0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan9 halaman
Dokumen ini membahas sejarah peradilan Islam sejak masa Rasulullah SAW. Rasulullah SAW. menjadi hakim pertama dalam Islam berdasarkan perintah Allah SWT. Beliau memutuskan perkara berdasarkan Al-Quran dan sunnah. Contoh kasus yang diputuskan Rasulullah SAW. antara lain sengketa tanah dan kerusakan taman. Rasulullah SAW. kemudian menugaskan sahabat sebagai gubernur dan hakim di daerah. Para hak
Dokumen ini membahas sejarah peradilan Islam sejak masa Rasulullah SAW. Rasulullah SAW. menjadi hakim pertama dalam Islam berdasarkan perintah Allah SWT. Beliau memutuskan perkara berdasarkan Al-Quran dan sunnah. Contoh kasus yang diputuskan Rasulullah SAW. antara lain sengketa tanah dan kerusakan taman. Rasulullah SAW. kemudian menugaskan sahabat sebagai gubernur dan hakim di daerah. Para hak
Dokumen ini membahas sejarah peradilan Islam sejak masa Rasulullah SAW. Rasulullah SAW. menjadi hakim pertama dalam Islam berdasarkan perintah Allah SWT. Beliau memutuskan perkara berdasarkan Al-Quran dan sunnah. Contoh kasus yang diputuskan Rasulullah SAW. antara lain sengketa tanah dan kerusakan taman. Rasulullah SAW. kemudian menugaskan sahabat sebagai gubernur dan hakim di daerah. Para hak
Achmad Alfan (12102183068) Dama Rismana (12102183118) A. Awal Mula Munculnya Peradilan Islam Masa Rasulullah SAW,.
• Setelah Nabi Muhammad Saw., diangkat menjadi Rasul, mulailah beliau
menyampaikan risalah dakwah kepada penduduk Makkah, terutama masalah akidah selama 13 tahun. Kondisi umat Islam masih lemah, baik dari segi kuantitas maupun kekuatan. Berbagai tekanan dan penindasan terjadi, sehingga belum memungkinkan untuk melaksanakan berbagai ketentuan agama terutama masalah peradilan. Kemudian Allah SWT., memerintahkan Rasulullah SAW., untuk hijrah ke Madinah untuk melanjutkan risalah dakwahnya. • Berbeda dengan di Makkah, kondisi Madinah relatif stabil dan jumlah umat Islam semakin banyak, sementara Rasulullah SAW., dijadikan pemimpin oleh masyarakat Madinah baik umat Islam maupun non-Islam, sehingga sangat memungkinkan untuk melaksanakan berbagai ketentuan agama dan tuntutan syariah. • Orang yang pertama kali jadi hakim di Islam adalah Rasulullah SAW., sendiri berdasarkan perintah Allah SWT., dalam firmannya (QS. Al-Maidah:49), agar beliau memutuskan perkara diantara manusia dengan apa yang telah diturunkan Allah SWT., dalam Al-Qur’an dengan adil. Seperti halnya perjanjian diantara Rasulullah dengan kaum muslimin dengan agama dan suku yang lain; “bahwa apa yang terjadi diantara mereka baik peristiwa maupun perselisihan yang dikhawatirkan kerusakannya, maka penyelesaiannya adalah kepada Allah dan Rasulullah SAW.,”. • Ini menjadi bukti bahwa Rasulullah dijadikan sebagai hakim dalam memutuskan setiap permaslahan yang terjadi diantara penduduk di Madinah. Sehingga beliau menjadi satu-satunya hakim mereka dalam setiap perselisihan dan perkara. B. Sumber Hukum
• Rasulullah SAW., dalam memutuskan dan menetapkan perkara hukum
