30%
60 Laba 51.600.000
Laba 43.000.000
50
40
Titik impas 103.200.000
30
10
10 200
50 150
20
40
50
60
The Power of PowerPoint SLIDE 372
70
3. Dampak Perubahan Komposisi Produk yg Dijual terhadap
Hubungan Biaya-Volume –Laba
Perusahaan yg menjual lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai
kesempatan untuk menaikan laba kontribusi dan menurunkan titik impas
dengan cara memperbaiki komposisi produk yg dijual, yaitu menaikan proporsi
penjualan produk yang menghasilkan contributin margin ratio yang tinggi
Contoh 10
PT EI sari menjual tiga macam produk A, B dan C . Harga jual biaya variabel disajikan berikut :
produk A (Rp) Produk B (Rp) Produk C (Rp)
Harga jual persatuan 25 30 50
Biaya variasi persatuan 15 12 15
Laba kontribusi persatuan 10 18 35
Total biaya tetap 500.000
SLIDE
Gambar 5.28 Laba kontribusi 373
persatuan
Komposisi Produk yang Dijual
A=200.000 unit A=10.000 unit A=5.000 unit
B=10.000 unit B=15.000 unit B=7.000 unit
C=5.000 unit C=10.000 unit C=15.000 unit
Gambar 2.29 Perhitungan laba dan impas pada berbagai macam komposisi produk
Gambar 5.27 Grafik Laba dan Volume
70 Laba 67.940.000
60 Laba 51.600.000
Laba 43.000.000
50
40
Titik impas 103.200.000
30
10
10 200
50 150
20
30
Titik impas 107.500.000
40
50
60
The Power of PowerPoint SLIDE 375
70
4. Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba untuk Tiap Produk
dalam Perusahaan yang Memproduksi dan Menjual Lebih dari
Satu Macam Produk
0,6
The Power ofGambar
PowerPoint SLIDEproduk
5.31 Perhitungan laba kontribusi perjenis 377
Untuk menggambarkan analisis biaya-volume-laba perjenis
produk, data pada Gambar 5.31 tersebut dapat disajikan pada
Gambar 5.32 dengan cara sbb
2. Dibuat garis rugi-laba yg dimulai dari titik rugi 500.000 (yaitu pada
volume penjualan sama dengan nol , kerugian sebesar biaya
ditetapkan ), kemudian ditarik garis lurus ke titik laba total
220.000. Titik impas terletak pada ttitik perpotongan garis rugi-
laba dengan garis penjualan.
SLIDE
The Power of PowerPoint 378
3. Dibuat garis rugi-laba untuk tiap tiap produk, dimulai dari produk yang
pendapatan penjualannya terendah (contoh produk A) . Garis rugi-laba
dimulai dari titik biaya dan ditarik garis lurus ke titik rugi 400.000
dibawah titik penjualan 250.000. Titik ini menunjukan bahwa 100.000
dari biaya tetap 500.000 telah ditutup oleh produk A.
4. Garis rugi-laba untuk produk B dimulai dari akhir garis rugi-laba produk
A. Garis rugi-laba untuk produk B berakhir pada titik rugi 1.130.000
dibawah titik penjualan 700.000 (yaitu jumlah penjualan produk A dan
B).selisish antara rugi-laba produk A dan B sebesar 270.000
menunjukan bahwa 270.000 dan biaya telah ditutup oleh produk B.
400 220.000
300
100
100
Garis penjualan
130.000
200 (dalam ribuan rupiah)
300
400
400.000
The Power of PowerPoint
500
TUJUAN PEMBELAJARAN
Kesimpulan:
Investasi adalah penanaman dana perusahaan dalam bentuk deposito
saham/obligasi dan pengaitan sumber-sumber dalam jangka panang yang
diserahkan oleh perusahaan untuk memperoleh laba dan aktiva jangka panjang.
2. Karakteristik Investasi
c. Menurut Simamora
Kesimpulan:
(1999; 282)
1). Sebagian besar investasi Bahwa investasi
bisnis melibatkan aktiva memberikan imbalan yang
tersusutkan. meliputi beberapa periode
2). Imbalan dari investasi bisnis waktu uang dan aktiva
tersebut meliputi beberapa tersusutkan dalam periode
periode akuntansi
waktu akuntansi.
3. Jenis Investasi
Contoh.
Manajemen puncak PT.X mempertimbangkan akan mengganti salah
satu mesin produksinya dengan mesin. Perbandingan biaya operasi mesin
lama dengan biaya operasi mesin baru per tahun dan perhitungan biaya
diferensial, serta kenaikan produktivitas dengan penggunaan mesin baru
adalah sbb:
Mesin Mesin Biaya Pendapatan Informasi
Lama Baru Diferensial Diferensial akuntansi
Tunai
Biaya bahan bakar Rp.1000 Rp.750 Rp.250
395
Jika misalnya harga beli dan biaya pemasangan mesin baru tersebut berjumlah
Rp10.000.000 dan diperkirąkan berumur ekonomis 4 tahun, maka yang harus
dipertimbangkan oleh manajemen puncak dalam pengambilan keputusan
investasi penggantian mesin tersebut adalah sebagai berikut:
b. Apakah investasi sebesar Rp 10.000.000 tersebut akan dapat kembali dalam waktu
yang diinginkan, jika penghematan biaya tunai dan pendapatan deferensial dari
investasi per tahun sebesar Rp 1.500.000? Jawaban atas pertanyaan ini akan
diperoleh dengan menggunakan pay- back period method.
“
CONTOH 1:
Manajemen puncak PT.X mempertimbangkan akan mengganti salah
satu mesin produksinya dengan mesin baru. Perbandingan biaya
operasi tunai mesin lama dengan biaya operasi tunai mesin baru per
tahun degan biaya diferensial tunai. Mesin lama didepresiasi dengan
metode garis lurus sebesar Rp 800.000 per tahun, sedangkan mesin
baru diperkirakan akan didepresiasi dengan metode yang sama sebesar
Rp 1.400.000 se tahun. Biaya depresiasi ini merupakan biaya diferensial
tidak tunai Misalkan laba kena pajak perusahaan berada diatas Rp
50.000.000 setahun, sehingga tarif pajak penghasilan yang akan
dikenakan terhadap laba perusahaan adalah 35%.
“
dalam pengambilan keputusan, investasi tersebut akan kembali lagi dalam jangka
waktu:
Payback period = 72.000.000/1.200.000 = 60 bulan
Apabila diterapkan dalam investasi pada penggantian aktiva tetap, maka rumus
perhitungannya sebagai berikut:
Pay back period (dalam tahun) = investasi
penghematan tunai per bulan
CONTOH:
Dalam tahun 20X1 perusahaan akan mengganti sebuah truk yang dimilikinya
dengan truk baru. Penggantian ini akan dilakukan berdasarkan pertimbangan
penghematan biaya dengan pemakaian truk baru. Jika dalam satu tahun
diperkirakan jarak tempuh sejauh 180.000 km, maka taksiran biaya diferensial
berupa penghematan biaya dengan pemakaian truk baru dibanding truk lama
sebagai berikut:
Biaya Truk
Biaya Truk Baru Biaya Diferensial
Lama
Untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of return dan
2 risiko yang sama, sehingga dapat diketahui investasi yang jangka
waktu pengembaliannya lebih cepat
417
Saldo Investasi Saldo Investasi Investasi Rata-rata
Biaya depresiasi
Tahun Awal Tahun Akhir Tahun pada Tahun
(Rp 1.000)
(Rp 1.000) (Rp 1.000) (Rp 1.000)
W
Biaya operasi dan pemeliharaan 3.000 3.000
B Laba tunai
Pajak penghasilan
58.750
Tahun (1) Kas masuk bersih Tarif kembalian Nilai tunai kas
per tahun masuk bersih
tahunan
1 46.500.000 0.909 42.268.500
2 46.500.000 0.862 38.409.000
3 46.500.000 0.751 34.921.500
4 46.500.000 0.683 37.795.500
Jumlah nilai tunai kas masuk bersih 147.358.500
“
CONTOH 2:
Perusahaan memiliki sebuah ekuipmen. Direksi mempertimbangkan
keputusan tetap mempertahankan ekuipmen tersebut ataukah
menggantinya dengan yang baru. Direksi memiliki dua alternatif
pilihan merk ekuipmen A atau B, yang kapasitasnya sama dengan
ekuipmen lama. Data yang telah dikumpulkan dalam rangka
pengambilan keputusan pemilihan investasi adalah sebagai berikut:
Tuan A
Diminta: hitung laba per tahun yang diproyeksikan dari
usaha selama umur ekonomis kendaraan tersebut?
Alternatif 1 : tetap memakai ekuipmen lama
“
Ekuipmen lama ini mampu menghasilkan produk sebanyak
10.000 unit setahun, yang harga jualnya Rp 780 per unit. Biaya
produksi dan pemasaran adalah terdiri dari biaya tetap tunai
(fixed cash cost) Rp20.000 setahun dan biaya variabel Rp5 per
unit produk. Apabila ekuipmen lama ini dijual sekarang, harga
jualnya adalah sebesar Rp20.000. sisa umur ekonomis ekuipmen
lama adalah 5 tahun. Pada akhir tahun ke-5 nanti, ekuipmen
tersebut diperkirakan masih dapat dijual dengan harga
Rp3500. harga beli ekuipmen lama adalah Rp28.000, sedangkan
nilai bukunya pada saat ini adalah Rp24.000
Alternatif 2: menggunakan ekuipmen baru merk B
“
Dengan menggunakan ekuipmen baru merk A ini diperkirakan akan
diperoleh penghematan biaya. Biaya produksi dan pemasaran dengan
ekuipmen merk A terdiri dari biaya tetap tunai Rp 35.000 setahun,
dengan biaya variabel sebesar Rp3 per unit produk. Umur ekonomis
ekuipmen A adalah 8 tahun. Harga beli dan biaya pemasangan
ekuipmen A adalah sebesar Rp28.800. nilai residunya sama dengan
nol. Nilai residu pada akhir tahun ke-5 ditaksir Rp 5.000, sedangkan
pada akhir tahun ke-8 ditaksir nilai residunya sama dengan nol.
Perusahaan akan memakai metode sum-of-the-year’s-digit dalam
menghitung biaya depresiasi ekuipmen A ini.
Alternatif 3: menggunakan ekuipmen baru merk A
“
Penghematan biaya dengan pemakaian merk B ini diperkirakan
lebih besar bila dibandingkan dengan ekuipmen merk A. Biaya
tetap tunai diperkirakan Rp 45.000 setahun dan biaya variabel
Rp 2 per unit produk. Harga beli ekuipmen merk B ini sebesar
Rp 32.400. harga jual ekuipmen B pada akhir tahun ke-5
diperkirakan Rp10.000. ditaksir umur ekonomisnya 8 tahun,
dengan nilai residu pada akhir tahun ke-8 sama dengan nol.
Metode depresiasi yang dipakai untuk ekuipmen merk B adalah
sum-of-the-year’s-digit .
Untuk memilih satu diantara kegita
alternatif tersebut perlu dihitung
lebih dahulu arus kas masuk dan
kas keluar dari masing-masing
alternatif tersebut.
Perhitungan arus kas masuk bersih
alternatif 1
a. Jika perusahaan akan memilih tetap memakai ekuipmen
lama, maka akan terjadi biaya kesempatan sebagai berikut:
430
Lanjutan...
Catatan:
PD = pendapatan diferensial
BDT = biaya diferensial tunai
TP = tarif pajak
BDIT = Biaya diferensial tidak tunai (non cash differencial
expenses, misal biaya depresiasi)
KMB = PD-BDT-TP(PD-BDT-BDTT)
= (PD-BDT)-TP(PD-BDT)+TP(BDTT)
= (1-TP)(PD-BDT)+TP(BDTT)
431
Lanjutan...
Rumus:
Kas masuk bersih = (1 – tarif pajak)(pendapatan diferensial - biaya
diferensial tunai) + (tarif pajak)(biaya diferensial tidak tunai)
Dari data alternatif 1 diketahui bahwa:
Pendapatan diferensial:
Pendapatan penjualan = 10.000 x Rp7,8 Rp78.000
Biaya diferensial :
Biaya-biaya produksi dan pemasaran:
Biaya tetap Rp20.000
Biaya variabel 10.000xRp5 Rp50.000
Rp70.000
Pendapatan diferensial – biaya tunai (PD-BDT) Rp 8.000
Biaya depresiasi = (Rp24.000-Rp3.500) : 5
= Rp 4.100 per tahun
432
Lanjutan...
434
Lanjutan...
Keterangan:
Dt = depresiasi pada tahun ke-t
U = umur ekonomis
T = tahun ke-t
H = cost aktiva tetap
NR = Nilai residu
435
Lanjutan...
Jadi biaya depresiasi ekuipmen A adalah sebagai berikut :
8− 1−1
D_1 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =8/36 x Rp28.800 = Rp6.400
8− 2−1
D_2 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =7/36 x Rp28.800 = Rp5.600
8− 3−1
D_3 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =6/36 x Rp28.800 = Rp4.800
8− 8−1
D_4 = Rp28.800 =5/36 x Rp28.800 = Rp4.000
{8(8+1)/2
8− 5−1
D_5 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =4/36 x Rp28.800 = Rp3.200
8− 6−1
D_6 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =3/36 x Rp28.800 = Rp2.400
8− 7−1
D_7 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =2/36 x Rp28.800 = Rp1.600
8− 1−1
D_8 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =1/36 x Rp28.800 = Rp800
436
Setelah tahun ke-5, nilai buku ekuipmen A sebesar Rp28.800 – Rp24.000 = Rp 4.800. Jadi apabila
pada tahun ke-5 dijual, maka akan diperoleh laba penjualan aktiva tetap sebesar Rp200 (Rp5.000-
Rp4.800) dan ditambahkan pada laba kena pajak. Jika kas masuk dan kas keluar alternatif 2 ini
dibandingkan akan tampak sebagai berikut:
Akhir tahun 0 1 2 3 4 5
Kas keluar (28.800)
438
b. Biaya depresiasi ekuipmen B dihitung sbb:
D1=(8 + 36) x Rp32.400 = Rp7.200
D2=(7 + 36) x Rp32.400 = Rp6.300
D3=(6 + 36) x Rp32.400 = Rp5.400
D4=(5 + 36) x Rp32.400 = Rp4.500
D5=(4 + 36) x Rp32.400 = Rp3.600
D6=(3 + 36) x Rp32.400 = Rp2.700
D7=(2 + 36) x Rp32.400 = Rp1.800
D8=(1 + 36) x Rp32.400 = Rp900
c. Perhitungan rugi potensial dari penjualan ekuipmen B pada akhir tahun ke-5 adalah sbb:
Kos Rp32.400
Akumulasi depresiasi sampai dengan akhir tahun ke-5 Rp27.000
Nilai buku Rp 5.400
Nilai jual pada akhir tahun ke-5 Rp 1.000
Rugi yang dapat diperhitungkan dalam penentuan laba
Kena pajak Rp 4.400
439
Lanjutan...
Arus kas masuk dan kas keluar alternatif 3 ini disajikan sebagai
berikut:
Akhir tahun 0 1 2 3 4 5
Kas keluar (32.400)
Kas masuk (1-TP) x (PD-BDT) = 65% x 8.450 8.450 8.450 8.450 8.450
Rp13.000
Tp (BDTT) = 35% x Dt 2.520 2.205 1.890 1.575 1.260
Penghematan pajak 1.540
Penjualan ekuipmen pada akhir tahun
ke-5 = 35% x Rp4.400
Nilai residu 1.000
Jumlah (32.400) 10.970 10.635 10.340 10.025 12.250
Dari analisis tabel, maka dapat disimpulkan bahwa alternatif 2 adalah
secara ekonomis layak untuk dipilih karena nilai tunai bersihnya
paling tinggi diantara alternatif yang lain
Apabila masalah yang diohadapi manajemen puncak adalah
“apakah perusahaan tetap menggunakan ekuipmen lama ataukah
harus menggantinya dengan ekuipmen A yang baru” maka dasar
yang dipakai untuk pengambilan keputusan adalah:
a. Membandingkan nilai tunai bersih arus kas apabila ekuipmen lama tetap
dipakai dengan nilai tunai bersih arus kas ekuipmen A yang baru. Nilai
tunai bersih arus kas alternatif yang lebih tinggi yang dipilih.
Contoh:
Suatu perusahaan laundry akan menambah mesin cuci sebagai
aktiva diferensial seharga Rp6.000.000,- dengan umur ekonomis
5 tahun tanpa nilai residu. Aliran kas masuk diperkirakan
Rp2.600.000,- per tahun.
Tahun Kas masuk pertahun Tariff Nilai tunai
kembalian
1 Rp 2.500.0000,- 0.909 Rp 2.363.400
5 Rp 2.600.000,- 3.791
Rp 9.861.800,-
Rp31.447.000
Kebaikan Present Value Method
a. Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang
b. Dalam Present value method semua arus kas selama umur proyek
investasi diperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi
a. Mencari nilai tunai arus kas masuk bersih pada tarif kembalian yang
dipilih secara sembarang di alas atau di bawah terif kembalian investasi
yang diharapkan.
“
PT El Sari adalah perusahaan perakitan (assembling) mobil. Suku
cadang X, salah satu bagian dari mobil yang dirakit, selama ini dibeli
dari pemasok luar A. Menurut rencana anggaran untuk tahun
20X1,diperkirakan dalam jangka waktu 4 tahun mendatang
kebutuhan suku cadang X tersebut t, namun pemasok A juga
menuntut kenaikan harga suku cadang X tersebut. Hal ini memicu
pertimbangan manajemen untuk menjajagi kenmiungkinan
memproduksi suku cadang tersebut.
