Anda di halaman 1dari 27

COMPOUNDING AND

DISPENSING
“Osteoarthritis Dengan
Menggunakan Obat Anti
Inflamasi Non-Steroid (AINS)”
Kelompok 7 kelas C
Ruth Debora 2019000077
Theresia Nuelita Rachel 2019000087
Widi Azela 2019000097
Muhammad Khosyie Abror 2019000117

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN 64


INFLAMASI
Inflamasi Respon terhadap cedera jaringan dan infeksi

Nyeri Panas Kemerahan Pembengkakan Hilangnya fungsi


Patofisiologi
• Fenomena inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular,
meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke
jaringan radang
• Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator
kimia yang dilepas secara lokal, antara lain seperti histamine,
5-hidroksitriptamin (5HT), factor kemotaktik, bradikinin,
leukotriene dan prostaglandin
• Prostaglandin berperan dalam nyeri yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin
menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi
mekanik dan kimiawi, menimbulkan keadaan hiperalgesia,
kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamine
merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata
Proses Biosintesis Prostaglandin
Trauma/luka pada sel

Gangguan pada membran sel

Fosfolipid
Dihambat kortikosteroid Enzim fosfolipase

Asam arakhidonat

Hidroperoksid Endoperoksid
PGG2 /PGH
Leukotrien

PGA2 , PGF2 , PGD2 Prostasiklin


Tromboksan A2
Pengobatan
• Pengobatan nyeri bertujuan mengurangi nyeri sebesar-besarnya
dengan kemungkinan efek samping paling kecil
• Sasaran utama terapi pasien dengan peradangan
• meredakan gejala
• mempertahankan fungsi
• serta memperlambat atau menghentikan proses yang merusak jaringan.
• Obat yang bekerja untuk menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri
dikenal sebagai obat Analgesik
Analgesik

Opioid
alkaloid opium Anti Inflamasi
Analgesik Steroid
Kortikosteroid AINS non selektif
Non-Opioid Asam mefenamat, Na
Diklofenak, Ibuprofen
Anti Inflamasi
Non Steroid
AINS Selektif COX2
Celecoxib
Analgesik
Osteoartritis
Merupakan penyakit yang berkembang lambat, biasa
mempengaruhi terutama sendi diartrodial perifer dan rangka
aksial. Penyakit ini ditandai dengan kerusakan dan hilangnya
kartilago articular yang berakibat pada pembentukan
osteofit, rasa sakit, pegerakan yang terbatas, deformitas, dan
ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak terjadi
pada sendi yang dipengaruhi.
Klasifikasi OA
Prevalensi
• prevalensi dari National Centers for Health Statistics= 25-74
15.8 juta (12%)
• OA Tangan= dibawah 45 20%
• OA lutut
• 75-79 tahun 8,5%
• 25-34 tahun 0,1%
• 65-74 tahun 10-20%
Indonesia
OA lutut umur antara 40-60 tahun.

15,5% 12,7%
Patofisiologi
Kandungan air pada kartilago meningkat, kemungkinan sebagai akibat kerusakan jaringan kolagen yang tidak mampu untuk mendesak
proteoglikan, dan selanjutnya memperoleh air. Seiring perkembangan OA, kandungan proteoglikan menurun, kemungkinan melalui kerja
metalloproteinase.
Perubahan dalam komposisi glikosaminoglikan juga terjadi, dengan peningkatan keratin sulfat dan penurunan rasio kondroitin 4-sulfat
terhadap kondroitin 6-sulfat. Perubahan ini menganggu interaksi kolagen-proteoglikan pada kartilago. Ketika menjadi parah maka
kandungan kolagen akan terganggu.

Peningkatan aktivitas metabolik yang ditandai dengan peningkatan sintesis matriks yang dikontrol oleh kondrosit, dianggap merupakan
suatu respon perbaikan terhadap kerusakan.

Tulang subkondral yang berdekatan dengan kartilago articular juga mengalami pergantian tulang yang lebih cepat, dengan
peningkatan aktivitas osteoklat dan osteoblast.

