Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PERADILAN AGAMA DI INDONESIA


Tentang

PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM PERADILAN AGAMA

Disusun oleh
Kelompok 1

SYILVI TASMI BIMA PUTRI 1913040134

SUSILO FAJAR FOURSIWI 1913040107

ZIKRI RAMADHAN 1913040120

Dosen pembimbing:
NURHASNAH M.Ag

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1441H/2020M
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Lantar Belakang
Hidup di zaman modern sekarang tidak tertutup kemungkinan bagi setiap orang
terjerat masalah. Sepertinya masalah dalam amalan amaliyah yang menyangkut
kepentingan pribadi khusunya. Rasulullah saw telah bersabda bahwa umat islam harus
berpegang teguh kepada al-qur’an dan sunnh rasulullah saw sebagai pedoman dan
pandangan hidup. Di Indonesia khusunya telah ada suatu badan peradilan agama islam
untuk membantu pelaksaan permasalahanya. Yang tetap mengacu kepada ketentuan
hukum islam sebagai dasar hukum islam, jadi untuk lebih memahami tentang peradilan
agama islam di Indonesia di dalam kehidupan ini, selanjutnya akan dibahas lebih lanjut
dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian peradilan agama di Indonesia?
b. Bagaimana dasar hukum peradilan agama di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian peradilan agama di Indonesia
Kata peradilan berasal dari kata “adil”, dengan awalan “per” dan dengan imbuhan
“an”. Kata “peradilan “ sebagai terjemahan dari “qadha”, yang berarti memutuskan,
melaksanakan, menyelesaikan. Dan adapula yang menyatakan bahwa, umumnya kamus
tidak membedakan antara peradilan dengan pengadilan.
Dalam literature fikih islam, “peradilan” di sebut”qadha”, artinya menyelesaikan seperti
firman allah:
Yang artinya;” manakala zaid telah meyelesaikan keperluannya dari zainab”.(QS.al-
ahzab:37)

Kata peradilan menurut istilah ahli fikih adalah:

1. lembaga hukum (tempat diman seseorang mengajukan mohon keadilan)


2. perkataan yang harus di turuti yang di ucapkan oleh seseorang yang mempunyai
wilayah umum atau menerangkan hukum agama atas dasar harus mengikutinya.
Bila di rujuk kepada KBBI pengadilan dalam pengertian bahasa tersebut memiliki
arti: dewan atau majelis yang mengadili perkara, mahkamah,proses mengadili,
keputusan hakim ketika mengadili perkara, rumah(bangunan) tempat mengadili perkara.
Istilah peradilan juga dapat ditemui dalam peraturan perundang undangan di indosia. Di
antaranya dalam undang-undang no 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman.

Pasal 1 dan 2 ayat(1) yang berbunyi:

Pasal 1

Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk


menyelenggarakan Perdilan guna menegakan hukum dan keadilan yang berdasarkan
pancasila demi terselenggaranya Negara hukum republik Indonesia.

Pasal 2 ayat(1)

Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dimaksud dalam pasal 1 dilakukan oleh


sebuah makamah agung dan badan- badan peradilan yang berada di bawah nya dalam
lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer dan peradilan tata usaha
Negara dan oleh sebuah mahkamah konstitusi.

Bila mengikuti penjelasan di atas maka peradilan dan pengadilan mempunyai


makna yang berbeda. Peradilan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas hakim
atau pengadilan dalam menegakan hukum dan keadilan. Sebaliknya pengadiln adalah
badan resmi yang di beri wewenang untuk melaksanakan peradilan.

Pengertian peradilan agama di Indonesia

Kata peradilan agama di Indonesia dapat di temui dalam peraturan perundang-


undangan yang ada. Diantaranya di temui dalam pasal 1 UU No 7 tahun 1989 yang
berbunyi :” peradilan agama adalah peradilan bagi orang orang yang beragama islam”
selanjutnya pasal 2 yang berbunyi “peradilan agama merupakan salah satu pelaksaan
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai
perkara perdata tertentu yang di atur dalam undang-undang ini.” Kekuassaan kehakiman
berarti:” kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
pancasila, demi terselenggaranya Negara hukum republik Indonesia.” (pasal 1 UU No 4
tahun 2004 perkara perdata tertentu yang dimaksud disini adalah sebagaimana di atur
dalam undang-undang no 7 tahun 1989 pasal 49 yang berbunyi:” peradilan agama yang
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di
tingkat pertama antara orang-orang beragama islam dibidang: perkawinan, kewarisan,
wasiat dan hibah, wakaf dan shadaqah.

Dan mengelmi perubahan dan penambahan pada perubahan undang-undang no


7tahun 1989 yang disahkan pada tahun 2006.

Berdasarkan hal tersebut maka peradilan agama adalah salah satu lingkungan
peradilan pelaksanaan kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna meneggakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan agama
islam mengenai perkara perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf , infak, shadaqah,
zakat dan ekonomi islam.
B. Dasar Hukum Peradilan Agama di Indonesia

Perintah untuk melaksanakan peradilan dalam islam dapat dipahami dari ayat-ayat
dan hadits-hadits yang berkaitan dengan hal ini. Ayat yang dimaksud antara lain adalah
surat an-nisa’ ayat 105 yang berbunyi sebagai berikut:

Artinya: Sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa


kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
diturunkan Allah kepadamu. Dan janganlah kamu menjadi penantang (orang
yang tidak bersalah),karena (membela) orang-orang yang khianat. (QS,An-
NISA’:105)

Berdasarkan adanya perintah allah tersebut, maka Nabi Muhammad SAW


melaksanakan al-qhada’ tersebut. Beliau melaksanakan tugas ini secara langsung. Namun
adakalanya beliau juga mewakilkannya kepada para sahabat. Apa yang dilaksanakan
Nabi tetap berlanjut pada masa-masa sesudah pemerintahan beliau. Itulah alasannya
maka peradilan islam juga dilaksanakan pada masa pemerintahan kesultanan islan di
Indonesia.

