Anda di halaman 1dari 16

S.Th. Susilowati, S.IP, SST.FT, M.

,Kes
PROSES PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

Review catatan medis dari data awal

Pemeriksaan subjektif Data base

Pemeriksaan objektif
ANALISIS
Daftar problematic (3) Daftar problematik

Tujuan jangka pendek  panjang


Rencana
awal
Treatment plan
PROSES PEMERIKSAAN FISIOTERAPI (lanjutan)

Asesmen hasil terapi

Catatan
kemajuan
Apakah tujuan tercapai TIDAK

YA

Apakah diperlukan tujuan lanjut/diubah YA

TIDAK

Dilanjutkan Ringkasan hasil


Review catatan medis dari data awal

Bertujuan mempelajari dengan cepat riwayat pasien terkait


penyakitnya:
- rujukan
- diagnosis medis
- catatan dokter
- laporan harian rutin perawat (kondisi terkini, riwayat kondisi
sebelumnya)
- obat yang diminum / medika mentosa
- riwayat keluarga
- riwayat sosial
- hasil tes-tes (spirometri, x ray toraks, analisis sputum)
- grafik suhu badan, tekanan darah, denyut nadi
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
 Kedalaman pertanyaan yang diajukan Fisioterapis sangat
bervariasi, tergantung pada :
1. Apakah pasien rawat inap atau rawat jalan
2. Tingkat kekritisan dan kejelian Fisioterapis
3. Tingkat kesadaran, keterbukaan, kemampuan pasien untuk
memberikan informasi secara akurat
 Pasien berhak diberi kesempatan untuk menceritakan
problemnya tetapi Fisioterapis tidak terbawa pd “personal
feeling” pasien
 Kepuasan pasien meningkat apabila dilibatkan pada penentuan
problemnya, termasuk penentuan tujuan terapi jangka pendek
dan panjang. Fisioterapis perlu mengetahui:
1. Keluhan utama (sesak napas, batuk, wheezing, chest pain)
2. Riwayat Penyakit Sekarang (sudah berapa lama, tingkat
keparahan, pola, kaitan dengan faktor-faktor lain)
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. Observasi
 Peralatan
 Tingkat kesadaran
 Wajah & anggota gerak (nicotine stain, clubbing fingers,
edema, pallor, cyanosis, tremor)
 Bentuk tubuh & posture (barrel chest, kypho-scoliosis,
pectus carinatum / pigeon / chicken breast, pectus
axcavatum, obesities, cachectic)
 Pola pernapasan (mormal, prolonged expiration,
pursed-lip breathing, apnoe, hypopnoea,
kussmaul’s breathing, cheyne-stokes)
 Gerak torak
PEMERIKSAAN OBJEKTIF (lanjutan)

2. Palpasi

 Posisi trachea
 Gerak pernapasan /chest expansion
 Otot-otot pernapasan
 Fremitus

3. Perkusi

 Sonor (jaringan paru normal )


 Hypersonor (banyak udara didalam paru, misal hiperinflasi,
pneumothorax)
 Redup (paru konsolidasi, atelectasis)
 Pekak (pleural effusion)
PEMERIKSAAN OBJEKTIF (lanjutan)
4. Auskultasi
 Proses mendengarkan dan menginterpretasikan suara dalam
thorax dengan menggunakan alat bantu stetoskop.
 Dilaksanakan di ruang yang tenang, pasien bernapas lebih
dalam dan cepat dengan mulut terbuka.
 Untuk mengidentifikasi gangguan ventilasi, gangguan
pembersihan jalan napas dan menilai efektivitas terapi,
menentukan lokasi mucus dan distribusi ventilasi.
 Kebanyakan ahli sependapat, permukaan diafragma lebih
akurat dalam mentransmisikan suara paru.

Teknik salah Teknik benar


- pakaian melekat pada dada pasien - stetoskop langsung ke dinding dada
- pipa bergesekan dengan bed - pipa bebas dari segala kontak
- melakukan di tempat gaduh - melakukan di tempat tenang
- bunyi bulu dada ditafsir bunyi paru - penekanan kuat
PEMERIKSAAN KHUSUS / TAMBAHAN

Mobilitas sangkar torak


Tes panjang otot
Tes kekuatan otot-otot pernapasan
- Direct
- Undirect / Hand held manometer
Pemeriksaan fungsi paru
- Spirometri
- Peak expiratory flow rate
Pemeriksaan toleransi aktifitas
- Six minutes walking test
Hand-held manometer