Fibrilasi, robeknya kartilago yang tidak mengandung kalsium, mengekspos bagian dalam tulang sehingga dapat menyebabkan
mikrofaktur pada tulang subkondral. Selanjutnya kartilago tererosi dan meninggalkan tulang subkondral yang gundul dan menjadi padat,
halus dan berkilau.

Mikrofaktur berakibat pada produksi callus dan osteoid. Tulang baru terbentuk pada tepi sendi, jauh dari area dektruksi kartilago. Osteofit
dapat merupakan suatu usaha untuk menstabilkan sendi yang deksruktif dari OA.

Inflamasi dicatat secara klinis sebagai sinovitis, terjadi dan dapat diakibatkan dari pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin dari
kondrosit
Etiologi
RS AYUNAKA
Contoh Jl. Alternatif Bogor
Telp : (021)8445678

Resep Website : www.rsayuna.co.id

Tanggal : 17/8/19
Dokter :
Poliklinik :
Alergi : □ Tidak □ Ya, Obat

R/
R/ Voltaren tab 25mg X
S 2dd 1 pc

R/ Mefinal tab 500mg X


S 3dd 1 pc

R/ Ranitidin tab X
S 2dd1 ac

Nama : Ny Ani
Nomor RM :
Umur : 58 Tahun
Berat badan :
Telp :
Inscription

RS AYUNAKA
Identitas dokter:
Nama dokter ✔
Jl. Alternatif Bogor
SIP dokter ✔ Telp : (021)8445678
Alamat dokter ✔ Website : www.rsayunaka.co.id

Nomor telepon ✔

Tempat dan tanggal Tanggal : 17/8/19


✔ Dokter :
penulisan resep
Poliklinik :
Invocatio Alergi : □ Tidak □ Ya, Obat

Tanda resep diawal


✔ R/
penulisan (R/)
R/ Voltaren tab 25mg X
Prescriptio/Ordonatio S 2dd 1 pc
Nama Obat ✔
R/ Mefinal tab 500mg X
Kekuatan obat ✔ S 3dd 1 pc
Jumlah obat ✔
R/ Ranitidin tab X
Signatura S 2dd1 ac
Nama pasien ✔

Jenis kelamin ✔

Umur pasien ✔

Berat badan x Nama : Ny Ani


Nomor RM :
Aturan pakai obat ✔
Umur : 58 Tahun
Subscriptio Berat badan :
Telp :
Tanda tangan/ paraf
x
dokter
Kesesuaian Farmasetik
No Kriteria Permasalahan Pengatasan Keterangan
1. Stabilitas obat - Sesuai -
2. Inkompabilitas - Sesuai -
3. Cara pemberian - Sesuai -
4. Jumlah dan - Sesuai -
Aturan pakai
Dosis
No Nama Obat Dosis Resep Dosis Lazim Kesimpulan Rekomendasi

Pemulihan: 100-150mg
25 mg Dosis resep lebih kecil
1 Voltaren Kasus sedang : 75-100mg Dosis disesuaikan
2x Sehari dibandingkan dosis Lazim

Dosis resep sesuai dengan dosis


Permulaan pada dosis lazim. Tetapi
500 mg Permulaan 500mg kemudiaan
2 Mefinal seharusnnya Dosis disesuaikan
3x Sehari 250mg setiap 6 jam
selanjutnya dosis diturunkan
menjadi 250mg

150 mg
3 Ranitidin Dewasa: 150mg 2x sehari Sesuai -
2x sehari
Pertimbangan klinis
No. Kriteria Permasalahan Pengatasan

1. Adanya alergi Tidak ada -

Ada, Terdapat Efek samping, terutama pada


Pemberian pencegahan terhadap
2. Efek samping penggunaan AINS karena sering menyebabkan
gangguan lambung/ tukak lambung
gangguan pada lambung

Ada, Voltaren dosis resep lebih kecil


dibandingkan dosis Lazim. dan Mefinal Dosis
Penyesuaian dosisnya, Konfirmasi
3. Interaksi kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat) resep sesuai dengan dosis Permulaan pada dosis
kembali dengan penulis resep
lazim. Tetapi seharusnnya
selanjutnya dosis diturunkan menjadi 250mg

