Anda di halaman 1dari 1200

Hello!

Nensi Febriani
7211416094
Akuntansi B 2016
DAFTAR ISI
Identitas =1 Bab 7 = 479-567
Daftar Isi =2 Bab 8 = 568-612
Bab 1 = 3-65 Bab 9 = 613-700
Bab 2 = 66-151 Bab 10 = 701-803
Bab 3 = 152-232 Bab 11 = 804-903
Bab 4 = 233-286 Bab 12 = 904-1077
Bab 5 = 287-380 Bab 13 = 1078-1199
Bab 6 = 381-478 Terima Kasih = 1200
AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB 1 : KONSEP DAN


KARAKTERISTIK SERTA KEGUNAAN
AKUNTANSI MANAJEMEN
Tujuan Pembelajaran:
◉ Mengetahui konsep dan karakteristik akuntansi
manajemen
◉ Untuk mengetahui perkembangan akuntasi
manajemen sebagai suatu informasi
◉ Untuk mengetahui manfaan akuntasi manajemen
terhadap kebutuhan manajemen dalam membuat
keputusan
A.
KONSEP
AKUNTANSI
MANAJEMEN
1.

HARIADI (2002:1) MULYADI (2001:3-2)


Akuntansi Manajemen Akuntansi Manajemen
adalah proses identifikasi, adalah suatu sistem
oengukuran, pengumpulan pengolahan informasi
analisis, pencatatan, keuangan yang digunakan
interpretasi, dan pelaporan untuk menghasilkan
kejadian-kejadian ekonomi informasi keuangan bagi
suatu badan usaha kepentingan pemakai intern
organisasi.
Lanjutan...
SIMAMORA (1999:3) ABDUL HALIM dan
BAMBANG SUPOMO
(1990:3)
Akuntansi Manajemen
adalah informasi yang Akuntansi Manajemen
dibutuhkan oleh para adalah suatu kegiatan/
manajer guna memntukan proses yan menghasilkan
bagaimana sumber-sumber informasi keuangan bagi
daya yang diperoleh dan manajemen untuk
digunakan dalam setiap pengambilan keputusan
jenis bisnis baik berskala ekonomi dalam
kecil maupun besar. melaksanakan fungsi
manajemen.
Lanjutan...

KESIMPULAN:
Akuntansi Manajemen adalah proses
identifikasi, pengukuran, pengumpulan,
analisis, pencatatan, dan pelaporan kejadian
untuk menghasilkan informasi keuangan bagi
suatu badan uasaha atau pemakai intern
organisasi.
2.
Menurut Dou R. Hansen; Maryanne M
Mowen, 1997:10-11
Kebanyakan prosedur kalkulasi biaya produk dan akuntasi manajemen yang
digunakan abad 19 dikembangkan antara tahun 1880 dan 1925. Sampai tahun 1914
menekankan pada kalkulasi biaya produk manajerial, menelusuri profitablitas perusahaan
ke masing-masiang produk dan menggunkaan informasi ini untuk pengambilan keputusan
strategis. Namun pada tahun 1925, perkembangan ini bergeser seiring dengan munculnya
pendekatan kalkulasi biaya persediaan, pembebanan biaya manufaktur ke produk sehingga
biaya persediaan dapat dilaporkan pada pengguna eksternal laporan keuangan
perusahaan.
Beberapa usaha untuk meningkatkan kegunaan manajerial dari sistem biaya
dilakukan pada tahun 1950-an dan 1960-an. Namun usaha-uasha untuk memperbaiki
sistemtersebut pada dasarnya berpusat pada pemberian informasi akuntansi keuangan
yang lebih berguna bagi penggunaannya dari pada pembuatan seperangkat informasi dan
prosedur baru yangb terpisah dari sistem pelaporan eksternal.

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, banyak ditemukan bahwa praktek akuntasi
manajemen tradisional sudah tidak mampu lagi melayani kebutuhan manajerial. Kalkulasi
biaya produk yang lebih akurat, lebh berguna, dan yang lebih menjelaskan secara rinci
penggunaan masukan, dibutuhkan untuk memungkinkan manajer meningkatkan mutu,
produktifitas, dan mengurangi biaya.
Menurut Mulyadi, 1001: 19-20
Akuntansi manajemen berintikan akuntas biaya yang dikembangkan di USA
muali akhir abad 19 dan permulaan abad ke-20. pada tahap awal perkembangannya
akuntansi manajemen berorientasi pada penentuan pos produk dengan penelusuran
profitabilitas produk secara individual dan penggunaan informasi tersebut untuk
oengambilan keputusan strategik. Informasi yang dihasilkan akuntanisi manajeemn
terutama dimanfaatkan oleh pemilik yang sekaligus pemimpin perusahaan dan pemakai
intern lainnya.

Mulai tahun 1925 dengan dikembangkannya pasar modal di USA, hampir semua
usaha akuntasi manajemen untuk menghasilkan informasi bagi pemakai intern kemudian
dihentikan dan diganti dengan penentuan kos sediaan. Sehingga kos sediaan dapat
dilaporkan kepada pemakai luar dalam laporan keuangan. Perubahan orientasi akuntasi
manajemen dari penyedia informadsi bagi pemakai intern (untuk pengambilan keputusan
strategik) ke penyedia informasi keuangan bagi pihak luar perusahaan berlangsung terus
sampai dengan awak tahun 90-an.
Dalam tahun 1950-an dan 1960-an, telah dilakukan beberapa usaha untuk
memperbaiki manfaat sistem akuntasi biaya untuk kepentingan manajemen. Usaha untuk
memperbaiki manfaat sistem akuntansi biaya pada saat itu, pad hakikatnya hanya
berpusat pada bagaiaman membuat informasi akuntansi keuangan lebih bermanfaat bagi
pemakai luar, tidak ditunjukkan untuk menghasilkan informasi akuntansi yang khusus
diperuntukkan bagi kepentingan manajemen.

Metode penentuan kos produk dan praktik akuntansi manajemen yang telah
dikembangkan dan digunakan selama beberapa dekade yang lalu dalah sesuai dengan
keadaan lingkungan bisnis dan jenus pengambilan keputusan manaejmen yang terjadi
pada waktu itu. Dalam tahun-tahun terakhir ini, lingkungan bisnis yang diwarnai dengan
persaingan tingkat dunia yang tajam telah mengubah sifat ekonomi dan telah menimblkan
respon dari banyaj perusahaan, yang mengubah cara perusahaan menjalankan bisnis.
Perubahan ini menimbulkan lingkungan baru bagi akuntasi manajemen.
Menurut Sofyan Syafri Harahap,
1995:233-236

Teori akuntansi yang dibahas pada umumnya menyangkut teori akuntasi keuangan bukan
berfokus pada akuntasi manajemen. Akuntansi manajemen adalah bagian dari “common
body of knowledge”nya accounting yang harus diketahui akuntan.

Akuntansi Manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai disiplin ilmu yang lain, seperti
Accounting, Organization Theory, Behavioral Theory, Decision Theory. Pada umumnya
Akuntansi manajemen melebur dalam akuntansi itu sendiri, namun lama kelamaan sejalan
denganperkembangan ilmu pengetahuan Akuntansi dan disiplin ilmu lain yang
membantunya, ilmu Akuntansi Manajemen juga berkembang.
Untuk menggambarkan perkembangan ini, Tjandra Bachtiar mengemukakan: Akuntansi
Manajemen mengalami perkembangan pesat sekarang ini. Perkembangannya sangat
dipengaruhi oleh kemajuan ilmu dari disiplin lain, seperti Teori Ekonomi, kemajuan
teknologi dan sebagainya. Sudah banyak metode dan teknik dari disiplin lain yang dipakai
untuk memecahkan masalah Akuntansi Manajemen yang terus berkembang dan
bertambah kompleks. Hal ini berarti bahwa Akuntansi Manajemen merupakan hal yang
sudah lama dan bukan hal yang baru lagi.
KESIMPULAN:

Akuntansi manajemen pada awalnya melebur dalam akuntansi itu sendiri. Namun lama
kelamaan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan juga perkembangan
ekonomi dalam suatu perusahaan, laporan keuangan yang selama ini dipergunakan tidak
cukup.

Perkembangan akuntansi manajemen banyak dipengaruhi oleh berbagai disiplin ilmu yang
lain dan juga kemajuan teknologi. Akuntansi manajemen terjadi karena perkembangan
teknologi produksi dan teknologi informasi yang perkembangannya sangat cepat.
Akuntansi Manajemen merupakan hal yang sudah lama dan bukan merupakan hal yang
baru. Ini terbukti dari sejarahnya, yaitu: Akuntansi Manajemen pertama kali berkembang di
USA mulai akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. prosedur Akuntansi Manajemen yang
digunakan adab ke-20 dikembangkan antara tahun 1880 dan 1925. pada tahun 1914
Akuntansi Manajemen berorientasi pada penentuan kons produk, dan penggunaan
informasi tersebut untuk pengambilan keputusan strategik. Informasi yang dihasilkan
terutama dimanfaatkan oleh pemilik yang sekaligus pemimpin perusahaan dan pemakai
intern lainnya.
3.

Akuntansi adalah proses pengolahan data keuangan dengan menghasilkan


informasi keuangan yang digunakan untuk memungkinkan pengambilan
keputusan. (Mulyadi, 2000:2)

Akuntansi Manajemen sebagai suatu sistem pengolahan informasi


keuangan merupakan salah satu tipe dari 2 tipe akuntansi, akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen. Kedua tipe akuntansi ini mempunyai
karakteristik yang berlainan disebabkan karena perbedaan pemakai
informasi yang dihasilkan oleh kedua tipe akuntansi.
Perbedaan Akuntansi Keuangan
dan Akuntansi Manajemen
MULYADI (2001:3)
◍ Akuntansi Keuangan yaitu akuntansi yang mengelola informasi keuangan yang
terutama untuk memenuhi kepentingan manajemen puncak dan pihak luar
organisasi.
◍ Akuntansi Manajemen yaitu akuntansi yang mengolah informasi keuangan yang
terutama untuk memenuhi keperluan manajemen dalam melaksanakan fungsi
perencanaan dan pengendalian organisasi.

HARIADI (2002:7)
◍ Akuntansi Keuangan dirancang untuk melayani pihak luar perusahaan.
◍ Akuntansi Manajemen untuk melayani pihak intern perusahaan.
Lanjutan...

Sedangkan menurut Mulyadi, Akuntansi Manajemen dipandang dari dua sudut, yaitu
Akuntansi Manajemen sebagai salah satu tipe akuntansi dan Akuntansi Manajemen
sebagai salah satu tipe informasi.

Pengertian Akuntansi Manajemen dari sudet sebagai salah satu tipe akuntansi adalah
merupakan suatu sistem pengolahan informasi keuangan yang digunakan untuk
menghasilkan informasi keuangan bagi kepentingan pemakai intern organisasi.
Sedangkan pengertian Akuntansi Manajemen dari sudut sebagai salah satu tipe
informasi adalah merupakan tipe informasi kuantitatif yang menggunakan uang sebagai
satuan ukuran, yang digunakan untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan
pengelolaan perusahaan (Mulyadi, 2001:2-3).
KESIMPULAN:

◍ Akuntansi Keuangan : akuntansi yang mengolah informasi


keuangan guna memenuhi keperluan manajemen puncak yang
dirancang untuk melayani pihak luar perusahaan.
◍ Akuntansi Manajemen : akuntansi yang mengolah informasi
keuangan guna memenuhi keperluan manajemen dalam
melaksanakan perencanaan dan pengendalian organisasi dan
untuk melayani pihak intern perusahaan.
2.
MULYADI (2001) HARIADI (2002:4)
Untuk memahami kebutuhan manajemen 1. Sebgaai perhitungan harga pokok
dengan keahlian dalam merekayasa produksi dan biaya periode
informasi akuntanis manajemen bagi 2. Pengendalian operasional
pemenuhan kebutuhan pemakai intern
perusahaan 3. Pengendalian manajemen
4. Pengendalian strategis

SIMAMORA Tujuan akuntansi manajemen untuk


Tujuan akuntansi manajemen untuk menghasilkan informasi keuangan yang
memasok informasi kepada para manajer digunakan untuk memungkinkan
guna membantu mereka dalam mengambil pengambilan keputusan melakukan
keputusan-keputusan bisnis. pertimbangan berdasarkan informasi dalam
pengambilan keputusan. (Mulyadi, 2001:02)
Lanjutan...
(Dor R. Hansen; Maryanne M. Mowen, 1997: 04)
Tujuan akuntansi manajemen terbagi menjadi tiga yaitu:
1. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perhitungan biaya jasa, produk,
dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.
2. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian, dan
pengevaluasian.
3. Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan.

(Drs. RA. Supriyono; Drs. Bambang Riyanto, 1992:01)


Tujuan akuntansi manajemen dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tujuan
primer dan tujuan sekunder. Tujuan primer akuntansi manajemen adalah membantu
manajemen dalam pengambilan keputusan. Tujuan sekunder akuntansi manajemen adalah
membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan, menjawab masalah
bidang organisaisi, pengendalian manajemen, dan sistem kegiatan manajemen.
Lanjutan...

Perencanaan menyangkut pembuatan keputusan untuk memilih alternatif


tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Tujuan perusahanan adalah sebagai
hasil koalisi eksternal dan internal. Umumnya suatu perusahaan mempunyai beberapa
tujuan. Untuk mencapai tujuan diperlukan perencanaan strategis dan kebijaksanaan bisnis.
Perencanaan dapat digolongkan menjadi dua yaitu perencanaan jangka panjang dan
jangka pendek. Pembuatan keputusan adalah proses manajemen dalam usaha membuat
pilihan rasional diantara beberapa alternatif. Pembuatan keputusan merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi manajemen yang lain.
Lanjutan...

Dari berbagai pendapat diatas, dapat disimpulkan tujuan utama dari


akuntansi manajemen adalah membantu manajemen dalam pengambilan
keputusan organisasi, misalnya keputusan-keputusan manajemen tentang
perekrutan pegawai, pembelian bahan baku, pengembangan usaha bahan baku,
pengembangan usaha organisasi, dll.

Tujuan lainnya adalah untuk membantu manajemen memfungsikan


fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan dan pengendalian. Perencanaan
adalah hal penting dan paling awal yang dilakukan oleh suatu organisasi guna
tercapainya tujuan organisasi. Pengendalian dilakukan untuk menyesuaikan
pelaksanaan dengan rencana. Pengendalian juga digunakan untuk
mengantisipasi adnya peyimpangan dalam organisasi.
Lanjutan...

Kesimpulan: yaitu kemampuan dalam merekayasa informasi


akuntansi bagi kebutuhan pemakai intern perusahaan, akuntansi
manajemen dapat digunakan dalam perencanaan dan pengendalaian
perusahaan.
B.
KARAKTERISTIK
AKUNTANSI
MANAJEMEN
Perbedaan akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen menurut Mulyadi, (2001:6-8)

1. Dasar pencatatan 2. Fokus informasi


- Akuntansi Keuangan menggunakan - Akuntansi Keuangan digunakan untuk
prinsip akuntansi yang diterima mengolah informasi keuangan masa lalu
umum sebagai pedoman dalam untuk menggambarkan
mengolah data keunagan yang pertanggungjawaban dana yang
disajikan kepada pemakainya. diperdayakan oleh pihak luar kepada
- Akuntansi Manajemen tidak terkait manajemen suatu perusahaan.
dengan prinsip yang berterima - Akuntansi Manajemen untuk memenuhi
umum dalam pengolahan keperluan pertanggungjawaban keuangan
informasinya, karena penggunaanya kepada pihak intern maupun ekstern
adalah para manajer berbagai perusahaan serta untuk pengendalian
jenjang organisasi. aktivitas perusahaan..
3. Lingkup informasi 4. Sifat laporan yang
dihasilkan
- Akuntansi Keuangan mengolah - Akuntansi Keuangan laporan yang
dan menyajikan informasi dihasilkan umumnya berupa
keuangan perusahaan secara ringkasan dan berisi informasi yang
keseluruhan. teliti.
- Akuntansi Manajemen - Akuntansi Manajemen laporan yang
mengolah dan menyajikan dihasilkan lebih rinci dan unsur
informasi keuangan bagian- taksiran lebih dominan dalam
bagian suatu perusahaan untuk informasi yang disajikan di
memenuhi keperluan manajer dalamnya.
tertentu dalam suatu
perusahaan.
5. Keterlibatan dalam 6. Disiplin sumber
perilaku manusia
- Akuntansi Keuangan lebih - Akuntansi Keuangan hanya
mementingkan pengukuran bersumber pada satu disiplin ilmu
kejadian-kejadian ekonomi. yaitu ilmu ekonomi.
- Akuntansi Manajemen lebih - Akuntansi Manajemen memiliki dua
banyak bersangkutan dengan disiplin ilmu yaitu ilmu ekonomi dan
pengukuran kinerja manajemen psikologi sosial.
sebagai jenjang organisasi.
Perbedaan akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen menurut Simamora, (1999:13)

1. Pemakai informasi 2. Frekuensi pelaporan


- Akuntansi Keuangan: - Akuntansi Keuangan: laporan-
ditujukan kepada pemakai- laporan akuntansi keuangan
pemakai eksternal informasi (Neraca, Laporan L/R,
akuntansi Laporan Perubahan Modal)
- Akuntansi Manajemen: diterbitkan setahun sekali.
ditujukan kepada pemakai- - Akuntansi Manajemen:
pemakai internal. diterbitkan sesuai kebutuhan
manajerial.
3. Orientasi waktu
- Akuntansi Keuangan: lebih bertalian dengan pelaporan apa yang terjadi di
masa silam.
- Akuntansi Manajemen: lebih ke masa depan karena manajer yang
bersangkutan berorientasi ke masa depan yang sangat kuat.

4. Relevansi dan fleksibilitas data


- Akuntansi Keuangan: ditentukan secara objektif dan teruji.
- Akuntansi Manajemen: lebih ditentukan dengan informasi yang relevan dan
fleksibel.
5. Skema klasifikasi
- Akuntansi Keuangan: biaya-biaya
biasanya diklasifikasi berdasarkan objek
beban.
- Akuntansi Manajemen: biaya-biaya 6. Presisi informasi
diklasifikasikan berdasarkan apakah
manajer tertentu bertanggungjawab - Akuntansi Keuangan: memastikan
atau tidak terdapat biaya tertentu dan bahwa informasi yang disajikan
apakah dapat mengendalikan. terbebas dari bias pribasi pihak yang
bertanggungjawab..
- Akuntansi Manajemen: mengenali
kebutuhan dengan tidak begitu
mempermasalahkan presisi informasi.
7. Unit laporan
- Akuntansi Keuangan: unit laporannya adalah entitas ekonomi keseluruhan
organisasi.
- Akuntansi Manajemen: kurang memusatkan diri dengan keseluruhan
perusahaan.

8. Sumber disiplin ilmu


- Akuntansi Keuangan: sumber disiplin ilmu yang berkenaan dengan prinsip-
prinsip yang mengatur keputusan pengguna sumber-sumber daya yang
langka.
- Akuntansi Manajemen: melewati batas-batas dari sistem akuntansi
tradisional dan sumber dari disiplin ilmu lainnya termasuk ekonomi,
keuangan, statistik.
9. Sumber dan sifat informasi
- Akuntansi Keuangan: dikembangkan dari sistem akuntansi dasar yang
mengakap data transaksi-transaksi yang sudah selesai.
- Akuntansi Manajemen: memasukkan informasi yang tidak dijumpai dalam
sistem akuntansi keuangan.

10. Fleksibiltas laporan


- Akuntansi Keuangan: kurang mempunyai fleksibilitas karena harus mengikuti
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam penyusunan laporan
keuangan.
- Akuntansi Manajemen: mempunyai fleksibilitas yang tinggi dlam menyusun
laporan akuntansi manajemen.
11. Kandungan informasi 10. Kewajiban
- Akuntansi Keuangan: laporan - Akuntansi Keuangan: wajib bagi
keuangan untuk pihak eksternal perusahaan.
biasanya terbatas pada konsekuensi - Akuntansi Manajemen: di lain
dan rupiah dari peristiwa-peristiwa phak tidaklah wajib bagi
ekonomi. perusahaan.
- Akuntansi Manajemen: laporan
akuntansi untuk pihak internal kerap
mencakup informasi non finansial
dan juga moneter.
Hariadi,
AND TABLES TO (2002:10)
COMPARE DATA
BEDA AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN

Pihak luar: pemegang saham, kreditur, dirjen


Pemakai Pihak intern : manajer dan staf
pajak

Melaporkan prestasi perusahaan pada pihak Melaporkan pada atas apa yang telah dilakukan
Tujuan luar, adanya kontrak dengan pemilik dan bawahan, umpan balik dan pengendalian atas
kreditur kinerja pelaksana

Waktu Informasi berorientasi pada masa lalu Informasi sekarang dan berorientasi ke depan

Informasi keuangan dan non-keuangan,


Bentukinformasi Informasi keuangan informasi perhitungan fisik dan operasional,
teknologi, supplier, pelangan, dan pesaing

Objektif, dapat diaudit, dapat dipercaya, - Lebih bersifat subjektif dan penuh
Sifat informasi
konsisten, teliti pertimbangan, valid, relevan, dan akurat

- Informasi bagian per bagian atau tindakan


Ruang lingkup Informasi perusahaan secara menyeluruh
sehari-hari
Dor R. Hansen; Maryanne M. Mowen, 1997: 09

AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN

1. Fokus: eksternal 1. Fokus: internal


2. Mengikuti aturan tertentu 2. Tidak mengikuti aturan
3. Informasi keuangan bersifat objektifitas 3. Informasi keuangan dan non-keungan
4. Orientasi historis dapat bersifat objektif
5. Informasi mengenai perusahaan secara 4. Penekanan pada masa yang akan datang
keseluruhan 5. Evaluasi internal dan keputusan
6. Lebih spesifik didasarkan atas informasi yang sangat
terinci
6. Sangat luas dan multi disiplin
Sofyan Syafri Harahap, 1995:238

AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN

1. Memeriksa data untuk kepentingan ekstern 1. Memeriksa data untuk kepentingan intern
2. Membuat laporan keuangan yang diwajibkan 2. Tidak diwajibkan undang-undang
undang-undang 3. Tidak tunduk pada peristiwa akuntansi
3. Harus tunduk pada prinsip akuntansi 4. Ditentukan pada data yang relevan dan
4. Harus dapat memberikan data yang akurat fleksibel
dan tepat waktu 5. Menekankan pada masa yang akan datang
5. Menekankan pada masa lalu 6. Melihat ke bagian-bagian perusahaan
6. Melihat persoalan secara keseluruhan 7. Banyak menggunakan disiplin ilmu lain
7. Disiplin khusus dan akuntansi keuangan saja seperti keuangan ekonom, operation
8. Merupakan tujuan akhir research, decision science
8. Alat untuk menuju tujuan
Drs. Abdul Halim; Drs. Bambang Supomo, 1990:11

FAKTOR AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN

1. Pemakai informasi 1. Fokus: eksternal 1. Fokus: internal


2. Dasar penyusunan 2. Mengikuti aturan tertentu 2. Tidak mengikuti aturan
informasi 3. Informasi keuangan 3. Informasi keuangan dan
3. Fokus informasi bersifat objektifitas non-keungan dapat bersifat
4. Orientasi informasi 4. Orientasi historis objektif
5. Tipe informasi 5. Informasi mengenai 4. Penekanan pada masa
perusahaan secara yang akan datang
keseluruhan 5. Evaluasi internal dan
6. Lebih spesifik keputusan didasarkan atas
informasi yang sangat
terinci
KESIMPULAN
AND TABLES TO COMPARE DATA
BEDA AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN

Pengguna Pihak ekstern perusahaan Pihak intern perusahaan

Terikat oleh prinsip akuntansi yang diterima Terikat oleh prinsip akuntansi yang dapat
Dasar pencatatan
umum diterima umum

Informasi keuangan dan non keuangan yang Informasi keuangan dan non keuangan yang
Jenis informasi
bersifat objektif bersifat subjektif (penilaian individu)

Informasi yang dihasilkan adalah informasi Informasi yang dihasilkan adalah informasi
Orientais informasi
masa lalu masa lalu dan masa yang akan datang

- Laporan biaya (lebih spesifik pada bagian


manajemen tertentu/ bersangkutan saja,
- Laporan keuangan secara keseluruhan seperti laporan prestasi dan laporan
Isi dari akurasi laporan
- Lebih akurat analisis khusus)
- Tingkat akurasinya rendah karena ynag
penting cepat dan tepat waktu
AND TABLES TO COMPARE DATA
BEDA AKUNTANSI KEUANGAN AKUNTANSI MANAJEMEN

Fokus informasi Perusahaan secara keseluruhan Bagian-bagian di dalam perusahaan

- Berupa ringkasan dan berisi informasi


- Berisi informasi
yang diteliti
- Laporan keuangan yang dihasilkan
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh
Sifat laporan yang oleh akuntansi manajemen lebih
akuntansi keuangan lebih
dihasilkan rinci dan unsur taksiran lebih
menitikberatkan dengan memasukkan
dominan dalam informasi yang
unsur ketelitian yang relevan dengan
disajikan di dalamnya
masalah pengambilan keputusan

Lebih banyak bersangkutan dengan


Keterlibatan dalam Lebih mementingkan pengukuran
pengukuran kinerja manjemen berbagai
perilaku manusia kejadian-kejadian ekonomi
jenjang operasional

Disiplin sumber Hanya bersumber pada satu disiplin Memiliki dua disiplin sumber : ilmu
yang melandasi sumber : ilmu ekonomi ekonomi dan psikologi sosila
C.
PERKEMBANGAN PERAN
AKUNTANSI MANAJEMEN
SEBAGAI SUATU TIPE
AKUNTANSI
Peran akuntansi manajemen sebagai sistem pengolah
informasi keuangan dalam perusahaan dibagi menjadi 3
tingkat perkembangan. (Mulyadi, 2001:8-11)

2. Penarikan perhatian
1. Pencatat Skor - Akuntansi menyajikan informasi penyimpangan
- Akuntansi Manajemen mencatat pelaksanaan encana yang memerlukan perhatian
skor dan mengkomunikasikan manajemen, agar manajemen dapat merumuskan
skor kepada manajer yang tindakan untuk mencegah berlanjutnya
bersangkutan untuk penyimpangan yang terjadi.
memungkinkan manajemen
mengevaluasi pelaksanaan
rencana yang telah disusun.
3. Penyedia informasi untuk
- Sebagai pencatat skor, pemecahan masalah
informasi akuntansi mnajemen
harus bebas dari - Tahap perkembangan merupakan akibat lebih lanjut
kecenderungan penyusunan dari status perkembangan yang sebelumnya telah
untuk memihak. dicapai yaitu sebagai pencatat skor dan sebagai
penarik perhatian
Peran akuntansi manajemen menurut Samryn
(2002:18)

2. Pengarah perhatian
1. Pencatat Skor - Membantu keputusan untuk para manajer dalam
perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan
- Output dari pencatatan rutin.
skor dapat disimpan
sebagai data base dan
bila diperlukan dapat
3. Pemecahan masalah
diakses kembali pada
setiap saat dibutuhkan.
- Informasi akuntansi terutama membantu
mengidentifikasi masalah yang membutuhkan
keputusan dari para manajer, baik dalam
perencanaan jangka panjang maupun jangka pendek.
Peran akuntansi manajemen menurut Hariadi
(2002:20)

1. Menyediakan informasi bagi manajer dalam menjalankan fungsi


perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian.

2. Membantu manajer dalam mengarahkan dan pengendalian operasi


perusahaan.

3. Memotivasi manajer dan karyawan lain untuk bekerjasama guna mencapai


tujuan perusahaan.

4. Mengukur kinerja sub unit, manajer dan karyawan lain dalam orang.
KESIMPULAN:

Peran akuntansi manajemen dalam


perusahaan adalah untuk membantu
orang-orang yan bertanggungjawab
melaksanakan tujuan dalam
organisasi.
Akuntansi manajemen dipandang sebagai suatu tipe
akuntansi yang merupakan suatu proses untuk mengolah
informasi keuangan untuk memenuhi keperluan para
manajer dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas
organisasi.

1. INFORMASI KUANTITATIF
Informasi kuantitatif berperan dalam mengurangi ketidakpastian bila
dibandingkan dengan informasi non kuantitatif, sehingga umumnya dalam
pengambilan keputusan bisnis manajemen lebih bertumpu pada informasi
kuantitatif dibandingkan dengan informasi non kuantitatif.

Mulyadi, 2001: 11-15


Informasi non akuntansi

Informasi Informasi operasi


kuantitatif
Informasi
Informasi Informasi akuntansi
Informasi akuntansi keuangan
non kuantitatif
Informasi akuntansi
penuh
Informasi
akuntansi Informasi akuntansi
manajemen diferensial

Informasi akuntansi
Pertanggung jawaban
2. INFORMASI AKUNTANSI
Merupakan alat untuk berpikir manajer dalam bisnis dan untuk mengkomunikasikan pikiran-
pikiran bisnis manajer kepada bawahan dan atasannya

◍ Informasi Operasi
Merupakan bahan baku untuk mengolah tipe informasi akuntansi yang lain: informasi akuntansi
keuangan dan informasi akuntansi manajemen.

◍ Informasi Akuntansi Keuangan


Akuntansi keuangan diperlukan baik oleh manajemen maupun pihak luar perusahaan seperti
pemegang saham, banking, dan kreditur lain.

◍ Informasi Akuntansi Manajemen


Diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan 2 fungsi pokok manajemen: perencanaan dan
pengendalian kativitas perusahaan. Informasi akuntansi manajemen disajikan kepada manajer
perusahaan dalam berbagai laporan keuangan seperti anggran, laporan penjualan, laporan biaya
produksi.
TIPE INFORMASI
AKUNTANSI
MANAJEMEN
Menurut Mulyadi (2001:17-19)

◍ Informasi akuntansi penuh (full accounting information)


Informasi akuntansi penuh dapat mencakup informasi masa lalu maupun masa yang akan
datang. Informasi akuntansi mencakup informasi aktiva, pendapatan, atau biaya..

◍ Informasi akuntansi diferensial (differensial accounting information)


Informasi akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva pendapatan dan biaya
dalam alternatif tindakan tertentu dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain.

◍ Informasi akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting


information)
Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi aktiva pendapatan dan biaya
yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggungjawab atas pusat pertanggungjawaban
tertentu.
Menurut Halim (1990:7-9)

◍ Informasi akuntansi penuh (full accounting information)


Yaitu akuntansi penuh yang menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan total, biaya total,
atau aktiva total baik pada masa lalu maupun pada masa yang akan datang.

◍ Informasi akuntansi diferensial (differensial accounting information)


Yaitu informasi yang menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan biaya, dan atau aktiva
yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih dibandingkan dengan alternatif tindakan yang
lain.

◍ Informasi akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting


information)
Yaitu informasi mengenai aktiva pendapatan dan biaya yang dikaitkan dengan suatu bagian atau
unit di dalam perusahaan.
KESIMPULAN:
Ketiga tipe informasi
akuntansi manajemen
tersebut mencakup
informasi mengenai
pendapatan biaya dan
aktiva yang meliputi
informasi masa lalu atau
informasi masa yang akan
datang.
D.
MANFAAT INFORMASI
AKUNTANSI
MANAJEMEN
Menurut Mulyadi, 2001: 18
Manfaat
Tipe informasi akuntansi
manajemen
Informasi masa lalu Informasi yang akan datang

Pelaporan informasi keuangan analisis Penyusunan program.

BIG CONCEPT
kemampuan menghasilkan laba. Penentuan harga jual.
Informasi akuntansi penuh Jawaban atas pertanyaan: Berapa biaya Penentuan harga transfer.
(full accounting information) yang telah dikeluarkan untuk sesuatu, Penentuan harga jual dalam
penentuan harga jual dalam cost type perusahaan yang diatur dengan
contrac peraturan pemerintah.

Bring the attention of your


Informasi akuntansi Pengambilan keputusan pemeliharaan

accounting information)
audience over a key concept
differensial (differential Tidak ada alternatif baik jangka pendek maupun
jangka panjang.

using icons or illustrations


Informasi akuntansi
pertanggungjawaban Penilain kinerja manajer.
Penyusunan anggran
(responsibility accounting Pemotivasian manajer.
information)
Menurut Halim, 1999: 10

Manfaat
Pendapatan biaya atau
aktiva
Data masa lalu Data masa yang akan datang

BIG CONCEPT
Penuh
Laporan keuangan eksternal (khususnya
persediaan dan harga pokok penjualan). Penyusunan program.
Analisis prestasi ekonomi. Penentuan harga jual yang normal.
Penentuan harga berdasarkan kontrak.
Bring the attention of your
audience over a key concept
Diferensial Tidak ada Pemilihan alternatif

using icons or illustrations


Analisis prestasi manajer.
Pertanggungjawaban Penyusunan anggran
Memotivasi para manajer.
KESIMPULAN:
Ketiga manfaat
tersebut jelas sangat
penting karena dapat
digunakan untuk
penyusunan program,
penentuan harga jual,
penyusunan anggran,
pengambilan keputusan
dan masih banyak lagi.
E.
PERAN DAN TANGGAPAN
AKUNTANSI MANAJEMEN
DALAM KEMAJUAN
TEKNOLOGI
Kemajuan teknologi sekarang ini semakin cepat berkembang, baik
kemajuan teknologi produksi maupun teknologi informasi. Dalam
bidang produksi misalnya pemakaian komputer dalam produksi yang
dapat digunakan untuk memonitor dan mengendalikan berbagai
operasi. Dengan penggunaan komputer sejumlah besar informasi akan
cepat didapat dan dapat cepat dilaporkan pada manajer sehingga
dapat cepat disusun laporan keuangannya.
Bagian Akuntansi Manajemen harus terus berinovasi dalam setiap
kegiatan yang ada sehingga perusahaan bisa menyesuaikan dengan
cepat setiap perubahan kebutuhan costumer, sehingga informasi yang
didapat harus bisa diinformasikan secara cepat pada manajer. Dengan
informasi yang didapat dengan cepat maka manajer dapat memberi
informasi, sehingga dengan cepat kebijakan dapat segera diambil.
TAMBAHAN.
CONTOH PENERAPAN TIPE
INFORMASI
AKUNTANSI MANAJEMEN
Penerapan akuntansi manajemen
dalam pengambilan keputusan
Nilai dari sebuah informasi dalam proses pengambilan keputusan
adalah sangat berharga, karena hanya dengan informasi yang baik dan be
nar seorang manajer dapat mengambil keputusan yang dapat memeberika
n keuntungan bagi perusahaan pada masa yang akan datang. Pada umum
nya pengambilan keputusan akan lebih baik jika didasarkan atas analisa d
engan penilaian yang cermat dari pada keputusan yang hanya didasarkan
atas analisa dan penilaian yang cermat dari pada keputusan yang hanya di
dasarkan atas intuisi. Informasi yang digunakan manajemen dalam penga
mbilan keputusan terdiri dari informasi kuantitatif yaitu informasi yang berk
aitan dengan fakta yang dapat dikuatitatifkan satuannya.
Keputusan jangka pendek yang sering diam
bil oleh pimpinan perusahaan
adalah :
a. Keputusan apakah membuat sendiri jenis produk dan mem
beli dari perusahaan lain
Pimpinan PT. ANDO dihadapkan pada persoalan apakah
membuat sendiri suku cadang atau membeli dari supplier lain. keb
utuhan suku cadang tersebut berjumlah 100.000, sedangkan lapor
an produksi yang diperhitungkan untuk menghasilkan kebutuhan s
uku cadang tersebut adalah sebagai berikut :
CONTOH
b. Keputusan Menjual sekarang alan memproses
lebih lanjut suatu produk
Dalam pengambilan keputusan menjual sekarang atau mempr
oses lebih lanjut suatu produk biasanya menggunakan biaya kesempat
an (opportunity cost). Biaya kesempatan adalah pendapatan atau peng
hematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tert
entu. Misalnya PT. ANDO dihadapkan pada persoalan memilih apakah
menjual sekarang produk A atau memproses lebih lanjut menjadi produ
k B. PT. ANDO mempunyai kapasitas produksi 10.000 unit, harga jual p
roduk A Rp.4.500 per unit dengan harga pokok Rp.3.000 per unit. Jika
produk A diproses lebih lanjut menjadi produk B diperlukan biaya tamba
han Rp. 1.500 per unit berupa biaya variabel (bahkan upah, bahan pem
bantu). Harga jual produk B Rp.7.500 per unit.
- AKUNTANSI MANAJEMEN -
PENDAHULUAN
Dalam kemajuan perekonomian secara saling berkaitan
satu sama lain dengan pesatnya perkembangan kemajuan
perekonomian secara mikro, batas-batas antar negara semakin
transparan begitu juga dengan hubungan antar bidang
pengetahuan seperti ekonomi, teknologi, politik sosial dan
budaya serta lingkungan usaha semakin erat satu sama lain
dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, kebutuhan akan
informasi yang lebih sempurna terasa lebih mendesak, terlebih
lagi dalam bidang ekonomi khususnya akuntansi manajemen.
Dalam hal akuntansi manajemen sebagai tipe informasi,
manfaat yang dapat diambil adalah konsep dan kegunaan informasi
tersebut salah satunya adalah informasi akuntansi penuh. Dimana
informasi manajemen dihubungkan dengan obyek informasi yang
berupa keatuan usaha, departemen atau aktivitas.Konsep informasi
akuntansi penuh perlu dipahami untuk memperoleh pengertian yang
benar mengenai informasi tersebut sehingga dapat dibedakan
konsep informasi akuntansi penuh dengan konsep informasi yang
lain. pemahaman informasi akuntansi penuh merupakan dasar untuk
mempelajari pemanfaatan informasi akuntansi tersebut dan
perekayasaannya. Informasi akuntansi penuh mencakup seluruh
informasi aktiva pendapatan dan atau biaya.
(Mulyadi: 2001: 48)
Informasi akuntansi penuh dapat berisi informasi masa
yang lalu dan informasi masa yang akan datang. Informasi
akuntansi penuh yang berisi informasi masa yang lalu
bermafaat untuk pelaporan informasi keuangan kepada
manajemen puncak dan pihak luar perusahaan, analisis
kemampuan untuk menghasilkan lab, pemberian jawaban atas
pertanyaan berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk
sesuatu, dan penentuan harga jual dalam cost type contract.
Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi yang akan
datang bermanfaat untuk penyusunan program, penentuan
harga jual normal, penentuan harga transfer dan penentuan
harga jual yang diatur dalam peraturan pemerintah.
Untuk memenuhi kebutuhan manajemen, perekayasaan informasi
akuntansi penuh memerlukan identifikasi aktiva, pendapatan dan biaya
langsung yang bersangkutan denga objek informasi tertentu dan
pembebanan secara adil aktiva, pendapatan dan biaya tidak langsung
kepada berbagai objek informasi yang bersangkutan.
Metode pembebanan biaya yang digunakan untuk perekayasaan
akuntansi penuh dapat dibagi menurut tujuan pemanfaatan informasi
akuntansi penuh yaitu:
a. Pembebanan biaya tidak langsung untuk penyediaan informasi bagi
pengambilan keputusan manajamen.
b. Pembebanan biaya tidak langsung untuk pelaporan keuangan kepada
pihak luar perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa
informasi akuntansi penuh sebagai salah satu tipe
informasi akuntansi manajemen dengan segala
permasalahannya seperti konsep manfaat dan
rekayasanya sangatlah penting untuk diketahui. Setelah
mengetahui konsep, karakteristik, dan perkembangan
akuntansi manajemen, selanjutnya dalam bab ini akan
dibahas mengenai informasi akuntansi penuh secara
lebih mendalam mengenai konsep, manfaat, dan
perekayasaanya.
TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan dari pembelajaran ini adalah


untuk mengetahui konsep, manfaat dan
perekayasaan informasi akuntansi penuh.
KONSEP INFORMASI AKUNTANSI
1 PENUH

SUB BAB MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI


2 PENUH
PEMBAHASAN
REKAYASAN INFORMASI AKUNTANSI
3 PENUH
A. KONSEP INFORMASI
AKUNTANSI PENUH
Abdul Halim (2000: 7 -8) Mulyadi (2001: 48) Hariadi (2002: 39-40)

Suatu informasi yang Seluruh pendapatan yang Infomasi tentang semua


menyajikan mengenai diperoleh dan atau seluruh biaya langsung dan tidak
pendapatan total, biaya sumber yang dikorbankan langsung, yang tidak
total dan atau aktiva total suatu objek informasi dibebankan pada objek
baik pada masa itu biaya penuh.
maupun pada masa yang
akan datang

75
A.2. Beda Full Accounting Information, Full Cost, dan Full Costing
Full Accounting Information
terdiri dari unsur full asset,
full revenues, dan atau full
cost.

Full costing merupakan salah


satu metode penentuan cost Full cost merupakan total
produk yang membebankan
seluruh biaya produksi yang
biaya yang bersangkutan
berperilaku variabel maupun dengan objek informasi
tetap.
B. MANFAAT INFORMASI
AKUNTANSI PENUH
Mulyadi (2001:56)
1. Pelaporan keuangan
2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitabilty analysis)
3. Jawaban atas pertanyaan “Berapa yang telah untuk sesuatu?”
4. Penentuan harga jual dalam coct type contract
5. Penentuan harga jual normal
6. Penentuan harga jua transfer
7. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah
8. Penyusunan program
Hariadi (2002: 42)
• Menghitung harga pokok produksi dan peresdiaan yang teliti
untuk disajikan dalam laporan keuangan yang ditunjukkan pada
pihak luar perusahaan.
• Untuk membantu manajemen dalam menjalankan fungsi
perencanaan dan pengendalian.
• Untuk membantu manajamen menjalankan fungsi pengambilan
keputusan.
Mahfudz (2002: 26)
Manfaat akuntansi penuh adalah sebagai catatan
keseluruhan akuntansi yang diringkas dalam laporan
keuangan akuntansi yang dapat membantu mangulang
kembali transaksi yang sudah berjalan dan bisa
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
manajemen.
KESIMPULAN
Informasi akuntansi penuh memiliki
berbagai manfaat yang dapat
membantu manajemen dalam
pengambilan keputusan
manajerialnya terutama dalam hal
pemenuhan informasi akuntansi
secara keseluruhan dalam hal
aktiva, pendapatan dan biaya.

81
B. 1. Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Pelaporan keuangan untuk pihak luar. Pelaporan ini terikat pada prinsip akuntansi
yang lazim.
2. Pelaporan keuangan kepada manajemen puncak perusahaan. Pelaporan ini tidak
terikat pada prinsip akuntansi yang lazim. Pelaporan keuangan memerlukan informasi
akuntansi penuh yang berupa informasi masa lalu adapun laporan keuangan pokok
yang harus dibuat tiap tahunnya adalah neraca dan laporan laba rugi.
Pendapatan Penuh dan Biaya Penuh (dengan Pendekatam Variabel Costing) yang Disajikan dalam Laporan
Rugi – Laba untuk Manajemen Puncak (Mulyadi, 2001: 55-57)
Pendapatan penjualan kepada pihak luar Rp. 10.000.000
Pendapatan penjualan antar divisi Rp. 2.500.000
Pendapatan penuh Rp. 12.500.000
Biaya Variabel:
Biaya produksi variabel Rp. 4.000.000
Biaya adm dan umum variabel Rp. 500.000
Biaya pemasaran variabel Rp.1.500.000
Tital biaya variabel Rp. 6.000.000
Laba kontribusi Rp. 6.500.000
Biaya Tetap:
Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000
Biaya adm dan umum tetap Rp. 500.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 1.000.000
Alokasi biaya kantor pusat Rp. 1.000.000
Total Biaya Tetap Rp. 3.500.000
Laba bersih divisi Rp. 3.000.000
B. 2. ANALISIS KEMAMPUAN MENGHASILKAN LABA (PROFITABILITY ANALYSIS)

Analisis kemampuan menghasilkan laba dapat diterapkan dalam berbagai objek


informasi yaitu produk keluarga (product line), aktivitas atau unit organisasi.

Analisis kemampuan menghasilkan laba ditujukan untuk mendeteksi penyebab


timbulnya laba atau rugi yang dihasilkan oleh suatu objek informasi dalam periode
akuntansi tertentu. (Mulyadi, 1997: 59)

Dalam perusahaan yag menghasilkan berbagai macam produk manajemen


memadukan informasi akuntansi penuh untuk memungkinkan manajemen melakukan
analisis kemampuan setiap produk dalam menghasilkan laba.
CONTOH

Manajer perusahaan PT Y memerlukan informasi untuk


memehami kemampuan tiga macam produknya dalam menghasilkan
laba. Dari hasil analisis ini diharapkan manajer tersebut mampu
memahami sumber yang menyebabkan timbulnya laba atau rugi yang
dihasilkan oleh setiap produk yang diproduksi dan dipasarkan oleh
perusahaan. Laporan rugi laba menurut produk PT Y untuk tengah
tahun pertama tahun 19X2 disajikan dibawah ini:
Keterangan Produk A Produk B Produk C Total
Pendapatan penjualan biaya Rp. 10.000 Rp. 20.000 Rp. 30.000 Rp. 60.000
penuh untuk:
Desain dan pengembangan Rp. 1.500 Rp. 2.000 Rp. 1.000 Rp. 5.000
produk
Biaya produk:
Facility sustaining activity costs Rp. 1.000 Rp. 4.000 Rp. 9.000 Rp. 14.000
Product sustaining activity Rp. 500 Rp. 3.000 Rp. 6.000 Rp. 10.000
costs
Batch related activity costs Rp. 600 Rp. 5.000 Rp. 2.000 Rp. 8.600
Unit level activity cost Rp. 4.200 Rp. 6.800 Rp. 10.500 Rp. 24.000
Dukungan logistik Rp. 800 Rp. 1.200 Rp. 500 Rp. 2.000
Jumlah biaya aktifitas Rp. 8.600 Rp. 22.000 Rp. 29.000 Rp. 59.600
Laba (rugi) per produk Rp. 1.400 Rp. 2.000 Rp. 1.000 Rp. 400
Dari analisis kemampuan menghasilkan laba menurut produk manajemen akan
memperoleh informasi akuntansi sumber-sumber penyebab timbulnya laba atau rugi dari
tiap-tiap produk yang diproduksi perusahaan.

Biaya penuh masing-masing produk digolongkan menurut empat kelompok aktivitas


yaitu: aktivitas mempertahankan fasilitas, aktivitas mempertahankan produk aktivitas yang
bersangkutan dengan, batch produk dan aktivitas yang bersangkutan dengan unit yang ini,
manajemen akan mudah memperoleh informasi konsumsi sumber daya oleh setiap
aktivitas untuk memproduksi dan memasarkan produk.
Untuk mengukur kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan atau
suatu pusat laba dalam perusahaan biasanya digunakan alat ukur yaitu:
Kembalian Investasi Return on Investment (ROI) atau Residual Income
(RI):

𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ −𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ


Kembalian Investasi :
𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ

Residual income: laba bersih – beban modal


Residual income dihitung dengan mengurangi laba bersih dengan beban
modal seperti terlihat dalam perhitungan berikut ini:
Pendapatan penuh Rp. Xx
Biaya penuh Rp. Xx
Laba bersih Rp. Xx
Beban modal = y% x aktiva penuh Rp. Xx

Residual income Rp. xx


Contoh soal

Divisi Produk Konsumen merupakan salah satu dari


tiga divisi yang dimiliki oleh PT A. Aktiva penuh
divisi tersebut pada tanggal 31 Januari 2000 adalah
Rp. 2.000.000.000. beban modal atas investasi
dalam aktiva tersebut sebesar 10%. Pendapatan
penuh yang diperoleh divisi tersebut dalam tahun
2000 adalah Rp. 1.800.000.000, sedangkan biaya
penuh yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan tersebut adalah Rp. 1.200.000.000.
Kemampuan divisi produk konsumen diukur
dengan cara menghitung tarif kembalian investasi
atau residual income sbb:
Penggunaan Residual Income dipengaruhi oleh 4 faktor:
1. Konsep laba yang digunakan
2. Komponen untuk menghitung laba
3. Komposisi aktiva yang diperhitungkan dalam Investment Base
4. Penilaian aktiva

Tedapat 4 pengertian laba yang tersedia untuk mengukur laba divisi


sbb:
1. Laba kontribusi divisi (division contribution margin)
2. Laba terkendah (division controllable profit)
3. Laba lansung divisi (division direct profit)
4. Laba bersih divisi (division net profit)
Diantara berbagai konsep divisi tersebut, konsep
laba bersih divisi adalah yang paling cocok
digunakan untuk kepentingan pengukuran
kemampuan menghasilkan laba divisi karena
didalamnya telah diperhitungkan informasi biaya
penuh, sehingga mencerminkan semua faktor
penentu kemampuan menghasilkan laba divisi.
Ada 2 kriteria yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemilihan
tersebut: (1) Aktiva terebut digunakan secara langsung untuk memperoleh
pendapatan divisi, (2) Aktiva tersebut dibawah pengendalian manajer divisi.
Atas dasar kriteria tersebut manajemen puncak dapat mengambil keputusan
mengenai komponen, aktiva yang dimasukkan sebagai investasi suatu divisi
berikut ini:
1. Kas, piutang dagang, persediaan, dan aktiva tetap yang digunakan langsung
oleh divisi.
2. Aktiva divisi yang berasal dari sumber yang tidak memerlukan biaya.
3. Divisi tidak dapat dibebani dengan sebagaian aktiva kantor pusat.
4. Aktiva yang tidak digunakan secara langsung untuk memperoleh
pendapatan divisi harus dikeluarkan dari perhitungan investasi divisi.
5. Aktva yang mengangsur dalam suatu divisi, namun masih dapat
dimanfaatkan usaha divisi lain.
Laba kontribusi divisi Laba terkendali divisi Laba langsung divisi Laba bersih divisi
Hasil penjualan Rp. 19.000 Rp. 19.000 Rp. 19.000 Rp. 19.000

Biaya langsung:
Biaya variabel terkendalikan Rp. 8.500 Rp. 8.000 Rp. 8.000 Rp. 8.000
Biaya variabel tak Rp. 2.500 Rp. 2.500 Rp. 2.500
terkendalikan
Jumlah biaya variabel Rp. 10.500
Rp. 8.500
Biaya tetap terkendalikan Rp. 2.000 Rp. 2.000 Rp. 2.000
Jumlah biaya terkendalikan Rp. 10.000
Rp. 9.000
Biaya tetap tak terkendalikan Rp. 1.500 Rp. 1.500

Jumlah biaya langsung divisi Rp. 14.000


Rp. 5.000
Biaya tidak langsung:
Alokasi biaya dari kantor Rp. 2.000
pusat
Total biaya divisi Rp. 16.000
Rp. 3.000
95
CONTOH:
PT Rachmat 31 Desmber 19X1 dan data laba tahun 19X1 berikut ini:

PT. RACHMAT
Neraca 31 Desember 19X1 (dalam ribuan)
Aktiva Pasiva
Aktiva lancar bersih Rp. 90.000 Utang lancar Rp. 30.000
Aktiva tetap Rp. 100.000 Utang jk. Panjang (bunga 4%) Rp. 50.000
Akumulasi Rp. 40.000 Modal saham Rp. 70.000
depresiasi
Rp. 60.000
Jumlah aktiva Rp. 150.000 Jumlah pasiva Rp. 150.000

Kembalian investasi yang dihasilkan akan memperlihatkan kemampuan suatu


perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban pembayaran dividen dan bunga
utang jangka panjang
Perhitungan Kembalian atas modal
jangka panjang (return on
long term capital)
Jumlah (1): Rp. 120.000.000
(1) (2)
Laba bersih sebelum pajak
Ditambah biaya bunga
Utang jangka panjang Rp. 12.500.000 10,4 %
Dikurangi:
Biaya bunga
4% x Rp. 50.000.000 Rp. 2.000.000 1,7 %
Dividen
5% x Rp. 70.000.000 Rp. 3.500.000 2,9 %
Rp. 5.500.000 4,6 %
Rp. 7.000.000 5,9 %
B.3. Jawaban Atas Pertanyaan “Berapa Biaya yang Telah Dikeluarkan Untuk Sesuatu?”

Biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu berperan bagi manajemen dalam:
a. Evaluasi konsumsi sumberdaya yang dikorbankan untuk sesuatu.
b. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melongok struktur biaya perusahaan pesaing yang
digunakan untuk menghasilkan produk jasa.
c. Pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri.
d. Penentuan harga jual produk atau jasa.
e. Penyediaan kemudahan dalam menghilangkan keborosan.
f. Penyediaan informasi untuk perbaikan tingkat kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba
dengan pemantau total biaya daur hidup produk atau jasa.
g. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan tentang biaya mutu.
h. Cost reimbursement.
i. Inventory costing.
B.4. Evaluasi Konsumsi Sumber Daya
Evaluasi konsumsi sumber daya sesuatu dapat berupa produk, jasa, atau aktivitas. Informasi ini diperlukan
untuk memungkinkan manajemen melakukan evaluasi terhadap pelasanaan rencana yang telah dibuat
sebelumnya.
Biaya Produksi
Biaya produksi langsung
Bagian yang adil biaya produksi tidak langsung Rp 1.000.000
Beban produk X Rp 600.000
Contoh: misalkan produk X Total biaya produksi Rp 1.600.000
merupakan objek informasi. Biaya nonproduksi:
Untuk menjawab pertanyaan Biaya nonproduksi langsung Rp 50.000
“berapa biaya yang telah Biaya adm dan umum langsung Rp 75.000
Biaya pemasaran langsung
dikeluarkan produk X” yang
Biaya nonproduksi langsung Rp 125.000
dihitung dengan pendekatan full
costing? Biaya nonproduksi tidak langsung:
Bagian yang adil biaya adm dan umum yang Rp 100.000
menjadi beban produk X
Bagian yang biaya pemasaran yang menjadi Rp 175.000
beban produk X
Rp 275.000
Jika pendekatan variabel costing digunakan
sebagai dasar untuk menghitung biaya produk
tertentu, biaya penuh (full costing) dihitung seperti
disajikan dalam contoh berikut ini:
Contoh:
Misalkan produk y merupakan objek informasi.
Full cost yang bersangkutan dengan produk y yang
dihitung dengan pendekatan variabel costing
disajikan pada gambar:
Angka rupiah dalam ribuan
Biaya variabel:
Biaya produksi variabel Rp. 1.000.000
Biaya produksi nonvariabel:
Biaya adm dan umum variabel Rp. 200.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 300.000
Total biaya nonproduksi variabel Rp. 500.000
Total biaya variabel produk Y Rp. 1.500.000
Biaya Tetap Langsung:
Biaya produksi tetap
Biaya nonproduksi tetap langsung:
Biaya adm & umum tetap lansung Rp. 120.000
Biaya pemasaran tetap langsung Rp. 75.000
Biaya tetap langsung produk Y Rp. 195.000
Biaya Tetap Tidak Langsung:
Bagian yang adil biaya adm & umum tetap Rp. 150.000
Bagian yang adil biaya pemasaran tetap Rp. 100.000
Biaya tetap tidak langsung yang menjadi beban produk Y Rp. 250.000
Total biaya tetap yang menjadi beban produk Y Rp. 445.000
Biaya penuh produk Y Rp. 1.945.000
Jika pendekatan activity based costing
digunakan sebagai dasar untuk menghitung biaya
produk tertentu, biaya penuh dihitung seperti
disajikan dalam contoh berikut ini:
Contoh:
Misalkan produk Y merupakan objek informasi.
Full cost yang bersangkutan dengan produk Y, yang
dihitung dengan pendekatan activity based costing
disajikan pada gambar:
Angka rupiah dalam jutaan

Biaya Desain dan Pengembangan:


Biaya desain Rp. 400
Biaya pengujian produk Rp. 1.100
Rp. 1.500
Biaya Produksi:
Unit level activity costs Rp. 4.200
Batch related activity costs Rp. 600
Product sustaining activity costs Rp. 500
Facility sustaining activity costs Rp. 1.000
Total biaya produksi Rp. 6.300
Biaya Pendukung Logistik:
Biaya iklan Rp. 100
Biaya distribusi Rp. 200
Biaya garansi produk Rp. 150
Biaya adm dan umum Rp. 350
Total biaya pendukung logistik Rp. 800
Biaya penuh produk Y Rp. 8.600
Unsur Biaya Penuh Produk Y yang Dihitung dengan Pendekatan Activity
Based Costing
a) Biaya langsung Divisi X Rp. Xx
b) Bagian yang adil biaya tidak langsung yang Rp. Xx
dibebankan oleh divisi lain kepada Divisi X
c) Bagian yang adil biaya tidak langsung yang Rp. Xx
dibebankan oleh kantor pusat kepada Divisi X
Biaya penuh Divisi X Rp. xx

Jika objek informasi berupa divisi suatu perusahaan. Utnuk


menjawab pertanyaan berapa biaya suatu divisi yang
dikeluarkan pada masa uang lali, informasi biaya yang perlu
disajikan meliputi unsur biaya seperti tampak pad gambar
diatas.
B. 5. Struktur Biaya Perusahaan Pesaing

Informasi biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu diperlukan


oleh manajemen untuk membandingkan efisiensi produk tertentu dengan
efisiensi produk yang dikeluarkan oleh perusahaan lainnya. Tanpa memiliki
informasi biaya penuh yang secara cermat mencerminkan segala akivitas untuk
memproduksi dan memasarkan produknya dan manajemen perusahaan akan
menemui kesulitan didalam memahami tindakan para pesaingnya.
B. 6. Pengambilan Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri
Keputusan membeli atau membuat sendiri yang dilakukan oleh manajemen
dipicu oleh penghematan biaya dengan membuat sendiri atau penghematan biaya
dengan membeli dari pemasok luar. Jika harga beli komponen tersebut dari pemasok
luar lebih rendah dari biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk memproduksi
komponen produk tersebut, maka penghematan itu yang memicu pertimbangan
membeli atau membuat sendiri. Daripada harga beli komponen tersebut dari
pemasok luar, maka penghematan ini harus diukur apakah sebanding dengan
investasi yang dilakukan untuk fasilitas produksi tambahan dalam memproduksi
komponen produk tersebut.
B. 7. Penentuan Harga Jual Produk atau Jasa

Dalam era kompetisi yang semakin tajam, perusahaan-perusahaan


mengubah strategi pemasarannya dengan meletakkan kepuasan konsumen
sebagai prioritas pertama dalam mengarahkan kegiatan bisnis mereka.
Perusahaan harus mampu mengembangkan untuk produk atau jasa yang
bermutu dengan harga yang rendah untuk dapat tetap bertahan di pasar.
Harga jual harus ditentukan berdasarkan informasi biaya penuh produk atau
jasa yang dihitung secara cermat.
B. 8. Biaya Aktivitas Bukan Penambah Nilai
Dengan semakin mudahnya konsumen memperoleh informasi
mengenai mutu, harga dan kinerja produk dan jasa yang mereka perlukan, maka
konsumen hanya memilih produk-produk yang sesuai dengan kebutuhan meraka,
dengan harga yang terendah diantara harga berbagai produk atau jasa yang
ditawarkan oelh para produsen di pasar. Keadaan ini memaksa produsen hanya
membebani konsumen mereka dengan harga produk atau jasa yang benar-benar
wajar. Agar ini menjamin maka produsen harus senantiasa melakukan
penyempurnaan aktivitas secara berkesinambungan yang digunakan untuk
menghasilkan produk atau jasa. Pengumpulan informasi biaya penuh masa lalu
ditujukan untuk memudahkan dalam menghasilkan produk atau jasa.
Pengelolaan aktivitas memerlukan perencanaan penghilangan dan
pengurangan aktivitas bukan penambah nilai dan pemilihan serta pembagian
aktivitas penambah nilai. Manajemen memerlukan hasil pelaksanaan secara
pengelolaan aktivitas berupa biaya aktivitas penambah dan bukan penambah nilai,
sehingga mereka memperoleh umpan balik pengurangan biaya yang diperoleh dari
pelaksanaan program pengelolaan aktivitas. Umpan balik ini bermanfaat untuk
pengambilan keputusan strategis. Informasi biaya penambah dan bukan penambah
nilai dihasilkan oleh activity based responsibility accounting system
B. 9. Biaya Daur Hidup Produk dan Jasa (Product Life Cycle)
Umumnya akuntansi biaya tradisional hanya menyediakan informasi biaya
yang bersangkutan dengan produk yang diproduksi dalam periode akuntansi tertentu. Untuk
memproduksi produk diperlukan biaya riset dan pengembangan, biaya tes produksi dan
pemasaran, biaya perancangan kembali bilamana pasar mengehendaki perubahan desain dan
biaya-biaya lain untuk mempertahankan suatu produk agar tetap diperlukan oleh konsumen.
Biaya-biaya tersebut diperngaruhi oleh taksiran jumlah produk yang akan dihasilkan selain
daur hidup produk.Pengumpulan informasi biaya penuh masa lalu yang berhubungan dengan
produk tertentu selama jangka waktu daur hidup produk akan dapat memberikan kesempatan
kepada manajemen untuk memperbaiki kemampuan produk dalam menghasilkan laba.
B. 10. Biaya Mutu (Quality Cost)

Mutu dibagi menjadi 2 konsep yaitu:


1. Mutu desain: fungsi spesifikasi produk
2. Mutu kesesuaian: ukuran seberapa jauh suatu produk
memenuhi persamaan atau spesifikasi mutu yang telah
ditetapkan.

Biaya mutu adalah biaya yang bersangkutan dengan


penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan pencegahan
produk cacat.
Lanjutan...

Biaya mutu dibagi menjadi 4 kelompok:


1. Biaya pencegahan, adalah biaya telah dikeluarkan untuk mencegah produk
cacat yang dihasilakan.
2. Biaya penilaian, adalah biaya yang telah dikeluarkan untuk menentukan
apakah produk atau jasa, sesuai dengan persyaratan mutu yang telah
ditetapkan.
3. Biaya kegagalan intern, adalah biaya yang telah dikeluarkan karena terjadinya
ketidaksesuaian produk dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan, namun
sudah dapat dideteksi sebelum produk dikirim ke konsumen.
4. Biaya kegagalan ekstern, adalah biaya yang telah dikeluarkan karena
terjadinya ketidaksesuaian produk dan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan,
namun baru dapat dideteksi setelah produk sampai ditangan konsumen.
B. 11. Cost Reimbursement
Informasi jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan
produksi tertentu atau pelaksanaa suatu aktivitas diperlukan oleh manajemen
untuk dasar permintaan penggantian (reimbusement) atas biaya yang telah
dikeluarkan. Dalam cost type contract misalnya manajemen memerlukan biaya
penuh yang telah dikeluarkan dimasa lalu untuk produk jasa atau aktivitas tertentu
untuk meminta penggantian biaya (cost reimbursement) dari pemilik proyek.
B. 12. Inventory Costing
Untuk pertanggungjawaban keuangan kepada investor dari
pihak luar perusahaan yang lain, manajemen secara periodik memerlukan
informasi biaya untuk menghitung harga pokok persediaan, produk yang
masih dalam proses dan persediaan produk jadi yang masih ada digudang
pada akhir periode. (Mulyadi, 2001: 65-77)
PT X
Laporan Biaya Mutu
Untuk Tahun Yang Berakhir Tgl 31 Desember 19X2
(Angka Rupiah dalam Jutaan)
Jumlah Golongan Persentase dan
Biaya Mutu
Biaya Mutu Pendapatan Penjualan
Biaya Pencegahan
Biaya pelatihan mutu Rp. 1.000
Biaya rekayasa mutu Rp. 1.500
Biaya perencanaan mutu Rp. 500
Biaya pelaporan mutu Rp. 200
Biaya penilaian pemasok Rp. 50
Biaya gugus kedali mutu Rp. 75
Biaya penelaahan desain Rp. 25
Rp. 3.350 5,58%
Biaya Penilaian
Biaya inspeksi bahan baku Rp. 500
Biaya produk acceptance Rp. 200
Biaya proses acceptance Rp. 100
Rp. 800 1,33%
Biaya Kegagalan Intern
Biaya sisa bahan Rp. 40
Biaya pengerjaan kembali Rp. 160
Rp. 200 0,33%
Biaya Kegagalan Ekstern
Biaya penanganan keluhan konsumen Rp. 250
Biaya jaminan Rp. 300
Biaya perbaikan Rp. 125
Rp. 675
Rp. 5.025 8,38%
PT X
Laporan Biaya Mutu
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 19X2
(angka rupiah dalam jutaan)
Realisasi Anggaran Selisih
Biaya Pencegahan
Biaya tetap:
Biaya pelatihan mutu Rp. 1.000 Rp. 950 Rp. 50 R
Biaya rekayasa perencanaan Rp. 1.500 Rp. 1.600 Rp. 100 L
Biaya perencanaan mutu Rp. 500 Rp. 600 Rp. 100 L
Biaya penilaian pemasok Rp. 70 Rp. 65 Rp. 15 L
Biaya gugus kendali mutu Rp. 75 Rp. 70 Rp. 5 R
Biaya penelaahan desain Rp. 25 Rp. 35 Rp. 10 L
Biaya Variabel:
Biaya pelaporan mutu Rp. 200 Rp. 250 Rp. 50 L
Jumlah biaya pencegahan Rp. 3.350 Rp. 3.565 Rp. 215 L
Biaya Penilaian
Biaya Variabel:
Biaya inspeksi bahan baku Rp. 500 Rp. 475 Rp. 25 R
Biaya produk acceptence Rp. 200 Rp. 300 Rp. 100 L
Biaya process acceptence Rp. 100 Rp. 175 Rp. 75 L
Jumlah biaya penilaian Rp. 800 Rp. 950 Rp. 150 L
PT X
Laporan Biaya Mutu
Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 19X2
(angka rupiah dalam jutaan)
Biaya Kegagalan intern
Biaya tetap:
Biaya sisa bahan Rp. 40 Rp. 60 Rp. 20 L
Biaya pengerjaan kembali Rp. 160 Rp. 190 Rp. 30 L
Jumlah biaya kegagalan intern Rp. 200 Rp. 250 Rp. 50 L
Biaya kegagagalan ektern
Biaya Tetap
Biaya tetap
Biaya penanganan keluhan konsumen Rp. 250 Rp. 240 Rp. 10 R
Biaya Variabel:
Biaya jaminan Rp. 300 Rp. 350 Rp. 50 L
Biaya perbaikan Rp. 125 Rp. 140 Rp. 15 L

Jumlah biaya kegagalan ektern Rp. 675 Rp. 730 Rp. 55 L

Jumlah biaya mutu Rp. 5.025 Rp. 5.495 Rp. 470 R


Presentase dari pendapatan penjualan 8,38 %** 9,16%*** 0,78%****
* Pendapatan penjualan sesungguhnya adalah Rp. 60.000
** Rp. 5.025 : Rp. 60.000 = 8,38%
*** Rp. 5.495 : Rp. 60.000 = 9,16%
**** Rp. 470 : Rp. 60.000 = 0,78%
B. 13. Penentuan Harga Jual dalam Cost Type Contract

Cost type contract adalah kontrak pembuata produk atau jasa yang pihak
pembeli setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada
total biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen ditambah dengan laba
yang dihitung sebesar persentase tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut.
(Mulyadi, 2001: 77)
B. 14. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah proses pengambilan keputusan mengenai
program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan penaksiran
jumlah sumber daya yang akan dilaksanakan kepada setiap program tersebut.
(Mulyadi, 2001:78)
Penyusunan program yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang
sebagian didasarkan atas informasi akuntansi penuh masa yang akan datang
yang terdiri dari aktiva penuh, pendapatan pebuh dan atau biaya penuh
penentuan.
B. 15. Harga Jual Normal
Harga jual suatu produk terbentuk di pasar sebagai interaksi antara jumlah
permintaan dan penawaran di pasar. Namun manajemen puncak memerlukan
informasi biaya penuh untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif
harga jual di pasar. Oleh karena itu, dalam keadaan normal manajer puncak harus
memperoleh jaminan bahwa harga jual produk atau jasa yang dijual di pasar dapat
menutup baiay penuh untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut dan dapat
menghasilkan laba wajar.
Untuk dapat menutup biaya penuh suatu produk atau jasa, penentuan harga
jual dalam keadaan normal memerlukan biaya penuh dan aktiva penuh masa yang
akan datang sebagai dasar rumusannya dalam pendekatan full costing. Yaitu:

Harga jual = Biaya produksi + Biaya non produksi + Laba yang diharapkan
Atau:
Harga jual = Biaya produksi + Mark up

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖+𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛


Mark up = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑛𝑜𝑛 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖+(𝑦%+𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ)


Mark up = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Contoh:
Untuk menetapkan harga jual produknya dalam tahun anggaran 19X2, PT X
mengumpulkan informasi akuntansi penuh berikut: taksiran biaya produksi untuk
kapastas produksi pertahun 5.000 unit, disajikan pada gambar. Total aktiva menurut
neraca awal tahun anggaran adalah Rp. 4.800.000 dan laba yang diharapkan dari
investasi selain aktiva tersebut adalah 25%.
Harga jual produk untuk tahun anggaran 19X2 dihitung sbb:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖+𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛


Mark up = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
1.050.000 −(25% 𝑥 4.800.000) 2.250.000
= = 4.500.000 = 50%
4.500.000

Harga Jual = biaya produksi per unit + Mark up


= Rp. 900 + (50% x Rp. 900)
= Rp. 1.350 per unit
Per Unit Total
Biaya Produksi
Biaya bahan baku Rp. 300 Rp. 1.500.000
Biaya tenaga kerja Rp. 150 Rp. 750.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp. 200 Rp.1.000.000

Biaya overhead pabrik tetap Rp. 250 Rp. 1.250.000


Total biaya produksi Rp. 900 Rp. 4.500.000

Biaya non produksi


Biaya adm dan umum variabel Rp. 75 Rp. 375.000
Biaya pemasaran variabel Rp. 80 Rp. 400.000
Biaya adm dan umum tetap Rp. 25 Rp. 125.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 30 Rp. 150.000
Biaya non produksi Rp. 210 Rp. 1.050.000
Biaya penuh Rp. 1.110 Rp. 5.550.000
Dengan harga jual sebesar Rp. 1.350 per unit tersebut perusahaan dapat
memperoleh kembalian investasi yang diharapkan

Hasil penjualan Rp. 1.350 x 5.000 Rp. 6.7500.000


Harga pokok penjualan Rp. 900 x 5.000 Rp. 4.500.000

Laba bruto Rp. 2.250.000


Biaya non produksi Rp. 210 x 5.000 Rp. 1.050.000

Laba bersih Rp. 1.200.000


Kembalian investasi Rp. 1.200.000 : Rp. 4.800.000 25 %

Bukti perhitungan harga jual yang menghasilkan kembalian investasi seperti


yang diharapkan
Rumus dalam pendekatan Variabel Costing:
Harga jual = Biaya variabel + Biaya tetap + Laba yang
diharapkan
Atau:
Harga jual = Biaya variabel + Mark up

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛


Mark up =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+(𝑦%+𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ)


Mark up =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
Contoh: Berdasarkan contoh sebeleumnya jika harga jual ditentukan
dengan pendekatan variabel costing adalah:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝+𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Mark up =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
1.525.000 −1.200.000
= = 67,7%
4.025.000

Harga Jual = biaya variabel per unit + Mark up


= Rp. 805 + (67,7% x Rp. 805)
= Rp. 1.350 per unit

Dengan harga jual sebesar Rp. 1.350 per unit tersebut


perusahaan dapat memperoleh kembalian investasi yang
diharapkan
Hasil penjualan Rp. 1.350 x 5.000 Rp. 6.7500.000
Biaya variabel Rp. 805 x 5.000 Rp. 4.025.000

Laba kontribusi Rp. 2.725.000


Biaya tetap Rp. 1.525.000

Laba bersih Rp. 1.200.000


Kembalian investasi Rp. 1.200.000 : Rp. 4.800.000 25 %

Bukti perhitungan harga jual yang menghasilkan kembalian investasi seperti


yang diharapkan (Mulyadi, 2001: 78-83)
B. 16. Penentuan Harga Transfer

Ada 2 macam pendekatan yang digunakan dalam penentuan harga


transfer:
a. Atas dasar biaya (cost based transfer price)
b. Atas dasar harga pasar (market based transfer price)
Jika penentuan harga transfer didasarkan atas biaya, maka biaya penuh masa
yang akan datang dipakai atas dasar untuk menentukan harga produk atau jasa
yang ditransfer oleh pusat laba penjual ke pusat laba pembeli. (Mulyadi, 2001:
85)
B. 17. Penentuan Harga Jual yang Diatur dengan Peraturan Pemerintah

Informasi akuntansi penuh yang bermanfaat untuk penetapan harga jual produk atau
jasa yang diatur dengan peraturan pemerintah terdiri dari biaya masa yang akan datang yang
akan dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut. (Mulyadi, 2001: 85).
Contoh:
Misalnya untuk menghasilkan air diperlukan investasi sebesar Rp. 2.000.000.000 untuk
pembelian mesin dan equipment serta modal kerja taksiran biaya produksi air adalah Rp. 300
perliter pada volume produksuhammi Rp. 50.000.000 liter air per tahun. Biaya non produksi
(biaya pemasaran dan adm umum) diperkirakan sebesar Rp. 1.100.000.000 diputuskan laba
wajar untuk perusahaan air tersebut adalah 20% dari investasinya.
Harga jual dihitung sebaga berikut:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑑𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑢𝑚𝑢𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛+𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
Persentase mark up =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡 ×𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝.1.100.000+(20% ×𝑅𝑝.2.000.000.000)
= 𝑅𝑝.300 ×50.000.000 𝑢𝑛𝑖𝑡
= 10 %
Harga jual air per liter dihitung sbb:
Biaya produksi air per liter Rp. 300
Markup 10% x Rp. 300 30
Target harga jual air per liter Rp. 330
Pada target harga jual tersebut perusahaan air bersih akan memperoleh laba
sebesar Rp. 400.000 per tahun (20% x Rp. 2.000.000.000) seperti dibuktikan dalam
perhitungan laba.
Dalam penentuan harga jualk tersebut diperlukan informasi akuntansi penuh
masa yang akan datang, yang terdiri dari taksiran biaya penuh (biaya produksi penuh
ditambah dengan taksiran biaya nonproduksi berturut-turut sebesar Rp. 15.000.000
dan Rp. 1.100.000.000) taksiran aktiva penuh yang dibutuhkan untuk memproduksi
dan menjual produk air (Rp. 2.000.000.000)
Contoh

Perusahaan Air Bersih X


Laporan Rugi Laba yang Diproyeksikan Tahun 19X1)
Target hasil penjualan 500.000.000 x Rp. 330 Rp. 16.500.000.000
Taksiran biaya produksi 50.000.000 x Rp. 300 Rp. 15.000.000.000
Laba bruto Rp. 1.500.000.000

Biaya adm dan umum Rp. 1.100.000.000

Laba bersih Rp. 400.000.000

Aktiva penuh Rp. 2.000.000.000

Kembalian aktiva yang digunakan 20%


(return on assets employed)
B.18. Kesimpulan Manfaat Informasi Akuntansi Penuh

1. Bahwa unsur informasi akuntansi penuh untuk kepentinga pelaporan kepada pihak luar perusahaan
adalah berbeda dengan unsur informasi akuntansi penuh untuk kepentingan pelaporan keuangan
kepada pihak intern perusahaan.
2. Informasi akuntansi penuh bermanfaat pula untuk menganalisis kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
3. Biaya yang dikeluarkan untuk sesuatu dapat diketahui dengan informasi yang diperoleh dari biaya
penuh yang sangat berperan bagi manajemen.
4. Antara pembeli dan penjual dapat ditentukan harga jual secara kontrak dengan memperoleh laba
yang diharapkan.
5. Program dimasa mendatang dapat dipilih dan disusun berdasarkan informasi akuntansi penuh.
6. Dalam penentuan harga jual normal dapat digunakan pendekatan full costing maupun variable costing
namun tetap harus menggunakan informasi akuntansi penuh masa yang akan datang khusunya biaya
penuh dan aktiva penuh.
7. Harga pokok berdasarkan kesepakatan dapat ditransfer kepada pusat penjual dan pembeli.
8. Peraturan pemerintah tentang harga jual dapat diketahui dan dilaksanakan.
C. REKAYASA
INFORMASI AKUNTANSI
PENUH
Informasi akutansi penuh dimanfaatkan manajemen untuk laporan keuangan, pengukuran
tingkat kemampuan produk atau unit organisasi dalam menghasilkan laba penentuan harga jual produk
atau jasa (baik dalam cost type contruct, harga jual normal maupun harga jual produk dalam perusahaan
yang diatur oleh peraturan pemerintah) dan untuk penyusunan program. Untuk memenuhi berbagai
kebutuhan manajemen tersebut perekayasaan informasi akuntansi penuh memerlukan identifikasi
aktiva pendapatan dan biaya langsung yang berangkutan dengan objek informasi akuntansi tertentu dan
pembebanan secara adil aktiva, pendapatan biaya yang tidak langsung kepada berbagai objek informasi
yang bersangkutan. Aktiva dan pendapatan umumnya mudah diidentifikasikan kepada objek informasi
tertentu sehingga hanya sedikit aktiva dan pendapatan tidak langsung yang harus dibebankan secara
adil kepada suatu objek informasi. Berbeda dengan biaya banyak biaya yang merupakan baiay
bergabung (common cost) yang dalam perekayasaan informasi akuntansi penuh harus dibagiak secara
adil kepada berbagai objek informasi melalui metode pembebanan tertentu.
Perlu diadakan pembedaan istilah alokasi biaya (cost allocation) dengan
pembebanan biaya dalam perekayasaan informasi baiay penuh. Alokasi biaya merupakan
pembagian biaya tidak langsung pada berbagai objek informasi atas suatu dasar alokasi yang
lebih bersifat sembarang. Sebagai contoh dalam alokasi biaya bersama. Biaya bersama
dialokasikan kepada produk bersama dengan dasar alokasi yang tidak mencerminkan
hubungan sebab akibat antara dasar alokasi dengan biaya.

Salah satu dasar alokasi biaya bersama harga jual relatif yang menggunakan
anggapan bahwa produk bersama yang memiliki harga jual yang tinggi menyerap biaya
menggunakan dasar alokasi yang bersifat sembarang.
Dalam alokasi BOP juga seringkali dipakai dasar alokasi yang bersifat sembarang.
Sebagai contoh adalah alokasi biaya gudang kepada departemen produksi yang didasarkan
atas biaya bahan baku yang dipakai oleh departemen produksi.