 Alat pengukur kekuatan otot-otot


pernapasan secara tak langsung,
dengan mengukur tekanan didalam mulut
selama inspirasi maksimum (PImax) dan
ekspirasi maksimum (PEmax)
 Cara pemeriksaan:
- Pasien duduk tegak/berdiri, pakaian longgar, tidak makan kenyang.
- Letakkan mouthpiece sehingga dagu sedikit elevasi dan leher
sedikit ekstensi, pasang clip hidung.
- Dicatat PI max / PE max saat pasien tarik / hembus napas sekuat
mungkin dan mempertahankan beberapa saat (2 – 3 detik)
 Selama pasien menjalani pemeriksaan, Fisioterapis memberikan
support agar pasien dapat melakukan dengan maksimal.
 Skoring otot inspirasi normal bila PI max = negatif 50 – 80 mmHg,
dan otot ekspirasi normal bila PE max = positif 100 mmHg.
Spirometer

 Alat tes yang paling umum dilakukan untuk mengetahui fungsi paru:
- menilai status faal paru (normal, restriksi, obstruksi, campuran)
dan manfaat pengobatan
- memantau perjalanan penyakit
- menentukan prognosis dan toleransi tindakan bedah
 Indikasi pemeriksaan:
- setiap keluhan sesak napas
- penderita asma / PPOK stabil, evaluasi setiap tahun / 6 bulan
- penderita pra anestesi umum
- pemeriksaan berkala perokok / pekerja yang terpajan zat
 Cara pemeriksaan:
- subjek berdiri / duduk, pakaian longgar, tidak terlalu kenyang,
bebas rokok minimal 2 jam.
- dilakukan minimal 3 hasil yang dapat diterima, 2 = reproduksibel
(beda nilai terbesar < 5% atau < 100 ml untuk nilai KVP dan VEP1)
Peak Expiratory Flow Rate

 Alat pemeriksaan fungsi paru yang sederhana. PEFR adalah arus


puncak / maksimal, yang dapat dikeluarkan lewat saluran napas
saat pasien hembus napas maksimal setelah inspirasi maksimal.
Tidak selengkap spirometer tetapi kadang > dipilih karena ringan, >
applicable dalam beberapa situasi.
 Subjek duduk tegak / berdiri, pakaian longgar, tidak makan
kenyang, bebas rokok minimal dua jam.
 Alat diposisikan pada nol.
 Pasien diminta menarik napas sedalam
mungkin, meletakkan mouthpiece ke bibir/
mulut, hembus cepat, kuat, pendek, eksplosif.
 Ideal, dilakukan tiga kali dan hasil terbaik
yang dipakai.
RESTRIKSI
 VC < 80% nilai prediksi
 FVC < 80% nilai prediksi
 Kategori:
- Restriksi ringan 80% > VC < 60%
- Restriksi sedang 60% > VC > 30%
- Restriksi berat VC < 30%

OBSTRUKSI
 FEV1 < 80% nilai prediksi
 FEV1 / FVC < 75%
 Kategori:
- Obstruksi ringan 75% > FEV1 / FVC < 60%
- Obstruksi sedang 60% > FEV1 / FVC > 30%
- Obstruksi berat FEV1 / FVC < 30%
Six Minutes Walk Test
 Jalur 25 meter, bebas hambatan, suhu ruangan tercatat.
 Pulse oximeter untuk saturasi O2 (Ƹ O2 diikat Hb, normal 95 –
100%, bila 90% = warning, < 90% stop excercise agar tak terjadi
respiratory failure), O2, tensimeter, blanko dokumentasi (Skala
Borg SOB untuk sesak napas, PE untuk berat aktifitas)
 Pasien diminta berjalan secepat mungkin, bukan berlari, dari ujung
trak yang satu ke ujung trak lain, bolak balik selama 6 menit.
 Dilakukan 3 kali, di antaranya diseling istirahat minimal 15 menit.
 Jarak terpanjang dari ketiga pemeriksaan ini yang digunakan.
 Segera sesudah pemeriksaan, pasien diminta menunjukkan derajat
sesak napas dan derajat berat aktifitas dengan Skala Borg.
BORG SCALE OF S.O.B BORG SCALE OF P.E

0  Nothing at al 6  Equivalent to lying down


0,5  Very Very slight 7  Very very light
1  Very slight 8
2  Slight 9  Very light (normal, jalan biasa)
3  Moderate 10
4  Somewhat severe 11  Fairly light
5  Severe 12
6 13 Somewhat hard (cukup berat,
7  Very severe masih dapat mudah dilalui)
8 14
9  Very, very severe 15  Hard (berat, harus upaya tapi
(almost maximal) belum dapat maksimal)
10  Maximal 16
17  Very hard (dengan sekuat
tenaga)
18
19  Very very hard
20 Equivalent to highest / hardest
amount ot activity

Anda mungkin juga menyukai