Ada. Terdapat 2 obat dengan golongan yang


sama (AINS) bekerja di reseptor yang sama. Diskusikan dengan penulis resep. Pilih
4. Duplikasi/ problem
Sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya obat golongan AINS salah satu saja
efek samping
Data Obat
Nama obat Nama zat aktif Jenis sediaan Kekuatan sediaan Pabrik
Voltaren Na-Diklofenak Tablet 25 mg Novartis Indonesia

Kelompok obat Obat Anti Inflamasi Non Steroid

Indikasi Peradangan, rheumatik, artritis rheumatoid, spondylitis ankilosa, osteo artritisdan


spondiloartritis
Efek samping Gangguan saluran cerna, tukak lambung dan hipersensitif

Kontraindikasi Tukak Lambung

Dosis lazim Pemulihan: 100-150mg


Kasus sedang : 75-100mg

Harga obat HNA Rp.3.550/tab 25mg


Nama obat Nama zat aktif Jenis sediaan Kekuatan sediaan Pabrik
Mefinal Asam Kapsul salut film 500 mg Sanbe Farma
Mefenamat
Kelompok obat Obat Anti Inflamasi Non Steroid
Indikasi Menghikangkan rasa sakit dan nyeri
Efek samping Gangguan saluran cerna, Konstipasi, Diare
Kontraindikasi Hipersensitivitas, peradangan atau tukak pada pencernaan makanan
Dosis lazim Permulaan 500mg kemudiaan 250mg setiap 6 jam
Harga obat HNA dus 10x10tab 25mg: Rp.128.700,-
Nama obat Nama zat Jenis sediaan Kekuatan sediaan Pabrik
Ranitidin aktif Tablet 150 mg Hexpharm Jaya, Holi Pharma,
Ranitidin Indofarma, Pertiwi Agung
Kelompok obat H2 Bloker
Indikasi Pengobatan jangka pendek tukak duodenum aktif, tukak lambung aktif.
Mengurangi gejala refluks esofagitis
Efek samping Sakit kepala, hepatologic, endokrin
Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini
Dosis lazim Sehari 2 x 150mg
Harga obat HNA Rp.20.000,-
Perhitungan Harga Obat
Tablet Voltaren 25mg
HNA = Rp. 3.450,- / tablet
HJA = Rp. 3.450 x 1.1 x 1.25=Rp.4.743
= Rp. 4.750,-/ kapsul
Jumlah yang harus dibayar :
(Rp.4.750x10)+ Jasa pelayanan resep non racikan (Rp. 3000) = Rp 50.500,-
Kapsul Mefinal 500mg
HNA = Rp. 128.700,- / 100kapsul
=Rp. 1.287,-/ Kapsul
HJA =Rp. 1.287x1.1x1.25
=Rp. 1.770,-/kapsul Total yang harus dibayar pasien
Jumlah yang harus dibayar : Rp.50.500 + Rp.20.700 +Rp5.750
(Rp.1.770x10)+ Jasa pelayanan resep non racikan (Rp. 3000) =Rp 20.700,- = Rp.76.950
Tablet ranitidin 150mg
HNA = Rp. 20.000,- / 100kapsul
=Rp. 200,-/ Tablet
HJA =Rp. 20.000x1.1x1.25
=Rp. 275,-/Tablet
Jumlah yang harus dibayar :
(Rp.275x10)+ Jasa pelayanan resep non racikan (Rp. 3000) = Rp 5.750,-
Drug related problem (DRP)
No Kategori Alasan
1 Untreated indication - -
2 Drug use without indication - -
3 Obat kurang tepat - -
4 Dosis sub terapi ✔ Dosis Voltaren pada resep lebih kecil dibandingkan
dengan dosis lazimnya
5 Dosis terlalu tinggi - -
6 Adverse drug reaction ✔ Terdapat kemungkinan terjadinya DRP pada
penggunaan 2 obat AINS
7 Interaksi obat ✔ Terdapat 2 jenis obat dengan golongan yang sama dan
bekerja di reseptor yang sama
8 Gagal menerima obat - -
Pelayanan resep
Menghitung harga obat yang
Apoteker memberi salam
diresepkan.