Alokasi biasanya ditujukan untuk menghasilkan informasi harga pokok


persediaannya. Untuk penentuan nilai pokok persediaan bagi kepentingan pelaporan
keuangan kepada pihak luar perusahaan.

Pembebanan biaya merupakan pembagian biaya tidak langsung kepada berbagai


objek informasi atas dasar hubungan sebab akibat. Untuk dapat membebankan biaya tidak
langsung kepada berbagai objek informasi diperlukan cost driver yang merupakan suatu
faktor yang menjadi penyebab biaya aktifitas tertentu sebagai contoh biaya listi, biaya air.
Metode pembebanan biaya yang digunakan untuk perekayasaan akuntansi
penuh dapat dibagi menurut tujuan pemanfaatan informasi akuntansi penuh berikut ini:

1. Pembebanan biaya tidak langsung untuk menyediakan informasi bagi pengambilan


keputusan manajemen.

2. Pembebanan biaya tidak langsung untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar
perusahaan
C.1. Pembebanan Biaya Tidak Langsung untuk Penyediaan Informasi
bagi Pengambilan Keputusan Manajemen
C.1.1. Analisis kemampuan produk atau jasa dalam menghasilkan laba dan penentuan
harga jual.

C.1.1.1 Pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur tradisional

Pembebanan BOP dalam lingkunagn manufaktur tradisional. Akuntansi biaya tradisional membebankan
BOP kepada produk atas kuantitas produk yang diproduksi. Karakteristik pembebanan BOP dalam
lingkungan manufaktur tradisional adalah:
- Pusat biaya yang dibentuk seringkali berupa agregasi berbagai kegiatan yang tidak homogen
sehingga dasar pembebanan yang digunakan untuk membebankan BOP tidak mencerminkan
konsumsi BOP tersebut.
- Dasar yang digunakan untuk membebankan BOP kepada produk dari pusat biaya produksi yang
hanya berkaitan dengan volume produk.
- Pada umumya 2 macam cara pembebanan BOP digunakan dalam lingkungan manufaktur tradisional
= tarif tunggal untuk seluruh pabrik dan tarif per departemen.
Contoh:
PT XDS memproduksi 2 macam produk F dan K melalui 2 departemen produksi. Departemen X dan Y.
Data yang dipakai sebagai dasar perhitungan harga pokok produk disajikan pada gambar brk:

Produk F Produk K Total

Unit yang diproduksi tiap 30.000 150.000


tahun
Biaya utama Rp. 75.000 Rp. 375.000 Rp. 450.000
Jam tenaga kerja langsung 30.000 150.000 180.000
Jam mesin 15.000 75.000 90.000
Production run 15 45 60

Jam inspeksi 900 1.100 2.000


Data per Departemen
Dep. X Dep. Y Dep. Z
Jam tenaga kerja
langsung:
Produk F 10.000 20.000 30.000
Produk K 100.000 50.000 150.000
Jumlah 110.000 70.000 180.000
Jam mesin:
Produk F 5.000 10.000 15.000
Produk K 50.000 25.000 75.000
Jumlah 55.000 35.000 90.000
Biaya overhead pabrik
Setup costs 150.000 150.000 300.000

Biaya inspeksi 100.000 100.000 200.000


Biaya tenaga listrik 25.000 75.000 100.000
Biaya kesejahteraan 70.000 30.000 100.000
karyawan
jumlah 345.000 355.000 700.000
Data Pennetuan Harga Pokok Produk.
Tarif biaya overhead pabrik Dep. X
Rp. 345.000 / 110.000 = rp. 3,14 per jam tenaga kerja langsung
Tarif biaya overhead pabrik Dep. Y
Rp. 355.000 / 70.000 = rp. 5,07 per jam mesin
Dengan memunginkan tarif tersebut dihasilkan perhitungan harga pokok produk seperti disajikan
pada Gambar 2.33

Produk F
Biaya utama Rp. 75.000 : 30.000 Rp. 2,50
Biaya overhead pabrik (Rp. 7,78 x 15.000)/ 30.000 3,89
Biaya produksi per unit Rp. 6,39
Produk K
Biaya utama Rp. 375.000 : 150.000 Rp. 2,50
Biaya overhead pabrik (Rp. 7,78 x 75.000) / 150.000 3,89
Biaya produksi per unit Rp. 6,39
Perhitungan Biaya per Unit Produk dengan Plant Wide Rate
Produk F
Biaya utama Rp. 75.000 : 30.000 Rp. 2,50
Biaya overhead pabrik [ (Rp. 3,14 x 10.000) 2,74
+ Rp. 5,07 x 10.000)] / 30.000
Biaya produksi per unit Rp. 6,39 Rp. 5,24
Produk K
Biaya utama Rp. 375.000 : 150.000 Rp. 2,50
Biaya overhead pabrik [ (Rp. 3,14 x 10.000) 2,94
+ Rp. 5,07 x 25.000)] / 150.000
Biaya produksi per unit Rp. 6,39 Rp. 5,44
Perhitungan Biaya per Unit Produk dengan Tarif Biaya Overhead per Departemen
C.1.1.2 Pembebanan BOP dalam Lingkungan Manufaktur
Maju
Dibandingkan dengan lingkungan manufaktur maju
akuntansi BOP memiliki rancangan sbb:
- Hanya menggunakan jam tenaga kerja langsung atau
biaya kerja langsung.
- Hanya dasar alokasi yang berkaitan dengan volume yang
digunakan untuk mengalokasikan BOP dari pusat biaya
kepada produk dan jasa.
- Pusat biaya terlalu besar dan berisi mesin yang memiliki
struktur BOP yang sangat berbeda.
Pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur maju menggunakan 2 tahap:
- Pembebanan biaya tidak langsung untuk penyediaan informasi bagi pengambilan keputusan
manajemen informasi biaya yang berjalan di dalam perusahaan untuk memenuhi
kepentingan manajemen dalam menjalankan perusahaan. Keperluan yang lain adalah untuk
membantu manajemen dalam menyusun perencanaan, melakukan pengendalian biaya
melalui pemisahan tanggungjawab dalam organisasi dan membantu manajemen dalam
proses pengambilan keputusan yang lebih baik dengan memfokuskan diri pada biaya yang
relevan saja. (Hariadi: 45-46)
- Penggunaan BOP dalam cost pool yang berisi aktivitas yang homogen.
- Pembebanan biaya yang terkumpul dalam cost pool ke produk yang dihasilkan dengan
menggunakan cost driver.
Karakteristik pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur maju adalah sebagai berikut:
- Cost pool yang dibentuk harus terdiri aktivitas yang homogen dan dicari cost driver yaang
mencerminkan konsumsi biaya yang dikumpulkan dalam cost pool tersebut oleh cost pool
yang lain.
- Dasar yang digunakan untuk membebankan BOP kepada produk disebut cost driver yang
mencerminkan faktor yang menyebabkan konsumsi biaya untuk produk.
Contoh:
Berdasarkan contoh diatas, Departemn X dan Y memiliki 4 jenis BOP yang cost
drivernya sebenarnya berlainan. Biaya persiapan produksi dan biaya inspeksi timbul
sebagai akibat jumlah production run yang dibutuhkan oleh setiap produk yang
diproduksi yang tidak bersangkutan dengan volume produk yang diproduksi dalam
setiap production run. Biaya tenaga listrik dan biaya kesejahteraan karyawan timbul
sebagai akibat dari jumlah jam mesin. Oleh karena itu, dalam activity based costing,
disetiap departemen produksi dibentuk cost pool yag berisi aktivitas yag homogen dan
kemudian dicari cost driver yang mampu mencerminkan BOP cost pool oleh setiap
produk yang diolah melalui cost pool tersebut. Dalam contoh ini perlu 2 cost pool
dalam departemen X dan Y, dengan perhitungan tarif BOP tiap-tiap cost pool disajikan
gambar sbb:
Cost pool 1
Setup cost Rp. 300.000
Biaya eksi 200.000
Jumlah biaya Rp. 500.000
Production run 60
Tarif BOP pool 1 (per run) Rp. 8.333,33
Cost pool 2
Biaya tenaga listrik Rp. 100.000
Biaya ksejahteraan karyawan 200.000
Jumlah biaya Rp. 200.000
Jam mesin 90.000
Tarif BOP pool 2 (per jam mesin) Rp. 2

Jika hasil pembebanan BOP dengan pendekatan akuntansi biaya tradisional


dengan pendekatan activity based costing diperbandingkan, pendekatan terakhir ini
menghasilkan biaya produk yang lebih menggambarkan konsumsi BOP oleh produk.
Perbandingan baiay produk yang dihitung dengan 2 pendekatan disajikan sbb:
Produk F
Biaya utama
BOP Rp. 75.000
Pool 1 = Rp. 8.333,33 x 15 runs Rp. 125.000

Pool 2 = Rp. 2 x 15.000 jam mesin Rp. 30.000

Rp. 155.000
Rp. 230.000
Jumlah produk yang diproduksi 30.000

Biaya per unit produk Rp. 7,67

Produk K
Biaya utama
BOP Rp. 375.000
Pool 1 = Rp. 8.333,33 x 45 runs Rp. 375.000
Pool 2 = Rp. 2 x 75.000 jam mesin Rp. 150.000
Rp. 525.000
Rp. 900.000
Jumlah produk yang diproduksi 150.000
Biaya per unit produk Rp. 6,0
C.1.2. Pengukuran Kinerja Manajer
Perekayasaan informasi biaya ditujukan untuk pengukuran kinerja informasi biaya harus
dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer yang bersangkutan. Wewenang yang
dimiliki manajer tertentu menjadikan dirinya dalam posisi pengendalian biaya sehingga biaya yang
mempuyai hubungan erat dengan wewenang manajer tertentu merupakan biaya terkendalikan bagi
manajer tersebut karena dengan wewenang manajer tersebut dapat mempengaruhi secara
signifikan besarnya biaya. Biaya tidak langsung dalam hubungan dengan wewenang pengandalian
lebih dari seorang manajer
Untuk kepentingan pengukuran kinerja manajer, biaya tidak langsung tersebut perlu
dibebankan kepada manajer yang bertanggungjawab untuk pengendaliannya. (Mulyadi: 1997: 98).
Pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur maju memerlukan metode yang jauh lebih
cermat dibandingkan dnegan pembebanan BOP dalam lingkungan manufaktur tradisional.
C.2. Pembebanan Biaya Tidak Langsung untuk Pelaporan Keuangan
Kepada Pihak Luar

Pembebanan biaya tidak langsung untuk pelaporan keuangan kepada


pihak luar perusahaan umumya dilakukan dengan dasar alokasi yang bersifat
sembarang.
Istilah alokasi biaya yang lebih tepat digunakan untuk
menggambarkan pembagian biaya tidak langsung kepada berbagai produk
untuk tujuan pelaporan keuangan kepada pihak luar. Alokasi biaya tidak
langsung untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar ditujukan terutama
untuk menghasilkan informasi harga pokok persediaan.
Lanjutan...

Untuk menghasilkan biaya produksi penuh yang bersangkutan dengan


persediaan harus diperhitungkan unsur biaya produksi berikut:
- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja langsung

BOP dalam perusahaan menghasilkan produk bersama, biaya bersama


dialokasikan kepada produk bersama atas dasar alokasi berikut ini:
- Nilai jual relatif
- Stuan fisik
- Rata-rata biaya satuan
- Rata-rata tertimbang
AKUNTANSI MANAJEMEN

BAB 3 : INFORMASI
AKUNTANSI DIFFERENSIAL
Tujuan Pembelajaran:
◉ Diharapkan dapat mengetahui konsep informasi
differensial
◉ Diharapkan mengetahui manfaat informasi
akuntansi differensial
◉ Diharapkan mengetahui perbedaan antara informasi
akuntansi differensial dengan informasi akuntansi
penuh
A.
KONSEP INFORMASI
AKUNTANSI
DIFFERENSIAL
A.1

Menurut Abdul Halim Menurut Mas’ud Mahfud


(2000:75) (1986:26)

Informasi Akuntansi Informasi Akuntansi


Differensial adalah Differensial adalah
informasi mengenai Informasi akuntansi yang
taksiran pendapatan, biaya digunakan dalam
atau aktiva yang berkaitan membantu untuk
dengan masa yang akan menentukan alternatif
datang dan diperlukan untuk tindakan.
masalah pemilihan alternatif
A.1 Mulyadi
Menurut KESIMPULAN
(1997:114)
Informasi Akuntansi
Informasi Akuntansi differensial adalah
Differensial adalah Informasi akuntansi yang
Informasi akuntansi yang berisi taksiran aktiva,
berisi taksiran perbedaan pendapatan dan atau biaya
aktiva, pendapatan dan atau yang digunakan oleh
biaya dalam alternatif manajemen dalam
tindakan tertentu pengambilan keputusan
jdibandingkan dengan guna pemilihan alternatif
alternatif tindakan yang lain. terbaik.
A.2

Menurut Abdul Halim (2000:79)


Untuk pengambilan keputusan yang menyangkut
pemilihan berbagau alternatif tindakan bagi
manajemen.

Menurut Mas’ud MC (1986:11)


Untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan
masa yang akan datang.
A.2
Menurut Mulyadi (1997:114)
Untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan
alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang
tersedia.

KESIMPULAN
Manfaat Informasi akuntansi Differensial sebagai dasar
untuk pertimbangan manajemen dalam pemilihan
,aternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang
tersedia untuk masa yang akan datang.
B.
PERBEDAAN INFORMASI
AKUNTANSI DIFFERENSIAL
DENGAN INFORMASI
AKUNTANSI PENUH
BIAYA
BIAYA PENUH
DIFFERENSIAL
Biaya keseluruhan yang dibebankan
Unsur biaya penuh yang berbeda
SIFAT BIAYA pada produk atau objek biaya baik
dalam suatu kondisi tertentu
langsung maupun tidak langsung.

Tidak ada sitem akuntansi biaya


yang khusus untuk pengumpulan
Berasal dari sistem akuntansi biaya biaya differensial. Hanya jika
yang pada umumnya disusun untuk diperlukan untuk pemilihan
SUMBER DATA pengukuran dan pelaporan biaya alternatif, informasi biaya
penuh secara rutin. differensial dikumpulkan dari
informasi biaya penuh dan
informasi lain

Pada umumnya berkaitan dengan


informasi biaya masa yang lalu.
Untuk beberpa kebutuhan, misal
PERSPEKTIF Selau berkaitan dengan masa
penentuan harga jual yang normal,
WAKTU yang akan datang.
data biaya historis disesuaikan
dengan taksiran masa yang kana
datang.
C.
PERANAN INFORMASI
AKUNTANSI DIFFERENSIAL
DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN

Karena pengambilan keputusan selalu menyangkut
masa depan maka informasi akuntansi yang relevan
adalah informasi masa yang akan datang pula.
Karena pengambilan keputusan menyangkut
pemilihan laternatif diantara berbagai alternatif yang
tersedia, maka informasi akuntansi yang bermanfaat
adalah informasi akuntansi yang berbeda diantara
tiap-tiap alternatif yang akan dipilih.
Berikut ini merupakan peran Informasi
Akuntansi dalam setiap tahap
pengambilan keputusan:
TAHAP PENGAMBILAN PERAN INFORMASI
KEPUTUSAN AKUNTANSI
Pengakuan dan perumusan Memicu pengambil keputusan
masalah atau kesempatan dalam menyadari dan merumuskan
masalah atau kesempatan
Pencarian tindakan alternatif dan Memisahkan alternatif tindakan
pengkuantifikasian konsekuensi yang satu dari alternatif tindakan
setiap tindakan alternatif yang lain
Menjelaskan konsekuensi berbagai
alterntaif tindakan yang akan dipilih

Pemilihan alternatif optimum atau Membantu menganalisis dan


alternatif yang memuaskan menilai berbagai tindakan yang
akan dipilih
Implemetasi dan Umpan balik untuk memantau
penindaklanjutan keputusan dan tindakan koreksi
penyimpangan
D.
BIAYA DIFFERENSIAL DAN
PENDAPATAN SEBAGAI
BAGIAN INFORMASI
AKUNTANSI DIFFERENSIAL
Diantara elemen Informasi Akuntansi Differensial yang
relatif sulit pengukurannya adalah biaya differensial.
Biaya differensial (Differensial Cost) mempunyai dua
karakteristik :
Biaya masa yang akan datang

Pengambilan keputusan merupakan pemilihan berbagai macam


alternatif untuk masa yang akan datang, oleh karena itu Informasi Biaya
yang diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah biaya masa
yang akan datang.
Biaya masa yang akan datang (future cost ) adalah biaya yang dapat
diperkirakan akan terjadi dalam periode yang akan datang, karena biaya ini
merupakan biaya yang diharapkan akan terjadi masa yang akan datang,
maka jumlahnya harus ditaksir dan terjadinya harus diramalkan. Biaya
tersebut merupakan biaya yang dianggarkan ( Budgeted Cost ).
Lanjutan...

 Biaya yang berbeda

Hanya Informasi Akuntansi Differensial yang


diperlukan oleh manajemen untuk pengambilan
keputusan. Biaya Differensial adalah biaya masa yang
akan datang yang diperkirakam aka berbeda (Differ)
atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan
pemilihan diantara berbagai macam alternatif.
1.

a. Biaya Differensial merupakan bagian dari


Informasi Akuntansi Differensial.

Biaya Differensial (Differensial Cost) adalah perbedaan jumlah biaya


diantara dual alternatif ( Henry Simamora, 1999:47).
CONTOH
Sebuah perusahaan Supplier akan mengirimkan barang-barang yang akan digunakan
untuk mengerjakan proyek dipulau yang berbeda. Perusahaan telah mendapatkan
informasi bahwa biaya pengiriman melalui jalur udara sebesar Rp 18.000.000,- ,
sedangkan biaya pengiriman melalui jalur laut sebesar Rp 11.000.000,-.

Maka dapat dihitung biaya differensial sbb:


◍ Alternatif pengiriman melalui udara Rp 18.000.000,-
◍ Alternatif pengiriman melalui laut Rp 11.000.000,-
◍ Biaya Differensial Rp 7.000.000,-

Kesimpulan : Dari uraian dan contoh kasus diatas dapat ditarik


kesimpulan bahwa Biaya Differensial adalah selisih dari biaya-
biaya yang muncul dari setiap alternatif tindakan.
b. Biaya Differensial dan Perbedaannya dengan Biaya Penuh

Biaya Penuh Biaya Differensial


 Terdiri dari biaya langsung yang  Hanya meliputi biaya yang
berkaitan dengan produk ditambah berbeda dalam kondisi tertentu
dengan biaya tidak langsung produk saja
tersebut
 Informasi biaya penuh dapat diambil
langsung dari catatan akuntansi  Diperoleh dengan merancang
regular perusahaan sistem akuntansi yang dapat
memudahkan penaksiran biaya
differensial tersebut sesuai
dengan masalah pengambilan
 Berisi informasi akuntansi pada keputusan tertentu
masa yang lalu, digunakan untuk  Berisi gambaran jumlah biaya
penyajian laporan keuangan pihak yang akan muncul jika memilih
luar suatu tindakan tertentu,
dibandingkan dengan alternatif
tindakan yang lain
Lanjutan...

Biaya penuh berisi pendapatan total, biaya total dan atau


aktiva total baik pada masa lalu maupun pada masa yang akan datang
dan biasanya berupa neraca, dan laporan rugi laba. Sedangkan biaya
differensial berisi taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang
berbeda antara 2 alternatif tindakan ( Abdul Halim dan Bambang
Supomo, 1990).

Kesimpulan : Dari ketiga aspek yang membedakan biaya differensial


dan biaya penuh ditarik suatu kesimpulan bahwa biaya differensial
berisi gambaran biaya yang baru akan muncul, bermanfaat sebagai
salah satu bahan pertimbangan bagi pihak manajemen untuk
mengambil keoutusan, sedangkan biaya penuh berisi informasi
keuangan yang lalu bermanfaat sebagai bahan penyajian laporan
keuangan. Namun, berdasarkan substansi dan fungsinya baik biaya
penuh maupun biaya differensial merupakan unsur yang penting
dalam sistem informasi akuntansi yang saling melengkapi.
c. Perbedaan Biaya Differensial dengan bIaya Variabel,
Biaya Tetap, dan Biaya kesempatan dengan
mendefinisikannya

Biaya variabel adalah biaya produksi yang bersifat variabel saja dalam menentukan
nilai persediaan yang akan dijual perusahaan
(Drs. Bambang Hariadi, M.Ec,Akt,2002:185)
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan
(Mulyadi,2001:120)
Contoh :
Biaya bahan baku dan penggudangannya. Alternatif apapun yang akan dipilih
tidak akan mempengaruhi biaya bahan baku itu sendiri.

Kesimpulan :
Biaya Variabel adalah biaya produksi yang dapat berubah bila volume
kegiatan produksi berubah, tetapi biaya variabel tidak selalu sama dengan biaya
differensial, biaya variabel akan sama dengan differensial jika biaya tetap
konstan.
Biaya Tetap adalah total biaya yang tudak
berubah walaupun terjadi perubahan tingkat
kegiatan perusahaan dalam kurun waktu tertentu
(Drs. Bambang Hariadi, 2002:183)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah


totalnya tdak berubah dengan adanya perubahan
volume kegiatan dalam kisaran perubahan
volume kegiatan tertentu.
Contoh :
Gaji Direktur Pemasaran tidak akan terpengaruh oleh
adanya pembukaan daerah pemasaran yang baru tersebut, gaji
Direktur Pemasaran bukan biaya differensil karena tidak
terpengaruh langsung objek keputusan yang diambil.

Kesimpulan :
Biaya tetap adalah total biaya yang
tidak akan beruabh dengan adanya
perubahan tingkat kegiatan dalam kisaran
tertentu.
Biaya Kesempatam adalah pendapatan atau
penghematan biaya yang dikorbankan sebagai
akibat dipilihnya alternatif tertentu.
(Mulyadi,2001:123)
Jika suatu keputusan sudah dibuat untuk
melaksanakan suatu alternatif maka manfaat
akternatif lainnya dilepas dari tangan, manfaat
yang lepas karena ditolaknya pilihan lain disebut
biaya kesempatan.
(Komarudin ahmad, 2000 : 23)
Contoh :
Alternatif Menggunakan Sendiri Ruang Toko
Untuk Perdagangan Barang X
Taksiran hasil penjualan perbulan Rp 450.000,-
Taksiran kos penjualan Rp 200.000,- -
Taksiran laba bruto Rp 250.000,-
Biaya usaha :
Taksiran biaya adm. dan umum Rp 50.000,-
Taksiran biaya pemasaran Rp 25.000,- -

Rp 75.000,- -
Taksiran laba bersih usaha Rp 175.000,-

Biaya Kesempatan :
Pendapatan sewa yang dikorbankan Rp 150.000,- -
Keuntungan memilih alternatif Rp 25.000,-
menggunakan sendiri ruang toko
untuk berdagang barang x

Kesimpulan :
Biaya Kesempatan adalah biaya yang dikorbankan akibat memilih
satu alternatif dan menolak manfaat dari alternatif yang lain
2.

Konsep differensial juga diterapkan pada


pendapatan. Pendapatan Differensial adalah jumlah
pendapatan yang berbeda apabila dihitung dengan satu set
kondisi tertentu dibanding dengan set kondisi yang lain.
Dalam contoh dimuka pendapatan differensial bagi toko
meubel adalah Rp 36.000,- yaitu hasil dari oendapatan
penjualan meja tulis (jika ia menerima tawaran pembeli) dan
jumlah pendapatn toko meubel akan berbeda sebesar jumlah
tersebut apabila ia tidak menerima tawaran tersebut.
E.
PENGETRAPAN BIAYA
DIFFERENSIAL DALAM
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Pada umumnya manjemen menghadapi empat macam
pengambilan keputusan jangka pendek berikut ini :

 Membeli atau membuat sendiri (make or buy


decision)
 Menjual atau memprises lebih lanjut sesuatu
produk (sell or process futher)
 Menghentikan atau mekanjutkan produksi
produk tertentu atau kegiatan usaha suatu
bagian perusahaan (stop or continue product
line)
 Menerima atau menolak pesanan khusus.
(Mulyadi, 2001:126)
E.1. Membeli atau membuat sendiri

Keputusan membuat atau membeli ( make or buy


decision ) adalah keputusan manajemen yang menyangkut apakah
sebuah komponen harus dibuat secara internal ataukah dibeki dari
pemasok luar.
( Henry Simamora, 1999 : 233 )
Keputusan membeli atau membuat sendiri biasanta
fihadap oleh perusahaan yang produknya terdiri dari bebagi
komponen dan memproduksi berbagai jenis produk. Pemicu
timbulnya pertimbagan tersebut adalah penawaran arga dari
pemasok luar untuk suatu komponen produk yang berada di bawah
biaya produksi sendiri komponen tersebut.
(Mulyadi, 2001 : 127)
E.1. Membeli atau membuat sendiri

Kesimpulan :
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keputusan memebli atau membuat sendiri adalah
sebuah keputusan atau pertimbnagan manajemen yang
dihadapkan pada dua laternatif pilihan apakah sebuah
komponen produk itu harus dibuat secara internal
ataukah dibeli dari pemasok akibat dari penawaran
harga pemasok luar untuk suatu komponen produk
yang berada dibawah biaya produksi sendiri pada
komponen tersebut.
Contoh soal :

PT. Zahra Sentosa berusaha dalam bidang pakaian.


Bahan A dari produknya selama ini diproduksi sendiri
dalam pabriknya. Kebutuhan bahan tersebut berjumlah
10.000 meter setahun. Biaya produksi bahan A disajikan
pada gambar berikut ini. Perusahaan tersebut menerima
tawaran dari perusahaan lain untuk membeli bahan A
tersebut dengan harga Rp 24.000,- per meter. Ditinjau dari
biaya, manajemen puncak perusahaan perlu
mempertimbangkan keputusan membeli bahan tersebut
atau tetap memproduksi sendiri :
Perhitungan:

Per bahan 10.000 meter


Biaya bahan baku Rp 5.000,- Rp 50.000.000,-
Biaya tenaga kerja variabel Rp 7.000,- Rp 70.000.000,-
Baiya overhead pabrik variabel Rp 4.000,- Rp 40.000.000,-
Biaya overhead pabrik tetap Rp 5.000,- Rp 50.000.000,-
terhindarkan
( Avoidable fixed factory overhead product )
Biaya overhead pabrik
tetap bersama Rp 6.000,- Rp 60.000.000,-
Jumlah biaya produksi Rp 27.000,- Rp 270.000.000,-
Dari contoh tersebut biaya differensial yang dipertimbangkan
disajikan pada gambar berikut ini

Manfaat
Biaya differensial ( biaya yang terhindarkan)
Biaya variabel
(biaya bahan baku, biaya tenaga kerja variabel, dan
biaya overhead pabrik variabel) Rp 18
Biaya tetap terhindarkan Rp 4+
Jumlah biaya terhindarkan jika membeli dari luar Rp 22

Pengorbanan :
Biaya differensial
Harga beli jika membeli dari luar Rp25_-
Kerugian jika membeli dari luar Rp -3

Dari data tersebut jelas kelihatan bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri
menguntungkan karena jika membeli dari luar pengorbanan yang akan dikeluarkan
adalah Rp 25,- per buah sedangkan penghematan yang diperoleh berupa biaya
terhindarkan hanya sebesar Rp 22,- per buah.
E.2. Membuat sendiri dalam
lingkungan manufaktur maju

Perusahaan menganut JIT ( Just In Time )


akan lebih mempertimbangkan mutu dan jaminan
pengiriman komponen produk dalam memutuskan
untuk membuat atau membeli sendiri dengan
melakukan identifikasi terhadap biaya langsung
yang relevan dengan mempertimbangkan biaya
terhindarkan.
Contoh Soal :

PT. X memproduksi sendiri suku cadang A merupakan salah satu


komponen untuk memproduksi produk akhir yang dijual di pasar.
Perusahaan menerima penawaran harga suku cadang A dari pemasok luar dengan harga
Rp 475 per unit. Suatu harga penawaran yang berada jauh dibawah produksi PT. X,
yang disajikan berikut ini :
Biaya bahan baku Rp 50.000,-
Biaya tenaga kerja Rp 200.000,-
Biaya overhead pabrik variabel Rp 80.000,-
Biaya overhead pabrik tetap
Biaya tetap langsung
Biaya supervisi Rp 50.000,-
Biaya sewa equipment Rp 70.000,-
Biaya tetap tidak langsung Rp 300.000,- +
Total biaya Rp 750.000,-
Biaya per unit : Rp 750.000,- : 100.000 Rp 750,-
Alternatif Keputusan

Alter.
Alter.
Membuat
Membeli
Biaya bahan baku Rp 50.000,-
Biaya tenaga kerja Rp 200.000,-
Biaya overhead pabrik variabel Rp 80.000,-
Biaya overhead pabrik tetap:
Biaya tetap langsung
Baiya inspeksi Rp 50.000,-
Biaya sewa eqp. Rp 70.000,-
Biaya membeli Rp 475.000,- +
Biaya differensial Rp 475.000,-
Berdasarkan pertimbangan biaya jika alternatif
membjat sendiri dengan biaya yang harus dikeluarkab
untuk membeli tersenut dapat disimpulkan bahwa
alternatif membeki dari pemasok luar tidak
menguntungkan, karena hanya bjaya yang dikeluarkan
dalam alternatif membeli lebih bayak Rp 25.000,- jika
dibandingkan dengan biaya alternatf membuat sendiri
dipertahankan
E.3. Membeli atau mebuat sendiri sebagai
keputusan strategis

Dalam lingkungan kompetisi secara global, keputusan membeli atau membjuat


sendiri seringkali diambil sebagai suatu keputusam strategik sebagai bagian
partenered relationship and focused strategies.
(Mulyadi 2001:138)

Seperti yang telah dikemukakan, biaya differensial dipergunakan untuk


pengambilan yang menyangkut pemilihan berbagai alternatif tindakan bagi
manajemen meliputi berbagai macam masalah dan jangka waktu

Pengetrapan biaya differensial dalam pengambilan keputusan dapat


dikelompokkan menjadi dua yaitu :
Pengambilan keputusan jangka pendek

a. Menjual atau memproses lebih lanjut Pendapatan


Tidak xxx
differensial
diperlukan
tambahan
fasilitas
produ
Biaya
ksi (xxx)
Differensial

A
Menjual/memp Kep: Jika A (+) pilih alternatif
roses memproses lebih lanjut
Jika A (-) jangan pilih alternatif
lebih lanjut memproses lebih lanjut

Pendapatan
Diperlukan xxx
differensial
tambahan
Biaya
biaya produksi differensial (xxx)
A
Aktiva
B
differensial
Pengambilan keputusan yang diambil hanya perilaku selamajanhka kuran dari 1
periode akuntansi (1 th ) baik kegunaannya maupun pengaruhnya untuk hal
tersebut.

a. Menjual atau memproses lebih


lanjut

Contoh :
Sebuah perusahaan kulit bisa memilih alternatif menjual kulit
mentah (kulit yang belum dimasak) atau memasak lebih lanjut jadi kulit sesudah
dimasak. Harga jual kulit mentah Rp 4.500 per lembar dimana harga pokoknya
Rp 3.000,- apabila diolah leih kanjuut menjadi kulit masak harga jual satu
lembar Rp 7.500,- dan tambahan biaya variabel adalah Rp 1.500 per lembar.
Perusahaa bisa membuat 10.000 lembar tiap oeriode. Dengan data-data tersebut
bisa diketahui dengan perhitungan biaya differensial sebagai berikut
Analisis Pengambilan Keputusan

Pendapatan dari penjualan kulit masak Rp 75.000.000,-


Dikurangi :
Biaya Differensial (tambahan biaya meneruskan proses masak) 10.000 X Rp 1.500,-
Rp 15.000.000,-
Opportunity Cost dari penjualan kulit metah 10.000 X Rp 4.500,-
Rp 45.000.000,-
Kelebihan Pendapatan Differensial dari biaya Differensial karena meneruskan proses
Rp 15.000.000

Dengan melihat perhitungan tersebut, perusahaan bisa memilih


meneruskan membuat kukit masak karena mendatangkan laba
lebih banyak atau mendatangkan laba lebih banyak atau
mendatangkan pendapatan differensial sebesar Rp 15.000.000,-
b. Kombinasi produk

Dalam praktek banyak perusahaan memilki aktiva tetap yang bisa


digunakan untuk memproduksi dua atau lebih jenis barang
(product), perusahaan bisa memilih salah satu atau kedua-duanya
(lebih) untuk diprodusir tergantung mana yang memberikan laba
total yang paling besar (Abdul Halim:25)
Contoh 1 : dua produk tidak ada batasan

Perusahaan “Dian” bisa memilih membuat produk A dan B dimana data-data


biayanya sebagai berikut :
Produk A Produk B
Harga Jual per unit Rp 500,- Rp 400,-
Biaya variabel per unit Rp 250,- Rp 300,-
Contribution margin per Rp 250,- Rp 100,-
unit

Biaya Tetap Total Rp 2.500.000,-


Dengan anggapan tidak ada hal-hal lain yang membatasi misalnya :
luas pasar, kapasitas mesin dan sebagainya maka tentu saja perusahaan akan
memilih memprodusir produk A sebanyak-banyaknya karena contribution
marginnya lebih besar sehingga akan menghasilkan laba lebih besar.
Contoh 2 : dua produk satu batasan

Dengan anggapan bahwa pasar dari masing-masing


produk diatas tidak ada batasannya (semua produk bisa dijual
habis dipasaran) tetapi aktiv atetap perusahaan “Dian” hanya
berkapasitas kerja selama 400.000 jam per periode. Di sini
batasannya adalah daya kerja aktiva tetap (mesin) dimana
untuk produk A bisa diselesaikan dalam waktu 20 jam dan
produk B dalam waktu 4 jam. Maka perusahaan akan memilih
memprodusir dan menjual 20.000 unit produk A yaitu :
400.000 jam X 1 unit = 20.000 unit atau 100.000 unit produk B
20 jam
yaitu : 400.000 jam X 1 unit = 100.000 unit
4 jam
Dengan perhitungan dibawah ini perusahaan bisa melihat produk mana
yang bisa memberikan kontribusi laba yang paling besar

Analisis Pengambilan Keputusan PT. "DIAN"


Produk A Produk B
Penjualan
(20.000 X Rp 500) Rp 10.000.000
(100.000 X Rp 400) Rp 40.000.000
Biaya Variabel
(20.000 X Rp 250) Rp 5.000.000
(100.000 X Rp 300) Rp 30.000.000
Contribution Margin Rp 5.000.000 Rp 10.000.000
Biaya Tetap Rp 2.500.000 Rp 2.500.000

Laba Bersih Rp 2.500.000 Rp 7.500.000


Dengan hanya dibatasi oleh kapasitas kerja jam mesin
maka perusahaan “Dian” akan memilih memproduksi
Produk B yang memberi lebih besar keuntungan
dibanding produk A.

Kalau manajemen tidak cermat tentu sepintas akan


kelihatan bahwa produk A Contribution Margin lebih
besar tetapi secara total produk A lebih kecil memberi
contribution margin daripada produk B.
Kita perhatikan perhitungan berikut :

Produk A Produk B
Harga Jual Rp 500 Rp 400

Biaya Variabel Rp 250 Rp 300


Contribution Margin per unit Rp 250 Rp 100
20 jam 4 jam
Jam yang dibutuhkan untuk
membuat satu unit produk
Contribution Margin per jam
250 Rp 12,50
20
100
Rp
4 25

Contribution Margin Total Rp 5.000.000 Rp 1.000.000


(400.000 jam)
Contoh 3: dua produk beberapa batasan

Di dalam contoh 2 dengan anggapan pasar tidak dibatasai dalam arti


baik memproduksi produk A maupun produk B berapapun bisa diserap oleh
pasar. Dalam contoh 3 ini ada dua pembatasan pertama pasar hanya bisa
menyerap 80.000 produk B tetapi produk A pasar tidak terbatas, sedang
kapasitas jam kerja mesin tetap terbatas yaitu 400.000 jam kerja.
Dengan batasan-batasan tersebut maka laba maksimum yang bisa
dicapai dari penjualan produk A dan B bisa dicari dengan metode coba-coba
(Trial and Error) yaitu dengan mencoba berbagai kemungkinan diproduksi
kombinasi antara produk A dan B. Tetapi lebih tepat dibantu dengan
pendekatan metode grafik.
Yaitu membuat garis grafik produk A dan B sebagai berikut:
> Jam yang dibutuhkan
50.000 B = 50.000 x 4 jam = 200.000 jam
A 10.000 A = 10.000 x 20 jam = 200.000 jam
20.000
400.000 jam
18
Pendapatan marginal
50.000 x Rp. 100 = Rp. 5.000.000
10.000 x Rp. 250 = Rp. 2.500.000
Jumlah Rp.
4 7.500.000
3 > Jam yang dibutuhkan:
B
2
10 80 100 80.00 B = 80.000 x 4 jam = 320.000 jam
4.000 A = 4.000 x 20 jam = 80.000 jam
400.000 jam

Pendapatan marginal
80.000 x Rp. 100 = Rp. 8.000.000
4.000 x Rp. 250 = Rp. 1.000.000
Rp.
9.000.000
Setelah dilakukan trail and error dengan pertolongan grafik akan
diketahui bahwa kombinasi yang paling banyak memberikan laba
adalah pada saat dibuat 80.000 unit produk B dan 4.000 produk A,
dengan mendatangkan contribution margin yang paling besar yaitu:
Produk B 80.000 x Rp. 100 = Rp. 8.000.000
Produk A 4.000 x Rp. 250 = Rp. 1.000.000
Jumlah contribution margin = Rp. 9.000.000
E.4. Membuat sendiri atau membeli dari luar

Fasilitas yang digunakan untuk


membuat dihentikan
Perusahaan sekarang pemakaiannya
membuat, mempertimbangkan kep:
akan membeli dari pemasok luar A>B. Alternatif membeli dipilih
A<B. Alternatif tidak dipilih

Fasilitas yang digunakan untuk


membuat dapat
disewakan/operasikan
Membuat/ untuk kegiatan bisnis yang lain.
membel
i Kep:
(A+B)>C. Alternatif dipilih
(A+B)<C. Alternatif tidak dipilih

Tidak diperlukan tambahan


Perusahaan sekarang membeli fasilitas produksi
dari pemasok luar,
mempertimbangkan kep:
membuat sendiri A>B. Alternatif dipilih
A<B. Alternatif tidak dipilih

Diperlukan tambahan fasilitas


Contoh

Suatu perusahaan yang bergerak di bidang


perakitan sebenarnya dapat memproduksi sendiri suatu
jenis suku cadang yang diperlukan. Berikut adalah
perhitungan biaya produksi suku cadang tersebut:
Perusahaan mendapatkan tawaran suku cadang sejenis dari perusahaan
lain dengan harga pemesanan hanya Rp 150 per unit. Berdasarkan hal
tersebut perusahaan dihadapkan pada pilihan membuat sendiri atau
memesan pada perusahaan lain dengan harga per unit yang lebih murah.
Dalam hal ini pengambilan keputusan harus mempertimbangkan biaya
terhindarkan dan mengabaikan biaya tidak relevan atau biaya yang tidak
terhindarkan, seperti biaya alokasi dari departemen lain. Biaya penyusutan
merupakan biaya akibat keputusan masa lalu sehingga termasuk biaya tidak
relevan dalam pengambilan keputusan.Jadi yang perlu diperhitungkan dalam
analisis pengambilan keputusan adalah hanya biaya yang relevan saja, yaitu
biaya yang berbeda karena dipilihkan suatu alternatif tindakan.
Kesimpulan :
Ternyata dengan membuat sendiri
terdapat selisih menguntungkan
sebesar Rp 40 per unit suku
cadang yang diproduksi, sehingga
seyogyanya perusahaan memilih
alternatif membuat sendiri suku
cadang yang
dibutuhkan.
E.5. Menghentikan produk yang tidak
menguntungkan Biaya Differensial
Fasilitas
Biaya terhindarkan
produksi
yang lama
dihentikan
pemakaiannya
Pendapatan Differensial
Menghentikan/m
elanjutkan
produksi atau
kegiatan

Biaya differensial
Fasilitas
Biaya terhindarkan
produksi
lama dapat
dimanfaatkan Biaya kesempatan
dalam kegiatan
bisnis yang lain
Kep : A+ = Pengentian produksi produk dipilih Pendapatan differensial
A- = Penghentian produksi tidak dipilih
(Mulyadi: 142)
Contoh Menghentikan atau Melanjutkan Produksi Produk
Tertentu :
Suatu toko memiliki 3 departemen : departemen kosmetika ,
departemen pakaian, departemen bahan kelontong. Laporan
laba-rugi tiap departemen tahun anggaran 20x4 disajikan sbb:

Kosmetika Pakaian Brg Kelontong


Hasil Penjualan Rp. 50.000.000 Rp. 25.000.000 Rp.25.000.000
Biaya Variabel Rp. 25.000.000 Rp. 10.000.000 Rp. 12.000.000
Laba Kontribusi Rp. 25.000.000 Rp. 15.000.000 Rp. 13.000.000

Biaya tetap terhindarkan Rp. 10.000.000 Rp. 8.000.000 Rp. 11.000.000


By tetap tidak terhindarkan Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 3.000.000
Jumlah biaya tetap Rp. 13.000.000 Rp. 13.000.000 Rp. 14.000.000

Laba (rugi) bersih Rp. 12.000.000 Rp. 4.000.000 (Rp. 1.000.000)


Manfaat :
Biaya diferensial berupa biaya yang terhindarkan dengan ditutupnya kegiatan usaha
departemen barang kelontong :
Biaya variabel Rp. 12.000.000
Biaya tetap terhindarkan Rp. 11.000.000
Total manfaat (benefit) Rp. 23.000.000
Pengorbanan :
Pendapatan diferensial yang berupa pendapatan
Penjualan yang hilang dengan ditutupnya kegiatan
usaha departemen barang kelontong Rp. 25.000.000
Manfaat lebih kecil dari pengorbanan jika alternatif
menghentikan kegiatan usaha departemen brg kelontong dipilih Rp 2.000.000
E.6. Menerima atau tidak pesanan khusus

Apabila kapasitas mesin perusahaan belum penuh dan pada saat itu ada
pesanan yang meminta harga jualnya dibawah harga pokok produksi dalam
hitungan biaya penuh. Maka yang perlu diperhatikan adalah:
• Berapakan pesanan tersebut akan menambah laba total perusahaan atau
tidak.
• Apakah pesanan tersebut merusak harga pasar dari produk lain pesanan
khusus tersebut atau tidak.
Apabila memiliki kedua batasan diatas yaitu menambah laba perusahaan
secara keseluruhan dan tidak merusak pasar dari produk yang ada maka bisa
disetujui oleh manajemen.
(Mulyadi: 144).
Contoh

PT. Oki memproduksi produk X dalam pabrik ya


ng berkapasitas 200.000 satuan pertahun . Unt
uk tahun anggaran 20X1 perusahaan merencan
akan akan memproduksi dan menjual produk X
sebanyak 150.000 satuan dengan harga jual seb
esar Rp.1.250 persatuan. Anggaran biaya untuk
tahun tsb sbb:
Persatuan Total
Biaya Variabel :
By. Produksi variabel Rp.400 Rp. 60.000.000
By.komersial variabel 120 18.000.000
Biaya Tetap :
By.Produksi tetap 300 45.000.000
By. Komersial tetap 150 22.500.000
Rp.970 Rp.145.000.000
Misal perusahaan menerima pesanan khusus ( diluar pesanan yang
reguler ) sebanyak 30.000 satuan produk X dari perusahaan lain. Harga
yang diminta oleh pemesan Rp.750 perpesanan.
Pendapatan diferensial : 30.000 satuan x Rp.750 Rp.22.500.000
Biaya diferensial:
By. Produksi Variabel Rp.12.000.000
By. Komersial Variabel Rp. 3.600.000
Rp.15.600.000
Laba Diferensial Rp. 6.900.000
Berdasarkan informasi akuntansi diferensial seperti disajikan diatas maka
sebaiknya PT. Oki menerima pesanan khusus tersebut.
E.7. Pengambilan keputusan jangka panjang

a. Penggantian Aktiva Tetap

Penggantian ativa tetap dilakukan manajemen


karena berbagai alasan yaitu keausan/kerusakan fisi
k dan perkembangan teknologi.

Dengan demikian manajemen pada umumnya


dihadapkan ada pemilihan alternatif: terus menggu
nakan aktiva tetap yang lama atau mengganti deng
an aktiva tetap yang baru. (Mas’ud: 5)
Contoh

Mesin Lama Mesin Baru


Harga perolehan Rp 10.000.000 Rp 12.000.000
Nilai buku Rp 8.000.000 -
Taksiran umur 5 th 4 th
ekonomis
Sisa umur ekonomis 4 th 4 th

Nilai jual sekarang Rp. 3.000.000 -


Nilai jual 4 th y.a.d 0 0
Biaya operasi Rp 20.000.000 Rp 15.500.000
variabel/th
Dalam pemilihan alternatif, manajemen harus
mempertimbangkan biaya differensial selama taksiran
umur ekonomis mesin baru. Berdasarkan data diatas
mungkin manajemen akan mempertimbangkan untuk
tetap menggunakan mesin lama, karena dengan
dijualnya mesin lama untuk diganti dengan mesin baru,
perusahaan akan menderita kerugian penjualan
mesin lama sebesar Rp 5.000.000 (harga jual –nilai
buku). Akan tetapi perlu diingat bahwa pengambilan
keputusan tersebut nilai buku mesin lama merupakan
biaya tenggelam sehingga tidak relevan dalam
pengambilan keputusan. Analisis yang dilakukan
oleh manajemen sebaiknya hanya terbatas pada biaya-
biaya relevan saja, yaitu sebagai berikut:
Alternatif I terus Alternatif II Biaya
menggunakan menggunakan differensial
mesin lama mesin baru selama 4 tahun
Harga perolehan Rp. 12.000.000 Rp. 12.000.000
(peny) Mesin
baru)
Nilai jual mesin (Rp. 3.000.000) (Rp. 3.000.000)
laba
Biaya operasi Rp. 80.000.000 Rp. 62.000.000 (Rp. 18.000.000)
variabel
Rp. 9.000.000
Berdasarkan analisi diatas:
• Penyusutan mesin batu merupakan biaya relevan karena
penyusutan mesi baru adalah biaya mesin yang akan datang yang
berlaku juka salah satu alternatif dipilih. Sebaliknya penyusutan
mesin lama selama sisa umur ekonomis jika alternatif I dipilih,
meskipun merupakan biaya masa yang akan datang, jumlahnya
akan tetap sama dengan pengahapusan nilai buku mesin lama jila
alternatif II dipilih. Dengan demikian penyusutan mesin lama
merupakan biaya tidak relevan.
• Nilai jual mesin lama merupakan pendapatan yang berbeda jika
salah satu alternatif dipilih.
• Biaya operasi variabel, merupakan biaya tambahan jika alternatif I
dipilih atau penghematan biaya jika alternatif II dipilih.
b. Nilai Waktu Uang
Di dalam pengambilan keputusan jangka panjang,
nilai waktu dan uang memegang peranan yang sangat
penting. Uang Rp. 100 sekarang beda nilainya dengan
Rp. 100 yang akan diterima satu tahun kemudian.
Seseorang akan lebih menyukai menerima uang
segera daripad ditunda demikian dan ia akan menukarkan
sejumlah uangnya sekarang dengan jumlah yang sama
pada dimasa yang akan datang. Ia akan memegang
prinsip bahwa jumlah uang yang akan datang harus lebih
dari pada jumlah sekarang. (Mas’ud: 8)
Ket: 𝐼𝑛 = investasi tahun ke – n
𝐼𝑜 = investasi tahun ke – 0 𝐼𝑛 = 𝐼𝑜 ( 1 + 𝑖)𝑛
I = tingkat bunga
N = jangka waktu
1
NT = AK × (1+𝐼)𝑛
Rumus perhitungan nilai tunai:

Ket: NT = Nilai Tunai I = Tingkat bunga


AK = Aliran Kas n = jangka waktu
Untuk pengambilan keputusan investasi semua aliran kan yang diperkiarakan
akan diterima dan dikeluarkan selama umur investasi harus dinyatakan
nilainya pada nilai tahun ke-0, dengan kata lain harus dihitung nilai tunainya
agar dapat diperbandingkan.
Rumus perhitungan nilai tunai:

NT = AK ×
1
(1+𝐼)𝑛

Ket: NT = Nilai Tunai I = Tingkat bunga


AK = Aliran Kas n = jangka waktu
Contoh

PT Surabaya merencanakan akan menanamkan uang dalam pembelian


sebuah kendaraan seharga Rp. 4.600.000. jika kendaraan tersebut
diperkirakan akan mempunyai umur ekonomis 4 tahun dan pada akhir
tahun ke empat dianggap tidak mempunyai nilai residu serta tiap tahun
menghasilkan aliran kas bersih Rp. 1.800.000 (yaitu selisih pendapatan
tunai dengan biaya per tahun), maka dengan tarif kembalian invesrtasi
10% pertahun jumlah nilai tunai aliran kas bersih dihitung seperti disajikan
pada gambar 3.4.

Atas dasar data tersebut pada gambar 3.4 rencana investasi tersebut
dapat diterima karena jumlah investasi pada tahun ke-0 sebesar
Rp.4.600.000 tersebut dapat menghasilkan aliran kas, yang jika dinilai
tunaikan nerjumlah Rp. 5.704.200. Jadi jumlah kas yang akan diterima
lebih besar Rp. 1.104.200 (Rp. 5.704.200 – Rp. 4.600.000) bila
dibandingkan dengan pengorbanan yang akan dilakukan.
Aliran kas Nilai Tunai Nilai tunai
bersih per Rp. 1 aliran kas
tahun bersih tunai
Tahun (1) (2) (3)
1 Rp. 1.800.000 Rp. 0,909 Rp. 1.636.200
2 Rp. 1.800.000 Rp. 0,826 Rp. 1.486.800
3 Rp. 1.800.000 Rp. 0,751 Rp. 1.351.200
4 Rp. 1.800.000 Rp. 0,683 Rp. 1.229.400
Jumlah nilai Rp. 5.764.740
tunai
Gambar 3.4 nilai tunai aliran kas masuk
bersih

1 1
(1 + 10%)1 1 − 10
NILAI WAKTU UANG DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
JANGKA PANJANG

Nilai waktu uang memgang peranan penting dalam


pengambilan keputusan jangka panjang.
Hal tersebut mengingat investasi akan berjalan
dalam waktu yang relatif lama pada waktu yang
akandatang akan mempunyai nilai berbeda-beda
bila dinilai sekarang.
F.1. Bunga Tetap
Rumus :
𝐼 =𝑝𝑥𝑛𝑥𝑖

Keterangan : I = besarnya keseluruhan bunga

n = jumlah tahun/bulan

P = besarnya pinjaman
i = tingkat bunga
Contoh:
Perusahaan akan meminjam uang ke bank untuk membiayai proyek
investasi sebesar Rp. 15.000.000 dengan bunga 20% pertahun dalam
waktu 4 tahun dan diangsur 4 kali. Maka berapa bunga yang harus
dibayar?
Jawab: Bunga yang harus dibayar selama 4 tahun:
I = p.n.i
= Rp. 15.000.000 x 4 x 20%
I = Rp. 12.000.000
Uang yang harus dikembalikan:
F = p (1 + n.i)
= Rp. 15.000.000 (1+ 4. 20%)
= Rp. 15.000.000 x 180%
= Rp. 27.000.000
F.2. Nilai Majemuk

Nilai majemuk adalah penjumlahan dari sejumlah uang


permulaan atau pokok dengan bunga yang diperolehnya selama
periode tertentu, apabila bunga tidak diambil setiap saat. (Drs.
H. Gitosudarmo.M.Com, 2002: 124)
Rumus :
𝐼𝑛 = 𝐼0 (1 + 𝑖)𝑛

Ket : In = investasi pada tahun ke- n


i = tingkat bunga
Io = investasi pada tahun ke-0
n = jangka waktu
(Mulyadi, 2001: 125)
Contoh

Contoh:
Nilai Rp. 200 yang diinvestasikan sekarang pada tingkat
bunga majemuk 20% pertahun, akan bertambah pada akhir
setiap tahun selama 4 tahun.
Jawab:
Nilai investasi pada tahun ke-n dengan tingkat bunga i =
20% yaitu:
𝐼𝑛 = 𝐼𝑜 (1 + 𝑖)𝑛
= 𝑅𝑝. 200 (1 + 0,20)4
= Rp. 200 (2,0736)
= Rp. 414,72
F.3. Nilai Sekarang

Merupakan besarnya jumlah uang, pada permulaan periode


atas dasar tingkat bunga tertentu dari sejumlah uang yang baru akan
diterima beberapa waktu atau periode ayng akan datang. (Drs. H.
Gitosudarmo, 2002: 126)
Rumus:
1
𝑁𝑇 = 𝐴𝐾 +
1+𝑖 𝑛

Ket: NT = nilai tunai


i = tingkat bunga
AK = arus kas
n = jangka waktu
(Mulyadi, 2001: 125)
Contoh

Berapa nilai sekarang dari sejumlah uang sebesar Rp.


20.000.000 yang baru akan diterima pada akhir tahun ke-5
bila didasarkan tingkat bunga 10% dengan bunga majemuk?
Jawab:
1 20.000.000 20.000.000
NT = AK x = 5 = = Rp. 12.414.649,29
(1+𝑖)𝑛 (1+0,1) 1,6
Nilai tunai
Arus kas
arus kas
Tahun bersih Nilai tunai Rp
bersih
pertahun
tahunan
(1) (2) (3)
1 Rp. 2.000.000 0,909 Rp. 1.818.182
2 Rp. 2.000.000 0,826 Rp. 1.652.893
3 Rp. 2.000.000 0,751 Rp. 1.502.630
4 Rp. 2.000.000 0,683 Rp. 1.366.027
Rp. 6.339.732
Hubungan nilai waktu dari uang dan
kebijaksanaan investasi
Kebijaksanaan investasi akan terkait pada masa yang akan datang, tetapi
dalam penilaian menguntungkan tidaknya akan dilaksanakan pada saat
sekarang. Dengan demikian terutama penerimaan bersih dari pelaksanaan
investasi yang akan diterima pada waktu yang akan datang harus dinilai
sekarang
Penerimaan pada waktu yang akan datang pada dasarnya adalah net cash
flow dari pelaksanaan investasi yang akan terdiri dari:
a) Biaya proyek atau investasi awal. Biaya ini meliputi biaya untuk memperoleh
investasi tersebut dan biaya-biaya investasinya serta modal kerja untuk
membiayai operasi awal dari proyek investasinya yang bersangkutan.
b) Cash flow dan cash out flow selama proyek investasi berjalan.
c) Nilai residu dari proyek investasi yang bersangkutan.
d) Cash in flow dan cash out flow lain-lain diluar proses pelaksanaan proyek
investasi tersebut (Drs. H. Indriyo Gitosudarmo. M.Com, 2002: 131)
KESIMPULAN

Sebelum kita mengambil keputusan jangka panjang


hendaknya kita memikirkan tentang nilai mata uang dan
pendapatan yang akan diperoleh atau pendapatan bunga
selama tahun bunga kita tanamkan, hal tersebt mengingat
investasi akan berjalan pada waktu yang relatif lama pada waktu
yang akan datang sehingga penerimaan pada waktu yang akan
datang akan mempunyai nilai yang berbeda-beda bila dinilai
sekarang.
Maka, apabila ada 2 pilihan menerima uang Rp. 150
sekarang atau setahun kemudian, maka akan lebih baik kita
menerima uang itu sekarang. Karena nilai uang itu dapat kita
tanamkan untuk memperoleh pendapatan bungan selama
setahun

23
2
TUJUAN PEMBELAJARAN

Diharapkan mengetahui konsep, manfaat informasi


1 akuntansi pertanggung jawaban

Diharapkan mengetahui sistem akuntansi pertanggung


2 jawaban tradisional dan Activity Based Responsibility
Accounting System.

Diharapkan mengetahui rekayasa informasi akuntansi


3 pertangung jawaban
Sejalan dengan metode pengendalian
biaya yang digunakan dalam
perusahaan.
Dalam sistem akuntansi
pertanggungjawaban tradisional,
informasi akuntansi
pertanggungjawaban merupakan
informasi aktiva, pendapatan, dan
atau biaya, yang dihubungkan dengan
manajer yang bertanggung jawab atas
pusat pertanggung jawaban tertentu.
Dalam Activity-based responsibility
accounting system, informasi
akuntansi pertanggungjawaban adalah
informasi aktiva, pendapatan, dan
atau biaya yang dihubungkan dengan
aktivitas penambah dan bukan
penambah nilai.
Pengertian Informasi Akuntansi
Pertanggungjawaban:

a. Menurut Mulyadi b. Menurut Bambang c. Menurut Abdul HnIim


(1997:18) Hariadi (2002.40) dan Bambang Supomo
(2001:9)
lnformasi akuntansi Informasi Akuntansi
Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban Informasi Akuntansi
adalah informasi aktiva, adalah sutau Pertanggungjawaban
pendapatan, dan atau informasi tentang adalah suatu informasi
biaya yang pendapatan, biaya tentang pendapatan, biaya
dihubungkan dengan atau aktiva yang atau aktiva yang dikaitkan
manajer yang menjadi wewenang dengan suatu bagian atau
bertanggungjawab atas dan tanggung jawab unit di dalam perusahaan.
pertanggungjawaban unit-unit organisasi
tertentu. yang ada dalam
perusahaan.

Dari pengertian-pengertian tersebut di atas dapat
disumpulkan lnformasi Akuntansi Pertanggungjawaban
adalah suatu informasi tentang aktiva, pendapatan dan
biaya yang menjadi wewenang dan tanggung jawab unit-
unit organisasi yang bertanggung jawab atas pertanggung
jawaban tertentu dalam suatu perusahaan.
1. Menurut Mulyadi (1997:170-174)

a. Informasi akuntansi pertanggung jawaban yang


berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat
untuk penyusunan anggaran.

Proses penyusunan anggaran pada dasamya merupakan proses


penetapan peran (rol setting) dalam usaha pencapaian sasaran
perusahaan, suber daya yang disediakan untuk
memungkinakan manajemen berperan dalam usaha pencapaian
sasaran perusahaan tersebut diukur dengan informasi
akuntansi.
b. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa informasi
masa lalu bermanfaat sebagai :

 Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai kinerja manajer


pusat pertanggung jawaban Informasi pertanggung jawaban merupakan
informasi yang penting dalam proses perencanaan dan manajer yang
bertanggung jawab terhadap perencanaan dan realisasinya.

Berdampak langsung terhadap motivasi


◍ Informasi akuntansi manajer dengan mempengaruhi
pertanggung jawaban kemungkinan usaha diberi
sebagai pemotivasi manjer penghargaan
Informasi akuntansi akan
Informasi akuntansi pertanggungjawaban
berdampak terhadap digunakan untuk mengukur kinerja
motivasi manajer melalui 2 manajer.
jalur:
Dengan menyajikan informasi biaya yang dipisahkan ke dalam
biaya penambah dan bukan penambah nilai, manajemen dapat :

 Memperoleh informasi  Memperoleh biaya-  Memperoleh


biaya bukan-penambah bukan-penambah nilai informasi biaya-
dan bukan-penambah bukan-penambah nilai
nilai yang yang memungkinkan
mereka memusatkan yang memungkinkan
mengambarkan
besarnya pemborosan mereka melakukan
pengendalian mereka penyempurnaan
yang sekarang dialami
oleh perusahaan dalam terhadap aktivitas- efisiensi aktivitas-
memenuhi kebutuhan bukan-penambah penambah nilai.
customer. nilai.
d. lnformasi akuntansi
pertanggungjawaban
memungkinkan
pemantauan efektivitas
program pengelolaan
• memantau efektivitas
aktivitas. program pengelolaan
aktivitas
• Merumuskan keputusan-
keputusan strategik.
2. Menurut Abdul Halim dan
Bambang Supomo (2001:9)

◍ a. Informasi Akuntansi ◍ b. Informasi akuntansi


pertanggung jawaban pertanggungjawaban
masa lalu bermanfaat yang menyangkut masa
untuk menganalisis yang akan datang
prestasi dari masing- digunakan dalam
masing manajer pusat kegiatan perencanaan,
pertanggung jawaban khususnya perencanaan
dan membantu tahunan, yang dikenal
membangkitkan motivasi sebagai anggaran.
para manajer pusat
pertanggungjawaban.
3. Menurut Bambang Hariadi
(2002:41)

◍ a. Informasi masa lalu ◍ b. Informasi masa


untuk penyusunan yang akan datang,
analisa kinerja dan estimasi biaya yang
pelaporan. menjadi tanggung
jawab seseorang
digunakan dalam
proses perencanaan,
khususnya dalam
proses perencanaan
tahunan (budget).
Kesimpulan : Manfaat yang diperoleh dari
informasi akuntansi pertanggungjawaban
yaitu manajer dapat mengetahui program
yang telah direncanakan untuk
pengambilan keputusan-keputusan
dalam perusahaan.
1. Sistem Akuntansi Pertanggung
jawaban Tradisional
Sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional adalah suatu sistem akuntansi
yang disusun sedemikian rupa sehingga pengumpulan dan pelaporan biaya dan
atau pendapatan dilakukan sesuai dengan pusat pertanggung jawaban dalam
organisasi, dengan tujuan agar dapat ditunjuk orang/ kelompok orang yang
bertanggung jawab atas penyimpangan biaya dan atau pendapatan yang
dianggarkan (Mulyadi,1997:214)

248
Sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional mempunyai
karakteristik seperti dibawah ini:

1. Adanya identifikasi pusat pertanggungjawaban


2. Standar ditetapkan sebagai tolok ukur kinerja manajer yang
bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
3, Kinerja manajer diukur dengan membandingkan realisasi dengan
anggaran
4. Manajer secara individual diberi penghargaan atau hukuman
berdasarkan kebijakan manajemen yang lebih tinggi

(Mulyadi,1997:186).

249
Dalam penetapan ukuran prestasi, sistem
Sistem akuntansi akuntansi pertanggungjawaban tradisional
pertanggungjawaban menggunakan budget dan standar sebagai ukuran
tradisional mengarahkan yang relatif stabil untuk periode waktu tertentu dan
perhatian pada unit-unit cenderung mendukung hasil yang dimpai saat
organisasi yang bersifat
sekarang.
fungsional dan manajer
sebagai pribadi. Tanggung
jawab dinyatakan dalam
bentuk tanggung jawab Dalam hal penilaian prestasi, akuntansi
terhadap ukuran keuangan, pertanggung jawaban tradisional membandingkan
seperti laba, biaya,
antara hasil sesungguhnya dengan budget dan standar
penghasilan, dan
dalam penilaian ini pada prinsipnya manajer hanya
investasi.
diminta bertanggung jawab atas hal-hal yang mereka
kendalikan seperti dalam budget.

250
Dalam lingkungan bisnis yang senantiasa berubah-
Kelemahan- ubah mengikuti kemajuaan jaman, sejumlah
kelemahan kelemahan akuntansi pertanggungjawaban
tradisional dapat dijelaskan seperti di bawah ini :
sistem
akuntansi
pertanggung 1.Mengabaikan biaya yang tidak memberikan nilai
jawaban tambah

tradisional 2.Memberikan perhatian lebih pada biaya tenaga kerja


3.Memfokuskan pada kondisi ekstern
4.Memberikan perhatian lebih pada ukuran keuanagn
5.Perhitungan selisih mendorong tingkah laku negatif

251
Sistem akuntansi
pertanggungjawaban tradisional
dirancang berlandaskan atas dasar
beberapa asumsi yaitu:
• Pengelolaan berdasarkan
penyimpangan

\Pengelolan ini berangapan bahwa Dengan melihat penyimpangan yang terjadi


untuk mengelola dan dalam perusahaan, maka manajemen akan
mengendalikan aktivitas memusatkan perhatian terhadap perbaikan
perusahaan, manajer harus ketidakefisienan yang terjadi. Pelaporan
memusatkan perhatiannya secara periodik yang disajikan oleh akuntansi
terhadap bidang yang tidak pertanggung jawaban kepa da manjer yang
mencapai sasaran sesuai dengan bertanggung jawab sangat cocok digunakan
sasaran yang dianggarkan atau untuk menarik perhatian mereka kearah
sasaran standar, jadi disini bidang yang terdapat penyimpangan di
terdapat penyimpangan dari hasil dalamnya, dan segera melakukan perbaikan.
sesungguhnya.
• Pengelolaan berdasarkan tujuan
(Manajemen By Objective)

◍ Dalam MBO manajer atas ◍ Sistem akuntansi peretanggungjawaban


maupun bawah bersama-sama menyediakan kemudahan bagi
menetapkan sasaran bersama manajemen dalam merupakan MBO ini,
yang dinyatakan dalam hasil akuntansi pertanggung jawaban
atau sasaran yang diharapkan memberikan kerangka kerja untuk
dan secara bersama-sama merumuskan sasaran dan rencana
memantau kemajuan dan secara rinci.
pencapaian sasaran tersebut.
• Struktur
Akuntansi pertanggungjawaban tradisional
pertanggung menggangap bahwa pengendalian organisasi
jawaban dapat meningkat dengan cara menciptakan
sesuai jaringan pusat pertanggungjwaban yang sesuai
dengan dengan struktur organisasi formal perusahan.
hierarki Struktur organisasi mencerminkan pembagian
dan hierarki wewenang dalamperusahaan
organisasi
melalui struktur organisasi, manajemen
melaksanakan pendelegasian wewenang dalam
perusahaan.
• Manajer dan bawahannya bersedia untuk menerima
tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka
melalui hierarki organisasai.

Hal yang terpenting dalam menentukan agar sistem akuntansi


pertanggungjawaban ini berhasil adalah kesediaan para manajer
pusat untuk menerima tanggung jawab yang diberikan kepada
mereka.

Untuk mendorong penerimaan tanggung jawab, kultur organisasi


harus memungkinkan para manajer untuk kadang-kadang gagal
dalam tugas mereka, tanpa hams takut untuk menerima
hukuman atas kegagalan mereka tersebut.

256
• Sistem
akuntansi Sistem akuntansi pertanggungjawaban memberikan
pertanggung kesempatan kepada manajer untuk merumuskan
jawaban sasaran mereka sendiri dan membuat keputusan
mendorong dalam rangka tanggung jawab yang didelegasikan
kerjasama oleh manajer di atasnya, maka hal ini akan
bukan meningkatkan kesetiaan, harga diri dan rasa penting
dalam diri manajer (Mulyadi,1997:175-180).
kompetisi

257
2. ACTIVITY-BASTED RESPON
SIBILITY ACCOUNTING SYSTEM.

◍ Activity-based responsibility adalah suatu ◍ Aktivitas penambah nilai


sistem akuntansi yang disusun sedemikian adalah aktivitas yang perlu
rupa sehingga pengumpulan dan dilakukan untuk menjaga
pelaporan biaya dilakukan menurut agar perusahaan tetap
aktivitas penambah dan bukan penambah bertahan dan berkembang
nilai untuk memungkinkan manajemen dalam bisnis yang
merencanakan pengelolaan aktivitas dan dijalankannya (Bambang
memantau hasil perbaikan Hariadi,2001:353-354).
bersinambungan atas berbagai aktivitas
untuk pembuatan produk/ penyerahan jasa
(Mulyadi,1997:214) .
1 2 3
Aktivitas Pembahan Aktivitas
yang mampu sifat tersebut tersebut
menghasilka tidak dapat memungkink
n perubahan dicapai oleh an aktivitas
suatu aktivitas lain dapat
keadaan. sebelumnya dilaksanakan
Aktivitas
bukan penambah nilai

Aktivitas bukan penambah nilai adalah aktivitas


yang tidak memberikan nilai tambah dan
merupakan aktivitas yang tidak perlu dilakukan
karena tidak membuat perusahaan dapat
bertahan/berkembang dalam
bisnisnya(Bambang Harindi,2001:354).
1 Pembuatan skedul:
Penggunaan waktu dan
2 Pemindahan: Aktivitas
yang menggunkan waktu 3 Penantian aktivitas
yang di dalamnya
Sumber daya untuk dan sumber daya untuk
memindahkan bahan bahan baku dan produk
menentukan kapan berbagai dalam proses untuk
baku, produk dalam
produk yang berbeda proses dan transfer menggunakan waktu
dimasukkan kedalam proses produk jadi dari satu dan sumber daya untuk
produksi dan bagaimana departemen ke menunggu proses
berbagai produk tersebut departemen lainnya. berikutnya.
diproduksi.

4 5
lnspeksi aktivitas yang menggunakan waktu dan Penyimpanan: Aklivitas yang mengunakan waktu
sumber daya untuk menjamin produk yang dan sumber daya, selama produk dan bahan baku
dihasilkan sesuai dengan mutu yang sudah disimpan sebagai bahan sediaan. (Mulyadi,1997)
ditetapkan.
Dalam akuntansi pertanggungjawaban berbasis aktivitas untuk mengurangi dan akhinya
menghilangkan aktivitas-bukan penambah nilai dalam pengelolaan aktivitas ada beberpa
macam cara yang ditempuh, antara lain:

1 2 3
Pengurang aktivitas
Pemilihan
(activity reduction)
aktivitas(activity
selection)
Pengurang biaya dapat
Penghilang aktivitas
dicapai dengan
(activity elimination) Pengurang biaya
mengurangi waktu dan
dapat dicapai dengan
sumber daya yang
Pengurang biaya dapat pemilihan aktivitas
diperlukan oleh suatu
dicapai dengan melakukan dari serangkaian
aktivitas.Pendekatan
penghilangan aktivitas-bukan- aktivitas yang
pengurangan penambah
penambah nilai. diperlukan untuk
nilai sebagai strategi
melaksanakan
jangka pendek sampai
berbagai strategi yang
aktivitas-aktivitas tersebut
kompetitif.
dapat dihilangkan.

26
2
Lanjutan...

4 Pembagian aktivitas (activity sharing) Pengurangan biaya dapat dicapai


dengan menaikkan efisiensi aktivitas penambah nilai dengan meningkatkan
aktivitas ke skala ekonomi (economic scale) dengan menaikkan aktivitas
sampai ke skala itu sendiri, pengurangan biaya persatuan akan diperoleh
dengan menurunnya biaya persatuan, biaya yang dapat diurutkan ke produk
yang mengunakan aktivitas akan menurun.

5 Kesimpulan : Activily-based responsibility muncul karena adanya sejumlah


kelemahan yang terdapat pada akuntansi pertanggungjawaban tradisional.
Activity-based responsibility merupakan bagian dasar dari sistem
pengendalian manajemen yang dijalankan perusahaan modern dalam
rangka memenuhi kepuasan konsumen (customer satisfaction), penurunan
biaya (cost reduction), peningkatan kualitas (improved quality), perbaikan
waktu (time reduction). Berbagai tuntutan tersebut muncul karena adanya
perkembangan bisnis yang cepat akibat pengaruh perkembangan
teknologi informasi dan transportasi yang canggih. 26
3
Want big impact?
Use big image.
1 Sistem akuntansi
pertanggungjawaban tradisional
mengarahkan perhatian manajer
pada pengendalian biaya.
Dalam hal ini pengumpulan dan
pelaporan biaya serta pendapatan
dilakukan sesuai dengan pusat
pertanggungjawaban dalam
organisasi, dengan tujuan agar
dapat ditujukan orang atau
kelompok orang yang
. bertanggungjawab atas
penyimpangan biaya dan
pendapatan yang dianggarkan.
a.

Pelaporan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban harus


menggunakan klasifikasi dan kode rekening yang sesuai dengan konsep
pertanggungjawaban dalam organisasi. Dengan kata lain bahwa klasifikasi kode
rekening harus disusun sedemikian rupa sehingga selain mampu menunjukkan jenis
biaya atau penghasilan yang terjadi, memungkinkan pengumpulan biaya terkendali
dan tak terkendali pada masing-masing pusat pertanggungjawaban atau kontribusi
penghasilan masing-masing produk dan dapat mengidentifikasikan pula kode
tingkat pimpinan manajemen yang bertanggung jawab.

Posisi angka dalam kode rekening biaya akuntansi pertanggung jawaban


terbagi menjadi dua kelompok yaitu:
1) Menunjukkan tempat terjadinya biaya.
2) Menunjukkan kode jenis biaya dan penghasilan yang digolongkan
sesuai obyek pengeluaran dan penerimaan ( Bambang Hariadi, 2002 )
Laporan pertanggungjawaban (responsibility cost report)
1 Ini bertujuan agar manajer melakukan pengelolaan biaya
dengan cara membandingkan biaya yang direalisasikan
dengan biaya yang dianggarkan.

Laporan biaya produksi (cost of production report)


2 Untuk menyajikan laporan biaya produksi untuk analisis
biaya produk yang dihasilkan perusahaan tiap bulan.
a Jenjang terbawah yang diberi laporan ini adalah tingkat manajer bagian.

b Manajer jenjang terbawah diberi Iaporan pertanggung jawaban biaya yang berisi
rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran biaya yang disusunnya.

Manajer jenjang di atasnya diberi laporan mengenai biaya pusat


pertanggungjawabannya sendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan
c oleh manajer-manajer yang berada di bawah wewenangnya, yang disajikan
dalam bentuk perbandingan dengan biaya yang disusun oleh masing -masing
manajer yang bersangkutan.

d Semakin keatas, laporan pertanggungjawaban biaya disajikan semakin ringkas.


Format umum laporan pertanggungjawaban biaya
sebagai berikut:

◍ Nomor kode akun biaya


◍ Jenis biaya atau pusat pertanggungjawaban
◍ Realisasi bulan ini
◍ Anggaran biaya bulan ini
◍ Penyimpangan biaya bulan ini
◍ Realisasi biaya sampai dengan bulan ini
◍ Anggaran biaya sampai dengan bulan inj
◍ Penyimpangan biaya sampai dengan bulan ini
Sistem pelaporan biaya kepada manajer yang tertanggung jawab.
Jenis laporan pertanggung jawaban biaya digolongkan menjadi tiga
kelompok sesuai dengan jenjang organisasi berikut ini :

1). Laporan Pertanggung jawaban Biaya 2). Laporan 3). Laporan


Manajer Bagian. Laporan ini disajikan Pertanggungjawaban Pertanggungjawhban
untuk para manajer bagian yang berisi Biaya-Manajer Biaya-Direksi. Laporan ini
rincian realisasi, anggaran dan Departemen. Laporan ini disajikan Kepada Direktur
penyimpangan biaya di pusat disaijikan untuk para Utama. Direktur
pertanggungjawaban. manajer Departemen. Penjualan, Direktur
311 Bagian keivel 310 Departemen produksi Produksi, dan Direktur
keuangan.
312 Bagian printing 311 Bagian keivel
100 Direktur utama
312 Bagian guset 312 Bagian printing
200 Direktur penjualan
321 Bagian sparepart 313 Bagian guset
300 Direktur produksi
322 Bagian tehnik
400 Direktur keuangan
323 Bagian konverter
b.

Oleh karena biaya yang terjadi Susunan dan kode


dikumpulkan untuk setiap tingkat rekening biaya PT. Anti Air
manajemen, maka biaya biaya harus untuk kelompok rekening
digolongkan dan diberi kode sesuai terdiri dari:
tingkat manajemen yang berada dalam  Aktiva.
stuktur organisasi. Setiap tingkat
 Utang.
manajemen merupakan pusat pertanggung
jawaban dan akan dibebani dengan biaya  Modal
biaya yang terjadi di dalamnya yang  Pengahasilan
dipisahkan antara biaya terkendali dan
 Biaya
biaya tak terkendali. Contoh penulisannya
adalah sebagai berikut:  Penghasilan dan biaya
diluar usaha
Pengumpulan Biaya Untuk
Laporan Produksi

Di samping untuk pengendalian biaya, akuntansi biaya bertujuan


untuk penentuan cost produk. Perhitungan biaya produksi hanya
menyangkut perhitungan biaya pusat -pusat pertanggungjawaban yang
berada di bawah Direktur produksi. Perhitungan cost produk dilakukan
melalui tahap tahap berikut ini :
1). Alokasi biaya overhead pabrik departemen pembantu ke
departemen produksi

Tahap pertama Dalam stuktur organisasi Pusat pertanggung


perhitunagan cost pada PT Anti Air pusat jawaban prod uksi
produk adalah pepertanggung jawaban terdiri dari:
menghitung alokasi terdiri dari: 300 Direktur 311 Bagian keivel
biaya overhead produk produksi
312 Bagian printing
pabrik yang terjadi 310 Departemen produksi
pada pusat-pusat 313 Bagian guset
320 Departemen teknik
pertanggung jawaban
produksi. 321 Bagian sparepat
322 Bagian teknik
323 Bagian konverter
2). Perhitungan cost produksi bagian keivel, bagian printing,
dan bagian guset

Perhitungan cost produk pada ketiga bagian di atas dilakukan dengan


cara yang sama yaitu menjumlahkan biaya-biaya berikut ini:
◍ Biaya yang langsung terjadi pada bagian yang bersangkutan
◍ Biya overhead pabrik dialokasikan dari pusat pertanggungjawaban
pembantu ke bagian yang bersangkutan
Pembebanan Tanggung jawab Biaya dalam
Akuntansi Pertanggungjawaban Tradisional

Proses penyusunan anggaran selalu menghadapi masalah penentuan


wewenang manajer atas suatu biaya. Penentuan apakah suatu biaya
terkendalikan oleh manajer tertentu sering kali menjadi sulit jika jasa yang
dilhasilkan suatu unit organisasi dipakai oleh unit yang lain. Sebagai contoh
adalah biaya departemen listrik yang dinikmati manfaatnya oleh Departemen
lain dalam perusahaan
Dalam menentukan terkendalikan atau
tidaknya biaya ada dua metode yaitu:

1 Didasarkan pada biaya yang dikeluarkan 2 Berdasarkan pada sumber daya


yang dikonsumsi
Sehubungan dengan contoh di atas maka
Departemen Iistrik dibebani tanggung Dalam hal ini berarti
jawab atas terjadinya biaya listrik tersebut Departemen lain sebagai
1.
karena biaya listrik dikeluarkan oleh
departemen listrik sedangkan bagi
pengguna sumber daya listrik
dibebani tanggungjawab biaya
TRANSITION
departemen produksi dan departemen listrik tersebtu karena biaya
HEADLINE
lain tidak dibebani. listrik dikonsumsi mereka.

