Slide ACC 203 Slide PBB
Slide ACC 203 Slide PBB
BANGUNAN
a. UU No 12 Tahun 1985 tentang PBB
b. PP No 46 Tahun 1985 tentang persentase NJKP pada PBB
c. Kep. Menkeu No. 1002/KMK.04/1985 tentang Tata Cara Pendaftaran
Objek Pajak PBB
d. Kep. Menkeu No. 1003/KMK.04/1985 tentang Penuntun Klasifikasi dan
Besarnya NJOP sebagai dasar pengenaan PBB
e. Kep. Menkeu No. 1006/KMK.04/1985 tentang Tata Cara Penagihan PBB
dan penunjukkan pejabat yang berwenang mengeluarkan Surat Paksa
f. Kep. Menkeu No. 1007/KMK.04/1985 tentang Pelimpahan Wewenang
Penagihan PBB kepada Gubernur Kepala Daerah TK I dan/atau Bupati/
Walikota Madya Kep. Daerah TK II
g. Kep. Gubernur KDKI Jakarta No. 816 Tahun 1989 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemungutan PBB di Wilayah DKI Jakarta
h. UU No. 12 Tahun 1994
i. UU PDRD No. 28 Tahun 2009
j. Peraturan Daerah No.16 Tahun 2011
PBB 1
PENGERTIAN PBB
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terhutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau
bangunan, keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut
menentukan besarnya pajak
PBB 2
OBJEK PBB
PBB 3
Jalan Fasilitas
Lingk. Lain
JaLan Kilang,
Tol Pipa
BANGUNAN
Kolam Gal.Kapal,
Renang Dermaga
Tempat
Pagar Taman Olahraga
Mewah
Mewah
OBJEK PBB YANG DIKECUALIKAN
1. Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan
pemerintahan
2. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan memperoleh keuntungan.
3. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang sejenis dengan
itu seperti musium
4. merupakan cagar budaya yang tidak dimanfaatkan sebagai tempat
hunian/tempat tinggal, dan kegiatan usaha atau sejenisnya,tidak
dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan
5. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang
belum dibebani suatu hak
6. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik
7. Digunakan oleh badan/perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh
PBB
Menkeu 5
PBB SEBAGAI PAJAK PUSAT
Berdasarkan UU PDRD th 2009, PBB yang
masih menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat yaitu :
1. PBB sektor Perkebunan
PBB 6
PBB SEBAGAI PAJAK DAERAH
Objek PBB pedesaan dan perkotaan
adalah Bumi dan /atau bangunan yang
dimiliki , dikuasai, dimanfaatkan oleh
Orang Pribadi atau Badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk
kegiatan usaha perkebunan,
perhutanan dan pertambangan
PBB 7
SUBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)
Memperoleh Memperoleh
manfaat manfaat
atas bangunan atas bumi
Memiliki, Mempunyai
menguasai suatu hak
bangunan atas bumi
Dikenakan
SUBJEK kewajiban WAJIB
PAJAK membayar PAJAK
pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK
PBB 9
DASAR PENGHITUNGAN
Pasal 6 ayat (3) dan (4)
SERENDAH-RENDAHNYA 20 %
DAN
SETINGGI-TINGGINYA 100 %
PERSENTASE NJKP
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
PENETAPAN BESARNYA
NILAI JUAL KENA PAJAK
(PP No. 25 TAHUN 2002)
PBB 17
FORMULIR
SPOP = Surat Pemberitahuan Objek Pajak
SPPT = Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
PBB 18
SPPT
PENDATAAN
Pasal 9 ayat (1), (2), (3)
• JELAS
• BENAR
• LENGKAP
• DITANDATANGANI
PENERBITAN KETETAPAN
Pasal 10
SPOP
DASAR PENAGIHAN
SEJAK
6 bulan D
SPPT
I
T TEMPAT
1 bulan E PEMBAYARAN
SKP R - Bank,
I - Kantor Pos ,
1 bulan M - Tempat lain
STP A yg ditunjuk
PBB 26
PENGURANGAN
Pasal 19 dan 20
Dirjen Pajak
DENDA
ADMINISTRASI atas permintaan WAJIB
PAJAK
karena hal-hal tertentu
PBB SEKTOR PEDESAAN DAN
PERKOTAAN
Sektor Pedesaan dan perkotaan adalah
pengenaan PBB terhadap semua bumi
dan bangunan yang ada di wilayah
tersebut kecuali atas lahan perkebunan,
pertambangan dan kehutanan.