“
dari pemasok luar. Data yang telah dikumpulkan sebagai dasar
pengambilan keputusan adalah sbb:
Biaya diferensial tunai berupa biaya produksi suku cadang X diperkirakan sbb :
20X1- 20X2 20X3- 20X4
Biaya variabel Rp 2 per unit Rp 6 per unit
Biaya tetap tunai Rp 300.000 Rp 600.000
Penyelesaian:
- Perhitungan Nilai Tünai Biaya Diferensial Tunai:
Biaya Tunai jika Memproduksi sendiri
Kebutuh Harga B tunai Biaya Biaya Jumlah Biaya Nilai Rp Nilai tunai
an suku belu jk tetap variabel tetap biaya differen 1 pd by
cadang X per membel tunai tunai tunai tariff differnsial
setahun unit i dr luar kembalia tunai
(3)-(6)
n 12%
(7)-(8)
TH (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
X1 100000 5.5 55000 200000 30000 500000 50000 0.893 44650
X2 200000 6.0 1200000 400000 300000 700000 500000 0.797 398500
X3 250000 9.0 2250000 1500000 600000 2100000 150000 0.712 106800
Jumlah 931550
“
Kesimpulan:
Karena jumlah nilai tunai biaya diferensial tunai lebih rendah
bila dibandingkan dengan aktiva diferensial berupa investasi
(Rp1.000.000), alternatif membeli dari pemasok luar masih
lebih menguntungkan bagi PT El Sari jika dibandingkan dengan
alternatif memproduksi sendiri. Tarif kembalian apabila PT El
Sari membuat sendiri suku cadang X tersebut dihitung sbb:
Taksiran Biaya Nilai Tunai Rp 1 pada tariff kembalian N tunai by deferens
Diferensial Tunai 8% per tahun pada tariff 8%
(1) x (2)
Tahun (1) (2) (3)
1976 Rp 50000 0.926 Rp 46.300
1977 Rp 500000 0.857 Rp 428500
1978 Rp 150000 0.794 Rp 119.100
1979 Rp 600000 0.735 Rp 441.000
Jumlah nilai tunai biaya direfensial tunai Rp. 1.034.900
Jadi tarif kembalian investasi sebesar =
12 % - {( 68.450 + 103.350 ) x 4%} - 9, 35% padahal
manajemen puncak menghendaki tarif kembalian 12 %
. Oleh karena itu rencana investasi untuk memproduksi
sendiri suku cadang X tersebut secara ekonomis tidak
layak Jadi tarif kembalian investasi sebesar untuk
dipilih.
ASUMSI YANG MELANDASI PRESENT
VALUE DAN DISCOUNTED CASH VALUE
Ada dua asumsi yang melandasi perhitungan nilai tunai bersih (net
present value) dalam present value method dan tarif kembalian
investasi dengan menggunakan discounted cash flows method :
1. Semua arus kas dianggap terjadi pada akhir periode.
2. Semua arus kas yang dihasilkan oleh investasi dianggap segera
ditanamkan kembali ke dalam proyek lain, yang menghasilkan
tarif kembalian yang besarnya paling tidak sama dengan tarif
kembalian investasi proyek yang pertama.
BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL)
Ada dua pengertian biaya modal: Biaya modal khusus (specific cost
of capital) yaitu biaya yang berhubungan dengan sumber pembelanjaan
tertentu pada saat tertentu dan Biaya modal rata-rata (average cost of
capital) yaitu rata-rata tertimbang berbagai biaya modal khusus pada saat
tertentu
a. Biaya Modal Pinjaman (Cost of Debt)
Biaya modal pinjaman dihitung dengan cara menentukan tarif bunga efektif
setelah pajak. Karena bunga modal pinjaman yang dikeluarkan perusahaan dapat
dikurangkan dari penghasilan untuk penentuan laba kena pajak, maka
pembayaran bunga modal pinjaman akan menimbulkan ghematar , pajak ( tax
saving ) Jika perusahaan membayar bunga 10 % atas modal vang ditarik dari
pinjaman dan tarif pajak penghasilan perusahaan adalah 3,5 % , maka tarif bunga
efektif setelah pajak adalah per sebesar 6,5% [10%-(35%x10%)]
CONTOH:
“
Obligasi bernilai nominal Rp 1.000.000 , dengan bunga nominal
10 % dihayar tiap tahun, mempunyai harga pasar saat kini
sebesar Rp 832.200. Obligasi tersebut akan jatuh tempo 5
tahun kemudian. Kreditur mau nesanamkan uangnya sebesar
Rp 832.200 pada saat kini karena ia mengharapkan akan
nenerima bunga setiap tahun sebesar Rp 100.000 selama lima
tahun, di tambah dengan uang sebesar Rp 1.000.000 (nominal
obligasi) pada akhir tahun ke-5, yaitu pada saat obigasi
tersebut jatuh tempo.
Untuk menghitung tarif bunga metode coba-coba
berikut ini:
Menilai bunga atas nominal obligasi yang diterima setiap tahun selama
1 5 tahun dengan tarif kembalian (rate of return) sembarang.
Nilai tunai penerimaan kas di masa yang akan datang pada tingkat bunga 15 % dihitung
sbb :
Nilai jatuh tempo Rp 1.000.000 x 0,497 Rp 497.000
Bunga 100.000 x 3,352 Rp 335.200
Total Rp 832.200
Nilai tunai investasi dalam obligasi adalah Rp 832.200
Jadi tingkat bunga efektif obligasi tersebut adalah 15 % dan tarif pajak
penghasilan perusahaan tersebut adalah sebesar 35 % , maka tarif bunga efektif setelah
pajak atau biaya modal pinjaman dari sumber obligasi tersebut adalah sebesar 9,75 % (
65 % x 15 %).
b. Biaya Modal Saham Istimewa (Cost of Preferred
Stock)
Biaya modal saham istimewa (cost of preferred stock) dihitung
dengan aira membagi dividen saham istimewa dengan harga pasarnya pada
saat izin. Sebagai contoh jika nilai nominal saham istimewa Rp 1,000.000 per
embar dan devidennya 17 % per tahun , sedangkan harga pasarnya
Rp.9000000 pelembar, maka biaya modal khusus (specific cost of capital)
bagi saham istimewa tersebut adalah 18,89 % [ ( 17 % Rp1.000.000 ) :
Rp900.000
Karena Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham
istimewa, tidak dapat dikurangkan sebagai biaya dalam penentuan laba kena
pajak, maka tidak teterapat penghematan pajak dalam pembayaran deviden
ini, tidak seperti halnya dengan pembayaran bunga pinjaman
c. Biaya Modal saham Biasa (Cost of Common
Eguity)
Deviden yang dibayarkan pada saat kini bukan merupakan petunjuk
mengenai besarnya biaya modal suatu perusahaan. Bila seorang investor membeli
satu lembar saham biasa, ia mengharapkaan penghasilan dari deviden (devidend
income) untuk jangka waktu yang tidak terbatas di masa yang akan datang
Rumus penghitungan biaya modal saham biasa :
𝑫
𝑲= +𝒕
𝑷
K = biaya modal saham biasa
D = dividen per lembar saham yang kini dibayarkan kepada pemegang saham
biasa
P = harga pasar per lembar saaham yang berlaku kini.
T = tingkat pertumbuhan tahunan rata-raata yang diharapkan untuk dividen saham
biasa.
CONTOH:
Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham bias saat kni
adalah Rp 12.500 per lembar. Harga pasar saham biasa pada saat
kini adalah Rp 100,000 per lembar, dividen per lembar saham
diharapkan akan bertambah pada tingkat pertumbuhan 7,5 % per
tahun. Biaya modal saham dihitung sbb :
12500
𝐾= + 0,075 =20
100000
d. Biaya Modal Rata-rata (Average Cost of Capital)
Obligasi 9,75%
Saham istimewa 18,89%
Saham Biasa 20,00%
Maka biaya modal rata-rata adalah sebesar 17,05 % seperti
terlihat dalam perhitungan berikut ini:
“
persamaan dibawah ini:
IO = P1 + P2 + ..... Pn
(1+i)‘ (1+i)’ (1+i)’
IO = ∑ Pn
1 (1+i)’
Dimana:
IO = Initial Otlays (nilai investasi awal mula mula
P = Net cash Flow (Proceed) pada tahun ke-1 Tuan A
I Diminta: hitung diskonto
= Tingkat laba per tahun yang diproyeksikan dari
N usaha= selama umur
Lama waktu ekonomis
periode umurkendaraan
investasi tersebut?
IRR dapat dicari dengan system coba coba yaitu dengan mencari NPV pada
discount rate yang kita suka. Apabila discount rate yang kita pilih dihasilkan NPV
“
positif, maka IRR yang akan dicari diatas discount rate tersebut seterusnya kita cari
dengan metode coba-coba sampai menemukan discount rate yang menghasilkan
NPV sama dengan Nol.
Untuk pengambilan keputusan kritesia IRR ini dengan cara dibandingkan dengan
minimum rate of return standar atau dapat dibandingkan dengan biaya kapital.
Apabila IRR> required rate of return
IRR> weuhted cost of capital
Maka usulan investasi layak dilaksanakan dan dilakukan, dan sebaliknya
IRR< required rate of return
IRR< weuhted cost of capital
maka usulan investasi tidak layak dilaksanakan.
6. PROFITABILITY INDEKS METHOD
473
2. Penaksiran Arus Kas Masuk Selama Umur Investasi
474
CONTOH:
475
Biaya langsung:
476
Manfaat langsung:
Penghematan biaya tenaga kerja langsung Rp 75.000.000
Pengurangan sisa bahan Rp 25.000.000
Penghematan biaya persiapan Rp 50.000.000
Jumlah manfaat langsung Rp150.000.000
Manfaat tidak berwujud:
Penghematan biaya mutu:
Penghematan biaya pengerjaan kembai (rewok costs) Rp 60.000.000
penghematan biaya jaminan (warranty cost) Rp 30.000.000
Penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing Rp 80.000.000
Manfaat tidak langsung:
Penghematan biaya production scheduling Rp 40.000.000
Penghematan upah karyawan Rp 20.000.000
Jumlah manfaat tidak berwujud dan manfaat tidak langsung Rp230.000.000
Total manfaat Rp380.000.000
477
3. Nilai Residu
478
BAB 7
PENENTUAN
HARGA JUAL
Nensi Febriani
7211416094
Akuntansi B 2016
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Drs.Abdul
Halim, • Penentuan harga jual lebih banyak ditentukan oleh
Drs.Bambang kekuatan antara permintaan dan penawaran produk
Supomo atau jasa di pasaran.
(2001:97)
Sasara
n harga
Orienta
Orienta Orienta si
si laba si Sales status
Pertumbu Menghad
Profit Pertumbu Persainga
Target han api
Maksimu han n Non
Return Pangsa Persainga
m Penjualan Harga
Pasar n
Kesimpulan:
Tujuan dari penentuan harga
jual adalah memaksimumkan laba
perusahaan. Maksimasi laba terjadi
pada saat perbedaan antara
pendapatan total dan biaya total
dengan jumlah yang paling besar.
1.4 METODE PENENTUAN HARGA JUAL
Total aktiva pada tahun anggaran sebesar Rp 4.000.000 ROI sebesar 25%
Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan
2 pendekatan yaitu:
a. Full Costing
Unsur-unsur yang ada dalam pendekatan full costing,
taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan
harga jual adalah:
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Biaya overhead pabrik (variabel+tetap) Rp xxx
Taksiran total biaya produksi Rp xxx
Biaya administrasi dan umum Rp xxx
Biaya pemasaran Rp xxx
Taksiran total biaya komersial Rp xxx
Taksiran biaya penuh Rp xxx
Lanjutan...
b. Variabel Costing
Unsur-unsur yang ada dalam pendekatan variabel
costing, taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar
penentuan harga jual adalah:
Biaya variabel
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp xxx
Taksiran total biaya produksi variabel Rp xxx
Biaya administrasi dan umum variabel Rp xxx
Biaya pemasaran variabel Rp xxx
Taksiran total biaya variabel Rp xxx
Biaya tetap
Biaya overhead pabrik tetap Rp xxx
Biaya administrasi dan umum tetap Rp xxx
Biaya pemasaran tetap Rp xxx
Taksiran total biaya tetap Rp xxx
Taksiran biaya penuh Rp xxx
Rumus perhitungan harga jual atas dasar biaya secara umum
dapat dinyatakan dalam persamaan:
Y% x aktiva penuh
Biaya produksi per unit : Laba yang diharapkan + biaya yang tidak
dipengaruhi langsung oleh volum produk
Biaya bahan baku per unit
Biaya tenaga kerja langsung per unit biaya yang dipengaruhi langsung oleh
Biaya overhead pabrik per unit volume produk
Biaya produksi
Y% x aktiva penuh
Biaya produksi
Biaya tetap :
Biaya produksi tetap 1.000.000.000
Biaya adm. & umum tetap 150.000.000
Biaya pemasaran tetap 250.000.000
Total biaya tetap 1.400.000.000
Total biaya penuh 3.500.000.000
Perhitungan presentase mark up
Biaya tetap 1.400.000.000
Laba yg diharapkan 25% x 4.000.000.000 1.000.000.000
jumlah 2.400.000.000
Biaya variabel 2.100.000.000
Presentase mark up 114.29%
1. 2.
Konsep biaya Konsep biaya
total produk
3.
Konsep biaya
variabel
1. Konsep Biaya Total
b. Biaya total
- Biaya produksi Rp 7.800.000
- Biaya pemasaran (10.000 x 40)+600.000 Rp 1.000.000
- Biaya adm dan umum (10.000 x 20) + 200.000 Rp 400.000
Biaya total Rp 9.200.000
Lanjutan...
Biaya per unit = Rp 9.200.000/10.000
= Rp 920
Laba yang dikehendaki = 20% x Rp 20.700.000
= Rp 4.140.000
Presentase mark up = Rp 4.140.000/Rp 9.200.000 x 100%
= 45%
Mark up per unit = 45% x Rp 920
= Rp 414
Harga jual per unit = Rp 920 + Rp 414
= Rp 1.334
2. Konsep biaya produk
Harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah dengan mark up.
Pengertian mark up menurut konsep biaya produk ini adalah laba
yang dikehendaki + biaya pemasaran + biaya aministrasi dan umum.
Persentase mark up dihitung dengan rumus:
% mark up = laba dikehendaki - biaya pemasaran - biaya administrasi
dan umum
biaya produksi
Contoh: berdasarkan data di contoh :
% mark up = Rp 4.140.000 – Rp 1.000.000 – Rp 400.000 = 71,03%
Rp 7.800.000
Harga jual per unit :
Biaya produksi per unit = Rp 7.800.000 / 10.000 = Rp 780
Mark up per unit = 71,03% x Rp 780 = Rp 554
Rp 1.334
3. Konsep biaya variabel
Cost plus biaya tertentu ditambah dengan kenaikan (mark up) yang
ditentukan.
Cost yang disepakati harga pokok dan dalam akuntansi manajemen
mauoun akuntansi biaya, metode cost dan rugi laba secara garis besar
dibagi dalam 2 cara:
1.Absorption/Full Cost
Biaya pokok produksi yang terdiri dari harga pokok produksi baku langsung
- Biaya bahan baku langsung
- Biaya tenaga kerja langsung
- Biaya tak langusng pabrik
- Tetap
- variabel
2. Variabel costing/direct costing =
contribution approach =
pendekatan kontribusi
Harga pokok terdiri dari:
Penyelesaian:
Target harga jual biaya penuh
- Bahan baku Rp 8
- Tenaga kerja Rp 12
- Overhead variaebel Rp 3
- Overhead tetap Rp 7
Rp 10
Total biaya produksi Rp 30
50% mark up (plus) Rp 15
Harga jual target Rp 45
Target harga jual biaya variabel (pendekatan kontribusi)
- Bahan baku langsung Rp 8
- Upah langsung Rp 12
- Overhead variabel Rp 3
- Biaya penjualan & overhead variabel Rp 2
- Total biaya prduksi variabel Rp 25
- 80% mark up (plus) Rp 20
- Harga jual target Rp 45
Modifikasi rumus :
Dalam metode full-cost/ functional cost /absorption cost
= metode biaya penuh persentase mark up
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑅𝑂𝐼 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒ℎ𝑒𝑛𝑑𝑎𝑘𝑖 +𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Jika daftar rugi/laba telah tersusun, maka rumusnya dapat
dengan menggunakan :
325.000
=
500.000
= 0,065 = 65%
Target harga = Harga pokok + 65% (harga pokok)
= Rp 25,- + 65% (25)
= Rp 25,- + Rp 16,25
= Rp 42,5
547
Biaya tidak langsung bengkel dianggarkan sbb
548
Persentase markup dari biaya tenaga kerja langsung.
Jumlah Rp 31.500.000
549
Perhitungan persentase mark up dari harga beli bahan dari suku
cadang
Biaya tidak langsung toko suku cadang
Gaji tenaga kerja toko Rp 9.000.000
Biaya listrik Rp 700.000
Biaya kantor Rp 300.000
Jumlah biaya tidak langsung toko Rp 10.000.000
Laba yang diharapkan : 25% x Rp 28 000 000 Rp 7.000.000
Jumlah Rp 17.000.000
Taksiran harga beli bahan dan suku cadang Rp 23.800.000
Persentase markup dari harga beli bahan dan suku cadang 40%
550
Dalam memutuskan harga jual jenis jasa standar
tertentu yang disediakan bagi pelanggan, manajer
pemasaran PT E memperhitungkan harga jual tersebut
sbb :
Misalnya untuk jenis jasa servis mesin yang, terdiri dari
pekerjaan ganti oli dan tune-up mesin memerlukan 2
orang mekanik dan 1 orang ahli listrik yang masing-
masing bekerja sbb :
Mekanik 1,0 jam orang
Ahli listrik 1,5 jam orang
Jam orang adalah hasil kali jam kerja dan jumlah
orang jam mekanik berjumlah 1 jam orang berarti untuk
pekerjaan servis mesin diperlukan 2 orang mekanik
dengan jumlah masing-masing ½ jam.
Harga jual jasa servis mesin yang dibebankan kepada pelanggan dihitung
sebagai berikut :
556
3. Penentuan Harga Jual Dalam Cost Type
Contract
Menurut Mulyadi, Penentuan harga jual
dalam Cost Type Contract adalah kontrak
pembuatan produk/jasa yang pihak pembeli setuju
untuk membeli produk/jasa pada harga yang
didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya
dikeluarkan oleh produsen dan dengan laba
dihitung sebesar presentase tertentu dan total
biaya sesungguhnya.
Contoh Soal
4
Dibuat sesederhana mungkin dan mudah dimengerti
serta mudah untuk dilaksanakan.