Let’s start with


the first set of
slides 276
Dalan sitem akuntansi pertanggungjawaban tradisional
menitik beratkan pada pengendalian biaya listrik
berdasarkan biaya yang dikeluarkan sehingga alokasi
biaya listrik tidak dilakukan dalam pengukuran kinerja
manajemen. Dari contoh diatas, biaya Depertemen Listrik
menjadi tanggung jawab penuh manajer listrik dan tidak
dialokasikan ke Departemen Produksi yang memakai listrik
atau dapat juga dialokasikan ke Departemen Pemakai
sesuai dengan perilaku manajer yang hendak dituju. Dalam
akuntansi pertanggungjawaban tradisional yang lebih maju
menetapkan terkendalinya biaya menjadi tanggung jawab
dan terkendalikan oleh departemen produksi.
Contoh: Alokasi biaya Departemen Listrik dapat dilakukan
dengan 3 cara:
Departemen Listrik DATA DEPARTEMEN LISTRIK
menghasilkan listrik untuk Biaya tetap Rp 40.000
memenuhi kebutuhan 2
Biaya variabel Rp 20.000
Departemen Produksi A dan
B. Kapasitas Departemen Total biaya produksi
Listrik per tahun adalah -listrik per tahun Rp 60.000
18.000 kwh dengan jumlah
Dari pemakaian listrik per tahun
biaya produksi listrik sebesar
Rp 60.000 yang terdiri dari Kapasitas yang tersedia 180.000 kwh
biaya tetap Rp 40.000 dan Kebutuhan pokok departemen
biaya variabel Rp 20.000.
A 50.000 kwh
kebutuhan minimum
Departemen A dan B berturut- B 30.000 kwh
turut 50.000 kwh dan 30.000 80.000 kwh
kwh per tahun. Kapasitas yang bebas pemakaiannya 100.000 kwh
278
METODE PEMBEBANAN TANGGUNG JAWAB BIAYA LISTRIK

Metode 1 Pembebanan berdasarkan kapasitas pelayanan


Departemen A = (50.000/80.000) X Rp 60.000 Rp 37.500
Departemen B = (30.000/80.000) X Rp 60.000 Rp 22.500
Rp 60.000

Metode 2 Pembebanan berdasarkan kapasitas pelayanan dan pemakaian


Departemen A
Biaya tetap = (50.000/80.000) X Rp 40.000 Rp 25.000
Biaya variabel = (Rp 20.000/100.000) Rp 0,20/kwh
Departemen B
Biaya tetap = (30.000/80.000) X Rp 40.000 Rp 15.000
Biaya variabel = (Rp 20.000/100.000) Rp 0,20/kwh

Metode 3 Pembebanan berdasarkan pemakaian


Departemen A = (60.000/180.000) Rp 0.333 kwh
Departemen B = (60.000/180.000) Rp 0.333 kwh 279
Metode 1
Departemen pemakaian dibebani oleh biaya yang tidak terkendalikan oleh mereka
dengan alokasi yang sama. Tidak peduli seberapa banyak mereka menggunakan
jasa yang dihasilkan departemen jasa. Hal ini membuat departemen pengguna jasa
cenderung mengeksploitasi penggunaan jasa.

Metode 2
Manajer departemen pengguna jasa menggunakan listrik sampai dengan jumlah
kebutuhan pokok mereka terpenuhi sedangkan pemakaian kebutuhan kelompok
akan segera dikendalikan oleh manajer departemen pemakaian untuk
meminimumkan beban tambahan.

Metode 3
Jika departemen pemakai jasa tidak menggunakan listrik maka departemen tersebut
tidak dibebani biaya. Ini memungkinkan manajer departemen pemakaian akan
menggunakan sedikit mungkin jasa listrik untuk meminimumkan beban dari
departemen tersebut.
2

281
Untuk
memungkinkan Dapat memisahkan perhatian mereka terhadap
manajemen a pengurangan dan akhirnya penghilangan biaya
melakukan bukan penambah nilai.
pengelolaan
aktivitas, sistem
akuntansi Menyadari besarnya pemborosan yang sekarang
pertanggungjawaban b sedang terjadi.
harus memisahkan
biaya penambah nilai
dan biaya bukan-
penambah nilai. Memantau efektivitas program pengelolaan
aktivitas dengan menyajikan biaya bukan
Pemisahan biaya ini
diperlukan agar
c penambah nilai kepada manajemen dalam
manajemen: bentuk perbandingan antar periode.

282
Pengurangan biaya harus merupakan hasil dari program pengelolaan
aktivitas. Dengan mengetahi jumlah biaya yang dapat dihemat,
manajemen bisa:

1). Menentukan program yang bersifat strategis


2). Menilai kemajuan pengelolaan yang mereka laksanakan seperti:
o Memperbaiki penyusunan rencana
o Penyusunan anggaran dan keputusan penetapan harga jual
produk.

Oleh karena itu sistem akuntansi biaya harus dirancang untuk


menghasilkan laporan biaya berdasarkan aktivitas (activity-based cost
report) yang berisi baik biaya penambah nilai maupun biaya bukan
penambah nilai.
283
Untuk mengidentifikasi dan menghitung biaya penambah mulai dan
bukan penambah nilai adalah dengan identifikasi Cost Driver yaitu biaya
yang menjadi penyebab biaya aktivitas tertentu.
Perhitungan biaya Penambah dan bukan penambah nilai :

Biaya penambah nilai = KStXHst


Biaya bukan penambah nilai = (KSt -KS)HSt

Catatan:
KSt = Kuantitas ideal Cost driver
Hst = Harga standar per unit Cost driver
K5 = Kuantitas sesungguhnya cast driver yang digunakan
284
Contoh soal:
Aktivitas Cost driver KSt KS Hst
Pemakaian bahan baku Kg 150.000 175.000 2.000
Tenaga listrik Kwh 30.000 35.000 4.000
Set up Jam set up - 40.000 2.500
Inspeksi Jam inspeksi - 20.000 3.000

Laporan biaya berdasarkan aktivitas


Aktivitas B. penambahan nilai B. bukan-penambah nilai Biaya-SS

Pemakaian BB 300.000.000 50.000.000 350.000.000

Tenaga listrik 120.000.000 20.000.000 140.000.000

Set up - 100.000.000 100.000.000

Inspeksi - 60.000.000 60.000.000

Jumlah 420.000.000 230.000.000 650.000.000


285
Biaya penambahan nilai = Kst X Hst
= 150.000 X 2.000
= Rp 300.000.000

Biaya bukan penambahan nilai = (Kst - Ks) X Hst


= (150.000 – 175.000) X Rp 2.000
= Rp 50.000.000

Dari perhitungan di atas manajemen dapat


memantau hasil program penghapusan aktivitas-
bukan-penambah nilai dan jumlah biaya yang dapat
dihemat sampai dengan saat tertentu (Mulyadi,
2001:217).
Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan
kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan di masa yang akan
datang, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu adalah tugas
manajemen untuk merencanakan masa depan perusahannya, agar sedapat mungkin
semua kemungkinana dan kesempatan di masa yang akan datang telah disadari dan telah
direncanakan cara menghadapinya sejak sekarang. Perencanaan pada dasarnya
merupakan kegiatan membentuk masa depan sekarang. Kegiatan pokok manajemen
dalam perencanaan perusahaan adalah memutuskan sekarang berbagai macam alternatif
dalam perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang.

Informasi Akuntansi Diferensial merupakan informasi akuntansi yang


dihubungkan dengan pemilihan alternatif. Informasi ini diperlukan oleh manajemen untuk
pengambilan keputusan.
Tujuan pembelajaran ini adalah:
1. Diharapkan dapat megetahui konsep perencanaan laba jangka pendek
2. Diharapkan dapat megetahui analisa impas untuk perencanaan laba jangka
pendek
3. Diharapkan dapat megetahui impas dalam lingkungan manufaktur maju
A.
PENGERTIAN LABA
• Laba adalah keuntungan yang
Soemarso SR diperoleh semata-mata dari
kegiatan utama perusahaan.

KESIMPULAN :
Henry • Laba merupakan suatu ukuran Laba merupakan
seberapa baik kinerja sebuah penghasilan yang
Sumamora perusahaan. diterima dari kegiatan
perusahaan sebagai
ukuran kinerja sebuah
• Laba adalah penghasilan yang perusahaan.
diterima dari investasi
Drs. Agus (pembelian surat berharga)
Subardi ditambah setiap perubahan harga
pasar surat tersebut dibagi
dengan harga pembelian.
Laba jangka pendek merupakan
penghasilan yang diterima dari
kegiatan perusahaan sebagai ukuran
kinerja sebuah perusahaan dalam
periode tertentu.
B.
PERENCANAAN LABA JANGKA
PENDEK
Menurut Mulyadi, laba jangka pendek dipengaruhi oleh pendapatan
(hasil kali volume penjualan dengan harga jual), biaya variabel, dan
biaya tetap.

Dalam proses perencanaan laba jangka pendek tersebut, manajemen


memerlukan informasi akuntansi deferensial yang terdiri dari informasi
pendapatan diferensial dan informasi biaya diferensial untuk
mempertimbangkan dampak volume penjualan, harga jual, dan biaya
terhadap laba perusahaan

Analisis impas dan analisis biaya-volume-laba merupakan teknik yang


menggunakan informasi akuntansi diferensial untuk membantu
manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
Perencanaan laba jangka pendek dilaksanakan oleh manajemen
dalam proses penyusunan anggaran. Dalam penyusunan anggaran
manajemen selalu dihadapkan pada pemilihan alternatif tindakan
yang harus dipertimbangkan dampaknya terhadap laba perusahaan.

Manajemen dihadapkan pada pemilihan alternatif apakah harga jual


produk dalam tahun anggaran yang akan datang perlu diturunkan
kemungkinan yang akan terjadi adalah volume penjualan akan naik,
jika volume penjualan akan naik, anggaran biaya yang akan datang
akan naik pula.
Untuk dapat memilih alternatif penurunan harga jual
produk tersebut, manajemen memerlukan informasi
dampak perubahan harga jual produk, volume penjualan,
dan biaya terhadap laba perusahaan dalam tahun
anggaran yang akan datang. Dengan mengetahui dampak
terhadap laba, setiap alternatif tindakan yang
dipertimbangkan sekarang, manajemen akan memiliki
dasar yang kuat untuk memilih, sehingga ia akan mampu
mengambil keputusan secara ekonomis rasional.
CONTOH 1
Dalam proses penyusunan anggaran, Departemen Anggraan PT X menyajikan laporan rugi-
laba yang diproyeksikan (projected income statement) untuk tahun anggaran yang akan datang
seperti dicantumkan pada gambar berikut ini.

PT X
Laporan Rugi-Laba yang diproyeksikan
Tahun Anggaran 1912

Jumlah %
Pendapatan penjualan Rp 500.000.000 100
Biaya variabel Rp 300.000.000 60
Laba kontribusi Rp 200.000.000 40
Biaya tetap Rp 150.000.000 30
Laba bersih Rp 50.000.000 10
Dari laporan rugi-laba yang disusun menurut menurut metode
variabel kosting tersebut, manajemen dapat memperoleh berbagai
parameter (gambaran sesuatu dalam bentuk angka) berikut ini:

1 Impas (break-even)

2 Margin of safety

3 Shut-down point

4 Degree of operating leverage

5 Laba kontribusi per unit


1. Impas / Break Even

Merupakan informasi yang dapat digunakan oleh


manajemen untuk memperoleh gambaran batas bawah
pendapatan yang harus dicapai agar dalam tahun anggaran yang
akan datang, perusahaan tidak akan mengalami kerugian.
Dari contoh 1,
Impas dapat dihitung = Biaya tetap : presentase laba kontribus
= Rp 150.000.000 : 40%
= Rp 375.000.000
Lanjutan...
Angka tersebut menunjukkan bahwa dari target penjualan, yang
direncanakan Rp 500.000.000 dalam anggaran tersebut, minimum perusahaan
harus dapat menjual Rp 375.000.000, agar perusahaan tidak rugi. Jika perusahaan
mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas nilai impas, maka perusahaan
tersebut baru dapat menghasilkan laba. Dalam proses perencanaan labajangka
panjang tersebut manajemen memerlukan informasi impas untuk
mempertimbangkan berbagai uasaha kegiatan. Usulan kegiatan dihitung
dampaknya terhadap pendapatan dan biaya, suatu usulan kegiatan yang
mengakibatkan turunnya impas akan lebih menarik manajemen jika dibandingkan
dengan yang mengakibatkan kenaikan impas, karena semakin rendah impas berarti
semakin besar perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba.
2. Margin of Safety
Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen juga
memerlukan informasi beberapa jumlah maksimum penurunan target
pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut tidak
mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Dari data dalam contoh 1,
karena impas dihitung sebesar Rp 375.000.000, maka jumlah maksimum
penurunan terget pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan
mengalami kerugian adalah :

Pendapatan penjualan - impas = Rp 500.000.000 - Rp 375.000.000


= Rp 125.000.000
Lanjutan...

Semakin besar margin of safety, semakin besar kesempatan


perusahaan untuk memperoleh laba, sebaliknya semakin kecil margin
of safety, semakin rawan perusahaan tersebut terhadap penurunan
target pendapatan penjualan. Jika margin of safety ratio, yang
merupakan ratio antara margin of safety dengan pendapatan 25% (Rp
125.000.000 : Rp 500.000.000), seperti dalam contoh 1 tersebut,
berarti penurunan target pendapatan penjualan sedikit di atas 25% saja
telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.
3. Titik Penutupan Usaha (shut-down-point)

Manajemen tidak hanya menginginkan informasi mengenai


berapa jumlah pendapatan penjualan minimum agar perusahaan tidak
mengalami kerugian dalam tahun anggaran yang akan datang, namun lebih
dari itu manajemen memerlukan informasi pada pendapatan penjualan
berapa usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas untuk dilanjutkan
lagi.
Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan lagi
jika pendapatan penjualannya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya.
Untuk menjawab pertanyaan ini, manajemen memerlukan informasi titik
penutupan usaha (shut-down-point).
Lanjutan...

Dari data contoh 1, diketahui bahwa dari biaya tetap perusahaan


sebesar Rp 150.000.000 , Rp 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka dalam
tahun anggaran tersebut, titik penutupan usaha adalah :
Biaya tunai : prosentase laba kontribusi = Rp 100.000.000 : 40%
= Rp 250.000.000
Hal ini berarti bahwa di bawah pendapatan penjualan Rp
250.000.000, usaha perusahaan tersebut secara ekonomis tidk pantas untuk
dilanjutkan, karena pendapatan penjualan dibawah jumah tersebut akan
mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
4. Degree of Operating Leverage

Ukuran ini menunjukkan presentase laba bersih sebagai dampak


terjadinya sekian persen persen perubahan pendapatan penjualan. Jika misal
manager pemasaran mengajukan usulan untuk memberikan hadiah kepada
para pembeli produk perusahaan, dengan harapan terjadi kenaikan pendapatan
penjualan sebesar 10%, maka manajemen puncak ingin dengan cepat
mengetahui dampak kenaikan penjualan tersebut terhadap laba bersih. untuk
mengetahui kebutuhan tersebut, manajemen memerlukan informasi Degree of
Operating Leverage.

Dari data contoh 1, Degree of Operating Laverage adalah :


Laba kontribusi : laba bersih = Rp 200.000.000 : Rp 50.000.000
= Rp 4 kali
Lanjutan...

Hal in berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan


mengakibatkan 4% (4 x 1%) kenaikan laba bersih. Dengan demikian jika suatu
usulan kegiatan diharapkan akan menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5%,
maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan diharapkan akan
mengalami kenaikan 20% (4 x 5%).

Laporan rugi-laba yang diproyeksikan dalam contoh tersebut di atas


merupakan bagian dari trancangan anggaran induk (master budget) perusahaan,
yang biasanya disajikan oleh Departemen Anggaran dalam rapat penyusunan
anggaran. Dalam rapat penyusunan anggaran, manajemen puncak
mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dari manajemen menengah
biasanya akan berakibat terhadap perubahan pendapatan penjualan dan biaya.
Lanjutan...

Untuk mempertimbangkan apakah manajemen puncak akan


menerima usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah
tersebut, manajemen puncak memerlukan informasi pendapatan
diferensial dan informasi biaya diferesial dalam tahuan anggaran yang
akan datang. Pendapatan diferensial dan biaya diferensial tersebut
diperlukan oleh manajemen untuk mengetahui dampak usulan anggran
tersebut terhadap laba yang akan diperoleh perusahaan dalam tahun
anggaran yang akan datang.
5. Laba Kontribusi per Unit

Laba kontribusi merupakan Dalam perusahaan yang


kelebihan pendapatan penjualan menghasilkan lebih dari satu macam
diatas biaya variabel. Informasi produk, jika informasi laba kontribusi
laba kontribusi memberikan per unit dihubungkan dengan
gambaran jumlah yang tersedia penggunaan sumber daya yang
untuk menutup biaya tetap dan langka (scare resources), manajemen
untuk menghasilkan laba. Laba akan memperoleh informasi
kontribusi per unit merupakan kemampuan berbagai macam produk
laba kontribusi dibagi dengan untuk menghasilkan laba tertinggi
volume penjualan. dalam memanfaatkan sumber daya
yang langka.
Lanjutan...

Dalam menggunakan analisis CUP (cost Dalam analisis KEP ada dua
volume profit) dan BEP khususnya jenis kontribusi yaitu:
pengertian dan perhatian yang lebih 1. Margin kontribusi dalam
besar terhadap contribution margin (CM) unit
sangat diperlukan sekali, karena dengan
cepat pula kita dapat membuat suatu 2. Margin kontribusi dalam
keputusan dan sebagai titik awal dari persen
keputusan-keputusan berikutnya atau di
dalam pembahasan soal-soal manajemen
akuntansi.
C.
REKAYASA PARAMETER UNTUK
PERENCANAAN LABA JANGKA
PENDEK
1

IMPAS

311
Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan (revenues)
sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat
digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Analisis impas adalah suatu laba
untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak
menderita rugi, tetapi belum juga memperoleh laba (dengan kata lain labanya
samadengan nol).

Ada dua cara untuk menentukan impas: pendekatan teknik persamaan


dan pendekatan grafis. Penentuan impas dengan teknik persamaan dengan
mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.
Sedangkan penentuan impas dengan pendekatan grafis dilakukan dengan cara
mencapai titik potong antara garis pendapatan penjualan dan garis biaya dalam
suatu grafik yang disebut grafik impas.
Lanjutan...
Perhitungan impas dengan pendekatan teknik persamaan:

Y = cx – bx - a

Keterangan:
Y = laba
X = harga jual per satuan
C = jumlah produk yang dijual
B = biaya variabel persamaan
A = biaya tetap
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk laporan rugi-laba metode
variabel costing, persamaan tersebut terbentuk sebagai berikut:

Pendapatan penjualan cx
Biaya veriabel bx
Laba kontribusi cx - by
Biaya tetap a
Laba bersih y
Jika, Y=0
0 = ck – bx – a
cx = bx + a
cx – bx = a
x (c – b) = a, jadi x’ =a
c–b
Rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah: impas (dalam
suatu produk yang dijual)
biaya
Harga jual persatuan – biaya variabel perusahaan

Impas dalam rupiah penjualan dapat dicari rumusnya dengan cara mengalihkan
rumus impas di atas dengan c, yaitu harga jual per satuan produk
𝑎 𝑎𝑐 𝑎 𝑎 𝑎
𝑐𝑥′ 𝑐 = = = =
𝑐−𝑏 (𝑐 − 𝑏) (𝑐 − 𝑏)/𝑎 𝑐/𝑐 − 𝑏/𝑐 1 − 𝑏/𝑐

Rumus perhitungan impas dalam rupiah penjualan


𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
Impas dalam rupiah penjualan = 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
1−
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
atau = 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
Contoh 2:
Dalam suatu pasar malam pak Amat akan membuka suatu penitipan sepeda dan menyewa
tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tempat tersebut permalam Rp 1500,-
untuk menjaga sepeda dia akan mempekerjakan dua orang dengan upah Rp 1000,- per
orang, ditambah upah insentif sebesar Rp 25 per sepeda semalam. Perhitungan proyeksi
laba permalam apabila 500 sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda Amat yaitu:

Pendapatan Penjualan Titipan


Sepeda 500 x 25 Rp 12500 100%
Biaya Variabel:
Upah insentif untuk dua karyawan
500 x 2 x Rp 2,50 Rp 2500 20%
Laba Kontribusi Rp 10000 80%
Biaya Tetap:
Sewa Tempat Titipan Rp 1500
Upah Dua Orang Karyawan Rp 2000
Laba Bersih Rp 3500 28%

Rp 6500 52%
316
Jumlah sepeda motor minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha
Pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
Impas (dalam kuantitas) = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐽𝑢𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 −𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
3500
= 25−5 = 175

Jadi sepeda yang harus masuk titipan berjumlah 175 buah semalam.
Impas jika dinyatakan dalam rupiah:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝
Impas (dalam rupiah) = 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
3500
= = Rp 4375
80%

Jika dalam satu malam Pak Amat menerima uang sebesar Rp 4.375 maka ia
dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan malam tersebut.
Bukti:

Pendapatan Penjualan Jasa Titipan Sepeda 175 x Rp 25 Rp 4.375


Biaya Variabel 175 x Rp 5 Rp 875
Laba Kontribusi
Biaya Tetap
Sewa Tempat Titipan Rp 1.500
Upah Dua Karyawan Rp 2.000

Rp 3.500
0
Contoh 2: Biaya Produksi Variabel Standar per Kg Produk:
Biaya Bahan Baku Rp 10.000
PT Elnora memproduksi produk A, Biaya Tenaga Kerja Variabel Rp 7.000
rencana produksi untuk tahun Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 8.000
anggaran 19 x 1 adalah sebagai Jumlah Biaya Produksi Variabel Rp 25.000
berikut: Biaya Administrasi Umum Variabel Rp 10.000
Persediaan Awal 100 Biaya Persamaan Rp 8.000
Rencana Produksi 1100 Jumlah Biaya Variabel Rp 43.000
1200 Biaya Tetap Pertahun terdiri dari:
Rencana Penjualan 1000
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 37.400.000
Persediaan Akhir 200
Biaya Pemasaran Tetap Rp 15.000.000
Biaya Administrasi dan Umum Tetap Rp 25.000.000
Jumlah Biaya Tetap Setahun Rp 77.400.000
Harga Jual Produksi Rp 172.000 Kg.

319
Dalam penyusunan anggaran tersebut manajemen puncak memerlukan
informasi jumlah pendapatan minimum dalam tahun 20 x 1 yang harus dicapai.
Dari target penjualan tahun 20 x 1 agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Eb 5.7 laporan laba rugi projeksian tahun 2001

Informasi tersebut diperoleh dengan perhitungan berikut:


𝑅𝑝 77.400.000
𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑅𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
75%
= Rp 103.200.000

Dari target penjualan sebesar Rp 172000000, tahun 20 x 1 tersebut,


maksimum PT Eliona harus dapat mencapai pendapatan penjualan sebesar
Rp 103.200.000,agar tahun 20 x 1 kegiatan usaha tidak menderita rugi.

320
Jika manajemen ingin memperoleh informasi kuantitas produk minimum yang harus di
jual dalam tahun anggaran 20 X 1 agar perusahaan tidak mangalami kerugian, maka
perhitungan impas dalam unit berikut ini dapat dilakukan:

𝑅𝑝 77.400.000
𝐼𝑚𝑝𝑎𝑠 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑔 = = 600 Kg
Rp 172.000−Rp 43.000

Jika dalam tahun 20 x 1 produk A yang telah terjual berjumlah 600 Kg, maka PT Eliona
sudah tidak akan menderita kerugian lagi.
Jika manajemen puncak merencanakan volume penjualan yang dapat menghasilkan laba
seperti yang diinginkannya, rumus perhitungan impas tersebut di atas dapat dihitung
secara mudah dengan menggunakan rumus berikut ini:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝 + 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
Contribution margin ratio
321
2

322
Perhitungan impas dapat dilakukan juga
dengan menentukan titik pertemuan antara garis
pendapatan penjualan dengan garis biaya dalam
satu grafik. Titik pertemuan antara garis pendapatan
penjualan dengan garis biaya merupakan titik impas.
Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat
grafik dengan sumbu datar menuniukkan volume
penjualan. Sedangkan sumbu tegak menunjukkan
biaya dan pendapatan.
Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang
dijual sebesar X, biaya tetap sebesar a, dan biaya variabel sebesar
b persatuan x, untuk volume penjualan sebesar x, maka:

Pendapatan penjualan = cx
Biaya variabel = bx
Biaya tetap =z
Dalam contoh 3 diketahui bahwa:
Harga jual produk persatuan (c) = Rp 172.000
Biaya variabel persatuan (b) = Rp 43.000
Biaya tetap pertahun (a) = Rp 77.400.000

324
Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan
penjualan, biaya variabel, biaya tetap dan total biaya disajikan pada
gambar dibawah ini:
Angka Rupiah dalam Ribuan
Volume Pendapatan Biaya Biaya Tetap Total Biaya Laba (Rugi)
Penjualan Penjualan Variabel
X Cx Bx X A + bx Cx – (a + bx)

1000 172000 43000 77400 120400 51600

800 137600 34400 77400 111800 25800

600 103200 25800 77400 103200 0

400 68800 17200 77400 94600 (25800)

200 34400 8600 77400 86000 (51600)


325
172000000

Garis Pendapatan Penjualan

Daerah Laba 120400000

Titik Impas

Garis Biaya Tetap

Daerah Rugi
Keterangan cara pembuatan grafik impas diatas adalah
sebagai berikut:
Sumbu datar (sumbu x) menunjukkan volume penjualan yang dapat dinyatakan
1 dalam satuan kuantitas atau rupah pendapatan penjualan.

Sumbu tegak (sumbu y) menunjukkan pendapatan penjualan dan biaya dalam


rupiah. Karena skala sumbu y (dalam jutaan rupiah) berbeda jauh dengan skala
2 sumbu x (ratusan) maka pada awal penggambaran sumbu vertikal dilukiskan garis
penyesuaian semacam huruf z.

Pembuatan garis penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a. pada volume penjualan sama dengan nol, pendapatan penjualan sama dengan
nol pula.
3 b. Pada volume penjualan 1000 Kg pendapatan penjualan sebesar Rp
172.000.000,-
c. Garis lurus kemudian ditarik untuk menghubungkan titik x = 0,y = 0 dengan titik
x = 1000, y = 172.000.000,-
327
Pendapatan garis total biaya dilakukan sebagai berikut:
a. pada volume penjualan sebear nol, perusahaan mengeluarkan
biaya tetap Rp 77.400.000,- sedang pada volume penjualan 1000
4 Kg, total biaya berjumlah Rp120.400.000,-
b. Garus lurus kemudian ditarik untuk menghubungkan titik x=1000,
y= 120. 400. 000, -

Pembuatan garis biaya tetap dilakukan sebagai berikut: karena biaya


tetap pada volume penjualan berapapun dalam contoh ini tidak
5 mengalami perubahan, maka garis biaya tetap ditarik dengan cara
menghubungkan titik x = 0, y = 77.400.000,- dengan titik x = 1000, y
=77.400.000,-
328
Impas adalah terletak pada tilik perpotongan garis pendapatan
penjualan dengan garis biaya. Apabila dari titik perpotongan tersebut
6 (titik impas) ditarik garis tegak lurus ke sumbu x, akan dapat diketahui
bahwa impas dicapai dalam volume penjualan 600 Kg. Jika dari litik
impas ditarik garis tegak lurus ke sumbu y, akan dapat diketahui
bahwa impas tercapai pada pendapatan penjualan Rp 103.200.000,-

Daerah sebelah kiri titik impas, yaitu bidang diantara garis total biaya
7 dengan ganris pendapatan penjualan merupakan daerah rugi, karena
pendapatan penjualan lebih tinggi dari total biaya.

329
Dalam grafik impas di
bawah, garis yang
digambarkan
didalamnya terdiri
dari garis pendapatan
penjualan, garis total
biaya dan biaya telap.
Ada cara lain untuk
menyajikan grafik
impas, yaitu dengan
menggambar garis-
garis pendapatan
penjualan, garis total
biaya, dan garis biaya Grafik impas dapat dibuat lebih rinci lagi dengan cara
variabel dalam grafik. menci biaya-biaya variabel dan biaya tetap ke dalam
jenis-jenis biaya.
3
Bentuk grafik impas
dapat menunjukkan sifat
kegiatan perusahaan
dan kegiatan apa yang
hendaknya dilakukan
oleh perusahaan
tersebut. Dalam
perusahaan yang biaya
tetapnya relatif besar,
impas biasanya akan
tercapai pada titik
volume penjualan yang
relatif tinggi. Bentuk
grafik impas biasanya Grafik Impas Perusahaan dengan Struktur biaya
seperti di bawah ini: yang sebagian besar berupa biaya tetap
Usaha pokok
manajemen perusahaan
yang biaya tetapnya
tinggi adalah
memaksimumkan
pendapatan. Dalam
perusahaan yang biaya
relatifnya terlalu rendah,
impas biasanya akan
tercapai pada tingkat
volume penjualan yang
relatif rendah bentuk
grafik impas biasanya
seperti tampak pada Grafik Impas Perusahaan dengan Struktur biaya
gambar di bawah ini: yang sebagian besar berupa biaya variable
Impas dalam lingkungan manufaktur
4
maju “
Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju
ditandai dengan berkurangnya unsur biaya tenaga langsung dan
membesarnya proporsi biaya overhead pabrik. Di samping itu,
teknologi manufaktur maju memungkinkan perusahaan melakukan
diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin
besarnya proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit
produk yang diproduksi (non-unit-related overhead costs), setiap
produk yang diproduksi mengkonsumsi non-unit-related overhead
costs dengan proporsi yang berbeda-beda.
Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju


dilukiskan pada gambar 5.14.

335
Beda antara perhitungan impas konvensional dan activity based costig
terletak pada Unsur biaya variabel yang digunakan dalam hitungan lmpas.
Perhitungan Impas tradisional menentukan biaya variabel berdasarkan
perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan unit level activities,
seperti unit produk, jam tenaga kerja langsung, atau jam mesin. Dilain
pihak, karena proporsi non unit related activities (seperti batch related
activities, produk subtaining activities, dan facility substaining actifities)
menjadi signifikan dalam lingkungan manufaktur maju dan setiap produk
mengkonsumsi berbagai tipe aktivitas tersebut dengan proporsi yang
berbeda-beda, maka variabilitas biaya dalam activity based costing
hendak hanya dihubungkan dengan unit level activitasnya, namun juga
dengan batch related activities, product - sustaining activities, dan facility
sustaining activities.
336
X’ =
Rumus
perhitungan
impas
Keterangan:
berdasarkan
X’ = volume penjualan pada kondisi lepas
activitty
a = facility sustaining activity costs
based b1 = biaya variabel perusahaan unit level activity
costing: b2 = biaya variabel perusahaan batch related activity
b3 = biaya variabel perusahaan product substainig activity
x1 = unit level activity
x2 = batch related activity
x3 = product sustaining activity
CONTOH 5

Contoh 15 PT X memproduksi suatu macam produk dengan struktur


biaya sebagai berikut:
▪ Biaya variable Rp 12.000
▪ Biaya tetap setahun RP 100 000.000
▪ Harga jual produk atau unit Rp 20.000
▪ Impas dengan pendekatan konvensional

338
Berdasarkan data tersebut dihitung lmpas dengan pendekatan konvensional
berikut ini:

▪ lmpas =

Perlu diperhatikan bahwa dalam formula Impas berdasarkan pendekatan


konvensional, biaya tetap tidak dirinci menurut hubungannya dengan
aktivitas.

= = 12.500 Unit

339
5

Impas dengan Pendekatan Activity


Based Costing

Dengan pendekatan Activity Based Costing,


biaya perlu dirinci lebih lanjut menurut perilaku
biaya ddalam hubungannya dengan berbagai
tipe aktivitas.
Biaya variabel Rp 12.000/unit dari biaya tetap Rp 100.000.000.
Apabila dihubungkan dengan aktivitas, maka dapat dirinci seperti berikut:

Jenis Biaya Jumlah Cost Driver Biaya per Unit


Cost Driver

Unit level activity cost


Biaya bahan baku Rp 6.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 5.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 500
Biaya pemasaran variabel Rp 500
Unit yang dijual Rp 12.000
Batch related cost 20 Jam set up Rp 1.000.000
1.000 Jam rekayasa Rp 30.000

Facility sustaining activity cost Rp 50.000.000


Biaya tetap yang dijadikan pembilang dalam formula perhitungan dirinci
sebagai berikut:
Batch – related actifity cost Rp 20.000.000
Product – sustsning actifity cost Rp 30.000.000
Facility – sustaing actifity cost Rp 50.000.000
Biaya tetap dengan pendekatan Rp 100.000.000
Actifity based costing

Impas = facility-sustaning activity cost + product-sustsnibng actifity cost


+ batch related actifity cost
harga jual per unit – level avtivity cost per unit

Impas = Rp 50.000.000 + (20 x Rp 1.000.000) + (1.000 x Rp 30.000)


Rp 20.000 – Rp 12.000

Impas = 12.500 unit


Berdasarkan dua pendekatan diatas, hasil yang diperoleh adalah
sama. Namun terdapat perbedaan antara keduanya.

Biaya tetap yang dipakai sebagai pembilang data formula dirinci


menjadi tiga kelompok:
Batch – related actifity cost, Product – sustsnibng actifity cost, Facility –
sustaing actifity cost. Ketiga golongan ini dijadikan formula perhitungan
impas lebih memiliki dimensi strategik dalam pengambilan keputusan
dibandingkan dengan formula konvensional.
6
Grafik Laba Satuan (Unit Profit
Graph)
Grafik laba satuan digunakan agar manajemen dapat mengetahui
pengaruh biaya terhadap biaya persatuan.
Biaya tetap persatuan berperilaku berubah sesuai dengan
perubahan volume kegiatan, sedangkan biaya variabel persatuan
berperilaku konstan, tidak berubah dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan.
7

346
Jika angka impas
Selisih antara
dihubungkan dengan
volume
angka-pendapatan
penjualan yag
Analisis impas penjualan yang
dianggarkan
memberikan informasi dianggarkan/pendapatan
dengan
mengenai berapa jumlah penjualan tertentu, akan
volume
volume penjualan minimu diperoleh informasi berapa
penjualan
agar perusahaan tidak volume
impas
menderita rugi. penjualan/pendapatan
merupakan
penjualan tetentu boleh
angka margin
turun agar perusahaan tidak
of safety
mengalami rugi.

347
CONTOH

PT Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran 19XX


sebesar Rp 172.000, sedangkan menurut perhitungan, impas trecapai
pada volume penjualan sebesar Rp 103.200.

▪ Margin of safety = Rp 68.800 (Rp 172.000 – Rp 103.200)


▪ Jika dinyatakan dalam persentasi sebesar 40% (Rp 68.800 / Rp
172.000 * 100%)

348
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila
dihubungkan dengan margin income ratio (profit – volume ratio)

Laba = Profit – volume ratio x Margin of safety ratio


Laba = 75% x 40%
Laba = 30%

Dengan rumus:
M/S = profit ratio / (profit – volume ratio)
M/S = 30% / 75% = 40%

349
Titik Penutupan Usaha (Shut Down
8
Point) “
Pengambilan keputusan untuk menutup usaha dilakukan dengan
mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai.
Pengambilan keputusan harus diadakan pembedaan antara biaya
keluar dari kantong (out of pocket cost) dengan biaya terbenam
(sunk cost).
Biaya terbenam yaitu pengeluaran yang dilakukan pada masa yang
lalu, yang manfaatnya masih dinikmati sampai sekarang.
Contoh: biaya depresiasi, biaya amortisasi, dan biaya depresi.
Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh
tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada
tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat
dilakukan dengan mencari titik perpotongan antara garis
pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik
impas.

Contoh:
Biaya tetap Rp 77.400.000, terdiri dari biaya keluar dari kantong
Rp 64.500.000, dan biaya terbenam Rp 12.900.000. maka dapat
dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi, seperti tampak
sebagai berikut:

351
352
Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan rumus:

Titik penutupan usaha = biaya tetap tunai


contribution margin ratio
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp 86.000.000, atau
75%
Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg
172.000 – 43.000

Maka, pengolahan produk A harus dihentikan jika penjualannya berada di


bawah titik penutupan usaha Rp 86.000.000 atau 500 kg.

353
9
Degree
of Operating
Leverage

354
Analisis ini memberikan ukuran dampak
perubahan pendapatan penjualan terhadap laba
bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan
parameter ini, manajemen akan dengan cepat
mengetahui dampak setiap usulan kegiatan
yang menyebabkan perubahan penjualan
terhadap laba bersih perusahaan.

Degree of operating leverage = laba kontribusi


laba bersih
35
CONTOH

Pada tingkat penjualan Rp 172.000.000, degree of operating


leverage perusahaan tersebut adalah 2,5 kali
(Rp 129.000.000 : Rp 51.600.000)

Degree of operating leverage = 172.000.000


51.600.000

Degree of operating leverage menjadi semakin tinggi jika perusahaan


beroperasi di sekitar keadaan impas.
PT Eliona

Laporan Rugi-Laba yang Diproyeksikan


Pendapatan penjualan 172.000.000 contribution
Biaya variabel ( 43.000.000) margin rate 75%
Laba kontribusi 129.000.000
Operating degree of
Biaya tetap ( 77.400.000)
Laba bersih 51.600.000 leverage 2,5

Degree of operating leverage menjadi semakin tinggi jika perusahaan


beroperasi di sekitar keadaan impas.
10
Anggapan yang Mendasari
Analisis Impas
Ramalan impas hanya akan tepat apabila variabel-variabel yang
dipakai untuk menghitung impas tidak berubah.
Rumus perhitungan impas:
Impas = biaya tetap
contribution margin ratio
Suatu perubahan dalam biaya variabel akan mengakibatkan perubahan pada
1 contribution ratio dan impas

Suatu perubahan dalam harga jual akan mengakibatkan perubahan pada


2 contribution ratio dan impas

3 Angka laba kontribusi hanya dipengaruhi oleh perubahan pada biaya variabel dan
harga jual

4 Suatu perubahan dalam biaya tetap mengakibatkan perubahan pada impas tetapi
tidak mempengaruhi laba kontribusi

5 Suatu perubahan gabungan dalam biaya tetap dan biaya variabel pada arah yang
sama akan menyebabkan perubahan tajam terhadap impas.
Asumsi yang mendasari impas:

1. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang


diramalkan
2. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai
tingkat kegiatan
3. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relatif konstan
4. Harga faktor-faktor produksi dianggap tidak berubah
5. Efisiensi produk dianggap tidak berubah
6. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak
signifikan
7. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah

Pendapatan
Penjualan yang
Produk Kuantitas Harga Jual per
Dianggarkan
Satuan

X Rp 100 25 Rp 2.500
Y Rp 500 10 Rp 5.000
Rp 600 Rp 7.500

8. Anggapan yang paling pokok adalah, “bahwa volume


merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi biaya”.
D.
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
Analisis impas memberikan informasi tingkat penjualan minimum
yang harus dicapai suatu usaha agar tidak mengalami kerugian.

Dari analisis tersebut juga dapat diketahui seberapa jauh volume


penjualan yang direncanakan boleh turun, agar usaha tidak
mengalami kerugian.

Analisis impas menyajikan informasi untuk perencanaan volume


penjualan.

Analisis-biaya-volume, titik berat analisis biaya diletakkan pada


sampai sebarapa besar perubaha-perubahan biaya, volume, dan
harga jual berdampak trehadap laba.
Pendapatan
Penjualan yang
Produk Kuantitas Harga Jual per
Dianggarkan
Satuan

X Rp 100 25 Rp 2.500
Y Rp 500 10 Rp 5.000
Rp 600 Rp 7.500

Gambar 5.25 Dampak Perubahan Komposisi Produk yang Dijual


terhadap Laba Bersih
jika dalam analisis impas titik berat Untuk memudahkan
analisis diletakkan pada penaksiran analisis dampak
tingkat penjualan minimumyang perubahan biaya,
menghasilkan laba sama dengan nol, volume, dan harga
maka dalam analisis biaya-volume- jual terhadap laba,
laba ini titik berat analisis diletakkan dapat dibuat grafik
pada sampai seberapa besar laba dan volume
perubahan-perubahan biaya, volume, (profit-volume
dan harga jual berdampak terhadap graph).
laba perusahaan.
Pembuatan grafik biaya-volume-laba

11. Grafik dibagi 21. Kemudian ditarik 31. Titik pertemuan


menjadi dua bagian garis rugi-laba garis rugi-laba
yang dibatasi yang dengan garis
dengan garis menghubungkan penjualan
penjualan yang titik-titik rugi atau manunjukkan
dibuat mendatar laba pada titik impas.
berbagai volume
penjualan
CONTOH 9

Atas dasar contoh 3 dibuat grafik laba dan volume. Garis rugi
laba pada grafik dan volume tersebut dapat menunjukan berapa
jumlah rugi dan laba berbagai tingkat volume penjualan (misal
pada volume sebesar Rp. 34.000.000 kerugian yg dialami
sebesar Rp. 51.600.000 dan pada volume Rp. 172.000.000
laba yg diperoleh Rp 51.600.000
Gambar 5.25 Grafik Volume Laba
70
51.600.00
60 0

Laba 50

40
Titik impas
30 (Rp. 103.200.000)
20

10
34,4

10 50 100 150 200


172
20

Rugi 30 Garis penjualan


(dalam jutaan Rupiah)
40

50

60
SLIDE 368
70
1. Manfaat analisis Hubungan Biaya-Volume –Laba bagi
Manajemen

Hubungan antara laba,volume dan biaya dipengaruhi oleh 5


faktor :
1) Harga jual persatuan
2) Volume penjualan
3) Komposisi produk yg dijual
4) Biaya variabel persatuan
5) Total biaya tetap
Agara perencanaan menjadi efektif , manajemen harus dapat memperkirakan dampak
perubahan masing masing faktor tersebut terhadap laba bersih , impas dan return of
invertment perusahaan

Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya penyajian informasi dalam grafik laba
dan volume merupakan alat yg efektif dalam menyajikan informasi bagi manajemen
untuk keperluan perencanaan laba jangka pendek.

Hal ini memungkinkan manajemen memperkirakan pengaruh kegiatan usaha-usaha


yang akan dilaksanakan dan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap laba,
sehingga manajemen dapat memilih berbagai macam usul kegiatan yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan
datang.
2. Dampak Perubahan Harga Jual produk terhadap hubungan
Biaya, Volume, Laba

Suatu perubahan dalam harga jual produk kemungkinan akan berdampak


terhadap kuantitas produk yg dijual, laba, dan impas.

Contoh 10
Misalkan manajemen ingin mengetahui pengaruh beberapa usul manajemen
terhadap laba pada tahun 20x1. ususl tersebut berhubungan dengan penetapan
kebijakan harga jual produk. Menurut perkiraan manjer pemasaran, jika harga jual
produk dinaikan 25% diperkirakan volume penjualan turun 30% sedangkan harga
jual diturunkan 10% volume penjualan naik 30%

Akibat masinhg-masing alternatif tersebut terhadap laba yang dianggarkan tahun


20x1 dapat dilihat dalam laporan rugi laba yan diproyeksikan pada gambar 5.26
Grafik 2.26 Grafik Laba dan Volume
70 Laba 67.940.000

60 Laba 51.600.000
Laba 43.000.000
50

40
Titik impas 103.200.000
30

20 Titik impas 96.750.000

10

10 200
50 150
20

30 Titik impas 107.500.000

40

50

60
The Power of PowerPoint SLIDE 372
70
3. Dampak Perubahan Komposisi Produk yg Dijual terhadap
Hubungan Biaya-Volume –Laba
Perusahaan yg menjual lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai
kesempatan untuk menaikan laba kontribusi dan menurunkan titik impas
dengan cara memperbaiki komposisi produk yg dijual, yaitu menaikan proporsi
penjualan produk yang menghasilkan contributin margin ratio yang tinggi

Contoh 10
PT EI sari menjual tiga macam produk A, B dan C . Harga jual biaya variabel disajikan berikut :
produk A (Rp) Produk B (Rp) Produk C (Rp)
Harga jual persatuan 25 30 50
Biaya variasi persatuan 15 12 15
Laba kontribusi persatuan 10 18 35
Total biaya tetap 500.000

SLIDE
Gambar 5.28 Laba kontribusi 373
persatuan
Komposisi Produk yang Dijual
A=200.000 unit A=10.000 unit A=5.000 unit
B=10.000 unit B=15.000 unit B=7.000 unit
C=5.000 unit C=10.000 unit C=15.000 unit

Pendapatan penjualan Rp.1.085.000 Rp. 1.050.000 Rp. 1.2000.000


Biaya variabel 495.000 480.000 385.000
Laba kontribusi 555.000 720.000 701.000
Biaya tetap 500.000 500.000 500.000
Laba bersih 55.000 220.000 201.000
Impas 945.945 833.333 777.895

Gambar 2.29 Perhitungan laba dan impas pada berbagai macam komposisi produk
Gambar 5.27 Grafik Laba dan Volume
70 Laba 67.940.000

60 Laba 51.600.000
Laba 43.000.000
50

40
Titik impas 103.200.000
30

20 Titik impas 96.750.000

10

10 200
50 150
20

30
Titik impas 107.500.000
40

50

60
The Power of PowerPoint SLIDE 375
70
4. Analisis Hubungan Biaya-Volume-Laba untuk Tiap Produk
dalam Perusahaan yang Memproduksi dan Menjual Lebih dari
Satu Macam Produk

Dalam perusahaan yang memproduksi dan menjual lebih dari


satu macam produk , manajemen tidak hanya menghadapi
masalah mencari komposisi produk yang dijual yang
menghasilkan laba maksimum, namun juga memerlukan
informasi kontribusi masing-masing produk dalam
menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Contoh 11
PT. EI Sari menjual tiga macam produk dengan komposisi sebagai berikut :
produk A 10.000 unit, produk B= 15.000 unit , produk C= 10.000 unit.

Pendapatan %biaya variabel dari Profit volume


Produk Biaya variabel Laba kontribusi
penjualan hasil penjualan ratio (p/v ratio)

A 250.000 1.150.000 100.000 60% 40%


B 450.000 180.000 270.000 40% 60%
C 500.000 150.000 350.000 30% 70%
4.200.000 480.000 720.000 40% 60%
Biaya tetap 500.000
Laba Bersih 220.000

Impas 500.000 = Rp. 833.33

0,6
The Power ofGambar
PowerPoint SLIDEproduk
5.31 Perhitungan laba kontribusi perjenis 377
Untuk menggambarkan analisis biaya-volume-laba perjenis
produk, data pada Gambar 5.31 tersebut dapat disajikan pada
Gambar 5.32 dengan cara sbb

1. Dibuat grafik yang bibagi menjadi dua bagian yg dibatasi dengan


garis penjualan yang dibuat mendatar submu tegak menunjukan
jumlah laba dan rugi pada berbagai tingkat volume penjualan.

2. Dibuat garis rugi-laba yg dimulai dari titik rugi 500.000 (yaitu pada
volume penjualan sama dengan nol , kerugian sebesar biaya
ditetapkan ), kemudian ditarik garis lurus ke titik laba total
220.000. Titik impas terletak pada ttitik perpotongan garis rugi-
laba dengan garis penjualan.
SLIDE
The Power of PowerPoint 378
3. Dibuat garis rugi-laba untuk tiap tiap produk, dimulai dari produk yang
pendapatan penjualannya terendah (contoh produk A) . Garis rugi-laba
dimulai dari titik biaya dan ditarik garis lurus ke titik rugi 400.000
dibawah titik penjualan 250.000. Titik ini menunjukan bahwa 100.000
dari biaya tetap 500.000 telah ditutup oleh produk A.

4. Garis rugi-laba untuk produk B dimulai dari akhir garis rugi-laba produk
A. Garis rugi-laba untuk produk B berakhir pada titik rugi 1.130.000
dibawah titik penjualan 700.000 (yaitu jumlah penjualan produk A dan
B).selisish antara rugi-laba produk A dan B sebesar 270.000
menunjukan bahwa 270.000 dan biaya telah ditutup oleh produk B.

5. Garis rugi-laba produk C dimulai dari akhir garis rugi-laba produk B.


Garis ini menyebrangi daerah rugi kearah laba ke arah titik laba
220.000.
Gambar 5.32 Grafik laba dan volume untuk tiap jenis produk secara individu
500

400 220.000

300

200 Titik impas 833.333

100

200 400 600 800 1000 1200

100
Garis penjualan
130.000
200 (dalam ribuan rupiah)

300

400
400.000
The Power of PowerPoint
500
TUJUAN PEMBELAJARAN

Diharapkan mengetahui pengertian


1 investasi.

Diharapkan mengetahui kriteria investasi.


2

Dapat mengetahui pengertian investasi


3 dalam lingkungan manufaktur maju.
1. Pengertian Investasi

a. Menurut Mulyadi b. Menurut Simamora c. Menurut Hariadi (2002:594)


(2001:284) (1999.282)

Investasi adalah penanaman


lnvestasi adalah Investasi adalah nilai dana perusahaan dalam bentuk
pengaitan sumber- moneter aktiva yang deposito, saham /obligasi yang
sumber dalam jangka diserahkan oleh diharapkan dapat menunjang
panjang untuk perusahaan untuk secara tak langsung keamanan
menghasilkan laba di memperoleh aktiva usaha perusahaan di masa
masa yang akan datang jangka panjang datang.

Kesimpulan:
Investasi adalah penanaman dana perusahaan dalam bentuk deposito
saham/obligasi dan pengaitan sumber-sumber dalam jangka panang yang
diserahkan oleh perusahaan untuk memperoleh laba dan aktiva jangka panjang.
2. Karakteristik Investasi

a. Menurut Hariadi (2002;596) b. Menurut Norren


1). Investasi jangka panjang dapat menyangkut (2001 618)
aktiva yang dapat dan tidak dapat disusutkan 1). Bahwa perencanaan
seperti mesin/ tanah. investasi menentukan
2). Hasil yang diharapkan (expected return) tipe keputusan
dapat diperoleh dari suatu investasi melalui pengangggaran modal
jangka waktu yang panjang sehingga nilai khusus.
waktu uang (time value of money) sangat 2). Investasi
penting untuk diperhitungkan. mengembangkan
3).Untuk menentukan rate of return minimal teknik-teknik yang
untuk menghitung waktu uang. mengakui nilai waktu
uang
Lanjutan...

c. Menurut Simamora
Kesimpulan:
(1999; 282)
1). Sebagian besar investasi Bahwa investasi
bisnis melibatkan aktiva memberikan imbalan yang
tersusutkan. meliputi beberapa periode
2). Imbalan dari investasi bisnis waktu uang dan aktiva
tersebut meliputi beberapa tersusutkan dalam periode
periode akuntansi
waktu akuntansi.
3. Jenis Investasi

a. Menurut Mulyadi (2001;285)

1). Investasi yang tidak meghasilkan laba (non provit investment).


Investasi jenis ini timbul karena adanya peraturan pemerintah/ karena
syarat-syarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan
untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba/ rugi.

2). Investasi yang tidak dapat diukur labanya.


Investasi ini dimaksudkan untuk menaikkan laba, namun laba yang
diharapkan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit
untuk dihitung secara teliti.
Lanjutan...

a. Menurut Mulyadi (2001;285)

3). Investasi dalam penggantian mesin dan ekuipmen.


Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan
eksperimen yang ada.

4). Investasi dalampeluasan usaha.


Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas
produksi/operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya.
3. Jenis Investasi

b. Menurut Simamora (1999:297)

1). Investasi strategic


Investasi strategic adalah investasi yang dirancang untuk mempengaruhi
kemampuan jangka panjang perusahaan untuk memetic laba. Investasi
trategic kerap mengandung ketidak pastian dan manfaat tidak berwujud.

2). Investasi modal


Investasi modal meliputi pengaruh usulan investasi terhadap suatu
produk, fleksibel pabrikasi, moral kerja karyawan, produktivitas pabrikasi
dan pengendalian pabrikasi.
3. Jenis Investasi

c. Menurut Hariadi (2002:633)

1). Investasi jangka panjang


Menyangkut dana yang besar dan waktu pengendalian yang relative
lama sehingga memerlukan penilaian yang hati-hati terhadap resiko
maupun keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh di masa depan.

2). Investasi jangka pendek


Investasi yang biasanya dilakukan dalam bentuk deposito, sertifikat bank,
atau surat-surat berharga yaitu saham dan obligasi dalam waktu yang
relative pendek.
Kesimpulan jenis investasi:

◍ Investasi yang tidak menghasilkan laba (Non Provit


Investment).
◍ Investasi yang tidak dapat diukur labanya.
◍ Investasi dalam penggantian mesin dan equipment.
◍ Investasi dalam perluasan usaha.
◍ Investasi strategic.
◍ Investasi modal.
◍ Investasi jangka panjang.
◍ Investasi jangka pendek.
Dalam pengambilan keputusan investasi, manajemen memerlukan
informasi akutansi manajemen yang berupa aktiva penuh, pendapatan penuh, dan
biaya penuh masa yang akan datang. Informasi akuntansi penuh memberikan
ukuran berapa jumlah dana yang akan ditanamkan dalam proyek atau kegiatan
tertentu, sedangkan pendapatan penuh dan biaya penuh masa yang akan datang
memeberikan ukuran tingkat kemampuan menghasilkan laba dari investasi dalam
proyek atau kegiatan yang direncanakan tersebut.

Dalam pengambilan keputusan investasi, biaya kesempatan


(opportunity cost) memegang peran sangat penting. Dalam prinsip
akuntansi yang berterima umum (generally accepted accounting
principles) biaya bunga modal sendiri (imputed interest on capital) tidak
boleh diperhitungkan sebagai biaya. Dalam pengambilan keputusan
investasi, biaya bunga modal sendiri justru harus dipertimbangkan.
Biaya modal sendiri sering kali dianggap sama dengan kembalian
investasi (return on investment). Kembalian investasi adalah berbeda dengan
biaya modal sendiri karena kembalian investasi terdiri dari bunga dan laba.
Bunga merupakan biaya uang (cost of money) sedangkan kembalian investasi
menunjukkan hasil yang diperoleh karena risiko dan ketidakpastian yang
ditanggung oleh investor. Biaya modal merupakan kriteria penerimaan minimum
modal yang ditanamkan untuk menghasilkan laba.

Contoh.
Manajemen puncak PT.X mempertimbangkan akan mengganti salah
satu mesin produksinya dengan mesin. Perbandingan biaya operasi mesin
lama dengan biaya operasi mesin baru per tahun dan perhitungan biaya
diferensial, serta kenaikan produktivitas dengan penggunaan mesin baru
adalah sbb:
Mesin Mesin Biaya Pendapatan Informasi
Lama Baru Diferensial Diferensial akuntansi
Tunai
Biaya bahan bakar Rp.1000 Rp.750 Rp.250

Biaya tenaga kerja Rp.1200 Rp.800 Rp.400

Biaya pemeliharaan Rp.750 Rp.400 Rp.350

Total biaya operasi Rp.2950 Rp.1950 Rp.1000 Rp.1000

Pendapatan Rp.5500 Rp.6000 Rp.500 Rp.500


Total Rp.1500

395
Jika misalnya harga beli dan biaya pemasangan mesin baru tersebut berjumlah
Rp10.000.000 dan diperkirąkan berumur ekonomis 4 tahun, maka yang harus
dipertimbangkan oleh manajemen puncak dalam pengambilan keputusan
investasi penggantian mesin tersebut adalah sebagai berikut:

a. Apakah penghematan biaya tunai dan tambahan pendapatan sebesar Rp1.500.000


per tahun selama umur ekonomis mesin baru tersebut cukup dibandingkan dengan
investasi yang akan dilakukan sebesar Rp 10000000 Jawaban atas pertanyaan inj
akan diperoleh dengan menggunakan average return on investment method,
present value method, atau discounted cash flows method.

b. Apakah investasi sebesar Rp 10.000.000 tersebut akan dapat kembali dalam waktu
yang diinginkan, jika penghematan biaya tunai dan pendapatan deferensial dari
investasi per tahun sebesar Rp 1.500.000? Jawaban atas pertanyaan ini akan
diperoleh dengan menggunakan pay- back period method.

CONTOH 1:
Manajemen puncak PT.X mempertimbangkan akan mengganti salah
satu mesin produksinya dengan mesin baru. Perbandingan biaya
operasi tunai mesin lama dengan biaya operasi tunai mesin baru per
tahun degan biaya diferensial tunai. Mesin lama didepresiasi dengan
metode garis lurus sebesar Rp 800.000 per tahun, sedangkan mesin
baru diperkirakan akan didepresiasi dengan metode yang sama sebesar
Rp 1.400.000 se tahun. Biaya depresiasi ini merupakan biaya diferensial
tidak tunai Misalkan laba kena pajak perusahaan berada diatas Rp
50.000.000 setahun, sehingga tarif pajak penghasilan yang akan
dikenakan terhadap laba perusahaan adalah 35%.

Diminta hitung arus kas dengan nenperhitungkan biaya


diferensial tunai?
Jawab:
Mesin Lama Mesin Baru Biaya Biaya Diferensial Tunai
Diferensial & Pajak Penghasilan
Biaya bahan bakar Rp 3.000.000 Rp 750.000 Rp 2.250.000

Biaya tenaga kerja Rp 1.900.000 Rp 900.000 Rp 1.000.000

Biaya pemeliharaan Rp 2.750.000 Rp 1.500.000 Rp 1.250.000

Total biaya operasi Rp 7.650.000 Rp 3.150.000 Rp 4.500.000 Rp 4.500.000

Biaya dipresiasi (biaya diferensial tidak


tunai) Rp 800.000 Rp 1.400.000 Rp 600.000
Total biaya diferensial Rp 3.900.000

Dampak pajak atas penghematan biaya


diferensial (tax loss) 35% x Rp 3.900.000 (Rp 1.365.000)
Total biaya diferensial tunai dan tambahan
pajak penghasilan Rp 3.135.000

CONTOH 2:
Dua perusahaan timur dan barat yang masing-masing mempunyai
penjualan tiap tahun sebesar Rp 100.000.000 dan biaya tunai
sebesar Rp 60.000.000. Perusahaan Timur mengeluarkan biaya
promosi tambahan untuk mendongkrak penjualan yaitu sebesar
Rp 5.000.000 dimana hasilnya baru dirasakan tahun berikutnya.
Tarif pajak yang berlaku sebesar 30%.

Untuk menghitung besarnya penghematan pajak dapat


dilihat di bawah ini:
Keterangan Perusahaan A Perusahaan B
Penjualan Rp 100.000.000,00 Rp 100.000.000,00

Biaya operasional 60.000.000,00 60.000.000,00

Biaya proniosi 5.000.000,00

Laba sebelum pajak Rp 35.000.000,00 Rp 40.000.000,00

Pajak 30% 10.500.000,00 12.000.000,00

Laba setelah pajak Rp 24 500.000,00 Rp 28.000000,00

Biaya promosi setelah pajak adalah sebesar:

(Rp 28.000 000- Rp 24500.000) = Rp 3.500.000

penghematan pajak sebesar = Rp 1.500.000


KRITERIA PENILAIAN INVESTASI

a). Menurut Mulyadi (2001; b). Menurut c). Menurut


292) Simamora (1999; Noreen
◍ Pay-Back Method 285) (2001;636)
◍ Metode rata-rata kembalian ◍ Periode ◍ Pay back Method
investasi (Average Return On pengembalian (Pay (metode
Investment atau Unadjasted Back Period) pembayaran
Rate of Return Method) ◍ Tingkat Imbalan kembali)
◍ Present Value Method Akuntansi ◍ Simple rate of
◍ Discounted Cosh Flows Method (Accounting Rate return method
of Return).
1. PAY BACK METHOD

Adalah metode yang mengukur lamanya waktu yang diperlukan


untuk menutup pengeluaran investasi dengan penerimaan kas yang
diperoleh karena adanya informasi tersebut.

a. Rumus perhitungan Payback Period tanpa unsur pajak


Payback Periode dalam tahun = investasi
laba tunai rata-rata per tahun

CONTOH:
Tuan A mempunyai rencana akan menginvestasikan uangnya dalam usaha
transport. Menurut rencana dia akan membeli sebuah mobil penumoang
dengan harga Rp 72.000.000 (sudah termasuk bea balik nama). Untuk
memperirakan berapa tahun investasi itu akan kembali, Tuan A memperkirakan
dalam jangka waktu berapa tahun investasi tersebut akan kembali, Tuan A
memperkirakan pendapatan diferensial dan biaya diferensial tunai perbulan dari
usahanya sebagai berikut:
- Taksiran pendapatan diferensial Rp 5.000.000
- Taksiran biaya diferensial tunai Rp 3.800.000
- Laba tunai per bulan Rp 1.200.000
Jika dampak pajak penghasilan akibat tambahan laba tunai tidak diperhitungkan


dalam pengambilan keputusan, investasi tersebut akan kembali lagi dalam jangka
waktu:
Payback period = 72.000.000/1.200.000 = 60 bulan

Apabila diterapkan dalam investasi pada penggantian aktiva tetap, maka rumus
perhitungannya sebagai berikut:
Pay back period (dalam tahun) = investasi
penghematan tunai per bulan

Pembilang yang berupa investasi merupakan aktiva diferensial yang direcanakan


dalam usulan investasi penggantian aktiva tetap, dan penyebut yang berupa biaya
diferensial tunai yang tediri dari penghematan biaya tunai yang akan diperoleh
dengan penggantian aktiva tetap.
b. Rumus perhitungan payback period dengan unsur pajak
Payback period (dalam tahun) = investasi
kas masuk bersih

CONTOH:

Dalam tahun 20X1 perusahaan akan mengganti sebuah truk yang dimilikinya
dengan truk baru. Penggantian ini akan dilakukan berdasarkan pertimbangan
penghematan biaya dengan pemakaian truk baru. Jika dalam satu tahun
diperkirakan jarak tempuh sejauh 180.000 km, maka taksiran biaya diferensial
berupa penghematan biaya dengan pemakaian truk baru dibanding truk lama
sebagai berikut:
Biaya Truk
Biaya Truk Baru Biaya Diferensial
Lama

Biaya bahan bakar premium


45.000 lt x Rp 70 Rp 3.150.000
Biaya bahan bakar solar
18.000 lt x Rp 25 Rp 450.000 Rp 270.000
Biaya reparasi dan pemeliharaan Rp 1.500.000 Rp 1.000.000 Rp 500.000
Biaya diferensial Rp 4.650.000 Rp 1.450.000 Rp 3.200.000

Harga beli truk lama Rp 3.000.000


Depresiasi akumulasi Rp 2.000.000
Nilai buku truk lama Rp 1.000.000
Harga beli truk baru diperkitakan Rp 5.000.000
Taksiran harga jual truk lama
dan taksiranRpumur
700.000
Rugi penghentian pemakaian trukekonmisnya
lama 4 tahun. Rp 300.000
Dalam perhitungan payback period, terdapat dua unsur yang
digunakan:
o Pengeluaran kas bersih (net cash outklays)
o Penghematan tunai (cash saving)

1. Pengeluaran kas bersih (net cash outlays)


Pada saat penggantian, di satu pihak perusahaan akan memperoleh aktiva
diferensial dengan pengeluaran uang untuk membeli truk baru Rp 5.000.000, tapi
dilain pihak akan terdapat biaya kesempatan karena perusahaan akan menerima
uang hasil penjualan truk lama Rp 700.000 dan penghematan pajak Rp 105.000
sebagai akibat terjadinya kerugian dalam penjualan truk lama.
Menurut UU pajak penghasilan, kerugian penjualan aktiva tetap dapat diperhitungkan
dalam penentuan laba kena pajak jika memenuhi syarat tertentu. Jika tarif pajak
penghasilan 35%, maka penghematan pajak dalam investasi penggantian truk
tersebut adalah Rp 105.000 (35% x 300.000).
Aktiva diferensial (harga beli truk baru) Rp 5.000.000
Biaya kesempatan Rp 700.000
Penghematan pajak atas kerugian truk lama
35% x Rp 300.000 Rp 105.000
Pengeluaran kas bersih (Rp 805.000)
Biaya diferensial tunai (penghematan tunai) per tahun Rp 4.195.000

Penghematan biaya operasi tunai truk per tahun Rp 3.200.000


Kenaikan pajak penghasilan
 Adanya penghematan biaya perasi truk (35% x Rp
3.200.000) Rp 1.120.000
Penghematan pajak
 Kenaikan biaya depresiasi truk pertahun (5% x Rp
1.000.000) Rp 350.000
Jumlah kenaikan pajak pertahun (Rp 770.000)
Biaya diferensial tunai dari pajak (penghematan tunai
per tahun Rp 2.430.000

Payback period 1,7 tahun


2. Penghematan Tunai
Biaya diferensial yang berupa penghematan tunai yang
diperoleh perusahaan setiap tahun dari operasi truk baru sebesar
Rp3.200.000. dengan adanya penghematan biaya ini, dalam tahun-
tahun berikutnya sejak penggantian, perusahaan akan membayar
penghasilan yang lebih besar.
Turunnya pajak yang terjadi setelah penggantian truk karena adanya
kenaikan biaya depresiasi dianggap bahwa sisa umur truk lama sama
dengan umur ekonomis truk baru, dan nilai buku truk baru sama
dengan nol.
Kenaikan biaya depresiasi pada tahun-tahun setelah penggantian
adalah sebagai berikut:
Saat penggantian truk
Rp 1.250.000 Rp 1.250.000 Rp 1.250.000 Rp 1.250.000 Biaya depresiasi truk

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV


Nilai buku truk lama Rp 1.000.000
Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000 Rp 250.000 Biaya depresiasi truk lama
seandainya truk lama masih
dipakai
Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV
Turunnya laba kena pajak
Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 Biaya depresiasi truk per tahun
menjadi lebih tinggi Rp 1jt dan
akibatnya laba kena pajak lebih
rendah dalam jumlah yang
sama

Tahun I Tahun II Tahun III Tahun IV


Kebaikan payback method:
Untuk investasi yang besar risikonya dan sulit untuk diperkirakan,
1 maka dengan metode ini dapat diketahui jangka waktu pengembalian
investasi

Untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of return dan
2 risiko yang sama, sehingga dapat diketahui investasi yang jangka
waktu pengembaliannya lebih cepat

Alat sederhana untuk memilih asal usul investais sebelum meningkat


ke penilaian lebih lanjut dengan mempertimbangkan kemampuan
3 investasi untuk menghasilkan laba seperti dalam present value
method dan discounted cash flow method
Kelemahan payback method:

Tidak memperhitungkan nilai waktu uang.


Adanya perubahan harga beli, maka nilai uang yang diterima sekarang akan lebih
berharga dibandingkan diterima setahun kemudian. Uang yang diterima sekarang
1 juga jauh lebih berharga dibanding satu tahun kemudian, karena adanya
kesempatan untuk memutarkan uang tersebut untuk memperoleh kembalian
(return) dalam usaha bisnis.

Tidak memperlihatkan pendapatan selanjtunya setelah investasi pokok kembali.


Bagaimanapun juga arus kas sesudah payback period meruakan faktor yang
menentukan dalam menghitung kemempuan suatu investasi untuk menghasilkan
2 laba.
Metode ini tidak memperhitungkan laba dalam pengembalian investasi pokok. Jadi
suatu proyek investasi yang dinilai tidak memenuhi syarat menurut metode ini
belum tentu tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba.
2. METODE RATA-RATA KEMBALIAN INVESTASI

Merupakan salah satu metode penilaian investasi yang tidak


meperhitungkan nilai waktu uang dan tidak didasarkan atas
penerimaan melainkan atas dasar laba akuntansi.

Rumus kembalian investasi = laba sesudah pajak


rata-rata investasi
Rumus tarif kembalian investasi =
rata-rata kembalian kas tahunan – penutupan investasi
rata-rata investasi
CONTOH:
Suatu proyek investasi memerlukan investasi mula-mula Rp 10.000.000.
umur ekonomis proyek diperkirakan 10 tahun, tanpa nilai residu pada akhir
tahun kesepuluh. Setiap tahun akan diperoleh kas masuk rata-rata Rp
4.000.000 sedangkan kas keluar, termasuk pajak, rata-rata Rp 2.500.000.
Maka, investasi rata-rata selama umur ekonomis proyek sebesar:

Tarif kembalian investasi = rata-rata kembalian kas tahunan – penutupan investasi


rata-rata investasi
Tarif kembalian investasi = (4.000.000 – 2.500.000) – (10.000.000/10)
10.000.000
Tarif kembalian investasi = 5%
Jika dalam rumus tarif kembalian investasi tersebut dipakai investasi
rata-rata sebagai penyebut, maka ada dua cara perhitungan rata-rata
yang dapat ditempuh:

a. Investasi mula-mula ditambah investasi pada akhir tahun ke-10 dibagi


dua:
Tarif kembalian investasi = (4.000.000 – 2.500.000) – (10.000.000/10) = 10%
10.000.000/2

b. Diperhitungkan investasi rata-rata setiap tahun dan jumlah investais


rata-rata setiap tahun kemudian dibagi dengan umur ekonomis proyek.
Contoh perhitungan investasinya sebagai berikut:
Investasi rata-rata tahun ke 1:
Investasi mula-mula Rp10.000.000
Investasi akhir tahun ke 1 (Rp 10.000.000 – Rp 1.000.000) Rp 9.000.000
Rata-rata investasi tahun ke 1 [(Rp 10.000.000 + Rp 9.000.000)/2] Rp 9.500.000

Investasi rata-rata tahun ke 2:


Investasi awal tahun ke 2 Rp 9.500.000
Investasi akhir tahun ke 2 (Rp 9.500.000 – Rp 1.000.000) Rp 8.500.000
Rata-rata investasi tahun ke 2 [(Rp 9.500.000 + Rp 8.500.000)/2] Rp 9.000.000

investasi rata-rata tahun ke 3:


Investasi awal tahun ke 3 Rp 8.500.000
Investasi akhir tahun ke 3 (Rp 8.500.000 – Rp 1.000.000) Rp 7.500.000
Rata-rata investasi tahun ke 3 [(Rp 8.500.000 + Rp 7.500.000)/2] Rp 8.000.000

417
Saldo Investasi Saldo Investasi Investasi Rata-rata
Biaya depresiasi
Tahun Awal Tahun Akhir Tahun pada Tahun
(Rp 1.000)
(Rp 1.000) (Rp 1.000) (Rp 1.000)

1 10.000 1.000 9.000 9.500


2 9.000 1.000 8.000 8.500
3 8.000 1.000 7.000 7.500
4 7.000 1.000 6.000 6.500
5 6.000 1.000 5.000 5.500
6 5.000 1.000 4.000 4.500
7 4.000 1.000 3.000 3.500
8 3.000 1.000 2.000 2.500
9 2.000 1.000 1.000 1.500
10 1.000 1.000 0 500
Jumlah investasi rata-rata per tahun Rp 50.000
Kriteria pemilihan investasi:

a. Suatu investasi akan b. Jika pengambil


diterima jika tarif keputusan belum memiliki
kembalian investasinya batasan tarif kembalian
dapat memenuhi investasi, maka dari
batasan yang telah beberapa invetasi yang
ditetapkan oleh diusulkan dipilih adalah
manajemen puncak yang memberikan tingkat
perusahaan kembalian terbesar.
Kebaikan Metode Rata-rata Kembalian Investasi
Metode ini telah memperhitungkan arus kas selama umur
proyek investasi.

Kelemahan Metode Rata-rata Kembalian Investasi

1. Tidak memperhitungkan nilai waktu uang


2. Dipengaruhi penggunaan metode depresiasi
3. Tidak dapat diterapkan jika investasi dilakukan dalam beberapa
tahap
3. PRESENT VALUE METHOD

Yaitu metode yang menghitung selisih antara nilai sekarang


penerimaan kas investasi dengan nilai sekarang pengeluaran kas
yang berkaitan dengan investasi yang ditanam.
𝟏
NT = AK
𝟏+𝟏 𝒏
Keterangan :
NT = Nilai Tunai
AK = Arus Kas
1 = tarif kembalian investasi
N = jangka waktu

CONTOH 1:
Tuan A merencanakan akan menginvestasikan uangnya
dalam pembelian mobil penumpang seharga Rp 95.000.000.
kendaraan tersebut diperkirakan berumur ekonomis 4 tahun
dan pada akhir tahun keempat dianggap tidak bernilai
residu.

Diminta: hitung laba per tahun yang diproyeksikan dari


usaha selama umur ekonomis kendaraan tersebut?
(Angka dalam ribuan rupiah)
Pendapatan biaya Arus kas
& laba akuntansi masuk dan kas

J Taksiran pendapatan 78.000


keluar
78.000
Taksiran biaya operasi

A Biaya bahan bakar


Biaya tenaga kerja
10.000
4.000
10.000
4.000

W
Biaya operasi dan pemeliharaan 3.000 3.000

Biaya lain 2.250 2.250


Biaya depresi 23.750

A Total biaya operasi


Total biaya tyunai
43.000
19.250
Taksiran laba bersih sebelum pajak 35.000

B Laba tunai
Pajak penghasilan
58.750

35%xRp35.000 12.250 12.250


Laba bersih setelah pajak 22.750
Kas masuk bersih 46.500
Atas dasar kas masuk bersih setiap bulan yang diperkirakan sebesar
Rp 46.500.000 per tahun, maka pada tarif kembalian 10% per tahun,
jumlah nilai tunai kas masuk bersih sebagai berikut :

Tahun (1) Kas masuk bersih Tarif kembalian Nilai tunai kas
per tahun masuk bersih
tahunan
1 46.500.000 0.909 42.268.500
2 46.500.000 0.862 38.409.000
3 46.500.000 0.751 34.921.500
4 46.500.000 0.683 37.795.500
Jumlah nilai tunai kas masuk bersih 147.358.500

CONTOH 2:
Perusahaan memiliki sebuah ekuipmen. Direksi mempertimbangkan
keputusan tetap mempertahankan ekuipmen tersebut ataukah
menggantinya dengan yang baru. Direksi memiliki dua alternatif
pilihan merk ekuipmen A atau B, yang kapasitasnya sama dengan
ekuipmen lama. Data yang telah dikumpulkan dalam rangka
pengambilan keputusan pemilihan investasi adalah sebagai berikut:

Tuan A
Diminta: hitung laba per tahun yang diproyeksikan dari
usaha selama umur ekonomis kendaraan tersebut?
Alternatif 1 : tetap memakai ekuipmen lama


Ekuipmen lama ini mampu menghasilkan produk sebanyak
10.000 unit setahun, yang harga jualnya Rp 780 per unit. Biaya
produksi dan pemasaran adalah terdiri dari biaya tetap tunai
(fixed cash cost) Rp20.000 setahun dan biaya variabel Rp5 per
unit produk. Apabila ekuipmen lama ini dijual sekarang, harga
jualnya adalah sebesar Rp20.000. sisa umur ekonomis ekuipmen
lama adalah 5 tahun. Pada akhir tahun ke-5 nanti, ekuipmen
tersebut diperkirakan masih dapat dijual dengan harga
Rp3500. harga beli ekuipmen lama adalah Rp28.000, sedangkan
nilai bukunya pada saat ini adalah Rp24.000
Alternatif 2: menggunakan ekuipmen baru merk B


Dengan menggunakan ekuipmen baru merk A ini diperkirakan akan
diperoleh penghematan biaya. Biaya produksi dan pemasaran dengan
ekuipmen merk A terdiri dari biaya tetap tunai Rp 35.000 setahun,
dengan biaya variabel sebesar Rp3 per unit produk. Umur ekonomis
ekuipmen A adalah 8 tahun. Harga beli dan biaya pemasangan
ekuipmen A adalah sebesar Rp28.800. nilai residunya sama dengan
nol. Nilai residu pada akhir tahun ke-5 ditaksir Rp 5.000, sedangkan
pada akhir tahun ke-8 ditaksir nilai residunya sama dengan nol.
Perusahaan akan memakai metode sum-of-the-year’s-digit dalam
menghitung biaya depresiasi ekuipmen A ini.
Alternatif 3: menggunakan ekuipmen baru merk A


Penghematan biaya dengan pemakaian merk B ini diperkirakan
lebih besar bila dibandingkan dengan ekuipmen merk A. Biaya
tetap tunai diperkirakan Rp 45.000 setahun dan biaya variabel
Rp 2 per unit produk. Harga beli ekuipmen merk B ini sebesar
Rp 32.400. harga jual ekuipmen B pada akhir tahun ke-5
diperkirakan Rp10.000. ditaksir umur ekonomisnya 8 tahun,
dengan nilai residu pada akhir tahun ke-8 sama dengan nol.
Metode depresiasi yang dipakai untuk ekuipmen merk B adalah
sum-of-the-year’s-digit .
Untuk memilih satu diantara kegita
alternatif tersebut perlu dihitung
lebih dahulu arus kas masuk dan
kas keluar dari masing-masing
alternatif tersebut.
Perhitungan arus kas masuk bersih
alternatif 1
a. Jika perusahaan akan memilih tetap memakai ekuipmen
lama, maka akan terjadi biaya kesempatan sebagai berikut:

1) Kesempatan yang hilang untuk menerima penghasilan dari


penjualan ekuipmen lama sebesar Rp 20.000
2) Kesempatan yang hilang untuk memperoleh penghematan pajak
akibat adanya keruagian seandainya ekuipmen tersebut dijual.
Nilai buku ekuipmen lama Rp24.000
Nilai jual Rp(20.000)
Rugi Rp 4.000
Kerugian ini dapat diperhitungkan dalam penentuan laba kena pajak.

430
Lanjutan...

b. Kas masuk bersih


Kas masuk bersih = pendapatan diferensial – biaya diferensial tunai
- pajak
atau, KMB = PD-BDT-TP(PD-BDT-BDTT)

Catatan:
PD = pendapatan diferensial
BDT = biaya diferensial tunai
TP = tarif pajak
BDIT = Biaya diferensial tidak tunai (non cash differencial
expenses, misal biaya depresiasi)
KMB = PD-BDT-TP(PD-BDT-BDTT)
= (PD-BDT)-TP(PD-BDT)+TP(BDTT)
= (1-TP)(PD-BDT)+TP(BDTT)
431
Lanjutan...
Rumus:
Kas masuk bersih = (1 – tarif pajak)(pendapatan diferensial - biaya
diferensial tunai) + (tarif pajak)(biaya diferensial tidak tunai)
Dari data alternatif 1 diketahui bahwa:
Pendapatan diferensial:
Pendapatan penjualan = 10.000 x Rp7,8 Rp78.000
Biaya diferensial :
Biaya-biaya produksi dan pemasaran:
Biaya tetap Rp20.000
Biaya variabel 10.000xRp5 Rp50.000
Rp70.000
Pendapatan diferensial – biaya tunai (PD-BDT) Rp 8.000
Biaya depresiasi = (Rp24.000-Rp3.500) : 5
= Rp 4.100 per tahun
432
Lanjutan...