TARIF PBB PEDESAAN &
PERKOTAAN
Pasal 80 UU PDRD menetapkan tarif
PBB untuk pedesaan dan perkotaan
paling tinggi adalah 0,3%.
PBB 31
UU PBB VS UU PDRD
N Uraian UU PBB UU PDRD
o
1 Objek Bumi dan Bangunan Bumi dan Bangunan kecuali
digunakan untuk kegiatan
pertambangan kehutanan
dan perkebunan
PBB 32
Tarif PBB di Jakarta
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan ditetapkan sebagai berikut :
1. Tarif 0,01% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah
dan/atau Bangunan kurang dari Rp.200.000.000,-
2. Tarif 0,1% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah
dan/atau Bangunan Rp.200.000.000,- sampai
dengan kurang dari Rp.2.000.000.000.
3. Tarif 0,2% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah
dan/atau Bangunan Rp.2.000.000.000.- sampai
dengan kurang dari Rp.10.000.000.000.-
4. Tarif 0,3% untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah
dan/atau Bangunan lebih dari Rp.10.000.000.000,-
PBB 33
CONTOH PENGHITUNGAN PBB PERUMAHAN
PBB 34
JAWABAN SOAL
PBB SLIPI :
1. NJOP Tanah : 500 x 1.032.000 = Rp 516.000.000,-
2. NJOP Bangunan : 400 x 1.516.000 = Rp 606.400.000,-
NJOP Tanah dan Bangunan = Rp 1.122.400.000,-
NJOP TKP = Rp 10.000.000,-
NJKP = Rp 1.112.400.000,-
PBB = 0,5% x 40% x 1.112.400.000,- = Rp 2.224.800,-
PBB Kebayoran
NJOP Tanah 300 x 1.573.000,- = Rp 471.900.000,-
PBB = 0,5% x 20% x 471.900.000,- = Rp 471.900,-
PBB 35
Contoh :
Bapak Adul di blok C perumahan Pulogebang Kirana mempunyai
bangunan 119 m2 diatas tanah 120 m2. NJOP tanah tahun 2015
sebesar Rp 4.155.000/m2. NJOP bangunan tahun 2015 sebesar Rp.
2.625.000/m2. NJOPTKP ditentukan sebesar Rp. 15.000.000
Berapa PBB tahun 2015 yang harus dibayar?
PBB 36
Jawab:
PBB 37
Perhitungan PBB atas Rumah Susun / Apartemen
Bangunan
- 200 Unit Tipe 21 @ 21m2 = 4.200 m2
- 100 Unit Tipe 36 @ 36m2 = 3.600 m2
- 50 Unit Tipe 48 @ 48m2 = 2.400 m2
-Jumlah Luas Bangunan Hunian = 10.200 m2
-(Kelas B.30 (NJOP = Rp. 264.000/m2)
Bangunan Bersama
- (Tangga, emper DLL) = 1.800 m2
(NJOP = RP 264.000/m2)
Hitunglah PPB terutang atas bangunan dengan Tipe 36 NJOPTK Rp. 8jt)
Perhitungan PBB atas Rumah Susun TIPE 36
Jawab :
NJOP tanah = 5.000x36.000 = Rp. 180.000.000,-
NJOP Bangunan
- Hunian = 10.200xRp.264.000 = Rp.2.692.800.000,-
- Bersama = 1.800xRp.264.000 = Rp. 475.200.000,-
- Prasarana= 2.000xRp.264.000 = Rp. 528.000.000,-
- Jumlah NJOP Bangunan = Rp.3.696.000.000,-
Pasal 3
Areal kebun :
NJOP = NJOP tanah + Jumlah Investasi Tanaman
Perkebunan sesuai dengan SIT menurut umur tanaman
B. NJOP Bangunan :
a. Kantor : 500 x Rp700.000,- = Rp 350.000.000,-
b. Gudang : 1.000 x Rp505.000,- = Rp 505.000.000,-
c. Pabrik : 4.000 x Rp365.000,- = Rp 1.460.000.000,-
A. Untuk HPHTI
Areal hutan :
NJOP = NJOP tanah + jumlah biaya pembangunan
hutan tanaman industri menurut umur tanaman
B. Untuk HPH, HPHH, IPK, serta ijin sah lain selain HPHTI