Selanjutnya hadits yang berkaitan dengan hal ini antara lain :

  ‫حتَّى‬
َ ,‫ض لِأْل َ َّو ِل‬
ِ ‫ فَاَل تَ ْق‬,‫ك َر ُجاَل ِن‬ َ ْ‫ى إِلَي‬S‫اض‬ َ َ‫لم ( إِ َذا تَق‬SS‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وس‬:‫َوع َْن َعلِ ٍّي رضي هللا عنه قَا َل‬
ُّ‫ ِذي‬S‫ َواَلتِّرْ ِم‬,َ‫و دَا ُود‬Sُ‫ َوأَب‬,ُ‫ د‬S‫يًا بَعْ ُد ) َر َواهُ أَحْ َم‬S‫اض‬ ُ ‫ا ِز ْل‬S‫ا َل َعلِ ٌّي فَ َم‬Sَ‫ ق‬.‫ي‬S‫ض‬
ِ َ‫ت ق‬ ِ ‫ ْد ِري َكيْفَ تَ ْق‬Sَ‫وْ فَ ت‬S‫ فَ َس‬,‫تَ ْس َم َع كَاَل َم اَآْل خَ ِر‬
َ‫َّحهُ ِابْنُ ِحبَّان‬
َ ‫صح‬ َ ‫ َو‬,‫ َوقَوَّاهُ اِبْنُ اَ ْل َم ِدينِ ُّي‬,ُ‫َو َح َّسنَه‬

Artinya : “Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila ada dua orang meminta keputusan hukum kepadamu,
maka janganlah engkau memutuskan untuk orang yang pertama sebelum
engkau mendengar keterangan orang kedua agar engkau mengetahui
bagaimana harus memutuskan hukum." Ali berkata: Setelah itu aku selalu
menjadi hakim yang baik. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits
hasan menurut Tirmidzi, dikuatkan oleh Ibnu al-Madiny, dan dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban

Setelah masuknya penjajahan Belanda, peradilan islam yang telah ada tersebut
tetap dilaksanakan. Namun peradilan islam itu mengalami perubahan-perubahan. Baik
dari segi nama, susunan, kekuasaan, kewenangannya dan lain-lain. Pada daerah-daerah
tertentu peradilan islam atau peradilan agama ini diatur dengan beberapa peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintahan penjajahan belanda. Namun
pada beberapa daerah peradilan islam yang telah ada itu tetap dibiarkan sebagaimana
sebelumnya.

Pada masa penjajahan, keberadaan peradilan agama didasarkan peraturan yang


dibuat oleh pemerintah colonial Belanda yaitu:

a. Staatsblad 1882 no. 152 dan 153 jjs stbl 1937 no. 116 dan 610 yang mengatur
peradilan agama dan mahkamah islam tinggi untuk daerah jawa dan Madura.
b. Staatsblad 1937 no. 638 dan 639 yang mengatur kerapatan qadhi dan
kerapatan qadhi besar untuk sebahagian kelimantan selatan dan timur

Selanjutnya setelah kemerdekaan, keberadaan peradilan agama didasarkan pada:

a. Peraturan pemerintah no 45 tahun 1957 tentang pembentukan mahkamah


syariah dan mahkamah syariah propinsi untuk daerah luar jawa, Madura serta
sebahagian kelimantan selatan dan timur.
b. Undang-undang darurat nomor 1 tahun 1951 L.N. 1951-9 (yang kemudian
dikukuhkan menjadi UU nomor 1 tahun 1961) tentang penyederhanaan
peradilan sipil. Di dalamnya disebutkan bahwa peradilan agama yang
merupakan bahagian tersendiri dari peradilan swapraja dan peradilan adat
tidak turut terhapus dan untuk selanjutnya harus diatur oleh peraturan
pemerintah.
c. Undang-undang nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan agama meliputi
keseragaman susunan, kekuasaan dan hukum acaranya. Selanjutnya pada
bulan Maret 2006 berhasil diterapkan perubahan undang-undang nomor 7
tahun 1989 yang berisi perubahan beberapa pasal dari undang-undang ini.

Diantara peraturan perundang-undangan itu ada yang merupakan dasar


pembentukan peradilan agama dan sebahagian lagi menyebutkan eksistensi
peradilan agama secara tidak langsung.
BAB III

PENUTUP

Peradilan agama adalah salah satu lingkungan peradilan pelaksanaan kekuasaan


Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam mengenai perkara
perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, waqaf, infaq, shadaqah, zakat dan ekonomi islam.

Dasar hukum peradilan agama islam di Indonesia terdapat di dalam al-qur’an


surat an-nisa’ ayat 105 dan hadits rasulullah saw yang mempunyai makna bahwa sebagai
muslim berpegang tegus kepada al-qur’an dan sunnah rasulullah saw sebagai pedoman
dan pandangan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Asasriwarni.2008.peradilan agama di Indonesia.padang.hayfa press

Djalil,basiq.2006.peradilan agama di Indonesia,Jakarta.kencana

Zulfan.2009.peradilan di Indonesia.padang.hayla press

Syafi’I,zakaria.2012.negara dalam persfektif islam,Jakarta.hartomo media pustaka

Fauzan,himpunan undang-undang lengkap tentang badan peradilan,bandung.cv.yrama


widya

Nurhasnah M.Ag, peradilan agama di Indonesia.padang.hayfa press

Anda mungkin juga menyukai