Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

“HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN”

Pembimbing :
dr. Heru Tri Bawono, Sp.OG

Oleh :
Dwi Nelli Zulfia A 201320401011126
SMF ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014
Anatomi & Fisiologi Kelenjar Tiroid
Fisiologi Tiroid dalam Kehamilan
 Beberapa perubahan pada pengaturan tiroid selama
kehamilan:
• Kehamilan menginduksi peningkatan pada kadar protein transpor
tiroksin mayor dan globulin pengikat tiroksin dalam sirkulasi

• Hormon hCG dan TSH memiliki reseptor dan subunit alpha yang
sama

• Kehamilan disertai dengan menurunnya ketersediaan iodida


unuk tiroid ibu

• Konsentrasi deiodinase III meningkat di plasenta dengan adanya


kehamilan
Fisiologi Tiroid dalam Kehamilan
Fisiologi Tiroid pada Janin
Definisi

Hipertiroidisme (tirotoksikosis):
Sekumpulan gejala atau gangguan yang
melibatkan adanya sintesis dan sekresi
berlebihan dari hormon tiroid yang
diproduksi oleh kelenjar tiroid, sehingga
menyebabkan suatu keadaan
hipermetabolisme.
Prevalensi

• Prevalensi hipertiroid di Amerika Serikat  ± 1%


• Penyebab tersering: penyakit Grave  5-10 kali
lebih sering dialami wanita dengan puncaknya
pada usia reproduktif.
• Insidensi kehamilan dengan tirotoksikosis 
1:2.000 kehamilan
• Prevalensi hipertiroid dalam kehamilan  0,1-
0,4%  85% dalam bentuk penyakit Grave.
Etiologi

• Kausa sebagian besar tiroksikosis pada


kehamilan adalah Penyakit Graves, suatu
proses autoimun spesifik-organ yang
biasanya berkaitan dengan autoantibodi
perangsang tiroid.
Manifestasi Klinis

Beberapa gejala yang sering ditemukan:


– Takikardia yang melebihi peningkatan yang
biasa terjadi pada kehamilan
– Kecepatan nadi saat tidur yang meningkat
abnormal
– Tiromegali
– Eksoftalmus
– Kegagalan pada wanita untuk menambah berat
badan walaupun asupan makanan normal atau
meningkat.
Penegakan Diagnosis

• Pasien dengan kecurigaan hipertiroid membutuhkan


pengukuran kadar TSH, T4, T3, dan antibodi reseptor
tiroid:
– Hipertiroid dalam kehamilan  serum TSH ↓, tiroksin
bebas (FT4) ↑, triiodotiroinin bebas (FT3) ↑
– Hipertiroid subklinis  serum TSH ↓, FT4 (N), FT3 (N)
– Sindroma T3-toksikosis  serum TSH ↓, FT4 (N), FT3 ↑
– TSI (+)  penyakit Grave’s
Antibodi reseptor TSH  goiter pada janin, hipotiroidism
kongenital, dan tiroiditis kronik tanpa goiter.
• Antibodi seharusnya diukur pada kondisi
sebagai berikut13:
– Wanita dengan penyakit Grave’s dengan
hipertiroidism janin atau neonatus pada
kehamilan sebelumnya.
– Wanita dengan penyakit Grave’s yang
mendapat terapi obat antitiroid.
– Wanita hamil eutiroid dengan janin yang
mengalami takikardia atau IUGR.
– Adanya goiter pada janin yang terlihat pada
pemeriksaan ultrasound.
Penatalaksanaan

• Penanganan pada pasien hipertiroid


dapat dimulai dari:
– Saat prekonsepsi
– Antenatal & intrapartum
– Postnatal
Konseling saat Prekonsepsi
• Terapi yang tidak dilanjutkan akan
meningkatkan resiko mortalitas dan
morbiditas pada ibu maupun janin.
• Terapi PTU tidak bersifat teratogenik dan
aman digunakan saat hamil.
• Status tiroid pasien diperiksa secara
berkala untuk meminimalisir resiko
terjadinya keguguran.
Penanganan pada antenatal dan intrapartum
(pada pasien yang sebelumnya mengalami
penyakit Grave’s)
Penanganan pada antenatal dan intrapartum
(pada pasien dengan penyakit Grave’s yang
ditemukan pada awal kehamilan)
• Terdapat beberapa modalitas pengobatan
hipertiroid antara lain:
– Pendekatan farmakologis
– Pembedahan
– Iodin radioaktif
Farmakologis
• Antitiroid (propylthiouracil dan
methimazole)
– PTU dan metimazol merupakan terapi
lini pertama untuk hipertiroid  PTU
masih merupakan DOC, karena:
• PTU lebih sedikit melewati plasenta
dibanding metimazole
• Metimazole berhubungan dengan sindrom
teratogenik  ditandai dengan atresi
esofagus atau koanal; anomali janin.
• Dosis PTU: 100-150 mg sehari 3 kali
sampai pasien eutiroid
• Jika hipertiroid berkurang  dosis
antitiroid diturunkan
• PTU dan metimazole aman untuk ibu
menyusui.
• Obat golongan beta bloker
– Fungsi: mengurangi gejala akut hipertiroid
dengan cara menurunkan gejala simpatis
(takikardi, tremor dan keringat berlebih).
– Obat golongan beta bloker dinilai aman dan
efektif pada usia gestasi lanjut
– Dosis propanolol: 10-15 mg per hari
• Komplikasi dari penggunaan obat
golongan beta bloker meliputi:
– Apgar skor rendah
– IUGR
– Bradikardi postnatal, hipotermia dan
hipoglikemia
– Distres pernapasan neonatus.
Pembedahan
• Indikasi pembedahan:
– dibutuhkannya obat anti tiroid dosis besar
(PTU >450 mg atau methimazole >300 mg)
– timbul efek samping serius penggunaan obat
anti tiroid
– struma yang menimbulkan gejala disfagia
atau obstruksi jalan napas
– tidak dapat memenuhi terapi medis (misalnya
pada pasien gangguan jiwa)
• Tindakan pembedahan harus didahului oleh
pengobatan intensif dengan golongan
thionamide, iodida, dan beta bloker untuk
menurunkan kadar hormon tiroid
• Tiroidektomi sebaiknya dihindari pada
kehamilan trimester pertama dan ketiga karena
efek teratogenik zat anestesi
• Paling optimal dilakukan pada akhir trimester
kedua meskipun tetap memiliki risiko persalinan
preterm sebesar 4,5%-5,5%
Penanganan pada postpartum
• Ibu dianjurkan untuk menyusui bayinya,
karena eksresi obat antitiroid di air susu
sangat sedikit
• Aman untuk melanjutkan terapi dan
laktasi, tidak perlu meningkatkan dosis
obat
Evaluasi pada ibu
• Berat badan: berat badan menurun atau
peningkatan berat badan hanya sedikit (5-
8 kg)
• Takikardi persisten/ menetap
• Kadar hormon tiroid dan antibodi
• Tekanan darah
Evaluasi pada janin
• NST
• USG:
– pemeriksaan yang sangat efektif non-invasif
untuk mendeteksi adanya disfungsi tiroid
pada janin
– Dilakukan sebelum usia kehamilan 28 dan 32
minggu
• Maturasi tulang dari bagian sentral femur distal
• DJJ sesuai dengan perkembangan janin
Komplikasi

Anda mungkin juga menyukai