(Henry Simamora, 1999:273)
Biaya penjualan :
2.000 x Rp 20 (Rp 40.000)
3.000 X Rp 50 (Rp 150.000)
laba
Rp 250.000 Rp 510.000
Divisi M Divisi N
Produk yang dihasilkan/dibeli 5.000 unit 3.000 unit
Produk yang dijual :
- Kepada divisi N 3.000 unit
- Kepada pihak luar 2.000 unit 3.000 unit
Biaya produksi :
- Variabel per unit Rp 80
- Tetap total 250.000
Tambahan biaya produksi per unit 300
Biaya penjualan (yang dapat dihindari) per unit
Harga jual per unit 20 50
Harga transfer 200 700
Harga pokok ditambah laba
30% dari harga pokok
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dibuat perhitungan berdasarkan
harga pokok penuh ditambah laba dan harga pokok variabel ditambah laba
sebagai berikut :
Perhitungan Laba Divisi
Harga Transfer Atas Dasar Harga Pokok Penuh Ditambah Laba
Divsi M Divisi N
Penjualan :
2.000 x Rp 200 = Rp 400.000
3.000 x Rp 169 = Rp 507.000
Rp 907.000
3.000 x Rp 700 Rp 2.100.000
Biaya produksi
(5.000 x Rp 80) + Rp 250.000 (Rp 650.000)
Rp 507.000 + ( 3.000 x Rp 300) (Rp 1.407.000)
Biaya penjualan :
2.000 x Rp 20 (Rp 40.000)
3.000 x Rp 50 (Rp 150.000)
Laba
Rp 217.000 Rp 543.000
Keterangan :
perhitungan harga transfer adalah sebagai berikut :
biaya produksi variabel per unit Rp 80
biaya tetap per unit (Rp 250.000 : 5.000) 50
harga pokok penuh per unit Rp 130
laba (30% x Rp 130) 39
harga transfer per unit Rp 169
Dari hasil perhitungan dalam tabel di atas tampak bahwa laba
divisi M adalah Rp 217.000 dan laba divisi N adalah Rp 543.000,
sehingga laba total adalah Rp 760.000 (Rp 217.000 + Rp 543.000).
Dibandingkan dengan hasil perhitungan tabel di atas, laba Divisi M
lebih kecil sebesar Rp 33.000 (Rp 250.000 – Rp 217.000) sedangkan
laba divisi N lebih besar Rp 33.000 (Rp 510.000 – Rp 543.000)
sedangkan laba perusahaan total sama besar yaitu Rp 760.000.
Perhitungan Laba Divisi
Harga Transfer Atas Dasar Transfer Pokok Variabel Ditambah Laba
Divisi M Divisi N
Penjualan :
2.000 x Rp 200 = Rp 400.000
3.000 x Rp 104 = Rp 312.000
Rp 712.000
3.000 x Rp 700 Rp 2.100.000
Biaya produksi :
(5.000 x Rp 80) + Rp 250.000 (Rp 650.000)
Rp 312.000+ (3.000 + Rp 300) (Rp 1.212.000)
Biaya penjualan :
2.000 x Rp 20 (Rp 40.000)
3.000 x Rp 50 ( Rp 150.000)
Laba
Rp 22.000 Rp 738.000
Keterangan :
Perhitungan harga transfer adalah sebagai berikut :
Biaya produksi variabel per unit Rp 80
Laba (30% x Rp 80) 24
Harga transfer per unit Rp104
Dibanding dengan hasl perhitungannya dalam tabel diatas
hasil perhitungan dalam tabel tersebut adalah sebagai
berikut:
- Laba divisi M lebih kecil sebesar Rp 195.000 (Rp 217.000 –
Rp 22.000) dan laba divisi N lebih besar Rp 195.000 (Rp
543.000 – Rp 738.000) sedangkan laba total perusahaan
sama besarnya yaitu Rp 760.000
Pada metode ini biaya penuh yang dipakai dapat
dihitung dengan pendekatan full costing dan variabel
costing (Mulyadi, 1997).
b. Full costing
Harga transfer
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaram adalah sebesar Rp
1.000.000.000 dan laba yang diharapkan dinyatakan dalam tarif kembalian investasi (rate of
retrun on investment) sebsar 20%.
Cost based transfer pricing pendekatan full costing
Jumlah Rp 270.000.000
Mark up 179%
Perhitungan harga transfer
Biaya variabel Rp 165.000.000
Mark up 179% x Rp 165.000.000 Rp 295.350.000 +
Jumlah harga Rp 460.350.000
Volume produk 1.000
Harga transfer per kg Rp 460.350
3. NEGOTIATION-BASED
TRANSFER PRICES
940.000
3000 x 700 2.100.000
Biaya Produksi :
(5000 x 80) + 250.000 (650.000)
525.000 + (3000 x 200) 1.425.000
Biaya penjualan :
2000 x 20 (40.000)
3000 x 50 (150.000)
Laba 235.000 525.000
Lembaga arbitrasi perlu
dibentuk untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang
disengketakan oleh manajer
divisi penjualan dan divisi
pembeli.
Dalam lembaga arbitrasi ini, manajemen kantor pusat
bertanggungjawab dalam membantu penyelesaian masalah-
masalah yang disengketakan oleh para manajer divisi yang terkait
dalam penentuan harga transfer. Lembaga arbitrasi ini
bertanggungjawab untuk:
Divisi M Divisi N
Penjualan :
2000 x 200 = 400.000
3000 x 142 = 426.000
826.000
3000 x 700 2.100.000
Biaya Produksi:
(5000 x 80) = 250.000 (650.000)
426.000 + (3000 x 300) (1.326.000)
Biaya Penjualan :
2000 x 20 (40.000)
3000 x 50 (150.000)
136.000 624.000
BAB IX
PENYUSUNAN ANGGARAN
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan seharusnya menyusun budget atau
anggaran sebagai acuan dalam melaksanakan setiap kegiatan
usahanya. Anggaran merupakan bagian penting dari sistem
pengendalian manajemen yang disusun perusahaan dalam
mencapai tujuan organisasi. Anggaran tidak hanya sekedar
berupa angka-angka mati yang akan dilaksanakan pada periode
berikutnya, tetapi lebih dari itu merupakan representasi
komitmen dari masing-masing pihak dalam perusahaan untuk
bekerja sama mewujudkan rencana-rencana jangka pendek guna
mencapai tujuan jangka panjang.
Lanjutan...
Pembahasan anggaran dapat ditinjau dari 2 segi yaitu dari
sudut informasi akuntansi dan sudut proses pengendalian manajemen,
jika dilihat dari sudut informasi akuntansi laporan anggaran menyajikan
informasi yang sama seperti informasi akuntansi dalam neraca, lap.laba
rugi dan lap. Perubahan posisi keuangan sementara itu jika ditinjau dari
proses pengendalian manajemen, dalam penyelenggaraan anggaran
suatu perusahaan mencakup :
1. Bagaimana anggaran disusun
2. Bagaimana implementasinya
(Bambang Hariadi, 1998:218)
TUJUAN
Tujuan dari pembelajaran ini adalah :
1. Diharapkan dapat mengetahui konsep tujuan, manfaat
serta karakteristik anggaran.
2. Diharapkan dapat mengetahui proses penyusunan
anggaran
3. Diharapkan dapat mengerjakan contoh penyusunan
anggaran.
A. KONSEP PENYUSUNAN ANGGARAN
1. Pengertian Anggaran
(Bambang Hariadi, Anggaran adalah rencana keuangan untuk masa yang akan datang
1998:220) untuk mengidentifikasi tujuan dan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.
(Henry Simamora, Anggaran (budget) adalah salah satu rencana tim yang
1999:190) memperhatikan bagaimana sumber-sumber daya diharapkan
akan diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu.
KESIMPULAN
2. Tujuan Penyusunan Anggaran
Anggaran adalah sebagai alat untuk melakukan evaluasi prestasi dan sebagai
alat untuk koordinasi dan komunikasi memberikan gambaran tentang
bagaimana peranan anggaran yang berkaitan erat dengan aktivitas yang
1 dijalankan manusia. (Bambang Hariadi, 1998: 218)
KESIMPULAN
2. Manfaat Penyusunan Anggaran
1. Perencanaan
Dalam upaya mengejar tujuan-tujuan organisasi, rencana-rencana formal eksplisit haruslah
disusun. Jikalau hal ini tidak dilakukan, manajer-manajer hanya dapat memakai ukuran-ukuran intuitif
kasar untuk menilai apakah operasi-operasi berhasil dan target-target mereka tercapai.
Anggaran menunjukkan kepada manajemen :
-Angka laba yang dikehendaki perusahaan
-Sumber day yang diharapkan dapat dihasilkan atau digunakan selama periode anggaran yang akan
datang.
(Henry Simamora, 1999:220)
2. Komunikasi
Rencana-rencana manajemen tidak akan dilaksanakan kecuali jika organisasi memahami
apa rencana-rencana tersebut. Rencana-rencana ini meliputi hal-hal spesifik seperti
seberapa banyak barang yang diprosukdi, metode-metode, orang-orang dan perlengkapan
apa yang akan digunakan, seberapa banyak bahan baku yang akan dibeli dan berapa harga
jual yang akan dikenakan pada produk perusahaan.(Henry Simamora, 1999:191)
Secara formal adanya kebiasaan menyusun anggaran yang dilakukan seorang bersama-
sama staf perusahaan menciptakan komunikasi yang efektif sekaligus juga memudahkan
manajemen untuk melakukan koordinasi atas kegiatan masing-masing kegiatan yang
terpisah dalam mencapai tujuan perusahaan. (Bambang Hariadi, 1998:192)
3. Koordinasi
Anggaran merupakan rencana tindakan bagi keseluruhan organisasi dan
mencerminkan upaya-upaya terkoordinasi dan semua manajer, penganggaran
mengkoordinasikan berbagai segmen organisasi dan membuat setiap manajer
mengetahui bagaimana kegiatan-kegiatan yang berbeda terjalin erat satu sama
lain.
(Henry Simamora, 1999:192)
4. Pengendalian
Pada banyak perusahaan sistem kontrol dibentuk guna mengevaluasi kinerja
sesungguhnya pada karyawan berdasarkan ukuran yang dihgarapakn sebelumnya
dari kinerja yang diharapkan dapat mereka capai. Anggaran merupakan bagian
internal daris istem kontrol tersebut, kontrol sangatlah penting bagi kredibilitas
keseluruhan sistem budgetor. Kontrol memastikan bahwa sudah diambil
langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan yang digariskan dalam induk
rencana organisasi.
(Henry Simamora, 1999:192-193)
5. Manfaat lain anggaran :
1. Mendorong para manajer untuk menyusun perencanaan formal.
2. Menyediakan tujuan-tujuan yang jelas yang bertindak sebagai benchmark untuk
menilai prestasi berikutnya.
3. Menyediakan sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki pengambilan keputusan
4. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan
setiap bagian dalam organisasi.
(Bambang Hariadi, 1998:220)
3. Karakteristik Anggaran
(Mulyadi,2001:504-507)
Aspek ini menjelaskan hubungan antara anggaran dan perilaku.
Kemampuan memenuhi anggaran seringkali digunakan perusahaan untuk
menilai prestasi manajer. Besarnya bonus, kenaikan gaji, dan promosi
adalah seluruhnya ditentukan oleh kemampuan manajer untuk memenuhi
anggaran.
Hal utaama adalah dimensi anggaran adalah etika, pentingnya anggaran
dalam penilaian prestasi dan promosi serta gaji manajer dapat menimulkan
tindakan-tindakan yang tidak etis. Seluruh tindakan yang menyimpang
berkenaan dengan anggaran dapat mempunyai aspekk yang kurang etis.
Sistem anggaran yang ideal adalah sistem yang memungkinkan dicapainya
kondisi keselarasan tujuan bersama dan secara bersamaan menciptakan
dorongan bagi setiap pihak untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara
yang etis.
Adanya inisiatif- sistem anggaran yang sehat akan mendorong Adanya
insentif-sistem anggaran yang sehat akan mendorong perilaku yang
berorientasi pada tujuan bersama. Insentif merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan suatu organisasi untuk mempengaruhi seorang manajer
bersedia bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Teori organisasi lama menganggap bahwa seseorang pada dasarnya
termotivasi untuk bekerja oleh sejumlah faktor seperti adanya imbalan
materi dan pekerjaan yang menantang. Ukuran penilaian prestasi
perusahaan seringkali salah untuk membuat kesalahan dengan
menganggap bahwa angka-angka akuntansi merupakan satu-satunya alat
penilaian prestasi. Kesalahan ini dapat menimbulkan perilaku yang negatif
seperti manajer hanya berfikir dan bertindak untuk kepentingan jangka
pendek dan mengorbankan jangka panjang (Bambang Hariadi).
Aspek perilaku dalam penyusunan anggaran bersangkutan dengan
perilaku yang dibawa dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku
yang timbul sebagai akibat orang mencoba hidup dengan anggaran. Dalam
proses penyusunan anggaran kemungkinan akan timbul kekhawatiran
dihati manajer pemasaran mengenai kemungkinan tidak dinaikkannya
btas biaya kebijakan (discretionary costs) untuk departemennya dan
ketakutan seorang manajer yang harus mengatakan baha untuk tahun
anggaran yang akan datang tidak akan ada kenaikan gaji dan upah
karyawan, serta kecenderungan dalam hati manajer tertentu kepada
manajer lain yang mendapatkan persetujuan kenaikan anggaran biayanya
(Mulyasi, 2001).
c. Aspek Organisasi Dalam Penyusunan Anggaran
Pada organisasi penyusunan anggaran terdapat
dua pihak utama yang terkait, yaitu:
1. Komite Anggaran dalam penyusunan anggaran diperlukan
suatu unit ad hoc yang mengkoordinasikan berbagai jenis
usulan anggaran dar berbagai pusat pertanggungjawaban untuk
kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk/master
budget (Mulyadi).
c. Aspek Organisasi Dalam Penyusunan Anggaran
2. Departemen Anggaran penyusunan dan pengawasan
anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani
administrasi anggaran. Fungsi ini dipegang oleh departemen
anggaran dan rincian fungsinya sebagai berikut:
a. Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan
rancangan anggaran setiap pusat pertanggungjawaban
dalam perusahaan
b. Mengkoordinasikan dan menerbitkan asumsi-asumsi yang
dipakai sebagai dasar penyusunan rancangan anggaran
perusahaan
Lanjutan...
c. Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun
rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban
d. Megolah rancangan anggaran puat pertanggungjawaban mejadi rancangan
anggaran induk
e. Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi keada
komite anggaran
f. Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat
laporan ringkas mengenai hasil analisisnya tersebut kepada direksi
g. Mengadministrasikan proses perubahan dan penyesuaian anggaran
perusahaan
(Mulyadi, 2001:503-504)
RUPS
Dewan Komisaris
Pengesahan
Pengusulan
KESIMPULAN
Anggaran induk terdiri dari 2 (dua) komponen utama
yaitu:
a. anggaran operasi (operating budget)
b. anggaran keuangan (financing budget).
1 2 Tahun
Rencana penjualan 40.000 60.000 100.000
Harga jual per unit XRp 10.000 XRp 15.000
Total penjualan Rp 400.000 Rp 900.000 Rp 1.300.000
Rencana penjualan kas penjualan
Piutang dagang
Penjualan semester 1 Rp 200.000.000 Rp 200.000.000
Penjualan semester 2 Rp 240.000.000 Rp 160.000.000 Rp 400.000.000
Total penerimaan Rp 440.000.000 Rp 700.000.000 Rp 1.140.000
kas penjualan
‘1. Penerimaan kas yang berasal dari penjualan tahun sebelumnya
2. Penerimaan kas dari penjualan dengan syarat 60%-n/60 dan 40% semester
berikutnya.
3. Penjualan pada semester ke2 yang belum lunas nampak pada neraca 31/12 tahun
2000
2). Anggaran Produksi
Semester
1 2 Tahun
Rencana Penjualan (unit) 40.000 60.000 100.000
Rencana persediaan akhir 15.000 20.000 # 20.000
barangtahun jadi
Semester
1 2 3
LANJUTAN...
ANGGARAN KEUANGAN TERDIRI ATAS:
Data lain-lain :
Harga jual rata-rata per unit 55.000
Biaya bahan perunit 12.500
Persediaan akhir bahan baku 25% dari produksi bulan berikutnya
Persediaan awal bahan baku 25% dari produksi bulan yg bersangkutan
Pemakaian bahan baku 1 unit untuk 1 unit produksi
Produksi bulan april 3000 per unit
Jam kerja langsung 3 jam per unit
Saldo kas per 1 jan 2000 25 juta
Biaya tenaga kerja langsung 3250 per jam
Keterangan:
Semua penjualan yang diterima uangnya dalam bulan yang
bersangkutan kecuali piutang ragu-ragu yg ditaksir sebesar 4%
Pembelian dibayar tunai dan semua biaya dibayar pada bulan yang
bersangkutan
• Jika tarif pajak perseroan 35%, buatlah anggaran :
a. Penjualan (dalam unit dan rupiah)
b. Produksi
c. Tenaga kerja langsung
• Jika perusahaan merugi dalam bulan tertentu anggap saja tidak ada
pembayaran pajak. Tetapi pada bulan-bulan dimana ada laba bersih,
pajak harus dibayar.
Penyelesaian :
1) Anggaran Penjualan
Informasi yang dibutuhkan
- Dalam unit
- Harga jual perunit = 55.000
Anggaran Penjualan
Wilayah Januari PT. KARTIKO ARDI
Februari Maret Total
Dari daftar diatas dapat dibuat daftar penerimaan kas dari penjualan
seperti dari soal, semua penjualan diterima tunai kecuali piutang ragu-ragu 4%
maka penerimaan dari penjualan 96% dari penjualan.