Sehingga perhitungan kas masuk bersih alternatif 1 adalah sebagai


berikut:
KMB = (1-35%)(78.000-70.000)+35%(4.100)
= 5.200 + 1.435
= 6.635

Kas masuk alternatif 1 tersebut dapat dihitung pula dengan cara


sebagai berikut:
Laba tunai (Rp78.000-Rp70.000) Rp8.000
Kerugian pajak atas laba tunai 5% x Rp 8.000 Rp2.800
Laba tunai setelah pajak Rp5.200
Penghematan pajak atas biaya depresiasi 35% x Rp4.100 Rp1.435
Kas masuk bersih alternatif 1 Rp6.635
433
Perhitungan arus kas alternatif 2

1. Biaya produksi dan penjualan 10.000 unit produk dengan


memakai ekuipmen A adalah:

Biaya tetap tunai Rp35.000


Biaya variabel 10.000 x Rp3 Rp30.000
Rp65.000
Pendapatan 10.000 x Rp7,8 Rp78.000
Pendapatan diferensial – biaya diferensial tunai (PD-BDT) Rp13.000

434
Lanjutan...

2. Biaya depresiasi ekuipmen baru


Rumus metode sum of the year’s digit
𝒖− 𝒕−𝟏
Dt = (𝐇 − 𝐍𝐑)
{𝒖(𝒖+𝟏)/𝟐

Keterangan:
Dt = depresiasi pada tahun ke-t
U = umur ekonomis
T = tahun ke-t
H = cost aktiva tetap
NR = Nilai residu

435
Lanjutan...
Jadi biaya depresiasi ekuipmen A adalah sebagai berikut :
8− 1−1
D_1 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =8/36 x Rp28.800 = Rp6.400
8− 2−1
D_2 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =7/36 x Rp28.800 = Rp5.600
8− 3−1
D_3 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =6/36 x Rp28.800 = Rp4.800
8− 8−1
D_4 = Rp28.800 =5/36 x Rp28.800 = Rp4.000
{8(8+1)/2
8− 5−1
D_5 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =4/36 x Rp28.800 = Rp3.200
8− 6−1
D_6 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =3/36 x Rp28.800 = Rp2.400
8− 7−1
D_7 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =2/36 x Rp28.800 = Rp1.600
8− 1−1
D_8 ={8(8+1)/2 Rp28.800 =1/36 x Rp28.800 = Rp800
436
Setelah tahun ke-5, nilai buku ekuipmen A sebesar Rp28.800 – Rp24.000 = Rp 4.800. Jadi apabila
pada tahun ke-5 dijual, maka akan diperoleh laba penjualan aktiva tetap sebesar Rp200 (Rp5.000-
Rp4.800) dan ditambahkan pada laba kena pajak. Jika kas masuk dan kas keluar alternatif 2 ini
dibandingkan akan tampak sebagai berikut:

Akhir tahun 0 1 2 3 4 5
Kas keluar (28.800)

Kas masuk (1-TP) x (PD-BDT) 8.450 8.450 8.450 8.450 8.450


= 65% x RP13.000 TP(BDTT)
35% x Dt 2.440 1.960 1.680 1.400 1.120

Kerugian pajak : (70)


35% x Rp200
Nilai residu 5.000
Jumlah (28.800) 10.690 10.410 10.130 9.850 14.500
Perhitungan arus kas alternatif 3

a. Biaya produksi dan pemasaran dengan menggunakan


ekuipmen B adalah sebagai berikut :

biaya tetap Rp45.000


biaya variabel 10.000 x Rp2 Rp20.000
biaya diferensial Rp65.000
pendapatan diferensial Rp78.000
pendapatan diferensial-biaya diferensial tunai
(PD-BDT) Rp13.000

438
b. Biaya depresiasi ekuipmen B dihitung sbb:
D1=(8 + 36) x Rp32.400 = Rp7.200
D2=(7 + 36) x Rp32.400 = Rp6.300
D3=(6 + 36) x Rp32.400 = Rp5.400
D4=(5 + 36) x Rp32.400 = Rp4.500
D5=(4 + 36) x Rp32.400 = Rp3.600
D6=(3 + 36) x Rp32.400 = Rp2.700
D7=(2 + 36) x Rp32.400 = Rp1.800
D8=(1 + 36) x Rp32.400 = Rp900

c. Perhitungan rugi potensial dari penjualan ekuipmen B pada akhir tahun ke-5 adalah sbb:
Kos Rp32.400
Akumulasi depresiasi sampai dengan akhir tahun ke-5 Rp27.000
Nilai buku Rp 5.400
Nilai jual pada akhir tahun ke-5 Rp 1.000
Rugi yang dapat diperhitungkan dalam penentuan laba
Kena pajak Rp 4.400

439
Lanjutan...
Arus kas masuk dan kas keluar alternatif 3 ini disajikan sebagai
berikut:
Akhir tahun 0 1 2 3 4 5
Kas keluar (32.400)

Kas masuk (1-TP) x (PD-BDT) = 65% x 8.450 8.450 8.450 8.450 8.450
Rp13.000
Tp (BDTT) = 35% x Dt 2.520 2.205 1.890 1.575 1.260
Penghematan pajak 1.540
Penjualan ekuipmen pada akhir tahun
ke-5 = 35% x Rp4.400
Nilai residu 1.000
Jumlah (32.400) 10.970 10.635 10.340 10.025 12.250
Dari analisis tabel, maka dapat disimpulkan bahwa alternatif 2 adalah
secara ekonomis layak untuk dipilih karena nilai tunai bersihnya
paling tinggi diantara alternatif yang lain
Apabila masalah yang diohadapi manajemen puncak adalah
“apakah perusahaan tetap menggunakan ekuipmen lama ataukah
harus menggantinya dengan ekuipmen A yang baru” maka dasar
yang dipakai untuk pengambilan keputusan adalah:

a. Membandingkan nilai tunai bersih arus kas apabila ekuipmen lama tetap
dipakai dengan nilai tunai bersih arus kas ekuipmen A yang baru. Nilai
tunai bersih arus kas alternatif yang lebih tinggi yang dipilih.

b. Menggunakan incremental approach yaitu menghitung selisih arus kas


alternatif 1 dan alternatif 2, kemudian selisih tersebut dihitung jumlah
tunainya.
Present value

Metode penilaian investasi yang memperhatikan nilai waktu


uang dan menentukan lebih dahulu tingkat tarif kembalian

Contoh:
Suatu perusahaan laundry akan menambah mesin cuci sebagai
aktiva diferensial seharga Rp6.000.000,- dengan umur ekonomis
5 tahun tanpa nilai residu. Aliran kas masuk diperkirakan
Rp2.600.000,- per tahun.
Tahun Kas masuk pertahun Tariff Nilai tunai
kembalian
1 Rp 2.500.0000,- 0.909 Rp 2.363.400

2 Rp 2.600.000, 1.736 Rp 4.513.600,-

3 Rp 2.600.000, 2.487 Rp 6.466.200,-

4 Rp 2.600.000, 3.170 Rp 8.242.000

5 Rp 2.600.000,- 3.791

Rp 9.861.800,-
Rp31.447.000
Kebaikan Present Value Method
a. Metode ini memperhitungkan nilai waktu uang
b. Dalam Present value method semua arus kas selama umur proyek
investasi diperhitungkan dalam pengambilan keputusan investasi

Kelemahan Present Value Method


a. Membutuhkan perhitungan yang cermat dalam menentukan tarif
kembalian investasi.
b. Dalam membandingkan dua proyek investasi yang tidak sama jumlah
investasi yang, dalam rupiah tidak dapat dipakai sebagai pedoman
4. DISCOUNTED CASH FLOWS METHOD

Pada dasarnya Discounted Cash Flows Metlod sama dengan


Present Value Method, karena kedua-duanya memperhitungkar nilai
waktu uang di masa yang akan datang. Perbedaannya adalah dalam
Present ralue method tarif kembalian (rate of return) sudah ditentukan
lebih dahulu sebagai tarif kembalian, sedangkan dalam Discounted
cash flows method justru tarif kembalian ini yang dihitung sebagai
dasar untuk menerima atau menolak suatu usulan investasi.
Discounted cash flows method justru mencari pada tarif kembalian
berapa arus kas masuk bersih harus di nilai tunaikan agar supaya
investasi yang ditanamkan dapat tertutup. Penentuan tarif
kembalian tersebut diakukan dengan metode coba-coba (trial and
error), yaitu dengan cara:

a. Mencari nilai tunai arus kas masuk bersih pada tarif kembalian yang
dipilih secara sembarang di alas atau di bawah terif kembalian investasi
yang diharapkan.

b. Menginterpolasikan kedua tarif kembalian tersebut untuk mendapatkan


tarif kembalian sesungguhnya.
CONTOH:


PT El Sari adalah perusahaan perakitan (assembling) mobil. Suku
cadang X, salah satu bagian dari mobil yang dirakit, selama ini dibeli
dari pemasok luar A. Menurut rencana anggaran untuk tahun
20X1,diperkirakan dalam jangka waktu 4 tahun mendatang
kebutuhan suku cadang X tersebut t, namun pemasok A juga
menuntut kenaikan harga suku cadang X tersebut. Hal ini memicu
pertimbangan manajemen untuk menjajagi kenmiungkinan
memproduksi suku cadang tersebut.

. 20X1 20X2 20X3 20X4


Taksiran kebutuhan
Suku Cadang X (dalam unit) 100.000 200.000 250.000 300.000
Tuan A
TaksiranDiminta:
harga belihitung laba per tahun yang diproyeksikan dari
Suku cadang X
usaha selama umur ekonomis kendaraan tersebut?
Per unit Rp 5,5 Rp 6 Rp 9 Rp 10
Manajemen puncak menghendaki tarif kembalian minimum
sebesar 12 % agar perusahaan tidak membeli lagi suku cadang X


dari pemasok luar. Data yang telah dikumpulkan sebagai dasar
pengambilan keputusan adalah sbb:

Untuk memproduksi suku cadang X dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan


diperlukan aktiva diferensial berupa satu unit mesin yang harga beli berikut
biaya pemasangannya Rp 1.000.000,00. Umur ekonomis mesin tersebut adalah
4 tahun, tanpa nilai residu.

Biaya diferensial tunai berupa biaya produksi suku cadang X diperkirakan sbb :
20X1- 20X2 20X3- 20X4
Biaya variabel Rp 2 per unit Rp 6 per unit
Biaya tetap tunai Rp 300.000 Rp 600.000
Penyelesaian:
- Perhitungan Nilai Tünai Biaya Diferensial Tunai:
Biaya Tunai jika Memproduksi sendiri
Kebutuh Harga B tunai Biaya Biaya Jumlah Biaya Nilai Rp Nilai tunai
an suku belu jk tetap variabel tetap biaya differen 1 pd by
cadang X per membel tunai tunai tunai tariff differnsial
setahun unit i dr luar kembalia tunai
(3)-(6)
n 12%
(7)-(8)
TH (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
X1 100000 5.5 55000 200000 30000 500000 50000 0.893 44650
X2 200000 6.0 1200000 400000 300000 700000 500000 0.797 398500
X3 250000 9.0 2250000 1500000 600000 2100000 150000 0.712 106800

X4 300000 10.0 3000000 1800000 600000 2400000 600000 0.636 381600

Jumlah 931550

Kesimpulan:
Karena jumlah nilai tunai biaya diferensial tunai lebih rendah
bila dibandingkan dengan aktiva diferensial berupa investasi
(Rp1.000.000), alternatif membeli dari pemasok luar masih
lebih menguntungkan bagi PT El Sari jika dibandingkan dengan
alternatif memproduksi sendiri. Tarif kembalian apabila PT El
Sari membuat sendiri suku cadang X tersebut dihitung sbb:
Taksiran Biaya Nilai Tunai Rp 1 pada tariff kembalian N tunai by deferens
Diferensial Tunai 8% per tahun pada tariff 8%

(1) x (2)
Tahun (1) (2) (3)
1976 Rp 50000 0.926 Rp 46.300
1977 Rp 500000 0.857 Rp 428500
1978 Rp 150000 0.794 Rp 119.100
1979 Rp 600000 0.735 Rp 441.000
Jumlah nilai tunai biaya direfensial tunai Rp. 1.034.900
Jadi tarif kembalian investasi sebesar =
12 % - {( 68.450 + 103.350 ) x 4%} - 9, 35% padahal
manajemen puncak menghendaki tarif kembalian 12 %
. Oleh karena itu rencana investasi untuk memproduksi
sendiri suku cadang X tersebut secara ekonomis tidak
layak Jadi tarif kembalian investasi sebesar untuk
dipilih.
ASUMSI YANG MELANDASI PRESENT
VALUE DAN DISCOUNTED CASH VALUE

Ada dua asumsi yang melandasi perhitungan nilai tunai bersih (net
present value) dalam present value method dan tarif kembalian
investasi dengan menggunakan discounted cash flows method :
1. Semua arus kas dianggap terjadi pada akhir periode.
2. Semua arus kas yang dihasilkan oleh investasi dianggap segera
ditanamkan kembali ke dalam proyek lain, yang menghasilkan
tarif kembalian yang besarnya paling tidak sama dengan tarif
kembalian investasi proyek yang pertama.
BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL)

Ada dua pengertian biaya modal: Biaya modal khusus (specific cost
of capital) yaitu biaya yang berhubungan dengan sumber pembelanjaan
tertentu pada saat tertentu dan Biaya modal rata-rata (average cost of
capital) yaitu rata-rata tertimbang berbagai biaya modal khusus pada saat
tertentu
a. Biaya Modal Pinjaman (Cost of Debt)
Biaya modal pinjaman dihitung dengan cara menentukan tarif bunga efektif
setelah pajak. Karena bunga modal pinjaman yang dikeluarkan perusahaan dapat
dikurangkan dari penghasilan untuk penentuan laba kena pajak, maka
pembayaran bunga modal pinjaman akan menimbulkan ghematar , pajak ( tax
saving ) Jika perusahaan membayar bunga 10 % atas modal vang ditarik dari
pinjaman dan tarif pajak penghasilan perusahaan adalah 3,5 % , maka tarif bunga
efektif setelah pajak adalah per sebesar 6,5% [10%-(35%x10%)]
CONTOH:


Obligasi bernilai nominal Rp 1.000.000 , dengan bunga nominal
10 % dihayar tiap tahun, mempunyai harga pasar saat kini
sebesar Rp 832.200. Obligasi tersebut akan jatuh tempo 5
tahun kemudian. Kreditur mau nesanamkan uangnya sebesar
Rp 832.200 pada saat kini karena ia mengharapkan akan
nenerima bunga setiap tahun sebesar Rp 100.000 selama lima
tahun, di tambah dengan uang sebesar Rp 1.000.000 (nominal
obligasi) pada akhir tahun ke-5, yaitu pada saat obigasi
tersebut jatuh tempo.
Untuk menghitung tarif bunga metode coba-coba
berikut ini:

Menilai bunga atas nominal obligasi yang diterima setiap tahun selama
1 5 tahun dengan tarif kembalian (rate of return) sembarang.

Menilai tunaikan nominal obligasi yang akan diterima kembali pada


2 akhir lahun ke-5 oleh kreditur dengan tarif kembalian pada butir a.

Menjumlahkan hasil perhitungan pada butir a dan b. jika jumlahnya


3 Rp 832.200 berarti metode coba-coba ini mengenai sasarannya,
yaitu hasil perhitunan biaya bunga efektif adalah sebesar tarif
kembalian yang semula ditentukan secara sembarang tersebut.
Jika arus kas masuk dan keluar yang akan diterima dan dikeluarkan oleh
kreditur tersebut digambarkaan dalam garis waktu akan tampak sbb:

Rp 832.200 Rp 100.000 Rpl00.000 Rp100.000 Rp100.000 Rp100 000+Rpl.000.000

Nilai tunai penerimaan kas di masa yang akan datang pada tingkat bunga 15 % dihitung
sbb :
Nilai jatuh tempo Rp 1.000.000 x 0,497 Rp 497.000
Bunga 100.000 x 3,352 Rp 335.200
Total Rp 832.200
Nilai tunai investasi dalam obligasi adalah Rp 832.200

Jadi tingkat bunga efektif obligasi tersebut adalah 15 % dan tarif pajak
penghasilan perusahaan tersebut adalah sebesar 35 % , maka tarif bunga efektif setelah
pajak atau biaya modal pinjaman dari sumber obligasi tersebut adalah sebesar 9,75 % (
65 % x 15 %).
b. Biaya Modal Saham Istimewa (Cost of Preferred
Stock)
Biaya modal saham istimewa (cost of preferred stock) dihitung
dengan aira membagi dividen saham istimewa dengan harga pasarnya pada
saat izin. Sebagai contoh jika nilai nominal saham istimewa Rp 1,000.000 per
embar dan devidennya 17 % per tahun , sedangkan harga pasarnya
Rp.9000000 pelembar, maka biaya modal khusus (specific cost of capital)
bagi saham istimewa tersebut adalah 18,89 % [ ( 17 % Rp1.000.000 ) :
Rp900.000
Karena Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham
istimewa, tidak dapat dikurangkan sebagai biaya dalam penentuan laba kena
pajak, maka tidak teterapat penghematan pajak dalam pembayaran deviden
ini, tidak seperti halnya dengan pembayaran bunga pinjaman
c. Biaya Modal saham Biasa (Cost of Common
Eguity)
Deviden yang dibayarkan pada saat kini bukan merupakan petunjuk
mengenai besarnya biaya modal suatu perusahaan. Bila seorang investor membeli
satu lembar saham biasa, ia mengharapkaan penghasilan dari deviden (devidend
income) untuk jangka waktu yang tidak terbatas di masa yang akan datang
Rumus penghitungan biaya modal saham biasa :
𝑫
𝑲= +𝒕
𝑷
K = biaya modal saham biasa
D = dividen per lembar saham yang kini dibayarkan kepada pemegang saham
biasa
P = harga pasar per lembar saaham yang berlaku kini.
T = tingkat pertumbuhan tahunan rata-raata yang diharapkan untuk dividen saham
biasa.
CONTOH:
Deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham bias saat kni
adalah Rp 12.500 per lembar. Harga pasar saham biasa pada saat
kini adalah Rp 100,000 per lembar, dividen per lembar saham
diharapkan akan bertambah pada tingkat pertumbuhan 7,5 % per
tahun. Biaya modal saham dihitung sbb :

12500
𝐾= + 0,075 =20
100000
d. Biaya Modal Rata-rata (Average Cost of Capital)

Biaya modal rata-rata dihitung dari berbagai biaya modal khusus


dengan menggunakan angka penimbang sebesar proporsi tiap-tiap sumber
pembelanjaan dalam total investasi yang akan dilakukan Jika suatu investasi
memerlukan dana sebesar Rp 500 000.000 cdan jumlah tersebut dibelanjai
dari penarikaan utang jangka panjang (obligasi) sebesar 25 %, saham
istimewa 35 %, saham biasa 40 %, sedangkan specific cost of capital
masing- masing sumber pembenjaan tersebut adalah sbb :

Obligasi 9,75%
Saham istimewa 18,89%
Saham Biasa 20,00%
Maka biaya modal rata-rata adalah sebesar 17,05 % seperti
terlihat dalam perhitungan berikut ini:

Sumber Specific Cos Of Angka Penimbang Biaya Modal Rata-


rata.
Pembelanjaan Capital
Obligasi 9,75 % 0.25 2,44 %
Saham Istimewa 18,89 % 0,35 6,61 %
Saham Biasa 20,00 % 0,40 8,00 %
Total 17,05 %
5. INTERNAL RATE OF RETURN

Internal Rate of Return adalah tingkat diskonto (discount rate)


yang menjadikan sama antara present value dari penrimaan tunai dan
present value dari nilai atau investasi discount rate /tingkat diskonto
yang menunjukan net present value atau sama besarnya dengan nol.
Oleh karena itu IRR merupakan tingkat diskonto dari


persamaan dibawah ini:
IO = P1 + P2 + ..... Pn
(1+i)‘ (1+i)’ (1+i)’

IO = ∑ Pn
1 (1+i)’

Dimana:
IO = Initial Otlays (nilai investasi awal mula mula
P = Net cash Flow (Proceed) pada tahun ke-1 Tuan A
I Diminta: hitung diskonto
= Tingkat laba per tahun yang diproyeksikan dari
N usaha= selama umur
Lama waktu ekonomis
periode umurkendaraan
investasi tersebut?
IRR dapat dicari dengan system coba coba yaitu dengan mencari NPV pada
discount rate yang kita suka. Apabila discount rate yang kita pilih dihasilkan NPV


positif, maka IRR yang akan dicari diatas discount rate tersebut seterusnya kita cari
dengan metode coba-coba sampai menemukan discount rate yang menghasilkan
NPV sama dengan Nol.

IRR dapat dicari dengan Rumus :


IRR = IRI – NPV1 IR2-IR1
NPV1 – NPV2
Dimana :
IRR= Internal rate of return yang kita cari
IR1= Internal rate untuk penetapan pertama
IR2= Internal rate untuk penetapan kedua
NPV1= Net present value dari hasil IR1
NPV2= Net present value dari hasil NPV2
C tahun Net cash flow (proceeds)
1 2.000.000
o
2 5.000.000
n 3 6.000.000
t 4 6.000.000
o 5 4.000.000
6 1.000.000
h
Besarnya IRR dapat dihitung dengan ditetapkan tingkat biaya pertama adalah 15% dan biaya
kedua 20%
Tahun NCF (proceeds) IR 15% IR 20%
DF PV DF PV
1 2.000.000 0,870 1.740.000 1,833 1.666.000
2 5.000.000 1,756 3.780.000 1,694 3.470.000
3 6.000.000 1,658 3.048.000 1,579 3.470.000
4 6.000.0000 1,572 4.576.000 1,402 3.856.000
5 4.000.000 1,497 1.588.000 1,402 1.608.000
6 1.000.000 1,452 452.000
The Power of PowerPoint
1,355 555.0000
SLIDE 467
20%-15%
IRR = 15% - 1.464.000 - 591.000 -1.464.000
= 15% + 7.320.000
2055.000
= 18,562%

Untuk pengambilan keputusan kritesia IRR ini dengan cara dibandingkan dengan
minimum rate of return standar atau dapat dibandingkan dengan biaya kapital.
Apabila IRR> required rate of return
IRR> weuhted cost of capital
Maka usulan investasi layak dilaksanakan dan dilakukan, dan sebaliknya
IRR< required rate of return
IRR< weuhted cost of capital
maka usulan investasi tidak layak dilaksanakan.
6. PROFITABILITY INDEKS METHOD

Profitabilitas Indeks adalah perbandingan dari present value dan net


cash flow dengan present value dari initial outlays.

P.V Net cash flow (proceed)


P. V initial outlays (IO) Dimana:

PI= 7.320.000 Pn = net cahs flow (proceed)


2.055.000 pada tahun ke t
I = Tingkat diskonto
∑ Pn N = Lama waktu
PI = 1 (1+i) n
Io = initial outlays
IO
Untuk pengambilan keputusan dari kriteria penilaian PI
apabila PI>1, maka usulan investasi diterima

Keunggulan dan kelemahan metode


METODE KEUNGGULAN KELEMAHAN
Pay Back Dapat mengetahui jangka waktu yang Tidak memperhatikan nilai
diperlukan untuk pengembalian investasi. waktu uang
Dapat digunakan untuk memilih dua proyek Tidak memperhatikan
investasi yang sama sehingga dapat dipilih pendapatan selanjutnya setelah
investasi jangka waktu pengembaliannya investasi pokok kembali
relatif pendek
Alat sederhana untuk memilih usul-susul
invstasi sebelum meningkat kepenilaian lenih
lanjut dengan mempertimbangkan
kemampuan investasi untuk menghasilkan
laba
The Power of PowerPoint SLIDE 470
Lanjutan...
METODE KEUNGGULAN KELEMAHAN
Average ROI Memperhitungan aliran arus kas Tidak memperhatikan nilai waktu uang
selama umur proyek investasi Dipengaruhi oleh penggunaan metode
depresiasi
Tidak dapat diterapkan jika investasi dilakukan
dalam beberapa tahap
Present Value Memperhitungkan nilai waktu Membutuhkan perhitungan yang cermat
uang dalam menentukan tarif kembalian investasi
Semua aliran kas selama umur Nilai tunai aliran kas bersih tidak dapat
proyek ekonomi diperhitungkan dijadikan pedoman dalam membandingkan
dalam pengambilan keputusan dua proyek investasi yang tidak sama besar
investasi investasi yang ditanamkan

The Power of PowerPoint SLIDE 471


Want big impact?
Use big image.
1. Penentuan besarnya investasi

Dalam lingkungan manufaktur tradisional, besarnya


investasi adalah sebesar biaya langsung yang bersangkutan
dengan penggantian atau pembelian mesin atau equipment baru
(seperti harga perolehan mesih dan equipment, bea masuk dan
biaya pemasangan)
Biaya langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
investasi dalam mesin dan equipment berteknologi maju hanya
berkisar 50% atau 60% dari seluruh investasi

473
2. Penaksiran Arus Kas Masuk Selama Umur Investasi

Dalam lingkungan manufaktur tradisional , penaksiran


arus kas masuk didasarkan atas manfaat berwujut (tangible
benefit) yang dapat diidentitikasikan langsung dari investasi
seperti, penghematan tenaga kerja , tenaga listrik, sisa bahan
(scrap). Manfaat tidak berwujud (intangible benefit) dan
penghematan tidal langsung (indirect saving) dalam lingkungan
manufaktur tradisional tidak diperhitungkan karena jumlahnya
tidak signifikan.

474
CONTOH:

PT. FGR mempertimbangkan akan mengganti mesin dan


equipment lama yang sekarang digunakan dalam sisitem
produksinya dengan mesin dan equipment berteknologi maju yang
menggunakan flexible manufacturing system
Berikut taksiran investasi yang akan dikeluarkan :

475
Biaya langsung:

Harga perolehan mesin & equipment Rp 550.000.000


Biaya angkutan Rp 50.000.000
Biaya asuransi angkutan Rp 10.000.000
Bea masuk Rp 25.000.000
Biaya pemasangan Rp 75.000.000
Jumlah biaya langsung Rp 710.000.000

Biaya tidak berwujud:

Biaya pengembangan perangkat lunak komputer Rp 100.000.000


Biiaya rekayasa Rp 150.000.000
Biaya pelatihan karyawan Rp 50.000.000
Biaya implementasi Rp 25.000.000
Jumlah biaya tidak berwujud Rp 325.000.000
Total investasi Rp 1.035.000.000

476
Manfaat langsung:
Penghematan biaya tenaga kerja langsung Rp 75.000.000
Pengurangan sisa bahan Rp 25.000.000
Penghematan biaya persiapan Rp 50.000.000
Jumlah manfaat langsung Rp150.000.000
Manfaat tidak berwujud:
Penghematan biaya mutu:
Penghematan biaya pengerjaan kembai (rewok costs) Rp 60.000.000
penghematan biaya jaminan (warranty cost) Rp 30.000.000
Penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing Rp 80.000.000
Manfaat tidak langsung:
Penghematan biaya production scheduling Rp 40.000.000
Penghematan upah karyawan Rp 20.000.000
Jumlah manfaat tidak berwujud dan manfaat tidak langsung Rp230.000.000
Total manfaat Rp380.000.000
477
3. Nilai Residu

Nilai residu sering kali diabaikan dalam pengambilan


keputusan investasi. Alasan yang sering dipakai adalah
ketidakpastian mengenai jumlahnya, sehingga menyulitkan
penaksirannya. Tidak diperhitungkan nilai residu kemungkinan
akan mempunyai dampak terhadap keputusan investasi atau
tidak investasi

478
BAB 7
PENENTUAN
HARGA JUAL
Nensi Febriani
7211416094
Akuntansi B 2016
TUJUAN PEMBELAJARAN:

1 Diharapkan dapat mengetahui konsep harga jual.

Diharapkan dapat mengetahui tujuan penentuan


2 harga jual.

Diharapkan dapat mengetahui beberapa metode


3 penentuan harga jual.

Diharapkan dapat mengetahui penentuan harga jual


4 pada perusahaan jasa, perusahaan yang diatur oleh
pemerintah, oleh kontraktor.
1.1 Konsep Penentuan Harga Jual

Mulyadi (1997 : • Penentuan Harga Jual Produk atau Jasa ditentukan


347) oleh perimbangan permintaan dan penawaran pasar

Drs.Abdul
Halim, • Penentuan harga jual lebih banyak ditentukan oleh
Drs.Bambang kekuatan antara permintaan dan penawaran produk
Supomo atau jasa di pasaran.
(2001:97)

• Penentuan harga yang diperoleh perusahaan


memiliki banyak cara yaitu dalam perusahaan
Komaruddin kecil harga sering ditetapkan oleh manajemen
Ahmad (1996 : teras dan bukannya oleh bagian pemasaran atau
125) bagian penjualan, sedangkan dalam perusahaan-
perusahaan besar penetapan harga biasanya
ditangani oleh para manajer defisi atau manajer
lini produk
Kesimpulan:
Penentuan harga jual produk atau
jasa dalam perusahaan ditentukan
oleh permintaan dan penawaran, dan
bagi manajemen merupakan
kebijakan yang berkaitan dengan
seluruh aspek kegiatan perusahaan.
1.2 Tujuan dari penentuan harga jual
menurut para ahli:

Drs.Abdul Halim, • Dalam teori harga,harga jual


yang terbaik adalah yang
Drs.Bambang bertujuan untuk
Supomo (2001:106) memaksimumkan laba
perusahaan. Maksimasi laba
terjadi pada saat perbedaan
antara pendapatan totaldengan
biaya total dalam jumlah yang
• Tujuan
palingpenentuan
besar. harga jual adalah
Mulyadi (1997 : untuk menutup biaya penuh yang
bersangkutan dengan produk atau jasa
348) dan menghasilkan laba yang dikehendaki.
1.3 Tujuan dari penentuan harga jual
 Menurut Komaruddin Ahmad (1996 : 126)

Sasara
n harga

Orienta
Orienta Orienta si
si laba si Sales status

Pertumbu Menghad
Profit Pertumbu Persainga
Target han api
Maksimu han n Non
Return Pangsa Persainga
m Penjualan Harga
Pasar n
Kesimpulan:
Tujuan dari penentuan harga
jual adalah memaksimumkan laba
perusahaan. Maksimasi laba terjadi
pada saat perbedaan antara
pendapatan total dan biaya total
dengan jumlah yang paling besar.
1.4 METODE PENENTUAN HARGA JUAL

• Harga jual adalah besarnya harga yang akan

Mulyadi dibebankan kepada konsumen yang diperoleh


atau dihitung dari biaya produksi ditambah biaya
non produksi dan laba yang diharapkan.

• Penentuan harga jual adalah suatu cara yang


Drs. Bambang menentukan keputusan untuk membuat,
membeli, menerima, atau menolak suatu
Hariadi pesanan khusus, menutup atau meneruskan
suatu usaha.

• Penentuan harga jual adalah metode


Hansen penentuan biaya produk atau jasa
berdasarkan harga atau target dimana
Mowen pelanggan bersedia membayarnya.
Kesimpulan:
Penentuan harga jual merupakan titik awal untuk mengurangi
ketidakpastian yang dihadapi oleh pengambil keputusan yang
merupakan dasar untuk memberikan perlindungan bagi perusahaan
dari kemungkinan kerugian atau penentu harga jual untuk melihat
struktur biaya perusahaan pesaing sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan perusahaan untuk memasuki pasar.

Penggunaan informasi akuntanis penuh dalam penentuan


harga jual banyak sekali memberikan manfaat. Informasi ini
memberikan landasan bagi manajemen untuk menentukan berapa
harga jual yang layak dan dapat bersaing di pasaran. Untuk
menentukan harga jual tersebut, dalam informasi akuntansi
manajemen diuraikan menjadi empat metode, dan dalam keempat
metode penentuan harga tersebut biaya merupakan titik tolak untuk
perumusan kebijakan harga jual.
Metode penentuan harga jual seringkali disebut dengan istilah cost
plus pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya masa yang
akan datang dengan suatu persentase mark up (tambahan di atas jumlah biaya).

Cost Plus Pricing adalah penentuan harga jual dengan cara


menambahkan laba yang diharapkan diatas biaya penuh masa yang akan datang
untuk memproduksi dan memasarkan produk

Rumus Cost Plus Pricing :

Harga Jual = Taksiran Biaya Produksi + Presentase Mark


Up
Contoh Perhitungan Harga Jual

 DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING

Manajer pemasaran PT Sarjanawiyata sedang


mempertimbangkan penentuan harga jual produk A.
Perusahaan direncanakan beroperasi pada kapasitas
1.000.000 kg, dengan taksiran biaya penuh sebagai berikut :

Biaya Produksi Rp 3.000.000.000


Biaya adm dan umum Rp 200.000.000
Biaya Pemasaran Rp 300.000.000+
Total Biaya Penuh Rp 3.500.000.000

Total aktiva pada tahun anggaran sebesar Rp 4.000.000 ROI sebesar 25%
Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan
2 pendekatan yaitu:
a. Full Costing
Unsur-unsur yang ada dalam pendekatan full costing,
taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan
harga jual adalah:
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Biaya overhead pabrik (variabel+tetap) Rp xxx
Taksiran total biaya produksi Rp xxx
Biaya administrasi dan umum Rp xxx
Biaya pemasaran Rp xxx
Taksiran total biaya komersial Rp xxx
Taksiran biaya penuh Rp xxx
Lanjutan...
b. Variabel Costing
Unsur-unsur yang ada dalam pendekatan variabel
costing, taksiran biaya penuh yang dipakai sebagai dasar
penentuan harga jual adalah:
Biaya variabel
Biaya bahan baku Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp xxx
Taksiran total biaya produksi variabel Rp xxx
Biaya administrasi dan umum variabel Rp xxx
Biaya pemasaran variabel Rp xxx
Taksiran total biaya variabel Rp xxx

Biaya tetap
Biaya overhead pabrik tetap Rp xxx
Biaya administrasi dan umum tetap Rp xxx
Biaya pemasaran tetap Rp xxx
Taksiran total biaya tetap Rp xxx
Taksiran biaya penuh Rp xxx
Rumus perhitungan harga jual atas dasar biaya secara umum
dapat dinyatakan dalam persamaan:

Biaya Yang Berhubungan


Harga Jual Per Unit = Langsung Dengan + Persentase Markup
Volume (per unit)

Persentase markup dihitung dengan rumus:

Laba yang Biaya yang tidak dipengaruhi


Persentase Markup = diharapkan + langsung oleh volume produk
biaya yang dipengaruhi langsung
oleh volume produk
Perbedaan konsep langsung dan tidak
langsung biaya dengan volume antara metode full
costing dengan metode variabel costing.

Biaya yang berhubungan langsung dengan


volume menurut metode full costing langsung
dengan volume adalah berupa biaya non produksi.

Rumus perhitungan harga jual per unit


menurut pendekatan full costing sebagai berikut:
Rumus Perhitungan Harga Jual Menurut Pendekatan Full
Costing Biaya non produksi :

Biaya adm. & umum


Harga jual per unit = biaya yang Biaya pemasaran
berhubungan langsung dengan
volume (per unit)

Y% x aktiva penuh

Biaya produksi per unit : Laba yang diharapkan + biaya yang tidak
dipengaruhi langsung oleh volum produk
Biaya bahan baku per unit
Biaya tenaga kerja langsung per unit biaya yang dipengaruhi langsung oleh
Biaya overhead pabrik per unit volume produk

Biaya produksi

Biaya bahan baku


Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
Contoh 1

Manajer pemasaran PT X sedang mempertimbangkan


penentuan harga jual produk A untuk tahun anggaran yang
akan datang. Perusahaan menggunakan pendekatan full
costing dalam penentuan biaya penuh. Menurut anggaran,
perusahaan direncanakan akan beroperasi pada kapasitas
normal sebanyak 1.000.000 kg, dengan taksiran biaya penuh
untuk tahun anggaran yang akan datang sebagai berikut :

biaya produksi 3.000.000.000


biaya adm. Dan umum 200.000.000
biaya pemasaran 300.000.000
total biaya penuh 3.500.000.000
Harga jual produk yang dihitung dengan cost plus
pricing dengan pendekatan
Perhitungan markup :
Biaya adm. Dan umum 200.000.000
Biaya pemasaran 300.000.000
Laba yg diharapkan : 25% x 4.000.000 1000.000.000
Jumlah 1.500.000.000
Biaya produksi 3.000.000.000
Presentase mark up 50%

Perhitungan harga jual :


Biaya produksi 3.000.000.000
Markup 50% x 3.000.000 1.500.000.000
Jumlah harga jual 4.500.000.000
Volume produk 1.000.000
Harga jual per kg 4.500
Variable costing memandang
dengan cara berbeda terhadap
biaya yang dipengaruhi secara
langsung oleh volume produk bila
dibandingkan dengan full costing.
Dalam pendekatan variable
costing, biaya penuh yang
dipengaruhi secara langsung oleh
volume produk terdiri dari biaya
variabel, sedangkan biaya penuh
tidak dipengaruhi oleh volume
produk terdiri dari biaya tetap.
Pendekatan variable costing , harga jual per unit produk
ditetapkan dengan formula sebagai berikut : Biaya non produksi :

Biaya adm. & umum


Harga jual per unit = biaya yang Biaya pemasaran
berhubungan langsung dengan
volume (per unit)

Y% x aktiva penuh

Biaya produksi per unit :


Laba yang diharapkan + biaya yang tidak
Biaya bahan baku per unit
dipengaruhi langsung oleh volum produk
Biaya tenaga kerja langsung per unit
Biaya overhead pabrik per unit biaya yang dipengaruhi langsung oleh
volume produk

Biaya produksi

Biaya bahan baku


Biaya tenaga kerja langsung
Biaya overhead pabrik
Contoh 2

Misalnya PT X dalam contoh 1 tersebut


di atas menggunakan pendekatan
variable costing dalam penentuan harga
jual produknya. Menurut anggaran, untuk
berproduksi pada kapasitas normal
sebanyak 1.000.000 kg tersebut, taksiran
biaya penuh untuk tahun anggaran
sebesar 3.500.000 tersebut terdiri dari unsur-
unsur biaya seperti berikut :
Biaya variabel :
Biaya produksi variabel 2.000.000.000
Biaya adm. & umum variabel 50.000.000
Biaya pemasaran variabel 50.000.000
Total biaya variabel 2.100.000.000

Biaya tetap :
Biaya produksi tetap 1.000.000.000
Biaya adm. & umum tetap 150.000.000
Biaya pemasaran tetap 250.000.000
Total biaya tetap 1.400.000.000
Total biaya penuh 3.500.000.000
Perhitungan presentase mark up
Biaya tetap 1.400.000.000
Laba yg diharapkan 25% x 4.000.000.000 1.000.000.000
jumlah 2.400.000.000
Biaya variabel 2.100.000.000
Presentase mark up 114.29%

Perhitungan harga jual :


Biaya variabel 2.100.000.000
Mark up 114.29% x 2.100.000.000 2.400.000.000
Jumlah harga jual 4.500.000.000
Volume produk 1.000.000
Harga jual per kg (setelah dibulatkan) 4.500
Menurut Drs. Abdul Halim,Drs. Bambang
Supomo (2001:98-103),
biaya (cost) merupakan komponen penting
yang harus dipertimbangkan dalam penentuan
harga jual produk atau jasa. Harga jual produk
atau jasa pada umumnya ditentukan dari
jumlah semua biaya ditambah tertentu yang
disebut dengan “mark up”.
3 konsep yang dapat digunakan untuk penentuan harga jual dengan pende
katan cost plus tersebut:

1. 2.
Konsep biaya Konsep biaya
total produk

3.
Konsep biaya
variabel
1. Konsep Biaya Total

Berdasarkan konsep biaya total, harga jual dite


ntukan dari biaya total : biaya produksi + biaya
pemasaran + biaya administrasi dan umum + j
umlah laba yang diinginkan oleh perusahaan.

Pengertian mark up menurut konsep biaya total


ini adalah laba yang diinginkan oleh perusaha
an (profit).
Penerapan penentuan harga jual produk jasa dengan
menggunakan konsep biaya total ini adalah :

1. Menentukan besarnya biaya produksi yang terdiri da


ri biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya o
verhead pabrik.
2. Biaya produksi tersebut selanjutnya ditambah denga
n biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umu
m, hasilnya sama dengan biaya total.
3. Biaya total tersebut dibagi dengan jumlah unit yang
diproduksi atau dijual untuk memperoleh angka biay
a per unit.
4. Menentukan jumalh mark up atau dalam hal ini adal
ah jumlah laba yang dikehendaki. Laba yang diingin
kan pada umumnya dinyatakan dengan presentase t
ertentu dari aktiva yang digunakan
5. Menentukan presentase mark up tersebut dikalikan
dengan biaya per unit untuk memperoleh angka mar
k up per unit
6. Harga jual per unit ditentukan dari biaya per unit dita
mbah dengan mark up per unit.
Contoh:
Data mengenai produksi, biaya dan laba yang dikehendaki oleh
suatu perusahaan menghasilkan produk adalah sebagai berikut :

Jumlah biaya yang diproduksi atau dijual 10.000 unit


Biaya variabel per unit:
- Biaya bahan baku 120.000
- Biaya tenaga kerja 400.000
- Biaya overhead pabrik 60.000
- Biaya pemasaran 40.000
- Biaya adm dan umum 20.000
Biaya tetap :
- Biaya overhead pabrik 2.000.000
- Biaya pemasarn 600.000
- Biaya administrasi umum 200.000
Lanjutan...

Laba yang dikehendaki sebesar 20%


dari jumlah aktiva yang digunakan sebesar
Rp 20.700.000

Berdasarkan data tersebut di atas, pe


nentuan harga jual produk X dengan meng
gunakan konsep biaya total adalah sebagai
berikut :
Penyelesaian
a. Biaya produksi
- Biaya bahan baku 10.000 x Rp 120 Rp 1.200.000
- Biaya tenaga kerja 10.000 x Rp 400 Rp 4.000.000
- Biaya overhead pabrik (10.000 x Rp 60)+ Rp 2.000.000 Rp 2.600.000
biaya produksi Rp 7,800,000

b. Biaya total
- Biaya produksi Rp 7.800.000
- Biaya pemasaran (10.000 x 40)+600.000 Rp 1.000.000
- Biaya adm dan umum (10.000 x 20) + 200.000 Rp 400.000
Biaya total Rp 9.200.000
Lanjutan...
 Biaya per unit = Rp 9.200.000/10.000
= Rp 920
 Laba yang dikehendaki = 20% x Rp 20.700.000
= Rp 4.140.000
 Presentase mark up = Rp 4.140.000/Rp 9.200.000 x 100%
= 45%
 Mark up per unit = 45% x Rp 920
= Rp 414
 Harga jual per unit = Rp 920 + Rp 414
= Rp 1.334
2. Konsep biaya produk

 Harga jual ditentukan dari biaya produksi ditambah dengan mark up.
 Pengertian mark up menurut konsep biaya produk ini adalah laba
yang dikehendaki + biaya pemasaran + biaya aministrasi dan umum.
 Persentase mark up dihitung dengan rumus:
% mark up = laba dikehendaki - biaya pemasaran - biaya administrasi
dan umum
biaya produksi
Contoh: berdasarkan data di contoh :
% mark up = Rp 4.140.000 – Rp 1.000.000 – Rp 400.000 = 71,03%
Rp 7.800.000
Harga jual per unit :
Biaya produksi per unit = Rp 7.800.000 / 10.000 = Rp 780
Mark up per unit = 71,03% x Rp 780 = Rp 554
Rp 1.334
3. Konsep biaya variabel

 Biaya variabel (biaya produksi variabel + biaya pemasaran


variabel + biaya adm dan umu variabel) + mark up
 Mark up  laba yang dikehendaki ditambah semua biaya tetap

 Perhitungan harga jual:


- Total biaya variabel:
biaya bahan baku Rp 1.200.000
biaya tenaga kerja Rp 4.000.000
biaya overhead pabrik variabel Rp 600.000
biaya pemasaran variabel Rp 400.000
biaya adm dan umum Rp 200.000
Rp 6.400.000
Lanjutan...
- Mark up:
laba dikehendaki Rp 4.140.000
biaya overhead pabrik tetap Rp 2.000.000
biaya pemasaran tetap Rp 600.000
biaya adm dan umum tetap Rp 200.000
Rp 6.940.000
- Presentase mark up = Rp 6.940.000 / Rp 6.400.000 x 100% = 108,44%
- Harga jual per unit:
biaya variabel per unit = Rp 6.400.000 / 10.000 = Rp 640
mark up per unit = Rp 6.400.000 / 10.000 = Rp 694
Rp
1.334

Hasil perhitungan harga jual menurut konsep biaya variabel juga


sama besarnya dnegan hasil perhitungan menurut kedua konsep
sebelumnya.
Ringkasan Konsep Penentuan
Harga Jual
Pendekatan Cost Plus
Konsep Unsur Biaya (Cost) Unsur Mark Up
Biaya total Biaya produksi + biaya Laba yang dikehendaki
pemasaran + biaya
administrasi dan umum

Biaya produksi Biaya produksi Laba yang dikehendaki


+ biaya pemasaran +
biaya adm dan umum
Biaya variabel Biaya produksi variabel Laba yang dikehendaki
+ biaya pemasaran + biaya overhead
variabel + biaya pabrik tetap + biaya
adinistrasi dan umum pemasaran tetap +
variabel biaya adm dan umum
tetap
Kamaruddin Ahmad (1996)

 Cost plus  biaya tertentu ditambah dengan kenaikan (mark up) yang
ditentukan.
 Cost yang disepakati  harga pokok dan dalam akuntansi manajemen
mauoun akuntansi biaya, metode cost dan rugi laba secara garis besar
dibagi dalam 2 cara:

1.Absorption/Full Cost
Biaya pokok produksi yang terdiri dari harga pokok produksi baku langsung
- Biaya bahan baku langsung
- Biaya tenaga kerja langsung
- Biaya tak langusng pabrik
- Tetap
- variabel
2. Variabel costing/direct costing =
contribution approach =
pendekatan kontribusi
Harga pokok terdiri dari:

- Biaya bahan baku langsung


- Biaya tenaga kerja
Total Biaya langsung
biaya produksi - Biaya tak langsung variabel
variabel variabel - Biaya penjualan dan
administrasi variabel
Contoh 3
Marlina Company perlu menentukan target harga
jual salah satu produknya.
Data biaya sehubungan dengan produk in
diberikan sebagai berikut:

Per Unit Total


Biaya bahan baku langsung Rp 8
Biaya tenaga kerja langsung Rp 12
Overhead variabel Rp 3
Overhead tetap Rp 7 Rp 350.000
Biaya penjualan dan adm Rp 2
variabel Rp 4 Rp 200.000
Biaya penjualan dan adm
tetap

Biaya-biaya diatas didasarkan pada volume yang ditetapkan 50.000


satuan yang diproduksi dan dijual setiap periode.
 Perusahaan menggunakan penentuan harga cost plus dan
mempunyai kebijaksanaan menambah mark up 50% dari
harga pokok produksi untuk mendapatkan target harga jual
atau menambahkan mark up 80% dari biaya variabel.

 Penyelesaian:
Target harga jual biaya penuh
- Bahan baku Rp 8
- Tenaga kerja Rp 12
- Overhead variaebel Rp 3
- Overhead tetap Rp 7
Rp 10
Total biaya produksi Rp 30
50% mark up (plus) Rp 15
Harga jual target Rp 45
 Target harga jual biaya variabel (pendekatan kontribusi)
- Bahan baku langsung Rp 8
- Upah langsung Rp 12
- Overhead variabel Rp 3
- Biaya penjualan & overhead variabel Rp 2
- Total biaya prduksi variabel Rp 25
- 80% mark up (plus) Rp 20
- Harga jual target Rp 45

 Dari contoh diatas, memberikan suatu target harga jual yang


tidak berbeda, begitu pula dalam keuntungn dari seluruh hasil
penjualan jika produk yang ada terjual, seperti yang telah
digambarkan.
Lanjutan
Metode full cost dan variabel cost akan berbeda dalam
hal:
o Produksi sama dengan unit yang dijual – kedua
metode diatas akan menghasilkan laba/rugi yang
sama
o Harga pokok full cost akan lebih besar daripada
variabel costing dan menyebabkan, jika persediaan
akhir lebih kecil dari persediaan awal maka laba
bersih full cot lebih besar daripada variabel cost.
o Jika persediaan akhir leih kecil daripada persediaan
awal maka laba bersih menurut variabel cost lebih
besar dari metode full cost
o Jika persediaan awal dan persediaan akhir sama
maka laba/rugi kedua metode akan sama pula.
Modifikasi Cost Plus dan
Hubungan Biaya
 Maksudnya adalah menghitung atau berapa besar persentase
laba berdasarkan biaya yang ditentukan, dan diasumsikan
bahwa laba (harga jual)nya sudah diketahui, jadi kebalikan dari
bagian diatas (bagian cost plus pricing). Atau dapat dikatakan
menetaokan rumus-rumus yang digunakan dalam penetapan
target laba.
 Rumus:

Persentase target laba = harga jual – biaya yang ditetapkan


biaya yang ditetapkan
Atau
Persentasi target laba = harga jual – biaya x 100%
biaya
Dapat juga dihitung dengan memisahkan persentasi target X =
100,136
CONTOH :
Perusahaan Adri , kontaktor bangunan, yang seringkali
membangun sebanyak 20 rumah secara serempak. Direktur
perusahaan membuat anggaran biaya untuk sejumlah rumah yang
diharapkan dibangun pada tahun berikutnya :
Bahan baku langsung Rp 2.000.000,-
Upah langsung Rp 1.000.000,-
Biaya Overhead Rp 4.000.000,-
Biaya pengerjaan Rp 4.000.000,-
Biaya penjualan dan administrasi Rp 1.000.000,-
Total biaya Rp 5.000.000,-

Biaya overhead mencakup sekitar Rp 400.000,- biaya tetap.


Biaya penjualan dan administrasi mencakup sebesar Rp 200.000,-
biaya variabel, perusahaan ini menghendaki laba Rp 1.000.000,-
Lanjutan...
Target harga jual, sebesar presentase dari biaya utama
(prime cost = biaya bahan dan upah langsung)
Harga jual = biaya + laba
= Rp 5.000.000 + Rp 1.000.000
= Rp 6.000.000
Atau biaya utama (bahan upah langsung) + 100%
Harga jual – biaya x 100%
Biaya
= Rp 6.000.000 – Rp 3.000.000 x 100%
Rp 3.000.000
Biaya utama = Rp 3.000.000 + 100% (2.000.000 + 1.000.000)
Harga Jual = Rp 6.000.000
Lanjutan...

Target harga jual sebagai presentase dari “Biaya Pekerjaan


Penuh”
Biaya pekerjaan penuh = bahan + upah langsung + overhead
tetap + overhead variabel
= Rp 4.000.000

Harga jual – Biaya pekerjaan penuh (full cost)


Biaya pekerjaan penuh
= Rp 6.000.000 – Rp 4.000.000 x 100%
Rp 4.000.000
= 50%
Lanjutan...

Target harga jual sebagai presentase dari “Biaya Pekerjaan


Variabel”
Biaya pekerjaan variabel = Bahan + upah + overhead variabel
Biaya pekerjaan variabel = Rp 2.000.000 + Rp 1.000.00 +
(1.000.000 – 400.000)
= Rp 3.600.000

Harga jual – Biaya Pekerjaan Variabel


Biaya Pekerjaan Variabel
= Rp 6.000.000 – Rp 3.600.000 x 100%
Rp 3.600.000
= 66,67%
Lanjutan...
Target harga jual sebesar presentase dari biaya pekerjaan
variabel plus biaya variabel penjualan dan administrasi
Biaya pekerrjaan variabel + Biaya variabel penjualan dan
administrasi variabel
= Rp 2.000.000 + 1.000.000 + (1.000.000 – 400.000) + 200.000
= Rp 3.800.000
HJ(Harga Jual) – 3.800.000 = 2.200.000 x 100% = 58%
3.800.000 3.800.000

Dapat pula menggunakan perumusan :


Rp 3.800.000 + Rp 3.800.000 (X) = 6.000.000
X = 2.200.000 = 58%
3.800.000
Menetapkan Berdasarkan ROI yang dikehendaki
(Menurut Kamaruddin)

Salah satu sasaran yang sering ditemui adalah keputusan


menetapkan tingkat pengembalian modal yang digunakan
dalam kegiatan menghasilkan produk tertentu
Return On Investment (ROI) merupakan salah satu
sasaran yang dimaksud
Seperti yang telah dibahas pada bagian sebělumnya
𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
𝑅𝑂𝐼 = 𝑥
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎)
= 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑥 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑥 𝑜𝑣𝑒𝑟
Untuk menetapkan harga dengan tingkat
(presentase) ROI tertentu digunakan 2 langkah sbb

Pertama, menetapkan presentase Mark up (kenaikan)


dengan rumus :
𝑅𝑂𝐼 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑀𝑎𝑟𝑘 𝑢𝑝 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Kedua , menambah harga pokok produksi dengan
mark-up pada langkah pertama

Modifikasi rumus :
Dalam metode full-cost/ functional cost /absorption cost
= metode biaya penuh persentase mark up
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑅𝑂𝐼 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑘𝑒ℎ𝑒𝑛𝑑𝑎𝑘𝑖 +𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Jika daftar rugi/laba telah tersusun, maka rumusnya dapat
dengan menggunakan :

𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐵𝑟𝑢𝑡𝑜 (𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡)


𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑀𝑎𝑟𝑘 𝑢𝑝 =
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 (𝐶𝐺𝑆)

Sedangkan jika harga pokok yang dig unakan adalah bentuk


Direct Costing atau metode Contribution, rumusnya :
𝑅𝑂𝐼 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑀𝑎𝑟𝑘 𝑢𝑝 =
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙

Jika daltar rugi/laba telah disusun, maka rumusnya


𝐶𝑜𝑛𝑡𝑟𝑖𝑏𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑀𝑎𝑟𝑘 𝑢𝑝 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙
Contoh

Obor Company sedang mempertimbangkan


proses pengembangan anggur baru. Setelah
mempelajari dengan sungguh-sungguh, target
biaya yang ditetapkan untuk satu peti anggur baru
(20 000 peti) adalah sbb
Total biaya Per peti Target biaya Tahunan
Bahan baku langsung Rp 18,- Rp -
Tenaga kerja langsung Rp 3.60,- -
Overhead variabel Rp 2.40,- -
Overhead tetap Rp 6,- Rp 120.000,-
Biaya penjualan variabel Rp 1,- -

Biaya penjualan dan adm Rp 7.25,- Rp 145.000,-


Perusahaan menaksir bahwa pertambahan produk baru
akan memerlukan investasi permanen :

Untuk modal kerja Rp 250.000

Untuk peralatan/mesin Rp 150.000

Total investasi Rp 400.000


Perusahaan mentargetkan hasil atas dana yang
tertanam dalam produk sebesar 15% ketentuan
harga yang berlaku adalah cost-plus.
Harga pokok produksi kedua bentuk metode,
yaitu full cost dan contribution margin adalah sbb

Full cost Contribution


Biaya bahan Rp 18,- Rp 18,-
Tenaga kerja Rp 3,60,- Rp 3,60,-
Overhead variable Rp2,40,- Rp 2,40,-
Overhead tetap Rp 6,- -
Biaya penjualan Rp Rp 1,-
variabel
Biaya produksi Rp 30,- Rp 25,-
Setelah membuat harga pokok produksi kedua metode, maka lebih
memudahkan dalam memecahkan permasalahan penetapan harga
maupun menentukan besarnya presentase mark up.
Menetapkan harga metode ful cost (lihat perumusan sebelumnya)
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑟𝑘 𝑢𝑝
15% 𝑥 400.000 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 + 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑑𝑚
=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
15% 𝑥 400.000 𝑥 𝑅𝑝 1 20.000 + 145.000
=
20.000 + 𝑅𝑝 30
60.000 + 20.000 + 245.000 225.00
= =
600.0 600.000
= 0,375 = 37,5%
Harga jual target = Harga pokok + 37,5%
= Rp 30,- + Rp 37,5% (30)
= 30 +11,25
= Rp 41,25

Bentuk rugi/laba full cost


Penjualan 20.000 x 41,25 = Rp 825.000,-
Harga pokok 20.000 x 30 = (Rp 600.000,-)
Gross proft = Rp 225.000,-
Biaya penjualan dan adm = (Rp 165.000,-)
Rp 60.000,-

Menunjukkan bahwa target harga jual untuk memperoleh ROI


sesar 15% sesuai dengan yang dikehendaki
Menetapkan target harga metode variable cost (metode
contribution)
15% 𝑥 40.000 𝑥 𝐹𝑖𝑥 𝑐𝑜𝑠𝑡
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑎𝑟 − 𝑢𝑝 =
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

15% 400.000 + 𝑡𝑜ℎ 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛


=
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

60.000 + 120.000 + 145.000


=
20.000 𝑥 25

325.000
=
500.000
= 0,065 = 65%
Target harga = Harga pokok + 65% (harga pokok)
= Rp 25,- + 65% (25)
= Rp 25,- + Rp 16,25
= Rp 42,5

Bentuk rugi/laba kontribusi


Sales 20.000 x Rp 41,25 = Rp 825.000
Harga pokok variabel 20.000 x Rp 25 = Rp 500.000)
Marjin kontribusi Rp 325.000
Biaya tetap :
Overhead Rp 120.000
Penjualan dan adm Rp 145.000
= Rp 265.000
Rp 60.000

𝑁𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑓𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠


𝑅𝑂𝐼 = 𝑥
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
60.000 825.000
= 𝑥 = 15%
825.000 400.000
Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan (Material
Pricing)
• Menurut Mulyadi (1993, 257 – 364)
Metode penentuan harga jual ini digunakan oleh
perusahaan bengkel mobil, dok kapal dan perusahaan lain
yang menjual jasa reparasi dan bahan serta suku cadang
sebagai pelengkap penjualan jasa. Volume jasa dihitung
berdasarkan waktu yang diperlukan untuk melayani
konsumen, sedangkan volume bahan dan suku cadang yang
diperlukan sebagai pelengkap penyerahan jasa dihitung
berdasarkan kuantitas bahan dan suku cadang yang
diserahkan kepada konsumen, sehingga perlu dihitung
harga jual per satuan bahan dan suku cadang yang dijual
kepada konsumen
a. Penentuan Harga Jual Waktu

Biaya-biaya ini meliputi biaya tenaga


kerja tidak langsung, biaya depresiasi
aktiva tetap, biaya asuransi, biaya listrik,
biaya air, biaya kantor, baiya reparasi
aktiva tetap dan biaya umum.
Perhitungan Biaya Tenaga kerja Langsung per jam
Biaya tenaga kerja langsung Rp xx
Mark up per jam tenaga kerja langsung atau
persentase
Mark up dari biaya tenaga kerja langsung Rp xx
Rp xx
Mark up / persentase mark up dihitung sbb :
Biaya tidak langsung Rp xx
Laba yang diharapkan Rp xx
Jumlah Rp xx
Taksiran jam tenaga kerja langsung atau
Taksiran biaya tenaga kerja langsung Rp xx
Mark up per jam tenaga kerja langsung atau
Persentase mark up dari biaya tenaga kerja Rp xx
langsung
Formula Harga Jual Waktu (Time Pricing)
Taksiran upah tenaga kerja yang akan dibayarkan
kepada
Tenaga kerja langsung selama bahan anggaran Rp xx
Biaya kesejahteraan tenaga kerja langsung misalnya
Tunjungan kesehatan, tunjangan kesejahteraan Rp xx
Jumlah biaya tenaga kerja langsung Rp xx
Jam kerja tenaga langsung dalam tahun anggaran Rp xx
(dihitung dengan mengalikan jam tenaga kerja
langsung dengan jam kerja selama tahun anggaran)

Biaya tenaga kerja langsung per jam Rp xx


Formula perhitungan biaya tenaga kerja langsung per jam
Perhitungan mark up atas biaya langsung
Mark up di atas biaya langsung terdiri dari 2 unsur : biaya tidak
langsung dan laba yang diharapkan.
Biaya tidak langsung
Taksiran biaya tidak langsung selama tahun anggaran
Gaji pengawas dan biaya tenaga kerja tidak langsung Rp xx
lain
Biaya depresiasi aktiva tetap xx
Biaya asuransi xx
Biaya listrik xx
Biaya air xx
Biaya reparasi aktiva tetap xx
Biaya umum xx
Jumlah biaya tidak langsung xx
541
Perhitungan laba yang diharapkan xx
Taksiran jumlah aktiva pada awal tahun anggaran xx
Tarif kembali investasi (return on invesment) yang
xx
diharapkan (dalam persentase)
Laba yang diharapkan per tahun xx
Perhitungan Mark Up xx
Biaya tidak langsung xx
Laba yang diharapkan xx
Jumlah xx
Jam kerja tenaga kerja langsung/biaya tenaga kerja
xx
langsung dalam tahun anggaran
Mark up (dalam rupiah per jam tenaga kerja langsung)
xx
atau persentase mark up
Formula perhitungan Mark up dan unsur yang membentuk mark up
542
b. Penentuan Harga Jual Bahan Dan Suku Cadang

Perusahaan bengkel, dok kapal, dan


perusahaan lain yang menjual jasa reparasi
disamping menjual jam kerja tenaga kerja
langsung yang digunakan untuk menghasilkan
jasa reparasi, juga menjual bahkan (seperti oli,
dan suku cadang).
Harga beli bahan dan suku cadang xx
Presentase mark up X harga beli bahan dan
xx
suku cadang
Harga jual bahan dan suku cadang xx
Persentasi mark up dihitung dengan formula sebagai berikut
:
Biaya tidak langsung xx
Laba yang diharapkan xx
Jumlah xx xx
Taksiran nilai bahan dan suku cadang yang
xx
akan dibeli dalam tahun anggaran
Persentase mark up xx
Formula Harga jual Bahan dan Suku cadang Material Princing
Contoh Soal

PT. E berusaha dalam usaha bengkel


mobil. Manajer pemasaran PT. E sedang
mempertimbangkan penentuan harga jual jasa
reparasi untuk tahun anggaran yang akan
datang. Perusahaan memiliki dua departemen
Bengkel dan toko suku cadang, perusahaan
memperkerjakan 6 mekanik dan 4 ahli listrik
dalam departemen Bengkel. Menurut anggaran
perusahaan direncanakan akan beroperasi
pada kapasitas normal sebanyak 300 hari @ 7
jam per hari.
Jumlah aktiva yang digunakan didepartemen
bengkel sebesar Rp 6000.000 sedangkan jumlah
aktiva yang ditanamakan dalam departemen toko
suku cadang adalah sebesar Rp 28.000,000. tarif
kembalian investasi (return on invesment) yang
diharapkan yang diharapkan dalam tahun anggaran
adalah sebesar 25% taksiran jam, taksiran jam
tenaga kerja langsung untuk yang akan datang
adalah sbb :
Upah tenaga kerja langsung
21.000 jam @ Rp 1500 per jam Rp 31 500.000

Biaya kesejahteraan tenaga kerja langsung


Tunjangan kesehatan 10 orang x 12 bln x Rp 50.000 Rp 6.000.000
Tujuangan kesejahteraan
10 orang x 12 bln x Rp. 25.000 Rp 3.000.000

Jumlah Biaya tenaga kerja langsung Rp 40.000.000


Jam tenaga kerja langsung
10 orang x 300 h 21000 jam
ari kerja x 7 jam kerja per hari

Biaya tenaga kerja langsung per jam 1929

547
Biaya tidak langsung bengkel dianggarkan sbb

Gaji pengawas dan tenaga kerja tidak langsung


Rp 11.600.000
lain
Biaya depresiasi aktiva tetap Rp 2.200.000
Biaya asuransi Rp 650.000
Biaya listrik Rp 80.000
Biaya air Rp 400.000
Biaya reparasi aktiva tetap Rp 350.000
Biaya umum Rp 500.000
Jumlah biaya tidak langsung Rp 16.500.000

548
Persentase markup dari biaya tenaga kerja langsung.

Perhitungan markup dari biaya tenaga kerja langsung adalah sbb:

Biaya tidak langsung bengkel Rp 16.500.00

Laba yang diharapkan : 25% x RP 60.000.000 Rp 15.000.000

Jumlah Rp 31.500.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp 40.500.000

Persentase mark up dari biaya tenaga kerja langsung 78%

549
Perhitungan persentase mark up dari harga beli bahan dari suku
cadang
Biaya tidak langsung toko suku cadang
Gaji tenaga kerja toko Rp 9.000.000
Biaya listrik Rp 700.000
Biaya kantor Rp 300.000
Jumlah biaya tidak langsung toko Rp 10.000.000
Laba yang diharapkan : 25% x Rp 28 000 000 Rp 7.000.000
Jumlah Rp 17.000.000
Taksiran harga beli bahan dan suku cadang Rp 23.800.000

Persentase markup dari harga beli bahan dan suku cadang 40%

550
Dalam memutuskan harga jual jenis jasa standar
tertentu yang disediakan bagi pelanggan, manajer
pemasaran PT E memperhitungkan harga jual tersebut
sbb :
Misalnya untuk jenis jasa servis mesin yang, terdiri dari
pekerjaan ganti oli dan tune-up mesin memerlukan 2
orang mekanik dan 1 orang ahli listrik yang masing-
masing bekerja sbb :
Mekanik 1,0 jam orang
Ahli listrik 1,5 jam orang
Jam orang adalah hasil kali jam kerja dan jumlah
orang jam mekanik berjumlah 1 jam orang berarti untuk
pekerjaan servis mesin diperlukan 2 orang mekanik
dengan jumlah masing-masing ½ jam.
Harga jual jasa servis mesin yang dibebankan kepada pelanggan dihitung
sebagai berikut :

Biaya tenaga kerja langsung Rp 4.823


: 2,5 jam @ Rp 1.920
Mark up : 78% x Rp 4.823 Rp 3.762
Harga jual jasa servis mesin Rp 8.585

Jika seorang pelanggan memerlukan jasa servis mesin dan memerlukan


kaleng oli mesin yang harga fakturnya Rp 10.000 dan saringan oli (oil filter)
yang harga fakturnya Rp 8.000, kepada pelanggan tersebut perusahaan
akan membebankan harga jual jasa, bahan, dan suku cadang sbb:
Harga jual jasa servis mesin Rp 8.585
Harga bahan dan suku cadang Rp 18.000
Mark up dari harga bahan dan suku cadang 40% Rp 7.200
x Rp 18.000
Harga jual bahan dan suku cadang Rp 25.200
Jumlah hasil penjualan jasa servis mesin, bahan Rp 33.785
dan
suku cadang
2. Penetapan Harga Per Waktu Dan Harga
Bahan
Menurut Kamaruddin Ahmad (1996: 137-14),
Metode ini kebanyakan akan dipergunakan oleh
perusahaan-perusahaan jasa seperti reparasi mobil,
motor, radio, TV, percetakan dan juga perusahaan
profesional seperti kantor akuntan, konsultan dan
sebagainya. Yang dimaksud dengan waktu (time) disini
bisa jam kerja buruh, mesin dan sebagainya.
Komponen waktu per jam untuk tenaga kerja langsung :
1. Upah langsung termasuk tunjangan-tunjangan, bonusnya
2. Biaya-biaya yang berhubungan dengan pekerjaan tidak
langsung (seperti) gaji pengawas, penyusutan, asuransi,
bahan-bahan tidak langsung dan sebanding dengan jam
(ekuivalen dan jam)
3. Laba yang diinginkan per waktu tertentu, misalnya per jam

Komponen bahan per jam terdiri dari :


1. Persentase laba harga faktur bahan
2. Persentase dari bahan tidak langsung atau yang
dibebankan, seperti gaji manajer, bahan pengawas,
asuransi, handling atau biaya yang berhubungan dengan
pengelolaan bahan.
Jadı tarif/harga perwaktu (misal perjam adalah 0
Upah langsung Rp ....
Biaya per waktu Rp ....
Laba per waktu Rp ....
Tarif/harga per jam Rp ....
Ditambah:
Laba bahan ....%
Bahan tak langsung ....%
Bahan X Rp ....

556
3. Penentuan Harga Jual Dalam Cost Type
Contract
Menurut Mulyadi, Penentuan harga jual
dalam Cost Type Contract adalah kontrak
pembuatan produk/jasa yang pihak pembeli setuju
untuk membeli produk/jasa pada harga yang
didasarkan pada total biaya yang sesungguhnya
dikeluarkan oleh produsen dan dengan laba
dihitung sebesar presentase tertentu dan total
biaya sesungguhnya.
Contoh Soal

PT. E memenangkan tender cost type untuk


melakukan penelitian dibidang obat penyakit A.
Menurut kontrak tersebut, perusahaan diberi hak
untuk mengeluarkan jenis biaya yang disebut dalam
kontrak dan pemilik proyek akan melakukan
penggantian biaya-biaya yang telah dikeluarkan setelah
akuntan perusanaan tersebut melakukan pemeriksaan
atas bukti-bukti pengeluaran biaya tersebut. Atas dasar
total biaya penuh untuk proyek tersebut perusahaan
berhak menambahkan laba sebesar 10% misalnya biaya
penuh yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk
melaksanakan proyek tersebut adalah sebagai berikut:
Biaya langsung proyek Rp 150.000
Biaya tidak langsung proyek Rp 125.000
Total biaya penuh proyek Rp 575.000
Harga jual yang dibebankan kepada pemilik proyek dalam cost
type contract tersebut dihitung sebagai berikut :
Total biaya penuh provek Rp. 575.000.000
Laba 10% x Rp. 575.000.000 Rp. 57.500.000
Harga jual yang dibebankan kepada pemilik
Rp. 632.500.000
proyek
4. Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh
perusahaan diluar pesana reguler perusahaan.

Contoh : Berdasarkan data yang tercantum dalam contoh 2. di


data tersebut harga jual produk ditentukan sebesar Rp.4500 per
dalam contoh dan biaya penuh per Kg adalah Rp. 3.500
(RP.3.500.000.000:1000.000 kg Biaya tetap sebesar Rp. 1.400.000
diperkirakan akan dapat diserap oleh volume produk sebanyak
100.000 Kg yang berasal dari pesanan reguler pelanggan. Jika
misalnya seorang pembeli meminta penawaran harga produk
perusahaan dengan harga Rp.3400 per Kg denganjumlah pesanan
sebanyak 200 Kg, maka berdasarkan data dalam contoh 2.
tersebut apakah pesanan tersebut sebaiknya diterima/ ditolak
perusahan?
Dalam mempertimbangan pesanan tersebut manajer
pemasaran akan mengalami 2 masalah :
1.Pesanan tersebut bukan berasal dari pelanggan reguler
perusahaan atau jika manjer pemasaran mengalami kesulitan
dalam menentukan apakah pesanan yang diterima tersebut
merupakan pesanan diluar pesanan reguler atau bukan ,
manajer pemasaran dapal memperlakukan pesanan tersebut
sebagai pesanan reguler, atas dasar anggapan bahwa biaya
tetap perusahaan akan dapat diserap oleh 100 000 Kg yang
direncanakan akan diproduksi dan dijual dalam tahun
anggaran, belum termasuk pesanan sebanyak 200 Kg yang
dipertimbangkan sekarang.
2. Harga yang diminta calon pembeli di bawah harga pasar
(Rp 4500 dibanding dengan Rp 3.400), bahkan berada
dibawah biaya penuh ( Rp 3.500 dibanding Rp 3.400). Biaya
tetap akan ditutup dengan pesanan reguler sehanyak
100.000 Kg. Harga yang dminta oleh calon pembeli tersebut
jika dibandingkan dengan harga variabel untuk
menghasilkan produk tersebut, masih menghaslkan laba
kontribusi sebesar Rp 260.000.

Total harga jual dari pesanan khusus : 200 Kg @ Rp 680.000


3400
Total biaya variabel untuk menghasilkan Rp 420.000
pesanan khusus : 200 Kg @ Rp 2.100
Laba kontribusi Rp 260.000
5. Penentuan Harga Jual Produk/jasa Yang
Dihasilkan Oleh Perusahaan Yang Diatur
Dengan Peraturan Pemerintah

Harga jual produk dan jasa ditentukan


berdasarkan biaya penuh masa yang akan datang
ditambah dengan laba yang diharapkan. Dalam
penentuan harga jual normal, biaya penuh masa
yang ajkan datang menggunakan salah satu
pendekatan : Full Costing atau Variabel Costing.
Sedangkan penentuan harga jual yang diatur
dengan peraturan pemerintah, biaya penuh masa
yang akan datang yang dipakai sebagai dasar
penetuan harga jual tersebut dihitung dengan
menggunakan pendekatan full Costing saja, karena
pendekatan variable costing tidak diterima sebagai
prinsip akuntansi yang lazim.
Contoh Soal
Misalnya untuk menghasilkan listrik diperlukan
investasi sebesar Rp. 3.200.000 untuk pembelian mesin
dan ekuipment serta modal kerja taksiran biaya
produksi pada volume produksi 100.000.000 kwh per
tahun adalah sebagai berikut :
Biaya BB (bahan baku) Rp. 4.000.000.000

Biaya tenaga kerja langsung Rp. 3.000.000.000

Biaya overhead pabrik (variabel dan tetap) Rp. 8.000.000.000

Jumlah taksiran biaya produksi Rp.15.000.000.000


Taksiran biaya non produksi setahun
terdiri dari biaya pemasaran sebesar Rp.
1.500.000.000 dan biaya adminustrasi dan
umum sebesar Rp. 700.000.000.
Diputuskan laba wajar untuk per usahaan
Isitrik tesebut adalah 25% dari
investasinya.
Dalam penentuan harga jual tersebut
diperlukan informasi akuntansi penuh masa yang
akan datang, yang terdii dari taksiran biaya penuh
(biaya produksi penuh sebesar Rp. 15.000.0000,000
ditambah dengan taksiran biaya non produksi
sebesar Rp. 2.200.000.000 dan taksiran aktiva
penuh yang dibutuhkan untuk memproduks dan
menjual produk Rp. 3.200.000.000.
Nensi Febriani
7211416094
Akuntansi B 2016
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Diharapkan dapat mengetahui konsep karakteristik dan penentuan harga
transfer.
2. Diharapkan dapat mengetahui harga transfer dalam perusahaan yang
menetapkan pusat laba dan pusat investasi dalam organisasi.
3. Diharapkan dapat mengetahui metode yang digunakan dalam penentuan
harga transfer.
PENDAHULUAN
Bambang Supomo,
Salah satu masalah dalam penilaian prestasi terhadap pusat
Abdul Halim
laba dan pusat investasi adalah penentuan harga transfer.
(1999:177)
Mulyadi Penentuan harga jual dalam cost type contract memerlukan
(1997:379) informasi akuntansi penuh masa lalu. Dalam penentuan harga jual
normal dan harga jual produk atau jasa dalam perusahaan yang
diatur dengan peraturan pemerintah, manajemen memerlukan
informasi akuntansi penuh masa yang akan datang. Dalam suatu
perusahaan yang organisasinya telah dibagi-bagi menjadi pusat-
pusat laba, transfer barang atau jasa antar pusat laba tersebut
menimbulkan masalah penentuan harga transfer, karena masing-
masing pusat laba diukur kinerjanya berdasarkan laba, sehingga
setiap transfer barang atau jasa antar pusat laba akan berdampak
terhadap laba masing-masing pihak yang terkait.
Lanjutan...

Henry Simamora Penentuan harga transfer digunakan untuk mengukur nilai


(1999:273) produk yang diserahkan oleh sebuah pusat laba kepada
pusat pertanggungjawaban lainnya dalam sebuah
perusahaan. Harga transfer biasanya ditetapkan untuk
produk-produk antara. Produk antara adalah barang atau
jasa yang dipasok oleh divisi penjualan kepada divisi
pembelian. Haraga transfer sangat berbeda dengan harga
pasar yang mengukur pertukaran antara sebuah perusahaan
dengan pelanggan dari luar perusahaan.
A. Konsep Harga Transfer
1. Menurut Arti luas harga transfer meliputi harga produk atau
jasa yang ditransfer antar pusat pertanggungjawaban
Mulyadi dalam perusahaan meliputi semua bentuk alokasi
(1997:385) biaya dari departemen pembantu dan departemen
produksi dan harga jual produk atau jasa yang di
transfer antar pusat laba.
Arti sempit harga transfer merupakan harga barang
dan jasa yang ditransfer antar pusat laba dalam
perusahaan yang sama. Karena manajer pusat laba
diukur kinerjanya berdasarkan laba yang diperoleh,
maka setiap transfer barang atau jasa antar pusat
laba selalu diperhitungkan didalamnya unsur laba.
Lanjutannya…
2. Menurut Henry Konsep lain tentang harga transfer adalah harga jual
Simamora (1999: khusus yang dipakai dalam pertukaran antar
272) divisional untuk mencatat pendapatan divisi
penjualan (selling division) dan biaya divisi
pembelian (buying division).

3. Menurut Harga transfer adalah harga pertukaran barang dan


Bambang jasa antar divisi dalam suatu organisasi yang sama
Hariyadi (2002: dengan tujuan untuk diproses lebih lanjut.
308)
KESIMPULAN
Harga transfer adalah harga
barang atau jasa yang ditransfer
dari divisi satu ke divisi yang
lain dalam suatu organisasi
yang sama.
B. Karakteristik Harga Transfer
Harga transfer pada hakikatnya memiliki tiga karakteristik berikut ini :

Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait


1 diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh dan
harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam bentuk
biaya penuh produk yang diproduksi di divisi pembelian.