berdasarkan petunjuk wahyu yang diturunkan Allah SWT,. Demi tegaknya keadilan dan kejujuran, disamping berpegang pada Al-Qur’an, Rasulullah SAW., juga membuat berbagai ketetapan sebagai pegangan para hakim dalam menjalankan tugasnya dan mengadili perkara. Ada empat perkara hukum yang dijadikan panduan bagi qadhi dalam memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. 1. Ikrar (pengakuan), yaitu pengakuan dari seorang terdakwa terhadap semua dakwaan terhadapnya dengan jujur. 2. Bukti, yaitu kesaksian para saksi sebagaimana disebutkan dalam sebuah kaidah dalam majalah al-ahkam al-‘adhiyah bersumber dari sebuah hadits Nabi Muhammad SAW., di bawah ini: البينة علي المد عي واليمين علي من انكر “pembuktian itu diminta dari penggugat, sedangkan sumpah diminta dari tergugat”. Paling sedikit jumlah saksi adalah dua orang, maka jika tidak ada dua orang saksi, cukup dengan satu orang saksi dengan sumpah. 3. Sumpah, suatu pernyataan yang khidmat, diucapkan pada waktu memberi keterangan atau janji atas nama Allah Swt., dengan menggunakan salah satu huruf qasam. 4. Penolakan, yaitu terdakwa menolak untuk bersumpah sehingga ia tidak mengucapkan sumpahnya. Faktor-faktor yang diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw., saat menjadi seorang hakim antara lain; 1) Larangan memutuskan perkara dalam keadaan marah 2) Larangan suap dalam pemutusan hukum 3) Larangan menerima hadiah C. Contoh Kasus dan Penyelesaiannya
a) Rasulullah SAW., memutuskan perselisihan antara Abu Bakar dan
Rabi’ah al-Aslami tentang tanah yang didalamnya terdapat pohon kurma yang miring. Adapun batangnya di tanah Rabi’ah, sedangkan rantingnya di tanah Abu Bakar, dan masing-masing mengakui bahwa pohon tersebut miliknya. Lalu keduanya pergi ke Rasulullah SAW., maka beliau memutuskan bahwa ranting menjadi milik orang yang memiliki batang pohon. b) Onta Barra’ bin ‘Azib masuk kebun orang lain dan ingin membuat kerusakan di dalamnya, maka Nabi Muhammad Saw., memutuskan: “Pemilik taman harus menjaganya pada siang hari, dan apa yang dirusak oleh ternak pada malam hari menjadi tanggungan pemilik ternak”. D. Para Hakim di Masa Peradilan Rasulullah Saw., Di kota Madinah Rasulullah Saw., menjadi hakim satu-satunya. Namun, ketika wilayah Islam meluas, maka Nabi mulai menugaskan para sahabat untuk menjadi gubernur di sebagian daerah sekaligus menjadi hakim. Namun dalam kasus Ali bin Abi Thalib beliau mengangkatnya tanpa mengujinya terlebih dahulu. Ini dikarenakan beliau sangat mengetahui kapitalisnya. Beliau hanya mendoakan dan menasehatinya dengan bersabda: اللهم اهد قلبه واسد لسانه “Ya Allah berilah petunjuk hatinya dan luruskan pembicaraannya” واذ حضر خصمان بين يديك فال تقض علي احد هما حتي تسمع من كالم االخر “Dan jika dua orang datang kepadamu, jangan putuskan untuk salah seorang dari keduanya, hingga engkau mendengar perkataan yang satunya lagi”. Ali bin Abi Thalib berkata: “Demi Allah, setelah mendengar nasihat Rasulullah SAW., diatas, aku tidak pernah merasa rancu dalam salah satu perkara”. Pada zaman Rasulullah SAW., telah dikenal adanya peninjauan kembali suatu putusan hukum yang telah dijatuhkan. Para hakim di zaman Rasulullah SAW., telah ditetapkan gaji yang disesuaikan dengan masa dan kebutuhan mereka. ‘Attab pernah mengatakan, bahwa Rasulullah SAW., telah memberikan untuk tiap hari dua dirham. Maka perut yang tidak bisa kenyang dengan dua dirham, adalah perut yang tidak kenyang-kenyang.