Januari Februari Maret Total
96% dari penjualan
(dalam ribuan rupiah) 69.960 68.640 79.200 217.808
b) Anggaran produksi
Informasi yang dibutuhkan :
- Anggaran penjualan dalam unit
- Persediaan awal yang diinginkan dalam unit
- Persediaan akhir dalam unit
Anggaran Produksi (dalam unit)
Januari Februari Maret Total
Dari anggaran penjualan 1.325 1.300 1.500 4.125
Persediaan akhir yg diinginkan
(dari soal) 12.500 11.400 15.700 39.600
Sub total 13.825 12.700 17.200 43.725
Persediaan awal (soal) 10.000 12.500 11.400 12.500
Produksi 3.825 200 5.800 31.225
c) Anggaran tenaga kerja langsung
Informasi yang dibutuhkan :
- Anggaran yang dibutuhkan
- Jumlah produk x unit
- Tarif tenaga kerja Januari
per jam Februari Maret Total
Produk (unit) 3.825 200 5.800 31.225
Jam kerja perunit 3x 3x 3x 3x
Total jam kerja 11.475 600 17.400 93.675
Tarif per jam 3.250x 3.250x 3.250x 3.250x
Anggaran TK
Anggaran Anggaran
Profesional Beban Beban
dan TK Adm dan
Pendukung
Pemasara
n Umum
Anggaran
Laporan L/R
Anggaran Posisi
Anggaran Kas Keuangan
PENILAIAN KINERJA
KONVENSIONAL
PENDAHULUAN
Menilai seberapa baik aktivitas dilakukan
merupakan hal mendasar bagi usaha manajemen dalam
meningkatkan profitabilitas. Ukuran kinerja tersebut
dirancang atau digunakan karena manajemen memerlukan
untuk menilai seberapa baik aktivitas dilaksanakan dan hasil
akhir yang dicapai dan untuk mengetahui adanya perbaikan
berkelanjutan serta dapat memberikan potensi akan
pengerjaan yang lebih baik, ukuran keuangan dari kinerja juga
memberikan informasi spesifik tentang dampak dolar atas
perubahan kinerja aktivitas, dengan demikian ukuran
keuangan harus mengindikasikan baik penghematan potensial
maupun aktual. (Hansen/Mowen. 1999-483)
Tujuan Pembelajaran
1. Diharapkan dapat mengetahui konsep kinerja
2. Diharapkan dapat mengetahui konsep penilaian
kinerja
3. Diharapkan dapat mengetahui tujuan dan manfaat
kinerja
4. Diharpkan dapat mengetahui tahap-tahap kinerja dan
ukuran kinerja konvensional
5. Diharapkan dapat mengetahui konsep efisiensi dan
produktivitas
1. PENGERTIAN KINERJA
Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atau the degree of accomplishment atau tingkat
pencapaian tujuan organisasi (Keban, 2000)
Government performance and result act yaitu Undang-undang mengenai kinerja dan
produk pemerintahan di AS => pimpinan unit-unit organisasi pemerintah diwajibkan
mengembangkan perencanaan kinerja tahunan yang menggunakan pengukuran kinerja
untuk memperkuat hubungan antara tujuan strategis jangka panjang dan kegiatan
sehari-hari dari manajer dan stafnya ( GAO, dalam Dwiyanto, 2000)
Sandra J Hale (dalam Salusu, 1998) menyatakan : Dua cara utama bagi
organisasi untuk mencapai kinerja yang tinggi, yaitu :
a. Sistem ukuran kinerja akan efektif apabila ada pemahaman sistem organisasi
yang mencakup tujuan, model yang tepat, cara kerja dan kinerjanya, serta
strategi dan kebijakan yang mendasarinya.
b. Perlu adanya hubungan partnership yang jelas sebagai vendor sebagai
perancang sistem dan customer yaitu manajer.
c. Pemahaman dalam karakteristik keputusan dan pelaksanaannya , akan sangat
membantu dalam menjalankan suatu sistem organisasi. Pemahaman ini
merupakan suatu masukan dalam menerjemahkan dalam orientasi hasil yang
spesifik, sehingga indikator ukuran kinerja yang akan lebih spesifik .
d. Pmanfatan terhadap pemahaman sistem ukuran lama untuk membangun
sistem ukuran kinerja yang lebih baik.
4. UKURAN KINERJA DALAM
CONTINOUS IMPROVEMENT
STRATEGY MENURUT
JAMES D TARR
Menurut Tarr, James D (1996), suatu perubahan organisasi dipengaruhi
oleh pergeseran penekanan kerja dari action based ke knowledge
based, dan berdampak pada keunggulan kompetitif yang tidak lagi secara
otomatis dapat dipertahankan. Disisi lain continous improvement
process bukan lagi merupakan suatu pilihan, akan tetapi lebih
merupakan keharusan untuk memberikan respon yang cepat dalam
pengembangan knowledges based pada sumber daya yang dimilikinya.
Oleh karena itu diperlukan adanya sistem pengukuran kinerja yang
tepat untuk mendefinisikan karakteristik kinerja yang dibutuhkan dalam
continous improvement process.
Perencanaan pengembangan sumber daya bukan
merupakan bagian dalam proses tujuan atau dan sering terjadi
manipulasi terhadap kinerja yang bersifat subjektif. Di samping
itu ukuran kinerja lebih merupakan fungsi manajemen dalam
memberdayakan bawahannya untuk mencapai tujuan kinerja
masing-masing.
a. Ukuran kinerja harus merupakan suatu sistem yang dibuat sebagai bagian
dari implementasi rencana dari seluruh nstrategi perusahaan.
b. Setiap ukuran kinerja harus dapat sejalan dan memberikan dukungan
terhadap keseluruhan tujuan perusahaan
c. Sistem dan metodologi ukuran kinerja harus dapat memberikan arah dari
gambaran dari nilai-nilai budaya perusahaan
d. Sistem harus berfokus pada fungsi pengukuran sebagai alat informasi bukan
sebagai alat kontrol.
e. Sistem pengukuran kinerja hendaknya mulai menghilangkan celah yang
dapat memungkinkan timbulnya management judgement.
f. Sistem ukuran kinerja harus selalu melakukan evaluasi terhadap hal yang
menyangkut perubahan tujuan dan strategi perusahaan, revisi dari sistem
dan proses, serta timbulnya ukuran-ukuran yang bersifat menghambat.
6. UKURAN KINERJA MANAJEMEN
OPERASI MENURUT ROBERT
VOKURKA DAN GENE FLIEDER
Menurut Vokura, R dan Fliedner, G, (1995) dari Departement of Business
Analysis Texas A&M University, suatu organisasi akan berusaha untuk
meningkatkan produk, proses dan mencapai tingkat kepuasan konsumen yang
tinggi. Hal ini tentunya memerlukan adanya suatu pengukuran kinerja yang
tidak hanya terbatas pada indikator biaya dan efisiensi saja/lebih jauh dan itu
diperlukan juga pertekanan pada indikator waktu/kualitas/jasa pelayanan yang
diberikan. Pengukuran kinerja ini dilakukan khususnya untuk menggambarkan
kinerja operasi, serta memfokuskan pada ketepatan pemanfaatan sumer daya
proses internal dan desain sistem yang tepat untuk pengendalian dalam proses
continuous improvement. Oleh karena itu di samping pengukuran kinerja
finansial sebagai suatu pendekatan tradisional, diperlukan juga adanya
pengukuran non-finansial sebagai indikator dalam kinerja operasional.
Gambaran tersebut dapat dijabarkan sbb:
1. Evolusi Terhadap Problem-problem Pengukuran Kinerja
Manajemen pada umumnya dalam mengukur sistem operasi lebih didasarkan pada
kinerja hasil yang menekankan pada biaya yang rendah dan tingkat efisiensi.
Namun ukuran kinerja finansial ini tidak dapat mengakomodasi dinamika pasar
yang termasuk juga didalamnya percepatan kompetisi, perubahan teknologi dan
sistem informasi, serta perubahan sosial dalam lingkungan kerja.
TAHAP
TAHAP
PENILAIA
PERSIAPAN
N
Tahap Persiapan
1. Penetuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung
jawab. Menurut Mulyadi ada tiga hal yang berkaitan yaitu :
Dalam hal ini akan diuraikan tiga hal yang berkaitan dengan penentuan
daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab :
Dalam pengukuran ini, informais akuntansi yang dipakai adalah pemdapatan. Jika pusat
pendapatan hanya menjual produk atau jasanya pada pihak luar perusahaan
pengukuran dapat dilaksanakan dengan mudah. Namun jika pusat pendapatan
mentransfer produk atau jasanya kepada pusat pertanggungjawaban lain akan timbul
masalah yaitu apakah pendapatan dari transfer tersebut diperhitungkan sebagai
pendapatan pusat laba dan pada harga transfer berapa yang diperhitungkan sebagai
beban pertanggungjawaban yang menerima transfer. (Mulyadi, 2001).
Hal ini timbul karena kerancuan antara terkendalikan atau tidaknya suatu biaya.
Jika manjer pusat yang memiliki wewenang memadai untuk secara signifikan
mempengaruhi biaya tertentu, maka biaya tersebut merupakan biaya
terkendalikan bagi manajer pusat biaya yang diperhitungkan dalam penentuan
biaya yang menjadi ukuran kinerjanya.
Masalah ini timbul karena ada beberapa biaya yang merupakan biaya terkendali
pada jangka pendek, karena pada dasarnya semua biaya merupakan biaya
terkendalikan pada jangka panjang.
Tanggung jawab ganda terjadi apabila seuatu biaya dibawah wewenang lebih dari
satu manajer pusat biaya sehingga timbul masalah siapa yang
memeprtanggungjawabkan biaya tersebut (Mulyadi, 2001).
G. PENGUKURAN KINERJA DARI
ASPEK LAPORAN KEUANGAN
1.Liquidity Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajibannya terhadap utang
jangka pendek. Untuk melakukan analisis likuiditas dapat
menggunakan dua rasio, yaitu:
a. Current Ratio
Yaitu ratio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan dengan utang jangka pendek. Rumus:
Current ratio = aktiva lancar
utang lancar
(Mas’ud Machfoedz, 1990)
NERACA PT YUSA
BENTUK NERACA ANALISIS PERBANDINGAN
PER DESEMBER 31 19X3 DAN 19X4
19X3 19X4
AKTIVA
Kas 104.000 100.000
Surat berharga 350.000 300.000
Piutang dagang 500.000 400.000
Persediaan 710.000 600.000
Total Aktiva Lancar 1.664.000 1.400.000
Aktiva tetap 3.220.000 3.600.000
Akm. Peny A.T (800.000) (1.000.000)
Total Aktiva 4.084.000 4.000.000
UTANG
Utang dagang 174.000 120.000
Utang wesel (10%) 220.000 200.000
Pendapatan diterima dimuka 20.000 20.000
Utang pajak 270.000 260.000
Total utang lancar 684.000 600.000
LANJUTAN...
PT YUSA
BENTUK NERACA ANALISIS PERBANDINGAN
PER DESEMBER 31 19X3 DAN 19X4
19X3 19X4
Utang obligasi 1.040.000 1.000.000
Utang hipotik 400.000 400.000
Total utang 2.124.000 2.000.000
MODAL
Modal saham (200.000 lbr) 1.200.000 1.200.000
Laba ditahan 760.000 800.000
Jumlah modal 1.960.000 2.000.000
Jumlah Utang dan Modal 4.084.000 4.000.000
PT YUSA
LABA RUGI LAPORAN RUGI LABA
Periode Tahun 19X4
Penjualan 6.000.000
Harga pokok penjualan (5.110.000)
Laba kotor operasi 890.000
Biaya operasi
Biaya pemasaran 44.000
Biaya adm & umum 80.000
Biaya pembayaran lease 56.000
Biaya penyusutan 200.000
(380.000)
Laba bersih operasional 510.000
Laba diluar usaha 30.000
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) 540.000
Biaya diluar usaha
Bunga wesel 20.000
Bunga obligasi 80.000
Bunga hipotik 40.000
140.000
Laba sebelum pajak (EBT) 400.000
Pajak penghasilan 40% (40% x Rp 400.000) 160.000
Laba untuk pemegang saham 240.000
Berdasarkan laporan keuangan diatas current ratio untuk
PT Yusa pada 19X4:
Current Ratio =
1.400.000
600.000
= 2,3
kali
Contoh:
Berdasarkan laporan keuangan didepan maka
quick ratio tahun 19X4 adalah sebesar:
Quick ratio =1.400.000 – 600.000
600.000
= 1,3
Lanjutan
2. Leverage Ratios
Yaitu perbandingan antara dana yang berasal dari pemilik
dengan dana yang berasal dari kreditur. Leverage ratio juga
memberikan informasi tentang kemampuan pengembalian modal
dan utang jangka panjang sehingga lebih dikenal dengan rasio
solvabilitas. Rasio leverage dibagi menjadi 4 rasio, yaitu:
a. Total debt to total aset ratio (ratio total utang dan aktiva)
Digunakan untuk mengukur presentase dana yang disediakan oleh kreditur.
Para kreditur lebih menyukai ratio rendah karena keamanan untuk
piutangnya kembali pada saat likuidasi besar, sehingga pihak pemilik
perusahaan menghendaki ratio yang tinggi sebab dengan ratio tinggi berarti
hak mengendalikan perusahaan lebih tinggi.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
Ratio Utang =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Contoh:
Dari laporan keuangan di depan ratio utang tahun
19X4 adalah sebesar total utang Rp 2.000.000, total aktiva
Rp 4.000.000
2.000.000
Ratio Utang = 4.000.000 = 50%
(Mas’ud Machfoedz, 1990:76)
Contoh:
Dari laporan keuangan di atas ratio penutup PT YUSA tahun 19X4
adalah
540.000
Ratio Penutup = = 3,9 kali
140.000
Jika ratio industri untuk ratio penutup adalah 8 kali, PT YUSA jauh di
bawah rata-rata ratio industri yang sama, hal ini berarti keamanan untuk
membayar bunga rendah pada PT YUSA, sehingga perusahaan mengalami
kesukaran dalam menaikkan dana dari pihak ke tiga karena bunga yang dibayar
rendah sehingga para kreditur tidak tertarik (Mas’ud Machfoedz, 1990:77).
c. Fixed Charge Coverage
(Ratio Penutup Tetap)
Ratio ini akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan
mempunyai tingkat keamanan atas laba apabila perusahaan harus
membiayai bunga dan sewa jangka panjang.
Rumus:
𝑬𝑩𝑰𝑻+𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒂𝒔𝒆
Ratio Penutup Tetap =
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂+𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒂𝒔𝒆
Contoh:
Dari data di atas maka ratio penutup tetap PT YUSA tahun 19X4
adalah:
540.000+56.000
Ratio Penutup = = 3 kali
140.000+56.000
Apabila ratio industri sejenis sebesar 5,5 kali maka seperti halnya ratio
penutup, ratio penutup tetap pada PT YUSA juga memiliki tingkat yang lebih
rendah dibandingkan dengan ratio untuk industri sejenis, sehingga untuk
menarik utang baru akan mengalami kesulitan (Mas’ud Machfoedz, 1990:78)
d. Cash Flow Coverage
(Penutup Aliran Kas)
Rumus:
𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝑲𝒂𝒔 𝑴𝒂𝒔𝒖𝒌 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒂𝒔𝒆
CFC = 𝑫𝒆𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑷𝒓𝒊𝒐𝒓𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑷𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏 𝑷𝒐𝒌𝒐𝒌 𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑+ +
(𝟏−𝑷) (𝟏−𝑷)
P = Pajak
(Mas’ud Machfoedz, 1990:79)
Contoh:
Jika diketahui PT YUSA mempunyai saham prioritas yang
membutuhkan pembagian deviden per tahun sebesar Rp 24.000 dan pembayaran
utang pokok sebesar Rp 84.000 per tahun. Maka CFC PT YUSA tahun 19X4
adalah sbb:
540.000 +56.000+200.000
CFC = 24.000 84.000 = 2,1 kali
196.000+ (1−0,4)+ (1−0,4)
Contoh:
PT YUSA pada tahun 19X4 mempunyai profit margin sebesar
240.000
Profit Margin = = 4%
600.000
(Mas’ud Machfoedz, 1990:85-86)
Contoh:
PT YUSA memperoleh ROI tahun 19X4 adalah:
240.000
ROI = x 100% = 6%
4.000.000
(Mas’ud Machfoedz, 1990:86)
Contoh:
ROI PT YUSA sebesar:
240.000
ROE = x 100% = 12%
2.000.000
Pengukuran
Efisien Produktivitas
G.1. EFISIENSI
Untuk dapat bersaing, setiap organisasi harus meningkatkan
efisiensinya. Pihak manajemen perlu untuk menilai potensi efekvitas dan
aktual dari keputusan yang dijalankan untuk memperbaiki efisiensi.
Manajemen juga perlu mengawasi dan mengontrol perubahan efisensi.
Total efisiensi produktif adalah suatu titik dimana dua kondisi dipenuhi
Untuk setiap campuran input yang akan memproduksi output tertentu,
tidak diperlukan input yang berlebihan dari yang dibutuhkan untuk
menghasilkan output input tersebut dipicu oleh relasi teknis sehingga
dirujuk sebagai efisiensi teknis.
Berdasarkan campuran input yang memenuhi kondisi pertama,
campuran biayanya paling sedikitlah yang dipilih. Kondisi ini dipicu
okeh relasi harga input relatif sehingga dirujuk sebagai efisiensi input.
Pendekatan dalam mengukur efisiensi, yaitu:
Keterangan:
SQ : kuantitas standar input yang diizinkan untuk output
aktual
SP : Standar harga per unit suatu input
AQ : kuantitas input aktual yang digunakan aktivitas output
Contoh :
Pemicu SQ AQ SP
Aktivitas
Pemakaian 40.000 44.000 40,00
BB
Pengerjaan 0 10.000 9,00
kembali
Persiapan 0 6.000 60,00
Inspeksi 0 4.000 15,00
Jawab :
Laporan biaya-biaya yang menambah nilai dan tidak
menambah nilai
Aktivitas Menambah Nilai Tdk Menambah Aktual
Nilai
Pemakaian BB 1.600.000 160.000 1.760.000
Pengerjaan Kembali 0 360.000 360.000
Persiapan 0 90.000 90.000
Inspeksi 0 60.000 60.000
Total 1.600.000 670.000 2.270.000
B. Pelaporan Trend
Pelaporan ini dilakukan dengan membandingkan biaya
setiap aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah
perbaikan aktivitas yang dinilai dengan pengurangan biaya. Jadi kita
dapat melihat penurunan biaya yang telah menambah nilai dari satu
periode ke periode berikutnya.
Keterangan:
HA : Harga Aktual HS : Harga Standar
KA : Kuantitas Aktual KS : Kuantitas Standar
Contoh
Jadi jumlah selisih tenaga kerja adalah penjumlahan dari selisih tarif
dengan selisih efisiensi.
Yaitu sebesar : Rp 334.080 + 422.400 = Rp 756.480
Jurnal Penutup
Biaya Pokok Penjualan 756.480
Selisih tarif TK 334.080
Selisih efisiensi TK 422.400
G.2 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas berkenaan dengan penilaian
kuantitatif terhadap perubahan produktivitas. Tujuannya untuk
menilai apakah efisiensi produksi telah meningkat atau menurun.
Pengukuran produktivitas dapat dikembangkan untuk setiap
input secara terpisah atau untuk semua input bersama-sama.
1991 1992
Jumlah produk yang 220.000 220.000
dihasilkan
Jam tenaga kerja yang 22.000 20.000
dipakai
Bahan baku yang dipakai 220.000 176.000
(kg)
Harga jual produk per unit Rp. 25 Rp. 25
1991 1992
Ratio produktivitas tenaga kerja 10,00 11,00
Produktivitas bahan baku 1,00 1,25
Keterangan :
KBPP : Kuantitas Bebas perubahan produksi
KS : Kuantitas sesungguhnya
PLP : profit Linked Productivity
(Mulyadi, 2001:471)
2. Ukuran Produktivitas Total Dengan Mempertimbangkan Pertukaran
1991 1992
Jumlah produk yang dihasilkan 110.000 120.000
Tenaga kerja yang dipakai (jam) 11.000 10.000
Kelemahan
Kas;
Ada dua pendapatan mengenai perlakuan terhadap kas sebagai elemen
investasi, yaitu :
(a) Kas dimasukkan sebagai elemen investasi
(b) Kas tidak dimasukkan sebagai elemen investasi
Jika kas dimasukkan sebagai elemen investasi, maka
masalahnya adalah pada penentuan besarnya kas
sebagai elemen investasi.
Pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya kas
sebagai elemen investasi adalah :
- Untuk pengukuran prestasi manajemen divisi, kas dibatasi sebesar
kas yang terkendalikan oleh manajer divisi.
- Untuk pegukuran prestasi ekonomi divisi, kas adalah sebesar kas
yang diperlukan oleh divisi sebagai kesatuan ekonomi yang berdiri
sendiri. Sebagi suatu kesatuan ekonomi, kas divisi perlu ditentukan
lebih tinggi daripada saldo kas yang sesungguhnya yang dimiliki oleh
divisi.
Pihak yang tidak memasukkan kas sebagai
elemen investasi, mendasarkan bahwa dasar
investasi terdiri dari modal kerja bersih (tidak
termasuk kas) dan aktiva tetap. Saldo kas
digunakan untuk menghadapi utang lancar, maka
modal kerja bersih hanya terdiri dari piutang,
persediaan dan aktiva tetap.
Piutang;
Jika manajer divisi diberi wewenang untuk melaksanakn penjualan kredit dan
pengumpulan piutangnya, piutang diperhitungan sebagai unsur investasi
sebesar nilai piutang. Jika manager divisi tidak diberi wewenang untuk
mengendalikan piutang, maka piutang yang diperhitungkan ke dalam unsur
investasi dengan menggunakan formula tertentu yang konsisten dengan
periode pembayaran normal, misalnya 20 hari sesudah pengiriman barang.
Persediaan;
a. Jika aktiva tetap yang menganggur dalam suatu divisi tersebut tidak
dapat digunakan oleh divisi lain, maka tanggungjawab aktiva tersebut tetap
berada pada manajer divisi yang bersangkutan sehingga aktiva tersebut
harus dimasukkan sebagai elemen investasi divisi yang bersangkutan.
𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒃𝒂
𝑹𝑶𝑰 = 𝒙
𝒊𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏
𝒍𝒂𝒃𝒂
𝑹𝑶𝑰 =
𝒊𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊
Lanjutan...
Pendekatan EVA memiliki kriteria yang berbeda
dengan ROI dalam mengukur kinerja, karena EVA
memperhitungkan biaya modal atas ekuitas.
Perhitungan Return On Invesement dan Economic
Value Added dapat diilustrasikan dalam gambar-
gambar berikut :
Gambar 1
Perhitungan ROI dan EVA
Investasi berdasarkan atas Nilai Aktiva Bruto
(2) Investasi
(3) Laba
(1) (nilai (4) Biaya (5) Laba
tunai per (6) ROI
Tahun perolehan depresiasi bersih
tahun
mula-mula)
1 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
2 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
3 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
4 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
5 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
(4) Biaya
(1) (3) Laba
(2) Investasi modal (5) EVA
Tahun bersih
(10%)
1 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
2 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
3 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
4 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
5 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
Keterangan :
ROI : Laba bersih dibagi investasi mula-mula
Biaya modal : 10% dari investasi mula-mula
EVA : Laba bersih dikurangi biaya modal
C.
BALANCE SCORE CARD
1. Pengertian
Menurut Kaplan dan Norton Balance Scorecard Card adalah :
a) Seperangkat alat ukur penilaian untuk menilai secara lebih
komplit dan fair prestasi suatu organisasi bisnis.
b) Suatu alat ukur yang tidak hanya berorientasi pada laba
jangka pendek tapi juga memperhitungkan laba jangka
panjang.
c) Bukan hanya alat ukur yang bersifat rasional (rational goal
model), tetapi juga memperhatikan dimensi kemanusiaan.
d) Tidak hanya berorientasi kedalam (clossed system), tetapi
bahkan harus berorientasi keluar (open system)
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa BSC adalah seperangkat ukuran
kinerja yang memberi pandangan sekilas namun komperhensif
tentang bisnis, yang menekankan pada keselarasan tujuan
organisasi dengan faktor kunci kesuksesan.
BSC meliputi tolak ukur keuangan yang menerangkan akibat dani
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan suatu organisasi dan
dilengkapi dengan tolak ukur operasional terhadap kepuasan
pelanggan, proses internal, serta aktivitas inovasi dan perbaikan
organisasi.
2. Kegunaan Balance Score Card
1. Digunakan untuk mengartikulasikan strategi bisnis dan
mengkomunkasikan strategi tersebut.
2. Membantu menyatakan visi setiap anggota organisasi
dan divisi untuk mencapai tujuan bersama.
3. Berusaha menyeimbangkan antara kepentingan individu
dan kelompok dalam suatu langkah bersama sehingga
dapat digunakan sebagai sarana komunikasi, informasi
dan proses belajar.
3. Empat Perspektif pengukuran BSC
Proses Belajar
Process
Internal Process Quality
Cycle Time
Customer
satisfaction
Lanjutan...
Kepuasan konsumen atau pelanggan dalam menikmati produk
dan jasa perusahaan merupakan variabel penting untuk kesuksesan
suatu perusahaan. Oleh karena itu, strategi perusahaan saat ini
bergeser fokusnya dari intenal ke eksternal, dari produksi ke
pemasaran. Bahwa jika perusahaan ingin mencapai kinerja
keuangan yang unggul dalam jangka panjang, mereka harus
menciptakan suatu produk atau jasa yang bernilai lebih bagi
konsumen.
Dalam perspektif konsumen, perusahaan mengidentifikasi
segmen pasar dan pelanggan yang ingin dimasuki untuk mencapai
tujuan keuangan yang diinginkan. Untuk perspektif pelanggan, ada
dua kelompok pengukuran yang saling berkaitan.
2.Core Measurement Group
Yaitu seperangkat indikasi yang
mengukur tingkat kepuasan (satisfaction),
loyalitas (loyality), retensi (retention), akuisi
(axquistion), konsumen dari pasar yang
ditargetkan dan customer profitability, tingkat
keuntungan yang diperoleh dari target pasar
yang dilayani.
Market
Customer
Satisfaction
3) Customer Value Proposition
Adalah kelompok pengukuran nilai pelanggan. Pengukuran ini
disebut sebagai kelompok penunjang karena terdiri dari ukuran
kineja dan performance driven (pemicu kinerja) yang menyangkut
pertanyaan apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai
tingkat kepuasan, loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang
tinggi.
Value proposition adalah konsep kunci untuk mengerti
penentuan dalam core measurement dari tingkat kepuasan, akuisisi,
retensi dan pangsa pasar (Bambang Hariadi: 416).
Terdapat tiga kategori atribut yang mengatur
costumer value propertion, yaitu:
• Product/Service Atributes (atribut-atribut produk)
Meliputi tiga bagian yaitu fungsi harga mula dan waktu.
• Customer Relationship (hubungan dengan pelanggan)
Untuk mengetahui sampai sejauh mana kualitas hubungan peru
dengan pelanggan. Kualitas ini dipengaruhi oleh adanya komun
yang intens antara perusahaan dan konsumen dalam berbagai bentuk.
• Image and Reputation (citra dan reputasi)
Citra dan reputasi perusahaan beserta produknya di mata pelanggan
dan masyarakat konsumen merupakan indikator penting yang mendapat
penilaian untuk mengetahui kesuksesan seseorang dalam memimpin
perusahaan.
3) Perspektif Proses Bisnis Internal
a) Inovasi
Inovasi adalah unit bisnis yang berusaha menentukan
kebutuhan intern dari pelanggan dan menciptakan produk dan
jasa yang dibutuhkan pelanggan tersebut. Kemampuan
manajemen dalam melakukan proses inovasi dibagi menjadi dua
bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan yaitu:
1. Kemampuan mengidentifikasi pasar.
2. Kemampuan menciptakan produk atau jasa untuk
memenuhan kebutuhan pasar tersebut.
Pengukuran kinerja dalam proses inovasi pada
umumnya sering tidak berkembang dan kurang
mendapatkan perhalian dibandingkan dengan
pengukuran kinerja bagian lain seperti yang
dilakukan dalam proses operasi. Kondisi ini
disebabkan oleh dua hal :
Lanjutan...
1) Pada masa dahulu, ketika perusahaan baru berkembang, titik perhatian
perusahaan terletak pada proses produksi dan bukan pada proses riset dan
pengembangan. Pada saat itu terdapat anggapan bahwa efisiensi hanya
dapat dicapai dengan berproduksi sebanyak-banyaknya dalam volume
tinggi. produksi ini masih bersifat masal untuk memenuhi orang banyak
dalam waktu yang bersamaan.
2) Tidak ada hubungan yang pasti antara input yang digunakan digunakan
atau biaya yang pengeluarannya dalam riset dan pengembangan dengan
output yang diharapkan ada tingkat penjualan dan ditambah lagi output
tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk benar-benar mendatangkan
uang bagi perusahaan.
Secara unum upaya yang telah dilakukan untuk
menentukan pengukuran kinerja riset dan pengembangan
yang baku dipusatkan pada tiga indikator yaitu:
1) Hasil secara teknis misalnya jumlah hak paten yang bisa diperoleh
2) Keuntungan penjualan atau keuntungan yang timbul karena riset
dan pengembangan.
3) Penilaian khusus terhadap keberhasilan masing-masing proyek
b) Proses Operasi
Operasi adalah proses untuk membuat dan
menyampaikan produk dan jasa yang dibutuhkan
pelanggan saat ini, proses inilah yang selama ini menjadi
titik berat pengukuran kinerja yang selama ini
dilaksanakan perusahaan. Aktivitas operasi dapat dibagi
menjadi dua bagian utama, yaitu :
Proses Pembuatan Produk Atau Jasa
Atas dasar konsep value chain yang diperkenalkan oleh Michael
Porter, proses pembuatan produk atau jasa ini dapat dibagi
menjadi dua aktivitas utama, yaitu:
Suatu hal yang harus dihormati agar BSC dapat mencapai hasil yang optimal
adalah berusaha menghindarkan adanya salah pengertian yang sering terjadi dalam
memahami konsep BSC seperti:
BSC adalah mekanisme implementasi strategi dan bukan untuk formulasi strategi.
Definisi :
• NOPAT (Net Operating After Tax) adalah laba bersih (Net income after Tax)
ditambah bunga setelah pajak.
• C = biaya capital adalah biaya bunga pinjaman dan biaya ekuitas yang
digunakan untuk menghasilkan NOPAT tersebut dan dihitung secara rata-rata
tertimbang (WACC).
• R = tingkat balikan capital (Rate Of Return), yaitu NOPAT/C
• C = Jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai
perusahaannya.
1. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax)
• Beban bunga
Cost of Debt (rd) = ——————— x 100 %
Total Hutang
• Total Ekuitas
Tingkat Modal / Ekuitas (E) = —————————— x 100 %
Total Hutang dan Ekuitas
• Beban pajak
Tingkat Pajak (Tax) = ———————————– x 100 %
Laba Bersih sebelum pajak
4. Menghitung-Capital-Charges
Rumus:
Capital Charges = WACC x Invested Capital
5. Menghitung-Economic-Value-Added (EVA)
Rumus :
EVA = NOPAT – Capital charges
atau
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital )
CONTOH PERHITUNGAN EVA
LAPORAN PERHITUNGAN EVA
PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk TH 2013
1. Menghitung Nopat
Rumus = Laba Bersih Setelah Pajak ( EAT ) + Biaya Bunga
= 3.414.886 + 1.088.505
= 4.503.391
7. Menghitung EVA
Rumus = Nopat – Capital Charge
= 4.503.391 – 2.344.859
= 2.158.532
Lanjutan…
Analisis :
EVA > 1, maka biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2013 memberikan nilai positif yaitu
berupa benefit atau laba bagi perusahaan, yang berarti kinerja
keuangan yang dicapai PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dapat
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kinerja keuangan
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dikatakan baik.
Sumber Materi Tambahan:
• https://ratihpratiwi13.wordpress.com/2015/04/25/laporan-
perhitungan-eva-pt-indofood-sukses-makmur-tbk-th-2013/
• http://akuntan-si.blogspot.com/2011/10/alat-ukur-kinerja-
perusahaan-eva.html
BAB 12
PENILAIAN KINERJA
KESEHATAN BANK
DAN KOPERASI
SIMPAN PINJAM (KSP)
A.
PENGUKURAN
KINERJA
905
1. PENGERTIAN KINERJA
906
Untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
perusahaan di masa yang akan datang, kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo,
kemampuan membayar deviden, upah, pergerakan harga sekuritas
perusahaan, kinerja keuangan dan posisi keuangan perusahaan di
masa lalu seringkali digunakan sebagai pedoman. Istilah kinerja
perusahaan cenderung dikaitkan dengan kondisi keuangan
perusahaan bahwa sebuah perusahaan dengan pengukuran-
pengukuran keuangan mampu memberikan hasil yang memuaskan
setidak-tidaknya bagi pemilik saham perusahaan itu maupun bagi
karyawannya.
(Munawir, 2002: 73).
907
2. PENGERTIAN PENGUKURAN
KINERJA
Pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai penentuan secara
periodik efektivitas operasional suatu perusahaan, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi
pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka pengukuran
kinerja sesungguhnya merupakan pengukuran atas aktivitas
manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di
dalam organisasi (Mulyadi, 2001: 416).
Pengukuran kinerja itu sendiri didesain untuk menilai seberapa
baik aktivitas dan dapat mengidentifikasi apakah telah dilakukan
perbaikan yang berkesinambungan (Hansen dan Mowen, 2004:
493).
908
3. TUJUAN PENGUKURAN
KINERJA
Tujuan pokok pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya,
agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar
dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan dalam anggaran (Mulyadi, 2001: 416).
Pengukuran kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku
yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja
pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik
maupun ekstrinsik.
909
Dalam suatu perusahaan, pemberian penghargaan
didasarkan atas kinerja yang baik. Untuk itu dengan adanya
pengukuran kinerja, manajemen puncak dapat memperoleh
keterangan obyektif sehingga kompensasi yang diberikan kepada
karyawan benar-benar berdasarkan pada besarnya peran
karyawan untuk memajukan perusahaan.
Jika karyawan merasakan bahwa terdapat kemungkinan
yang tinggi pada suatu kinerja yang baik akan mendapat
penghargaan yang baik pula dari perusahaan, maka karyawan
akan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerjanya untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
910
4. MANFAAT PENGUKURAN
KINERJA
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
(Mulyadi, 2001: 416) 911
B.
PENILAIAN
KINERJA
KESEHATAN 912
1. PENGERTIAN BANK
913
Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
914
Menurut Kasmir (2010:11)
91
5
917
3. PENGERTIAN KESEHATAN
BANK
▰ Menurut Bank Of
Settlement, bank
dapat dikatakan sehat
apabila bank tersebut
dapat melaksanakan
control terhadap
aspek modal, aktiva,
rentabilitas,
manajemen dan
aspek likuiditasnya.
918
Lanjutan...
Pengertian Kesehatan bank Kesehatan atau kondisi keuangan dan
nonkeuangan bank berdasarkan
menurut Bank Indonesia sesuai
prinsip syariah merupakan
dengan Undang– undang RI No. kepentingan semua pihak terkait, baik
7 Tahun 1992 tentang pemilik, pengelola (manajemen) bank,
Perbankan Pasal 29 masyarakat pengguna jasa bank,
adalah Bank dikatakan sehat Bank Indonesia (BI) selaku otoritas
apabila bank tersebut memenuhi pengawasan bank maupun pihak
ketentuan Kesehatan bank lainnya. Kondisi bank tersebut dapat
dengan memperhatikan aspek digunakan oleh pihak –pihak tersebut
untuk mengevaluasi kinerja bank
Permodalan, Kualitas Asset,
dalam menerapkan prinsip kehati–
Kualitas Manajemen, Kualitas hatian, kepatuhan terhadap prinsip
Rentabilitas, Likuiditas, perbankan, kepatuhan terhadap
Solvabilitas, dan aspek lain yang ketentuan yang berlaku, dan
berhubungan dengan usaha bank. manajemen resiko.
919
4. PIHAK-PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN TERHADAP
KESEHATAN BANK
Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena
kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-
pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan terdiri dari pihak
eksternal dan pihak internal.
Pihak internal, terdiri dari:
a. Pihak manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan
informasi keuangan untuk tujuan
pengendalian (controlling), pengorganisasian (coordinating) dan
perencanaan (planning) suatu perusahaan.
b. Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik
dapat menilai berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin
perusahaan. 920
Lanjutan...
Pihak eksternal, terdiri dari:
a. Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan
kebijakan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat
imbalan hasil (return)dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu
perusahaan tersebut.
b. Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran kredit
yang telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja
keuangan jangka pendek (likuiditas) dan profitabilitas dari perusahaan.
c. Pemerintah, informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga oleh
lembaga yang lain seperti Statistik.
d. Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan tempat
mereka bekerja karena sumber penghasilan mereka bergantung pada
perusahaan yang bersangkutan.
921
5. Dasar hukum mengenai Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia yakni :
924
7. MEKANISME PENILAIAN
TINGKAT KESEHATAN BANK
1. 2.
Bank Indonesia wajib Penilaian tingkat kesehatan bank
melakukan penilaian tingkat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan,
kesehatan bank sesuai laporan berkala yang disampaikan bank, dan
dengan PBI ini secara informasi lain yang diketahui secara umum
triwulan untuk posisi akhir seperti hasil penilaian oleh otoritas kesehatan
bulan: atau lembaga lain yang berwenang. Bank
1. Maret, Indonesia dapat meminta informasi dan
penjelasan dari bank dalam rangka
2. Juni, memperoleh hasil penilaian tingkatkesehatn
3. September, dan bank yang sesuai dengan kondisi bank yang
4. Desember. sesungguhnya.
925
Lanjutan...
3.
Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap penilaian
tingkat kesehatan bank syariah apabila diketahui terdapat data dan
informasi yang memengaruhi kondisi bank tersebut secara signifikan
pada posisi setelah posisi penilaian ( s u b s e q u e n t e v e n s ).
Apabila terdapat perbedaan hasil penilaian tingkat kesehatan bank
syariah yang dilakukan oleh BI dengan hasil penilaian tingkat
kesehatan bank syariah yang dilakukan oleh bank syariah, maka yang
berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan
oleh BI. Apabila diperlukan, BI dapat melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank syariah di luar waktu tersebut.