Pasien memberikan resep dan •Menginformasikan harga obat yang harus dibayar
resep diterima. pasien yaitu Rp 41.000,-

Melakukan kelengkapan / skrining Bila pasien tidak membawa cukup uang


tawarkan pasien apakah ingin mengambil
resep sebagian dahulu

Skrining farmakologi Pasien membayar sesuai dengan harga obat.

Mengecek persediaan obat yang Menyiapkan obat.


diresepkan.
Informasi dan Edukasi
Informasikan Penggunaan tablet Voltaren , sehari 2 x 1 kapsul tiap 12 jam digunakan
kepada sesudah makan.
pasien: Penggunaan kapsul mefinal , sehari 3 x 1 kapsul tiap 12 jam digunakan
sesudah makan.
Penggunaan Ranitidin tablet , sehari 2 x 1 kapsul tiap 12 jam digunakan
sebelum makan.

Beri pengarahan kepada pasien apabila saat mengkonsumsi obat bagian


perut terasa sakit, agar diberi tahu kepada apoteker, atau dokter, sehingga
apoteker dan dokter dapat mencari solusi terhadap timbulnya efek
samping.
Konseling
1.Apoteker memberi salam dan memperkenalkan diri.
Apoteker mengkonfirmasi kembali bahwa pasien tidak memiliki alergi terhadap pengobatan

Apoteker menanyanyakan ke pasien apakah sudah diberi informasi oleh dokter mengenai pengobatan
pasien. Apabila belum maka, berikan infromasi mengenai pengobatan pasien. Apoteker menanyakan
kepada pasien apakah pasien mengetahui kegunaan dan cara pakai obat. Jika belum mengetahui,
jelaskan kegunaan obat tersebut dan cara menggunakan obat tersebut.

Apoteker menginformasikan bahwa penggunaan obat voltaren dan mefinal dapat menyebabkan
gangguan pada lambung

Beri pengarahan kepada pasien apabila saat mengkonsumsi obat bagian perut terasa sakit, agar diberi
tahu kepada apoteker, sehingga apoteker dapat mencari solusi terhadap timbulnya efek samping

Metutup Konseling
Daftar Pustaka
• Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia Tentang Obat Anti Inflamasi Non Steroid, 2014
• Rekomendasi IRA untuk Diagnosis dan Penatalaksanaan Osteoartritis, 2014
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
• Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan. Kee JL, Hayes ER. 1996. EGC
• Gunawan GS. Farmakologi dan terapi edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007.
• Jahwa JY. Uji Efek Analgesik Ekstrak Etanol 70% Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) pada Mencit (Mus musculus) Jantan Galur Swiss yang Diinduksi Nyeri Asam
Asetat dengan Metode Geliat (Writhing Test) (Naskah Publikasi). Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2016.
• www.pionas.pom.go.id. Diakses tanggal: 13 November 2019, pukul 16:00 WIB.
• Katzung B. G. 2006. Basic and Clinical Pharmacology, 10th Edition. San Fransisco
• Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4 (cetakan ulang 2002), bagian Farmakologi FKUI: Gaya Baru, Jakarta
• http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-nonsteroid-ains diakses 13 November 2019 pukul 22.08 WIB)
• ISFI. Iso Farmakoterapi. 2009. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
• Murray. Epidemiologi Osteoartitis Dari Berbagai Aspek Kesehatan. 2007. Bandung: Yrama Widya
• Sellam J, Beaumont GH, and Berenbaum F. Osteoarthritis : pathogenesis, clinical aspects and diagnosis. In EULAR Compendium in Rheumatic disease, 2009: 444-63
• Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
• IAI. Informasi Spesialite Obat (ISO). 2017. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
Sekian dan terimakasih

Anda mungkin juga menyukai