Anda di halaman 1dari 18

Imobilisasi

Eksternal
Disusun Oleh:
Hanan Adya Maharani
Netty Panggabean
Suci Amelia Riza
Imobilisasi
Definisi:
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara bebas.
Dalam istilah diagnosa keperawatan imobilitas keperawatan digambarkan
sebagai “hambatan mobilitas fisik” dan didefinisikan sebagai “keterbatasan fisik
pada tubuh”, satu ekstermitas atau lebih.
Faktor yang berhubungan dengan mobilitas

 keenganan untuk bergerak


 penurunan kekuatan control dan masa otot
 faktor yang berhubungan dengan pembatasan gerak yang diharuskan (medis)
Imobilisasi adalah penatalaksanaan utama untuk cidera jaringan lunak, tulang
panjang, ligamen, vertebra dan sendi. (Wong, 2012)
Etiologi
 Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang
keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan
gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada
proses penuaan.
Hal hal yang menyebabkan imobilisasi :
1. Cedera tulang: penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah
tulang (fraktur) tentu akan menghambat pergerakan.
2. Penyakit saraf: adanya stroke, penyakit parkinson, paralisis, dan gangguan
saraf tapi juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan
imobilisasi.
3. Penyakit jantung dan pernapasan akan menimbulkan kelelahan dan sesak
napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan pada organ –
organ tersebut akan mengurangi mobilisasinya. Ia cenderung lebih banyak
duduk dan berbaring.
4. Gips ortopedik dan bidai.
5. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat.
6. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau
berbaring
Terdapat 3 alasan imobilisasi secara umum :
1. Pembatasan Gerak yang sifatnya terapeutik pada :
· Injury pada tungkai dan lengan
· Pembedahan
2. Pembatasan yang tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan primer  Paralisis
3. Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.
Tingkat immobilisasi  Bervariasi :
Immobilisasi secara komplit : pada pasien yang tidak sadar
Immobilisasi secara parsial : pada pasien fraktur kaki.
Pembatasan aktifitas karena alasan kesehatan : klien sesak napas pada decom tidak boleh jalan atau naik tangga.
Bedrest :
Bedrest  klien istirahat ditempat tidur kecuali ia pergi kekamar mandi
Bedrest total  klien tidak boleh bergerak dari tempat tidur dan tidak boleh pergi kekamar mandi atau duduk dikursi.
Keuntungan bedrest :
· Mengurangi kebutuhan sel tubuh terhadap O2.
· Menyalurkan sumber energi untuk proses penyembuhan
· Mengurangi nyeri.
Contoh alat yang digunakan pasien imobilisasi
dengan gangguan moskuloskeletal
a) Traksi : kulit (paling banyak digunakan pada anak) dan skeletal.
b) Pembebatan atau pembalutan
c) Pemasangan gips
d) Fiksasi internal, pembatasan gerak karena kerusakan tulang
e) Fiksasi eksternal fraktur dengan pin atau kawat yang dipasang pada tulang
dan dihubungakan ke cincin atau batang ekternal
Efek fisiologis imobilisasi
Sistem muscular
Sistem skeletal
Sistem kardiovaskuler
Sistem respiratori
Sistem gastrointestinal
Sistem renal
Sistem integumen
Tingkat mobilitas untuk hambatan imobilisasi
Mandiri penuh
Tingkat 0

Tingkat 1 Membutuhkan penggunaan peralatan/ alat bantu

Tingkat 2 Membutuhkan pertolongan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan atau
pengajaran

Tingkat 3 Membutuhkan bantuan dari orang lain da peralatan/ alat bantu

Ketergantungan : tidak dapat beraktivitas

(Judith, NIC/NOC,2007)
Komplikasi

Imobilisasi dapat menimbulkan berbagai masalah sebagai berikut:


Infeksi saluran kemih, atrofi otot karena disused/ disuse sindrome, konstipasi,
infeksi paru, gangguan aliran darah, dan dekubitus
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
1.Biodata
Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup
Nama :
Umur : dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada anak-anak
dan lansia.
Jenis kelamin : dapat terjadi pada pria dan wanita.
Pekerjaan : beresiko tinggi pada pekerjaan yang over mobilisasi dan mengangkat beban
berat
2.Keluhan utama
Biasanya klien datang ke tempat pelayanan kesehatan dengan keluhan adanya sedikit/ terjadi keterbatasan gerak.
3. Riwayat penyakit sekarang
Apakah pasien terjadi cedera, fraktur, dislokasi dan dilakukan pemasangan restrain, bed rest atau
penggunaan alat restraining mekanik (pemasangan traksi, gips, bidai).
4. Riwayat psikososial
Keterbatsan gerak yang dialami pasien yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman pada saat
beraktivitas atau bekerja. Rasa gelisah juga dapat mengganggu.
5. Kebiasaan sehari-hari
Klien tidak bisa menjalankan aktivitas sehari-hari dengan penuh.
Pemeriksaan fisik
1. Mengkaji skelet tubuh
2. Mengkaji tulang belakang
3. Mengkaji system persendian
4. Mengkaji system otot
.
5. Mengkaji cara berjalan
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Diagnosa keperawatan
• Gangguan Mobilisasi Fisik
• Risiko cedera
• Self care deficit
• Resiko disuse sindrome
Dx 1: Gangguan Mobilisasi Fisik

Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x 24 jam klien menunjukkan:
• Joint Movement : Active
• Increase Mobility Level
• Self care : ADLs
• Ambulasi: berjalan: mampu berjalan dari satu tempat ke tempat lain.
• Ambulasi: kursi roda: mampu berjalan dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan
kursi roda. Pelaksanaan berpindah (transfer performance): mampu mengubah letak tubuh.
Kriteria hasil:

Anda mungkin juga menyukai