2 Harga transfer selalu mengandung unsur laba didalamnya.

3 Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi


dan sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk.
C. Tujuan Penentuan Harga Transfer

Tujuan yang ingin dicapai dengan diterapkannya


kebijaksanaan harga transfer dalam suatu perusahaan
yaitu untuk perlakuan yang adil dalam penilaian
prestasi. Penilaian seimbang bagi divisi penjualan dan
pembelian yaitu divisi penjual mempunyai hak untuk
menjual pada konsumen di dalam maupun di luar
perusahaan dengan harga tertinggi yang paling
menguntungkan adalah:
(Bambang Hariyadi, 1999:308-309)

Untuk mengurangi beban pajak. Perusahaan berusaha


1 menghindari pajak dengan memanfaatkan perbedaan tarif
pajak antar negara.
Untuk mengurangi risiko pertukaran. Digunakan untuk
2 mentransfer dana dari negara-negara yang tarif pajaknya
rendah.
Meningkatkan laba perusahaan multinasional dengan join venture.
3 Dengan jalan perusahaan induk terlebih dahulu merancang agar
perusahaan join venture terkait secara operasional dengan
perusahaan induk.
Menyembunyikan tingkat laba sesungguhnya perusahaan afiliasi.
Perusahaan multinasional menyamakan tingkat laba yang sebenarnya
4
perusahaan afiliasi dengan menetapkan harga transfer yang tinggi
untuk negara yang tarif pajaknya rendah.
Secara khusus harga transfer dirancang untuk mencapai tujuan:
(Kusnadi, Zainal Arifin, Moh. Sadeli; 2001:252)

1 Menyediakan segmen dengan informasi relevan yang


diperlukan.

Menciptakan sistem kepercayaan yang sesuai sehingga


2 keputusan yang dirancang sesuai dengan keputusan
yang dapat memperbaiki kinerja.

3 Membantu mengukur kinerja ekonomi dari setiap laba


individual.

4
Dibuat sesederhana mungkin dan mudah dimengerti
serta mudah untuk dilaksanakan.
(Henry Simamora, 1999:273)

Tujuan penentuan harga transfer adalah untuk


mentransmisikan data keuangan di antara divisi-divisi
perusahaan pada waktu mereka saling menggunakan
barang dan jasa satu sama lain, untuk mengevaluasi kinerja
segmen. Dengan demikian memotivasi manajer divisi
penjual dan divisi pembeli menuju keputusan-keputusan
yang serasi dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Selain itu penentuanharga transfer digunakan untuk
meminimalkan pajak, tariff dan bea mereka di seluruh
dunia.
D. Kriteria Harga Transfer
Kriteria penentuan harga transfer untuk menentukan harga transfer yang tepat,
layak, dan logis haruslah memiliki kriteria yang perlu dipahami, kriteria tersebut
adalah:
(Bambang Hariyadi, 1999:310-311)

Kantor pusat seharusnya tidak melakukan investasi terhadap


kebebasan manajer divisi dalam mengambil keputusan yang terbaik.

Memungkinkan manajemen puncak menilai kemampuan prestasi


semua divisi dengan adil dan bijaksana serta menghindarkan suatu
divisi mengambil keuntungan atas biaya divisi lain.

Mampu meningkatkan motivasi manajer divisi untuk mengingkatkan laba


divisinya sendiri tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan secara
keseluruhan.
E. Metode Penentuan Harga Transfer
 Ada berbagai metode
yang dapat dijalankan dalam Harga transfer dapat ditentukan
suatu perusahaan sesuai dengan
kondisi internal maupun menggunakan empat metode berikut :
eksternal yang dihadapi masing -
masing perusahaan. Secara umum 1. Market Based Transfer Prices
untuk menghitung harga transfer
dapat digunakan suatu patokan
bahwa harga haru sama dengan
2. Cost-Based Transfer Prices
biaya per satuan barang yang
ditransfer ditambah dengan 3. Negotiation-Based Transfer Prices
hilangnya keuntungan per satuan
yang dikorbankan untuk penjual 4. Arbritation-Based Tranfer Prices
sebagai akibat tidak melakukan
transaksi penjualan ke pihak luar

(Bambang Hariyadi, 1999 : 315).


Harga pasar yang digunakan sebagai dasar harga penentuan
harga transfer umumnya adalah harga pasar yang dimodifikasi atau
disebut juga harga pasar minus, yaitu harga pasar setelah dikurangi
dengan biaya penjualan yang dapat dihindari jika perusahaan tidak
melakukan transaksi dengan pihak eksternal. Berikut ini adalah cara
perhitungan harga transfer atas dasar harga pasar yang dimodifikasi.

Harga pasar Rp xxxx


Biaya yang dapat dihindari
Potongan penjualan Rp xxxx
Biaya iklan Rp xxxx
Biaya angkut penjualan Rp xxxx
Komisi penjualan Rp xxxx
Biaya penagihan Rp xxxx
Rp xxxx
Harga Transfer Rp xxxx
Contoh Soal
Perusahaan mempunyai dua pusat laba, yaitu Divisi M dan
Divisi N atau kepada pihak lain di luar perusahaan, dengan harga pasar
Rp 200.000 per unit.
Biaya produksi produk A terdiri atas biaya variabel per unit Rp
80.000 dan biaya tetap total Rp 250.000
Biaya yang dapat dihindari terdiri jika produk A dijual kepada
Divisi N adalah:
Potongan penjualan per unit Rp 10.000
Biaya iklan per unit Rp 5.000
Biaya angkut dan konsumsi penjualn per unit Rp 2.500
Lanjutan...
Bila rumus di atas diterapkan dalam contoh soal maka:
Harga pasar (5.000 unit x Rp 200.000) Rp 1.000.000.000
Biaya yang dapat dihindari:
Potongan penjualan (5.000 x Rp 10.000) Rp 50.000.000
Biaya iklan (5.000 x Rp 5.000) Rp 25.000.000
Biaya angkut dan komisi penjualan
(5.000 x Rp 2.500) Rp 12.500.000
Rp 87.500.000
Harga transfer Rp 912.500.000
5000 unit
Harga transfer per unit Rp 182.500
Produk A di Divisi N diolah lebih lanjut menjadi
produk B, dengan tambahan biaya pengolahan
sebesar Rp 300.000 per unit. Produk B laku
dijual dengan harga Rp 700.000 per unit dan
biaya penjualan Rp 50.000 per unit. Jika dari
jumlah produk A yng dihasilkan 60%, dijual
kepada Divisi N dan sisanya dijual pada pihak
luar maka dapat dibuat perhitungan laba tiap
divisi dari data tembahan tersebut sebagai
berikut.
Perhitungan Laba Divisi
Harga Transfer atas Dasar Harga Pasar yang Dimodifikasi
Divisi M Divisi N
Penjualan :
5.000 x Rp 200 = Rp 400.000
5.000x Rp 180 = Rp 540.000
Rp 940.000
3.000 x Rp 700 Rp 2.100.000
Biaya produksi :
(5.000 x Rp 80) + Rp 250.000 (Rp 650.000)
Rp 540.000 +(3.000 + Rp 300) (Rp 1.440.000)

Biaya penjualan :
2.000 x Rp 20 (Rp 40.000)
3.000 X Rp 50 (Rp 150.000)

laba
Rp 250.000 Rp 510.000

Dari hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa laba Divisi M


sebesar Rp 250.000 dengan total laba perusahaan Rp 760.000
Pengembangan metode harga transfer berdasarkan biaya adalah
memasukkan unsur laba dalam harga jual barang atau jasa yang
disediakan oleh suatu unit penjual (Mark Up) (Bambang Hariyadi.
2002:317)
Metode ini umumnya digunakan untuk jenis produk dan jasa yang
bersifat khusus atau tidak dihasilkan pihak eksternal. Selain itu juga
digunakan untuk :
1. Produk atau jasa yang dipertukarkan tidak mempunyai harga pasar
2. Terdapat beberapa macam harga pasar dari produk atau jasa yang
dipertukarkan (bambang Supomo, Abdul Halim. 1999:181)

2. COST-BASED TRANSFER PRICES


Contoh Soal
Misalkan dengan menggunakan data pada contoh di atas :

Divisi M Divisi N
Produk yang dihasilkan/dibeli 5.000 unit 3.000 unit
Produk yang dijual :
- Kepada divisi N 3.000 unit
- Kepada pihak luar 2.000 unit 3.000 unit
Biaya produksi :
- Variabel per unit Rp 80
- Tetap total 250.000
Tambahan biaya produksi per unit 300
Biaya penjualan (yang dapat dihindari) per unit
Harga jual per unit 20 50
Harga transfer 200 700
Harga pokok ditambah laba
30% dari harga pokok
Berdasarkan data tersebut di atas dapat dibuat perhitungan berdasarkan
harga pokok penuh ditambah laba dan harga pokok variabel ditambah laba
sebagai berikut :
Perhitungan Laba Divisi
Harga Transfer Atas Dasar Harga Pokok Penuh Ditambah Laba
Divsi M Divisi N
Penjualan :
2.000 x Rp 200 = Rp 400.000
3.000 x Rp 169 = Rp 507.000
Rp 907.000
3.000 x Rp 700 Rp 2.100.000
Biaya produksi
(5.000 x Rp 80) + Rp 250.000 (Rp 650.000)
Rp 507.000 + ( 3.000 x Rp 300) (Rp 1.407.000)
Biaya penjualan :
2.000 x Rp 20 (Rp 40.000)
3.000 x Rp 50 (Rp 150.000)

Laba
Rp 217.000 Rp 543.000
Keterangan :
perhitungan harga transfer adalah sebagai berikut :
biaya produksi variabel per unit Rp 80
biaya tetap per unit (Rp 250.000 : 5.000) 50
harga pokok penuh per unit Rp 130
laba (30% x Rp 130) 39
harga transfer per unit Rp 169
Dari hasil perhitungan dalam tabel di atas tampak bahwa laba
divisi M adalah Rp 217.000 dan laba divisi N adalah Rp 543.000,
sehingga laba total adalah Rp 760.000 (Rp 217.000 + Rp 543.000).
Dibandingkan dengan hasil perhitungan tabel di atas, laba Divisi M
lebih kecil sebesar Rp 33.000 (Rp 250.000 – Rp 217.000) sedangkan
laba divisi N lebih besar Rp 33.000 (Rp 510.000 – Rp 543.000)
sedangkan laba perusahaan total sama besar yaitu Rp 760.000.
Perhitungan Laba Divisi
Harga Transfer Atas Dasar Transfer Pokok Variabel Ditambah Laba
Divisi M Divisi N
Penjualan :
2.000 x Rp 200 = Rp 400.000
3.000 x Rp 104 = Rp 312.000
Rp 712.000
3.000 x Rp 700 Rp 2.100.000
Biaya produksi :
(5.000 x Rp 80) + Rp 250.000 (Rp 650.000)
Rp 312.000+ (3.000 + Rp 300) (Rp 1.212.000)
Biaya penjualan :
2.000 x Rp 20 (Rp 40.000)
3.000 x Rp 50 ( Rp 150.000)
Laba
Rp 22.000 Rp 738.000
Keterangan :
Perhitungan harga transfer adalah sebagai berikut :
Biaya produksi variabel per unit Rp 80
Laba (30% x Rp 80) 24
Harga transfer per unit Rp104
 Dibanding dengan hasl perhitungannya dalam tabel diatas
hasil perhitungan dalam tabel tersebut adalah sebagai
berikut:
- Laba divisi M lebih kecil sebesar Rp 195.000 (Rp 217.000 –
Rp 22.000) dan laba divisi N lebih besar Rp 195.000 (Rp
543.000 – Rp 738.000) sedangkan laba total perusahaan
sama besarnya yaitu Rp 760.000
  Pada metode ini biaya penuh yang dipakai dapat
dihitung dengan pendekatan full costing dan variabel
costing (Mulyadi, 1997).
b. Full costing
Harga transfer

Biaya produksi: Y% x Aktiva penuh


- Biaya bahan baku
- Biaya tenaga kerja
- Biaya overhea pabrik

Biaya nonproduksi: Aktiva lancar


- Biaya adminisrasi dan umum Aktiva tidak lancar
- Biaya pemasaran
CONTOH 1
PT X memiliki dua divisi yang dibentuk sebagai pusat laba: Divisi A dan Divisi B. Divisi A
menghasilkan suku cadang Q yang dijual dipasar luar sebanyak 10% dan sisanya
ditransfer ke divisi B. Manajer divisi A dan divisi B sedang mempertimbangkan penentuan
harga transfer suku cadang Q untuk tahun anggaran yang akan datang.
Perusahaan menggunakan pendekatan full costing dalam penentuan biaya penuh.
Menurut anggaran, divisi A direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal
sebanyak 1.000 unit dengan taksiran biaya penuh untuk tahun anggaran yang akan
datang sebagai berikut:
- Biaya produksi Rp 200.000.000
- Biaya adm dan umum Rp 50.000.000
- Biaya pemasaran Rp 20.000.000
Total biaya penuh Divisi A Rp 270.000.000

Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaram adalah sebesar Rp
1.000.000.000 dan laba yang diharapkan dinyatakan dalam tarif kembalian investasi (rate of
retrun on investment) sebsar 20%.
Cost based transfer pricing pendekatan full costing

Perhitungan mark up:


Biaya administrasi dan umum Rp 50.000.000
Biaya pemasaran Rp 20.000.000
Laba yang diharapkan 20% x 1.000.000.000 Rp 200.000.000

Jumlah Rp 270.000.000

Biaya produksi Rp 200.000.000

Mark up: 135%


Pennetuan harga transfer
Biaya produksi Rp 200.000.000
Mark up 135% x Rp 200.000.000 Rp 270.000.000

Jumlah harga jual Rp 470.000.000

Volume produk yang ditransfer 1.000

Harga transfer per unit Rp 470.000


Jika variabel costing dipakai sebagai
pendekatan perekayasaan biaya
yang digunakan sebagai dasar
penentuan harga transfer, unsur-
unsur yang diperhitungkan dalam
penentuan harga treansfer disajikan
sebagai berikut:
Harga transfer = Biaya penuh + Laba

Biaya Variabel : Y % x Aktiva Penuh


• Biaya Bahan Baku
• Biaya Tenaga Kerja
• Biaya Overhead Pabrik Variabel
• Biaya Administrasi dan Umum Variabel Aktiva Lancar
• Biaya Pemasaran Variabel Aktiva Tidak Lancar
Biaya Tetap :
• Biaya Overhead Pabrik Tetap
• Biaya Administrasi dan Umum Tetap
• Biaya Pemasaran Tetap

Unsur-unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga transfer atas


dasar biaya dengan pendekatan variable costing
Contoh 2
Misalkan PT X dalam contoh 1 tersebut di atas menggunakan pendekatan variable
costing dalam penentuan harga transfer produknya. Menurut anggaran, untuk berproduksi pada
kapasitas normal sebanyak 1.000 kg tersebut terdiri dari unsur-unsur biaya seperti disajikan
berikut ini:
Biaya variabel:
Biaya produksi variabel Rp 150.000.000
Biaya administrasi dan umum variabel Rp 10.000.000
Biaya pemasaran variabel Rp 5.000.000
Total biaya variabel Rp 165.000.000
Biaya tetap:
Biaya produksi tetap Rp 50.000.000
Biaya administrasi dan umum tetap Rp 40.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp 15.000.000
Total biaya tetap Rp 95.000.000
Total biaya penuh Rp 270.000.000
Perhitungan mark up
Biaya tetap Rp 95.000.000
Laba yang diharapkan: 20% x Rp 1.000.000.000 Rp 200.000.000 +
Jumlah Rp 295.000.000
Biaya variabel Rp 165.000.000

Mark up 179%
Perhitungan harga transfer
Biaya variabel Rp 165.000.000
Mark up 179% x Rp 165.000.000 Rp 295.350.000 +
Jumlah harga Rp 460.350.000
Volume produk 1.000
Harga transfer per kg Rp 460.350
3. NEGOTIATION-BASED
TRANSFER PRICES

Negosiasi dilakukan seolah-olah unit tersebut satu


kesatuan usaha yang terpisah sehingga tidak diperlukan
campur tangan kantor pusat dalam penentuan harga
transfer. Metode ini dapat diterapkan pada unit-unit dalam
perusahaan dimana manajer unit melakukan pengendalian
atas laba unitnya (Bambang Hariyadi: 2002: 230).
Lanjutan...
Metode ini umumnya diterapkan dalam hal sebagai
berikut:
1. Tidak tersedianya harga pasar dari produk atau jasa yang
dipertukarkan.
2. Timbul masalah dalam penentuan besarnya laba untuk
produk atau jasa yang dipertukarkan.
3. Produk atau jasa yang dipertukarkan tidak dihasilkan oleh
pihak eksternal perusahaan
(Bambang Supomo: 1999: 185).
Kelemahan Harga Transfer Negosiasian

Terdapat empat kelemahan harga transfer negosiasian:

o Seorang manajer divisional yang mempunyai informasi pribadi dapat


memanfaatkan manajer divisi lainnya.
o Ukuran-ukuran kinerja bisa terdistorsi oleh kecakapan negosiasi
manajer-manajer yang terlibat. Harga transfer negosiasian, karena
menyangkut juga keputusan produksi, dapat sekadar merefleksikan
kecakapan negosiasi kedua belah pihak ketimbang pertimbangan-
pertimbangan ekonomi. Kecakapan negosiasi seyogyanya tidak menjadi
faktor tunggal atau dominan dalam mengevaluasi manajer divisi.
o Negosiasi dapat memakan banyak waktu dan tenaga.
o Negosiasi dapat menyebabkan persaingan diantara manajer-
manajer divisi yang terlibat. Persaingan ini dapat mengurangi
semangat kerja sama dan kesatuan yang sangat penting di
seluruh organisasi.
o Negosiasi dapat memakan banyak waktu dan tenaga
o Negosiasi dapat menyebabkan persaingan diantara manajer-
manajer divisi yang terlibat. Persaingan ini dapat mengurangi
semangat kerja sama dan kesatuan yang sangat penting
diseluruh organisasi.
Keuntungan harga transfer negosiasi

Terlepas dari kelemahan nya, harga transfer


negosiasian menawarkan beberapa keunggulan
menyangkut keserasian tujuan, otonomi dan evaluasi
kinerja yang akurat. Selain itu, harga transfer negosiasian
merupakan wahana untuk mencapai keserasian tujuan
diseluruh organisasi. Apabila negasiasi membantu
memastikan adanya keserasian tujuan, maka manajemen
puncak tidak perlu ikut campur tangan dalam urusan-
urusan divisional (Henry Simamora : 2002:279)
Contoh
dalam metode ini divisi M dan divisi N melakukan kesepakatan dengan
menetapkan harga transfer produk A yang diserahkan ke Divisi adalah sebesar
Rp. 175 per unit. Maka perhitungan labanya dapat diketahui sebagai berikut :
Divisi M Divisi N
Penjualan :
2000 x 200 = 400.000
3000 x 175 = 525.000

940.000
3000 x 700 2.100.000
Biaya Produksi :
(5000 x 80) + 250.000 (650.000)
525.000 + (3000 x 200) 1.425.000
Biaya penjualan :
2000 x 20 (40.000)
3000 x 50 (150.000)
Laba 235.000 525.000
Lembaga arbitrasi perlu
dibentuk untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang
disengketakan oleh manajer
divisi penjualan dan divisi
pembeli.
Dalam lembaga arbitrasi ini, manajemen kantor pusat
bertanggungjawab dalam membantu penyelesaian masalah-
masalah yang disengketakan oleh para manajer divisi yang terkait
dalam penentuan harga transfer. Lembaga arbitrasi ini
bertanggungjawab untuk:

1. Menyelesaikan masalah masalah yang timbul dalam


penentuan harga transfer
2. Menelaah perubahan sumber pengaduan
3. Mengubah aturan harga transfer jika diperlukan
(Mulyadi : 1997:410)
LANJUTAN...

Arbitarsi harga transfer ini merupakan tanggungjawab bersama


dari manajemen puncak dan unit. Penyelesaian melalui arbitrasi
sebaiknya ditekankan seminimal mungkin karena jika terdapat
banyak persoalan yang diajukan maka hal tersebut menunjukan
bahwa terdapat aturan – aturan yang sudah tidak mampu
mengakomodir persoalan-persoalan pada masing-masing unit
dan perlu disesuaikan

(Bambang Hariadi : 2002:323)


CONTOH:

Misalnya dengan menggunakan contoh data dumika, semula harga


transfer ditentukan atas dasar negosiasi antara divisi M dengan
manajer divisi N. Akan tetapi negosiasi tersebut mengalami jalan
buntu sehingga direksi perlu campur tangan sebagai arbitrastor.
Dan hasil dialog antara direksi dengan manajer divisi M dan
manajer divisi N, diperoleh keputusan mengenai harga produk A
yang ditansfer dari divisi M ke divisi N, yaitu sebesar rp. 142 per
unit.
Berikut ini adalah hasil perhitungan laba divisi, yang harga transfernya
ditentukan atas dasar arbitrasi.

Divisi M Divisi N
Penjualan :
2000 x 200 = 400.000
3000 x 142 = 426.000
826.000
3000 x 700 2.100.000
Biaya Produksi:
(5000 x 80) = 250.000 (650.000)
426.000 + (3000 x 300) (1.326.000)
Biaya Penjualan :
2000 x 20 (40.000)
3000 x 50 (150.000)
136.000 624.000
BAB IX
PENYUSUNAN ANGGARAN
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan seharusnya menyusun budget atau
anggaran sebagai acuan dalam melaksanakan setiap kegiatan
usahanya. Anggaran merupakan bagian penting dari sistem
pengendalian manajemen yang disusun perusahaan dalam
mencapai tujuan organisasi. Anggaran tidak hanya sekedar
berupa angka-angka mati yang akan dilaksanakan pada periode
berikutnya, tetapi lebih dari itu merupakan representasi
komitmen dari masing-masing pihak dalam perusahaan untuk
bekerja sama mewujudkan rencana-rencana jangka pendek guna
mencapai tujuan jangka panjang.
Lanjutan...
Pembahasan anggaran dapat ditinjau dari 2 segi yaitu dari
sudut informasi akuntansi dan sudut proses pengendalian manajemen,
jika dilihat dari sudut informasi akuntansi laporan anggaran menyajikan
informasi yang sama seperti informasi akuntansi dalam neraca, lap.laba
rugi dan lap. Perubahan posisi keuangan sementara itu jika ditinjau dari
proses pengendalian manajemen, dalam penyelenggaraan anggaran
suatu perusahaan mencakup :
1. Bagaimana anggaran disusun
2. Bagaimana implementasinya
(Bambang Hariadi, 1998:218)
TUJUAN
Tujuan dari pembelajaran ini adalah :
1. Diharapkan dapat mengetahui konsep tujuan, manfaat
serta karakteristik anggaran.
2. Diharapkan dapat mengetahui proses penyusunan
anggaran
3. Diharapkan dapat mengerjakan contoh penyusunan
anggaran.
A. KONSEP PENYUSUNAN ANGGARAN
1. Pengertian Anggaran
(Bambang Hariadi, Anggaran adalah rencana keuangan untuk masa yang akan datang
1998:220) untuk mengidentifikasi tujuan dan tindakan-tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan.

(Henry Simamora, Anggaran (budget) adalah salah satu rencana tim yang
1999:190) memperhatikan bagaimana sumber-sumber daya diharapkan
akan diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu.

(Mulyadi, 2001:488) Anggaran merupakan suatu rencana yang dinyatakan secara


kuantatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan
ukuran lain yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Anggaran adalah rencana
keuangan yang direncanakan
secara kuantitatif yang
memperhatikan sumber daya yang
diharapkan dan yang dipakai selam
periode waktu tertentu.

KESIMPULAN
2. Tujuan Penyusunan Anggaran

Anggaran adalah sebagai alat untuk melakukan evaluasi prestasi dan sebagai
alat untuk koordinasi dan komunikasi memberikan gambaran tentang
bagaimana peranan anggaran yang berkaitan erat dengan aktivitas yang
1 dijalankan manusia. (Bambang Hariadi, 1998: 218)

Anggaran adalah sebagi alat untuk meramalkan transaksi-transaksi dan


kejadian finansial dan non finansial di masa yang akan datang dan
mengembangkan informasi yang akurat dan bermakna dari penerima
2 anggaran. (Henry Simamora, 1999:190)

Anggaran adalah untuk memberikan jaminan pencapaian blue print tentang


program jangka panjang yang mencakup pasar, produk, dan teknologi
3 produksi, keuanagn, citra perusahaan, kepegawaian, sistem informasi
manajemen, budaya perusahaan dengan biaya sesuai yang direncanakan
sebelumnya. (Mulyadi, 2001:489)
Tujuan anggaran adalah untuk meramalkan
transaksi-transaksi dan kejadian baik finansial
maupun non finansial dan sebagai alat
koordinasi dan komunikasi untuk memberikan
gambaran tentang peranan anggaran
tersebut yang mencakup pasar, produk, dan
teknologi produksi, kepegawaian, keuangan,
citra perusahaan, dan sistem informasi
manajemen.

KESIMPULAN
2. Manfaat Penyusunan Anggaran
1. Perencanaan
Dalam upaya mengejar tujuan-tujuan organisasi, rencana-rencana formal eksplisit haruslah
disusun. Jikalau hal ini tidak dilakukan, manajer-manajer hanya dapat memakai ukuran-ukuran intuitif
kasar untuk menilai apakah operasi-operasi berhasil dan target-target mereka tercapai.
Anggaran menunjukkan kepada manajemen :
-Angka laba yang dikehendaki perusahaan
-Sumber day yang diharapkan dapat dihasilkan atau digunakan selama periode anggaran yang akan
datang.
(Henry Simamora, 1999:220)
2. Komunikasi
 Rencana-rencana manajemen tidak akan dilaksanakan kecuali jika organisasi memahami
apa rencana-rencana tersebut. Rencana-rencana ini meliputi hal-hal spesifik seperti
seberapa banyak barang yang diprosukdi, metode-metode, orang-orang dan perlengkapan
apa yang akan digunakan, seberapa banyak bahan baku yang akan dibeli dan berapa harga
jual yang akan dikenakan pada produk perusahaan.(Henry Simamora, 1999:191)
 Secara formal adanya kebiasaan menyusun anggaran yang dilakukan seorang bersama-
sama staf perusahaan menciptakan komunikasi yang efektif sekaligus juga memudahkan
manajemen untuk melakukan koordinasi atas kegiatan masing-masing kegiatan yang
terpisah dalam mencapai tujuan perusahaan. (Bambang Hariadi, 1998:192)
3. Koordinasi
 Anggaran merupakan rencana tindakan bagi keseluruhan organisasi dan
mencerminkan upaya-upaya terkoordinasi dan semua manajer, penganggaran
mengkoordinasikan berbagai segmen organisasi dan membuat setiap manajer
mengetahui bagaimana kegiatan-kegiatan yang berbeda terjalin erat satu sama
lain.
(Henry Simamora, 1999:192)
4. Pengendalian
 Pada banyak perusahaan sistem kontrol dibentuk guna mengevaluasi kinerja
sesungguhnya pada karyawan berdasarkan ukuran yang dihgarapakn sebelumnya
dari kinerja yang diharapkan dapat mereka capai. Anggaran merupakan bagian
internal daris istem kontrol tersebut, kontrol sangatlah penting bagi kredibilitas
keseluruhan sistem budgetor. Kontrol memastikan bahwa sudah diambil
langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan yang digariskan dalam induk
rencana organisasi.
(Henry Simamora, 1999:192-193)
5. Manfaat lain anggaran :
1. Mendorong para manajer untuk menyusun perencanaan formal.
2. Menyediakan tujuan-tujuan yang jelas yang bertindak sebagai benchmark untuk
menilai prestasi berikutnya.
3. Menyediakan sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk
memperbaiki pengambilan keputusan
4. Memperbaiki komunikasi dan koordinasi seluruh aktivitas yang dilaksanakan
setiap bagian dalam organisasi.
(Bambang Hariadi, 1998:220)
3. Karakteristik Anggaran

Anggaran seperti beberapa pengertian diatas


berbeda dengan perkiraan atau ramalan atau
forecast. Forecast hanya usaha memperkirakan
apa yang terjadi tanpa mengikat orang yang
membuatnya.
Perbedaan Karakteristik Anggaran
Dengan Perkiraan Anggaran Mempunyai
Karakteristik Sebagai Berikut :
1. Anggaran dinyatakan dalam suatu satuan keuangan dan satuan
selain keuangan
2. Anggaran umunya mencakup jangka waktu satu tahun
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen yang
bearti bahwa manajer setuju untuk menerima tanggung jawab
untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalm anggaran
4. Ususlan anggaran di review dan disetujui oleh pihak yang
berwenang lebih tinggi dari penyusunan anggaran.
5. Sekali disetujui anggaran hanya dapat diubah diabwah kondisi
tertentu
6. Secara berkala kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan
dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan
Perkiraan Atau Ramalan Mempunyai
Karakteristik Sebagai Berikut :
1. Perkiraan dapat dinyatakan dalam satuan keuangan atau satuan lain selain
keuangan
2. Perkiraan dapat mencakup berbagai macam jangka waktu
3. Penyusunana perkiraan tidak bertanggung jawab untuk mencapai hasil yang
diperkirakan.
4. Perkiraan tidak memelukan persetujuan dari pihak yang memiliki wewenang lebih
tinggi
5. Perkiraan akan selalu di mutahirkan atau diupdate jika informasi baru
menunjukkan perubahan kondisi
6. Penyimpangan dari yang diperkirakan tidak dianalisis secara formal atau secara
berkala, penyusunan perkiraan melkuakan analisis terhadap penyimpangan hasil
perkiraan dengan apa yang diperkirakan, namun tujuan analisis ini adalah untuk
memperbaiki kemampuan dalam melakukan perkiraan
(Mulyadi, 2001:490)
B. PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN
1. Aspek-Aspek dalam Penyusunan Anggaran
a. Aspek Teknis
Anggaran induk terdiri dari 3 Anggaran operasi terdiri dari laporan
komponen yaitu: laba rugi penjualan yang dilampiri
dengan anggaran berikut ini :’
- anggaran operasi, 1. Anggaran penjualan
- anggaran modal, dan 2. Anggaran biaya per pusat
pertanggungjawaaban ( terdiri
- anggaran keuangan. dari biaya produksi , anggaran
biaya administrasi dan umum,
dan anggaran biaya pemasaran.
Anggaran operasi berkaitan 3. Anggaran sediaan produk jadi
dengan aktivitas untuk 4. Anggaran kos penjualan
menghasilkan laba perusahaan.
Lanjutan...
 Anggaran modal bersangkutan dengan tambahan dan
pengurangan aktiva tetap perusahaan
 Anggaran keuangan berkaitan dengan aliran kas masuk dan
kas keluar
Penyusunan anggaran induk perusahaan dilakukan
melalui tahap-tahap berikut ini :
1. Komite anggaran menyusun pedoman anggaran yang berisi kebijakan pokok perusahaan dalam
bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan dan umum. Kebijakan pokok ini
dikomunikasikan kepada manajer departemen sebagai dasar untuk mengajukan rancangan
anggaran biaya pusat pertanggungjawaban
2. Penyusunan rancangan anggaran penjualan oleh departemen pemasaran berdasarkan kebijakan
pokok perusahaan dan perkiraan penjualan jangka pendek.
3. Penyusunan rancangan anggran biaya per pusat pertanggungjawaban oleh para manajer pusat
pertanggungjawaban
4. Penyusunan rancangan anggaran sediaan produk jadi oleh departemen produksi
5. Penyusunan rancangan anggaran kos penjualan oleh departemen anggaran berdasarkan rancangan
anggaran biaya produksi, rancangan anggaran sediaan produk jadi, dan rancangan anggaran
penjualan
Lanjutan...
6. Penyusunan rancangan laba rugi projeksian berdasarkan rancangan anggaran
penjualan, rancangan anggaran kos penjualan dan rancangan anggaran biaya
pemasaran, rancangan anggaran biaya administrasi dan umum.
7. Penyusunan rancangan anggaran modal berdasarkan perkiraan penjualan jangka
panjang
8. Penyusunan rancangan anggaran kas berdasarkan rancangan anggaran penjualan,
rancangan biaya per pusat pertanggungjawaban dan rancangan anggaran modal
9. Penyusunan rancangan neraca yang diproyeksikan berdasar rancangan anggaran kas
dan berbagai asumsi yang lain
10. Penyusunan rancangan anggaran modal kerja
11. Penelaahan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban antara para manajer
pusat pertanggungjawaban dan komite anggaran.
Lanjutan...
12. Negoisasi rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite
anggaran.
13. Persetujuan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite
anggaran
14. Penyesuaian rancangan anggaran induk oleh departemen anggaran sebagai akibat dari
hasil proses negosiasi antara para manajer pusat pertanggungjawaban dengan komite
anggaran
15. Pengajuan rancangan induk oleh komite anggaran kepada dewan komisaris dan rapat
umum pemegang saham
16. Pengesahan rancangan anggaran induk oleh dewan komisaris dan rapat umum
pemegang saham
17. Pengesahan rancangan anggaran induk menjadi anggaran induk perusahaan oleh
rapat umum pemegang saham

(Mulyadi,2001:504-507)
 Aspek ini menjelaskan hubungan antara anggaran dan perilaku.
 Kemampuan memenuhi anggaran seringkali digunakan perusahaan untuk
menilai prestasi manajer. Besarnya bonus, kenaikan gaji, dan promosi
adalah seluruhnya ditentukan oleh kemampuan manajer untuk memenuhi
anggaran.
 Hal utaama adalah dimensi anggaran adalah etika, pentingnya anggaran
dalam penilaian prestasi dan promosi serta gaji manajer dapat menimulkan
tindakan-tindakan yang tidak etis. Seluruh tindakan yang menyimpang
berkenaan dengan anggaran dapat mempunyai aspekk yang kurang etis.
 Sistem anggaran yang ideal adalah sistem yang memungkinkan dicapainya
kondisi keselarasan tujuan bersama dan secara bersamaan menciptakan
dorongan bagi setiap pihak untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara
yang etis.
 Adanya inisiatif- sistem anggaran yang sehat akan mendorong Adanya
insentif-sistem anggaran yang sehat akan mendorong perilaku yang
berorientasi pada tujuan bersama. Insentif merupakan salah satu alat yang
dapat digunakan suatu organisasi untuk mempengaruhi seorang manajer
bersedia bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
 Teori organisasi lama menganggap bahwa seseorang pada dasarnya
termotivasi untuk bekerja oleh sejumlah faktor seperti adanya imbalan
materi dan pekerjaan yang menantang. Ukuran penilaian prestasi
perusahaan seringkali salah untuk membuat kesalahan dengan
menganggap bahwa angka-angka akuntansi merupakan satu-satunya alat
penilaian prestasi. Kesalahan ini dapat menimbulkan perilaku yang negatif
seperti manajer hanya berfikir dan bertindak untuk kepentingan jangka
pendek dan mengorbankan jangka panjang (Bambang Hariadi).
 Aspek perilaku dalam penyusunan anggaran bersangkutan dengan
perilaku yang dibawa dalam proses penyusunan anggaran dan perilaku
yang timbul sebagai akibat orang mencoba hidup dengan anggaran. Dalam
proses penyusunan anggaran kemungkinan akan timbul kekhawatiran
dihati manajer pemasaran mengenai kemungkinan tidak dinaikkannya
btas biaya kebijakan (discretionary costs) untuk departemennya dan
ketakutan seorang manajer yang harus mengatakan baha untuk tahun
anggaran yang akan datang tidak akan ada kenaikan gaji dan upah
karyawan, serta kecenderungan dalam hati manajer tertentu kepada
manajer lain yang mendapatkan persetujuan kenaikan anggaran biayanya
(Mulyasi, 2001).
c. Aspek Organisasi Dalam Penyusunan Anggaran
Pada organisasi penyusunan anggaran terdapat
dua pihak utama yang terkait, yaitu:
1. Komite Anggaran  dalam penyusunan anggaran diperlukan
suatu unit ad hoc yang mengkoordinasikan berbagai jenis
usulan anggaran dar berbagai pusat pertanggungjawaban untuk
kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk/master
budget (Mulyadi).
c. Aspek Organisasi Dalam Penyusunan Anggaran
2. Departemen Anggaran  penyusunan dan pengawasan
anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani
administrasi anggaran. Fungsi ini dipegang oleh departemen
anggaran dan rincian fungsinya sebagai berikut:
a. Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan
rancangan anggaran setiap pusat pertanggungjawaban
dalam perusahaan
b. Mengkoordinasikan dan menerbitkan asumsi-asumsi yang
dipakai sebagai dasar penyusunan rancangan anggaran
perusahaan
Lanjutan...
c. Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun
rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban
d. Megolah rancangan anggaran puat pertanggungjawaban mejadi rancangan
anggaran induk
e. Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi keada
komite anggaran
f. Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat
laporan ringkas mengenai hasil analisisnya tersebut kepada direksi
g. Mengadministrasikan proses perubahan dan penyesuaian anggaran
perusahaan
(Mulyadi, 2001:503-504)
RUPS
Dewan Komisaris
Pengesahan

Pengusulan

Komite Anggaran Review dan persetujuan

Departemen Bottom-up approach


pemegang Top-down approach
saham
Mengajukan usulan rancangan
anggaran
Penetapan kebijakan
pokok perusahaan Negosiasi usulan rancangan
Kompilasi & anggaran
analisis
Para kepala divisi dan
Penyusunan anggaran
departemen
2. Kerangka Dalam Penyusunan Anggaran
Dalam penyusunan anggaran, harus ditentukan seorang yang bertanggungjawab
untuk mengarahkan dan mengkoordinasikan proses penyusunan anggaran perusahaan
secara keseluruhan. Seseorang bertindak sebagai direktur anggaran, biasanya controller
yang bekerja di bawah koordinasi komite anggaran. Anggota komite dapat terdiri dari
pimpinan masing-masing bagian perusahaan.

Komite anggaran memberikan arahan dalam penyusunan anggaran, menengahi


perbedaan-perbedaan yang muncul ketika anggaran disiapkan, menyetujui anggaran dan
mengawasi pelaksanaan pada tahun berjalan.
Master anggaran (master budget) untuk menyusun anggaran:

1. Anggaran penjualan 3.3 Anggaran BOP


2. Anggaran produksi 4. Anggaran persediaan akhir
3.Anggaran biaya produksi 5. Anggaran HPP
3.1 Anggaran bahan baku 6. Anggaran biaya penjualan & adm
3.2 Anggaran tenaga kerja 7. Angaran laba rugi

 Master budget merupakan rencana keuangan yang komprehensif dalam suatu


perusahaan secara keseluruhan yang terdiri atas berbagai macam anggaran yang
terpisah tapi saling berkaitan.
 Hubungan antara angaran dan masster angaran ditunjukan bagan berikut:
Anggaran Perkiraan
penjualan penjualan
jangka
panjang

Anggaran persediaan Anggaran biaya


Anggaran produksi
akhir penjualan & adm

Anggaran tenaga kerja


Anggaran biaya bahan langsung Anggaran
baku langsung overhead pabrik

Anggaran kas Anggaran modal

Anggaran laba rugi Anggaran neraca Anggaran arus kas


Rancangan Anggaran Penjualan Prakiraan Penjualan Jangka Panjang

Rancangan Anggaran Biaya per


Pusat Pertanggung jawaban

Rancangan Anggaran Biaya Administrasi dan Rancangan Anggaran Biaya


Rancangan Anggaran Biaya Produksi
Umum Pemasaran

Rancangan Anggaran Produk Jadi

Rancangan Anggaran Kos


Penjualan

Laporan Laba Rugi Projeksian

Rancangan Anggaran Kas Rancangan Anggaran Modal

Neraca Projeksian Rancangan Perubahan Modal Kerja

(Mulyadi, 2001 :505)


Anggaran operasional lebih lanjut dapat dibagi lagi
menjadi anggaran program dan anggaran masing-
masing pusat pertanggungjawaban. Anggaran
merupakan estimasi penghasilan dari biaya program-
program utama yang akan dijalankan perusahaan
misalnya program pemasaran produk baru. Sedangkan
anggaran pertanggungjawaban merupakan
seperangkat rencana yang dikaitkan dengan manajer
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana
tersebut.
Anggaran statis adalah
anggaran yang disusun untuk
1. Anggaran tingkat aktivitas tertentu
Statis dan sedangkan anggaran fleksibel
Anggaran adalah anggaran yang disusun
Fleksibel berdasarkan rentang aktivitas
tertentu yang diharapkan terjadi.
1. Dapat membantu manajer
meneruskan berbagai
kemungkinan aktivitas yang bisa
terjadi dalam menghadapi
ADA 2 MANFAAT ketidakpastian serta
YANG DAPAT konsekuensinya terhadap biaya
DIPEROLEH dan penghasilan perusahaan.
DENGAN
2. Memudahkan dalam penilaian
PENGGUNAAN
terhadap kinerja manajer karena
ANGGARAN
dapat dibuat perbandingan
FLEKSIBEL:
antara biaya yang diharapkan
pada aktivitas sesungguhnya
dengan biaya sesungguhnya
pada aktivitas yang sama.
(Bambang Hariadi, 1998:224).
C. CONTOH PROSES PENYUSUNAN
ANGGARAN
1. Anggaran Induk
Abdul Halim- Anggaran perusahaan secara keseluruhan terdiri atas beberapa jenis
Bambang Supomo, anggaran. Masing-masing jenis anggaran tersebut, mempunyai
1990:170 hubungan yang satu dengan yang lain dalam suatu jaringan kerja yang
dikenal dengan sebutan anggaran induk atau Master Budget

Hansen-Mowen, -: Anggaran induk atau master budget adalah rencana keuangan


353 komprehensip untuk keseluruhan organisasi, terdiri atas
berbagai anggaran individual

Henry Simamora, Anggaran induk (Master Budget) adalah sebuah anggaran


1999: 200 komprehensip yang menyatakan keseluruhan rencana bisnis bagi
keseluruhan perusahaan untuk suatu periode yang mencakup
satu tahun atau kurang
Jadi yang dimaksud dengan
anggaran induk atau master budget
adalah anggaran komprehensif
perusahaan yang secara keseluruhan
terdiri atas anggaran-anggaran
individual yang mempunyai
hubungan satu dengan yang lain
dalam suatu periode tertentu.

KESIMPULAN
Anggaran induk terdiri dari 2 (dua) komponen utama
yaitu:
a. anggaran operasi (operating budget)
b. anggaran keuangan (financing budget).

2. Konsumen Anggaran Induk


ANGGARAN OPERASI A
OPERATING BUDGET
(Henry Simamora, 1999:200) (Hansen Mowen, - 353).
Anggaran operasi (Operating Budget) Anggaran operasi (Operating
merupakan diskripsi rinci Budget) menjelaskan
pendapatan dan biaya yang aktivitas yang menghasilkan
dibutuhkan untuk mencapai hasil pendapatan untuk
laba yang memuaskan. Anggaran perusahaan, penjualan,
operasi ini menggambarkan produksi dan persediaan
aktivitas-aktivitas yang mengalirkan barang jadi. Hasil utama dari
laba rugi perusahaan, penjualan, anggaran operasi adalah
produksi dan persediaan barang jadi. laporan laba rugi proforma
Hasil akhir dari anggaran operasi atau yang dianggarkan.
adalah laporan laba rugi
dianggarkan.
ANGGARAN OPERASI TERDIRI DARI :
1). Anggaran Penjualan
Anggaran penjualan merupakan titik awal dalam menyusun
master. Anggaran karena hampir seluruh bagian dalam master
anggaran termasuk produksi, pembelian, persediaan, dan biaya.
Tergantung pada anggaran penjualan maka keakuratan dalam prediksi
penjualan akan sangat mempengaruhi kewajaran master anggaran
secara keseluruhan salah satu pendekatan yang digunakan untuk
merencanakan penjualan adalah pendekatan dari bawah ke atas yaitu
meminta setiap salesman untuk menyerahkan rencana penjualan
diikuti dengan skedul penerimaan kas hasil penjualan pada periode
berikutnya untuk membnatu mempersiapkan anggaran kas kedalam
periode tersebut (Bambang Hariadi, 1998:225)
Berikut ini adalah contoh anggaran penjualan
PT Sido Ayu
Anggaran Penjualan
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2000

1 2 Tahun
Rencana penjualan 40.000 60.000 100.000
Harga jual per unit XRp 10.000 XRp 15.000
Total penjualan Rp 400.000 Rp 900.000 Rp 1.300.000
Rencana penjualan kas penjualan
Piutang dagang
Penjualan semester 1 Rp 200.000.000 Rp 200.000.000
Penjualan semester 2 Rp 240.000.000 Rp 160.000.000 Rp 400.000.000
Total penerimaan Rp 440.000.000 Rp 700.000.000 Rp 1.140.000
kas penjualan
‘1. Penerimaan kas yang berasal dari penjualan tahun sebelumnya
2. Penerimaan kas dari penjualan dengan syarat 60%-n/60 dan 40% semester
berikutnya.
3. Penjualan pada semester ke2 yang belum lunas nampak pada neraca 31/12 tahun
2000
2). Anggaran Produksi

Dalam anggaran produksi perlu direncankan jumlah


barang yang dapat memenuhi penjualan dan persediaan
akhir dengan mempertimbkan persediaan awal yang
masih tersedia
(Bambang Hariadi, 1998;227)
Berikut adalah contoh anggaran produksi
PT SIDO AYU.
Anggaran Produksi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2000 (unit)

Semester
1 2 Tahun
Rencana Penjualan (unit) 40.000 60.000 100.000
Rencana persediaan akhir 15.000 20.000 # 20.000
barangtahun jadi

Total kebutuhan 55.000 80.000 120.000


Persediaan awal barang 10.000 15.000 10.000
jadi +
Unit yang diproduksi 45.000 65.000 110.000
*20% ri penjualan, berikutnya
#taksiran
+ sama sepeeri persediaan akhir semester sebe
3). Anggaran Pembelian Bahan Baku Langsung
Dalam menentukan produksi jumlah bahan
baku harus cukup untuk memenu kebutuhan
produksi dan menyediakan jumlah persediaan yang
cukup sesuai rencana pada periode yang
bersangkutan. Anggaran bahan baki biasanya diikuti
oleh perhitungan mengenai taksiran pengeluaran kas
untuk pengadaan bahan baku yang dimaksudkan
untuk membantu dalam penyusunan anggaran kas.
(Bambang Hariadi, 1998:227-228)
C o n t o h a n g ga ra n p e m b e l i a n b a h a n b a k u
PT Sido Ayu
Bahan Baku Langsung
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2000
1 2 3

Jumlah produksi (unit) 45.000 x 0.2 65.000 x 0.2 110.000 x 0.2

Kebutuhan Bahan baku per unit (kg) 9.000 13.000 22.000


650+ 1.000# 1.000
Rencana persediaan akhir barang 9.650 14.000 23.000
Total kebutuhan bahan baku 350 650 350

Persediaan awal (kg) 9.300 13.350 22.650


Pembelian bahan baku @ Rp 10.000 Rp 93.000.000 Rp 133.500.000 Rp 226.500.000

*10% dari kebutuhan produksi semester berikutnya


#persediaan akhir pada semester ke-2 didadarkan atas tasiran
4). Anggaran Tenaga Kerja Langsung

Anggaran ini menunjukkan total jam kerja langsung yng


diperlukan dan besarnya biaya yang berkaitan dengan jumlah
unit produksi untuk menghitung keperluan tenaga keja
langsung, jumlah unit produk jadi yang diproduksi tiap-tiap
periode dikalikan dengan jumlah jam kerja langsung yang
diperlukan untuk memproduksi satu unit barang jadi
(Bambang Hariadi, 1998 : 229)
C o n t o h a n g ga ra n t e n a ga ke r j a l a n g s u n g
PT Sido Ayu
Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2000

Semester

1 2 3

Jumlah produksi (unit) 45.000 65.000 110.000


Jam kerja langsung per unit X 0.25 X 0.25 x 0.25

Total JKL yang dibutuhkan 11.250 jam 16.250 jam 27.500


Tarif JKL per jam X Rp 10.000 X Rp 10.000 X Rp 10.000

Total biaya tenaga kerja langsung Rp 112.500.000 Rp162.500.000 Rp 275.000.000


5). Anggaran Overhead Pabrik
Anggaran overhead seharusnya memberikan informasi skedul
seluruh biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya overhead seharusnya dipecah
menjadi biaya variabel, dan biaya tetap dengan tarif
ditentukan dimuka. Tarif ini dijadikan dasar untk
mmebebankan biaya overhead terhadap unit yang diprduksi
dalam periode yang bersangkutan. Peritungan yang
menunjukan rencana pengeluaran kas untuk overhead pabrik
seharusnya dibuat untuk keperluan anggaran kas.
(Bambang Hariadi, 1998 : 230)
C o n t o h A n ga ra n O v e r h e a d
PT Sido Ayu
Anggaran Tenaga Kerja Langsung
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2000
Kuartal
1 2 3
Anggaran jam kerja langsung 1.250 16.250 27.500
Tarif overhead pabrik-variabel X Rp 6.000 X Rp 6.000 X Rp 6.000

Anggaran biaya overhead-variabel Rp 67.500.000 Rp 97.500.000 Rp 165.000.000


Anggaran biaya overhead - tetap 100.000.000 100.000.000 200.000.000

Total anggaran biaya overhead Rp 167.500.000 Rp 197.500.000 Rp 365.000.000


Penyusutan 20.000.000 20.000.000 40.000.000

Pengeluaran kas untuk overhead Rp 147.500.000 Rp 177.500.000 Rp 325.000.000


6). Anggaran Persediaan Produk Jadi Akhir

Ada dua alasan mengapa perhitungan ini diperlukan.


Pertama untuk menentukan besarnya harga pokok
penjualan pada anggaran laba dan rugi. Kedua untuk
mengetahui besarnya nilai persediaan.
(Bambang Hariadi, 1998 : 232)
Contoh anggaran persediaan barang jadi akhir

PT. Sido Ayu


Anggaran Persediaan Akhir Barang Jadi Akhir
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2000
Biaya produksi per unit Kuantitas Harga produk Total
Bahan baku 0,2 kg Rp 10.000 per jam 2.000
Tenaga kerja langsung 0,25 jam Rp 10.000 per jam 2.500
Overhead pabrik 0,25 jam Rp 10.500 per jam 2.625
Rp 7.125
Anggaran persediaan produk jadi:
Persdiaan akhir produk jadi dalam unit (lampiran 2) 20.000
Total biaya produksi per unit (lihat di atas) X Rp 7.125
Persediaan akhir produk jadi Rp 142.500.000
ANGGARAN KEUANGAN B
FINANCIAL BUDGET
• (Henry Simamora, 1999:200) • (Hansen Mowen, - 353).
Anggaran keuangan (financial Anggaran keuangan
budget) memperlihatkan (financial budget) memuat
ekspektasi arus kas dan posisi rincian dari arus kas
keuangan dengan kegiatan- masuk dan keluar serta
kegiatan usaha yang terencana. posisi keuangan
keseluruhan.
(Mulyadi, 2001:504) Kesimpulan:
Anggaran keuangan Jadi yang dimaksud
bersangkutan dengan aliran kas Anggaran keuangan
masuk dan kas keluar. adalah anggran yang
berisi mengenai aliran
kas masuk dan keluar,
dan mengenai posisi
keuangan perusahaan.
Arus kas masuk dan keluar yang
direncanakan muncul dalam anggran kas dan
posisi keuangan yang diharapkan, pada akhir
periode anggran diuangkapkan, dalam neraca
dianggarkan (Henry Simamora, 1999:200).

LANJUTAN...
ANGGARAN KEUANGAN TERDIRI ATAS:

Anggaran Anggaran Anggaran


Kas Neraca Laba Rugi
1. ANGGARAN KAS
Dengan mengetahui kapan ada surplus dan defisit kas
maka seorang manajer dapat merencanakan untuk meminjam
kas ketika diperlukan dan membayar ketika kelebihan kas.
Anggaran kas pada umumnya meliputi 4 bagian yaitu
penerimaan kas, pengeluaran kas, kelebihan atau kekurangan
kas, dan yang terakhir bagian keuangan.
Sumber penerimaan kas akan berasal dari penjualan dan
karena sebagian besar proporsi penerimaan tersebut dari penjualan
kredit maka tugas utama perusahaan adalah menentukan pola
penerimaan dari piutangnya. Anggran pengeluaran kas berisi tentang
seluruh pengeluaran kas yang direncanakan dalam periode anggaran,
pembayaran ini akan menyangkut pembelian bahan baku,
pembayaran upah langsung dan biaya overhead. Bagian kelebihan
atau kekurangan kas merupakan selisih antara total kas yang
diperlukan. Bagian terakhir anggaran kas menyediakan data-data
rinci tentang proyeksi pinjaman dan pelunasan kembali yang
dilakukan selama periode anggaran termasuk di dalamnya
pembayaran bunga yang jatuh tempo (Bambang Hariyadi, 1998:233-
234).
Berikut ini adalah contoh anggaran kas
PT. Sido Ayu
Anggaran Kas
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2000
Desember
1 2 3
Saldo kas, awal Rp 82.500.000 Rp 114.150.000 Rp 82.500.000
Penerimaan kas:
Pelunasan piutang (lampiran 1) 440.000.000 700.000.000 1.140.000.000
Total kas tersedia Rp 522.500.000 Rp 814.150.000 Rp 1.222.500.000
Pengeluaran kas:
Bahan baku 70.850.000 Rp 100.675.000 171.525.000
Tenaga kerja langsung 112.500.000 162.500.000 275.000.000
Overhead pabrik 147.500.000 177.500.000 325.000.000
Penjualan dan administrasi 97.500.000 118.000.000 215.500.000
Pembelian peralatan 150.000.000 - 150.000.000
Deviden 50.000.000 40.000.000 100.000.000
Pajak penghasilan
Total pengeluaran Rp 628.350.000 Rp 608.675.000 Rp 1.237.025.000
Kelebihan (kekurangan) kas yang tersedia atas pengeluaran
Keuangan: (105.850.000) 205.475.000 (14.525.000)
Pinjamna awal
Pelunasan kembali Rp 220.000.000 - 220.000.000
Bunga 10% per thn - - -
- (11.000.000) (11.000.000)
Total keuangan Rp 220.000.000 (11.000.000) (Rp 209.000.000)
Saldo kas akhir Rp 114.150.000 Rp 194.475.000 Rp 194.475.000
2). ANGGARAN LABA RUGI
Anggaran ini menjelaskan tentang sampai seberapa
jauh usaha perusahaan menguntungkan dan merupakan
ukuran keberhasilan manajemen. (Bambang Hariyadi,
1998:236)
Berikut ini adalah contoh anggaran laba rugi
PT. Sido Ayu
Anggaran Kas
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2000
Penjualan (10.000 unit@ Rp10.000 dan Rp15.000) Rp 1.300.000.000
Harga pokok penjualan Rp 789.750.000
Laba kotor Rp 510.250.000
Biaya penjualan dan administrasi Rp 215.500.000
Laba hasil operasi Rp 294.750.000
Biaya bunga Rp 11.000.000
Laba bersih sebelum pajak Rp 283.750.000
Taksiran pajak penghasilan Rp 100.000.000
Laba bersih Rp 183.750.000
3). ANGGRAN NERACA
Anggaran neraca pada akhir tahun merupakan
kelanjutan anggaran neraca pada awal tahun yang
disesuaikan dengan data-data anggaran lainnya yang
memuat aktivitas operasional selama tahun berjalan
(Bambang Hariyadi, 1998:237).
Di bawah ini adalah contoh anggaran neraca
PT. Sido Ayu
Neraca
31 Desember 2000
Aktiva
Aktiva lancar
Kas Rp 194.475.000(a)
Piutang dagang 360.000.000(b)
Persediaan bahan baku (1.000kg) 10.000.000(c)
Persediaan barang jadi (20.000 unit) 142.500.000(d)
Total aktiva lancar Rp 706.975.000
Aktiva tetap
Tanah 90.000.000(e)
Gedung dan peralatan 900.000.000(f)
Akumulasi penyusutan (290.000.000)(g)
Nilai buku 700.000.000
Total aktiva Rp 1.406.975.000
Lanjutan...
Utang dan Modal Saham
Utang dagang (bahan baku) Rp 85.475.000
Utang pajak 100.000.000
Utang bank 220.000.000
Modal sendiri
Saham biasa Rp 700.000.000
Laba ditahan 301.500.000
Total modal sendiri 1.069.250.000
Total utang dan modal sendiri Rp 1.406.975.000
PENJELASAN:
a) Saldo kas akhir seperti yang diproyeksikan dalam
sajian 7.11
b) 30% dari penjualan semester, dalam sajian 7.3 (Rp
900.000,00 x 40%) = Rp 360.000.000,00
c) Persediaan akhir bahan baku dari sajian 7.5
d) Lihat sajian 7.8
e) Tidak ada perubahan
f) Selam tahun 2000 ada pembelian aktiva tetap
sebesar 150.000.000
g) Selam tahun 2000 besarnya penyusutaan adalah
40.000.000 sementara salso akumulasi penyusutan
pada awal tahun adalah 250.000.000
h) Ada pembelian bahan baku yang sebagaian
belum terbayar sebesar 85.475.000
i) Modal saham tidak ada perubahan
j) Laba ditahan akhir dapat dihitung sbb :
Saldo awal 31 Desember 19999 217.750.000
Laba bersih (sajian ) 183.750.000
Saldo akhir 31 Des 1999 401.500.000
Deviden 100.000.000
Saldo akhir 301.500.000

Berikut ini akan dibahas mengenai penyusunan


anggaran operasi dalam perusahaan pabrikasi alam
bentuk contoh soal :
Informasi dibawah ini adalah milik PT. KARTIKO ARDI pada tahun 2000

Penjualan menurut unit


A B C
Januari 225 400 700
Februari 200 500 850
Maret 150 600 750

Persediaan akhir barang jadi :


3 Januari 10.000 (biaya Rp. 10 juta)
31 Januari 12.000
28 Februari 11.400
31 Maret 15.700
Biaya tetap per bulan : Gaji pimpinan 1,2 juta
Gaji Penjualan 1,5 juta
Adm dan umum 1,75 juta
Overhead Pabrik :
Bahan tak langsung 2,2 juta
Tenaga kerja tak langsung 8 juta
Pengawas 9,5 juta
Perawatan dan reparasi 0,4 juta
Energi 0,45 juta
Gas dan penerangan 0,20 juta
Penyusutan 1,3 Juta
Pajak-pajak 0,78 Juta
Asuransi 0,55 Juta
Biaya Variabel penjualan (%dari penjualan)
Komisi 6%
Reklame 5%
Piutang ragu-ragu 4%
Tarif Overhead pabrik variabel
Per jam kerja langsung:
Tenaga kerja tak langsung 350
Pajak upah 150
Energi 250
Gas dan penerangan 150
Serba-serbi 75

Data lain-lain :
Harga jual rata-rata per unit 55.000
Biaya bahan perunit 12.500
Persediaan akhir bahan baku 25% dari produksi bulan berikutnya
Persediaan awal bahan baku 25% dari produksi bulan yg bersangkutan
Pemakaian bahan baku 1 unit untuk 1 unit produksi
Produksi bulan april 3000 per unit
Jam kerja langsung 3 jam per unit
Saldo kas per 1 jan 2000 25 juta
Biaya tenaga kerja langsung 3250 per jam

Keterangan:
Semua penjualan yang diterima uangnya dalam bulan yang
bersangkutan kecuali piutang ragu-ragu yg ditaksir sebesar 4%
Pembelian dibayar tunai dan semua biaya dibayar pada bulan yang
bersangkutan
• Jika tarif pajak perseroan 35%, buatlah anggaran :
a. Penjualan (dalam unit dan rupiah)
b. Produksi
c. Tenaga kerja langsung

• Jika perusahaan merugi dalam bulan tertentu anggap saja tidak ada
pembayaran pajak. Tetapi pada bulan-bulan dimana ada laba bersih,
pajak harus dibayar.
Penyelesaian :
1) Anggaran Penjualan
Informasi yang dibutuhkan
- Dalam unit
- Harga jual perunit = 55.000
Anggaran Penjualan
Wilayah Januari PT. KARTIKO ARDI
Februari Maret Total

A 225 200Triwulan I 150 575

B 400 500 600 1500

C 700 600 750 2050

Jumlah 1325 1300 1500 4125


PT KARTIKO ARDI
Dalam rupiah (@60.000)
Wilayah Januari Februari Maret Total
A 12,375 juta 11 juta 8,25 juta 31,625 juta
B 22 juta 27,5 juta 33 juta 82,5 juta
C 38,5 juta 33 juta 41,25 juta 112,75 juta
Jumlah 72,875 juta 71,5 juta 82,5 juta 226,875 juta

Dari daftar diatas dapat dibuat daftar penerimaan kas dari penjualan
seperti dari soal, semua penjualan diterima tunai kecuali piutang ragu-ragu 4%
maka penerimaan dari penjualan 96% dari penjualan.
Januari Februari Maret Total
96% dari penjualan
(dalam ribuan rupiah) 69.960 68.640 79.200 217.808

b) Anggaran produksi
Informasi yang dibutuhkan :
- Anggaran penjualan dalam unit
- Persediaan awal yang diinginkan dalam unit
- Persediaan akhir dalam unit
Anggaran Produksi (dalam unit)
Januari Februari Maret Total
Dari anggaran penjualan 1.325 1.300 1.500 4.125
Persediaan akhir yg diinginkan
(dari soal) 12.500 11.400 15.700 39.600
Sub total 13.825 12.700 17.200 43.725
Persediaan awal (soal) 10.000 12.500 11.400 12.500
Produksi 3.825 200 5.800 31.225
c) Anggaran tenaga kerja langsung
Informasi yang dibutuhkan :
- Anggaran yang dibutuhkan
- Jumlah produk x unit
- Tarif tenaga kerja Januari
per jam Februari Maret Total
Produk (unit) 3.825 200 5.800 31.225
Jam kerja perunit 3x 3x 3x 3x
Total jam kerja 11.475 600 17.400 93.675
Tarif per jam 3.250x 3.250x 3.250x 3.250x

Biaya tenaga kerja langsung 37.293.750 1.950.000 56.550.000 304.443.750


Contoh Penyusunan Anggaran
Pada Perusahaan Jasa
Perusahaan Jasa adalah perusahaan yag kegiatannya menjual jasa
dalam bentuk pelayanan (service) dalam rangka memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi konsumen. Anggaran Perusahaan Jasa adalah anggaran yang
disusun dengan rinci mengenai segala aktivitas yang behubungan dengan
penyampaian jasa dan pendukung lainnya untuk suatu periode waktu tertentu di
masa yang akan datang. Master Budget Perusahaan jasa merupakan kumpulan
anggaran perusahaan yang disusun secara komprehensif membentuk suatu
jaringan kerja dari berbagai jenis anggaran yang saling berhubungan. Penyusunan
anggaran induk perusahaan jasa dimulai dari penyusunan anggaran pendapatan
jasa didasarkan atas taksiran jasa yang diberikan. Anggaran induk perusahaan
jasa terdiri dari Operational Budget dan Financial Budget, Struktur Master Budget
Perusahaan Jasa.
Anggaran
Pendapatan Jasa

Anggaran TK
Anggaran Anggaran
Profesional Beban Beban
dan TK Adm dan
Pendukung
Pemasara
n Umum

Anggaran
Laporan L/R

Anggaran Posisi
Anggaran Kas Keuangan

Gambar : Master Budget Perusahaan Jasa


Contoh Penyusunan Anggaran Perusahaan Jasa
:
Frans seorang akuntan membuka jasa konsultasi di
bidang akuntansi diberi nama FRANS KONSULTAMA
memiliki informasi sampai Desember 2014 sbb :
Keterangan Jumlah (Rp.)
Pendapatan Jasa 400.000.000
Biaya tenaga kerja profesional 160.000.000
Biaya tenaga kerja pendukung 80.000.000
Biaya perlengkapan kantor 25.000.000
Biaya transportasi dan akomodasi 35.000.000
Biaya utilitas 20.000.000
Biaya sewa 22.000.000
Biaya penyusutan aktiva tetap 12.000.000
Untuk mengantisipasi kondisi tahun 2015, Frans menyusun anggaran
dengan memperkirakan hal-hal sbb :
a.Pendapatan jasa akan meningkat minimal sebesar 8%
b.Biaya tenaga kerja profesional akan meningkat sebesar 10%
c.Biaya tenaga kerja pendukungakan meningkat sebesar 6%
d.Biaya perlengkapan dan biaya utilitas akan meningkat sebesar 5%
e.Biaya transportasi dan akomodasi turun sebesar 6%
f.Biaya sewa dan biaya penyusutan tidak ada perubahan
Susunlah Anggaran Laporan L/R untuk Frans Konsultama
periode 2015 !
Penyelesaian :

Keterangan Perhitungan Jumlah (Rp.)


Pendapatan jasa = 1,08 x 400.000.000 432.000.000
Biaya tenaga kerja profesional = 1,10 x 160.000.000 176.000.000
Biaya tenaga kerja pendukung = 1,06 x 80.000.000 84.800.000
Biaya perlengkapan kantor = 1,05 x 25.000.000 26.250.000
Biaya transportasi dan = 0,94 x 35.000.000 32.900.000
akamodasi
Biaya utilitas = 1,05 x 20.000.000 21.000.000
Biaya sewa 22.000.000 22.000.000
Biaya penyusutan aktiva tetap 12.000.000 12.000.000
FRANS KONSULTAMA
Anggaran Laporan Laba Rugi
1 Januari s.d. 31 Desember 2015

Pendapatan jasa Rp. 432.000.000,-


Biaya-biaya :
Biaya tenaga kerja profesional Rp. 176.000.000,-
Biaya tenaga kerja pendukung Rp. 84.800.000,-
Biaya perlengkapankantor Rp. 26.250.000,-
Biaya transportasi dan akomodasi Rp. 32.900.000,-
Biaya utilitas Rp. 21.000.000,-
Biaya sewa Rp. 22.000.000,-
Biaya penyusutan aktiva tetap Rp. 12.000.000,-
Total Biaya Rp. 374.950.000,-
Laba Rp. 37.050.000,-
BAB 10

PENILAIAN KINERJA
KONVENSIONAL
PENDAHULUAN
Menilai seberapa baik aktivitas dilakukan
merupakan hal mendasar bagi usaha manajemen dalam
meningkatkan profitabilitas. Ukuran kinerja tersebut
dirancang atau digunakan karena manajemen memerlukan
untuk menilai seberapa baik aktivitas dilaksanakan dan hasil
akhir yang dicapai dan untuk mengetahui adanya perbaikan
berkelanjutan serta dapat memberikan potensi akan
pengerjaan yang lebih baik, ukuran keuangan dari kinerja juga
memberikan informasi spesifik tentang dampak dolar atas
perubahan kinerja aktivitas, dengan demikian ukuran
keuangan harus mengindikasikan baik penghematan potensial
maupun aktual. (Hansen/Mowen. 1999-483)
Tujuan Pembelajaran
1. Diharapkan dapat mengetahui konsep kinerja
2. Diharapkan dapat mengetahui konsep penilaian
kinerja
3. Diharapkan dapat mengetahui tujuan dan manfaat
kinerja
4. Diharpkan dapat mengetahui tahap-tahap kinerja dan
ukuran kinerja konvensional
5. Diharapkan dapat mengetahui konsep efisiensi dan
produktivitas
1. PENGERTIAN KINERJA
Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atau the degree of accomplishment atau tingkat
pencapaian tujuan organisasi (Keban, 2000)

Government performance and result act yaitu Undang-undang mengenai kinerja dan
produk pemerintahan di AS => pimpinan unit-unit organisasi pemerintah diwajibkan
mengembangkan perencanaan kinerja tahunan yang menggunakan pengukuran kinerja
untuk memperkuat hubungan antara tujuan strategis jangka panjang dan kegiatan
sehari-hari dari manajer dan stafnya ( GAO, dalam Dwiyanto, 2000)

Sandra J Hale (dalam Salusu, 1998) menyatakan : Dua cara utama bagi
organisasi untuk mencapai kinerja yang tinggi, yaitu :

a. Memusatkan pada misi b. Memastikan bahwa seluruh


yang berorientasi pada pegawai dilibatkan sepenuhnya
komitmen dalam mengelola pekerjaannya
Rumler dan brache (dalam Salusu, 1998) mengemukakan tiga
tingkatan kinerja

1) Tingkat organisasi menekankan pada hubungan organisasi


dengan pasar dan fungsi-fungsi utamanya yang tergambar dalam
kerangka dasar struktur organisasi serta mekanisme kerja yang
ada.Variabel yang mempengaruhi kerja organisasi, dimana
pengukurannya perlu memperhatikan struktur organisasi dan
penggunaan atau alokasi sumber daya yang ada secara tepat.

2) Tingkat proses menekankan pada proses kegiatan dan fungsi.


Variabel kinerja pada tingkat ini mencakup kesesuaian proses
kegiatan dengan kebutuhan konsumen, efisiensi dan efektivitas
proses , kesesuaian pengukuran dan tujuan proses dengan
persyaratan yang diinginkan organisasi maupun konsumen.
3) Tingkat tugas atau pelaksana tugas menekankan pada individu-
individu yang melaksanakan proses pekerjaan.Variabel kinerja
pada tingkat ini mencakup sistem penggajian dan promosi.
Standar-standar dan pertanggungjawaban pekerjaan, umpan balik,
penghargaan dan pelatihan.
Tiap-tiap level kinerja tersebut dikombinasikan dengan tiga faktor
kebutuhan kinerja yang menentukan efektivitasnya, yaitu tujuan, desain, dan
manajemen sehingga menghasilkan sembilan variabel kinerja. Sembilan variabel
kinerja menurut Rummler dan Brache (dalam Salusu, 1998) tersebut
digambarkan dalam matrik sebagai berikut :

The Nine Performance


Performance Performance Needs
Level Goals Design Management
Organization Organization Organization Organization
goals design management
Process Process goals Process design Process
management
Job/performance Job goals Job design Job management
Sistem Pengukuran Kinerja Yang Efektif

Keefektifan sistem pengukuran ditentukan


dari kemampuannya memenuhi tujuan dari
pengukuran kinerja
tersebut.(Sellenheim,1991;153)

Faktor sukses penting yang digunakan oleh


manajemen, berikut :

1. Fleksibel utuk 3.Mempertimbangkan faktor non


berubah finansial dan juga faktor finansial
2. Sederhana dan mudah 4.Memberikan penegasan yang
dipahami efektif
Langkah-langkah kunci dalam perancangan sistem pengukuran
kinerja yang efektif meliputi (Tatikonda & Tatikondar, 1998;50)

1 Identifikasi misi dan strategi tujuan

2 Mentranslasikan tujuan kedalam sub tujuan


yang spesifik

3 Pengembangan ukuran yang cocok


Menurut Horgen ukuran kinerja yang efektif dan baik
mempunyai karakteristik ( Horgen et al, 1996;341)

1. Berhubungan dengan tujuan perusahaan


2. Mempunyai perhatian yang seimbang antara jangka
pedek dengan jangka panjang
3. Menggambarkan aktivitas kunci manajemen
4. Dipengarhi oleh tindakan karyawan
5. Mudah dipahami oleh karyawan
6. Dipergunakan dalam evaluasi dan pemberian imbalan
karyawan
7. Bertujuan logis dan merupakan tujuan yang mudah

8. Digunakan secara konsisten dan tertaur


Aspek perilaku dalam pengukuran kinerja

Meskipun tujuan pengukuran kinerja untuk menekan


perilaku yang tidak semestinya dan untuk
mendorong perilaku yang smestinya diinginkan,
pengukuran kinerja juga dapat memicu respon
perilaku yang tidak semestinya dimana orang akan
berusaha memanipulasi informasi dengan mengubah
sifat dan waktu pelaporan agar kinerja yang terlibat
dalam memaksimumkan tujuan pribadinya (Siegel &
Marconi, 1989;209)
Konsep goal congruence merupakan konsep
ideal untuk menyelaraskan tujuan individual
dengan tujuan perusahaan. Penciptaan goal
congruence meliputi banyak faktor, diantaranya
kepemimpinan organisasi yang kuat, kepuasan
kerja, imbalan yang mencukupi, kesempatan
untuk kenaikan jabatan dan lingkungan kerja
yang mendukung (Atkinson et al, 1995;576)
Ukuran kinerja dalam continous
impressment strategy James D. Tarr.
Menurut Tarr, James D (1996) , Presiden J. D. Tarr
Associate Los Angeles Clifornia , suatu perbuatan
organisasi yang setidaknya dipengaruhi oleh pergeseran
penekanan kerja dari action based ke knowledge based,
telah berdampak pada keunggulan kompetitif yang tidak
lagi secara otomatis dapat dipertahankan . Disisi lain
continous improvement process bukan lagi merupakan
suatu pilihan akan tetapi lebih merupakan keharusan
untuk memberikan respon yang cepat dalam
pengembangan knowledge based pada sumber daya yang
dimilikinya.
Perencanaan pengembangan sumber daya
manusia bukan merupakan bagian dalam proses
tujuan dan sering terjadi manipulasi terhadap
kinerja yang bersifat subyektif. Di samping itu
ukuran kinerja lebih merupakan fungsi
manajemen dalam memberdayakan bawahannya
untuk mencapai tujuan kinerja masing-masing.
Lanjutan...

Sistem pengukuran kinerja ini kurang memberikan


insentif bagi para manajer maupun karyawan untuk
melakukan investasi dalam continous improvement
process.

Merupakan suatu perbedaan yang sangat jelas antara


penggunaan teknologi informasi sebagai otomatisasi
serta pengunaan komputer sebagai alat untuk
meningkatkan proses knowledge based dan penyajian
kinerja yang lebih baik.
2. UKURAN KINERJA SEBAGAI
SISTEM YANG TERINTEGRASI
• Suatu ukuran kinerja seringkali dibuat dengan kurang teliti tanpa
memperhatikan terbentuknya suatu sistem ukuran kinerja yang
terintegrasi dan mendukung tujuan organisasi. Banyak organisasi
beranggapan bahwa total dari ukuran kinerja individu dan masing-masing
fungsi dalam organisasi yang dihitung berdasarkan standar kuantitatif,
merupakan indikator keefektifan suatu organisasi. Menurut James D. Tarr
ada beberapa elemen kunci yang dapat memperjelas indikator suatu
sistem ukuran kinerja dikatakan komprehensif, yaitu: ukuran kinerja harus
merupakan suatu sistem yang dibuat sebagai bagian dari implementasi
rencana dari seluruh strategi organisasi. Setiap ukuran kinerja harus
dapat sejalan dan memberikan dukungan terhadap keseluruhan tujuan
organisasi.
• Sistem-sistem ukuran kinerja harus selalu melakukan evaluasi terhadap
hal yang mengkait perubahan tujuan dan strategi organisasi, revisi dari
sistem dan proses serta timbulnya ukuran-ukuran yang bersifat
menghambnat.
3. UKURAN KINERJA MENURUT
D SCOTT SINK DAN GEORGE L
SMITH
Sink, D. Scott dan Smith, L. George (1999) menjelaskan bahwa model
sistem manajemen sebagai mekanisme dalam membangun suatu
improvement cycles yang efektif, adalah merupakan suatu gambaran
proses plan do study act. Sehingga suatu sistem ukuran yang dibangun
hendaknya juga merupakan suatu komponen integral dari
improvement cycles. Sehingga suatu sistem ukuran kinerja merupakan
faktor esensial dalam improvement cycles untuk menuju organisasi
yang lebih baik.
Lanjutan...
Untuk dapat membangun suatu sistem ukuran efektif diperlukan pengetahuan dan
skill sesuai dengan kebutuhan dalam proses improvement cycles dimana proses
tersebut mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

a. Sistem ukuran kinerja akan efektif apabila ada pemahaman sistem organisasi
yang mencakup tujuan, model yang tepat, cara kerja dan kinerjanya, serta
strategi dan kebijakan yang mendasarinya.
b. Perlu adanya hubungan partnership yang jelas sebagai vendor sebagai
perancang sistem dan customer yaitu manajer.
c. Pemahaman dalam karakteristik keputusan dan pelaksanaannya , akan sangat
membantu dalam menjalankan suatu sistem organisasi. Pemahaman ini
merupakan suatu masukan dalam menerjemahkan dalam orientasi hasil yang
spesifik, sehingga indikator ukuran kinerja yang akan lebih spesifik .
d. Pmanfatan terhadap pemahaman sistem ukuran lama untuk membangun
sistem ukuran kinerja yang lebih baik.
4. UKURAN KINERJA DALAM
CONTINOUS IMPROVEMENT
STRATEGY MENURUT
JAMES D TARR
Menurut Tarr, James D (1996), suatu perubahan organisasi dipengaruhi
oleh pergeseran penekanan kerja dari action based ke knowledge
based, dan berdampak pada keunggulan kompetitif yang tidak lagi secara
otomatis dapat dipertahankan. Disisi lain continous improvement
process bukan lagi merupakan suatu pilihan, akan tetapi lebih
merupakan keharusan untuk memberikan respon yang cepat dalam
pengembangan knowledges based pada sumber daya yang dimilikinya.
Oleh karena itu diperlukan adanya sistem pengukuran kinerja yang
tepat untuk mendefinisikan karakteristik kinerja yang dibutuhkan dalam
continous improvement process.
Perencanaan pengembangan sumber daya bukan
merupakan bagian dalam proses tujuan atau dan sering terjadi
manipulasi terhadap kinerja yang bersifat subjektif. Di samping
itu ukuran kinerja lebih merupakan fungsi manajemen dalam
memberdayakan bawahannya untuk mencapai tujuan kinerja
masing-masing.

Sistem ukuran kinerja ini kurang memberikan insentif


bagi para manajer maupun karyawan untuk melakukan investasi
dalm continous improvement process.