Areal produktif :
A. Tanah
1. Areal produktif tanah hutan blok tebangan berupa kayu meranti
Luas 200 Ha, kelas 198 ( Rp 200/m2 )
2. Areal belum produktif tanah hutan non blok tebangan Luas
4.000 Ha, kelas 198 ( Rp 200/m2 )
3. Areal Log
a. Log ponds (tempat penampungan kayu di air) Rp 2,7 per m2,
luas 10 Ha, kelas 523
b. Log yards (penumpukan kayu di darat), luas 5 Ha, kelas 198 (
Rp 200/m2 )
4. Areal lainnya berupa tanah rawa, luas 100 Ha, kelas 200 ( Rp
140/m2 )
5. Areal implasemen
a. Pabrik 20.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m2 )
b. Gudang 2.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m2 )
c. Kantor 1.000 m2, kelas 188 ( Rp 670 / m2 )
d. Perumahan 10.000 m2, kelas 185 ( Rp 910 / m2 )
B. Bangunan :
1. Pabrik 1.000 m2, kelas 088 ( Rp 264.000,00 per m2 )
2. Gudang 500 m2, Rp 264.000,00 per m2
3. Kantor 200 m2, kelas 086 ( Rp 310.000 / m2 )
4. Perumahan 5.000 m2, kelas 086 ( Rp 310.000 / m2 )
Pasal 6
Areal produktif :
Pasal 7
Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil penjualan energi panas
bumi/ listrik dalam satu tahun sebelum tahun
pajak berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan
penyesuaian seperlunya
Pasal 8
Areal produktif :
NJOP = 9,5 x Hasil bersih galian tambang
dalam satu tahun sebelum tahun pajak
berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan
Pasal 9
Areal produktif :
NJOP = Angka kapitalisasi tertentu X hasil bersih galian
tambang dalam setahun sebelum tahun pajak berjalan
Areal belum/tidak produktif, emplasemen dan areal lainnya
didalam atau diluar wilayah kuasa pertambangan
NJOP = NJOP tanah sekitar dengan penyesuaian
seperlunya
Objek Pajak berupa bangunan
NJOP = Nilai konversi biaya pembangunan baru setiap
jenis bangunan - penyusutan fisik
A. Tanah
1. Areal produktif : 400 Ha, kelas A.48 ( Rp 270 )
4. Bangunan :
a. Pabrik : 6 Ha , kelas.084
b. Gudang : 5.000m2, kelas B.81
c. Kantor : 200m2, kelas B.078
d. Perumahan : 1 Ha, kelas B.075
Contoh soal
B. Bangunan :
a. Pabrik : 50.000 M2 , kelas B.86 lamp I
b. Gudang : 5.000 M2, kelas B.86 lamp I
c. Kantor : 2.000 M2 , kelas B.84 lamp I ( Rp365.000,- / M2 )
d. Perumahan : 10.000 M2, kelas B.81 lamp I
4. Areal Emplasemen :
a. Pabrik : 20x10.000xRp. 1.200 =Rp. 240.000.000
b. Gudang : 20x10.000xRp. 1.200 =Rp. 24.000.000
c. Kantor : 1x10.000xRp. 5.000 =Rp. 50.000.000
d. Perumahan : 5x10.000xRp.10.000 =Rp. 500.000.000
NJOP BUMI/TANAH =Rp. 10.697.000.000
jawab
B. NJOP Bangunan
1. Pabrik : 50.000xRp.310.000 =Rp. 15.500.000.000
2. Gudang : 5.000xRp.310.000 =Rp. 1.550.000.000
3. Kantor : 2.000xRp.365.000 =Rp. 730.000.000
4. Perumahan : 10.000xRp.429.000 =Rp. 4.290.000.000
NJOP BANGUNAN =Rp. 22.070.000.000
NJOP BUMI DAN BANGUNAN =Rp. 32.749.000.000
NJOPTKP Rp. 10.000.000
NJOP untuk perhitungan PBB =Rp. 32.739.000.000
PBB = 0.5%x40%xRp. 32.739.000.000 =Rp. 65.478.000