Disusun oleh
Kelompok 1
Dosen pembimbing:
NURHASNAH M.Ag
1441H/2020M
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Lantar Belakang
Hidup di zaman modern sekarang tidak tertutup kemungkinan bagi setiap orang
terjerat masalah. Sepertinya masalah dalam amalan amaliyah yang menyangkut
kepentingan pribadi khusunya. Rasulullah saw telah bersabda bahwa umat islam harus
berpegang teguh kepada al-qur’an dan sunnh rasulullah saw sebagai pedoman dan
pandangan hidup. Di Indonesia khusunya telah ada suatu badan peradilan agama islam
untuk membantu pelaksaan permasalahanya. Yang tetap mengacu kepada ketentuan
hukum islam sebagai dasar hukum islam, jadi untuk lebih memahami tentang peradilan
agama islam di Indonesia di dalam kehidupan ini, selanjutnya akan dibahas lebih lanjut
dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian peradilan agama di Indonesia?
b. Bagaimana dasar hukum peradilan agama di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian peradilan agama di Indonesia
Kata peradilan berasal dari kata “adil”, dengan awalan “per” dan dengan imbuhan
“an”. Kata “peradilan “ sebagai terjemahan dari “qadha”, yang berarti memutuskan,
melaksanakan, menyelesaikan. Dan adapula yang menyatakan bahwa, umumnya kamus
tidak membedakan antara peradilan dengan pengadilan.
Dalam literature fikih islam, “peradilan” di sebut”qadha”, artinya menyelesaikan seperti
firman allah:
Yang artinya;” manakala zaid telah meyelesaikan keperluannya dari zainab”.(QS.al-
ahzab:37)
Pasal 1
Pasal 2 ayat(1)
Berdasarkan hal tersebut maka peradilan agama adalah salah satu lingkungan
peradilan pelaksanaan kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna meneggakan hukum dan keadilan bagi rakyat pencari keadilan agama
islam mengenai perkara perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf , infak, shadaqah,
zakat dan ekonomi islam.
B. Dasar Hukum Peradilan Agama di Indonesia
Perintah untuk melaksanakan peradilan dalam islam dapat dipahami dari ayat-ayat
dan hadits-hadits yang berkaitan dengan hal ini. Ayat yang dimaksud antara lain adalah
surat an-nisa’ ayat 105 yang berbunyi sebagai berikut:
حتَّى
َ ,ض لِأْل َ َّو ِل
ِ فَاَل تَ ْق,ك َر ُجاَل ِن َ ْى إِلَيSاض َ َلم ( إِ َذا تَقSS قَا َل َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وس:َوع َْن َعلِ ٍّي رضي هللا عنه قَا َل
ُّ ِذيS َواَلتِّرْ ِم,َو دَا ُودSُ َوأَب,ُ دSيًا بَعْ ُد ) َر َواهُ أَحْ َمSاض ُ ا ِز ْلSا َل َعلِ ٌّي فَ َمSَ ق.يSض
ِ َت ق ِ ْد ِري َكيْفَ تَ ْقSَوْ فَ تS فَ َس,تَ ْس َم َع كَاَل َم اَآْل خَ ِر
ََّحهُ ِابْنُ ِحبَّان
َ صح َ َو, َوقَوَّاهُ اِبْنُ اَ ْل َم ِدينِ ُّي,َُو َح َّسنَه
Artinya : “Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Apabila ada dua orang meminta keputusan hukum kepadamu,
maka janganlah engkau memutuskan untuk orang yang pertama sebelum
engkau mendengar keterangan orang kedua agar engkau mengetahui
bagaimana harus memutuskan hukum." Ali berkata: Setelah itu aku selalu
menjadi hakim yang baik. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits
hasan menurut Tirmidzi, dikuatkan oleh Ibnu al-Madiny, dan dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban
Setelah masuknya penjajahan Belanda, peradilan islam yang telah ada tersebut
tetap dilaksanakan. Namun peradilan islam itu mengalami perubahan-perubahan. Baik
dari segi nama, susunan, kekuasaan, kewenangannya dan lain-lain. Pada daerah-daerah
tertentu peradilan islam atau peradilan agama ini diatur dengan beberapa peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintahan penjajahan belanda. Namun
pada beberapa daerah peradilan islam yang telah ada itu tetap dibiarkan sebagaimana
sebelumnya.
a. Staatsblad 1882 no. 152 dan 153 jjs stbl 1937 no. 116 dan 610 yang mengatur
peradilan agama dan mahkamah islam tinggi untuk daerah jawa dan Madura.
b. Staatsblad 1937 no. 638 dan 639 yang mengatur kerapatan qadhi dan
kerapatan qadhi besar untuk sebahagian kelimantan selatan dan timur
PENUTUP