Merupakan suatu perbedaan yang sangat jelas antara


penggunaan teknologi informasi sebagai otomatisasi serta
penggunaan komputer sebagai alat untuk meningkatkan proses
knowledges based dan penyajian kinerja yang lebih baik.
5. UKURAN KINERJA SEBAGAI
YANG TERINTEGRASI

Suatu ukuran kinerja seringkali dibuat


dengan kurang lebih tanpa memperhatikan
terbentuknya suatu sistem ukuran kinerja yang
terintegrasidan mendukung tujuan organisasi .
Banyak organisasi beranggapan bahwa total dari
ukuran kinerja individu dan masing-masing fungsi
dalam organisasi yang dihitung berdasarkan standar
kuantitatif, merupakan indikator keefektifan suatu
organisasi.
Lanjutan . . .
Menurut James D. Tarr, setidaknya ada beberapa elemen kunci yang dapat
memperjelas indikator suatu sistem ukuran kinerja dikatakan
komprehensif yaitu :

a. Ukuran kinerja harus merupakan suatu sistem yang dibuat sebagai bagian
dari implementasi rencana dari seluruh nstrategi perusahaan.
b. Setiap ukuran kinerja harus dapat sejalan dan memberikan dukungan
terhadap keseluruhan tujuan perusahaan
c. Sistem dan metodologi ukuran kinerja harus dapat memberikan arah dari
gambaran dari nilai-nilai budaya perusahaan
d. Sistem harus berfokus pada fungsi pengukuran sebagai alat informasi bukan
sebagai alat kontrol.
e. Sistem pengukuran kinerja hendaknya mulai menghilangkan celah yang
dapat memungkinkan timbulnya management judgement.
f. Sistem ukuran kinerja harus selalu melakukan evaluasi terhadap hal yang
menyangkut perubahan tujuan dan strategi perusahaan, revisi dari sistem
dan proses, serta timbulnya ukuran-ukuran yang bersifat menghambat.
6. UKURAN KINERJA MANAJEMEN
OPERASI MENURUT ROBERT
VOKURKA DAN GENE FLIEDER
Menurut Vokura, R dan Fliedner, G, (1995) dari Departement of Business
Analysis Texas A&M University, suatu organisasi akan berusaha untuk
meningkatkan produk, proses dan mencapai tingkat kepuasan konsumen yang
tinggi. Hal ini tentunya memerlukan adanya suatu pengukuran kinerja yang
tidak hanya terbatas pada indikator biaya dan efisiensi saja/lebih jauh dan itu
diperlukan juga pertekanan pada indikator waktu/kualitas/jasa pelayanan yang
diberikan. Pengukuran kinerja ini dilakukan khususnya untuk menggambarkan
kinerja operasi, serta memfokuskan pada ketepatan pemanfaatan sumer daya
proses internal dan desain sistem yang tepat untuk pengendalian dalam proses
continuous improvement. Oleh karena itu di samping pengukuran kinerja
finansial sebagai suatu pendekatan tradisional, diperlukan juga adanya
pengukuran non-finansial sebagai indikator dalam kinerja operasional.
Gambaran tersebut dapat dijabarkan sbb:
1. Evolusi Terhadap Problem-problem Pengukuran Kinerja

Manajemen pada umumnya dalam mengukur sistem operasi lebih didasarkan pada
kinerja hasil yang menekankan pada biaya yang rendah dan tingkat efisiensi.
Namun ukuran kinerja finansial ini tidak dapat mengakomodasi dinamika pasar
yang termasuk juga didalamnya percepatan kompetisi, perubahan teknologi dan
sistem informasi, serta perubahan sosial dalam lingkungan kerja.

2. Perbaikan dalam Pengukuran Kinerja Operasi

Suatu pengukuran kinerja harus dapat mengakomodasi beberapa informasi dari


aktivitas dalam mencapai harapan konsumen dan tujuan strategi yang ditetapan.
Lanjutan . . .
Pengukuran kinerja yang baik harus memiliki kriteria :

• Merupakan penghubung antara operasi dan strategy goals


• Mengintegrasikan informasi yang bersifat finansial dan non
finansial
• Mengukur indikator yang dianggap penting bagi konsumen
• Memotivasi proses operasi untuk berkerja melampaui harapan
konsumen
• Mengidentifikasi dan mengurangi timbulnya pemborosan
• Mengubah fokus organisasi dari birokrasi vertikal yang bersifat
kaku, ke arah yang lebih responsif melalui sistem horisontal
• Mempercepat proses organizational learning dan membangun
konsesus terhadap perubahan harapan konsumen dan strategi
• Menerjemahkan fleksibiitas kedalam pengukuran yang lebih
spesifik
Lanjutan . . .
Dalam proses re-orientasi pengkuran kinerja untuk
mencapai tujuan strategi langkah awal yang harus dilakukan
adalah dengan meninjau kembali ukuran-ukuran yang telah
digunakan. Penegsan terhadap tujuan strategi; Identifikasi
terhadap key success factor yang terkait dengan
pencapaian strategi goals. Identifikasi terhadap trend dari
proses operasi yang berpengaruh terhadap perusahaan;
Menetapkan alternatif maupun revisi ukuran kinerja.
Melakukan penilaian terhadap perubahan budaya kerja
dengan adana ukuran.
B. KONSEP PENGUKURAN KINERJA

Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas


operasional suatu organisasi, bagian operasi, dan karyawannya berdasarkan
sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Sigel & Marconi,
1989:199). Menurut Atkinson adalah pengukuran kinerja dari suatu aktivitas
ataupun suatu rantai nilai (Atkinson et al 1995:46)

Sedangkan Hansen & Mowen membedakan pengukuran kinerja secara


tradisional dan kontemporer. Pengukuran kinerja tradisional dilakukan dengan
membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan ataupun dengan
iaya standar sesuai dengan karakteristik pertanggungjawabannya, sedangkan
pengukuran kinerja kontemporer menggunkan aktivitas sebagi fondasinya.
Ukuran kinerja didesain untuk menilai seberapa baik aktivitas dilakukan dan
dapat mengidentifikasi apakah telah dilakukan perbaikan yang
berkesinambungan (Hansen & Mowen 1995:845)
LANJUTAN . . .
Dapat disimpulkan bahwa manajemen kinerja yang efektif, mengharuskan
adanya perumusan tujuan, pembuatan esain dan manajemen terhadap masing-
masing dari tiga tingkatan kinerja tersebut, dan bahwa tiga tingkatan tersebut
mempunyai ketergantungan satu sama lain.

Kinerja adalah gambar mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan


atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran tujuan misi dan
visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis suatu
organisasi.(Indra Bastian, 2001:329)

Penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur pencapaian


pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasil-hasil yang
ditampilkan berupa produk,jasa ataupun proses. (Indra Bastian, 2001:329)

Penilaian kinerja merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam


melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi. . Oleh karena
itu, informasi akuntansi yang memenuhi kebutuhan tersebut yaitu informasi
akuntansi manajemen. (Mulyadi, 2001:419)
C.TUJUAN DAN MANFAAT PENGUKURAN
KINERJA
Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai tujuan organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
Penilaian kinerja dilakukan pula untuk menekan perilaku yang tidak semestinya
diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta imbalan, baik
yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik.
(Siegel & Marconi, 1989:199)
Tujuan pengukuran kinerja adalah membantu alam penetapan standar
dan target, sarana atau rel untuk kemajuan, memotivasi,
mengkomunikasikan strategi, organisasi dan mempengaruhi perubahan
perilaku. (Tatikonda & Tatikondar, 1998;49)

Pengukuran kinerja bertujuan untuk dapat mengeliminasi aktivitas yang


tidak bernilai tambah dan mengoptimasi aktivitas yang bernilai tambah,
sejalan dengan berkembangnya manajemen aktivitas. (Hansen & Mowen,
1995;855)
Lanjutan . . .
Secara internal pengukuran kinerja
dapat digeneralisasikan dalam tiga
kategori tujuan yang meliputi :

a. Controlling dan redirecting terhadap individu maupun departemen,


digunakan sebagai tinjauan dalam mengukur kinerja dalam jangka pendek.
Tujuan ini akan efektif apabila fokus organisasi merupakan action based
bukannya knowledge based.

b. Feedback untuk menyesuaikan kinerja atu target yang ditetapkan. Tujuan


ini merupakan suatu laporan kinerja dalam jangka menengah, serta
meruoakan informasi dalam melakukan koreksi, menjadi dasar penyusun
rencana, dan pengambilan keputusan baik dalam penyesuaian maupun
dukungan untuk pencapaian strategi janga panjang.

c. Sebagai ukuran dalam membandingkan antara rencana bisnis dan


tujuan strategis, untuk menguji ketepatan dan penyesuaian strategi
organisasi.
D. MANFAAT PENILAIAN KERJA
Menurut Mulyadi :
• Mengelola operasi organisasi secara efektif dan
efisien melalui pemotivasian karyawan secara
1. maksimum
• Membantu pengambilan keputusan yang
bersangkutan dengan karyawan, seperti : promosi,
2.
• transfer, dan pemberhentian
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan
penngembangan karyawan dan untuk menyediakan
3. kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan
• Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai
4. bagaimana atasan mereka menilai kerja mereka

• Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan


5.
1. Mengelola operasi organisasi secara
efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimum.

Motivasi adalah proses prakarsa dilakukannya suatu


tindakan secara sadar dan bertujuab. Akan berbeda kondisi pada
moral karyawan jika pengelolaan perusahaan didasarkan atas
maksimasi motivasi karyawan berrarti membangkitkan dorongan di
dalam diri setiap karyawan untuk mngerahkan usahanya dalam
mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi. Jika setiap
karyawan memahami sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan
dan setiap karyawan melaksanakan internalisasi sasaran perusahaan
secara keseluruhan akan terjadi kesesuaian sasaran individu
karyawan dengan sasaran perusahaan inilah yang akan memotivasi
karyawan untuk mencapai sasaran organisasi (Mulyadi, 2001 : 420)
2. Membantu Pengambilan Keputusan Yang
Bersangkutan Dengan Karyawan Seperti :
Promosi, Transfer, Dan Pemberitahuan

Jika manajemen puncak memutuskan promosi manajer ke


jabatan yng lebih tinggi, mendata hasil evaluasi kinerja yang
diselenggarakan secara periodik akan sangat membantu manajemen
puncak dalam memilih manajer yang memiliki kepantasan untuk
dipromosikan. Begitu pula dengan pengambilan keputusan
penghentian kerja sementara, transfer dan pemutusan hubungan
kerja permanen manajemen puncak mmerlukan data hasil evaluasi
kinerja sebagai salah satu informasi penting yang dipertimbangkan
dalam keputusan tersebut (Mulyadi, 2001 : 422)
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan
pengembangan karyawan dan untuk
mnyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.

Dalam masa kerjanya, perushaan mempunyai kewajiban


untuk mengembangkan karyawannya agar mereka selalu dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan bisnis perusahaan
yang senantiasa berubah dan berkembang. Hasil penilaian kinerja
dapat digunakan untuk mengidentiifkasi kelemahan karyawan dan
untuk mengantisipasi keahlian dan keterampilan yang dituntut oleh
pekerjaan agar dapat memberikan respon yang memadai terhadap
perubahan lingkungan bisnis di msa yang akan datang. (Mulyadi, 2001
: 422)
4. Menyediakan Umpan Balik Bagi
Karyawan Mengenai Bagaimana Atasan
Mereka Menilai Kerja Mereka

Manajer bawah melaksanakan wewenang dengan


mengkonsumsi sumber daya yang dialokasikan kepada mereka.
Penggunaan wewenang dan konsumsi sumber daya dalam
pelaksanaan wewenang ini dipertanggungjawabkan dalam bentuk
pengukurn kinerja. Dengan pengukuran kinerja ini, manajemen atas
memperoleh umpan balik mengenai pelaksanaan wewenang dan
penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan penggunaan wewenang
oleh manajemen bawah. Dilain pihak, penilaian kinerja ini
memberikan umpan balik bagi manajemen bawah mengenai
bagaimana manajemen atas menilai kinerja mereka. (Mulyadi, 2001 :
422)
5. Menyediakan Suatu Dasar Bagi Distribusi
Penghargaan

Penghargaan dapat digolongkan menjadi dua kelompok,


penghargaan intrinsik dan penghagaan ekstrinsik. Penghargaan
intrinsik berupa rasa puas diri yang diperoleh seseorang yang telah
berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan telah
mencapai sasaran tertentu. Penghargaan ekstrinsik terdiri dari
kompensasi yang diberikan kepada karyawan, baik yang berupa
kompensasi langsung, tidak langsung, maupun yang berupa
kompensasi keuangan. Kompensasi langsung adalah pembayaran
langsung berupa gaji atau upah pokok, honorarium lembur dan hari
libur, pembagian laba, pembagian saham dan berbagai bonus lain yang
didasarkan atas kinerja karyawan. Penghargaan tidak langsung adalah
semua pembayaran untuk kesejahteraan karyawan. Penghargaan non
keuangan dapat berupa sesuatu yang ekstra yan diberikan oleh
perusahaan kepada karyawaan. (Mulyadi, 2001 : 423)
E. TAHAP PENGUKURAN KINERJA
KONVENSIONAL

TAHAP
TAHAP
PENILAIA
PERSIAPAN
N
Tahap Persiapan
1. Penetuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggung
jawab. Menurut Mulyadi ada tiga hal yang berkaitan yaitu :
Dalam hal ini akan diuraikan tiga hal yang berkaitan dengan penentuan
daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab :

a. Kriteria Penetapan Tanggungjawab


1) Tanggungjawab harus konsisten dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer atas
pendapatan dan atau biaya. Manajer pusat laba yang memiliki wewenang
mengendalikan pendapatan dan biaya pusat pertangggungjawaban yang dipimpinnya
dapat dimintai pertanggungjawaban atas laba pusat pertanggungjawaban.
2) Batas tanggung jawab harus teliti dan adil. Ruang lingkup tanggung jawab seorang
manajer yang akan diukur kinerjanya harus ditetapkan secara teliti, untuk
menghindari terjadinya tanggung jawab yang tumpang tindih.
3) Untuk mengembangkan pengendalian operasional, daerah pertanggungjawaban yang
dibebankan kepada seorang manajer harus dapat diukur efisiensi dan efekivitasnya
dalam pemenuhan tugas khusus tertentu.
4) Kriteria evaluasi kinerja yang dipilih harus sesuai dengan ruang lingkup tanggung
jawab yang dibebankan kepada manajer. Ukuran kinerja manajer pusat
pertanggungjawaban harus memperhatikan karakteristik kegiatan pusat
pertanggungjawaban tersebut. (Mulyadi, 2001 : 424-425)
b. Tipe Pusat Pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang


dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Suatu
pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang
mengolah masukan menjadi keluaran. (Mulyadi, 2001 : 424-426)

c. Karakteristik Pusat Pertanggungjawaban

Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya


diukur prestasinya atas dasar biayanya. Setiap pusat
pertangungjawaban mengonsumsi masukan dan menghasilkan
keluaran. Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak
perlu diukur dalam wujud pendapatan. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan keluaran pusat biaya tersebut tidak dapat diukur
secara kuantitatif, atau kemungkinan manajer pusat biaya tersebut
tidak dapat bertanggung jawab atas biaya keluaran pusat tersebut.
(Mulyadi, 2001 : 424-427)
2. Penetapan kriteria kinerja bagi setiap pusat
pertanggungjawaban.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sbb :

a. Dapat diukur atau tidaknya kinerja


Tidak semua kinerja dapat diukur secara kuantitatif. Keunggulan produk di pasar,
Lanjutan...
pemanfaatan SDM, kepatuhan perusahaan terhadap semua peraturan
kemasyaratan merupakan ukuran kinerja yang bersifat jangka panjang dan sulit
untuk diukur secara kuantitatif. Sedangkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba ini merupakan kinerja yang dapat diukur secara kuantitatif
b. Rentang waktu sumber daya dan biaya
sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai sasaran tertentu sering kali
memiliki rentang waktu jangka panjang untuk menghasilkan manfaat bagi
perusahaan
c. Bobot yang diperhitungkan atas kriteria
manajer akan memberikan bobot yang besar pada kriteria yang akan digunakan
sebagai pengukuran kinerjanya
(Mulyadi, 2001 : 430)
Lanjutan...
3. Pengukuran kinerja sesungguhnya
Tahap selanjutnya adalah melakukan pengukuran hasil
sesungguhnya bagian atau aktivitas yang menjadi daerah
wewenangnya. Meskipun pengukuran kinerja tampaknya
objektif, dan merupakan kegiatan yang rutin, namun
sering memicu timbunya perilaku yang tidak semestinya
yaitu dengan cara memanipulasi informasi untuk
melindungi diri sendiri dan menguntungkan bagi dirinya
dari manajer atasannya. Perilaku yang tidak semestinya
yang sering muncul antara lain perataan (smoothing),
pencondongan (biasing), permainan (gaming),
pencondongan dan pelanggaran peraturan.
(Mulyadi, 2001 : 433-434)
Tahap panilaian terdiri dari:
1. Pembandingan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya dan pelaporan dengan segera hasilnya.
o Dalam tahap ini evaluasi kinerjanya yaitu hasil pengukuran kinerja
secara periodik kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penyimpangan kinerja sesungguhnya dari
sasaran yang telah ditetapkan akan menunjukan efisiensi dan
efektivitas kinerja manajer yang bertanggungjawab.

2. Penentuan penyebab operasional dan keperilakuan penyimpangan


yang merugikan.
o Setalah tahap pertama dilakukan, maka apabila terjadi penyimpangan
perlu diadakan analisis untuk mengetahui penyebab terjadinya
penyimpangan baik penyimpangan positif maupun negatif sehingga
dapat direncanakan tindakan selanjutnya.
Lanjutan...

3. Pengakuan perilaku dan tindakan yang diinginkan untuk mencegah


terulangnya perilaku yang tidak diinginkann.
o Setelah mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan, maka perlu
diadakannya evaluasi atas perilaku dan hasil yang dicapai dari
perilaku tersbeut. Apabila penyimpangan itu merupakan perilaku yang
tidak diinginkan maka dicegah terulangnya perilaku tersebut yaitu
dengan menegakan perilaku yang diinginkan sehingga sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan melalui penghargaan yang didasarkan
atas kinerja (Mulyadi, 2001).
F. PENGUKURAN KINERJA KONVENSIONAL

1. Ukuran kinerja tunggal


Ukuran kinerja ini digunakan untuk mengukur kinerja, orang akan cenderung
memusatkan usahanya pada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria
yang lain yang sama pentingnya dalam menentukan sukses tidaknya perusahaan.

2. Ukuran kinerja beragam


Dalam ukuran ini yaitu dengan menggunakan beberapa kriteria yang digunakan
untuk mengukur kinerja manajer. Hal ini dilakukan agar para manajer yang
diukur kinerjanya mengarahkan usaha pada berbagai kinerja tidak hanya
berpusat pada satu kinerja.

3. Ukuran kriteri gabungan


Karena disadari bahwa tujuan perusahaan merupakan yang paling penting
dibanding dengan tujuan yang lain oleh sebab itu perusahaan memberikan
bobot yang beragam pada setiap kriteria kerja untuk mendapatkan kriteria
tunggal. (Mulyadi, 2001)
1. Pengukuran Kinerja Pusat Pendapatan

Dalam pengukuran ini, informais akuntansi yang dipakai adalah pemdapatan. Jika pusat
pendapatan hanya menjual produk atau jasanya pada pihak luar perusahaan
pengukuran dapat dilaksanakan dengan mudah. Namun jika pusat pendapatan
mentransfer produk atau jasanya kepada pusat pertanggungjawaban lain akan timbul
masalah yaitu apakah pendapatan dari transfer tersebut diperhitungkan sebagai
pendapatan pusat laba dan pada harga transfer berapa yang diperhitungkan sebagai
beban pertanggungjawaban yang menerima transfer. (Mulyadi, 2001).

2. Pengukuran Kinerja Pusat Lainnya

Informasi akuntansi yang dipakai adalah biaya, dalam pengukuran kinerja


pusat biaya akan timbul berbagai masalah lain ini disebabkan karena tidak
ada biaya yang 100% dapat dikendalikan oleh manajer yang berwenang.
Masalah tersebut antara lain :
a. Masalah perilaku biaya

Hal ini timbul karena kerancuan antara terkendalikan atau tidaknya suatu biaya.
Jika manjer pusat yang memiliki wewenang memadai untuk secara signifikan
mempengaruhi biaya tertentu, maka biaya tersebut merupakan biaya
terkendalikan bagi manajer pusat biaya yang diperhitungkan dalam penentuan
biaya yang menjadi ukuran kinerjanya.

b. Masalah hubungan biaya

Dalam hubungan dengan pusat biaya, biaya dapat dibagi menjadi:


1. Biaya langsung – biaya yang manfaatnya hanya dinikmati oleh pusat biaya
tertentu.
2. Biaya tidak langsung – biaya yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu
pusat biaya.
LANJUTAN
Masalah ini timbul karena sering muncul anggapan bahwa biaya
langsung merupakan biaya terkendalikan dan biaya tidak langsung
merupakan biaya yang tidak terkendalikan, padahal anggapan ini salah.
Dalam pengukuran kinerja pusat biaya baik biaya langsung
maupun tidak langsung dapat diperhitungkan sebagai ukuran kinerja
asalkan merupakan biaya yang terkendali.

c. Masalah jangka waktu

Masalah ini timbul karena ada beberapa biaya yang merupakan biaya terkendali
pada jangka pendek, karena pada dasarnya semua biaya merupakan biaya
terkendalikan pada jangka panjang.

d. Masalah tanggungjawab ganda

Tanggung jawab ganda terjadi apabila seuatu biaya dibawah wewenang lebih dari
satu manajer pusat biaya sehingga timbul masalah siapa yang
memeprtanggungjawabkan biaya tersebut (Mulyadi, 2001).
G. PENGUKURAN KINERJA DARI
ASPEK LAPORAN KEUANGAN

1.Liquidity Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajibannya terhadap utang
jangka pendek. Untuk melakukan analisis likuiditas dapat
menggunakan dua rasio, yaitu:

a. Current Ratio
 Yaitu ratio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan dengan utang jangka pendek. Rumus:
 Current ratio = aktiva lancar
utang lancar
(Mas’ud Machfoedz, 1990)
NERACA PT YUSA
BENTUK NERACA ANALISIS PERBANDINGAN
PER DESEMBER 31 19X3 DAN 19X4
19X3 19X4
AKTIVA
Kas 104.000 100.000
Surat berharga 350.000 300.000
Piutang dagang 500.000 400.000
Persediaan 710.000 600.000
Total Aktiva Lancar 1.664.000 1.400.000
Aktiva tetap 3.220.000 3.600.000
Akm. Peny A.T (800.000) (1.000.000)
Total Aktiva 4.084.000 4.000.000

UTANG
Utang dagang 174.000 120.000
Utang wesel (10%) 220.000 200.000
Pendapatan diterima dimuka 20.000 20.000
Utang pajak 270.000 260.000
Total utang lancar 684.000 600.000
LANJUTAN...

PT YUSA
BENTUK NERACA ANALISIS PERBANDINGAN
PER DESEMBER 31 19X3 DAN 19X4
19X3 19X4
Utang obligasi 1.040.000 1.000.000
Utang hipotik 400.000 400.000
Total utang 2.124.000 2.000.000

MODAL
Modal saham (200.000 lbr) 1.200.000 1.200.000
Laba ditahan 760.000 800.000
Jumlah modal 1.960.000 2.000.000
Jumlah Utang dan Modal 4.084.000 4.000.000
PT YUSA
LABA RUGI LAPORAN RUGI LABA
Periode Tahun 19X4

Penjualan 6.000.000
Harga pokok penjualan (5.110.000)
Laba kotor operasi 890.000
Biaya operasi
Biaya pemasaran 44.000
Biaya adm & umum 80.000
Biaya pembayaran lease 56.000
Biaya penyusutan 200.000
(380.000)
Laba bersih operasional 510.000
Laba diluar usaha 30.000
Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) 540.000
Biaya diluar usaha
Bunga wesel 20.000
Bunga obligasi 80.000
Bunga hipotik 40.000
140.000
Laba sebelum pajak (EBT) 400.000
Pajak penghasilan 40% (40% x Rp 400.000) 160.000
Laba untuk pemegang saham 240.000
Berdasarkan laporan keuangan diatas current ratio untuk
PT Yusa pada 19X4:
Current Ratio =
1.400.000

600.000
= 2,3
kali

Jika telah diketahui bahwa rata-rata ratio lancar


untuk industri yang sejenis adalah sebesar 2,5 kali, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa current ratio PT Yusa
dibawah rata-rata industri sejenis.
Tapi keadaan ini tidak begitu memprihatinkan karena
utang lancar dapat segera dilunasi hanya dengan
menggunakan 1 / 2,3 atau sebesar 43% dari aktiva lancar
(Masud, 1990)
b. Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Rasio ini akan menunjukkan berapa alat
likuiditas yang paling cepat akan bisa digunakan
untuk melunasi utang lancar.
Rumus: Quick ratio = aktiva lancar – persediaan
utang
lancar

Contoh:
Berdasarkan laporan keuangan didepan maka
quick ratio tahun 19X4 adalah sebesar:
Quick ratio =1.400.000 – 600.000
600.000
= 1,3
Lanjutan

Jika rata-rata quick ratio industri sejenis sebesar


1,0 dapat diartikan bahwa PT Yusa memiliki likuiditas lebih
baik dari perusahaan dalam industri yang sama atau PT
Yusa dapat melunasi utang lancarnya tanpa harus menjual
persediaan tunai yaitu cukup dengan mencairkan 1/1,3
dari alat yang paling cepat menjadi kas atau sebesar 77%
dari alat yang paling cepat menjadi kas (Masud, 1990).
Pengukuran Kinerja Dari Aspek Laporan
Keuangan

2. Leverage Ratios
Yaitu perbandingan antara dana yang berasal dari pemilik
dengan dana yang berasal dari kreditur. Leverage ratio juga
memberikan informasi tentang kemampuan pengembalian modal
dan utang jangka panjang sehingga lebih dikenal dengan rasio
solvabilitas. Rasio leverage dibagi menjadi 4 rasio, yaitu:

a. Total debt to total aset ratio (ratio total utang dan aktiva)
 Digunakan untuk mengukur presentase dana yang disediakan oleh kreditur.
Para kreditur lebih menyukai ratio rendah karena keamanan untuk
piutangnya kembali pada saat likuidasi besar, sehingga pihak pemilik
perusahaan menghendaki ratio yang tinggi sebab dengan ratio tinggi berarti
hak mengendalikan perusahaan lebih tinggi.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
 Ratio Utang =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Contoh:
Dari laporan keuangan di depan ratio utang tahun
19X4 adalah sebesar total utang Rp 2.000.000, total aktiva
Rp 4.000.000
2.000.000
Ratio Utang = 4.000.000 = 50%
(Mas’ud Machfoedz, 1990:76)

Jika diketahui bahwa rata-rata ratio utang industri


yang sama atau sejenis sebesar 33%, maka PT YUSA akan
mengalami kesulitan untuk menaikkan dana dari pinjaman,
karena ratio utang PT YUSA sebesar 50% berarti para
kreditur menyediakan separuh dari seluruh pembelanjaan
perusahaan. (Mas,ud Machfoedz, 1990:77)
b. Time Interest Earned
Ratio ini bisa disebut ratio penutup, ratio ini mengukur
seberapa jauh laba bisa turun tanpa mengganggu kewajiban perusahaan
dalam memenuhi beban kepada kreditur yang berupa bunga.
Rumus:
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒋𝒂𝒌 (𝑬𝑩𝑰𝑻)
Ratio Penutup =
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂

Contoh:
Dari laporan keuangan di atas ratio penutup PT YUSA tahun 19X4
adalah
540.000
Ratio Penutup = = 3,9 kali
140.000

Jika ratio industri untuk ratio penutup adalah 8 kali, PT YUSA jauh di
bawah rata-rata ratio industri yang sama, hal ini berarti keamanan untuk
membayar bunga rendah pada PT YUSA, sehingga perusahaan mengalami
kesukaran dalam menaikkan dana dari pihak ke tiga karena bunga yang dibayar
rendah sehingga para kreditur tidak tertarik (Mas’ud Machfoedz, 1990:77).
c. Fixed Charge Coverage
(Ratio Penutup Tetap)
Ratio ini akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan
mempunyai tingkat keamanan atas laba apabila perusahaan harus
membiayai bunga dan sewa jangka panjang.
Rumus:
𝑬𝑩𝑰𝑻+𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒂𝒔𝒆
Ratio Penutup Tetap =
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂+𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒂𝒔𝒆

Contoh:
Dari data di atas maka ratio penutup tetap PT YUSA tahun 19X4
adalah:
540.000+56.000
Ratio Penutup = = 3 kali
140.000+56.000

Apabila ratio industri sejenis sebesar 5,5 kali maka seperti halnya ratio
penutup, ratio penutup tetap pada PT YUSA juga memiliki tingkat yang lebih
rendah dibandingkan dengan ratio untuk industri sejenis, sehingga untuk
menarik utang baru akan mengalami kesulitan (Mas’ud Machfoedz, 1990:78)
d. Cash Flow Coverage
(Penutup Aliran Kas)
Rumus:
𝑨𝒍𝒊𝒓𝒂𝒏 𝑲𝒂𝒔 𝑴𝒂𝒔𝒖𝒌 𝑺𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝑩𝒖𝒏𝒈𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑳𝒆𝒂𝒔𝒆
CFC = 𝑫𝒆𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏 𝑺𝒂𝒉𝒂𝒎 𝑷𝒓𝒊𝒐𝒓𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑷𝒆𝒎𝒃𝒂𝒚𝒂𝒓𝒂𝒏 𝑷𝒐𝒌𝒐𝒌 𝑼𝒕𝒂𝒏𝒈
𝑩𝒆𝒃𝒂𝒏 𝑻𝒆𝒕𝒂𝒑+ +
(𝟏−𝑷) (𝟏−𝑷)

P = Pajak
(Mas’ud Machfoedz, 1990:79)

Contoh:
Jika diketahui PT YUSA mempunyai saham prioritas yang
membutuhkan pembagian deviden per tahun sebesar Rp 24.000 dan pembayaran
utang pokok sebesar Rp 84.000 per tahun. Maka CFC PT YUSA tahun 19X4
adalah sbb:
540.000 +56.000+200.000
CFC = 24.000 84.000 = 2,1 kali
196.000+ (1−0,4)+ (1−0,4)

Artinya perusahaan mempunyai tingkat keamanan kas masuk untuk


membayar seluruh kewajibannya sebesar 48% dari seluruh kas masuk. 48%
yaitu 100% dibagi 2,1 (Mas’ud Machfoedz, 1990:79).
3. Ratio Keuntungan (Profitability Ratios)

Ratio keuntungan digunakan untuk


mengukur seberapa efektif
perusahaan beroperasi sehingga
menghasilkan keuntungan pada
perusahaan
• Laba dibanding penjualan (Profit Margin Sales)
Rumus:
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
Profit Margin =
𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏

Contoh:
PT YUSA pada tahun 19X4 mempunyai profit margin sebesar
240.000
Profit Margin = = 4%
600.000
(Mas’ud Machfoedz, 1990:85-86)

Jika rata-rata industri perusahaan sejenis sebesar 5% ini berarti


bahwa penjualan pada PT YUSA lebih rendah dibanding rata-rata industri
sejenis, hal ini disebabkan mungkin karena harga jual terlalu rendah atau
biaya yang dikeluarkan terlalu boros.
• Ratio Pengembalian Aktiva (ROI)
Ratio ini mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan
sumber ekonomi yang ada untuk mencapai laba.
Rumus:
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
ROI = x 100%
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒌𝒕𝒊𝒗𝒂

Contoh:
PT YUSA memperoleh ROI tahun 19X4 adalah:
240.000
ROI = x 100% = 6%
4.000.000
(Mas’ud Machfoedz, 1990:86)

Apabila ratio rata-rata industri sejenis telah diketahui


sebesar 8% maka ROI PT YUSA lebih rendah dibanding
dengan ratio rata-rata industri, ini berarti PT YUSA dalam
penggunaan aktiva perusahaan kurang efektif.
• Ratio Pengembalian Modal (ROE)
Rumus:
𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
ROE = x 100%
𝑴𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑷𝒆𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌

Contoh:
ROI PT YUSA sebesar:
240.000
ROE = x 100% = 12%
2.000.000

Jika rata-rata industri 15% maka berdasarkan


informasi tersebut dalam penggunaan modal atau
sumber yang lain kurang efektif (Mas’ud
Machfoedz, 1990:86).
4. Laba Residu ( Residual Income)

Salah satu cara memusatkan perhatian pada nilai rupiah


ketimbang pada rasio (seperti terjadi pada ROI) adalah
dengan memakai laba residu untuk mengevaluasi kinerja
divisional.
Laba residu (residual income) adalah kelebihan laba
operasi divisional di atas jumlah minimal laba operasi yang
dikehendaki.
Jumlah minimal laba operasi yang dikehendaki ditentukan
oleh manajemen senior, berdasarkan faktor seperti biaya
pendanaan kegiatan usaha perusahaan.
 Manajemen laba residu dipakai untuk mengukur kinerja, maka
tujuannya adalah untuk memaksimalkan jumlah laba residu,
bukan memaksimalkan keseluruhan angka ROI.
 Mengukur kinerja, maka tujuannya adalah untuk memaksimalkan
jumlah laba residu, bukan memaksimalkan keseluruhan angka
ROI.
 Dalam menilai kinerja dengan memakai metode nilai residu ,
divisi-divisi dibebankan dengan biaya kesempatan dari modal
untuk berbagai kategori aktiva yang mereka pergunaka.
 Biaya-biaya modal yang berlainan dapat dikenakan pada berbagai
kategori aktiva seandainya perusahaan menghendaki masukan
suatu premi resiko kedalam biaya modal untuk berbagai jenis
aktiva.
Laba residu dihitung sebagai berikut :

La𝑏𝑎 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 −


(𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑅𝑂𝐼)

Ketika laba residunya positif, laba dari suatu investasi


pada aset lebih besar daripada ROI yang dikehendaki dan, karena
itu, investasi dianggap menjanjikan. Laba residu negatif
mengindikasikan bahwa imbalan investasi tidak memadai untuk
memenuhi jumlah minimal yang dikehendaki oleh manajemen.
Tatkala laba residu dipakai untuk mengevaluasi kinerja manajer,
tujuannya adalah untuk memaksimalkan jumlah laba residunya
ketimbang imbalan investasi.
Lanjutan...
Laba resdiu memiliki keunggulan dibandingkan dengan
imbalan tingkat investasi karena tingkat ini mencegah kemungkinan
tingkat manajer segmen menolak kesempatan untuk mendulang imbalan
investasi yang dapat diterima bagi perusahaan secara keseluruhan,
namun dibawah ROI pusat investasinya. Dalam metode laba resdiu,
aktiva-aktiva serupa dalam divisi-divisi yang berlainan dibebani biaya
modal yang identik dan karenannya tarif pisah batas identik dalam
divisi-divisi yang berbeda.

Keunggulan utama laba residu sebagai ukuran kinerja adalah


bahwa ukuran ini mempertimbangkan tingkat imbalan minimla maupun
besarnya laba operasi yang didapatkan oleh masing masing individu.
Sebagai ilustrasi aplikasi laba residu, diasumsikan PT Daun
Lontaran mematok 109 sebagai tingkat imbalan minimal atas
aset divisional perusahaan. Laba residu untuk divisi R.S dan
T dari PT Daun Lontaran adalah sebagai berikut:

Divisi R Divisi S Divisi T


Laporan Operasional Rp. 210.000 Rp. 252.000 Rp. 225.000
Divsi

Kurang : Jumlah saldo


laba operasional
sebagai persentase
divisi.

Rp. 1.050.000 x 10% Rp. 105.000


Rp. 2.100.000 x 10% Rp. 210.000
Rp. 1.500.000 x 10% Rp. 150.000
Laba Residu Rp. 105.000 Rp. 42.000 Rp. 75.000
Lanjutan...

Divisi R mempunyai laba residu yang lebih


besar dibandingkan dengan divisi-divisi lainya
walaupun mempunyai laba operasi yang lebih kecil.
Hal ini karena Divisi R mempunyai lebuh sedikit
aset dibandingkan dengan divisi-divisi lainnya.
KETERBATASAN METODE IMBALAN INVESATASI DAN
LABA RESIDU

Keterbatasan metode imbalan investasi dan laba residu walaupun


imbalan investasi (ROI) dan laba residu merupakan cara efektif untuk
mengevaluasi kinerja manajer pusat investasi, kedua metode tersebut
mengandung kelemahan. Karenanya manajemen mengatahui bahwa
laba residu dan imbalan dapat meningkat dalam suatu periode
penjualan konstan dengan memangjas beban-beban,
pengeluaran0pengeluaran kritis seperti beban operasi mesin dan
pemeliharaan, sebagai umpama, boleh saja diabaikan oleh manajemen

Tetapi pengabaian ini dapat menyebabkan kerusakan mesin


produksi dimasa yang akan datang. Selain itu, terlalu bergantung pada
imbalan dan laba residu dapat mengakibatkan penggunaan bahan baku
bermutu rendah dan pengambulan keputusan penjualan yang tidak
tepat utnuk jangka panjang.
G. PENGUKURAN KINERJA DARI
ASPEK PROSES / ANGGARAN

Pengukuran
Efisien Produktivitas
G.1. EFISIENSI
Untuk dapat bersaing, setiap organisasi harus meningkatkan
efisiensinya. Pihak manajemen perlu untuk menilai potensi efekvitas dan
aktual dari keputusan yang dijalankan untuk memperbaiki efisiensi.
Manajemen juga perlu mengawasi dan mengontrol perubahan efisensi.
Total efisiensi produktif adalah suatu titik dimana dua kondisi dipenuhi
 Untuk setiap campuran input yang akan memproduksi output tertentu,
tidak diperlukan input yang berlebihan dari yang dibutuhkan untuk
menghasilkan output input tersebut dipicu oleh relasi teknis sehingga
dirujuk sebagai efisiensi teknis.
 Berdasarkan campuran input yang memenuhi kondisi pertama,
campuran biayanya paling sedikitlah yang dipilih. Kondisi ini dipicu
okeh relasi harga input relatif sehingga dirujuk sebagai efisiensi input.
Pendekatan dalam mengukur efisiensi, yaitu:

A. Pelaporan Biaya Yang Menambah Nilai dan Tidak


Menambah Nilai
Sistem akuntansi suatu perusahaan harus membedakan
antara biaya yang menambah nilai dan tidak menambah nilai.

Biaya yang dinilai = SQ x SP


Biaya yang tidak dinilai = (AQ – SQ) SP

Keterangan:
SQ : kuantitas standar input yang diizinkan untuk output
aktual
SP : Standar harga per unit suatu input
AQ : kuantitas input aktual yang digunakan aktivitas output
Contoh :
Pemicu SQ AQ SP
Aktivitas
Pemakaian 40.000 44.000 40,00
BB
Pengerjaan 0 10.000 9,00
kembali
Persiapan 0 6.000 60,00
Inspeksi 0 4.000 15,00

Jawab :
Laporan biaya-biaya yang menambah nilai dan tidak
menambah nilai
Aktivitas Menambah Nilai Tdk Menambah Aktual
Nilai
Pemakaian BB 1.600.000 160.000 1.760.000
Pengerjaan Kembali 0 360.000 360.000
Persiapan 0 90.000 90.000
Inspeksi 0 60.000 60.000
Total 1.600.000 670.000 2.270.000
B. Pelaporan Trend
Pelaporan ini dilakukan dengan membandingkan biaya
setiap aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah
perbaikan aktivitas yang dinilai dengan pengurangan biaya. Jadi kita
dapat melihat penurunan biaya yang telah menambah nilai dari satu
periode ke periode berikutnya.

Laporan Biaya Trend: biaya yg tidak menambah nilai

Aktivitas 1991 1992 Perubahan


Pemakaian BB 160.000 100.000 60.000
Pengerjaan kembali 360.000 160.000 200.000
Persiapan 90.000 50.000 40.000
Inspeksi 60.000 30.000 30.000
Total 670.000 340.000 330.000
C. Anggaran Fleksibel Aktivitas
Penganggaran fleksibel aktivitas memungkinkan prediksi tentang akan
menjadi apa biaya-biaya aktivitas tersebut ketika pemakaian (output)
aktivitas berubah. Anggaran fleksibel aktivitas menyempurnakan
anggaran trandisional.
Contoh anggaran fleksibel trandisonal
Formula Jam tenaga kerja langsung
Tetap Variabel 10.000 20.000
BB langsung 0 10 100.000 200.000
TK langsung 0 8 80.000 160.000
Perlengkapan 0 2 20.000 40.000
Pemeliharaan 20.000 3 50.000 80.000
Bahan bakar 15.000 1 25.000 35.000
inspeksi 120.000 0 120.000 120.000
Persiapan 16.000 0 16.000 16.000
Penerimaan 22.000 0 22.000 22.000
Total 193.000 24 433.000 673.000
Contoh laporan kinerja berdasarkan aktivitas
Biaya Aktual Biaya yg Varian
Dianggarkan Anggaran

BB langsung 101.000 100.000 1.000


TK langsung 80.000 80.000 0
Perlengkapan 23.500 20.000 3.500
Pemeliharaan 55.000 64.000 9.000
Bahan Bakar 29.000 31.000 2.000
Inspeksi 125.500 132.500 7.000
Persiapan 21.500 20.000 1.500
Penerimaan 24.000 30.000 6.000
Total 459.500 477.500 18.000
1. Komputasi Selisih Biaya Standar dengan Biaya Aktual

Biaya standar memiliki komponen harga (tarif) dan kuantitas


(pemakaian) sehingga perbandingan anatara biaya standar
dengan biaya aktual akan mengakibatkan dua selisih yaitu
selisih harga dan kuantitas.

Rumus Jumlah Selisih Anggaran = (HA x KA) – (HS x KS)

Keterangan:
HA : Harga Aktual HS : Harga Standar
KA : Kuantitas Aktual KS : Kuantitas Standar
Contoh

Diasumsikan bahwa biaya berikut adalah biaya yang diperlukan


untuk memproduksi 100 bungkus roti tawar :
Biaya aktual 14 kg X Rp 2.500 = Rp 60.000
Biaya standar 26 kg X Rp 2.200 = Rp 57.200

Jumlah selisih biaya = Rp. 60.000 – Rp. 37.200


= Rp. 2.800

Jadi, jumlah selisih biaya sebesar Rp. 2.800


2. Selisih Bahan Baku dan Selisih Tenaga Kerja Langsung

a. Selisih Bahan Baku Langsung

Selisih berasal dari dua sumber yaitu:


1. Perbedaan antara kuantitas aktiva bahan baku yang dipakai dan
kuatitas batas standard yang ditetapkan dalam peiode berjalan
2. Perbedaan antara harga aktual yang dibayar untuk bahan baku
dengan harga standar yang diperkenankan selama periode
berjalan
1). Selisih Harga Bahan Baku Langsung

Selisih ini mencerminkan tingkat variasi harga aktual dari harga


standar untuk standar bahan baku sesungguhnya, dibeli atau
digunakan

Rumus yang digunakan:


SHBB = (HAXKA) – (HSXKA)
= (HA-HA) KA
Keterangan:
SHBB : Selisih Harga Bahan Baku
HA : Harga aktual per unit
HS : Harga standar per unit
KA : Kuantitas aktual yang digunakan
Contoh

PT Gelegar telah menentukan bahwa biaya bahan baku standar


adalah sbb:
Harga beli Rp. 348
Biaya angkut 34
Biaya penanganan 8
Potongan pembelian (10)
Rp. 400
Maka berapa selisih harga jika diketahui harga aktual Rp. 370 dan
bahan baku yang dibeli adalah 10.000 kg ?
Penyelesaian :
SHBB = (HAXHS) KA
= (370-400) 10.000
= Rp 300.000
Ini berarti bahwa perusahaan mengeluarkan Rp. 300.000 kecil
dari bahan baku standar untuk bahan baku langsung, sehingga
selisih ini menguntungkan bagi perusahaan.
2). Selisih Kuantitas Bahan Baku Langsung

Selisih ini mengukur perbedaan antara bahan baku langsung


yang sesungguhnya digunakan dengan bahan baku langsung
yang seharusnya dipakai untuk keluaran aktual, standar
kuantitas bahan baku haruslah merefleksikan jumlah yang
dibutuhkan untuk setiap produk yang dirampungkan.

Rumus yang digunakan :


SKBB = (HA x KA) – (HA x KS)
= (KA-KS) HS
Contoh
Dari contoh sebelumnya, diketahui 2 kg untuk membuat setiap
unit produk, karena PT. Gelegar pada periode lalu memproduksi
4000 unit, maka kuantitas standar yang diperkenankan adalah
8000 kg. Penggunaan aktual bahan baku adalah 8300 kg.
Komputasi selisih bahan baku adalah ?
Penyelesaian:
SKBB = (KA-KS) HS
= (8.300-8000) 400
= Rp. 120.000
Selisih ini tidak menguntungkan karena perusahaan
mengkonsumsi 300kg lebih banyak bahan baku daripada yang
diharapkan.
b. Selisih Tenaga Kerja Langsung

Selisih tenaga kerja langsung yaitu membandingkan


biaya tenaga kerja langsung aktual dengan biaya tenaga
kerja langsung standar yang diperkenankan.
Selisih ini berasal dari dua sumber, yaitu:
1. Perbedaan antara jam tenaga kerja aktual dengan jam
kerja standar yang diperkenankan.
2. Perbedaan antara tarif tenaga kerja baik langsung
aktual dengan tarif tenaga kerja langsung standar
yang diperkenankan.
3. Selisih Tarif Tenaga Kerja

Selisih ini memperlihatkan perbedaan antara tarif gaji


aktual dengan tarif standar.
Rumus :
STTK = (TA x JA) – (TS x JA)
= (TA – TS) JA
Keterangan :
STTK : Selisih tarif tenaga kerja
TA : Tarif Fleksibel
TS : Tarif Standar
JA : Jam Kerja Aktual
Contoh
PT. Gelegar menentukan bahwa bagi standar per unit adalah 2
jam pada tarif Rp. 1.200 per jam. Tenaga kerja yang dipakai
aktual semalam bulan ini adalah 8.352 jam pada tarif Rp. 1.240
per jam, maka selisihnya sebesar ?
Penyelesaian :
STTK = (TA – TS) JA
= (Rp. 1.240 – Rp. 1200) 8.352
= Rp. 334.080

Jadi, selisih tarif tenaga kerja tidak menguntungkan


karena perusahaan mengeluarkan Rp. 334.080 lebih besar dari
standar untuk jumlah aktual jam kerja yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja aktual lebih tinggi daripada tarif standar.
4. Selisih Efisiensi Tenaga Kerja/ Selisih Kuantitas Tenaga Kerja

Selisih ini mengukur biaya atau manfaat penggunaan tenaga


kerja untuk penggunaan jam kerja lebih banyak daripada yang
diterapkan oleh standar.
Rumusnya yaitu:
SETK = (JA x TS) – (JS x TS)
= (JA – JS) TS
Keterangan :
SETK = Selisih Efisiensi Tenaga Kerja
JA = Jam Aktual
JS = Jam Standar
TS = Tarif Standar
Contoh

Jika diketahui jam standar adalah 8.000 jam aktual adalah


8.352 sedangkan tarif standar adalah 1.200, maka selisih
efisiensinya adalah?
Penyelesaian :
SETK = (JA – JS) TS
= (8.352 – 8000) Rp, 1.200
= Rp. 422.400
Jadi, PT Gelegar memakai 352 jam kerja lebih banyak
daripada standar yang menyebabkan selisih efisiensi yang
tidak menguntungkan sebesar Rp. 442.400
Lanjutan...

Jadi jumlah selisih tenaga kerja adalah penjumlahan dari selisih tarif
dengan selisih efisiensi.
Yaitu sebesar : Rp 334.080 + 422.400 = Rp 756.480

Akuntansi Selisih Tenaga Kerja


Barang dalam proses (8.000 x 1.200) 9.600.000
Selisih tarif TK (1.240 – 1.200) 334.080
Selisih efisiensi TK (8.352 – 8.000) 422.400
Utang gaji (8.352 – 1.240) 10.356.480

Jurnal Penutup
Biaya Pokok Penjualan 756.480
Selisih tarif TK 334.080
Selisih efisiensi TK 422.400
G.2 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas berkenaan dengan penilaian
kuantitatif terhadap perubahan produktivitas. Tujuannya untuk
menilai apakah efisiensi produksi telah meningkat atau menurun.
Pengukuran produktivitas dapat dikembangkan untuk setiap
input secara terpisah atau untuk semua input bersama-sama.

Rumus untuk menghitung produktivitas yaitu:

Ratio Produktivitas = Keluaran (output)


masukan (input)

Rumus pengukurannya ada dua macam yaitu :


a. Pengukuran produktivitas parsial
b. Pengukuran produktivitas total
a. Pengukuran Produktivitas Parsial
Pengukuran produktivitas parsial yaitu
pengukuran produktivitas untuk satu input pada suatu
waktu. Produktivitas parsial dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Pengukuran Produktivitas Operasional


yaitu jika output dan input diukur dalam kuantitatif fisik.
Ratio = produk yang dihasilkan
jumlah jam tenaga kerja

2. Pengukuran Produktivitas Finansial


yaitu jika output dinyatakan dalam rupiah.
Rasio = harga jual per unit x produk yang dihasilkan
produk dihasilkan
Kelebihan produktivitas Parsial yaitu:
• Memungkinkan manajer memuatkan usahanya
terhadap penggunaan masukan tertentu saja.
• Memudahkan karyawan operasional menentukan
kinerja produktivitasnya
• Untuk kepentingan pengendalian operasional,
seringkali standar kinerja bersifat jangka pendek

Kelemahan Produktivitas Parsial


Penggunaan produktivitas parsial secara terpisah sebagai
ukuran kinerja dapat menyesatkan. Suatu penurunan
produktivitas salah satu masukan kemungkinan diperlukan
untuk menaikkan produktivitas masukan yang lain
(Mulyadi, 2001 : 468)
Contoh

Dalam tahun 1991, divisi X memproduksi 11.000 unit produk dengan


mengkonsumsi 1.100 jam tenaga kerja. Harga jual produk adalah Rp.
2500 per unit, upah tenaga kerja adalah Rp. 10,00 per jam.
Penyelesaian :
a. Produktivitas operasional = 11.000/ 1.100 = 10 unit/jam
b. Produktivitas finansial = (25 x 11.000) : 11.000 = Rp. 25,00
B. Pengukuran Produktivitas Total

Pengukuran produktivitas total yaitu produktivitas untuk


semua input sekaligus.
Pengukuran produktivitas total dapat dilakukan dalam 2
kategori kondisi :
1. Perubahan, Produktivitas tanpa Pertukaran
2. Ukuran produktivitas total dengan
mempertimbangkan pertukaran
1. Perubahan, Produktivitas Tanpa Pertukaran
Contoh
Manajer divisi X melakukan analisis perubahan produktivitas yang terjadi dalam
tahun 1992 dibandingkan dengan tahun 1991. Data keluaran dan masukan
sebagai berikut :

1991 1992
Jumlah produk yang 220.000 220.000
dihasilkan
Jam tenaga kerja yang 22.000 20.000
dipakai
Bahan baku yang dipakai 220.000 176.000
(kg)
Harga jual produk per unit Rp. 25 Rp. 25

Upah tenaga kerja per jam Rp. 10 Rp. 10

Harga pokok per kg (bahan Rp. 5 Rp. 5


baku)
Ratio Produktivitas Operasional

1991 1992
Ratio produktivitas tenaga kerja 10,00 11,00
Produktivitas bahan baku 1,00 1,25

Perhitungan kuantitas masukan tahun 1992 jika tidak ada


perubahan produktivitas

Kuantitas produk Ratio produktivitas Kuantitas bebas


Tahun 1992 Tahun 1991 perubahan
(1) (2) produktivitas
(1)/(2)
Tenaga kerja 220.000 10 22.000
Bahan baku 220.000 1 220.000
Perhitungan Profit Linked Productivity

KBPP KBPP x H KS KS x H PLP


(1) (2) (3) (4) (2)-(4)
Tenaga 22.000 220.000 20.000 200.000 20.000
kerja
Bahan baku 220.000 1.100.000 176.000 875.000 225.000
1.320.000 1.075.000 245.000

Keterangan :
KBPP : Kuantitas Bebas perubahan produksi
KS : Kuantitas sesungguhnya
PLP : profit Linked Productivity
(Mulyadi, 2001:471)
2. Ukuran Produktivitas Total Dengan Mempertimbangkan Pertukaran

Contoh : Divisi A memproduksi berbagai macam produk pertukaran yang terjadi


dalam 2 tahun menunjukkan kenaikan produktivitas tenaga kerja dan energi, tapi
terjadi penurunan produktivitas bahan baku, berikut adalah data yang bersangkutan :

1991 1992
Jumlah produk yang dihasilkan 110.000 120.000
Tenaga kerja yang dipakai (jam) 11.000 10.000

Bahan baku yang dipakai (kg) 110.000 125.000


Energi (Kwh) 100.000 200.000
Produktivitas tenaga kerja 10 12
Peroduktivitas bahan baku 1 996
Produktivitas energi 0,55 960
Harga jual produk per unit Rp. 25 Rp. 25
Upah tenaga kerja per jam Rp. 10 Rp. 10
Biaya bahan baku per kg Rp.5 Rp. 5
Biaya energi dan lain-lain per Rp. 6 Rp. 6
jam
Perhitungan kuantitas masukan tahun 1992 jika tidak ada
perubahan produktivitas

Kuantitas produk Ratio Kuantitas bebas perubahan


Tahun 1992 produktivitas produktivitas
(1) Tahun 1991 (1) (2)
(2)
Tenaga kerja 120.000 10.00 12.000
Bahan baku 120.000 1.00 120.000
energi 120.000 0.55 218.182
Perhitungan Profit Linked Productivity

KBPP KBPP X H KS KS X H PLP


(1) (2) (3) (4) (2)-(4)
Tenaga kerja 12.000 120.000 10.000 100.000 20.000
Bahan baku 120.000 600.000 125.000 625.000 (25.000)
Biaya energi 218.182 1.309.092 200.000 1.200.000 109.092
dll
2.029.092 1.925.000 104.092
G.3 Price Recovery Component
Digunakan untuk mengukur perubahan pendapatan dalam menutup biaya masuk jika
tidak ada perubahan produktivitas.
Contoh: Dari data diatas perhitungan laba sebagai berikut:
1991 1992
Pendapatan penjualan :
110.000 x Rp. 25 2.750.000
120.000 x Rp. 25 3.000.000
Biaya masukan:
Tenaga kerja
11.000 x Rp. 10 110.000
10.000 x Rp. 10 110.000
Bahan baku
110.000 x Rp. 5 550.000
125.000 x Rp. 5 625.000
Energi dll
200.000x Rp. 6 1.200.000
200.000 x Rp 6 1.200.000
Jumlah total biaya masukan 1.860.000 1.925.000
Laba
890.000 1.075.000
Total perubahan laba 1991 dan 1992 sebesar Rp. 185.000
(Rp. 1.075.000 – Rp. 890.000)
Maka
Price recovery component :
Total perubahan laba Rp. 185.000
Profit linked productivity Rp. 104.092
Price recovery component Rp. 80.908

Hal ini menunjukkan bahwa laba tahun 1992 akan naik


sebesar Rp. 80.908 jika tidak terjadi perbaikan produktivitas
dalam tahun tersebut, tapi karena pada tahun 1992 terjadi
perbaikan produktivitas maka laba naik sebesar Rp. 185.000
yaitu
Rp. 104.092 + Rp. 80.908
I. Kelemahan dan kelebihan pengukuran kinerja konvensional

Kelemahan

1. Tolak ukur operasional dan keuangan untuk mengukur


berbagai aktivitas perusahaan pada umumnya bersifat
bottom up
2. Hanya melaporkan apa yang terjadi pada periode yang lalu,
tanpa berusaha menunjukkan bagaimana para manajer dapat
memperbaiki kinerja pada periode berikutnya.
3. Informasi pengukuran kinerja konvensional terpecah-pecah
dan terisolasi
I. Kelemahan dan kelebihan pengukuran kinerja konvensional

4. Walaupun data-data akuntansi dapat merefleksikan dimensi penting


mengenai prestasi manajemen, namun tidak semua dimensi yang
relevan dalam kaitannya dengan prestasi seseorang atau organisasi
dapat diungkapkan secara lengkap oleh informasi keuangan
5. Fungsi biaya ekonomi suatu organisasi jarang diketahui dengan akurat
dan akuntansi hanya berusaha menyatakan dengan harga taksiran
6. Data-data akuntansi hanya mampu memberikan informasi tentang
hasil suatu kegiatan, sedangkan dilain pihak kegiatan manajemen
merupaka hasil proses kegiatan sehari-hari sampai dapat dilihat
sampai hasil akhir
7. Pada dasarnya laporan keuangan memberikan evaluasi prestasi suatu
organisasi hanya dalam jangka pendek.
Kelebihan

1. Setiap manajer bisa bertanggung jawab secara


maksimal terhadap bagiannya masing-masing
2. Tidak terlalu sulit untuk menilai kinerja, karena setiap
bagian berdiri sendiri-sendiri
3. Masalah pembagian penghargaan kinerja tidak rumit,
karena secara individual
BAB XI
PENGUKURAN KINERJA
KONTEMPORER
NENSI FEBRIANI
7211416094
AKUNTANSI B 2016
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan alat ukur prestasi perusahaan yang lebih
sempuna terasa semakin mendesak mengingat makin komplek dan
pesatnya kemajuan perekonomian bangsa-bangsa di dunia dan
semakin terbukanya hubungan antar manusia, antar perusahaan dan
bahkan antar Negara. Dengan kondisi demikian, maka tidak dapat
dihindarkan lagi bahwa alat ukur prestasi suatu unit usaha yang lama
menjadi sangat tradisional dan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan
untuk mengukur dengan tepat suatu kemajuan atau kemunduran
suatu perusahaan (Bambang Hariadi,2002:400)
Lanjutan
Upaya untuk memperbaiki profitabilitas perilaian terhadap
seberapa baik suatu aktivitas atau proses dilaksanakan merupakan
hal yang sangat mendasar bagi manajemen. Ukuran prestasi aktivitas
dapat dinilai atas dasar finansial dan nonfinansial. Ukuran non
keuangan bagi kinerja memainkan peranan penting dalam sistem
akuntansi pertanggungjawaban kotemporer. Perbaikan berkelanjutan
memerlukan evaluasi yang lebih tepat waktu. Untuk mencapainya,
keterlibatan pekerja dalam evaluasi kinerja aktivitas harus
ditingkatkan. (Hansen Mowen, 1997:500)
Lanjutan
Sekarang ini, perusahaan telah memiliki teknik
pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak
dikembangkan oleh organisasi yaitu EVA (Economic
Value Added) dan BSC (Balance Score Card). EVA
dan BSC dianggap oleh beberapa peneliti mempunyai
kemampuan yang lebih baik dari pengukur kinerja
yang lain (Mardiasmo:2002:123).
TUJUAN PEMBELAJARAN
1.Diharapkan dapat mengetahui konsep pengukuran
kinerja kontemporer.
2.Diharapkan dapat mengetahui pengukuran kinerja
kontemporer Economic Value Added (EVA)
3.Diharapkan dapat mengetahui pengukuran kinerja
kotemporter Balance Score Card (BSC).
A.
APLIKASI PENGUKURAN
KINERJA UNTUK UKURAN
NON-KEUANGAN
A. APLIKASI PENGUKURAN KINERJA UNTUK
UKURAN NON-KEUANGAN

Suatu yang diukur diawasi dan diberikan imbalan atau penalti


dapat mempunyai akibat penting pada usaha-usaha organisasi untuk
mencapai tujuannya. Dalam praktek sistem pengendalian manajemen
terbukti bahwa jika seorang atasan tidak menghargai bawahnya maka
kinerja bawahan tidak akan meningkat dan jika kita tidak mengawasinya
maka kinerjanya akan memburuk. Metode penilaian merupakan bagian
penting dalam sistem pengendalian.
Lanjutan
Jika suatu perusahaan hanya dinilai atas dasar ukuran keuangan
atau laba maka perilaku perusahaan dan orang-orang di dalamnya akan
berbeda jika perusahaan dinilai atas dasar penilaian yan lebih komplit
yaitu ukuran keuangan dan nonkeuangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam lingkungan yang dinamis, penilaian prestasi hanya atas
dasar keuangan akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak
menyenangkan.
Lanjutan
Pengendalian terhadap kegiatan opreasional perusahaan dalam
lingkungan dinamis memerlukan sistem informasi yang lebih komplit
dibandingkan dengan akuntansi pertanggungjawaban tradisional
mengingat ada peniliaian atas dasar ukuran non-keuangan, di samping
ukuran keuangan, menjadi penilaian utama kinerja manajemen dalam
lingkungan manufaktur maju. Ukuran tersebut mencakup tentang kualitas
produk (akan disajikan dalarn Bab 10).
Lanjutan
Kecepatan pengiriman produk pada pelanggan, pengendalian
persediaan, pengendalian sisa persediaan dan manajemen mesin dan
pemeliharaan. Walaupun pengendalian biaya masih tetap merupakan
pertimbangan penting, namun perhatian manajemen dalam akuntansi
pertanggungjawaban kontemporer lebih diarahkan pada cost driver yang
menyebabkan suatu biaya terjadi. Pengendalian terhadap faktor-faktor
non-keuangan diyakini pada akhirnya akan memberikan keuntungan
maksimal pada perusahaan.
1. Kinerja Penyampaian Produk
Di samping menekankan pada kualitas produk dan kepuasan
konsumen, kecepatan pengiriman produk pada konsumen menjadi
ukuran adalah lamanya waktu yang diperlukan antara penerimaan
pesanan dan pengiriman produk pada konsumen. Sangat penting bagi
perusahaan untuk dapat menjanjikan jadwal pengiriman yang akurat
pada konsumen ketika pesanan penjualan diterima, tujuannya adalah
pengiriman produk adalah 100% tepat waktu dan pesanan dapat
dipenuhi 100% pada waktunya. Untuk memenuhi tujuan ini
perusahaan harus menetapkan dan menjaga konsistensi dan reliability
dalam proses manufaktur
Lanjutan
Penurunan lamanya pengiriman dari satu bulan menjadi dua bulan
misalnya sangat besar artinya terhadap laba operasi. Siklus ini meliputi
purchase order lead time - waktu yang diperlukan sejak bahan baku dan
spareparts dipesan dan diterima sehingga produksi dapat dimulai,
production cycle time- waktu yang diperlukan bagian produksi untuk
membuat produk tersedia bagi pengiriman pada konsumen, delivery time
waktu yang diperlukan antara penyelesaian produk dan penerimaan
produk tersebut oleh konsumen. Production Cycle time atau
Manufacturing Cycle time (MCE) dapat dihitung dengan rumus:
𝑷𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒎𝒆
MCE =
𝑷𝒓𝒐𝒄𝒆𝒔𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒎𝒆+𝒊𝒏𝒔𝒑𝒆𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏 𝒕𝒊𝒎𝒆+𝒘𝒂𝒊𝒕𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒎𝒆
Lanjutan
Waktu proses adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk
memproses bahan baku menjadi barang jadi dan merupakan aktivitas
penambah nilai. Sementara itu aktivitas lainnya dalam move time,
inspection time dan waiting time merupakan aktivitas bukan penambah
nilai sehingga jika akivitas-aktivitas ini bisa dihilangkan maka hasil
yang ideal bisa dicapai yaitu MCE = 1).
(Bambang Hariadi: 371)
2. Kinerja Pengendalian Persediaan
Dalam lingkungan JIT, perusahaan berusaha menekankan jumlah
persediaan seminimal mungkin. Oleh karena itu, akuntan manajemen
harus menekankan saldo persediaan nihil dan mengkonsentrasikan pada
ukuran ukuran yang dapat mendeteksi mengapa persediaan ada, dan
bukan pada penilaian persediaan yang akurat. Penyimpanan merupakan
aktivitas bukan menambah nilai dan seharusnya dihilangkan. Selama ini,
persediaan merupakan salah satu aset perusahaan yang terbesar dalam
neraca dan akuntan telah terlatih untuk memverifikasi saldo persediaan
dan menghitung nilai total persediaan.
Lanjutan
Masalah persediaan pada dasarnya merupakan hal yang kritikal
terhadap laba perusahaan yang menerapkan JIT. Terdapat tekanan
yang aman berat terhadap ukuran nonkeuangan untuk memperkecil
biaya yang terjadi dalam penanganan dan penyimpanan persediaan.
Akuntan manajemen harus mengembangkan ukuran yang dapat
dipercaya karena salah satu tujuan JIT adalah menggunakan lebih
sedikit pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan bahan baku
perusahaan yang berkualitas dan tepat waktu.
3. Kinerja Pengendalian Sisa Bahan
Dalam konsep tradisional, mengendalikan biaya bahan baku berarti
mencari harga semurah mungkin dengan kualitas yang minimal.
Tanggung jawab atas transaksi ini terletak pada Bagian Pembelian.
Prestasi diukur dengan melakukan analisis selisih harga bahan yang
merupakan perbedaan antara harga standar dengan harga sesungguhnya
barang yang dibeli. Dalam akuntansi PJ kontemporer, penilaian prestasi
diukur atas dasar kualitas bahan baku, ketepatan waktu pengiriman dan
harga yang wajar Mengingat biaya bahan baku merupakan salah satu
elemen biaya yang paling besar, pengendalian biaya bahan sangat
penting.
Lanjutan
Pengendalian terhadap sisa bahan (afval) merupakan salah satu
focus perhatian dalam perusahaan JIT yang tidak menghendaki adanya
sisa bahan dalam proses produksi. Perbedaannya dengan pendekatan
tradisional adalah masih mentolerir adanya sisa bahan dalam batas
normal yang tidak memerlukan tindakan perbaikan. Sementara itu,
pendekatan kontemporer memandang bahwa afval merupakan biaya
bukan penambah nilai. Oleh itu, diperlukan catatan khusus mengenai
afval. Produk cacat dan produk rusak. Setiap ditemui adanya indikasi
avfal, setiap operator mesin diminta segera mencari penyebabnya dan
melakukan tindakan koreksi segera yang bisa dilakukan.
4. Kinerja Pemeliharaan Mesin
Salah satu tantangan yang dihadapi akuntan manajemen dalam
sistem JIT adalah bagaimana agar catatan tentang perawatan mesin dan
kerusakannya dapat terselenggara dengan baik. Pengeluaran modal
dalam perusahaan dengan teknologi tinggi sangat besar, bahkan dalam
neraca seringkali merupakan aset paling besar. Masing-masing peralatan
mempunyai kemampuan dan kualitas yang berbeda-beda sehingga
memerlukan perawatan yang terus-menerus.
Lanjutan

Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam mengukur


kinerja perawatan dan manajemen mesin:
1) Mengevaluasi kinerja kapasitas setiap bagian
mesin.
2) Mengevaluasi kinerja karyawan gudang spareparts
dalam melaksanakan program perawatan
Lanjutan
Setiap mesin harus bekerja dalam toleransi tertentu, jika tidak
maka akan mudah terjadi kerusakan mesin, sehingga mengganggu
proses produksi. Menjaga catatan mengenai operasional mesin tidak
mudah, akan tetapi dengan adanya jaringan komputer yang dapat
mendeteksi setiap perubahan mesin pada masing-masing sel kerja,
pengendalian dapat dilakukan. Akuntan manajemen harus dapat
membantu menyusun format laporan pengendalian yang sesuai dan
menganalisis serta melaporkan penyimpangan yang terjadi pada
karyawan produksi yang bertanggung jawab.
(Bambang Hariadi: 374)
B.
ECONOMIC VALUE ADDED
(EVA)
1. Pengertian dan Konsep Economic Value Added
(EVA)
Salah satu indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja
karyawan di perusahaan adalah Return On Investment (ROI). Selain itu
juga ada indikator lain yang disebut Economic Value Added merupakan
suatu metode baru yang dikembangkan dengan harapan dapat mengatasi
adanya distorsi karena laba yang dilaporkan tidak memasukkan unsur
biaya modal ekvitas kelemahan ini tidak bisa diukur oleh metode (Return
On Investment).
Lanjutan
Menurut pendapat Shown Tully (1993), konsep Economic Value
Added (EVA) memiliki keunggulan tersendiri yaitu tidak memerlukan
analisis perbandingan dengan perusahan sejenis ataupun membuat
analisis trend. Jika Economic Value Added (EVA) > (lebih besar) 0,
maka telah terjadi proses nilai tambah pada perusahaan. Economic
Value added (EVA) = 0 menunjukkan posisi impas perusahaan dan
jika Economic Value Added < 0, maka di dalam perusahana tidak
terjadi proses nilai tambah, karena laba yang tersedia tidak memenuhi
harapan para penyandang dana.
Lanjutan
Metode Economic Valne Added (EVA) mengemukakan suatu
teori yang menganggap bahwa kerusakan tidak mengetahui apakah
operasi perusahaan telah benar-benar menghasilkan nilai tambah
kecuali jika perusahaan menerapkan ongkos total terhadap semua
modal yang digunakan. Economic Value Added (EVA) dihasilkan dari
pendapatan (EBIT) dikurangi pajak dan biaya modal.
Bila hasil perhitungannya positif, maka perusahaan mendapat
tambahan operasi kekayaan.
Bila hasil perhitungannya negatif maka pengoperasi perusahaan
terpaksa akan mengurangi modal.
Lanjutan

Economic Value Added (EVA) dinyatakan dengan rumus:


𝑳𝒂𝒃𝒂 𝒐𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒋𝒂𝒌 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍
EVA = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍 × − =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒅𝒂𝒍
(total modal) x (tingkat pengembalian atas modal – tingkat
biaya modal)
Lanjutan
EVA adalah keuntungan operasional seteiah pajak dikurangi biaya
modal atau merupakan pengukuran pendapatan sisa atau (residian
income) yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. (Teuku
Mirza).
EVA adalah laba operasi setelah pajak (after tax operating income)
yang dikurangi dengan total biaya modal, dimana total biaya modal
dihitung sebagai berikut:
Tingkat Biaya Modal X Total Modal Yang Diinvestasikan
(Stern Steward)

Jadi EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi dengan


biaya modal (cost of capital) yang dipergunakan untuk menghasilkan laba.
a. Penerapan Eva
Contoh Soal:
 PERHITUNGAN EVA
Investasi didasarkan atas nilai aktiva bruto
(1) (2) (3) (4) (5)
Tahun Investasi Laba bersih By. Modal EVA
10%
1 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
2 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
3 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
4 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
5 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
Lanjutan
 PERHITUNGAN EVA
Investasi didasarkan atas aktiva bersih
(1) (2) (3) (4) (5)
Tahun Investasi Laba bersih By. Modal EVA
10%
1 Rp. 300.000 Rp. 40.000 Rp. 30.000 Rp. 10.000
2 Rp. 240.000 Rp. 40.000 Rp. 24.000 Rp. 16.000
3 Rp. 180.000 Rp. 40.000 Rp. 18.000 Rp. 22.000
4 Rp. 120.000 Rp. 40.000 Rp. 12.000 Rp. 28.000
5 Rp. 60.000 Rp. 40.000 Rp. 6.000 Rp. 24.000
b. Laporan Nilai Tambah

Untuk memperoleh laporan nilai


tambah tidak diperlukan perubahan dalam
sistem pencatatan yang selama ini
digunakan. Laporan nilai tambah dapat
dipandang sebagai suatu versi modifikasi
laporan keuangan, khususnya perhitungan
laba/rugi konvensional.
FORMULA NILAI TAMBAH
Nilai Tambah = S-B
Nilai Tambah = W + I + DD + T + DP + R
Keterangan :
S : Penjualan
B : Bahan yang dibeli dari pihak luar
W : Upah dari gaji serta imbalan lainnya
I : Bunga
DD : Dividen
T : Pajak
DP : Penyusutan
R : Laba Ditahan
Lanjutan

Secara sederhana, perhitungan R/L dapat


dinyatakan sebagai berikut :
Laba = S – B – I – W – DP – T

Jika laba dikurangi dengan dividen, maka sisanya


adalah laba yang tidak dibagikan (ditahan) sehingga
persamaannya tersebut menjadi :
R + D = S – B – I – W – DP - T
3. Manfaat EVA
a. Memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan.
b. Membuat para manajer untuk memfokuskan perhatian pada kegiatan yang
menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja
berdasarkan kriteria maksimisasi nilai perusahaan.
c. Mendorong perusahaan untuk lebih memperihatikan kebijaksanaan
struktur modalnya.
d. Mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang pengembaliannya lebih tinggi
dari pada biaya modalnya.
Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, jelas terlihat bahwa EVA terutama sangat


bermanfaat untuk digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan,
dimana fokus penilaian kinerja adalah pada penciptaan nilai (value
creation). Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA
menyebabkan perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan
pemegang saham. Dengan EVA, para manajer akan berpikir dan juga
bertindak seperti hanya pemegang saham, yaitu memilih investasi yang
memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat
biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimalkan.
4. Kelemahan EVA

1. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu.


2. Secara praktis, belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah.
3. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu.
4. EVA belum tentu dapat diterapkan dengan mudah. Proses perhitungan
EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama
untuk perusahaan yang belum go public, sehingga sulit dilakukan dengan
tepat (Siddharta Utama).
5. Keunggulan EVA

1. EVA memfokuskan penilaiannya pada nilai tambah dan memperhitungkan


beban biaya modal sebagai konsekuensi investasi.
2. EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pemanding
seperti standar industri atau data perusahaan lain (Sidhharta Utama)
6. EVA Versus ROI
Pengukuran ROI maupun EVA berhubungan dengan penentuan elemen
aktiva sebagai dasar investasi. Kriteria yang digunakan untuk mengukur elemen
aktiva mempunyai pengaruh terhadap penentuan besarnya investasi yang
digunakan sebagai dasar untuk mengukur ROI dan EVA. Penentuan elemen
aktiva sebagai dasar investasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kas;
Ada dua pendapatan mengenai perlakuan terhadap kas sebagai elemen
investasi, yaitu :
(a) Kas dimasukkan sebagai elemen investasi
(b) Kas tidak dimasukkan sebagai elemen investasi
Jika kas dimasukkan sebagai elemen investasi, maka
masalahnya adalah pada penentuan besarnya kas
sebagai elemen investasi.
Pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan besarnya kas
sebagai elemen investasi adalah :
- Untuk pengukuran prestasi manajemen divisi, kas dibatasi sebesar
kas yang terkendalikan oleh manajer divisi.
- Untuk pegukuran prestasi ekonomi divisi, kas adalah sebesar kas
yang diperlukan oleh divisi sebagai kesatuan ekonomi yang berdiri
sendiri. Sebagi suatu kesatuan ekonomi, kas divisi perlu ditentukan
lebih tinggi daripada saldo kas yang sesungguhnya yang dimiliki oleh
divisi.
Pihak yang tidak memasukkan kas sebagai
elemen investasi, mendasarkan bahwa dasar
investasi terdiri dari modal kerja bersih (tidak
termasuk kas) dan aktiva tetap. Saldo kas
digunakan untuk menghadapi utang lancar, maka
modal kerja bersih hanya terdiri dari piutang,
persediaan dan aktiva tetap.
Piutang;

Jika manajer divisi diberi wewenang untuk melaksanakn penjualan kredit dan
pengumpulan piutangnya, piutang diperhitungan sebagai unsur investasi
sebesar nilai piutang. Jika manager divisi tidak diberi wewenang untuk
mengendalikan piutang, maka piutang yang diperhitungkan ke dalam unsur
investasi dengan menggunakan formula tertentu yang konsisten dengan
periode pembayaran normal, misalnya 20 hari sesudah pengiriman barang.
Persediaan;

Persediaan biasanya dihitung berdasarkan jumlah pada akhir periode. Jika


persediaan produk dibiayai dari uang muka pelanggan, maka uang muka
tersebut dapat digunakan untuk mengurangi persediaan. Begitu juga jika
persediaan dibiayai dengan kredit pemasok atau utang dagang, itupun dapat
digunakan untuk mengurangi persediaan. Perlakuan ini disebabkan karena
uang muka pelanggan dan kredit dari pemasok biasanya tidak memerlukan
biaya modal.
Aktiva Tetap;

Berbagai masalah yang timbul dalam memperhitungkan aktiva tetap ke dalam


elemen investasi, meliputi :
Nilai yang digunakan untuk menghitung investasi
Dalam pengukuran kinerja manajer divisi tersedia dua alternatif untuk
menghitung nilai aktiva tetap ke dalam investasi, yaitu harga perolehan dan nilai
buku aktiva tetap. Apabila yang digunakan nilai buku, maka setiap tahun nilai buku
akan smeakin menurun dengan adanya biaya depresiasi, yang mengakibatkan
investasi semakin mengecil. Akibatnya ukuran kinerja EVA secara konstan
memperlihatkan kenaikan profitabilitas. Jika harga perolehan yang digunakan setiap
tahun nilai aktiva tetap dalam investsi akan tetap jumlahnya,s ehingga EVA akan
sama.
Leased Assets

Kinerja manajer divisi dalam memenuhi kapasitas yang diperlukan divisinya


dengan cara membeli aktiva tetap atau menyewanya, dapat mempengaruhi
EVA divisi yang bersangkutan. Sewa guna merupakan alternatif permbelanjaan
aktiva tetap yang memungkinkan suatu divisi tidak memiliki aktiva tetap sebagi
komponen aktiva, namun hanya memanfaatkan aktiva tetap milik perusahaan
lain yang berusaha dalam bisnis sewa guna.
Dampak sewa guna usaha terhadap pengukuran
kinerja, adalah :

a. Unsur aktiva tetap dalam elemen investasi menjadi


berkurang
b. Unsur biaya depresiasi dalam perhitungan laba menjadi
berkurang, namun diimbangi dengan tambahan biaya
yang timbul sebagai akibat dari sewa guna usaha.
Idle Asset (perlakuan aktiva tetap yang menganggur)
Dalam suatu divisi mungkin ada aktiva tetap yang menganggur.
Perlakuan aktiva yang menganggur dalam suatu divisi dapat digunakan
beberapa alternatif, sebagai berikut :

a. Jika aktiva tetap yang menganggur dalam suatu divisi tersebut tidak
dapat digunakan oleh divisi lain, maka tanggungjawab aktiva tersebut tetap
berada pada manajer divisi yang bersangkutan sehingga aktiva tersebut
harus dimasukkan sebagai elemen investasi divisi yang bersangkutan.

b. Jika aktiva tetap menganggur dalam divisi tersebut dapat digunakan


oleh divisi lain, maka tanggungjawab aktiva tersebut dapat dipindahkan
pada manajer divisi lain yang memanfaatkannya.
Perlakuan aktiva tetap yang investasinya dari utang
jangka panjang
Suatu divisi biasanya menerima modal tetap dari kantor pusat. Bagi divisi yang
penting adalah jumlah dana yang diterimanya, bukan sumber dananya. Tetapi dalam
situasi yang tidak normal, pembiayaan divisi mungkin akan menarik hutang jangka
panjang untuk membelanjai usahanya. Dalam hal ini, beban modal untuk aktiva yang
diperoleh divisi dari hutang jangka panjang dan untuk aktiva yang diperoleh dari kantor
pusat diperhitungkan secara terpisah dalam perhitungan EVA.