926
8. METODE PENILAIAN TINGKAT
KESEHATAN BANK
Dalam perkembangannya, metode penilaian tingkat kesehatan bank
terbagi menjadi 3 metode yaitu:
927
928
CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya
Paket Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut
dikeluarkan sebagai dampak kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988
(Pakto 1988). CAMEL berkembang menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal
1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di Indonesia pada akhir
tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter.
929
Kemudian dikeluarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan SE BI
No. 13/24/DPNP yang berlaku per Januari 2012 menggantikan
cara lama penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS
dengan metode RGEC. Metode CAMELS tersebut sudah
diberlakukan selama hampir delapan tahun sejak terbitnya PBI No.
6/10/PBI/2004 dan SE No.6/23/DPNP. Dengan terbitnya PBI dan
SE terbaru ini, metode CAMELS dinyatakan tidak berlaku lagi,
diganti dengan model baru yang mewajibkan Bank Umum untuk
melakukan penilaian sendiri (self-assessment) Tingkat Kesehatan
Bank dengan menggunakan pendekatan risiko RBBR (Risk-based
Bank Rating) baik secra individual maupun secara konsolidasi.
930
“ METODE
CAMEL
931
Sebelum CAMELS, kita mengenal cara yang lebih
“jadul” lagi yaitu CAMEL yang berlaku mulai tahun 1991
berdasarkan Surat Edaran BI No. 23/21/BPPP tanggal 28
Februari 1991. Pada CAMEL, sebagian besar proses penilaian
kesehatan bank menggunakan rumus-rumus matematika dan
sistem scoring dari hasil penilaiaj untuk setiap parameter, yaitu
dengan skala 0 sampai 100. Dan nilai akhir dari kesehatan
bank pun akhirnya berupa angka yang selanjutnya menentukan
klasifikasi kesehatan bank yaitu “Sehat”, “Cukup Sehat”,
“Kurang Sehat” dan “Tidak Sehat”.
932
Indikator pada CAMEL tersebut juga
sangat sederhana, yaitu:
▰ Penilaian “Capital” hanya menggunakan satu ukuran saja, yaitu CAR (Capital
Adequacy Ratio) yaitu “Rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko”;
▰ Penilaian “Asset Quality” berdasarkan kualitas aktiva produktif bank dengan
menggunakan dua indikator yaitu “Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan
terhadap aktiva produktif” dan “Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif
terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan”;
▰ Penilaian “Management” menggunakan 250 pertanyaan, yang mencakup
manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen
rentabilitas, dan manajemen likuiditas;
▰ Penilaian “Earning” menggunakan dua ukuran yaitu ROA (rasio laba terhadap total
aset) dan BOPO (rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional); dan
▰ Penilaian “Liquidity” menggunakan LDR yaitu “rasio kredit terhadap dana yang
diterima” dan “Rasio kewajiban call money bersih terhadap aktiva lancar”
933
Lanjutan...
Selain perhitungan kuantitatif di atas, metode CAMEL
memperhitungkan faktor lain, yaitu pelaksanaan pemberian kredit
usaha kecil (KUK); pelaksanaan pemberian kredit ekspor;
pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK); dan Pelanggaran terhadap Posisi Devisa Netto
(PDN). Selain itu, tingkat kesehatan bank akan diturunkan
menjadi “tidak sehat” apabila ada perselisihan internal, campur
tangan pihak luar dalam manajemen, “window dressing” atau
rekayasa keuangan, praktek “bank dalam bank”, dan kesulitan
keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau
pengunduran diri dari keikutsertaannya dalam kliring.
934
“ METODE
CAMELS
935
Peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 serta
Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004 dalam CAMELS lebih mengarah pada ukuran-ukuran
kinerja perusahaan secara internal, mulai dari Asset Quality,
Management, Earning Power, dan Liquidity, serta Sensitivity to
Market Risk.
936
Sistem penilaian dengan 5 faktor
tersebut sering disebut dengan CAMELS
Rating System.
▰ Penilaian CAMEL secara umum adalah sebagai berikut:
937
Tata cara CAMEL secara umum adalah sebagai berikut:
938
Matriks perhitungan/analisis komponen faktor permodalan (capital) versi CAMELS
939
“ 2. Kedua, berdasarkan nilai komponen
tersebut, misalnya CAR, lihatlah pada
matriks penilaian komposit untuk faktor
permodalan yang telah disediakan
oleh BI. Dari matriks tersebut kita akan
mengetahui nilai peringkatnya jika
diketahui nilai CAR. Misalnya, bank
dengan CAR = 8% akan memperoleh
nilai “Komposit 3”.
940
Matriks kriteria penetapan peringkat komponen permodalan versi CAMELS
941
“ 3. Ketiga, hitunglah nilai komposit untuk
seluruh komponen dari mulai faktor “C”
sampai “S” Sebagai contoh, faktor “C”
terdiri dari 8 indikator/komponen
penilaian. Jadi kita harus menilai
kedelapan indikator pada faktor “C”
tersebut dengan cara yang sama
seperti dijelaskan pada langkah 1 dan
2 di atas.
942
“
4. Keempat, tetapkan nilai komposit faktor
berdasarkan nilai peringkat untuk masing-
masing indikator parameter penyusunnya.
Jadi kita akan menetapkan nilai komposit untuk
masing-masing faktor, yaitu “C”, “A”, “M”, “E”, “L”
dan “S”. Di sinilah perlu “expert judgement”,
terutama pada saat menilai faktor yang nilai
indikatornya bervariasi. Misalnya, berapa nilai
“faktor C” jika nilai enam indikatornya berbeda-
beda. Berikut matriks penilaian peringkat faktor
permodalan.
943
Contoh matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan
944
“
5. Terakhir, setelah mengetahui nilai komposit untuk 6
Faktor (CAMELS), langkah terakhir adalah
menentukan nilai komposit akhir dari bank tersebut.
Misalnya, jika sebuah bank memperoleh nilai komposit
1 untuk faktor “C”, komposit 2 untuk “A”, komposit 2
untuk “M”, komposit 3 untuk “E”, komposit 1 untuk “L”,
dan Komposit 3 untuk “S”, maka berapa nilai Komposit
akhir dari bank tersebut? Sekali lagi, tidak ada rumus
matematik yang menghubungkan nilai komposit
masing-masing faktor dengan nilai komposit akhir dari
bank tersebut. Berikut matriks penetapan peringkat
komposit bank umum.
945
Matrik penetapan peringkat komposit bank umum versi CAMELS
946
Dalam SE edarannya, BI sudah
menyediakan petunjuk pelaksanaan teknis
yang rinci, baik dalam bentuk rumus atau
penjelasan indikator, matriks penetapan kriteria
penilaian, dan lembar kerja isian. Muara
akhirnya adalah laporan akhir kesehatan bank
umum.
947
Format laporan hasil penilaian tingkat kesehatan bank umum versi CAMELS
948
“ METODE
RGEC
949
Sesuai dengan Peratuan Bank Tahap-tahap penilaian bank pada
Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 RGEC boleh disebut model penilaian
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan kesehatan bank yang sarat dengan
Bank Umum, Bank wajib melakukan manajemen resiko. Menurut BI dalam
penilaian Tingkat Kesehatan Bank PBI tersebut, Manajemen Bank perlu
dengan menggunakan pendekatan memperhatikan prinsip-prinsip umum
berdasarkan Risiko (Risk-based Bank berikut ini sebagai landasan dalam
Rating). Penilaian Tingkat Kesehatan menilai Tingkat Kesehatan Bank:
Bank dilakukan terhadap Bank secara Berorientasi Risiko, Proporsionalitas,
individual maupun konsolidasi. Materialitas dan Signifikansi, serta
Komprehensif dan Terstruktur.
950
Standar untuk menentukan penilaian tingkat kesehatan
bank sudah ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia
yang kini beralih tanggung jawab kepada OJK. Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 1/ PBI/ 2011 dan SE No. 13/ 24/
DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk-
based Bank Rating) baik secara individual maupun secara
konsolidasi. Tata cara penilaian ini lebih sering dikenal dengan
metode RGEC yaitu singkatan dari R i s k P r o f il e (Profil
resiko), G o o d C o r p o r a t e G o v e r n a n c e (GCG) , E a r
n i n g (rentabilitas), dan Capital (permodalan).
951
1. Risk Profile
2 Sehat 2% - 5 %
3 Cukup Sehat 5% - 8%
955
b. Risiko likuiditas
956
a. Risiko pembiayaan
957
a. Risiko pembiayaan
Risiko likuiditas sering pula dimaknai sebagai kerugian potensial
yang didapat dari ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang
jatuh tempo, baik mendanai aset yang telah dimiliki maupun mendanai
pertumbuhan aset bank tanpa mengeluarkan biaya atau mengalami
kerugian yang melebihi tolaransi bank. Risiko Pembiayaan dan risiko
likuiditas merupakan risiko yang paling fundamental dalam industri
perbankan. Disebut fundamental karena pemicu utama kebankrutan yang
dialami oleh bank bukanlah kerugian yang dideritanya melainkan
ketidakmampuan bank tersebut memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
958
Tabel
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat FDR
Peringkat Keterangan Kriteria
959
2. Good Corporate
Governance
963
Tabel
Matriks peringkat faktor good corporate governance
Peringkat Keterangan Kriteria
964
3. Earning (Rentabilitas)
965
a. Risiko pembiayaan
966
1) Return on assets (ROA)
Return on assets merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
menghasilkan laba.semakin kecil rasio ini mengindikasikan
kurangya kemampuan manajemen bank dalam mengelola
aset untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya.
Return on assets merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap rata-rata total aset. Berdasarkan
ketetuan PBI No. Ketentuan Bank Indonesia, yang tercantum
dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS, secara matematis,
ROA dirumuskan sebagai berikut :
ROA = Laba sebelum pajak X 100%
Rata-rata Total Aset
967
(Siamat, 2005:213)
Tabel
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat ROA
Peringkat Keterangan Kriteria
2 Sehat 1,25%-1,5%
5 Tidak Sehat ≤ 0%
968
2) Biaya operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Dendawijaya Biaya Operasional Pendapatan Operasional adalah
rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya
operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasi. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank
tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya
maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin
kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Secara matematis BOPO dapat dirumuskan sebagi berikut :
BOPO = Biaya Operasional X 100%
Pendapatan Operasional
969
Tabel
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat BOPO
Peringkat Keterangan Kriteria
970
4. Capital (Permodalan)
971
a. Risiko pembiayaan
972
a. Risiko pembiayaan
Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan
menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut
Tarmidzi Achmas semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi
sebuah bank). Dan menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono
jika nilai CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai
operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.
2 Sehat 9% - 12 %
3 Cukup Sehat 8% - 9%
4 Kurang Sehat 6% - 8%
5 Tidak Sehat ≤ 6%
974
CONTOH
Contoh penjelasan untuk sebagian
indikator penilaian untuk faktor Resiko
Kredit dapat dilihat pada gambar
berikut.
975
976
Namun dengan metode baru (RGEC), nilai
rasio tersebut belum menentukan nilai akhirnya.
Kita harus melihat bagaimana implementasi
manajemen risiko bank terkait dengan konsentrasi
nilai kredit pada para debitur kelas kakap.
Andaikan bank tersebut sudah memagari risiko
tersebut dengan segala kebijakan, prosedur, SOP,
atau teknik pengendalian risikonya, maka bisa jadi
nilai untuk indikator tersebut malah membaik, atau
tidak dinilai “peringkat 3“ seperti cara CAMELS.
Sebagai ilustrasi, kita lihat gambar di bawah ini :
977
Matriks dua dimensi penilaian peringkat profil risiko versi RGEC
978
Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian
terhadap Risiko inheren dan kualitas penerapan
Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional Bank.
Penilaian Risiko inheren merupakan penilaian atas Risiko yang
melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat dikuantifikasikan
maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan
Bank. Karakteristik Risiko inheren Bank ditentukan oleh faktor internal
maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis,
kompleksitas produk dan aktivitas Bank, industri dimana Bank melakukan
kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi.
Jadi untuk “Risk Profile“, kita menggunakan dua dimensi, yaitu
nilai faktor dan peringkat risiko sebelum menentukan peringkat akhirnya.
Atau dengan kata lain, nilai sebuah indikator merupakan fungsi dari nilai
indikatornya dan kualitas manajemen risiko yang terkait dengan indikator
tersebut. Inilah esensi dari penilaian kesehatan bank yang baru, yaitu
kualitas manajemen risiko. 979
Aspek “Risk Profile“ tersebut mencakup 8
(delapan) jenis Risiko yaitu:
980
a. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Dalam menilai Risiko inheren
atas Risiko Kredit, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi
portofolio aset dan tingkat konsentrasi; (ii) kualitas penyediaan dana dan
kecukupan pencadangan; (iii) strategi penyediaan dana dan sumber
timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor eksternal. Penilaian risiko kredit
menggunakan 12 parameter/indikator yang dapat dilihat selengkapnya pada
Lampiran I.1.a dari SE BI No.13/24/DPNP, dengan sebagian cuplikannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
982
b. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga
option. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar, Risiko
ekuitas, dan Risiko komoditas. Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Pasar,
parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) volume dan komposisi portofolio,
(ii) kerugian potensial (potential loss) Risiko Suku Bunga dalam Banking Book (Interest
Rate Risk in Banking Book-IRRBB) dan
(iii) strategi dan kebijakan bisnis.
Penilaian risiko pasar menggunakan 17 parameter/indikator yang dapat dilihat selengkapnya
pada Lampiran I.1.b dari SE BI No.13/24/DPNP, dengan sebagian cuplikannya dapat dilihat
pada tabel berikut.
984
c. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Likuiditas, parameter yang digunakan adalah:
(i) komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif;
(ii) konsentrasi dari aset dan kewajiban;
(iii) kerentanan pada kebutuhan pendanaan; dan
(iv) akses pada sumber-sumber pendanaan.
Penilaian risiko likuiditas menggunakan 11 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.c dari SE BI No.13/24/DPNP
986
d. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Dalam menilai Risiko inheren atas
Risiko Operasional, parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) karakteristik dan kompleksitas bisnis;
(ii) sumber daya manusia;
(iii) teknologi informasi dan infrastruktur pendukung;
(iv) fraud, baik internal maupun eksternal, dan
(v) kejadian eksternal.
Penilaian risiko operasional menggunakan 15 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.d dari SE BI No.13/24/DPNP
988
e. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. Dalam menilai
Risiko inheren atas Risiko Hukum, parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) faktor litigasi;
(ii) faktor kelemahan perikatan; dan
(iii) faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan.
Penilaian risiko hukum menggunakan 13 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.e dari SE BI No.13/24/DPNP
990
f. Risiko Strategik
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil
keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan
dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Dalam menilai Risiko
inheren atas Risiko Stratejik, parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) kesesuaian strategi bisnis Bank dengan lingkungan bisnis;
(ii) strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi;
(iii) posisi bisnis Bank; dan
(iv) pencapaian rencana bisnis Bank.
Penilaian risiko stratejik menggunakan 10 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.f dari SE BI No.13/24/DPNP
992
g. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko
Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum
terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. Dalam menilai Risiko
inheren atas Risiko Kepatuhan, parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan,
(ii) frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan Bank,
(iii) pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk
transaksi keuangan tertentu.
Penilaian risiko kepatuhan menggunakan 5 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.g dari SE BI No.13/24/DPNP,
994
Penilaian untuk faktor lainnya, yaitu faktor “G,
E, dan C” secara umum sama seperti penilaian
dengan CAMELS sebelumnya. Semua komponen
menggunakan indikator/komponen penilaian yang
tidak berubah drastis. Misalnya, kita lihat
perbandingan indikator penilaian untuk aspek Earning
antara metoda CAMELS dengan RGEC di bawah ini.
995
996
Sama seperti CAMELS, Metode RGEC pun
dilengkapi dengan penjelasan indikator penilian, matriks
kriteria, dan berbagai format lembar kerja hasil
penilaiannya. Akhirnya, setelah melalui proses yang
rumit dengan dukungan data dan fakta yang sangat
banyak – yang tidak akan diketahui seluruhnya oleh
public – maka Bank di Indonesia pasti mempunyai
peringkat kesehatan bank, dengan skala peringkat
berikut penjelasannya adalah sebagai berikut :
997
a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan
dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
998
.
PENILAIAN KINERJA
KESEHATAN BANK
PERKREDITAN RAKYAT999
1. PENGERTIAN BANK
PERKREDITAN RAKYAT
1000
1006
7. Tujuan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat
1007
a. PERMODALAN
Rasio Kecukupan Modal Minimum atau Capital Adequacy Ratio (CAR)
b. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
Rasio Kualitas Aktiva Prduktif (KAP)
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
c. MANAJEMEN
Manajemen Umum
Manajemen Risiko
d. RENTABILITAS
Rasio Return On Assets (ROA)
Rasio Beban Operasional thd Pendapatan Operasional (BOPO)
e. LIKUIDITAS
Cash Ratio (CR)
Loan to Deposit Ratio (LDR)
1008
8.1. Permodalan / Capital
CAR (Capital Adequacy Ratio) atau Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM)
merupakan indikator terhadap kemampuan bank dalam rangka pengembangan usaha dan
menanggulangi risiko kerugian.
Hasil Penilaian:
>= 8% Sehat
6.5% s/d <8% Kurang Sehat
<6.5% Tidak Sehat
1009
8.2. Kualitas Aktiva Produktif / Asset Quality
1010
8.2. Kualitas Aktiva Produktif / Asset Quality
Hasil Penilaian:
0,00% s/d <= 10.35% Sehat
>10,35% s/d <= 12,60% Cukup Sehat
>12,60% s/d <= 14,85% Kurang Sehat
>14,85% Tidak Sehat
1011
Lanjutan…
b. RASIO PPAP:
Hasil Penilaian:
>=81,0% Sehat
>=66,0% s/d <81,0% Cukup Sehat
>=51,0% s/d <66,0% Kurang Sehat
< 51,0% Tidak Sehat
1012
8.3. Manajemen
1013
Lanjutan…
a. Manajemen Umum:
Strategi/Sasaran:
1) Rencana kerja tahunan bank digunakan sbg acuan kegiatan usaha bank
selama 1 tahun.
Struktur:
1) Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan seluruh kegiatan bank
dan tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan jabatan yang
dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas.
2) Bank memiliki batasan tugas dan wewenang yg jelas untuk masing-
masing karyawannya yg tercermin pada kegiatan operasionalnya.
1014
Lanjutan…
Sistem:
1) Kegiatan operasional dari pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan sistem dan
prosedur yang tertulis.
2) Pencatatan setiap transaksi dilakukan secara akurat dan laporan keuangan disusun sesuai dengan
standar akuntansi keuangan yg berlaku.
3) Bank mempunyai sistem pengamanan yg baik terhadap semua dokumen penting.
4) Pimpinan senantiasa melakukan pengawasan terhadap perkembangan dan pelaksanaan kegiatan.
Kepemimpinan:
1) Pengambilan keputusan-keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh Direksi secara
independen.
2) Pimpinan bank komit untuk menangani permasalahan bank yang dihadapi serta senantiasa
melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
3) Direksi dan karyawan memiliki tertib kerja yang meliputi disiplin kerja serta komitmen dan
didukung sarana kerja yang memadai dalam melaksanakan pekerjaan.
1015
Lanjutan…
b. Manajemen Risiko:
Risiko Likuiditas:
1) Bank melakukan pemantauan dan pencatatan tagihan dan kewajiban yang jatuh tempo
untuk mencegah kemungkinan timbulnya kesulitan likuiditas.
2) Bank senantiasa memelihara likuiditas dengan baik.
Risiko Kredit:
1) Dalam memberikan kredit bank melakukan analisis terhadap kemampuan
debitur membayar kembali kewajibannya.
2) Setelah kredit diberikan bank melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit,
serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya.
3) Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan.
1016
Lanjutan…
Risiko Operasional:
1) Bank menerapkan kebijaksanaan pembentukan penyisihan penghapusan piutang berdasarkan
prinsip kehati-hatian.
2) Bank tidak menetapkan persyaratan yang lebih ringan kepada pemilik/pengurus bank untuk
memperoleh fasilitas dari bank.
3) Pimpinan senantiasa melakukan tindak lanjut secara efektif terhadap temuan hasil pemeriksaan
oleh Bank Indonesia.
Risiko Hukum:
1) Perjanjian kredit telah sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Bank telah memastikan bahwa agunan yang diterima telah memenuhi persyaratan ketentuan yang
berlaku.
3) Bank menatausahakan secara baik dan aman blangko bilyet deposito dan buku tabungan yang
belum digunakan (kosong) dan blangko bilyet deposito yang telah dicairkan dananya serta buku
tabungan yang dikembalikan ke bank karena rekeningnya telah ditutup.
1017
8.4. Rentabilitas / Earning
RASIO ROA:
ROA = Laba sebelum pajak/Rata-rata Total Aset x 100%
dimana rata-rata total aset dihitung selama 12 bulan terakhir.
RASIO BOPO:
BOPO = Beban Operasional / Pendapatan Operational x 100%
1018
Lanjutan…
1019
8.5. Likuilitas / Liquidity
a. CASH RATIO: Hutang Lancar :
1. Kewajiban Segera Dapat Dibayar
Untuk mengukur kemampuan bank 2. Tabungan dan Deposito Masyarakat
memenuhi kewajiban yang harus segera 3. Deposito/Pinjaman bank lain <= 3 bln
dibayar dengan harta likuid yang dimiliki
bank. Penilaian Cash Ratio:
Rasio 0%, NK = 0,
Cash Ratio = Alat likuid / Hutang setiap kenaikan 0,05% NK +1, max 100
Lancar x 100 %
Hasil Penilaian:
Alat Likuid : >= 4,05% Sehat
1. Kas >= 3,30% s/d < 4,05% Cukup Sehat
2. Giro/tabungan pada bank lain >= 2,55% s/d < 3,30% Kurang Sehat
3. Dikurangi Antar Bank Pasiva < 2,55% Tidak Sehat
1020
Lanjutan…
b. LOAN TO DEPOSIT RATIO:
1023
Menurut Undang-undang RI No. 25
tahun 1992 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan
bahwa koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan.
1024
Lanjutan...
Menurut sejarah, pengertian Menurut (Sumarsono,
koperasi berasal dari kata “co” yang artinya 2003:1) pengertian koperasi secara
bersama dan “operation” (koperasi operasi) umum adalah suatu perkumpulan
yang artinya adalah berkerja. Menurut UU yang beranggotakan orang-orang
No.17 Tahun 2012, Koperasi adalah badan atau badan hukum, yang memberikan
hukum yang didirikan oleh orang perseorangan kebebasan kepada anggota untuk
atau badan hukum koperasi, dengan masuk dan keluar, dengan bekerja
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai sama secara kekeluargaan
modal untuk menjalankan usaha, yang menjalankan usaha untuk
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di mempertinggi kesejahteraan para
bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai anggotanya.
dengan nilai dan prinsip koperasi.
1025
Kesimpulan...
1026
2. TUJUAN KOPERASI
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945 (UU RI No. 25 tahun 1992 Pasal 3).
Untuk dapat mencapai tujuannya, pengelolaan koperasi harus
dapat dilakukan dengan sebaik mungkin agar bisa diharapkan
menjadi koperasi yang mampu bersaing dengan badan usaha lain,
sehingga tujuan koperasi untuk memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya akan
tercapai.
1027
3. FUNGSI DAN PERAN KOPERASI
1029
5. PENTINGNYA PENGUKURAN
KINERJA KOPERASI
Pengukuran kinerja perusahaan ataupun badan usaha,
seperti koperasi adalah hal yang sangat penting dalam proses
perencanaan, pengendalian serta proses transaksional yang lain,
karena dengan pengukuran kinerja pengelola koperasi dapat
mengetahui efektivitas dan efisiensi revenue cost, penggunaan aset,
proses operasional organisasi manajemen dari koperasi, selain itu
pengelola juga memperoleh informasi manajemen yang berguna untuk
umpan balik dalam rangka perbaikan koperasi yang menyimpang
kemudian dengan pengukuran kinerja koperasi dapat membantu
pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pendidikan pelatihan
sumber daya manusia (SDM), perencanaan dan pengendalian dalam
proses manajemen koperasi lebih lanjut (Ihsan, 2005: 5).
1030
Lanjutan...
1031
6. KINERJA KOPERASI
Koperasi memiliki jatidiri yg berbeda dengan organisasi ekonomi lainnya
(PT, CV dll) perlu tolok ukur/indikator yang berbeda dlm menilai kinerja
koperasi
a. Definisi:
b. Nilai-nilai:
menolong diri sendiri; tanggungjawab sendiri, demokrasi; persamaan; keadilan dan
kesetiakawanan; serta nilai-nilai etis (kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial,
dan kepedualian thd orang lain)
c. Prinsip-prinsip:
(1) keanggotaan sukarela dan terbuka;
(2) pengendalian scr demokratis oleh anggota;
(3) partisipasi ekonomi anggota;
(4) otonomi dan kebebasan/independensi;
(5) pendidikan, pelatihan&informasi;
(6) kerjasama antar koperasi; dan
(7) kepedulian thd komunitas/masyarakat.
1033
7. METODE MENGUKUR KINERJA
KOPERASI
▰ Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)
(Canadian Coperative Association=CCA)
A1= Jlh Kelalaian Pinjaman: < 5% R7 = Total margin pendptn kotor: 10-20%
Total Piutang Rata-rata total aset
A5= Jlh Kekayaan tdk mhasilkn: < 5% R8 = Total biaya operasional: 3-10%
Total kekayaan Rata-rata total aset
L1= Investasi lancar-kewajiban : Min 15% S1= Total aset 02 - total aset 01 Min 10%
Jumlah non-saham Total aset 01
L2= Kas+cek: < 1% S6= Jml angg 02- jml angg. 01 Min 5%
Total aset skecil mkn Jml angg. 01
I.
II. Keadaan terbaik
-10
+10
III.
Keadaan terburuk
IV
-10 Orientasi investor/dikendalikan modal
d. Pemeringkatan Koperasi oleh Kemenkop
1. Pemeringkatan Koperasi
Sebagai bentuk jaminan atas kredibilitas koperasi dalam melakukan transaksi usaha dengan pihak
pelanggan/ pengguna jasa koperasi.
1). Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam organisasinya serta sebagai dasar
pengembangan dan perbaikan organisasi dikemudian hari.
2). Sebagai simbol dan kebanggaan bagi pemiliknya (karena berupa dokumen sertifikat dan logo)
sehingga menjadi ”goodwill” untuk kemajuan usahanya.
3). Sebagai modal dan pengakuan untuk dapat memperoleh prioritas utama guna diikutsertakan pada
berbagai program pemerintah di bidang koperasi. Sebagai kartu pass bagi kegiatan promosi melalui
website guna diperkenalkan ke seluruh penjuru dunia.
Tujuan Pemeringkatan Koperasi:
d. Bagi Lembaga Perbankan/Pembiayaan
Manajemen pengawasan
Kinerja kepengurusan
Tertib administrasi
✢ Kemampuan bersaing
✢ Strategi bersaing
2. Tata laksana dan Manajemen 1. Rasio pencatatan anggota thd yg sebenarnya; 2.rasio anggaran
pendapatan;3.rasio anggaran belanja;4.ealisasi SHU; 5.Keterkaitan usaha koperasi
dg usaha angg; 6.penerangan dan penyuluhan;7.media informasi; 8. sarana kantor
dan usaha koperasi
4. Manfaat dan dampak 1.Kerjasama usaha scr vertikal;2. kerjasama usaha dg badan usaha lain;3.manfaat
kerjasama;4. penyerapan tenaga kerja;5,pembayaran pajak, cukai/retribusi;6.dana
sosial
Tujuan Penilaian Koperasi Berpretasi/ Koperasi Award adalah:
a. Koperasi Kelompok Simpan Pinjam, yang termasuk adalah : Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP-Koperasi), Koperasi Bank Perkreditan
Rakyat (KBPR), dan koperasi yang melaksanakan usaha di bidang jasa keuangan dan
pembiayaan;
b. Koperasi Kelompok Konsumen, yang termasuk adalah : Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI), Koperasi Karyawan (KOPKAR), Koperasi di lingkungan Tentara
Nasional Indonesia (TNI), dan koperasi fungsional lainnya;
c. Koperasi Kelompok Produsen, yang termasuk adalah : Koperasi Pengrajin Tahu Tempe
(KOPTI), Koperasi Pertanian (KOPTAN), Koperasi Industri Kerajinan Rakyat
(KOPINKRA) dan jenis koperasi produsen lainnya;
d. Koperasi Kelompok Aneka Usaha, yang termasuk adalah : Koperasi Unit Desa (KUD),
Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Angkutan, Koperasi Profesi, Koperasi Audit,
Koperasi Perumahan dan Koperasi jasa Lainnya,
e. Koperasi Wanita;
f. Koperasi Pondok Pesantren
g. Koperasi Pedagang Pasir.
8. TINGKAT KESEHATAN KOPERASI
▰ Tingkat kesehatan koperasi merupakan suatu tolak ukur untuk
kondisi ataupun keadaan koperasi pada suatu periode tertentu.
Pada Koperasi Simpan Pinjam, pengukuran tingkat kesehatan
koperasi juga diperlukan guna melihat ataupun mengetahui
bagaimana kondisi ataupun keadaan dari Koperasi Simpan Pinjam
tersebut. Penilaian tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam
dapat dinilai berdasarkan beberapa aspek atau beberapa indikator
yang sudah ditentukan.
▰ Peraturan deputi bidang pengawasan Kementrian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 06/ Per/ Dep.6/
IV/ 2016) ada 7 aspek dalam penilaian suatu tingkat kesehatan
koperasi simpan pinjam.
1062
Lanjutan...
7 aspek, diantaranya:
1. Aspek Pemodalan
3. Aspek Manajemen
4. Aspek Efisiensi
5. Aspek Likuiditas
Diri Koperasi
1063
a. Aspek Permodalan
1064
b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif
1065
c. Aspek Manajemen
1066
d. Aspek Efisiensi
1067
e. Aspek Likuiditas
1068
f. Aspek Kemandirian dan
Pertumbuhan
1069
g. Aspek Jatidiri Koperasi
1070
9. KLASIFIKASI HASIL PENELITIAN
Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor:
06/PER/DEP.06/IV/2016 bahwa hasil penilaian kesehatan
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
diklasifikasikan dalam 4 (empat) kategori, yaitu:
▰ Sehat, jika hasil penilaian diperoleh total skor 80,00≤x<100
▰ Cukup Sehat, jika hasil penilaian diperoleh total skor
66,00≤x<80,00
▰ Dalam Pengawasan, jika hasil penilaian diperoleh total skor
51,00≤x<66,00
▰ Dalam Pengawasan Khusus, jika hasil penilaian diperoleh
total skor 0<x<51,00
1071
10. SASARAN PENILAIAN
KESEHATAN USAHA KSP :
a. Terwujudnya pengelolaan KSP yang sehat dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan
b. Terwujudnya pelayanan prima kepada pengguna jasa koperasi
c. Meningkatnya citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi
sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola kegiatan usaha simpan
pinjam sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d. Terjaminnya aset kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi sesuai dengan
peraturan perundangundangan
e. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan kegiatan usaha simpan
pinjam oleh koperasi
f. Meningkatkan manfaat ekonomi anggota dalam kegiatan usaha simpan pinjam
oleh koperasi (Peraturan deputi bidang pengawasan Kementrian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 06 / Per / Dep.6 / IV/ 2016). 1072
CONTOH?
1073
Penilaian Kinerja Kesehatan pada
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bahagia Tahun 2016
1074
Tabel. Hasil Skor Kesehatan KSP Bahagia Tahun 2016
1075
Kesimpulan :
1076
SUMBER MATERI:
▰ http://pena.gunadarma.ac.id/perbandingan-tatacara-penilaian-
tingkat-kesehatan-bank/
▰ Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 51 No. 2 Oktober 2017
www.administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
▰ Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 35 No. 1 Juni 2016
www.administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
▰ https://zinsari.wordpress.com/2013/06/05/memahami-
penilaian-tks-bank-perkreditan-rakyat/
1077
BAB 13
PENILAIAN KINERJA
BADAN USAHA MILIK
NEGARA (BUMN)
DAN
GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG)
1. PENGERTIAN BUMN
• mengejar keuntungan
2
1.
• menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
3 banyak;
2.
• turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
5 ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
5. PENILAIAN KINERJA
Pasal 7
Penilaian tingkat kesehatan BUMN jasa keuangan dibedakan antara BUMN yang
bergerak dalam bidang usaha perbankan, asuransi, jasa pembiayaan dan jasa
penjaminan.
Pasal 8
Pengelompokan BUMN yang bergerak dalam bidang usaha jasa keuangan dan
indikator penilaian Hasil penilaian Aspek Keuangan, Aspek Operasional, Aspek
Administrasi ditetapkan dengan Keputusan Menteri BUMN tersendiri.
8. TATA CARA PENILAIAN TINGKAT
KESEHATAN BUMN NON JASA KEUANGAN
Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap
kinerja perusahaan untuk tahun buku bersangkutan yang meliputi
penilaian dari aspek:
1 • aspek keuangan,
2 • aspek operasional,
3 • aspek administrasi.
Lanjutan...
Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian
terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan,
yang meliputi penilaian:
1. aspek keuangan dengan total bobot 50 untuk BUMN infrastruktur dan 70
untuk BUMN Non Infrastruktur,
2. aspek operasional dengan total bobot 35 untuk Infrstruktur dan 15 untuk
Non Infrastruktur,
3. aspek administrasi dengan total bobot 15 untuk Infrastruktur maupun Non
Infrastruktur.
Setiap indikator yang dinilai dalam ketiga aspek tersebut akan diberi
skor yang mencerminkan kinerjanya.
“
1.ASPEK
KEUANGAN
1091
1. Total bobot
- BUMN INFRA STRUKTUR (Infra)
50
- BUMN NON INFRA STRUKTUR (Non Infra)
70
2. Indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya. Dalam penilaian aspek keuangan ini,
indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya adalah seperti pada tabel 1 dibawah ini :
109
109
a. Imbalan Kepada Pemegang Saham atau
Return On Invesment (ROE)
109
Contoh perhitungan :
PT "A" (BUMN Infra) memiliki ROI 14 %, maka sesuai tabel 3
skor untuk indikator ROI adalah 8 .
109
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
110
Contoh perhitungan :
PT "A" (BUMN Infra) memiliki cash ratio sebesar 32%, maka
sesuai tabel 4 skor untuk indikator cash ratio adalah 2,5.
110
d. Rasio Lancar (Current Ratio)
110
Contoh perhitungan :
PT "A" (BUMN Non Infra) memiliki current ratio sebesar 115 %,
maka sesuai tabel 5 skor untuk Indikator Current Ratio adalah 4.
110
e. Collection Periods (CP)
110
Definisi :
110
110
Contoh perhitungan :
Contoh 1 :
PT "A" (BUMN Non Infra) pada tahun 1999 memiliki Collection
Periods 120 hari dan pada tahun 1998 sebesar 127 hari.
Sesuai tabel 6 di atas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Collection Periods : 4
- Perbaikan Collection periods (7 hari) : 1,8 Dalam hal ini,
dipilih skor yang lebih besar yaitu : 4
110
Lanjutan...
Contoh 2 :
PT "B" (BUMN Infrastruktur) pada tahun 1999 memiliki Collection
Periods 240 hari dan pada tahun 1998 sebesar 272 hari.
Sesuai tabel 6 diatas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Collection periods : 1,2
- Perbaikan Collection periods (32 hari) : 3,5 Dalam hal ini,
dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5
111
f. Perputaran persediaan (PP)
111
Definisi :
- Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang
digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun
buku yang terdiri dari persediaan bahan baku,
persediaan barang setengah jadi dan persediaan
barang jadi ditambah persediaan peralatan dan
suku cadang.
- Total Pendapatan Usaha adalah Total
Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang
bersangkutan.
111
111
Contoh perhitungan :
Contoh 1 :
PT "A" (BUMN Non Infra) pada tahun 1999 memiliki Perputaran
Persediaan 180 hari dan pada tahun 1998 sebesar 195 hari.
Sesuai tabel 7 diatas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Perputaran Persediaan : 3
- Perbaikan Perputaran Persediaan (15 hari) : 2,4 Dalam hal
ini, dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3
111
Lanjutan...
Contoh 2 :
PT "B" (BUMN Infra struktur) pada tahun 1999 memiliki
Perputaran Persediaan 240 hari dan pada tahun 1998 sebesar
272 hari.
Sesuai dengan tabel 7 diatas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Perputaran Persediaan : 1,2
- Perbaikan Perputaran Persediaan (32 hari) : 3,5 Dalam hal
ini, dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5
111
g. Perputaran Total Aset/ Total Asset Turn
Over (TATO)
111
Definisi :
111
111
Contoh perhitungan :
Contoh 1 :
PT "A" (BUMN Non Infrastruktur) pada tahun 1999 memiliki
Perputaran Total Asset sebesar 70 % dan pada tahun 1998
sebesar 60% hari.
Sesuai tabel 8 di atas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Perputaran Total Asset : 3
- Perbaikan Perputaran Total Asset (10%) : 3,5 Dalam hal ini,
dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5
111
Lanjutan...
Contoh 2 :
PT "B" (BUMN Infrastruktur) pada tahun 1999 memiliki
Perputaran Total Asset sebesar 108 % dan pada tahun 1998
sebesar 98%.
Sesuai tabel 8 di atas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Perputaran Total Asset : 3,5
- Perbaikan Perputaran Total Asset (10%) : 2,5 Dalam hal ini,
dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5
112
h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap
Total Aset (TMS terhadap TA)
112
Contoh perhitungan :
PT "B" (BUMN Non Infra) memiliki rasio Modal Sendiri terhadap
Total Asset sebesar 35 %, maka sesuai tabel 9 skor untuk
indikator rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset adalah
10.
112
“
2. ASPEK
OPERASIONAL
1124
1. Total bobot
- BUMN INFRASTRUKTUR 35
- BUMN NON INFRASTRUKTUR 15
2. Indikator yang dinilai meliputi unsur-unsur
kegiatan yang dianggap paling dominan dalam
rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai
dengan visi dan misi perusahaan. Beberapa
indikator penilaian yang dapat digunakan adalah
sebagaimana dalam "Contoh Indikator Aspek
Operasional"
112
3. Jumlah Indikator
Jumlah indikator aspek operasional yang digunakan untuk
penilaian tingkat kesehatan setiap tahunnya minimal 2 (dua)
indikator dan maksimal 5 (lima) indikator, dimana apabila
dipandang perlu indikatorindikator yang digunakan untuk penilaian
dari suatu tahun ke tahun berikutnya dapat berubah. Misalnya,
suatu indikator yang pada tahun sebelumnya selalu digunakan,
dalam tahun ini tidak lagi digunakan karena dianggap bahwa untuk
kegiatan yang berkaitan dengan indikator tersebut perusahaan
telah mencapai tingkatan/ standar yang sangat baik, atau karena
ada indikator lain yang dipandang lebih dominan pada tahun yang
bersangkutan.
112
4. Sifat penilaian dan kategori penilaian:
Penilaian terhadap masing-masing indikator dilakukan secara
kualitatif dengan kategori penilaian dan penetapan skornya sebagai
berikut :
- Baik sekali (BS) : skor = 100% x Bobot indikator yang
bersangkutan
- Baik (B) : skor = 80% x Bobot indikator yang bersangkutan
- Cukup (C) : skor = 50% x Bobot indikator yang bersangkutan
- Kurang (K) : skor = 20% x Bobot indikator yang bersangkutan
112
Definisi untuk masing-masing kategori penilaian secara umum adalah
sebagai berikut :
- Baik sekali : Sekurang-kurangnya mencapai standar normal atau
diatas normal baik diukur dari segi kualitas (waktu, mutu dan
sebagainya) dan kuantitas (produktivitas, rendemen dan
sebagainya).
- Baik : Mendekati standar normal atau sedikit dibawah standar
normal namun telah menunjukkan perbaikan baik dari segi kuantitas
(produktivitas, rendemen dan sebagainya) maupun kualitas (waktu,
mutu dan sebagainya).
- Cukup : Masih jauh dari standar normal baik diukur dari segi
kualitas (waktu, mutu dan sebagainya) namun kuantitas
(produktivitas, rendemen dan sebagainya) dan mengalami
perbaikan dari segi kualitas dan kuantitas.
- Kurang : Tidak tumbuh dan cukup jauh dari standar normal
112
5. Mekanisme Penilaian
a. Penetapan indikator dan penilaian masing-masing bobot
- Indikator aspek operasional yang digunakan untuk penilaian
setiap tahunnya ditetapkan oleh RUPS untuk PERSERO
atau Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk PERUM pada
pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) Tahunan perusahaan.
- Sebelum pengesahan RKAP tahunan oleh RUPS untuk
PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM,
Komisaris/Dewan Pengawas wajib menyampaikan usulan
tentang indikator aspek operasional yang digunakan untuk
penilaian tahun buku yang bersangkutan dan besar bobot
masing-masing indikator tersebut kepada Pemegang Saham
untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM.
112
Lanjutan...
113
“
3. ASPEK
ADMINISTRASI
1133
1. Total bobot
- BUMN INFRASTRUKTUR (Infra) 15
- BUMN NON INFRASTRUKTUR (Non infra) 15
2. Indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya Dalam penilaian aspek administrasi,
indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya adalah seperti pada tabel 10 di bawah
ini.
113
113
1. Metode Penilaian
a. Laporan Perhitungan Tahunan
- Standar waktu penyampaian perhitungan tahunan
yang telah diaudit oleh akuntan publik atau Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan harus
sudah diterima oleh Pemegang Saham untuk
PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM
paling lambat akhir bulan kelima sejak tanggal tutup
buku tahun yang bersangkutan.
- Penentuan nilai.
113
Contoh Perhitungan :
Laporan audit terhadap laporan perhitungan tahunan BUMN PT "A"
(periode tahun buku 1/1/1997 sampai dg 31/12/1997) diterima oleh
Pemegang Saham (sesuai tanggal agenda diterima) pada tanggal 2 Mei
1998. Sesuai tabel 11 di atas, nilai PT "A" untuk ketepatan waktu
penyampaian laporan perhitungan tahunan adalah 2.
113
b. Rancangan RKAP
- Sesuai ketentuan pasal 13 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 12 tahun 1998, pasal 27 ayat 2
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 1998, RUPS
untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM
dalam pengesahan rancangan RKAP tahunan harus
sudah diterima 60 hari sebelum memasuki tahun
anggaran yang bersangkutan.
- Penentuan nilai.
113
Contoh Perhitungan :
- Contoh 1:
Tahun anggaran BUMN PT "A" dimulai 1/1/1999. Rancangan RKAP
BUMN PT "A" diterima oleh Pemegang Saham (sesuai tanggal
agenda diterima) tanggal 29 Oktober 1998. Sesuai tabel 12 di atas
pada butir pertama di atas, nilai PT "A" untuk ketepatan waktu
penyampaian rancangan RKAP adalah 3.
- Contoh 2:
Tahun anggaran BUMN PT "A" diterima oleh Pemegang Saham
(sesuai tanggal agenda diterima) tanggal 5 Desember 1998. Sesuai
tabel 12 di atas pada butir kedua di atas, nilai PT "A" untuk
ketepatan waktu penyampaian rancangan RKAP adalah 0.
114
c. Laporan Periodik
- Waktu penyampaian laporan. Laporan
periodik Triwulanan harus diterima oleh
Komisaris/Dewan Pengawas dan
Pemegang Saham untuk PERSERO atau
Menteri BUMN untuk PERUM paling lambat
1 (satu) bulan setelah berakhirnya periode
laporan.
- Penentuan nilai.
114
Contoh Perhitungan :
Laporan periodik Triwulanan PT "S" periode anggaran 1 Januari sampai
dengan 31 Desember untuk tahun penilaian diterima Pemegang Saham
untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM masing-masing
sebagai berikut:
114
- Perhitungan jumlah hari keterlambatan
• Triwulan I 4
• Triwulan II 0
• Triwulan III 0
• Triwulan IV 9
Jumlah hari keterlambatan 13 sehingga mendapatkan nilai 2.
Catatan: Laporan periodik sekurang-kurangnya terdiri dari:
1)Laporan pelaksanaan RKAP
2)Laporan pelaksanaan Proyek Pengembangan
3)Laporan pelaksanaan Anak Perusahaan
4)Laporan pelaksanaan penugasan (jika ada)
5)Laporan pelaksanaan PUKK
d. Kinerja Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi
(PUKK)
- Indikator yang dinilai.
114
- Metode penilaian masing-masing indikator.
d.1. Efektivitas penyaluran dana.
Rumus : Jumlah dana yang disalurkan x 100%
Jumlah dana yang tersedia
Definisi :
- Jumlah dana tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam tahun yang
bersangkutan yang terdiri atas:
• Saldo awal
• Pengembalian pinjaman
• Setoran eks pembagian laba yang diterima dalam tahun yang bersangkutan (termasuk
alokasi dari dana PUKK BUMN lain, jika ada)
• Pendapatan bunga dari pinjaman PUKK
- Jumlah dana yang disalurkan adalah seluruh dana yang disalurkan kepada usaha kecil
dan koperasi dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri dari hibah dan bantuan
pinjaman, termasuk dana penjaminan (dana yang dialokasikan untuk menjamin
pinjaman usaha kecil dan koperasi kepada Lembaga Keuangan).
114
d.2. Tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman.
Rumus : Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK x 100%
Jumlah pinjaman yang disalurkan
Definisi :
- Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK adalah perkalian antara
bobot kolektibilitas (%) dengan saldo pinjaman untuk masing-masing kategori
kolektibilitas sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan.
Bobot masing-masing tingkat kolektibilitas adalah sebagai berikut:
- Lancar 100 %
- Kurang lancar 75 %
- Ragu-ragu 25 %
- Macet 0%
- Jumlah pinjaman yang disalurkan adalah seluruh pinjaman kepada Usaha Kecil
dan Koperasi sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan.
114
“
LAIN-LAIN
1147
1. Dalam penilaian tingkat kesehatan BUMN, Direksi
diberikan opsi untuk tidak memperhitungkan
proyek/investasi pengembangan yang sudah dinyatakan
operasi komersial menurut stanar Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan atau standar umum yang berlaku
untuk BUMN tersebut selama 2 (dua) tahun apabila: a.
Dalam 2 tahun sejak operasi komersial, proyek/investasi
pengembangan dimaksud, belum mencapai utilisasi
sebesar 60 %, atau; b. Periode operasi komersial
dengan utilisasi di atas 60 % dalam satu tahun penilaian
kurang dari 9 bulan.
114
2. Dalam hal proyek/investasi pengembangan tersebut tidak
diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan, maka
Direksi harus memisahkan secara tegas laporan
keuangan yang meliputi Neraca, Laba/Rugi dan Aliran
Kas untuk proyek/investasi pengembangan dimaksud dari
laporan keuangan perusahaan. Selanjutnya perhitungan
tingkat kesehatan hanya didasarkan laporan keuangan
perusahaan di luar laporan keuangan proyek/investasi
pengembangan.
114
GCG
115
1. PENGERTIAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
115
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) sebagai
berikut:
“Corporate governance is the system by which business corporations are directed and
control. The corporate governance structure specifies the distribution of right and
responsibilities among different participant in the corporation, such as the board, the
managers, shareholders and other stakeholder, and spells out the rule and procedure for
making decision on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through
which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and
monitoring performance”.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:24) :
“Corporate Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses
pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian
kepada stakeholders, karyawan dan masyarakat sekitar”
115
Sukrisno Agoes (2011:101) mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik (GCG)
adalah :
“sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi,
pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang
baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan
perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya”
Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor Kkep-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang
penerapan praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN):
“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dengan nilai etika”
115
KESIMPULAN :
115
2. Prinsip-prinsip GCG yang disusun Komite
Nasional Kebijakan Governance (2006) dalam
Subramanyam dkk (2008):
1. Keterbukaan ( transparansi)
2. Akuntabilitas ( accountability )
3. Pertanggungjawaban ( responsibility )
4. Profesional ( professional)
5. Kewajaran ( fairness )
115
1. Transparansi (Transparency)
115
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip transparansi menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) tersebut antara lain :
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi; tetapi tidak terbatas padavisi dan misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali,kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian
internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting
yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.
115
2. Akuntabilitas (Accountability)
115
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip akuntabilitas menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) tersebut antara lain :
1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ
perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai
perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan.
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semuakaryawan
mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam
pelaksanaan GCG.
3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yangefektif dalam
pengelolaan perusahaan.
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang
konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system).
5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan
semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of
conduct) yang telah disepakati.
115
3. Responsibilitas (Responsibility)
116
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip responsibilitas menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) tersebut antara lain :
116
4. Independensi (Independency)
116
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip independensi menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) tersebut antara lain :
116
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
116
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip kewajaran dan kesetaraan
menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006)
tersebut antara lain :
116
3. Tujuan Penerapan Prinsip Good
Corporate Governance
Tujuan penerapan prinsip GCG secara konkret
menurut OECD (2004:3),
116
Tujuan dari Good Corporate Governance pada BUMN
berlandaskan Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/M-
MBU/2002 pasal 4, antara lain :
116
Sedangkan tujuan dari Good Corporate Governance
menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:40) adalah :
116
KESIMPULAN
Dengan demikian, penerapan pelaksanaan prinsip GCG
secara optimal akan mampu mendorong peningkatan kinerja
perusahaan yang ada, dan akan memberikan nilai tambah bagi
semua pihak yang terkait dengan perusahaan. Serta tujuan good
corporate governance adalah penerapan sistem GCG yang
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak
berkepentingan (stakeholders) dalam jangka panjang dan
melindungi para pemegang saham serta pengelola perusahaan atau
manajemen perusahaan. Untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kerja serta manajemen organisasi, kemudian peningkatan
kualitas hubungan antara stakeholders dengan manajemen
perusahaan.
116
4. Manfaat Penerapan Good Corporate
Governance
Berbagai keuntungan yang diperoleh dengan penerapan
CG dapat disebut antara lain (Maksum, 2005:8):
117
◎ Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut pada
poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikan nilai saham mereka dan juga nilai
dividen yang akan mereka terima. Bagi Negara ini juga akanmenaikan jumlah pajak
yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan
penerimaaan Negara dari sektor pajak.
◎ Karena dalam praktik GCG karyawan ditempatkan sebagai salah satu stakeholder
yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan
kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.
◎ Dengan baiknya pelaksanaan CG, maka tingkat kepercayaan para stakeholders
kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif perusahaan akan naik. Hal
ini tentu saja dapat menekan biaya (cost) yang timbul akibat tuntutan stakeholders
kepada perusahaan.
◎ Penerapan CG yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan
perusahaan. Manajemen cendrung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap
laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan
prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan.
117
Dengan melaksanakan Corporate Governance menurut
Amin Widjaja Tunggal (2012:39) ada beberapa manfaat
yang akan diperoleh, antara lain :
117
3) Meminimalkan cost of capital, perusahaan yang baik dan sehat akan
menciptakan suatu referensi positif bagi para kreditur. Kondisi ini
sangat berperan dalam meminimalkan biaya modal yang harus
ditanggung bila perusahaan akanmengajukan pinjaman, selain itu
dapat memperkuat kinerja keuangan juga akan membuat produk
perusahaan akan menjadi lebih kompetitif.
4) Mengangkat nilai perusahaan, citra perusahaan merupakan faktor
penting yang sangat erat kaitannya dengan kinerja dan keberadaan
perusahaan tersebut dimata masyarakat dan khususnya para
investor. Citra suatu perusahaan kadang kala akan menelan biaya
yang sangat besar dibandingkan dengan keuntungan perusahaan itu
sendiri, guna memperbaiki citra tersebut.
117
KESIMPULAN
2. • Faktor Eksternal
117
1. Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktik GCG yang
berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:
a) Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b) Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c) Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar GCG.
d) Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e) Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
117
2. Faktor Eksternal
Yang dimaksud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar
perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG, di antaranya:
117
Lanjutan…
117
6. Dasar hukum penilaian mandiri atas Penerapan
Tata Kelola Perusahaan (GCG) pada BUMN :
117
Menurut Pasal 44 (1) Permen BUMN 01/2011, BUMN
wajib melakukan pengukuran atas kualitas penerapan GCG
yang dilaksanakan berkala setiap 2 (dua) tahun dalam 2
bentuk yaitu
1) penilaian (assessment) atas pelaksanaan GCG dan
2) evaluasi (review) atas tindak lanjut atas rekomendasi
perbaikan dari hasil penilaian sebelumnya. Pada
prinsipnya yang melakukan evaluasi adalah BUMN itu
sendiri (penilaian mandiri), sedangkan pelaksanaan
penilaian dilakukan oleh penilai independen yang
kompeten dan harus ditunjuk oleh Dewan Komisaris.
118
7. Indikator/parameter penilaian dan
evaluasi atas penerapan GCG pada BUMN
Berdasarkan SK Sekmen BUMN Nomor SK-16/S.MBU/2012 bahwa
terdapat 6 (enam) indikator parameter penilaian dan evaluasi atas
penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) yaitu:
1) Komitmen terhadap penerapan GCG yang berkelanjutan (7%)
2) Pemegang saham dan RUPS (9%)
3) Dewan Komisaris (35%)
4) Direksi (35%)
5) Pengungkapan dan keterbukaan informasi (9%)
6) Faktor lainnya (5%)
118
Berdasarkan penilaian atas penerapan GCG, berikut ini
adalah kategori kualitas penerapan GCG di BUMN:
118
Parameter I : Komitmen terhadap Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik Secara Berkelanjutan
118
Parameter III : Dewan Komisaris/Direksi
118
Lanjutan Parameter III:
118
Parameter IV : Direksi
118
Lanjutan Parameter VI:
118
Parameter V : Pengungkapan Informasi dan Transparansi
118
Parameter VI : Aspek Lainnya
119
8. Pihak Yang Berperan Dalam Good
Corporate Governance
Pengelolaan perusahaan (corporate governance) itu sendiri dapat
diartikan secara luas pada literatur yang ada dan terbatas. Secara terbatas,
istilah tersebut berkaitan dengan hubungan antara Manajer, Direktur, Auditor,
dan Pemegang Saham. Sedangkan secara luas istilah pengelolaan
perusahaan dapat meliputi kombinasi hukum, peraturan, aturan pendaftaran
dan praktik pribadi yang meningkatkan perusahaan menarik modal masuk,
memiliki kinerja yang efisien, menghasilkan keuntungan, serta memenuhi
harapan masyarakat secara umum dan sekaligus kewajiban hukum.
Keberadaan organ-organ tambahan tersebut memiliki fungsi dan tanggung
jawab yang berkaitan dengan pelaksanaan good corporate governance
(Pandya, 2011).
119
Organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG (Sukrisno,
2011:109), yaitu :
• Sekretaris Perusahaan
3). (Corporate Secretary)
119
1). Komisaris dan Direktur Independen
119
Lanjutan...
119
2). Komite Audit
119
3). Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary
119
Lanjutan...
119
SUMBER MATERI:
◎ Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik
Negara.
119
Sekian...
Terima Kasih