Return On Invesment (ROI) dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :

𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒃𝒂
𝑹𝑶𝑰 = 𝒙
𝒊𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏

𝒍𝒂𝒃𝒂
𝑹𝑶𝑰 =
𝒊𝒏𝒗𝒆𝒔𝒕𝒂𝒔𝒊
Lanjutan...
Pendekatan EVA memiliki kriteria yang berbeda
dengan ROI dalam mengukur kinerja, karena EVA
memperhitungkan biaya modal atas ekuitas.
Perhitungan Return On Invesement dan Economic
Value Added dapat diilustrasikan dalam gambar-
gambar berikut :
Gambar 1
Perhitungan ROI dan EVA
Investasi berdasarkan atas Nilai Aktiva Bruto
(2) Investasi
(3) Laba
(1) (nilai (4) Biaya (5) Laba
tunai per (6) ROI
Tahun perolehan depresiasi bersih
tahun
mula-mula)
1 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
2 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
3 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
4 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
5 Rp 300.000 Rp 100.000 Rp 60.000 Rp 40.000 13,33 %
(4) Biaya
(1) (3) Laba
(2) Investasi modal (5) EVA
Tahun bersih
(10%)
1 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
2 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
3 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
4 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000
5 Rp 300.000 Rp 40.000 Rp 30.000 Rp 10.000

Keterangan :
ROI : Laba bersih dibagi investasi mula-mula
Biaya modal : 10% dari investasi mula-mula
EVA : Laba bersih dikurangi biaya modal
C.
BALANCE SCORE CARD
1. Pengertian
Menurut Kaplan dan Norton Balance Scorecard Card adalah :
a) Seperangkat alat ukur penilaian untuk menilai secara lebih
komplit dan fair prestasi suatu organisasi bisnis.
b) Suatu alat ukur yang tidak hanya berorientasi pada laba
jangka pendek tapi juga memperhitungkan laba jangka
panjang.
c) Bukan hanya alat ukur yang bersifat rasional (rational goal
model), tetapi juga memperhatikan dimensi kemanusiaan.
d) Tidak hanya berorientasi kedalam (clossed system), tetapi
bahkan harus berorientasi keluar (open system)
Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa BSC adalah seperangkat ukuran
kinerja yang memberi pandangan sekilas namun komperhensif
tentang bisnis, yang menekankan pada keselarasan tujuan
organisasi dengan faktor kunci kesuksesan.
BSC meliputi tolak ukur keuangan yang menerangkan akibat dani
aktivitas-aktivitas yang telah dilakukan suatu organisasi dan
dilengkapi dengan tolak ukur operasional terhadap kepuasan
pelanggan, proses internal, serta aktivitas inovasi dan perbaikan
organisasi.
2. Kegunaan Balance Score Card
1. Digunakan untuk mengartikulasikan strategi bisnis dan
mengkomunkasikan strategi tersebut.
2. Membantu menyatakan visi setiap anggota organisasi
dan divisi untuk mencapai tujuan bersama.
3. Berusaha menyeimbangkan antara kepentingan individu
dan kelompok dalam suatu langkah bersama sehingga
dapat digunakan sebagai sarana komunikasi, informasi
dan proses belajar.
3. Empat Perspektif pengukuran BSC

Sumber : Robert S. Kaplan dan David C.


Norton, Balance scorecard card, 1996
Keuangan ROCE
Customer
Loyalty
Pelanggan
On Time Delivery

Proses Belajar
Process
Internal Process Quality
Cycle Time

Proses Belajar dan


Employee Skills
Berkembang
A. Perspektif Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan menunjukkan apakah fungsi
perencanaan dan pela anaan dari strategi yang telah
digariskan perusahaan memberikah hasil yang maksimal.
Hasil-hasil ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang
secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang
terukur baik berbentuk Gross Operating Income, Return On
Investment atau bahkan Economic Value Added.
Lanjutan...
Perspektif keuangan tetap merupakan dimensi penting dan
relevan dalam menunjukkan seberapa baik kinerja
perusahaan kepada para pemegang saham, kreditur dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan. Sasaran-sasaran
keuangan bisa sangat berbeda di tiap-tiap tahapan dari
siklus kehidupan bisnis (busines cycle). Kaplan dan Norton
(1996) mengidentifikasi tiga tahap sebagai berikut:
1) Masa Pertumbuhan (Growth)
Tahap pertumbuhan merupakan tahapan awal dari
siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu perusahaan
memiliki produk atau jasa yang secara signifikan tidak
memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang
tingginya tingkat investasi pada tahapan growth, maka
salah satu tolok ukur yang dapat digunakan adalah
tingkat pertumbuhan pendapatan penjualan (growth rate
in revenuesisales).
2) Tahap Bertahan (Sustain)
Pada tahap ini, setelah perusahaan mengalami
masa pertumbuhan, maka dihadapi perusahaan adalah
masa mempertahankan pangsa pasar yang ada,
ditengah-tengah ketatmya persaingan pasar. Tolak ukur
yang digunakan meliputi di antaranya besarnya
pendapatan operasional (operating income), besarnya
laba kotor (gross margin), tingkat pengembalian investasi
(return on capital employed), dan besarnya nilai tambah
(economic value added).
3) Panen (Harvest)
Tahapan ini dicapai oleh perusahaan-perusahaan dalam hal
produk-produk yang dihasilkan telah mencapai titik jenuh.
Perusahaan yang telah mencapai tahap matang dalam siklus
hidupnya akan menuai hasil yang diperoleh dari investasi yang telah
dilakukan pada dua tahap sebelumnya. Oleh sebab itulah maka
tolok ukur yang dapat digunakan antara lain adalah besarnya arus
kas masuk dari kegiatan operasi perusahaan dan tingkat penurunan
kebutuhan modal kerja (reduction rate in working capital
requirement) (Bambang Hariadi: 412).
B. Perspektif Pelanggan
Kepuasan konsumen atau pelanggan dalam menikmati produk
atau jasa perusahaan merupakan variabel penting untuk menilai
kesuksesan suatu perusahaan, oleh karena itu kesuksesan suatu
perusahaan tidak lepas dari pandangan dan persepsi pelanggan.
Secara umum keinginan konsumen tidak sama, mereka memiliki
keunikan keinginan dan nilai yang berbeda-beda terhadap atribut
produk atau jasa. Dałam perspektif konsumen perusahaan
mengidentifikasi segmen pasar dan pelanggan yang ingin dimasuki
untuk mencapai tujuan keuangan yang diinginkan.
Untuk perspektif pelanggan, ada dua kelompok
pengukuran yang
saling berkaitan yaitu:
1). Core Maesurement Group
Yaitu seperangkat indikasi yang mengukur tingkat
kepuasan,loyalitas, retensi, akuisisi, konsumen dan
pasar yang ditargetkan dan customer probilitas, tingkat
keuntungan yang diperoleh dari target pasar yang
dilayani. Unsur-unsur dalam core measurement group
adalah :
Lanjutan...
1. Pangsa pasar (market share), porsi penjualan yang dikuasai
dalam satu segmen tertentu.
2. Perolehan pelanggan (customer acquisition),tingkat kemampuan
perusahaan dalam menarik konsumen baru.
3. Pelanggan yang dipertahankan (customer retention),kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan hubungan dengan
konsumen.
4. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction),tingkat kepuasan
konsumen terhadap kinerja perusahaan.
5. Kemampuasaan pelanggan (customer profitability), tingkat laba
bersih yang dapat dicapai perusahaan dalam satu segmen atau
target pelanggan tertentu.
Market

Customer Customer Customer


Acquisition Profitability Retention

Customer
satisfaction
Lanjutan...
Kepuasan konsumen atau pelanggan dalam menikmati produk
dan jasa perusahaan merupakan variabel penting untuk kesuksesan
suatu perusahaan. Oleh karena itu, strategi perusahaan saat ini
bergeser fokusnya dari intenal ke eksternal, dari produksi ke
pemasaran. Bahwa jika perusahaan ingin mencapai kinerja
keuangan yang unggul dalam jangka panjang, mereka harus
menciptakan suatu produk atau jasa yang bernilai lebih bagi
konsumen.
Dalam perspektif konsumen, perusahaan mengidentifikasi
segmen pasar dan pelanggan yang ingin dimasuki untuk mencapai
tujuan keuangan yang diinginkan. Untuk perspektif pelanggan, ada
dua kelompok pengukuran yang saling berkaitan.
2.Core Measurement Group
Yaitu seperangkat indikasi yang
mengukur tingkat kepuasan (satisfaction),
loyalitas (loyality), retensi (retention), akuisi
(axquistion), konsumen dari pasar yang
ditargetkan dan customer profitability, tingkat
keuntungan yang diperoleh dari target pasar
yang dilayani.
Market

Customer Customer Customer


Acqusition Profitability Retention

Customer
Satisfaction
3) Customer Value Proposition
Adalah kelompok pengukuran nilai pelanggan. Pengukuran ini
disebut sebagai kelompok penunjang karena terdiri dari ukuran
kineja dan performance driven (pemicu kinerja) yang menyangkut
pertanyaan apa yang harus disajikan perusahaan untuk mencapai
tingkat kepuasan, loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang
tinggi.
Value proposition adalah konsep kunci untuk mengerti
penentuan dalam core measurement dari tingkat kepuasan, akuisisi,
retensi dan pangsa pasar (Bambang Hariadi: 416).
Terdapat tiga kategori atribut yang mengatur
costumer value propertion, yaitu:
• Product/Service Atributes (atribut-atribut produk)
Meliputi tiga bagian yaitu fungsi harga mula dan waktu.
• Customer Relationship (hubungan dengan pelanggan)
Untuk mengetahui sampai sejauh mana kualitas hubungan peru
dengan pelanggan. Kualitas ini dipengaruhi oleh adanya komun
yang intens antara perusahaan dan konsumen dalam berbagai bentuk.
• Image and Reputation (citra dan reputasi)
Citra dan reputasi perusahaan beserta produknya di mata pelanggan
dan masyarakat konsumen merupakan indikator penting yang mendapat
penilaian untuk mengetahui kesuksesan seseorang dalam memimpin
perusahaan.
3) Perspektif Proses Bisnis Internal

a) Inovasi
Inovasi adalah unit bisnis yang berusaha menentukan
kebutuhan intern dari pelanggan dan menciptakan produk dan
jasa yang dibutuhkan pelanggan tersebut. Kemampuan
manajemen dalam melakukan proses inovasi dibagi menjadi dua
bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan yaitu:
1. Kemampuan mengidentifikasi pasar.
2. Kemampuan menciptakan produk atau jasa untuk
memenuhan kebutuhan pasar tersebut.
Pengukuran kinerja dalam proses inovasi pada
umumnya sering tidak berkembang dan kurang
mendapatkan perhalian dibandingkan dengan
pengukuran kinerja bagian lain seperti yang
dilakukan dalam proses operasi. Kondisi ini
disebabkan oleh dua hal :
Lanjutan...
1) Pada masa dahulu, ketika perusahaan baru berkembang, titik perhatian
perusahaan terletak pada proses produksi dan bukan pada proses riset dan
pengembangan. Pada saat itu terdapat anggapan bahwa efisiensi hanya
dapat dicapai dengan berproduksi sebanyak-banyaknya dalam volume
tinggi. produksi ini masih bersifat masal untuk memenuhi orang banyak
dalam waktu yang bersamaan.
2) Tidak ada hubungan yang pasti antara input yang digunakan digunakan
atau biaya yang pengeluarannya dalam riset dan pengembangan dengan
output yang diharapkan ada tingkat penjualan dan ditambah lagi output
tersebut membutuhkan waktu yang lama untuk benar-benar mendatangkan
uang bagi perusahaan.
Secara unum upaya yang telah dilakukan untuk
menentukan pengukuran kinerja riset dan pengembangan
yang baku dipusatkan pada tiga indikator yaitu:

1) Hasil secara teknis misalnya jumlah hak paten yang bisa diperoleh
2) Keuntungan penjualan atau keuntungan yang timbul karena riset
dan pengembangan.
3) Penilaian khusus terhadap keberhasilan masing-masing proyek
b) Proses Operasi
Operasi adalah proses untuk membuat dan
menyampaikan produk dan jasa yang dibutuhkan
pelanggan saat ini, proses inilah yang selama ini menjadi
titik berat pengukuran kinerja yang selama ini
dilaksanakan perusahaan. Aktivitas operasi dapat dibagi
menjadi dua bagian utama, yaitu :
 Proses Pembuatan Produk Atau Jasa
Atas dasar konsep value chain yang diperkenalkan oleh Michael
Porter, proses pembuatan produk atau jasa ini dapat dibagi
menjadi dua aktivitas utama, yaitu:

1) Incound logistics adalah aktivitas yang dilakukan yang berkaitan


dengan penerimaan, penyimpanan, dan penyebaran bahan mentah
sampai bahan mentah tersebut dapat digunakan dalam proses
produksi. Contoh dari aktivitas ini adalah: penanganan bahan
mentah, pengendalian persediaan, pengembalian bahan mentah,
pada pemasok dan seterusnya.
2) Operasi adalah perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas dalam
rangka mengubah input (bahan mentah) menjadi barang jadi, contoh
aktivitas yang dilakukan adalah produksi dengan menggunakan
mesin, pengepakan, perakitan, pemeliharaan mesin dan lain-lain.
3) Poses penyampaian produk atau jasa pada langganan
Proses penyampaian produk atau jasa kepada langganan sering
kita sebut dengan istilah aktivitas pemasaran dalam konsep volume chain
yang dikemukakan oleh porter dibagi menjadi dua aktivitas yaitu:

Aktivitas outbound logistic berkaitan dengan aktivitas pengumpulan


penyimpanan, dan mendistribusikan secara fisik barang atau jasa pada
pembeli
Aktivitas penjualan dan pemasaran merupakan aktivitas yang dilakukan
untuk membayar dan sekaligus menyediakan sarana sehingga pelanggan
dapat membeli barang atau jasa tersebut. Contoh aktivitas penjualan dan
penjualan meliputi iklan, promosi, tenaga penjualan, penentuan harga,
pemeliharaan hubungan saluran distribusi dan lain-lain.
 Proses Penjualan Harga Jual
Merupakan jasa pelayanan pada pelanggan, setelah penjualan produk
atau jasa tersebut dilaksanakan, yang termasuk dalam proses ini dalam garansi
dan aktivitas perbaikan, proses pembayaran jika pelanggan menggunakan
kartu kredit serta perlakuan untuk barang yang dikembalikan karena rusak
(Bambang Hariadi,2002:417-426)

Untuk mengukur kepuasan pelanggan maka tolak ukurnya harus


diterjemahkan dalam tolok ukur bisnis internal perusahaan dalam memenuhi
harapan-harapan pelanggan. Kinerja perusahaan dalam perspektif pelanggan
sangat dipengaruhi oleh proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam memuaskan pelanggan.
Untuk mencapai sasaran penurunan waktu produksi, peningkatan
produktivitas, dan keahlian pekerja, maka manajer harus kualitas,
memanfaatkan tolak ukur yang dapat mempengaruhi tindakan-tindakan
para karyawan yang sebagian besar tindakan berlangsung pada tingkat
departemen dan unit kerja di lapangan. Untuk itu, agar suatu ukuran
dapat mencapai sasaran yang dikehendaki, maka tolok ukur tersebut
harus dipisahkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam sejumlah tolok ukur
lokal yang bersifat teknis dan mudah dipahami karyawan pada paling
bawah.
Perbedaan perspektif proses internal bisnis dalam pendekatan
tradisional dan pendekatan balance store card.

Pendekatan tradisional hanya berusaha memfokuskan untuk


mengawasi dan memperbaiki proses bisnis yang sudah ada sekarang
lewat pengukuran pengukuran yang bersifat keuangan, sedangkan
pendekatan nonkeuangan lebih bersifat pelengkap saja Sebaliknya,
pendekatan balance score card akan memperlihatkan semua proses
yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan strategi pernsahaan,
pengukuran yang bersifat keuangan dan non keuangan, meskipun
proses tersebut belum bisa dilaksanakan.
Dalam pendekatan tradisional, sistem pengukuran
kinerja hanya difokuskan pada bagiamana cara
menyampaikan barang atau jasa yang diproduksinya
pelanggan perusahaan sekarang. Sebaliknya dalam
pendekatan BSC menjadi bagian penting dalam
perspektif proses internal bisnis. Perspektif rantai nilai
dalam proses bisnis internal. BSC digambarkan dalam
satu model nilai yang saling terkait dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan seperti yang diperlihatkan berikut:
 Proses Inovasi
Faktor inovasi merupakan bagian penting yang membedakan BSC
dengan lat ukur prestasi yang tradisisonal. Sikap manajer yang inovatif dan
berusaha mencari jalan untuk melakukan aktivitas yang lebih efisien dan efektif
untuk kepentingan perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang
merupakan salah satu penilaian positif alam mengukur prestasinya.
Kemampuan manajemen dalam melakukan proses inovasi dibagi menjadi dua
bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu:
a) Kemampuan mengdentifikasi pasar
b) Kemampuan menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
pasar tersebut.
 Proses Operasi
Proses operasi perusahaan mencerminkan
aktivitas yang dilakukan perusahaan yang dimulai
sejak adanya penerimaan order dari pelanggan
sampai dengan saat produk atau jasa tersebut
dikirimkan pada pelanggan.
 Proses Pembuatan Produk atau Jasa
Atas dasar konsep value chain yang diperkenalkan oleh Michael Porter,
proses pembuatan produk atau jasa ini dapat dibagi menjadi dua aktivitas
utama, yaitu inbound logistics dan operation. Inbound logistics adalah aktivitas-
aktivitas yang dilakukan yang berkaitan dengan penerimaan, penyimpanan dan
penyebaran bahan mentah sampai bahan mentah tersebut dapat digunakan
dalam proses produksi. Sedangkan dalam operasi perusahaan melakukan
aktivitas-aktivitas dalam rangka mengubah input (bahan mentah) menjadi
barang jadi. Contoh aktivítas-aktivitas yang dilakukan adalah produksi dengan
menggunakan mesin, pengepakan, perakitan, pemeliharaan mesin, testing,
dan lain-lain.
 Proses Penyampaian Produk atau Jasa pada
Pelanggan
1. Aktivitas outbound logistic
Aktivitas outbound logistic berkaitan dengan aktivitas pengumpulan, penyimpanan dan
mendistribusikan secara fisik barang atau jasa pada pembeli.
2. Aktivitas penjualan dan pemasaran
Aktivitas penjualan dan pemasaran merupakan aktivitas yang dilakukan untuk membujuk dan
sekaligus menyediakan sarana, sehingga pelanggan dapat membeli barang atau jasa tersebut.
Contoh aktivitas penjualan dan pemasaran meliputi iklan, promosi, tenaga penjualan penentuan
harga, pemeliharaan hubungan saluran distribusi dan lain-lain.
3. Proses Pelayanan Purnajual
Aktivitas akhir yang terdapat dalam konsep value chain-nya porter adalah proses pelayanan
purna jual (sales after service). Termasuk dalam proses ini adalah garansi dan aktivitas
perbaikan, proses pembayaran jika pelanggan menggunakan kartu kredit serta perlakuan untuk
barang yang dikembalikan dan rusak.
4. Perspektif Proses Belajar dan
Berkembang
Setiap organisasi yang didirikan dimaksudkan akan hidup dan tumbuh
terus dalam melayani stakeholders. Dalam memenuhi kehendak tersebut,
perushaan akan selalu dihadapkan pada tantangan terus-menerus yang selalu
berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, setiap manajer akan selalu
mengalami proses belajar berkembang, terpaksa atau sukarela, dalam
mengikuti perkembangan perusahaan. Proses belajar dan perkembangan
organisasi bersumber dari 3 pihak yaitu: people, system, dan organizational
procedure.
 Kepuasan Pekerja
Merupakan prakondisi dari tingkat produkivitas, tanggung jawab kualitas, dan
customer service. Untuk mengetahui tingkat kepuasaan pekerja, perusahaan-
perusahaan perlu melakukan survei secara reguler. Beberapa elemen dalam employee
satisfaction adalah:
Keterlibatan dalam pengambilan keputusan
Pengakuan
Akses untuk memperoleh informasi
Dorongan aktif untuk melakukan kreativitas dan inisiatif
Dukungan atasan
Retensi Pekerja
Adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan pekerja- pekerja
terbaiknya untuk terus bekerja dan berprestasi dalam organisasi. Perusahaan yang
telah mengeluarkan dana besar untuk investasi dalam sumber daya manusianya, akan
bekerja sia-sia apabila tidak dapat mempertahankan pegawainya untuk seterusnya
meniti karir dalam perusahaan.
 Produktivitas Pekerja
Keberhasilan perusahaan dalam menata tim manajemen yangtangguh
dan mampu mempertahankan anggota organisasi terbaik selama mungkin,
merupakan suatu indikasi kuat kesuksesan manajer dalam memimpin
perusahaan. Produktivitas pekerja merupakan hasil pengaruh aggregat dari
peningkatan keahlian dan moral, inovasi, perbaikan proses internal dan tingkat
kepuasan konsumen. Dengan demikian, pengukuran produktivitas tidak hanya
sekedar mengukur hasil aktivitas akan tetapi juga melihat proses aktivitas yang
dilakukan manajemen untuk memuaskan konsumen.
(Bambang Hariadi: 435)
5. Kesalahan Penerapan BSC

Suatu hal yang harus dihormati agar BSC dapat mencapai hasil yang optimal
adalah berusaha menghindarkan adanya salah pengertian yang sering terjadi dalam
memahami konsep BSC seperti:

BSC adalah mekanisme implementasi strategi dan bukan untuk formulasi strategi.

BSC dapat diimplentasikan sampai tingkat operasional, tapi harus tetap


berwawasan strategis dan bukan operasional.

BSC digunakan untuk mengivestasikan dan mengkomunikasikan sistem dan


bukan mengontrol sistem. (Bambang Hariadi,2002:431)
6. Keunggulan Metode BSC
Keunggulan BSC dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional
adalah sebagai berikut:
Tolok ukur operasional dan keuangan yang digunakan dalam alat
tradisional untuk mengukur dalam alat tradisional untuk mengukur berbagai
aktivitas perusahaan pada umumnya bersifat bottom up, sebaliknya empat
himpunan tolak ukur dalam BSC disusun dengan landasan yang jelas, berkiblat
pada tujuan strategik dan situasi persaingan. Fokus BSC yang ditujukan hanya
pada beberapa indikator kunci membantu untuk memuaskan perhatian pada
visi dan misi strategi
Pengukuran kinerja tradisional hanya melaporkan apa yang
telah terjadi pada periode yang lalu tanpa berusaha menunjukkan
bagaimana para manajer dapat memperbaiki kinerja pada periode
berikutnya, sebaliknya BSC berfungsi sebagai conerstone
keberhasilan perusahaan pada masa kini dan masa yang akan
datang.
Informasi pengukuran kinerja tradisional terpecah-pecah dan
terisolasi dibandingkan dengan informasi yang diungkapkan oleh
himpunan tolok ukur keuangan seperti laba operasional.
(Bambang Hariadi, 2002: 432)
TAMBAHAN.
CONTOH PERHITUNGAN
EVA
LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHITUNG EVA
EVA merupakan hasil pengurangan tota biaya modal terhadap laba operasi setelah
pajak. Biaya modal sendiri dapat berupa cost of debt dan cost of equity.

EVA = NOPAT – (Capital x c) atau


EVA = (r-c) x Capital

Definisi :
• NOPAT (Net Operating After Tax) adalah laba bersih (Net income after Tax)
ditambah bunga setelah pajak.
• C = biaya capital adalah biaya bunga pinjaman dan biaya ekuitas yang
digunakan untuk menghasilkan NOPAT tersebut dan dihitung secara rata-rata
tertimbang (WACC).
• R = tingkat balikan capital (Rate Of Return), yaitu NOPAT/C
• C = Jumlah dana yang tersedia bagi perusahaan untuk membiayai
perusahaannya.
1. Menghitung NOPAT (Net Operating After Tax)

Rumus : NOPAT = Laba (Rugi) Usaha – Pajak


Definisi :
• Laba usaha adalah laba operasi perusahaan dari suatu current operating yang
merupakan laba sebelum bunga.
• Pajak disini adalah yang digunakan dalam perhitungan EVA adalah pengorbanan yang
dileuarkan oleh perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut.

2. Menghitung Invested Capital

Rumus : Invested Capital = (Total Hutang + Ekuitas) – Hutang Jangka Pendek


Definisi :
• Total hutang + ekuitas menunjukkan beberapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang.
• Penjaminan janka pendek tanpa bunga merupakan pinjaman yang digunakan
perusahaan yang pelunasan maupun pembayarannya akan dilakukan dalam jangka
pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan, dan atas pinjaman itu tidak dikenal bunga, seperti hutang usaha,
hutang pajak, biaya yang masih dibayar, dan lain-lain.
3. Menghitung WACC (Weighted Average Cost Of Capital)

Rumus : WACC = [(D x rd) (1-tax) + (E x re)]


Dimana :
• Total Hutang
Tingkat Modal (D) = ————————— x 100 %
Total Hutang dan Ekuitas

• Beban bunga
Cost of Debt (rd) = ——————— x 100 %
Total Hutang

• Total Ekuitas
Tingkat Modal / Ekuitas (E) = —————————— x 100 %
Total Hutang dan Ekuitas

• Laba bersih setelah pajak


Cost of Equity (re) = ———————————- x 100 %
Total Ekuitas

• Beban pajak
Tingkat Pajak (Tax) = ———————————– x 100 %
Laba Bersih sebelum pajak
4. Menghitung-Capital-Charges

Rumus:
Capital Charges = WACC x Invested Capital

5. Menghitung-Economic-Value-Added (EVA)

Rumus :
EVA = NOPAT – Capital charges
atau
EVA = NOPAT – (WACC x Invested Capital )
CONTOH PERHITUNGAN EVA
LAPORAN PERHITUNGAN EVA
PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk TH 2013

1. Menghitung Nopat
Rumus = Laba Bersih Setelah Pajak ( EAT ) + Biaya Bunga
= 3.414.886 + 1.088.505
= 4.503.391

2. Menghitung Investor Capital


Rumus = ( Total Hutang + Equitas ) – Pinjaman JK. Pendek Tanpa Bunga
= ( 39.719.660 + 38.373.129 ) – 19.471.309
= 58.621.480
Lanjutan…
3. Menghitung Cost Of Debt
Rumus = Biaya Bunga / Jumlah Hutang JK. Panjang
= 1.088.505 / 15.324.315
= 0,071

4. Menghitung Cost Of Equity


Rumus = Laba Bersih Per Lembar Saham ( EPS ) / Harga Per Lembar
Saham ( PER )
= 285 / 100
= 2,85
Lanjutan…
5. Menghitung WACC ( Weight Average Capital  D = ( Total Debt / Total D & E ) x 100%
Cost ) = (39.719.660 / 78.092.789 ) x 100%
= 51%
Rumus :  Tax = ( Tax / EBT ) x 100%
{D x rd ( 1 – Tax ) + ( E x re )} = ( 1.252.072 / 4.666.958 ) x 100%
= 27%
D = ( Total Debt / Total Debt & Equity ) x  E = ( Total Equity / Total H & E ) x 100%
100% = ( 38.373.129 / 78.092.789 ) x 100%
Tax = ( Tax / Earn Before Tax ) x 100% = 49%
E = ( Total Equity / Total Debt & Equity ) x
100%  WACC = {D x rd ( 1 – Tax ) + ( E x re )}
rd = Cost of Debit ( 7% ) = {51% x 7% ( 1 – 27% ) + ( 49% x 2.85% )}
re = Cost of Equity ( 2,85% ) = {51% x 7% ( 73% ) + ( 49% x 2.85% )}
= { 51% x 5,1% + ( 49% x 2.85% )}
= { 2.6% + 1.4% }
= 4%
Lanjutan…
6. Menghitung Capital Charge
Rumus = Investor Capital x WACC
= 58.621.480 x 4%
= 2.344.859

7. Menghitung EVA
Rumus = Nopat – Capital Charge
= 4.503.391 – 2.344.859
= 2.158.532
Lanjutan…
Analisis :

EVA > 1, maka biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2013 memberikan nilai positif yaitu
berupa benefit atau laba bagi perusahaan, yang berarti kinerja
keuangan yang dicapai PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dapat
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kinerja keuangan
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dikatakan baik.
Sumber Materi Tambahan:

• https://ratihpratiwi13.wordpress.com/2015/04/25/laporan-
perhitungan-eva-pt-indofood-sukses-makmur-tbk-th-2013/
• http://akuntan-si.blogspot.com/2011/10/alat-ukur-kinerja-
perusahaan-eva.html
BAB 12
PENILAIAN KINERJA
KESEHATAN BANK
DAN KOPERASI
SIMPAN PINJAM (KSP)
A.
PENGUKURAN
KINERJA
905
1. PENGERTIAN KINERJA

▰ Kinerja merupakan bentuk dari kegiatan yang dijalankan


oleh masing-masing orang dalam kaitannya untuk
mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Setiap orang
berkepentingan dalam menjalankan rutinitas sebagai
aktivitas kerjanya.
▰ Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI,1996: 271)
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan melakukan
analisa dan pengevaluasian terhadap laporan keuangan
perusahaan.

906
Untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
perusahaan di masa yang akan datang, kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo,
kemampuan membayar deviden, upah, pergerakan harga sekuritas
perusahaan, kinerja keuangan dan posisi keuangan perusahaan di
masa lalu seringkali digunakan sebagai pedoman. Istilah kinerja
perusahaan cenderung dikaitkan dengan kondisi keuangan
perusahaan bahwa sebuah perusahaan dengan pengukuran-
pengukuran keuangan mampu memberikan hasil yang memuaskan
setidak-tidaknya bagi pemilik saham perusahaan itu maupun bagi
karyawannya.
(Munawir, 2002: 73).

907
2. PENGERTIAN PENGUKURAN
KINERJA
 Pengukuran kinerja dapat diartikan sebagai penentuan secara
periodik efektivitas operasional suatu perusahaan, bagian
organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena organisasi
pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka pengukuran
kinerja sesungguhnya merupakan pengukuran atas aktivitas
manusia dalam melaksanakan peran yang mereka mainkan di
dalam organisasi (Mulyadi, 2001: 416).
 Pengukuran kinerja itu sendiri didesain untuk menilai seberapa
baik aktivitas dan dapat mengidentifikasi apakah telah dilakukan
perbaikan yang berkesinambungan (Hansen dan Mowen, 2004:
493).
908
3. TUJUAN PENGUKURAN
KINERJA
 Tujuan pokok pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi
karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya,
agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar
dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan dalam anggaran (Mulyadi, 2001: 416).
 Pengukuran kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku
yang semestinya diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja
pada waktunya serta penghargaan, baik yang bersifat intrinsik
maupun ekstrinsik.
909
Dalam suatu perusahaan, pemberian penghargaan
didasarkan atas kinerja yang baik. Untuk itu dengan adanya
pengukuran kinerja, manajemen puncak dapat memperoleh
keterangan obyektif sehingga kompensasi yang diberikan kepada
karyawan benar-benar berdasarkan pada besarnya peran
karyawan untuk memajukan perusahaan.
Jika karyawan merasakan bahwa terdapat kemungkinan
yang tinggi pada suatu kinerja yang baik akan mendapat
penghargaan yang baik pula dari perusahaan, maka karyawan
akan termotivasi untuk terus meningkatkan kinerjanya untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

910
4. MANFAAT PENGUKURAN
KINERJA
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan
karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi
program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
(Mulyadi, 2001: 416) 911
B.
PENILAIAN
KINERJA
KESEHATAN 912
1. PENGERTIAN BANK

▰ Menurut Darmawi (2006:47) fungsi-fungsi yang dilakukan


bank umum antara lain menghimpun dana masyarakat,
memberikan kredit, melakukan mekanisme pembayaran,
menciptakan uang giral, memfasilitasi perdagangan luar
negeri, memberi jasa trusty, menyediakan jasa yang
bersifat off balance sheet.

913
Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari


masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

914
Menurut Kasmir (2010:11)
91
5

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya


adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat
serta memberikan jasa bank lainnya.
Kesimpulan
91
6

Bank dalam memberikan usaha terutama dalam bentuk simpanan yang


merupakan sumber dana bank, demikian juga dengan sisi penyaluran
dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya bagi pemilik bank tetapi juga kegiatannya itu harus
pula diarahkan pada taraf hidup rakyat banyak. Dan bank menjalankan
fungsinya yang terkait dengan pengumpulan dana, pengalokasian dana,
serta penyediaan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
2. PENGERTIAN KINERJA
BANK

▰ Menurut Abdullah (2005:120) kinerja bank adalah


gambaran pencapaian bank dalam pelaksanaan
operasional secara bank keseluruhan baik aspek keuangan
bank maupun tata kelola pada bank. Analisis kinerja bank
perlu dilakukan secara menyeluruh tidak hanya analisis
laporan keuangan, tetapi juga analisis manajemen bank

917
3. PENGERTIAN KESEHATAN
BANK
▰ Menurut Bank Of
Settlement, bank
dapat dikatakan sehat
apabila bank tersebut
dapat melaksanakan
control terhadap
aspek modal, aktiva,
rentabilitas,
manajemen dan
aspek likuiditasnya.
918
Lanjutan...
Pengertian Kesehatan bank Kesehatan atau kondisi keuangan dan
nonkeuangan bank berdasarkan
menurut Bank Indonesia sesuai
prinsip syariah merupakan
dengan Undang– undang RI No. kepentingan semua pihak terkait, baik
7 Tahun 1992 tentang pemilik, pengelola (manajemen) bank,
Perbankan Pasal 29 masyarakat pengguna jasa bank,
adalah Bank dikatakan sehat Bank Indonesia (BI) selaku otoritas
apabila bank tersebut memenuhi pengawasan bank maupun pihak
ketentuan Kesehatan bank lainnya. Kondisi bank tersebut dapat
dengan memperhatikan aspek digunakan oleh pihak –pihak tersebut
untuk mengevaluasi kinerja bank
Permodalan, Kualitas Asset,
dalam menerapkan prinsip kehati–
Kualitas Manajemen, Kualitas hatian, kepatuhan terhadap prinsip
Rentabilitas, Likuiditas, perbankan, kepatuhan terhadap
Solvabilitas, dan aspek lain yang ketentuan yang berlaku, dan
berhubungan dengan usaha bank. manajemen resiko.
919
4. PIHAK-PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN TERHADAP
KESEHATAN BANK
Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena
kegagalan perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-
pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan terdiri dari pihak
eksternal dan pihak internal.
Pihak internal, terdiri dari:
a. Pihak manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan
informasi keuangan untuk tujuan
pengendalian (controlling), pengorganisasian (coordinating) dan
perencanaan (planning) suatu perusahaan.
b. Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik
dapat menilai berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin
perusahaan. 920
Lanjutan...
Pihak eksternal, terdiri dari:
a. Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan
kebijakan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat
imbalan hasil (return)dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu
perusahaan tersebut.
b. Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran kredit
yang telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja
keuangan jangka pendek (likuiditas) dan profitabilitas dari perusahaan.
c. Pemerintah, informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga oleh
lembaga yang lain seperti Statistik.
d. Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan tempat
mereka bekerja karena sumber penghasilan mereka bergantung pada
perusahaan yang bersangkutan.

921
5. Dasar hukum mengenai Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia yakni :

▰ Dasar Hukum I UU No. ▰ Dasar Hukum II UU No.


10 Thn 1998, Undang- 3 Thn 2004, Undang-
Undang Perbankan. Undang Bank Sentral.

▰ Peraturan terbaru yang


diunakan yaitu PERATURAN
BANK INDONESIA NOMOR:
13/ 1 /PBI/2011 TENTANG
PENILAIAN TINGKAT
KESEHATAN BANK UMUM 922
6. PENILAIAN TINGKAT
KESEHATAN BANK
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kondisi bank yang dilakukan
terhadap resiko dan kinerja bank. Tingkat kesehatan merupakan penjabaran dari
kondisi faktor-faktor keuangan dan pengelolaan bank serta tingkat ketaatan bank
terhadap pemenuhan peraturan dengan prinsip kehati-hatian. Bank yang tidak
menjalankan prinsip tersebut dapat mengakibatkan bank yang bersangkutan
mengalami kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya, bahkan
bank dapat gagal melaksanakan kewajibannya kepada nasabah.
Bagi perbankan, berdasarkan prinsip syariah, hasil penilaian tingkat
kesehatan dapat dipergunakan sebagai salah satu alat bagi manajemen dalam
menentukan kebijakan dan pelaksanaan pengelolaan bank ke depan.
Sementara bagi Bank Indonesia, hasil penilaian tingkat kesehatan dapat digunakan
oleh pengawas dalam menerapkan strategi pembinaan, pengawasan dan
pengembangan yang tepat bagi bank berdasarkan prinsip syariah dimasa yang akan 923
datang.
Lanjutan...
Menurut PBI 13/1/PBI/2011 bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank
dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko dalam
melaksanakan kegiatan usaha. Bank melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk based bank rating) baik secara
individu maupun konsolidasi. Bank juga wajib melakukan penilaian sendiri ( self
assestment ) atas tingkat kesehatan bank.

Pengkinian s e l f a s s e s m e n t tingkat kesehatan bank sewaktu – waktu


dilakukan antara lain dalam hal :
a. Kondisi keuangan bank memburuk
b. Bank menghadapi permasalahan antara lain resiko likuiditas dan
Permodalan
c. Kondisi lainnya yang menurut Bank Indonesia perlu dilakukan pengkinian
penilaian tingkat kesehatan.

924
7. MEKANISME PENILAIAN
TINGKAT KESEHATAN BANK
1. 2.
Bank Indonesia wajib Penilaian tingkat kesehatan bank
melakukan penilaian tingkat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan,
kesehatan bank sesuai laporan berkala yang disampaikan bank, dan
dengan PBI ini secara informasi lain yang diketahui secara umum
triwulan untuk posisi akhir seperti hasil penilaian oleh otoritas kesehatan
bulan: atau lembaga lain yang berwenang. Bank
1. Maret, Indonesia dapat meminta informasi dan
penjelasan dari bank dalam rangka
2. Juni, memperoleh hasil penilaian tingkatkesehatn
3. September, dan bank yang sesuai dengan kondisi bank yang
4. Desember. sesungguhnya.

925
Lanjutan...
3.
Bank Indonesia melakukan penyesuaian terhadap penilaian
tingkat kesehatan bank syariah apabila diketahui terdapat data dan
informasi yang memengaruhi kondisi bank tersebut secara signifikan
pada posisi setelah posisi penilaian ( s u b s e q u e n t e v e n s ).
Apabila terdapat perbedaan hasil penilaian tingkat kesehatan bank
syariah yang dilakukan oleh BI dengan hasil penilaian tingkat
kesehatan bank syariah yang dilakukan oleh bank syariah, maka yang
berlaku adalah hasil penilaian tingkat kesehatan bank yang dilakukan
oleh BI. Apabila diperlukan, BI dapat melakukan penilaian tingkat
kesehatan bank syariah di luar waktu tersebut.

926
8. METODE PENILAIAN TINGKAT
KESEHATAN BANK
Dalam perkembangannya, metode penilaian tingkat kesehatan bank
terbagi menjadi 3 metode yaitu:

1. CAMEL 2. CAMELS 3. RGEC

927
928
CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya
Paket Februari 1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut
dikeluarkan sebagai dampak kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988
(Pakto 1988). CAMEL berkembang menjadi CAMELS pertama kali pada tanggal
1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di Indonesia pada akhir
tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter.

Analisis CAMELS digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi


kinerja keuangan bank umum di Indonesia. Analisis CAMELS diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor
9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Berdasarkan Prinsip Syariah.

929
Kemudian dikeluarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan SE BI
No. 13/24/DPNP yang berlaku per Januari 2012 menggantikan
cara lama penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS
dengan metode RGEC. Metode CAMELS tersebut sudah
diberlakukan selama hampir delapan tahun sejak terbitnya PBI No.
6/10/PBI/2004 dan SE No.6/23/DPNP. Dengan terbitnya PBI dan
SE terbaru ini, metode CAMELS dinyatakan tidak berlaku lagi,
diganti dengan model baru yang mewajibkan Bank Umum untuk
melakukan penilaian sendiri (self-assessment) Tingkat Kesehatan
Bank dengan menggunakan pendekatan risiko RBBR (Risk-based
Bank Rating) baik secra individual maupun secara konsolidasi.

930
“ METODE
CAMEL
931
Sebelum CAMELS, kita mengenal cara yang lebih
“jadul” lagi yaitu CAMEL yang berlaku mulai tahun 1991
berdasarkan Surat Edaran BI No. 23/21/BPPP tanggal 28
Februari 1991. Pada CAMEL, sebagian besar proses penilaian
kesehatan bank menggunakan rumus-rumus matematika dan
sistem scoring dari hasil penilaiaj untuk setiap parameter, yaitu
dengan skala 0 sampai 100. Dan nilai akhir dari kesehatan
bank pun akhirnya berupa angka yang selanjutnya menentukan
klasifikasi kesehatan bank yaitu “Sehat”, “Cukup Sehat”,
“Kurang Sehat” dan “Tidak Sehat”.
932
Indikator pada CAMEL tersebut juga
sangat sederhana, yaitu:
▰ Penilaian “Capital” hanya menggunakan satu ukuran saja, yaitu CAR (Capital
Adequacy Ratio) yaitu “Rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko”;
▰ Penilaian “Asset Quality” berdasarkan kualitas aktiva produktif bank dengan
menggunakan dua indikator yaitu “Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan
terhadap aktiva produktif” dan “Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif
terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan”;
▰ Penilaian “Management” menggunakan 250 pertanyaan, yang mencakup
manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen
rentabilitas, dan manajemen likuiditas;
▰ Penilaian “Earning” menggunakan dua ukuran yaitu ROA (rasio laba terhadap total
aset) dan BOPO (rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional); dan
▰ Penilaian “Liquidity” menggunakan LDR yaitu “rasio kredit terhadap dana yang
diterima” dan “Rasio kewajiban call money bersih terhadap aktiva lancar”
933
Lanjutan...
Selain perhitungan kuantitatif di atas, metode CAMEL
memperhitungkan faktor lain, yaitu pelaksanaan pemberian kredit
usaha kecil (KUK); pelaksanaan pemberian kredit ekspor;
pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK); dan Pelanggaran terhadap Posisi Devisa Netto
(PDN). Selain itu, tingkat kesehatan bank akan diturunkan
menjadi “tidak sehat” apabila ada perselisihan internal, campur
tangan pihak luar dalam manajemen, “window dressing” atau
rekayasa keuangan, praktek “bank dalam bank”, dan kesulitan
keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau
pengunduran diri dari keikutsertaannya dalam kliring.

934
“ METODE
CAMELS
935
Peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 serta
Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004 dalam CAMELS lebih mengarah pada ukuran-ukuran
kinerja perusahaan secara internal, mulai dari Asset Quality,
Management, Earning Power, dan Liquidity, serta Sensitivity to
Market Risk.

936
Sistem penilaian dengan 5 faktor
tersebut sering disebut dengan CAMELS
Rating System.
▰ Penilaian CAMEL secara umum adalah sebagai berikut:

937
Tata cara CAMEL secara umum adalah sebagai berikut:

“ 1. Pertama, hitunglah nilai


indikator atau komponen
penilaian untuk setiap faktor
sesuai dengan rumus yang telah
ditetapkan pada Peraturan Bank
Indonesi berikut Surat
Edarannya.

938
Matriks perhitungan/analisis komponen faktor permodalan (capital) versi CAMELS

939
“ 2. Kedua, berdasarkan nilai komponen
tersebut, misalnya CAR, lihatlah pada
matriks penilaian komposit untuk faktor
permodalan yang telah disediakan
oleh BI. Dari matriks tersebut kita akan
mengetahui nilai peringkatnya jika
diketahui nilai CAR. Misalnya, bank
dengan CAR = 8% akan memperoleh
nilai “Komposit 3”.

940
Matriks kriteria penetapan peringkat komponen permodalan versi CAMELS

941
“ 3. Ketiga, hitunglah nilai komposit untuk
seluruh komponen dari mulai faktor “C”
sampai “S” Sebagai contoh, faktor “C”
terdiri dari 8 indikator/komponen
penilaian. Jadi kita harus menilai
kedelapan indikator pada faktor “C”
tersebut dengan cara yang sama
seperti dijelaskan pada langkah 1 dan
2 di atas.

942

4. Keempat, tetapkan nilai komposit faktor
berdasarkan nilai peringkat untuk masing-
masing indikator parameter penyusunnya.
Jadi kita akan menetapkan nilai komposit untuk
masing-masing faktor, yaitu “C”, “A”, “M”, “E”, “L”
dan “S”. Di sinilah perlu “expert judgement”,
terutama pada saat menilai faktor yang nilai
indikatornya bervariasi. Misalnya, berapa nilai
“faktor C” jika nilai enam indikatornya berbeda-
beda. Berikut matriks penilaian peringkat faktor
permodalan.
943
Contoh matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan

944

5. Terakhir, setelah mengetahui nilai komposit untuk 6
Faktor (CAMELS), langkah terakhir adalah
menentukan nilai komposit akhir dari bank tersebut.
Misalnya, jika sebuah bank memperoleh nilai komposit
1 untuk faktor “C”, komposit 2 untuk “A”, komposit 2
untuk “M”, komposit 3 untuk “E”, komposit 1 untuk “L”,
dan Komposit 3 untuk “S”, maka berapa nilai Komposit
akhir dari bank tersebut? Sekali lagi, tidak ada rumus
matematik yang menghubungkan nilai komposit
masing-masing faktor dengan nilai komposit akhir dari
bank tersebut. Berikut matriks penetapan peringkat
komposit bank umum.
945
Matrik penetapan peringkat komposit bank umum versi CAMELS

946
Dalam SE edarannya, BI sudah
menyediakan petunjuk pelaksanaan teknis
yang rinci, baik dalam bentuk rumus atau
penjelasan indikator, matriks penetapan kriteria
penilaian, dan lembar kerja isian. Muara
akhirnya adalah laporan akhir kesehatan bank
umum.

947
Format laporan hasil penilaian tingkat kesehatan bank umum versi CAMELS

948
“ METODE
RGEC
949
Sesuai dengan Peratuan Bank Tahap-tahap penilaian bank pada
Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 RGEC boleh disebut model penilaian
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan kesehatan bank yang sarat dengan
Bank Umum, Bank wajib melakukan manajemen resiko. Menurut BI dalam
penilaian Tingkat Kesehatan Bank PBI tersebut, Manajemen Bank perlu
dengan menggunakan pendekatan memperhatikan prinsip-prinsip umum
berdasarkan Risiko (Risk-based Bank berikut ini sebagai landasan dalam
Rating). Penilaian Tingkat Kesehatan menilai Tingkat Kesehatan Bank:
Bank dilakukan terhadap Bank secara Berorientasi Risiko, Proporsionalitas,
individual maupun konsolidasi. Materialitas dan Signifikansi, serta
Komprehensif dan Terstruktur.

950
Standar untuk menentukan penilaian tingkat kesehatan
bank sudah ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia
yang kini beralih tanggung jawab kepada OJK. Berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia No. 13/ 1/ PBI/ 2011 dan SE No. 13/ 24/
DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan resiko (Risk-
based Bank Rating) baik secara individual maupun secara
konsolidasi. Tata cara penilaian ini lebih sering dikenal dengan
metode RGEC yaitu singkatan dari R i s k P r o f il e (Profil
resiko), G o o d C o r p o r a t e G o v e r n a n c e (GCG) , E a r
n i n g (rentabilitas), dan Capital (permodalan).

951
1. Risk Profile

Penilaian faktor profil resiko merupakan


penilaian terhadap resiko inhern dan kualitas
pennerapan manajemen risiko dalam aktivitas
operasional bank. Resiko yang wajib dinilai terdiri
atas 8 jenis risiko yaiu risiko pembiayaan, risiko
pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko
hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan
risiko reputasi.8 Akan tetapi dalam penelitian ini
nantinya hanya akan menggunakan 2 penilaian
risiko yaitu risiko pembiayaan dan risiko
llikuiditas.
952
a.) Risiko pembiayaan
Risiko pembiayaan atau sering disebut pula default
risk merupakan suatu resiko akibat kegagalan atau
ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan
pinjaman/pembiayaan yang diterima bank sesuai dengan
jangka waktu yang ditentukan atau dijadwalkan.
Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian yang telah
disepakati kedua belah pihak secara teknis keadaan terebut
merupakan default.
Resiko pembiayaan dihitung dengan menggunakan
rasio Non Performing Financing (NPF).
NPF = Pembiayaan bermasalah X 100%
Total Pembiaayaan
(Jumingan, 2011:245) 953
a. Risiko pembiayaan
N o n P e r f o r m i n g F i n a n c i n g (NPF) menunjukkan
kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan
bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi
rasio ini maka akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang
menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar
maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar.
Pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh
bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan
pelunasannya, sehingga berpengaruh terhadap kesehatan bank.
Mengingat bahwa pembiayaan tersebut bersumber dari dana
masyarakat yang disimpan di bank, risiko yang dihadapi bank
dapat berpengaruh pula pada keamanan dana masyarakat
tersebut.
954
Tabel
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat NPF
Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat NPF ≤ 2%

2 Sehat 2% - 5 %

3 Cukup Sehat 5% - 8%

4 Kurang Sehat 8% - 12%

5 Tidak Sehat ≥12%

955
b. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas adalah ketidakmampuan bank syariah


untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber
pendanaan arus kas atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diangunkan, tanpa mengganggu aktivitas, dan kondisi keuanga
bank.11 Rasio likuiditas juga merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat
membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih
serta dapat mencukupi permintaan pembiayaan yang diajukan.
Semakin besar rasio ini semakin likuid.

956
a. Risiko pembiayaan

Ketidakmampuan memperoleh sumber pendanaan arus


kas sehingga menimbulkan risiko likuiditas dapat disebabkan
antara lain oleh hal-hal berikut :
1. Ketidakmampuan menghasilkan arus kas, baik yang berasal
dari aset produktif maupun yang berasal dari penjualan aset
termasuk aset likuid.
2. Ketidakmampuan menghasilkan arus kas yang berasal dari
penghimpunan dana, transaksi antar bank syariah, dan dari
pinjaman yang diterima.

957
a. Risiko pembiayaan
Risiko likuiditas sering pula dimaknai sebagai kerugian potensial
yang didapat dari ketidakmampuan bank dalam memenuhi kewajiban yang
jatuh tempo, baik mendanai aset yang telah dimiliki maupun mendanai
pertumbuhan aset bank tanpa mengeluarkan biaya atau mengalami
kerugian yang melebihi tolaransi bank. Risiko Pembiayaan dan risiko
likuiditas merupakan risiko yang paling fundamental dalam industri
perbankan. Disebut fundamental karena pemicu utama kebankrutan yang
dialami oleh bank bukanlah kerugian yang dideritanya melainkan
ketidakmampuan bank tersebut memenuhi kebutuhan likuiditasnya.

Risiko likuiditas dihitung dengan menggunkan rasio F i n a n c i n


g t o Deposit Ratio (FDR).
FDR = Total Pembiayaan X 100%
Total Dana Pihak Ketiga

958
Tabel
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat FDR
Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat ≤ 75%

2 Sehat 75% - 85%

3 Cukup Sehat 85% - 100%

4 Kurang Sehat 100% - 120%

5 Tidak Sehat ≥ 120%

959
2. Good Corporate
Governance

Good Corporate Governance adadalah


suatu tata kelola bank yang menerapkan prinsip-
prinsip:
1. keterbukaan ( transparansi)
2. Akuntabilitas ( accountability )
3. pertanggungjawaban ( responsibility )
4. profesional ( professional)
5. kewajaran ( fairness )
960
a. Risiko pembiayaan
Bank wajib melakukan s e l f a s s e s m e n t atas
pelaksanaan GCG minimal satu kali dalam setahun. Self
assessment menggunkan kertas
kerja self assessment .

Pengisian kertas kerja self assesment dilakukan dalam tahapan


sebagai berikut :

1. Menyusun analisis s e l f a s s e s s m e n t dengan cara


membandingkan pemenuhan setiap kriteria/indikator dengan
kondisi bank berdasarkan data dan informasi yang relevan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut ditetapkan peringkat masing-
masing kriteria/indikator.
961
a. RisikoAdapun
pembiayaan
kriteria peringkat adalah sebagai berikut :

a. Peringkat 1 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa


pelaksanaan GCG bank sangat sesuai dengan kriteria/indikator.
b. Peringkat 2 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank sesuai dengan kriteria/indikator.
c. Peringkat 3 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank cukup sesuai dengan kriteria/indikator.
d. Peringkat 4 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank kurang sesuai dengan kriteria/indikator.
e. Peringkat 5 : hasil analisis self assessment menunjukkan bahwa
pelaksanaan GCG bank tidak sesuai dengan kriteria/indikator.
962
a. Risiko pembiayaan
2. Menetapkan peringkat subfaktor berdasarkan hasil analisis
self assessment dengan mengacu pada kriteria peringkat.

3. Menetapkan peringkat faktor berdasarkan peringkat


subfaktor. Pada saat tidak terdapat subfaktor, peringkat faktor
tersebut ditetapkan berdasarkan hasil analisis s e l f a s s e s s m e
n t dengan mengacu pada kriteria peringkat.

4. Menyusun kesimpulan untuk masing-masing faktor yang


juga memuat permasalahan dan langkah perbaikan.

963
Tabel
Matriks peringkat faktor good corporate governance
Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat baik Nilai komposit ≤ 1,5

2 Baik 2 1,5 – 2,5

3 Cukup baik 2,5 – 3,5

4 Kurang baik 3,5 - 4,5

5 Tidak baik 4,5 – 5

964
3. Earning (Rentabilitas)

Penilaian rentabilitas merupakan


penilaian terhadap kondisi kemampuan
bank dan UUS untuk menghasilkan
keuntungan dalam rangka mendukung
kegiatan opersioanal dan permodalan
bank

965
a. Risiko pembiayaan

Penilaian faktor rentabilitas meliputi penilaian terhadap


komponen-komponen sebagai berikut :
a. Kemampuan bank dalam menghasilkan laba, kemampuan laba
mendukung ekspansi dan menutup risikoserta tingkat efisiensi.
b. Diversivikasi
pendapatan termasuk kemampuan bank syariah
untuk mendapatkan fee bassed income , dan diversivikasi
penanaman dana serta penerapan prinsip akuntansi dalam
pengakuan pendapatan dan biaya.

966
1) Return on assets (ROA)
Return on assets merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam
menghasilkan laba.semakin kecil rasio ini mengindikasikan
kurangya kemampuan manajemen bank dalam mengelola
aset untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya.
Return on assets merupakan rasio antara laba
sebelum pajak terhadap rata-rata total aset. Berdasarkan
ketetuan PBI No. Ketentuan Bank Indonesia, yang tercantum
dalam Surat Edaran BI No. 9/24/DPbS, secara matematis,
ROA dirumuskan sebagai berikut :
ROA = Laba sebelum pajak X 100%
Rata-rata Total Aset
967
(Siamat, 2005:213)
Tabel
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat ROA
Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat ROA ≥ 1,5%

2 Sehat 1,25%-1,5%

3 Cukup Sehat 0,5%-1,25%

4 Kurang Sehat 0%-0,5%

5 Tidak Sehat ≤ 0%

968
2) Biaya operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
Menurut Dendawijaya Biaya Operasional Pendapatan Operasional adalah
rasio perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio biaya
operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasi. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank
tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya
maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin
kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang
bersangkutan sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Secara matematis BOPO dapat dirumuskan sebagi berikut :
BOPO = Biaya Operasional X 100%
Pendapatan Operasional
969
Tabel
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat BOPO
Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat ≤ 94%

2 Sehat 94% - 95%

3 Cukup Sehat 95% - 96%

4 Kurang Sehat 96% - 97%

5 Tidak Sehat ≥ 97%

970
4. Capital (Permodalan)

Penilaian permodalan dimaksudkan untuk


menilai kecukupan modal bank syariah alam
mengamankan eksporsur risiko posisi dan
mengantisipasi eksporsur risiko yang kan
muncul.

971
a. Risiko pembiayaan

Penilain terhadap faktor permodalan adalah sebagai


berikut :
a. Kecukupan, proyeksi (tren ke depan) permodalan dan
kemampuan permodalan mengcover risiko.
b. Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang
berasal dari ekuntungan, rencana permodalan utnuk
mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber
permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham.

972
a. Risiko pembiayaan
Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan
menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut
Tarmidzi Achmas semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi
sebuah bank). Dan menurut Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono
jika nilai CAR tinggi berarti bank tersebut mampu membiayai
operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut akan
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :


CAR = Modal X 100%
Aset Tertimbang Menurut Risiko
(Jumingan, 2011:243)
973
Tabel
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat CAR
Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat ≥ 12%

2 Sehat 9% - 12 %

3 Cukup Sehat 8% - 9%

4 Kurang Sehat 6% - 8%

5 Tidak Sehat ≤ 6%

974
CONTOH
Contoh penjelasan untuk sebagian
indikator penilaian untuk faktor Resiko
Kredit dapat dilihat pada gambar
berikut.
975
976
Namun dengan metode baru (RGEC), nilai
rasio tersebut belum menentukan nilai akhirnya.
Kita harus melihat bagaimana implementasi
manajemen risiko bank terkait dengan konsentrasi
nilai kredit pada para debitur kelas kakap.
Andaikan bank tersebut sudah memagari risiko
tersebut dengan segala kebijakan, prosedur, SOP,
atau teknik pengendalian risikonya, maka bisa jadi
nilai untuk indikator tersebut malah membaik, atau
tidak dinilai “peringkat 3“ seperti cara CAMELS.
Sebagai ilustrasi, kita lihat gambar di bawah ini :

977
Matriks dua dimensi penilaian peringkat profil risiko versi RGEC

978
Penilaian faktor Profil Risiko merupakan penilaian
terhadap Risiko inheren dan kualitas penerapan
Manajemen Risiko dalam aktivitas operasional Bank.
Penilaian Risiko inheren merupakan penilaian atas Risiko yang
melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat dikuantifikasikan
maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan
Bank. Karakteristik Risiko inheren Bank ditentukan oleh faktor internal
maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis,
kompleksitas produk dan aktivitas Bank, industri dimana Bank melakukan
kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi.
Jadi untuk “Risk Profile“, kita menggunakan dua dimensi, yaitu
nilai faktor dan peringkat risiko sebelum menentukan peringkat akhirnya.
Atau dengan kata lain, nilai sebuah indikator merupakan fungsi dari nilai
indikatornya dan kualitas manajemen risiko yang terkait dengan indikator
tersebut. Inilah esensi dari penilaian kesehatan bank yang baru, yaitu
kualitas manajemen risiko. 979
Aspek “Risk Profile“ tersebut mencakup 8
(delapan) jenis Risiko yaitu:

▰ Risiko Kredit, menggunakan 12 indikator penilaian


▰ Risiko Pasar, menggunakan 17 indikator penilaian
▰ Risiko Operasional, menggunakan 15 indikator penilaian
▰ Risiko Likuiditas, menggunakan 11 indikator penilaian
▰ Risiko Hukum, menggunakan 13 indikator penilaian
▰ Risiko Stratejik, menggunakan 10 indikator penilaian
▰ Risiko Kepatuhan, menggunakan 5 indikator penilaian, dan
▰ Risiko Reputasi, menggunakan 10 indikator penilaian.

980
a. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah Risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain
dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Dalam menilai Risiko inheren
atas Risiko Kredit, parameter/indikator yang digunakan adalah: (i) komposisi
portofolio aset dan tingkat konsentrasi; (ii) kualitas penyediaan dana dan
kecukupan pencadangan; (iii) strategi penyediaan dana dan sumber
timbulnya penyediaan dana; dan (iv) faktor eksternal. Penilaian risiko kredit
menggunakan 12 parameter/indikator yang dapat dilihat selengkapnya pada
Lampiran I.1.a dari SE BI No.13/24/DPNP, dengan sebagian cuplikannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
982
b. Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk
transaksi derivatif, akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga
option. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko nilai tukar, Risiko
ekuitas, dan Risiko komoditas. Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Pasar,
parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) volume dan komposisi portofolio,
(ii) kerugian potensial (potential loss) Risiko Suku Bunga dalam Banking Book (Interest
Rate Risk in Banking Book-IRRBB) dan
(iii) strategi dan kebijakan bisnis.
Penilaian risiko pasar menggunakan 17 parameter/indikator yang dapat dilihat selengkapnya
pada Lampiran I.1.b dari SE BI No.13/24/DPNP, dengan sebagian cuplikannya dapat dilihat
pada tabel berikut.
984
c. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi
keuangan Bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).
Dalam menilai Risiko inheren atas Risiko Likuiditas, parameter yang digunakan adalah:
(i) komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif;
(ii) konsentrasi dari aset dan kewajiban;
(iii) kerentanan pada kebutuhan pendanaan; dan
(iv) akses pada sumber-sumber pendanaan.
Penilaian risiko likuiditas menggunakan 11 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.c dari SE BI No.13/24/DPNP
986
d. Risiko Operasional
Risiko Operasional adalah Risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya
proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Dalam menilai Risiko inheren atas
Risiko Operasional, parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) karakteristik dan kompleksitas bisnis;
(ii) sumber daya manusia;
(iii) teknologi informasi dan infrastruktur pendukung;
(iv) fraud, baik internal maupun eksternal, dan
(v) kejadian eksternal.
Penilaian risiko operasional menggunakan 15 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.d dari SE BI No.13/24/DPNP
988
e. Risiko Hukum
Risiko Hukum adalah Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan
aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. Dalam menilai
Risiko inheren atas Risiko Hukum, parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) faktor litigasi;
(ii) faktor kelemahan perikatan; dan
(iii) faktor ketiadaan/perubahan peraturan perundang-undangan.
Penilaian risiko hukum menggunakan 13 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.e dari SE BI No.13/24/DPNP
990
f. Risiko Strategik
Risiko Stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan Bank dalam mengambil
keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan
dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Dalam menilai Risiko
inheren atas Risiko Stratejik, parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) kesesuaian strategi bisnis Bank dengan lingkungan bisnis;
(ii) strategi berisiko rendah dan berisiko tinggi;
(iii) posisi bisnis Bank; dan
(iv) pencapaian rencana bisnis Bank.
Penilaian risiko stratejik menggunakan 10 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.f dari SE BI No.13/24/DPNP
992
g. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah Risiko yang timbul akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber Risiko
Kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum
terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. Dalam menilai Risiko
inheren atas Risiko Kepatuhan, parameter/indikator yang digunakan adalah:
(i) jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan,
(ii) frekuensi pelanggaran yang dilakukan atau track record ketidakpatuhan Bank,
(iii) pelanggaran terhadap ketentuan atau standar bisnis yang berlaku umum untuk
transaksi keuangan tertentu.
Penilaian risiko kepatuhan menggunakan 5 parameter/indikator yang dapat dilihat
selengkapnya pada Lampiran I.1.g dari SE BI No.13/24/DPNP,
994
Penilaian untuk faktor lainnya, yaitu faktor “G,
E, dan C” secara umum sama seperti penilaian
dengan CAMELS sebelumnya. Semua komponen
menggunakan indikator/komponen penilaian yang
tidak berubah drastis. Misalnya, kita lihat
perbandingan indikator penilaian untuk aspek Earning
antara metoda CAMELS dengan RGEC di bawah ini.

995
996
Sama seperti CAMELS, Metode RGEC pun
dilengkapi dengan penjelasan indikator penilian, matriks
kriteria, dan berbagai format lembar kerja hasil
penilaiannya. Akhirnya, setelah melalui proses yang
rumit dengan dukungan data dan fakta yang sangat
banyak – yang tidak akan diketahui seluruhnya oleh
public – maka Bank di Indonesia pasti mempunyai
peringkat kesehatan bank, dengan skala peringkat
berikut penjelasannya adalah sebagai berikut :

997
a. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
b. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan
dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
c. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
d. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
e. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

998
.
PENILAIAN KINERJA
KESEHATAN BANK
PERKREDITAN RAKYAT999
1. PENGERTIAN BANK
PERKREDITAN RAKYAT
1000

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang


melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan


kegiatan bank umum karena bpr dilarang menerima
simpanan giro, kegiatan valas, dan perasuransian.
2. TUJUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
1001

 Tujuan utama BPR adalah memberikan pelayanan kepada


usaha mikro kecil dan menengah serta masyarakat
sekitar. Bentuk hukum Bank Perkreditan Rakyat adalah
Perseroan Terbatas, Koperasi atau Perusahaan Daerah.
 Ternyata dengan adanya BPR memberikan dampak positif
dalam perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya
pada kegiatan usaha kecil mikro, sedang dan menengah. BPR
berperan dalam pemberian kredit bagi usaha kecil dan
menengan sehingga dapat membantu menciptakan lapangan
pekerjaan, pemerataan pendapatan dan pemerataan
kesempatan berusaha di Indonesia.
3. FUNGSI BANK PERKREDITAN RAKYAT
1002

 Fungsi BPR diantaranya adalah memberikan layanan


pendanaan seperti bank kepada masyarakat yang sulit
menjangkau bank umum, BPR juga dapat membantu
mendidik masyarakat memahami pola nasional agar
pemerataan pembangunan di sektor pedesaan bisa lebih
cepat. Kesempatan membuka usaha pada masyarakat
pedesaan menjadi terbuka serta memberi pemahaman
kepada masyarakat akan manfaat lembaga keuangan
formal sehingga dapat terhindar dari jeratan rentenir.
4. Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat
1003

 Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk


simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
 Memberikan kredit.
 Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana
berdasarkan Prinsip Syariah,sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
 Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito,
dan atau tabungan pada bank lain.
5. Kegiatan usaha yang tidak boleh dilakukan BPR
1004

 Menerima simpanan yang berupa giro dan ikut serta


dalam penyediaan lalu lintas pembayaran.
 Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing
terkecuali sebagai pedagang valuta asing (dengan
izin Bank Indonesia).
 Melakukan penyertaan modal.
 melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang
asuransi.
6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan
Rakyat
1005

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank merupakan pendekatan kualitatif dari


berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan
suatu bank dengan menilai beberapa faktor yang meliputi permodalan,
kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas
(CAMEL).

Penilaian dilakukan dengan mengkuantifikasi aspek CAMEL dan faktor


penilaian terhadap pelaksanaan ketentuan yang sanksinya dikaitkan
dengan tingkat kesehatan. Penilaian menggunakan sistem kredit dengan
nilai 0 s/d 100.
Tingkat kesehatan digolongkan dalam 4 kategori:

 81 s/d 100 Sehat


66 s/d <81 Cukup Sehat
51 s/d <66 Kurang Sehat
0 s/d <51 Tidak Sehat

1006
7. Tujuan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Perkreditan Rakyat
1007

 Tolok ukur bagi manajemen untuk mengetahui


apakah pengelolaan bank dilakukan
sejalan dengan azas-azas perbankan yang sehat,
prinsip kehati-hatian dan sesuai dengan ketentuan
yang belaku. Tolok ukur untuk menetapkan arah
pembinaan dan pengembangan bank baik secara
individual maupun perbankan nasional secara
keseluruhan.
8. UNSUR-UNSUR PENILAIAN

a. PERMODALAN
Rasio Kecukupan Modal Minimum atau Capital Adequacy Ratio (CAR)
b. KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF
Rasio Kualitas Aktiva Prduktif (KAP)
Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
c. MANAJEMEN
Manajemen Umum
Manajemen Risiko
d. RENTABILITAS
Rasio Return On Assets (ROA)
Rasio Beban Operasional thd Pendapatan Operasional (BOPO)
e. LIKUIDITAS
Cash Ratio (CR)
Loan to Deposit Ratio (LDR)
1008
8.1. Permodalan / Capital
CAR (Capital Adequacy Ratio) atau Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM)
merupakan indikator terhadap kemampuan bank dalam rangka pengembangan usaha dan
menanggulangi risiko kerugian.

Penyediaan modal didasarkan pada Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).


Rasio CAR = Modal / ATMR x 100 %

CAR = 8%, predikat Sehat, Nilai Kredit (NK) = 81


Setiap kenaikan 0,1%, NK +1, max 100
Rasio dibawah 8% atau 7,9%, Kurang Sehat, NK=65
Setiap penurunan 0,1% dari 7,9%, NK -1, min 0

Hasil Penilaian:
>= 8% Sehat
6.5% s/d <8% Kurang Sehat
<6.5% Tidak Sehat
1009
8.2. Kualitas Aktiva Produktif / Asset Quality

a. RASIO KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF:

Menunjukkan kualitas penanaman aktiva produktif.

Aktiva produktif diklasifikasikan (APD):


• 50% x Baki Debet Aktiva Produktif tergolong Kurang Lancar
• 75% x Baki Debet Aktiva Produktif tergolong Diragukan
• 100% x Baki Debet Aktiva Produktif tergolong Macet

Unsur Aktiva Produktif (AP) dari:


• Kredit yg diberikan
• Penempatan pada bank lain (kecuali giro)

1010
8.2. Kualitas Aktiva Produktif / Asset Quality

Rasio KAP = APD / AP x 100%

Penilaian Rasio KAP:


Rasio KAP >=22,5% NK=0
Setiap penurunan 0,15% NK +1, max 100

Hasil Penilaian:
0,00% s/d <= 10.35% Sehat
>10,35% s/d <= 12,60% Cukup Sehat
>12,60% s/d <= 14,85% Kurang Sehat
>14,85% Tidak Sehat

1011
Lanjutan…
b. RASIO PPAP:

Rasio PPAP merupakan perbandingan antara


PPAP yg telah dibentuk dengan PPAP yg wajib
dibentuk.

Penilaian Rasio PPAP:


Rasio PPAP = 0 NK = 0
Setiap kenaikan 1% NK +1, max 100

Hasil Penilaian:
>=81,0% Sehat
>=66,0% s/d <81,0% Cukup Sehat
>=51,0% s/d <66,0% Kurang Sehat
< 51,0% Tidak Sehat
1012
8.3. Manajemen

 Menilai kualitas manajemen bank.


 Penilaian faktor manajemen meliputi manajemen umum dan
manajemen risiko, yang terdiri dari 25 aspek , yaitu:
 10 aspek manajemen umum dan
 15 aspek manajemen risiko.
 Skala penilaian 0,1,2,3,4 dimana 0 adalah kondisi lemah dan 4 adalah
kondisi baik.

1013
Lanjutan…

a. Manajemen Umum:

Strategi/Sasaran:
1) Rencana kerja tahunan bank digunakan sbg acuan kegiatan usaha bank
selama 1 tahun.

Struktur:
1) Bagan organisasi yang ada telah mencerminkan seluruh kegiatan bank
dan tidak terdapat jabatan kosong atau perangkapan jabatan yang
dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas.
2) Bank memiliki batasan tugas dan wewenang yg jelas untuk masing-
masing karyawannya yg tercermin pada kegiatan operasionalnya.

1014
Lanjutan…

Sistem:
1) Kegiatan operasional dari pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan sistem dan
prosedur yang tertulis.
2) Pencatatan setiap transaksi dilakukan secara akurat dan laporan keuangan disusun sesuai dengan
standar akuntansi keuangan yg berlaku.
3) Bank mempunyai sistem pengamanan yg baik terhadap semua dokumen penting.
4) Pimpinan senantiasa melakukan pengawasan terhadap perkembangan dan pelaksanaan kegiatan.

Kepemimpinan:
1) Pengambilan keputusan-keputusan yang bersifat operasional dilakukan oleh Direksi secara
independen.
2) Pimpinan bank komit untuk menangani permasalahan bank yang dihadapi serta senantiasa
melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
3) Direksi dan karyawan memiliki tertib kerja yang meliputi disiplin kerja serta komitmen dan
didukung sarana kerja yang memadai dalam melaksanakan pekerjaan.

1015
Lanjutan…

b. Manajemen Risiko:

Risiko Likuiditas:
1) Bank melakukan pemantauan dan pencatatan tagihan dan kewajiban yang jatuh tempo
untuk mencegah kemungkinan timbulnya kesulitan likuiditas.
2) Bank senantiasa memelihara likuiditas dengan baik.

Risiko Kredit:
1) Dalam memberikan kredit bank melakukan analisis terhadap kemampuan
debitur membayar kembali kewajibannya.
2) Setelah kredit diberikan bank melakukan pemantauan terhadap penggunaan kredit,
serta kemampuan dan kepatuhan debitur dalam memenuhi kewajibannya.
3) Bank melakukan peninjauan, penilaian dan pengikatan terhadap agunan.

1016
Lanjutan…
Risiko Operasional:
1) Bank menerapkan kebijaksanaan pembentukan penyisihan penghapusan piutang berdasarkan
prinsip kehati-hatian.
2) Bank tidak menetapkan persyaratan yang lebih ringan kepada pemilik/pengurus bank untuk
memperoleh fasilitas dari bank.
3) Pimpinan senantiasa melakukan tindak lanjut secara efektif terhadap temuan hasil pemeriksaan
oleh Bank Indonesia.

Risiko Hukum:
1) Perjanjian kredit telah sesuai ketentuan yang berlaku.
2) Bank telah memastikan bahwa agunan yang diterima telah memenuhi persyaratan ketentuan yang
berlaku.
3) Bank menatausahakan secara baik dan aman blangko bilyet deposito dan buku tabungan yang
belum digunakan (kosong) dan blangko bilyet deposito yang telah dicairkan dananya serta buku
tabungan yang dikembalikan ke bank karena rekeningnya telah ditutup.

1017
8.4. Rentabilitas / Earning

Mengukur tingkat profitabilitas bank dalam pengelolaan aktiva dan tingkat


efisiensi operasionalnya.
Rentabilitas diukur dengan 2 rasio berikut:

RASIO ROA:
ROA = Laba sebelum pajak/Rata-rata Total Aset x 100%
dimana rata-rata total aset dihitung selama 12 bulan terakhir.

RASIO BOPO:
BOPO = Beban Operasional / Pendapatan Operational x 100%

1018
Lanjutan…

Penilaian ROA: Penilaian BOPO:


Rasio ROA = 0 atau negatif, NK = 0 Rasio BOPO = 100 atau lebih, NK = 0
Setiap kenaikan 0,015% NK +1, max 100 Setiap penurunan 0,08%, NK +1, max 100

Hasil Penilaian: Hasil Penilaian:


>= 1,215% Sehat <= 93,52% Sehat
>= 0,999% s/d < 1,215% Cukup Sehat >= 93,52% s/d < 94,72%% Cukup Sehat
>= 9,765% s/d < 0,999% Kurang Sehat >= 94,72% s/d < 95,92% Kurang Sehat
< 0,765% Tidak Sehat < 95,92% Tidak Sehat

1019
8.5. Likuilitas / Liquidity
a. CASH RATIO: Hutang Lancar :
1. Kewajiban Segera Dapat Dibayar
Untuk mengukur kemampuan bank 2. Tabungan dan Deposito Masyarakat
memenuhi kewajiban yang harus segera 3. Deposito/Pinjaman bank lain <= 3 bln
dibayar dengan harta likuid yang dimiliki
bank. Penilaian Cash Ratio:
Rasio 0%, NK = 0,
Cash Ratio = Alat likuid / Hutang setiap kenaikan 0,05% NK +1, max 100
Lancar x 100 %
Hasil Penilaian:
Alat Likuid : >= 4,05% Sehat
1. Kas >= 3,30% s/d < 4,05% Cukup Sehat
2. Giro/tabungan pada bank lain >= 2,55% s/d < 3,30% Kurang Sehat
3. Dikurangi Antar Bank Pasiva < 2,55% Tidak Sehat

1020
Lanjutan…
b. LOAN TO DEPOSIT RATIO:

Untuk mengukur komposisi jumlah kredit


yang diberikan dibandingkan dengan jumlah
dana masyarakat dan dana sendiri yang
digunakan.

LDR = Kredit yang diberikan / Dana Penilaian Rasio LDR:


yang diterima x 100% Rasio >115%, NK = 0,
setiap penurunan 1%, NK +4, max 100
Dana Diterima :
1. Deposito dan Tabungan Masyarakat Hasil Penilaian:
2. Pinjaman/Deposito bank lain > 3 bln <= 94,75% Sehat
3. Modal Inti > 94,75% s/d <= 98,50% Cukup Sehat
4. Modal Pinjaman >98,50% s/d <= 102,25% Kurang Sehat
>102,25% Tidak Sehat
1021
D.
PENILAIAN KINERJA
KESEHATAN KOPERASI
SIMPAN PINJAM (KSP)
1022
1. PENGERTIAN KOPERASI

▰ Menurut (Widiyanti, 2012:1) koperasi dilahirkan


sebagai badan usaha dengan tujuan untuk
memajukan kepentingan ekonomi dari
anggotaanggotanya, dan koperasi diberikan suatu
pengertian sebagai sebuah organisasi yang berwatak
sosial, dikarenakan koperasi selalu menampakkan
wataknya yang selalu cenderung untuk membela diri,
menunjukkan ciri-ciri manusiawinya yang kuat dan
menjunjung tinggi keadilan dan kemerataan.

1023
Menurut Undang-undang RI No. 25
tahun 1992 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan
bahwa koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang seorang atau
badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar
atas asas kekeluargaan.

1024
Lanjutan...
Menurut sejarah, pengertian Menurut (Sumarsono,
koperasi berasal dari kata “co” yang artinya 2003:1) pengertian koperasi secara
bersama dan “operation” (koperasi operasi) umum adalah suatu perkumpulan
yang artinya adalah berkerja. Menurut UU yang beranggotakan orang-orang
No.17 Tahun 2012, Koperasi adalah badan atau badan hukum, yang memberikan
hukum yang didirikan oleh orang perseorangan kebebasan kepada anggota untuk
atau badan hukum koperasi, dengan masuk dan keluar, dengan bekerja
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai sama secara kekeluargaan
modal untuk menjalankan usaha, yang menjalankan usaha untuk
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di mempertinggi kesejahteraan para
bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai anggotanya.
dengan nilai dan prinsip koperasi.

1025
Kesimpulan...

Dapat disimpulkan bahwa sebuah


koperasi adalah perkumpulan
orangorang ataupun suatu badan usaha
yang menjunjung jiwa sosial, bertujuan
untuk mensejahterakan anggota dan
masyarakat.

1026
2. TUJUAN KOPERASI
 Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945 (UU RI No. 25 tahun 1992 Pasal 3).
 Untuk dapat mencapai tujuannya, pengelolaan koperasi harus
dapat dilakukan dengan sebaik mungkin agar bisa diharapkan
menjadi koperasi yang mampu bersaing dengan badan usaha lain,
sehingga tujuan koperasi untuk memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya akan
tercapai.
1027
3. FUNGSI DAN PERAN KOPERASI

Menurut UU RI No. 25 tahun 1992 Pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan


peran koperasi adalah:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
1028
4. PRINSIP KOPERASI

Menurut UU RI No. 25 tahun 1992 Pasal 5 Ayat 1, menyatakan bahwa


koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela,
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis,
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil,
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal,
e. Kemandirian

1029
5. PENTINGNYA PENGUKURAN
KINERJA KOPERASI
Pengukuran kinerja perusahaan ataupun badan usaha,
seperti koperasi adalah hal yang sangat penting dalam proses
perencanaan, pengendalian serta proses transaksional yang lain,
karena dengan pengukuran kinerja pengelola koperasi dapat
mengetahui efektivitas dan efisiensi revenue cost, penggunaan aset,
proses operasional organisasi manajemen dari koperasi, selain itu
pengelola juga memperoleh informasi manajemen yang berguna untuk
umpan balik dalam rangka perbaikan koperasi yang menyimpang
kemudian dengan pengukuran kinerja koperasi dapat membantu
pengambilan keputusan mengenai kebutuhan pendidikan pelatihan
sumber daya manusia (SDM), perencanaan dan pengendalian dalam
proses manajemen koperasi lebih lanjut (Ihsan, 2005: 5).
1030
Lanjutan...

Sedangkan pengukuran kinerja terhadap koperasi menurut


peneliti perlu dilakukan agar koperasi memiliki tujuan dan arah
yang jelas, adanya standar yang telah ditetapkan dapat
memotivasi pengelola dalam mencapai tujuan tersebut serta
pengawasan untuk mencegah terjadinya penyelewengan. Adanya
pengukuran kinerja diharapakan dapat meningkatkan usaha
koperasi sehingga kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya dapat tercapai.

1031
6. KINERJA KOPERASI
 Koperasi memiliki jatidiri yg berbeda dengan organisasi ekonomi lainnya
(PT, CV dll)  perlu tolok ukur/indikator yang berbeda dlm menilai kinerja
koperasi

▰ Jati diri Koperasi (ICA, 1995):

a. Definisi:

perkumpulan orang scr sukarela; otonom; kepentingan bersama (ekonomi,


sosial, budaya); melalui perusahaan yg dimiliki bersama dan dikendalikan
scr demokratis
Lanjutan...

b. Nilai-nilai:
menolong diri sendiri; tanggungjawab sendiri, demokrasi; persamaan; keadilan dan
kesetiakawanan; serta nilai-nilai etis (kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial,
dan kepedualian thd orang lain)
c. Prinsip-prinsip:
(1) keanggotaan sukarela dan terbuka;
(2) pengendalian scr demokratis oleh anggota;
(3) partisipasi ekonomi anggota;
(4) otonomi dan kebebasan/independensi;
(5) pendidikan, pelatihan&informasi;
(6) kerjasama antar koperasi; dan
(7) kepedulian thd komunitas/masyarakat.

1033
7. METODE MENGUKUR KINERJA
KOPERASI
▰ Penilaian Tangga Perkembangan (PTP) 
(Canadian Coperative Association=CCA)

▰ Sistem monitoring PEARLS WOCCU-Amerika


▰ Model Indeksasi  montreal University dan ICA
ROAP

▰ Pemeringkatan Koperasi Berkualitas dan


Koperasi Berprestasi  Kemnterian KUMKM RI
a. Metode PTP (CCA)
 Salah Salah satu metode untuk mengukur kinerja koperasi dikeluarkan oleh CCA
(Canadian CooperativeAssociation) : Penilaian Tangga Perkembangan (PTP)

✢ Dalam PTP terdapat 24 indikator dalam menilai kinerja koperasi yg didasarkan:

a. visi (terdiri dari 7 indikator)

b. kapasitas (terdiri dari 9 indikator)

c. sumberdaya (terdiri dari 4 indikator)

d. jaringan kerja (terdiri dari 4 indikator)


Visi

Indikator yg didasarkan pada visi ini diperlukan karena koperasi


adalah organisasi berbasiskan anggota, sehingga indikatornya adalah:

1. Keterwakilan perempuan, kaum muda dan golongan minoritas dlm


staff dan kepengurusan (dudukung AD, kebijakan tertulis, dan
keputsan)

2. Efektifitas organisasi melakukan hubungan dengan anggota

3. Upaya organisasi melakukan pengembangan sosial


4. Tingkat komitmen organisasi terhadap pembangunan sosial

5. Efektivitas kepemimpinan dan manajemen pengurus

6. Sifat rencana strategik dan efektivitasnya

7. Keberadaan mekanisme penyelesaian pertentangan dlm AD dan


pembuatan keputusan-keputusan terekomendasi
Kapasitas
Indikator yg didasarkan pada kapasitas menejemen ini diperlukan karena
koperasi adalah organisasi perusahaan, sehingga indikatornya adalah:

1. Tingkat struktur dan staf organisasi mencerminkan sebuah koperasi yg


memiliki daya hidup dan berhasil

2. Tingkat resistensi pegawai senior dlm menejemen lima tahun terakhir

3. Tingkat kepuasan dari syarat-syarat pelayanan bagi staf

4. Tingkat kecukupan komitmen organisasi mengenai pentingnya pelatihan


5. Efektivitas langkah-langkah yg diambil organisasi dlm menurnkan
biaya

6. Pemeliharaan sistem operasi dan pengaturan keuangan


organisasi

7. Respon terhadap audit dlm lima tahun terakhir

8. Pelayanan koperasi kepada anggota berdasarkan penelitian


pasar (menguntungkan)

9. Keterlambatan laporan-laporan keuangan koperasi


Sumber daya
Indikator yg didasarkan pada sumberdaya ini diperlukan karena koperasi
sebagai organisasi yang juga berorientasi bisnis maka keuangan merupakan
aspek penting, sehingga indikatornya adalah:

1. Kecukupan modal organisasi

2. Pertumbuhan aset dalam arti riil tiga tahun terakhir

3. Perlindungan terhadap equity dan pengelolaan aset secara menguntungkan

4. Efektivitas kedudukan kebijakan perkreditan dan prosedur pengendalian


Jaringan Kerja
Indikator yg didasarkan pada jaringan kerja ini diperlukan karena
koperasi didasarkan pada prinsip kerjasama antar koperasi dlm
mengembangkan koperasi, sehingga indikatornya adalah:

1. Kebijakan fiskal dalam organisasi

2. Hubungan koperasi dengan pemerintah

3. Tingkat kepuasan hubungan antara organisasi dengan koperasi


puncaknya (gerakan koperasi)/sekuunder

4. Hubungan organisasi dengan koperasi-koperasi yg sedang berkembang


dan mitra kerja/pembina-pembinanya
b. Sistem Monitoring PEARLS (Rasio-rasio
Finansial): Dikembangkan WOCCU-Amerika
Protection (P) Effective Financial Structure (E)

Indikator Tujuan Indikator Tujuan

P1= Dana risiko pinjaman : 100% E1= Saldo Piutang : 70-80%


Kelalaian pinjaman>12bln Total Kekayaan

P2= DRP-kel.pinjaman>12bln: 35% E5= Simp. Non-saham : 70-80%


Kelalaian pinjaman>12bln Total Kekayaan

E7= Simpanan Saham : 10-20%


Total Kekayaan

E8= Modal Lembaga : Min 10%


Total Kekayaan
Lanjutan...
Asset Quality (A) Rates of Return on Cost (R)

Indikator Tujuan Indikator Tujuan

A1= Jlh Kelalaian Pinjaman: < 5% R7 = Total margin pendptn kotor: 10-20%
Total Piutang Rata-rata total aset

A5= Jlh Kekayaan tdk mhasilkn: < 5% R8 = Total biaya operasional: 3-10%
Total kekayaan Rata-rata total aset

A6= Modal Lembaga+dana tdk by >/=100% R10= Pendapatan bersih/SHU: 10-20%


Asset tdk menghasilkan Rata-rata total aset
Lanjutan...
Liquidity (L) Sign of Growth (S)

Indikator Tujuan Indikator Tujuan

L1= Investasi lancar-kewajiban : Min 15% S1= Total aset 02 - total aset 01 Min 10%
Jumlah non-saham Total aset 01

L2= Kas+cek: < 1% S6= Jml angg 02- jml angg. 01 Min 5%
Total aset skecil mkn Jml angg. 01

S6= SHU 02 – SHU 01 Min 20%


SHU 01
c. Penilaian Kinerja Koperasi: Model Indeksasi
(Menggunakan Kuadran  profil/posisi jatidiri koperasi)
Dikembangkan: Daniel Cote (Universitas Montreal) dan ICA ROAP
Jatidiri +10
Kop.

I.
II. Keadaan terbaik

Pengendalian negara Mampu Bersaing

-10
+10

III.
Keadaan terburuk
IV
-10 Orientasi investor/dikendalikan modal
d. Pemeringkatan Koperasi oleh Kemenkop

Metode Penilaian Kinerja Koperasi yang Digunakan Pemerintah saat ini

1. Pemeringkatan Koperasi 

Permen KUKM RI Nomor 22/Per/M.KUKM/IV/2007 tentang Pedoman


Pemeringkatan Koperasi.

2. Penilaian Koperasi berprestasi (Koperasi Award)  Permen KUKM RI


Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 tentang Pedoman Penilaian Koperasi
Berprestasi (Koperasi Award)
Pemeringkatan Koperasi

adalah suatu kegiatan penilaian terhadap kondisi dan atau


kinerja koperasi melalui sistem pengukuran yang obyektif
dan transparan dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang dapat menggambarkan tingkat kualitas dari suatu
koperasi.
Tujuan Pemeringkatan Koperasi (Pasal 2)
Tujuan pemeringkatan koperasi adalah :
✢ a. mengetahui kinerja koperasi dalam suatu periode tertentu.
✢ b. menetapkan peringkat kualifikasi koperasi.
✢ c.mendorong koperasi agar menerapkan prinsip-prinsip koperasi dan kaidah
bisnis yang sehat.

Persyaratan Koperasi (Pasal 6)


Pemeringkatan koperasi dilaksanakan bagi koperasi yang memenuhi syarat sebagai
berikut :
✢ a. Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder
✢ b. Berbadan hukum minimal 1 (satu) tahun
✢ c.Telah melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT)
✢ Pelaksana pemeringkatan koperasi adalah Lembaga Independen yang memiliki
kompetensi dan rofesionalisme di bidangnya. (Pasal 5)
Tujuan Pemeringkatan Koperasi:

a. Bagi Kementerian Negara Koperasi dan UKM


1). Tersedianya data koperasi yang lengkap dan ”up to date” untuk digunakan
sebagai dasar dalam penetapan pola (bentuk, struktur, dan proses)
pembinaan koperasi dalam jangka panjang.
2). Peringkat dan kriteria yang jelas untuk digunakan sebagai dasar penetapan
prioritas dalam penyaluran dan pengembangan koperasi.
3). Pemeringkatan ini dapat digunakan sebagai framework untuk penetapan
kebijakan dan prioritas pembinaan koperasi secara lintas sektoral dan
berkelanjutan.
4). Hasil pemeringkatan dapat memberikan gambaran sosok koperasi yang
berkualitas. Koperasi berkualitas ini diwujudkan melalui proses pembinaan
yang mengandung 2 (dua) upaya penting yaitu : mengklasifikasikan
koperasi dan perbaikan kinerja.
Tujuan Pemeringkatan Koperasi:
b.Bagi Pelanggan/Pengguna Jasa Koperasi

Sebagai bentuk jaminan atas kredibilitas koperasi dalam melakukan transaksi usaha dengan pihak
pelanggan/ pengguna jasa koperasi.

c. Bagi Koperasi Yang Bersangkutan

1). Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam organisasinya serta sebagai dasar
pengembangan dan perbaikan organisasi dikemudian hari.

2). Sebagai simbol dan kebanggaan bagi pemiliknya (karena berupa dokumen sertifikat dan logo)
sehingga menjadi ”goodwill” untuk kemajuan usahanya.

3). Sebagai modal dan pengakuan untuk dapat memperoleh prioritas utama guna diikutsertakan pada
berbagai program pemerintah di bidang koperasi. Sebagai kartu pass bagi kegiatan promosi melalui
website guna diperkenalkan ke seluruh penjuru dunia.
Tujuan Pemeringkatan Koperasi:
d. Bagi Lembaga Perbankan/Pembiayaan

1). Dapat dijadikan referensi penting dalam proses pengucuran kredit


dan pendanaan permodalan bagi koperasi.

2). Dapat dijadikan sebagai indikator pola Bapak Angkat dalam


pengucuran krdit berskala kecil bagi masyarakat luas melalui
koperasi.
Hasil Pemeringkatan Koperasi:
Pasal 8

Hasil pemeringkatan koperasi ditetapkan dalam 5 (lima) klasifikasi


kualitas :
a. Koperasi dengan kualifikasi ”Sangat Berkualitas”, dengan jumlah
penilaian diatas 419.
b. Koperasi dengan kualifikasi ”Berkualitas”, dengan jumlah penilaian
340 sampai dengan 419.
c. Koperasi dengan kualifikasi ”Cukup Berkualitas”, dengan jumlah
penilaian 260 sampai dengan 339.
d. Koperasi dengan kualifikasi ”Kurang Berkualitas”, dengan jumlah
penilaian 180 sampai dengan 259.
e. Koperasi dengan kualifikasi ”Tidak Berkualitas”, dengan jumlah
penilaian kurang dari 180.
Hasil Pemeringkatan Koperasi:
Dalam tahun 2007 telah dilaksanakan pemeringkatan koperasi terhadap
10.016 koperasi di seluruh Indonesia. Hasilnya dapat diperoleh:

- sebanyak 7.918 koperasi sebagai koperasi berkualitas: 4 koperasi dengan


kualifikasi ”Sangat Berkualitas; 2.592 koperasi dengan kualifikasi
”Berkualitas”; dan 5.322 koperasi dengan kualifikasi ”Cukup Berkualitas”).

- Sedangkan sisanya sebanyak 2.098 koperasi sebagai koperasi tidak


berkualitas atau koperasi dengan kualifikasi ”Kurang Berkualitas” dan
”Tidak Berkualitas”.
Hubungan Dimensi Strategis, Critical Success Factors, dan
Indikator Koperasi Berkualitas
Dimensi Strategis Critical Success Factors Indikator

Koperasi sebagai 1. Badan usaha aktif 8 indikator


BADAN USAHA
2. Kinerja usaha yang semakin 5 indikator
sehat
Koperasi sebagai 3. Kohesivitas dan partisipasi 7 indikator
KUMPULAN anggota
ORANG 4. Orientasi terhadap pelayanan 3 indikator
anggota
Koperasi sebagai 5. Pelayanan kepada masyarakat 4 indikator
AGEN
PEMBANGUNAN 6. Kontribusi terhadap 2 indikator
pembangunan daerah
Indikator Pemeringkatan Koperasi:

1. Badan Usaha Aktif:


 Penyelenggaraan rapat-rapat sesuai ketentuan

 Manajemen pengawasan

 Keberadaan dan tingkat realisasi RK & RAPB

 Kondisi operasional kegiatan/usaha yg dilakukan

 Kinerja kepengurusan

 Tertib administrasi

 Keberadaan sistem informasi

 Kemudahan untuk mengakses informasi


Indikator Pemeringkatan Koperasi:

2. Kinerja Usaha yang semakin sehat:

✢ Membaiknya struktur permodalan

✢ Tingkat kesehatan kondisi keuangan

✢ Kemampuan bersaing

✢ Strategi bersaing

✢ Inovasi yang dilakukan


Indikator Pemeringkatan Koperasi:

3. Kohesivitas dan partisipasi Anggota:


✢ Kohesivitas anggota
✢ Rasio peningkatan jumlah anggota
✢ Persentase ∑ anggota yg melunasi simpanan wajib
✢ Persentase besaran simpanan anggota selain sim-panan pokok dan simpanan wajib
✢ Tingkat pemanfaatan pelayanan Koperasi
✢ Pola pengkaderan

4. Orientasi terhadap pelayanan anggota:


✢ Pendidikan dan latihan anggota
✢ Keterkaitan usaha Koperasi dengan kepentingan anggota
✢ Transaksi usaha Koperasi dengan usaha anggota
Indikator Pemeringkatan Koperasi:

5. Pelayanan kepada masyarakat:


✢ Penyerapan usaha/kegiatan Koperasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat
non-anggota
✢ Persentase besaran dana yang disisihkan untuk kegiatan Community
Development
✢ Kemudahan masy. mendapatkan informasi bisnis
✢ Tanggapan masyarakat thd keberadaan Koperasi

6. Kontribusi terhadap Pembangunan Daerah:


✢ Ketaatan Koperasi dalam pembayaran pajak
✢ Pertumbuhan penyerapan tenaga kerja Koperasi
Penilaian Koperasi berprestasi
(Koperasi Award)
Aspek Indikator

1. Organisasi 1. Pelunasan SP angg; 2. Pelunasan SW angg; 3.Penyeleng garaan RAT; 4.rasio


kehadiran angg dlm RAT; 5.rencana kegiatan dan RAPB; 6.rasio peningkatan jmlh
angg; 7. Diklat utk angg; 8. Diklat utk pengelola; 9. Tersedia anggaran khusus
&penyisihan dana pendidikan;10. pemeriksaan

2. Tata laksana dan Manajemen 1. Rasio pencatatan anggota thd yg sebenarnya; 2.rasio anggaran
pendapatan;3.rasio anggaran belanja;4.ealisasi SHU; 5.Keterkaitan usaha koperasi
dg usaha angg; 6.penerangan dan penyuluhan;7.media informasi; 8. sarana kantor
dan usaha koperasi

3. Produktivitas 1. Rentabilitas modal sendiri;2. treturn on asset(ROA);3. Asset turn over


(ATO);4.kemampuan menghasilkan laba (net profit margin);5. current ratio;
6.total hutang thd asset;7.total hutang thd modal sendiri;8.transaksi usaha kop dg
usaha angg; 9 perputaran piutang

4. Manfaat dan dampak 1.Kerjasama usaha scr vertikal;2. kerjasama usaha dg badan usaha lain;3.manfaat
kerjasama;4. penyerapan tenaga kerja;5,pembayaran pajak, cukai/retribusi;6.dana
sosial
Tujuan Penilaian Koperasi Berpretasi/ Koperasi Award adalah:

a. Memberikan motivasi pada koperasi agar dapat berfungsi sebagai lembaga


ekonomi yang mampu meningkatkan pendapatan anggota dan masyarakat;

b. Mengetahui kinerja koperasi dalam suatu periode tertentu sebagai gambaran


keberhasilan upaya pengembangan koperasi;

c. Mengembangkan sinergi pemberdayaan Koperasi dan peningkatan peran


serta Instansi terkait serta Gerakan Koperasi dan masyarakat dalam
pengembangan koperasi.
Sasaran Penilaian Koperasi Berprestasi/Koperasi Award :

a. Koperasi Kelompok Simpan Pinjam, yang termasuk adalah : Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP-Koperasi), Koperasi Bank Perkreditan
Rakyat (KBPR), dan koperasi yang melaksanakan usaha di bidang jasa keuangan dan
pembiayaan;
b. Koperasi Kelompok Konsumen, yang termasuk adalah : Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI), Koperasi Karyawan (KOPKAR), Koperasi di lingkungan Tentara
Nasional Indonesia (TNI), dan koperasi fungsional lainnya;
c. Koperasi Kelompok Produsen, yang termasuk adalah : Koperasi Pengrajin Tahu Tempe
(KOPTI), Koperasi Pertanian (KOPTAN), Koperasi Industri Kerajinan Rakyat
(KOPINKRA) dan jenis koperasi produsen lainnya;
d. Koperasi Kelompok Aneka Usaha, yang termasuk adalah : Koperasi Unit Desa (KUD),
Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Angkutan, Koperasi Profesi, Koperasi Audit,
Koperasi Perumahan dan Koperasi jasa Lainnya,
e. Koperasi Wanita;
f. Koperasi Pondok Pesantren
g. Koperasi Pedagang Pasir.
8. TINGKAT KESEHATAN KOPERASI
▰ Tingkat kesehatan koperasi merupakan suatu tolak ukur untuk
kondisi ataupun keadaan koperasi pada suatu periode tertentu.
Pada Koperasi Simpan Pinjam, pengukuran tingkat kesehatan
koperasi juga diperlukan guna melihat ataupun mengetahui
bagaimana kondisi ataupun keadaan dari Koperasi Simpan Pinjam
tersebut. Penilaian tingkat kesehatan koperasi simpan pinjam
dapat dinilai berdasarkan beberapa aspek atau beberapa indikator
yang sudah ditentukan.
▰ Peraturan deputi bidang pengawasan Kementrian Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor : 06/ Per/ Dep.6/
IV/ 2016) ada 7 aspek dalam penilaian suatu tingkat kesehatan
koperasi simpan pinjam.
1062
Lanjutan...

7 aspek, diantaranya:
1. Aspek Pemodalan

2. Aspek Kualitas Aktiva Produktif

3. Aspek Manajemen

4. Aspek Efisiensi

5. Aspek Likuiditas

6. Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan g. Aspek Jati

Diri Koperasi

1063
a. Aspek Permodalan

Pada peraturan pemerintah nomor: 06/PER/DEP.06/IV/2016


tentang penilaian kesehatan koperasi simpan pinjam dan unit simpan
pinjam koperasi, untuk aspek permodalan nilai maksimal adalah 15,00.
Penilaian pada aspek permodalan berdasarkan 3 (tiga) rasio diantaranya
adalah rasio modal sendiri terhadap total aset, rasio modal sendiri terhadap
pinjaman diberikan yang berisiko, dan rasio kecukupan modal sendiri.
Untuk mencapai nilai maksimal (15,00) dalam peraturan pemerintah nomor:
06/PER/DEP.06/IV/2016 dibagi berdasarkan 3 (tiga) rasio tersebut, rasio
modal sendiri terhadap total aset (6,00), rasio modal sendiri terhadap
pinjaman diberikan yang berisiko (6,00), dan rasio kecukupan modal sendiri
(3,00).

1064
b. Aspek Kualitas Aktiva Produktif

Perhitungan skor ataupun jumlah skor pada aspek


kualitas aktiva produktif sesuai dengan peraturan pemerintah
nomor: 06/PER/DEP.06/IV/2016 adalah sebesar 25,00. Untuk
mencapai skor maksimal (25,00) pada aspek kualitas aktiva
produktif dibagi menjadi 4 (empat) komponen rasio
diantaranya adalah rasio volume pinjaman pada anggota
terhadap volume pinjaman diberikan (10,00), rasio risiko
pinjaman bermasalah terhadap pinjaman yang diberikan
(5,00), rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah
(5,00), dan rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman
yang diberikan (5,00).

1065
c. Aspek Manajemen

Pada peraturan pemerintah nomor:


06/PER/DEP.06/IV/2016 tentang penilaian kesehatan
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
telah ditentukan skor maksimal untuk aspek manajemen. Skor
maksimal yang telah diatur dalam peraturan pemerintah
nomor: 06/PER/DEP.06/IV/2016 adalah sebesar 15,00. Skor
tersebut dibagi berdasarkan penjumlahan dari perhitungan 4
(empat) komponen aspek manajemen diantaranya adalah
manajemen umum (3,00), manajemen kelembagaan (3,00),
manajemen permodalan (3,00), manajemen aktiva (3,00), dan
manajemen likuiditas (3,00).

1066
d. Aspek Efisiensi

Perhitungan aspek efisiensi didasarkan pada


perhitungan 3 (tiga) rasio diantaranya adalah rasio beban
operasional anggota terhadap partisipasi bruto, rasio beban
usaha terhadap SHU kotor, dan rasi efisiensi pelayanan.
Pada peraturan pemerintah nomor: 06/PER/DEP.06/IV/2016
tentang penilaian kesehatan jumlah skor untuk aspek efisiensi
adalah sebesar 10,00. jumlah skor maksimal sebesar 10,00
tersebut dibagi berdasarkan rasio beban operasional anggota
terhadap partisipasi bruto (4,00), rasio beban usaha terhadap
SHU kotor (4,00), dan rasio efisiensi pelayanan (2,00).

1067
e. Aspek Likuiditas

Pada aspek likuiditas perhitungan skor dibagi


berdasarkan 2 (dua) rasio diantaranya adalah rasio kas dan
rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima.
Sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah
kementrian koperasi dan usaha kecil dan menengah dalam
peraturan nomor: 06/PER/DEP.06/IV/2016 tentang penilaian
kesehatan koperasi, jumlah skor maksimal untuk aspek
likuiditas sebesar 15,00. Untuk mencapai nilai maksimal
dibagi berdasarkan rasio kas sebesar 10,00 dan rasio
pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima
sebesar 5,00.

1068
f. Aspek Kemandirian dan
Pertumbuhan

Berdasarkan peraturan pemerintah yang telah


ditetapkan terkait penilaian kesehatan koperasi, jumlah skor
maksimal untuk aspek kemadirian dan pertumbuhan adalah
sebesar 10,00. Jumlah skor maksimal tersebut dibagi
berdasarkan perhitungan rasio yang terkait dengan aspek
kemandirian dan pertumbuhan. Pembagian skor tersebut
adalah rasio rentabilitas aset (3,00), rasio rentabilitas modal
sendiri (3,00), dan rasio kemandirian operasional (4,00).

1069
g. Aspek Jatidiri Koperasi

Perhitungan skor untuk aspek jatidiri koperasi


berdasarkan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan
tentang penilaian kesehatan koperasi didasarkan pada 2
(dua) rasio. Rasio yang digunakan sebagai pengukuran
ataupun penjumlahan skor adalah rasio partisipasi bruto dan
rasio PEA. Sesuai peraturan pemerintah nomor:
06/PER/DEP.06/IV/2016 skor maksimal untuk aspek jatidiri
koperasi adalah sebesar 10,00.

1070
9. KLASIFIKASI HASIL PENELITIAN
Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor:
06/PER/DEP.06/IV/2016 bahwa hasil penilaian kesehatan
koperasi simpan pinjam dan unit simpan pinjam koperasi
diklasifikasikan dalam 4 (empat) kategori, yaitu:
▰ Sehat, jika hasil penilaian diperoleh total skor 80,00≤x<100
▰ Cukup Sehat, jika hasil penilaian diperoleh total skor
66,00≤x<80,00
▰ Dalam Pengawasan, jika hasil penilaian diperoleh total skor
51,00≤x<66,00
▰ Dalam Pengawasan Khusus, jika hasil penilaian diperoleh
total skor 0<x<51,00
1071
10. SASARAN PENILAIAN
KESEHATAN USAHA KSP :
a. Terwujudnya pengelolaan KSP yang sehat dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan
b. Terwujudnya pelayanan prima kepada pengguna jasa koperasi
c. Meningkatnya citra dan kredibilitas kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi
sebagai lembaga keuangan yang mampu mengelola kegiatan usaha simpan
pinjam sesuai dengan peraturan perundang-undangan
d. Terjaminnya aset kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi sesuai dengan
peraturan perundangundangan
e. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan kegiatan usaha simpan
pinjam oleh koperasi
f. Meningkatkan manfaat ekonomi anggota dalam kegiatan usaha simpan pinjam
oleh koperasi (Peraturan deputi bidang pengawasan Kementrian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Nomor: 06 / Per / Dep.6 / IV/ 2016). 1072
CONTOH?

1073
Penilaian Kinerja Kesehatan pada
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bahagia Tahun 2016

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Bahagia, merupakan salah


satu koperasi di Kota Kediri yang aktif dan terdaftar oleh
Dewan Koperasi Indonesia Daerah (DEKOPINDA) Kota
Kediri. KSP Bahagia dari tahun ke tahun juga terus
berkembang menjadi badan usaha yang meningkatkan
kesejahteraan ekonomi para anggotanya pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya, selain itu simpanan pada
KSP Bahagia juga mengalami peningkatan.

1074
Tabel. Hasil Skor Kesehatan KSP Bahagia Tahun 2016

1075
Kesimpulan :

Dari perhitungan ketujuh aspek pada KSP Bahagia tahun 2016


sesuai dengan peraturan menunjukkan bahwa kondiri KSP Bahagia
tahun 2016 cukup sehat.
KSP Bahagia memiliki kelemahan pada beberapa aspek,
diantaranya pada aspek likuiditas. Jika sesuai dengan peraturan
pemerintahn maksimal skor untuk aspek likuiditas adalah 15,00 namun
pada KSP Bahagia total skor untuk aspek likuiditas hanya sebesar 5,00.
Aspek kemandirian dan pertumbuhan juga termasuk salah satu aspek
dengan skor rendah. Sesuai dengan peraturan pemerintah aspek
kemandirian dan pertumbuhan memiliki jumlah skor sebesar 10,00,
namun pada KSP Bahagia jumlah skor untuk aspek kemandirian dan
pertumbuhan hanya sebesar 5,50.

1076
SUMBER MATERI:

▰ http://pena.gunadarma.ac.id/perbandingan-tatacara-penilaian-
tingkat-kesehatan-bank/
▰ Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 51 No. 2 Oktober 2017
www.administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
▰ Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Vol. 35 No. 1 Juni 2016
www.administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
▰ https://zinsari.wordpress.com/2013/06/05/memahami-
penilaian-tks-bank-perkreditan-rakyat/

1077
BAB 13
PENILAIAN KINERJA
BADAN USAHA MILIK
NEGARA (BUMN)
DAN
GOOD CORPORATE
GOVERNANCE (GCG)
1. PENGERTIAN BUMN

◎ Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


merupakan badan usaha yang sebagian besar
atau seluruh modal berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan, serta membuat suatu
produk atau jasa yang sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
Lanjutan...
◎ Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 740
Tahun 1989 tentang Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas Badan Usaha
Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang
seluruh modalnya dimilki negara, namun tidak seluruh sahamnya dimiliki
negara.
◎ Menteri Badan Usaha Milik Negara dengan mempertimbangkan
perkembangan dunia usaha dalam situasi perekonomian yang semakin
terbuka perlu dilandasi dengan sarana dan sistem penilaian kinerja yang
dapat mendorong perusahaan ke arah peningkatan efisiensi dan daya saing,
mengeluarkan standar penilaian kinerja perusahaan BUMN yang tidak hanya
terfokus pada penilaian kinerja keuangan, yang tertuang dalam Keputusan
Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang penilaian Tingkat
Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.
2. KLASIFIKASI BUMN
◎ Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah
BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi
dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan.
◎ Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero
Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya
memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran
umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar
modal.
LANJUTAN...

◎ Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum,


adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan
tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan
umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
3. PENGGOLONGAN BUMN
Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-
100/MBU/2002, Badan Usaha Milik Negara dapat digolongkan
sebagai berikut:

Badan Usaha Milik Negara Non Jasa


1. Keuangan

Badan Usaha Milik Negara Jasa Keuangan.


BUMN jasa keuangan adalah BUMN yang
2. bergerak dalam bidang usaha perbankan,
asuransi, jasa pembiayaan dan jasa
penjaminan.
Badan Usaha Milik Negara Non Jasa
Keuangan

a. BUMN Infrastruktur adalah BUMN yang kegiatannya menyediakan


barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat luas, yang bidang
usahanya meliputi:
1) Pembangkitan, transmisi atau pendistribusian tenaga listrik.
2) Pengadaan dan atau pengoperasian sarana pendukung pelayanan
angkutan barang atau penumpang baik laut, udara atau kereta api.
3) Jalan dan jembatan tol, dermaga, pelabuhan laut atau sungai atau
danau, lapangan terbang dan bandara.
4) Bendungan dan irigasi.
b. BUMN Non Infrastruktur adalah BUMN yang bidang usahanya
diluar bidang usaha BUMN Infrastruktur.
4. MAKSUD DAN TUJUAN
PENDIRIAN BUMN
• memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
1 umumnya dan penerimaan negara pada khususnya;

• mengejar keuntungan
2
1.
• menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
3 banyak;

• menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh


4 sektor swasta dan koperasi;

2.
• turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
5 ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
5. PENILAIAN KINERJA

◎ Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik


efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi,
dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi 2009:353). Hasil
penilaian tersebut kemudian akan digunakan sebagai umpan
balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana serta penyesuaian yang perlu
dilakukan perusahaan atas perencanaan dan pengendalian
(Yuwono, et al, 2007:24).
6. PENIALIAN TINGKAT KESEHATAN
PERUSAHAAN BUMN
(1) Penilaian Tingkat Kesehatan
BUMN digolongkan menjadi:

a. SEHAT, yang terdiri dari :


b. KURANG SEHAT, yang terdiri dari :
BBB apabila 50 <TS< =65
AAA apabila total (TS) lebih besar
dari 95 BB apabila 40 <TS< =50
AA apabila 80 <TS< =95 B apabila 30 <TS< =40
A apabila 65 <TS< =80 c. TIDAK SEHAT, yang terdiri dari :
CCC apabila 20 <TS< =30
CC apabila 10 <TS< =20
C apabila TS< =10
7. BADAN USAHA MILIK NEGARA
JASA KEUANGAN
Dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang
penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

Pasal 7
Penilaian tingkat kesehatan BUMN jasa keuangan dibedakan antara BUMN yang
bergerak dalam bidang usaha perbankan, asuransi, jasa pembiayaan dan jasa
penjaminan.

Pasal 8
Pengelompokan BUMN yang bergerak dalam bidang usaha jasa keuangan dan
indikator penilaian Hasil penilaian Aspek Keuangan, Aspek Operasional, Aspek
Administrasi ditetapkan dengan Keputusan Menteri BUMN tersendiri.
8. TATA CARA PENILAIAN TINGKAT
KESEHATAN BUMN NON JASA KEUANGAN
Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap
kinerja perusahaan untuk tahun buku bersangkutan yang meliputi
penilaian dari aspek:

1 • aspek keuangan,

2 • aspek operasional,

3 • aspek administrasi.
Lanjutan...
Tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian
terhadap kinerja perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan,
yang meliputi penilaian:
1. aspek keuangan dengan total bobot 50 untuk BUMN infrastruktur dan 70
untuk BUMN Non Infrastruktur,
2. aspek operasional dengan total bobot 35 untuk Infrstruktur dan 15 untuk
Non Infrastruktur,
3. aspek administrasi dengan total bobot 15 untuk Infrastruktur maupun Non
Infrastruktur.

Setiap indikator yang dinilai dalam ketiga aspek tersebut akan diberi
skor yang mencerminkan kinerjanya.

1.ASPEK
KEUANGAN

1091
1. Total bobot
- BUMN INFRA STRUKTUR (Infra)
50
- BUMN NON INFRA STRUKTUR (Non Infra)
70
2. Indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya. Dalam penilaian aspek keuangan ini,
indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya adalah seperti pada tabel 1 dibawah ini :

109
109
a. Imbalan Kepada Pemegang Saham atau
Return On Invesment (ROE)

Return On Equity merupakan rasio yang


menunjukkan tingkat penghasilan perusahaan atas
modal yang diinvestasikan (Syamsuddin 2009:74).

Return On Equity dapat dihitung dengan


rumus:
ROE : Laba setelah Pajak x 100
% Modal Sendiri
109
Definisi :
- Laba setelah Pajak adalah Laba setelah Pajak dikurangi dengan laba hasil
penjualan dari :
• Aktiva tetap
• Aktiva Non Produktif
• Aktiva Lain-lain
• Saham Penyertaan Langsung
- Modal Sendiri adalah seluruh komponen Modal Sendiri dalam neraca
perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen
Modal sendiri yang digunakan untuk membiayai Aktiva Tetap dalam
Pelaksanaan dan laba tahun berjalan. Dalam Modal sendiri tersebut di atas
termasuk komponen kewajiban yang belum ditetapkan statusnya.
- Aktiva Tetap dalam pelaksanaan adalah posisi pada akhir tahun buku
Aktiva Tetap yang sedang dalam tahap pembangunan.
109
Contoh perhitungan :
PT "A" (BUMN Non Infra) mempunyai ROE 10 %, maka sesuai
tabel 2 skor untuk indikator ROE adalah 14.
109
b. Imbalan Investasi atau Return On
Investment (ROI)

Return On Investment merupakan salah satu bentuk dari


rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan untuk
menghasilkan keuntungan (Munawir, 2007:107).

Return On Investment dapat dihitung dengan rumus:


ROI : EBIT + Penyusutan x 100 %
Capital Employed
109
Definisi :
- EBIT adalah laba sebelum bunga dan pajak dikurangi laba
dari hasil penjualan dari :
• Aktiva Tetap
• Aktiva lain-lain
• Aktiva Non Produktif
• Saham penyertaan langsung
- Penyusutan adalah Depresiasi, Amortisasi dan Deplesi
- Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun buku Total
Aktiva dikurangi Aktiva Tetap dalam pelaksanaan.

109
Contoh perhitungan :
PT "A" (BUMN Infra) memiliki ROI 14 %, maka sesuai tabel 3
skor untuk indikator ROI adalah 8 .
109
c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio ini merupakan rasio likuiditas yang paling


menjamin pembayaran hutang jangka pendek,
semakin tinggi rasio likuiditas menunjukkan semakin
baik kondisi keuangan jangka pendek perusahaan,
dan sebaliknya (Sudana, 2011:21).

Cash Ratio dapat dihitung dengan rumus:


Cash Ratio = Kas + Bank + Surat Berharga Jangka pendek
x 100 % Current Liabilities
110
Definisi :

- Kas, Bank dan surat Berharga Jangka


Pendek adalah posisi masing-masing pada
akhir tahun buku.
- Current Liabilities adalah posisi seluruh
kewajiban Lancar pada akhir tahun buku.

110
Contoh perhitungan :
PT "A" (BUMN Infra) memiliki cash ratio sebesar 32%, maka
sesuai tabel 4 skor untuk indikator cash ratio adalah 2,5.
110
d. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio yang paling


umum digunakan untuk menganalisa posisi modal
kerja suatu perusahaan yaitu perbandingan antara
aktiva lancar dengan hutang lancar (Munawir,
2007:89).

Current Ratio dapat dihitung dengan rumus:


Current ratio : Current Asset x 100 %
Current Liabillities
110
Definisi :

- Current Asset adalah posisi Total Aktiva


Lancar pada akhir tahun buku
- Current Liabilities adalah posisi Total
Kewajiban Lancar pada akhir tahun buku .

110
Contoh perhitungan :
PT "A" (BUMN Non Infra) memiliki current ratio sebesar 115 %,
maka sesuai tabel 5 skor untuk Indikator Current Ratio adalah 4.
110
e. Collection Periods (CP)

Collection Periods merupakan rasio yang menunjukkan


berapa lama (hari) pejualan terikat pada piutang atau berapa
lama waktu yang diperlukan sejak perusahaan itu melakukan
penjualan, sampai dengan penerimaan pembayaran tunai
(Rangkuti, 2011:76).

Collection Periods dapat dihitung dengan rumus:


CP = Total Piutang Usaha x 365 hari
Total Pendapatan Usaha

110
Definisi :

- Total Piutang Usaha adalah posisi Piutang


Usaha setelah dikurangi Cadangan
Penyisihan Piutang pada akhir tahun buku.
- Total Pendapatan Usaha adalah jumlah
Pendapatan Usaha selama tahun buku.

110
110
Contoh perhitungan :

Contoh 1 :
PT "A" (BUMN Non Infra) pada tahun 1999 memiliki Collection
Periods 120 hari dan pada tahun 1998 sebesar 127 hari.
Sesuai tabel 6 di atas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Collection Periods : 4
- Perbaikan Collection periods (7 hari) : 1,8 Dalam hal ini,
dipilih skor yang lebih besar yaitu : 4

110
Lanjutan...

Contoh 2 :
PT "B" (BUMN Infrastruktur) pada tahun 1999 memiliki Collection
Periods 240 hari dan pada tahun 1998 sebesar 272 hari.
Sesuai tabel 6 diatas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Collection periods : 1,2
- Perbaikan Collection periods (32 hari) : 3,5 Dalam hal ini,
dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5

111
f. Perputaran persediaan (PP)

Perputaran persediaan digunakan untuk


mengukur berapa kali dana yang tertanam dalam
persediaan berputar dalam setahun (Syamsuddin
2009:69).

Perputaran persediaan dapat dihitung dengan rumus:


PP = Total Persediaan x 365
Total Pendapatan Usaha

111
Definisi :
- Total Persediaan adalah seluruh persediaan yang
digunakan untuk proses produksi pada akhir tahun
buku yang terdiri dari persediaan bahan baku,
persediaan barang setengah jadi dan persediaan
barang jadi ditambah persediaan peralatan dan
suku cadang.
- Total Pendapatan Usaha adalah Total
Pendapatan Usaha dalam tahun buku yang
bersangkutan.
111
111
Contoh perhitungan :

Contoh 1 :
PT "A" (BUMN Non Infra) pada tahun 1999 memiliki Perputaran
Persediaan 180 hari dan pada tahun 1998 sebesar 195 hari.
Sesuai tabel 7 diatas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Perputaran Persediaan : 3
- Perbaikan Perputaran Persediaan (15 hari) : 2,4 Dalam hal
ini, dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3

111
Lanjutan...

Contoh 2 :
PT "B" (BUMN Infra struktur) pada tahun 1999 memiliki
Perputaran Persediaan 240 hari dan pada tahun 1998 sebesar
272 hari.
Sesuai dengan tabel 7 diatas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Perputaran Persediaan : 1,2
- Perbaikan Perputaran Persediaan (32 hari) : 3,5 Dalam hal
ini, dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5

111
g. Perputaran Total Aset/ Total Asset Turn
Over (TATO)

Perputaran total aset menunjukkan tingkat


efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan
di dalam menghasilkan volume penjualan
(Syamsuddin 2009:62).

TATO dapat dihitung dengan rumus:


TATO = Total Pendapatan x 100 %
Capital Employed

111
Definisi :

- Total Pendapatan adalah Total Pendapatan


Usaha dan Non Usaha tidak termasuk pendapatan
hasil penjualan Aktiva Tetap
- Capital Employed adalah posisi pada akhir tahun
buku total Aktiva dikurangi Aktiva Tetap Dalam
Pelaksanaan.

111
111
Contoh perhitungan :

Contoh 1 :
PT "A" (BUMN Non Infrastruktur) pada tahun 1999 memiliki
Perputaran Total Asset sebesar 70 % dan pada tahun 1998
sebesar 60% hari.
Sesuai tabel 8 di atas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Perputaran Total Asset : 3
- Perbaikan Perputaran Total Asset (10%) : 3,5 Dalam hal ini,
dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5

111
Lanjutan...

Contoh 2 :
PT "B" (BUMN Infrastruktur) pada tahun 1999 memiliki
Perputaran Total Asset sebesar 108 % dan pada tahun 1998
sebesar 98%.
Sesuai tabel 8 di atas, maka skor tahun 1999 menurut :
- Tingkat Perputaran Total Asset : 3,5
- Perbaikan Perputaran Total Asset (10%) : 2,5 Dalam hal ini,
dipilih skor yang lebih besar yaitu : 3,5

112
h. Rasio Total Modal Sendiri Terhadap
Total Aset (TMS terhadap TA)

Rasio total modal sendiri terhadap total asset


menunjukkan persentase investasi dalam total aktiva yang
telah dibelanjai dengan dana yang berasal dari modal
sendiri (Jumingan, 2011:135).

Rasio total modal sendiri terhadap total aset dapat dihitung


dengan rumus:
TMS terhadap TA : Total Modal Sendiri x
100%
Total Asset 112
Definisi :

- Total Modal Sendiri adalah seluruh komponen


Modal Sendiri pada akhir tahun buku diluar dana-
dana yang belum ditetapkan statusnya.
- Total Asset adalah Total Asset dikurangi dengan
dana-dana yang belum ditetapkan statusnya pada
poisisi akhir tahun buku yang bersangkutan.

112
Contoh perhitungan :
PT "B" (BUMN Non Infra) memiliki rasio Modal Sendiri terhadap
Total Asset sebesar 35 %, maka sesuai tabel 9 skor untuk
indikator rasio Total Modal Sendiri terhadap Total Asset adalah
10.
112

2. ASPEK
OPERASIONAL

1124
1. Total bobot
- BUMN INFRASTRUKTUR 35
- BUMN NON INFRASTRUKTUR 15
2. Indikator yang dinilai meliputi unsur-unsur
kegiatan yang dianggap paling dominan dalam
rangka menunjang keberhasilan operasi sesuai
dengan visi dan misi perusahaan. Beberapa
indikator penilaian yang dapat digunakan adalah
sebagaimana dalam "Contoh Indikator Aspek
Operasional"
112
3. Jumlah Indikator
Jumlah indikator aspek operasional yang digunakan untuk
penilaian tingkat kesehatan setiap tahunnya minimal 2 (dua)
indikator dan maksimal 5 (lima) indikator, dimana apabila
dipandang perlu indikatorindikator yang digunakan untuk penilaian
dari suatu tahun ke tahun berikutnya dapat berubah. Misalnya,
suatu indikator yang pada tahun sebelumnya selalu digunakan,
dalam tahun ini tidak lagi digunakan karena dianggap bahwa untuk
kegiatan yang berkaitan dengan indikator tersebut perusahaan
telah mencapai tingkatan/ standar yang sangat baik, atau karena
ada indikator lain yang dipandang lebih dominan pada tahun yang
bersangkutan.

112
4. Sifat penilaian dan kategori penilaian:
Penilaian terhadap masing-masing indikator dilakukan secara
kualitatif dengan kategori penilaian dan penetapan skornya sebagai
berikut :
- Baik sekali (BS) : skor = 100% x Bobot indikator yang
bersangkutan
- Baik (B) : skor = 80% x Bobot indikator yang bersangkutan
- Cukup (C) : skor = 50% x Bobot indikator yang bersangkutan
- Kurang (K) : skor = 20% x Bobot indikator yang bersangkutan

112
Definisi untuk masing-masing kategori penilaian secara umum adalah
sebagai berikut :
- Baik sekali : Sekurang-kurangnya mencapai standar normal atau
diatas normal baik diukur dari segi kualitas (waktu, mutu dan
sebagainya) dan kuantitas (produktivitas, rendemen dan
sebagainya).
- Baik : Mendekati standar normal atau sedikit dibawah standar
normal namun telah menunjukkan perbaikan baik dari segi kuantitas
(produktivitas, rendemen dan sebagainya) maupun kualitas (waktu,
mutu dan sebagainya).
- Cukup : Masih jauh dari standar normal baik diukur dari segi
kualitas (waktu, mutu dan sebagainya) namun kuantitas
(produktivitas, rendemen dan sebagainya) dan mengalami
perbaikan dari segi kualitas dan kuantitas.
- Kurang : Tidak tumbuh dan cukup jauh dari standar normal
112
5. Mekanisme Penilaian
a. Penetapan indikator dan penilaian masing-masing bobot
- Indikator aspek operasional yang digunakan untuk penilaian
setiap tahunnya ditetapkan oleh RUPS untuk PERSERO
atau Menteri Badan Usaha Milik Negara untuk PERUM pada
pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP) Tahunan perusahaan.
- Sebelum pengesahan RKAP tahunan oleh RUPS untuk
PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM,
Komisaris/Dewan Pengawas wajib menyampaikan usulan
tentang indikator aspek operasional yang digunakan untuk
penilaian tahun buku yang bersangkutan dan besar bobot
masing-masing indikator tersebut kepada Pemegang Saham
untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM.

112
Lanjutan...

- Dalam menyampaikan usulan indikator dan besaran bobot tersebuut,


Komisaris/Dewan Pengawas wajib memberikan justifikasi mengenai masing-
masing indikator aspek operasional yang diusulkan untuk digunakan dan
dasar pembobotannya.
- Dalam pengesahan RKAP tahun yang bersangkutan, RUPS untuk
PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM sekaligus menetapkan
indikator operasional yang digunakan untuk tahun yang bersangkutan dan
masing-masing bobotnya dengan antara lain mempertimbangkan usul
Komisaris/Dewan Pengawas tersebut di atas.
- Khusus untuk penilaian tingkat kesehatan tahun buku 2002, Komisaris dan
Dewan Pengawas BUMN yang penilaian tingkat kesehatannya diatur dengan
Surat Keputusan ini wajib menyampaikan usul tentang indikator-indikator
aspek operasional yang akan digunakan berikut masing-masing bobotnya
kepada Kementerian BUMN selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
tanggal Surat Keputusan ini diterbitkan.
113
b.Mekanisme penetapan nilai
- Sebelum diselenggarakan RUPS untuk PERSERO atau Menteri BUMN
untuk PERUM pengesahan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit,
Komisaris/Dewan Pengawas wajib menyampaikan kepada Pemegang
Saham untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM penilaian
kinerja perusahaan berdasarkan indikator-indikator aspek operasional dan
bobot yang telah ditetapkan oleh RUPS untuk PERSERO atau Menteri
BUMN untuk PERUM dalam pengesahan RKAP tahun yang
bersangkutan.
- Dalam menyampaikan usulan penilaian tersebut Komisaris/Dewan
Pengawas diharuskan memberikan justifikasi atas penilaian masing-
masing indikator aspek operasional yang digunakan.
- RUPS untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM dalam
pengesahan laporan keuangan menetapkan penilaian terhadap aspek
operasional yang antara lain memperhatikan usulan Komisaris/Dewan
Pengawas.
113
6. Contoh Perhitungan

113

3. ASPEK
ADMINISTRASI

1133
1. Total bobot
- BUMN INFRASTRUKTUR (Infra) 15
- BUMN NON INFRASTRUKTUR (Non infra) 15
2. Indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya Dalam penilaian aspek administrasi,
indikator yang dinilai dan masing-masing
bobotnya adalah seperti pada tabel 10 di bawah
ini.

113
113
1. Metode Penilaian
a. Laporan Perhitungan Tahunan
- Standar waktu penyampaian perhitungan tahunan
yang telah diaudit oleh akuntan publik atau Badan
Pengawas Keuangan dan Pembangunan harus
sudah diterima oleh Pemegang Saham untuk
PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM
paling lambat akhir bulan kelima sejak tanggal tutup
buku tahun yang bersangkutan.
- Penentuan nilai.

113
Contoh Perhitungan :
Laporan audit terhadap laporan perhitungan tahunan BUMN PT "A"
(periode tahun buku 1/1/1997 sampai dg 31/12/1997) diterima oleh
Pemegang Saham (sesuai tanggal agenda diterima) pada tanggal 2 Mei
1998. Sesuai tabel 11 di atas, nilai PT "A" untuk ketepatan waktu
penyampaian laporan perhitungan tahunan adalah 2.
113
b. Rancangan RKAP
- Sesuai ketentuan pasal 13 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 12 tahun 1998, pasal 27 ayat 2
Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 1998, RUPS
untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM
dalam pengesahan rancangan RKAP tahunan harus
sudah diterima 60 hari sebelum memasuki tahun
anggaran yang bersangkutan.
- Penentuan nilai.

113
Contoh Perhitungan :
- Contoh 1:
Tahun anggaran BUMN PT "A" dimulai 1/1/1999. Rancangan RKAP
BUMN PT "A" diterima oleh Pemegang Saham (sesuai tanggal
agenda diterima) tanggal 29 Oktober 1998. Sesuai tabel 12 di atas
pada butir pertama di atas, nilai PT "A" untuk ketepatan waktu
penyampaian rancangan RKAP adalah 3.

- Contoh 2:
Tahun anggaran BUMN PT "A" diterima oleh Pemegang Saham
(sesuai tanggal agenda diterima) tanggal 5 Desember 1998. Sesuai
tabel 12 di atas pada butir kedua di atas, nilai PT "A" untuk
ketepatan waktu penyampaian rancangan RKAP adalah 0.

114
c. Laporan Periodik
- Waktu penyampaian laporan. Laporan
periodik Triwulanan harus diterima oleh
Komisaris/Dewan Pengawas dan
Pemegang Saham untuk PERSERO atau
Menteri BUMN untuk PERUM paling lambat
1 (satu) bulan setelah berakhirnya periode
laporan.
- Penentuan nilai.
114
Contoh Perhitungan :
Laporan periodik Triwulanan PT "S" periode anggaran 1 Januari sampai
dengan 31 Desember untuk tahun penilaian diterima Pemegang Saham
untuk PERSERO atau Menteri BUMN untuk PERUM masing-masing
sebagai berikut:

114
- Perhitungan jumlah hari keterlambatan
• Triwulan I 4
• Triwulan II 0
• Triwulan III 0
• Triwulan IV 9
Jumlah hari keterlambatan 13 sehingga mendapatkan nilai 2.
Catatan: Laporan periodik sekurang-kurangnya terdiri dari:
1)Laporan pelaksanaan RKAP
2)Laporan pelaksanaan Proyek Pengembangan
3)Laporan pelaksanaan Anak Perusahaan
4)Laporan pelaksanaan penugasan (jika ada)
5)Laporan pelaksanaan PUKK
d. Kinerja Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi
(PUKK)
- Indikator yang dinilai.

114
- Metode penilaian masing-masing indikator.
d.1. Efektivitas penyaluran dana.
Rumus : Jumlah dana yang disalurkan x 100%
Jumlah dana yang tersedia
Definisi :
- Jumlah dana tersedia adalah seluruh dana pembinaan yang tersedia dalam tahun yang
bersangkutan yang terdiri atas:
• Saldo awal
• Pengembalian pinjaman
• Setoran eks pembagian laba yang diterima dalam tahun yang bersangkutan (termasuk
alokasi dari dana PUKK BUMN lain, jika ada)
• Pendapatan bunga dari pinjaman PUKK
- Jumlah dana yang disalurkan adalah seluruh dana yang disalurkan kepada usaha kecil
dan koperasi dalam tahun yang bersangkutan yang terdiri dari hibah dan bantuan
pinjaman, termasuk dana penjaminan (dana yang dialokasikan untuk menjamin
pinjaman usaha kecil dan koperasi kepada Lembaga Keuangan).

114
d.2. Tingkat kolektibilitas penyaluran pinjaman.
Rumus : Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK x 100%
Jumlah pinjaman yang disalurkan
Definisi :
- Rata-rata tertimbang kolektibilitas pinjaman PUKK adalah perkalian antara
bobot kolektibilitas (%) dengan saldo pinjaman untuk masing-masing kategori
kolektibilitas sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan.
Bobot masing-masing tingkat kolektibilitas adalah sebagai berikut:
- Lancar 100 %
- Kurang lancar 75 %
- Ragu-ragu 25 %
- Macet 0%
- Jumlah pinjaman yang disalurkan adalah seluruh pinjaman kepada Usaha Kecil
dan Koperasi sampai dengan periode akhir tahun buku yang bersangkutan.

114

LAIN-LAIN

1147
1. Dalam penilaian tingkat kesehatan BUMN, Direksi
diberikan opsi untuk tidak memperhitungkan
proyek/investasi pengembangan yang sudah dinyatakan
operasi komersial menurut stanar Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan atau standar umum yang berlaku
untuk BUMN tersebut selama 2 (dua) tahun apabila: a.
Dalam 2 tahun sejak operasi komersial, proyek/investasi
pengembangan dimaksud, belum mencapai utilisasi
sebesar 60 %, atau; b. Periode operasi komersial
dengan utilisasi di atas 60 % dalam satu tahun penilaian
kurang dari 9 bulan.

114
2. Dalam hal proyek/investasi pengembangan tersebut tidak
diperhitungkan dalam penilaian tingkat kesehatan, maka
Direksi harus memisahkan secara tegas laporan
keuangan yang meliputi Neraca, Laba/Rugi dan Aliran
Kas untuk proyek/investasi pengembangan dimaksud dari
laporan keuangan perusahaan. Selanjutnya perhitungan
tingkat kesehatan hanya didasarkan laporan keuangan
perusahaan di luar laporan keuangan proyek/investasi
pengembangan.

114
GCG
115
1. PENGERTIAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCE

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),


(2001:2) corporate governance didefinisikan sebagai:

“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara


pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal
dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka atau dengan kata lain suatu system yang mengendalikan
perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan
nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)”.

115
Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) sebagai
berikut:
“Corporate governance is the system by which business corporations are directed and
control. The corporate governance structure specifies the distribution of right and
responsibilities among different participant in the corporation, such as the board, the
managers, shareholders and other stakeholder, and spells out the rule and procedure for
making decision on corporate affairs. By doing this, it also provides the structure through
which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and
monitoring performance”.
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:24) :
“Corporate Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola dan mengawasi proses
pengendalian usaha untuk menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian
kepada stakeholders, karyawan dan masyarakat sekitar”

115
Sukrisno Agoes (2011:101) mendefinisikan tata kelola perusahaan yang baik (GCG)
adalah :
“sebagai suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi,
pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang
baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan
perusahaan, pencapaiannya, dan penilaian kinerjanya”
Menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor Kkep-117/M-MBU/2002 pasal 1 tentang
penerapan praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN):
“Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dengan nilai etika”

115
KESIMPULAN :

“good corporate governance adalah suatu sistem yang mengatur,


mengelola, dan mengawasi pengendalian usaha untuk
keberhasilan usaha perusahaan sebagai bentuk perhatian kepada
stakeholder serta mengatur hubungan dan tanggung jawab antara
karyawan, kreditur serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
masing-masing pihak dalam mengendalikan perusahaan demi
tercapainya tujuan perusahaan yang ingin dicapai oleh para pihak-
pihak yang berkepentingan dan memperhatikan kepentingan para
stakeholders sesuai dengan aturan dan undang-undang.”

115
2. Prinsip-prinsip GCG yang disusun Komite
Nasional Kebijakan Governance (2006) dalam
Subramanyam dkk (2008):

1. Keterbukaan ( transparansi)
2. Akuntabilitas ( accountability )
3. Pertanggungjawaban ( responsibility )
4. Profesional ( professional)
5. Kewajaran ( fairness )

115
1. Transparansi (Transparency)

Keterbukaan/transparansi adalah prinsip dimana


persamaan harus menyediakan informasi yang material dan
relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh
pemangku kepentingan, hal ini untuk menjaga obyektivitas dalam
menjalankan bisnis. Selanjutnya, perusahaan harus mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya sekedar masalah
yang disyaratkan oleh peratutan perundang-undangan, tetapi
juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh
pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

115
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip transparansi menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) tersebut antara lain :
1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai
dengan haknya.
2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi; tetapi tidak terbatas padavisi dan misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali,kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan
anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan
perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian
internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting
yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk
memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada
pemangku kepentingan.

115
2. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas adalah prinsip dimana perusahaan harus


dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan
tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.

115
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip akuntabilitas menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) tersebut antara lain :
1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ
perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai
perusahaan (corporate values), dan strategi perusahaan.
2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semuakaryawan
mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam
pelaksanaan GCG.
3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yangefektif dalam
pengelolaan perusahaan.
4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang
konsisten dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi (reward and punishment system).
5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan
semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of
conduct) yang telah disepakati.

115
3. Responsibilitas (Responsibility)

Responsibilitas adalah prinsip dimana perusahaan harus


mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang
dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

116
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip responsibilitas menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) tersebut antara lain :

1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian danmemastikan


kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan,anggaran dasar dan peraturan
perusahaan (by-laws).
2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama disekitar perusahaan dengan
membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai

116
4. Independensi (Independency)

Independensi adalah prinsip dimana untuk melancarkan


pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing masing organ perusahaan tidak
saling mendominasi dan tidak dapat di intervensi oleh pihak lain.

116
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip independensi menurut Komite
Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006) tersebut antara lain :

1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak


manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara objektif.
2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dantugasnya sesuai
dengan anggaran dasar dan peraturan perundangundangan, tidak saling mendominasi
dan atau melempar tanggung jawabantara satu dengan yang lain.

116
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Kewajaran dan kesetaraan adalah prinsip dimana dalam


melaksanakan kegiatannya, harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

116
Pedoman pokok pelaksanaan prinsip kewajaran dan kesetaraan
menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) (2006)
tersebut antara lain :

1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk


memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta
membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing-masing.
2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajarkepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontri busi yang diberikan kepada perusahaan.
3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan,
berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

116
3. Tujuan Penerapan Prinsip Good
Corporate Governance
Tujuan penerapan prinsip GCG secara konkret
menurut OECD (2004:3),

◎ Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing;


◎ Mendapatkan cost of capital yang lebih murah;
◎ Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan
kinerja ekonomiperusahaan;
◎ Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholders
terhadap perusahaan;
◎ Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

116
Tujuan dari Good Corporate Governance pada BUMN
berlandaskan Keputusan Menteri BUMN Nomor 117/M-
MBU/2002 pasal 4, antara lain :

◎ Memaksimalkan BUMN dengan cara meningkatkan prinsip GCG.


◎ Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, terbuka, dan
efisien.
◎ Mendorong agar organ perusahaan dalam membuat keputusan
sesuai dengan peraturan.
◎ Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
◎ Meningkatkan iklim investasi nasional.
◎ Mensukseskan program privatisasi BUMN

116
Sedangkan tujuan dari Good Corporate Governance
menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:40) adalah :

◎ Tercapainya sasaran yang telah ditetapkan


◎ Aktiva perusahaan dijaga dengan baik
◎ Perusahaan menjalankan praktik-praktik bisnis yang sehat
◎ Kegiatan perusahaan dilakukan dengan transparan

116
KESIMPULAN
Dengan demikian, penerapan pelaksanaan prinsip GCG
secara optimal akan mampu mendorong peningkatan kinerja
perusahaan yang ada, dan akan memberikan nilai tambah bagi
semua pihak yang terkait dengan perusahaan. Serta tujuan good
corporate governance adalah penerapan sistem GCG yang
diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak
berkepentingan (stakeholders) dalam jangka panjang dan
melindungi para pemegang saham serta pengelola perusahaan atau
manajemen perusahaan. Untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kerja serta manajemen organisasi, kemudian peningkatan
kualitas hubungan antara stakeholders dengan manajemen
perusahaan.

116
4. Manfaat Penerapan Good Corporate
Governance
Berbagai keuntungan yang diperoleh dengan penerapan
CG dapat disebut antara lain (Maksum, 2005:8):

◎ Dengan GCG proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara


lebih baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat
meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat.
◎ GCG akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat
diminimalkan tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi
dalam pengelolaan perusahaan.
◎ Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelola perusahaan
tempat mereka berinvestasi.

117
◎ Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut pada
poin 1, dengan sendirinya juga akan menaikan nilai saham mereka dan juga nilai
dividen yang akan mereka terima. Bagi Negara ini juga akanmenaikan jumlah pajak
yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti akan terjadi peningkatan
penerimaaan Negara dari sektor pajak.
◎ Karena dalam praktik GCG karyawan ditempatkan sebagai salah satu stakeholder
yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka motivasi dan
kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.
◎ Dengan baiknya pelaksanaan CG, maka tingkat kepercayaan para stakeholders
kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif perusahaan akan naik. Hal
ini tentu saja dapat menekan biaya (cost) yang timbul akibat tuntutan stakeholders
kepada perusahaan.
◎ Penerapan CG yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan keuangan
perusahaan. Manajemen cendrung untuk tidak melakukan rekayasa terhadap
laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan
prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi secara transparan.
117
Dengan melaksanakan Corporate Governance menurut
Amin Widjaja Tunggal (2012:39) ada beberapa manfaat
yang akan diperoleh, antara lain :

1) Meminimalkan agency cost, selama ini pemegang saham harus


menanggung biaya yang timbul akibat dari penelegasian wewenang
kepada manajemen. Biaya-biaya ini bisa berupa kerugian karena
manajemen menggunakan sumber daya perusahaan untuk kepentingan
pribadi maupun berupa biaya pengawasan yang harus dikeluarkan
perusahaan untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
2) Meningkatkan nilai saham perusahaan, suatu perusahaan yang dikelola
secara baik dan dalam kondisi sehat akan menarik minat investor untuk
menanamkan modalnya.

117
3) Meminimalkan cost of capital, perusahaan yang baik dan sehat akan
menciptakan suatu referensi positif bagi para kreditur. Kondisi ini
sangat berperan dalam meminimalkan biaya modal yang harus
ditanggung bila perusahaan akanmengajukan pinjaman, selain itu
dapat memperkuat kinerja keuangan juga akan membuat produk
perusahaan akan menjadi lebih kompetitif.
4) Mengangkat nilai perusahaan, citra perusahaan merupakan faktor
penting yang sangat erat kaitannya dengan kinerja dan keberadaan
perusahaan tersebut dimata masyarakat dan khususnya para
investor. Citra suatu perusahaan kadang kala akan menelan biaya
yang sangat besar dibandingkan dengan keuntungan perusahaan itu
sendiri, guna memperbaiki citra tersebut.

117
KESIMPULAN

Manfaat dari penerapan good corporate governance


tentunya sangat berpengaruh bagi perusahaan, dimana
manfaat GCG ini bukan hanya untuk saat ini tetapi juga dalam
jangka panjang dapat menjadi pendukung dari tumbuh
kembangnya perusahaan dalam era persaingan global saat
ini. Selain bermanfaat meningkatkan citra perusahaan di mata
para investor, hal ini tentunya menjadi nilai tambah
perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan untuk
menghadapi persaingan usaha dalam dunia bisnis yang
semakin kompetitif.
117
5. Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Good
Corporate Governance (Daniri, 2005:20)

Dua factor keberhasilan penerapan


GCG:
1. • Faktor Internal

2. • Faktor Eksternal

117
1. Faktor Internal

Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktik GCG yang
berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor yang dimaksud antara lain:
a) Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b) Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c) Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar GCG.
d) Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e) Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat
memahami dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika
perusahaan dari waktu ke waktu.
117
2. Faktor Eksternal

Yang dimaksud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar
perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG, di antaranya:

a) Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya


supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b) Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik/lembaga pemerintahaan yang
diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean
Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
c) Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat
menjadi standar pelaksanaan GCG yangefektif dan profesional. Dengan kata lain,
semacam benchmark (acuan).

117
Lanjutan…

d) Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG


di masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul
partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi
serta sosialisasi GCG secara sukarela.
e) Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan
implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti
korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan
beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan
peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan
publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam
implementasi GCG.

117
6. Dasar hukum penilaian mandiri atas Penerapan
Tata Kelola Perusahaan (GCG) pada BUMN :

◎ Peraturan Menteri Negara BUMN No Per-01/MBU/2011


tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(GCG) pada BUMN Pasal 44 (1b), (5), (6), (7), dan (9)
◎ Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN No SK-
16/S.MBU/2012 tentang Indikator/ Parameter Penilaian
dan Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan
yang Baik (GCG) pada BUMN

117
Menurut Pasal 44 (1) Permen BUMN 01/2011, BUMN
wajib melakukan pengukuran atas kualitas penerapan GCG
yang dilaksanakan berkala setiap 2 (dua) tahun dalam 2
bentuk yaitu
1) penilaian (assessment) atas pelaksanaan GCG dan
2) evaluasi (review) atas tindak lanjut atas rekomendasi
perbaikan dari hasil penilaian sebelumnya. Pada
prinsipnya yang melakukan evaluasi adalah BUMN itu
sendiri (penilaian mandiri), sedangkan pelaksanaan
penilaian dilakukan oleh penilai independen yang
kompeten dan harus ditunjuk oleh Dewan Komisaris.

118
7. Indikator/parameter penilaian dan
evaluasi atas penerapan GCG pada BUMN
Berdasarkan SK Sekmen BUMN Nomor SK-16/S.MBU/2012 bahwa
terdapat 6 (enam) indikator parameter penilaian dan evaluasi atas
penerapan tata kelola perusahaan yang baik (GCG) yaitu:
1) Komitmen terhadap penerapan GCG yang berkelanjutan (7%)
2) Pemegang saham dan RUPS (9%)
3) Dewan Komisaris (35%)
4) Direksi (35%)
5) Pengungkapan dan keterbukaan informasi (9%)
6) Faktor lainnya (5%)
118
Berdasarkan penilaian atas penerapan GCG, berikut ini
adalah kategori kualitas penerapan GCG di BUMN:

◎ Sangat Baik > 85


◎ Baik 75-85
◎ Cukup Baik 60-75
◎ Kurang Baik 50-60
◎ Tidak Baik >=50

118
Parameter I : Komitmen terhadap Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik Secara Berkelanjutan

1) Perusahaan memiliki Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Balk (GCG


Code) dan pedoman perilaku (code of conduct).
2) Perusahaan melaksanakan Pedoman Tata Kelola Perusahaan yang Balk
dan Pedoman Perilaku secara konsisten.
3) Perusahaan melakukan pengukuran terhadap penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik.
4) Perusahaan melakukan koordinasi pengelolaan dan administrasi Laporan
Hata Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
5) Perusahaan melaksanakan program pengendalian gratifikasi sesuai
ketentuan yang berlaku.
6) Perusahaan melaksanakan kebijakan atas sistem pelaporan atas dugaan
penyimpangan pada perusahaan yang bersangkutan (whistle blowing system).
118
Parameter II : Pemegang Saham dan RUPS/Pemilik Modal

1) RUPS/Pemilik Modal melakukan pengangkatan dan pemberhentian Direksi .


2) RUPS/Pemilik Modal melakukan pengangkatan dan pemberhentian Dewan
Komisads/Dewan Pengawas.
3) RUPS/Pem ilik Modal memberikan keputusan yang diperlukan untuk menjaga
kepentingan usaha perusahaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sesuai
dengan dengan peraturan perundang- undangan dan/atau anggaran dasar.
4) RUPS/Pemilik Modal memberikan persetujuan laporan tahunan termasuk
pengesahan laporan keuangan serta tugas pengawasan Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas sesuai peraturan perundang-undangan dan/atau anggaran dasar.
5) RUPS/Pemilik Modal meng- ambil keputusan melalui pro- ses yang terbuka dan adil
serta dapat dipertanggungjawabkan.
6) Pemegang Saham/Pemilik Modal melaksanakan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

118
Parameter III : Dewan Komisaris/Direksi

1) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas melaksanakan pro- gram pelatihan/pembelajaran


secara berkelanjutan.
2) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas melakukan pembagian tugas dan menetapkan
faktor-faktor yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan tugas Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas.
3) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas memberikan persetujuan atas rancangan RJPP
dan RKAP yang disampaikan oleh Direksi.
4) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas memberikan arahan terhadap Direksi atas
implementasi rencana dan kebijakan perusahaan.
5) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas melaksanakan pengawasan terhadap Direksi
atas implementasi rencana dan kebijakan perusahaan.
6) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan pengelolaan anak perusahaan/perusahaan patungan.

118
Lanjutan Parameter III:

7) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas berperan dalam pencalonan anggota Direksi, menilai


kinerja Direksi (individu dan kolegial) dan mengusulkan tantiem/ insentif kinerja sesuai
ketentuan yang berlaku dan mempertimbangkan kinerja Direksi.
8) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas melakukan tindakan terhadap potensi benturan
kepentingan yang menyangkut dirinya.
9) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas memantau dan memastikan bahwa prinsip- prinsip
Tata Kelola Perusahaan yang Baik telah diterapkan secara efektif dan berkelanjutan.
10) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas menyeleng-garakan rapat Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas yang efektif dan menghadiri rapat tersebut sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
11) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas memiliki Sekretaris Dewan Komisaris/Dewan
Pengawas untuk mendukung tugas kesekretariatan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.
12) Dewan Komisaris/Dewan Pengawas memiliki Komite Dewan Komisaris/Dewan Pengawas
yang efektif.

118
Parameter IV : Direksi

1) Direksi melaksanakan program pelatihan/pembela-jaran secara


berkelanjutan.
2) Direksi melakukan pembagian tugas/fungsi, wewenang dan tanggung
jawab secara jelas.
3) Direksi menyusun perencanaan perusahaan.
4) Direksi berperan dalam pemenuhan target kinerja perusahaan’
5) Direksi melaksanakan pengendalian operasional dan keuangan terhadap
implementasi rencana dan kebijakan perusahaan.
6) Direksi melaksanakan pengurusan perusahaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan anggaran dasar.
7) Direksi melakukan hubungan yang bernilai tambah bagi perusahaan dan
stakeholders.

118
Lanjutan Parameter VI:

8) Direksi memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan anggota


Direksi dan manajemen di bawah Direksi.
9) Direksi memastikan perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan
komunikasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
penyampaian informasi kepada Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan
Pemegang Saham tepat waktu.
10) Direksimenyelenggarakan rapat Direksi dan menghadiri Rapat Dewan
Komisads/Dewan Pengawas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
11) Direksi menyelenggarakan pengawasan intern yang berkualitas dan efektif.
12) Direksi menyelenggarakan fungsi sekretaris perusahaan yang berkualitas dan
efektif.
13) Direksi menyelenggarakan RUPS Tahunan dan RUPS lainnya sesuai
peraturan perundang-undangan.

118
Parameter V : Pengungkapan Informasi dan Transparansi

1) Perusahaan menyediakan informasi perusahaan kepada stakeholders.


2) Perusahaan menyediakan bagi stakeholder akses atas informasi
perusahaan yang relevan, memadai, dan dapat diandalkan secara tepat
waktu dan berkala.
3) Perusahaan mengungkapkan informasi penting dalam Laporan Tahunan
dan Laporan Keuangan sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
4) Perusahaan memperolah peng hargaan atau award dalam bidang GCG
dan bidang-bidang lainnya.

118
Parameter VI : Aspek Lainnya

1) Praktik Tata Kelola Perusahaan menjadi contoh atau benchmark bagi


perusahaan perusahaan Iainnya di Indonesia;
2) Praktik Tata Kelola Perusahaan menyimpang dari prinsip-prinsip Tata
Kelola Perusahaan yang Baik sesuai Pedoman Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha
Milik Negara, Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia,
dan standar-standar praktik dan ketentuan Iainnya,

119
8. Pihak Yang Berperan Dalam Good
Corporate Governance
Pengelolaan perusahaan (corporate governance) itu sendiri dapat
diartikan secara luas pada literatur yang ada dan terbatas. Secara terbatas,
istilah tersebut berkaitan dengan hubungan antara Manajer, Direktur, Auditor,
dan Pemegang Saham. Sedangkan secara luas istilah pengelolaan
perusahaan dapat meliputi kombinasi hukum, peraturan, aturan pendaftaran
dan praktik pribadi yang meningkatkan perusahaan menarik modal masuk,
memiliki kinerja yang efisien, menghasilkan keuntungan, serta memenuhi
harapan masyarakat secara umum dan sekaligus kewajiban hukum.
Keberadaan organ-organ tambahan tersebut memiliki fungsi dan tanggung
jawab yang berkaitan dengan pelaksanaan good corporate governance
(Pandya, 2011).

119
Organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG (Sukrisno,
2011:109), yaitu :

• Komisaris dan Direktur


1). Independen

2). • Komite Audit

• Sekretaris Perusahaan
3). (Corporate Secretary)

119
1). Komisaris dan Direktur Independen

Menurut Sukrisno Agoes (2011:110), terdapat dua pengertian independen


yang terkait dengan konsep komisaris dan direktur independen tersebut.

Pertama, komisaris dan direktur independen adalah seseorang yang ditunjuk


untuk mewakili pemegang saham independen (pemegang saham minoritas).
Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perseroan, anggota Direksi dan Komisaris
diangkat dan diberhentikan oleh RUPS, sedangkan keputusan yang diambil dalam RUPS
didasarkan atas perbandingan jumlah suara para pemegang saham. Hak suara dalam RUPS
tidak didasarkan atas satu orang satu suara, tetapi didasarkan atas jumlah saham yang
dimilikinya. Sebagai konsekuensinya, keputusan penetapan dan pemberhentian anggota
komisaris dan direksi akan selalu berasal dari kepentingan pemegang sham mayoritas. Oleh
karena itu, para anggota Komisaris dan Direksi tersebut tentunya akan selalu berpihak
kepada pemegang saham minoritas atau para pemangku kepentingan lainnya.

119
Lanjutan...

Kedua, komisaris dan direktur independen adalah pihak yang


ditunjuk tidak dalam kapasitas mewakili pihak mana pun dan semata-
mata ditunjuk berdasarkan latar belakang pengetahuan, pengalaman,
dan keahlian profesional yang dimilikinya untuk sepenuhnya
menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan. Komisaris dan
direktur independen diangkat semata-mata karena pertimbangan
‘profesionalisme’ demi kepentingan perusahaan.

119
2). Komite Audit

Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan


prinsip good corporate governance. Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk
melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan
fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan
tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan perusahaan. Anggota
komite audit diharuskan mempunyai keahlian yang memadai, karena komite ini
memiliki kewenangan dalam mengakses fasilitas dan data perusahaan, selain itu
komite audit dituntut harus memiliki sikap yang independen. Hal ini perlu didasari
dikarenakan komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal
auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan
dewan komisaris dengan internal auditor. Keberadaan komite audit dalam suatu
perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan (empowerment) dewan komisaris.
Oleh karena itu, pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris
(Sukrisno, 2011:111).
119
Sebagaimana dinyatakan oleh Soekrisno Agoes (2011:111) tugas,
tanggung jawab, dan wewenang Komite Audit adalah membantu Dewan
Komisaris, antara lain :

1. Mendorong terbentuknya struktur pengendalian intern yang


memadai (prinsip tanggung jawab).
2. Meningkatkankualitas keterbukaan dan laporan keuangan (prinsip
transparansi).
3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan audit eksternal, kewajaran
biaya audit eksternal, serta kemandirian dan objektivitas audit
eksternal (prinsip akuntabilitas).
4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit
selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit (prinsip
tanggung jawab).

119
3). Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary

Tugas, tanggung jawab, dan kedudukan pejabat


sekretaris perusahaan (corporate secretary) sebagai bagian
dari pelaksanaan GCG berbeda sekali dengan tugas,
kedudukan dan tanggung jawab seorang sekretaris
eksekutif yang selama ini sudah sangat dikenal. Sekretaris
eksekutif biasanya direkrut sebagai staf khusus untuk
keperluan para eksekutif puncak suatu perusahaan, seperti:
direki, komisaris, atau eksekutif puncak lainya.

119
Lanjutan...

Jabatan sekretaris perusahaan menempati posisi


yang sangat tinggi dan strategis karena orang dalam
jabatan ini berfungsi sebgai pejabat penghubung (liason
officer) atau semacam public relations/ investor relations
antara perusahaan dengan pihak luar perusahaan,
khususnya bai perusahaan-perusahaan besar yang telas
mendaftarkan sahamnya di bursa. Tugas utama sekretaris
perusahaan antara lain menyimpan dokumen perusahaan,
Daftar Pemegang Saham, risalah rapatdireksi dan RUPS,
serta menyimpan dan menyediakan informasi penting
lainnya bagi kepentingan seluruh pemangku kepentingan.

119
SUMBER MATERI:
◎ Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-100/MBU/2002
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik
Negara.

◎ Keputusan Sekretaris Kementerian Badan Usaha Milik


Negara Nomor : Sk-16 /S.Mbu/2012 tentang
Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan
Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) pada Badan Usaha Milik Negara

119
Sekian...
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai