Anda di halaman 1dari 47

dr.

Carmia Pratiwi Santoso


NPM : 1606970902

Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
2017
Data Kesehatan

PPOK → morbiditas dan mortalitas


• Prevalensi PPOK berbeda di setiap negara
• Penderita PPOK Asia ( 2006 ) 56,6 juta
• Penderita PPOK Indonesia 4,8 juta
• PPOK (bersama Asma)→ ke 6 dari 10 penyebab kematian
tersering di Indonesia
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah;
 Penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara
saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
 Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan
dengan respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas
beracun/berbahaya
 Rokok merupakan 90% penyebab PPOK. Penyebab lainnya adalah:
 Herediter
 Perokok pasif
 Polusi udara di tempat kerja dan lingkungan (debu atau kimiawi)
 Riwayat infeksi paru anak-anak
Konsensus PPOK, 2003
Small Airways Disease
Parenchymal Destruction
• Airway inflammation
• Loss of alveolar attachments
• Airway fibrosis, luminal plugs
• Decrease of elastic recoil
• Increased airway resistance

AIRFLOW LIMITATION

GOLD 2015
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD
Diagnosis of COPD

EXPOSURE TO RISK
SYMPTOMS FACTORS
shortness of breath
tobacco
chronic cough occupation
sputum indoor/outdoor pollution

è
SPIROMETRY: Required to establish diagnosis

© 2015 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease


1. Gambaran klinis
a. Anamnesis
- Keluhan
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
b. Pemeriksaan fisis
2. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin (faal paru, darah rutin, radiologi)
b. Pemeriksaan khusus
1. Dyspnea
- Progresif (semakin memburuk)
- memburuk ketika beraktivitas
- menetap
2. Chronic cough : May be intermittent and may be unproductive.
3. Chronic sputum production:
Any pattern of chronic sputum production may indicate COPD.
4. History of exposure to risk factors:
- Tobacco smoke (including popular local preparations).
- Smoke from home cooking and heating fuels.
- Occupational dusts and chemicals.
5. Family history of COPD
GOLD, 2015
• Inspeksi
- Pursed - lips breathing
- Barrel chest
- Penggunaan otot bantu napas
- Hipertrofi otot bantu napas
- Pelebaran sela iga
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan
edema tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue bloater
• Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
• Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah,
hepar terdorong ke bawah
• Auskultasi
- suara napas vesikuler normal, atau melemah
- terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
- ekspirasi memanjang
- bunyi jantung terdengar jauh
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
 Pada emfisema terlihat gambaran :
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)
 Pada bronkitis kronik :
- Normal
- Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
PPOK merupakan penyakit kronik progresif dan nonreversible, sehingga penatalksanaannya dibagi
menjadi pada waktu stabil dan pada waktu eksaserbasi akut
 Bronkodilator
• Antikolinergik
• Agonis beta – 2
• Kombinasi antikolinergik dan agonis beta – 2
• Xantin
 Anti-inflamasi
• Metilprednisolon
• Prednison
 Antibiotik
• (1st line: amoksisilin, makrolid. 2nd line: amokisisilin, sefalosporin, kuinolon, makrolid
baru)
 Antioksidan
 Mukolitik
 Antitusif
PENATALAKSANAAN PPOK STABIL
Derajat klinis Faal paru

Ringan - Batuk kronik dan produksi VEP1/KVP< 70%


PPOK drj 1 sputum ada tapi tdk sering. VEP1≥80% prediksi
Pasien sering tdk menyadari
fungsi paru mulai turun
derajat klinis Faal paru

Sedang - Sesak saat aktivitas, kadang VEP1/KVP<70%


PPOK drj 2 batuk dan produksi sputum. 50%<VEP1<80%
Pasien mulai memeriksakan prediksi
kesehatannya
derajat klinis Faal paru

Berat Sesak lebih berat, penurunan VEP1/KVP<70%


PPOK drj 3 aktifitas,rasa lelah, 30%<VEP1<50%
eksaserbasi semakin sering, prediksi
berdampak pd kualitas hidup
derajat klinis Faal paru

SangatBerat Gejala drj 3 ditambah tanda- VEP1/KVP<70%


PPOK drj 4 tanda gagal napas atau gagal VEP1<30% prediksi atau
jantung kanan dan VEP1<50% prediksi
ketergantungan O2. kualitas disertai gagal napas
hidup memburuk kronik
• Pada PPOK fungsi otot skeletal absolute dan fungsi otot perkilogram BB dari free
fat mass lebih rendah dari orang sehat
• Nutrisi tinggi Karbohidrat lebih meningkatkan kadar CO2 dalam darah
• Nutrisi tinggi Lemak lebih baik dari tinggi karbohidrat dalam mempengaruhi
kadar CO2 karena dapat menurunkan produksi CO2
• Laju metabolisme pada PPOK meningkatkan namun respon terhadap asupan
nutrisi menurun
• Sekitar 25 % penderita PPOK menunjukkan penurunan IMT dan massa lemak
bebas
• Penurunan Body Mass Index/Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan Faktor Risiko
independen untuk mortalitas PPOK
Perubahan BB dan malnutrisi pada pasien PPOK dipengaruhi oleh :
 Gangguan keseimbangan energi
 Degradasi protein otot
 Kegagalan fungsi saluran cerna
 Asupan makan menurun
 Curah jantung menurun dan terjadi perubahan vaskularisasi
 Hipermetabolik → mudah terjadi kelelahan otot
 Faktor lain → merokok, depresi, pengetahuan yang kurang
mengenai nutrisi, cara hidup dan kebiasaan yang buruk
 Lemak menghasilkan energi lebih banyak dibanding protein
dan karbohidrat
 Dianjurkan konsumsi lemak sebesar 30 % untuk kebutuhan
kalori setiap hari yang terdiri atas :
• 10 % asam lemak jenuh
• 10 % asam lemak tak jenuh tunggal
• 10 % asam lemak tak jenuh ganda
• PPOK mempunyai karakteristik keterbatasan jalan napas yang
tidak sepenuhnya reversibel
• PPOK terbagi atas 2 tipe :
• Tipe pink puffer : pasien kurus, bernapas melalui mulut yang
setengah terkatup cenderung pada emfisema
• Tipe blue bloater : pasien gemuk, sianosis, edema tungkai, dan
lebih banyak pada bronchitis kronik
• Pada jenis emfisema nilai index massa tubuh, lebih rendah di
banding jenis bronchitis kronik
• Mekanisme adaptasi yang terjadi pada penderita PPOK :
•Adaptasi biokimia otot → adanya peningkatan laktat →
glukoneogenesis meningkat
• Adaptasi otot → terjadi glikolisis anaerob → serat otot mudah
lelah dan terjadi penumpukan asam laktat
• Metabolisme mitokondria → pada PPOK jumlah mitokondria
meningkat merupakan kompensasi dari hiperinflasi →
kebutuhan energi meningkat
• Pemberian asam lemak omega 3 mempunyai potensi sebagai
modulator pada penyakit respirasi yang meliputi inflamasi
kronik

• Pemberian omega 3 dalam bentuk diet tinggi minyak ikan,


magnesium dan antioksidan menurunkan inflamasi saluran napas
• Cara pemberian nutrisi
• Pada penderita Sesak Napas
• Makanan jumlah kecil dan sering
• Meningkatkan kalori makanan tanpa meningkatkan jumlah makanan
• Komposisi makanan mengandung 40 % lemak, 40 % karbohidrat, 20 % protein

• Penderita dengan Napas Pendek selama makan


• Makan direncanakan saat pasien tenang
• Menghindari porsi besar, makan perlahan dan makan makanan yang mudah di
cerna
• Menggunakan bronkodilator sebelum makan
• Boleh sambil menggunakan oksigen saat makan
• Penderita dengan Penurunan Nafsu Makan
• Diberikan susu atau makanan sewaktu minum obat obatan oral
• Diberikan bronkodilator untuk mengurangi produksi lendir/sputum
• Menciptakan suasana gembira saat makan
Pemberian Diet untuk pasien PPOK bertujuan :
1. Memperbaiki malnutrisi
2. Memperbaiki Anoreksia
3. Memperbaiki hidrasi
4. Menghindari konstipasi
5. Meringankan kesulitan mengunyah dan menelan karena napas
pendek
• Pada pasien PPOK yang malnutrisi  akibat bertambahnya kebutuhan energi akibat
kerja muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapnia
hipermetabolisme.
• Komposisi nutrisi berimbang pada pasien PPOK dapat berupa tinggi lemak.
• Karbohidrat  Untuk kelebihan karbohidrat dapat menimbulkan penumpukan CO2
sebagai hasil metabolisme anaerob karena. Hal ini menambah keparahan pada
pasien PPOK karena terdapat kesulitan untuk mengeluarkan CO2
• Protein  protein yang terlalu tinggi dapat meningkatkan ventilasi semenit konsumsi
O2 dan respon ventilasi terhadap hipoksia dan hiperkapnia
• Pada pasien PPOK yang mengalami gangguan elektrolit seperti hipo fosfatemi,
hiperkalemia, hipokalsemia dan hipomagnesemia diberikan diet makanan dengan
porsi kecil tapi sering
• Sarapan pagi tinggi serat
• Banyak Minum air putih
• Diet rendah karbohidrat  penurunan CO2 darah dan perbaikan respirasi (pernapasan)
• Jika susah makan pagi, dicoba bentuk yang lebih lunak atau encer
• Pastikan cukup intake vitamin E dan vitamin C, yang membantu mencegah infeksi, mengurangi
inflamasi, dan membersihkan oksidan dalam asap rokok.
• Manfaatkan minuman berenergi tinggi seperti jus buah segar
• Hindari makanan yang membentuk gas
• Bersihkan gigi atau gunakan pembersih mulut sebelum makan jika obat inhalasi atau sputum
menyebabkan bau atau rasa tidak sedap.
• Makan tidak perlu tergesa-gesa, santai dan duduk dengan siku di atas meja untuk
menstabilkan otot tambahan. Makan dengan porsi kecil tapi sering, dianjurkan 6 kali sehari
• Makanan mengandung susu, jika sekresi dahak merupakan masalah,
karena sekresi tersebut akan meningkatkan viskositas mukus
• Kafein, berpotensi menyebabkan luka pada lambung, dan mudah terjadi
pada pasien PPOK
• Makanan terlalu pedas dan zat aditif
• Alkohol, meningkatkan hipertensi pulmonal dan hiperkapnia pada PPOK,
menyebabkan ngorok pada orang normal dan henti napas saat tidur
(sleep apnea) pada pasien ngorok, mengurangi fungsi silia dan fungsi
imun.
• Nama : Tn. MI
• Jenis kelamin : Laki-Laki
• Tanggal lahir : 1 November 1962
• Umur : 55 Tahun
• Pendidikan terakhir : S1
• Status perkawinan : Sudah menikah
• Pekerjaan : Wiraswasta Bengkel Motor
• Alamat : Kp. Kelapa RT 006/011, Cikokol. Tangerang
Autoanamnesis dilakukan pada hari Kamis, tanggal 12 Oktober 2017

Keluhan utama : Sesak Napas


Riwayat Penyakit Sekarang :
• Pasien mengeluh sesak napas yang makin bertambah sejak 2 hari hari ini
(2 hari sebelum pemeriksaan)
• Sesak napas disertai dengan Batuk-batuk berdahak selama 2 hari ini dan bertambah berat
• Dahak bertambah banyak terutama pagi hari, dengan warna keputihan kental
Riwayat Penyakit Dahulu :
• Riwayat merokok sejak 20 tahun yang lalu
• Sudah sejak 5 tahun yang lalu , pasien mengeluhkan cepat lelah dan napas terengah-engah
(ngos-ngosan) terutama saat berjalan dan naik tangga
• Keluhan utama Sesak Napas sudah pernah dialami sejak 2 tahun lalu
Riwayat Penyakit Dahulu
• Hipertensi (-)
• Diabetes Melitus (-)
• Tidak ada Riwayat Asma , pernah didiagnosa PPOK 1 sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan dirasakan sejak 2 tahun namun baru 1 tahun kemudian pasien berobat ke
dokter

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak diketahui
Riwayat Kebiasaan
Merokok sekitar 3 bungkus per hari

Riwayat Pekerjaan
• Pernah bekerja sebagai karyawan pabrik konstruksi (2 tahun)
 Keadaan umum : sakit ringan Kepala
 Kesadaran : compos mentis Dalam batas normal
 Tinggi badan : 163 cm
Dada
 Berat badan : 52 kg
Jantung DBN,
 Tekanan darah : 120/80 mmHg Paru-paru : Terdengar wheezing dikedua paru
 Nadi : 90x/menit terutama di lapang paru tengah dan bawah
 Suhu : 36.5 oC
Perut
 Pernapasan : 22x/menit
Dalam batas normal
 Keadaan gizi : Baik
 Sianosis : tidak ada Ekstermitas
 Edema umum : tidak ada Dalam batas normal
 Mobilisasi : aktif
Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan
Pemeriksaan Rontgen dada : Tidak dilakukan
Suspect PPOK

DASAR DIAGNOSA :
• Keluhan utama Sesak, batuk berdahak, dan produksi sputum yang
banyak
• Aktivitas menjadi terbatas (cepat lelah) akibat sesak napas dan
napas pendek-pendek
• Riwayat merokok sejak 20 tahun yang lalu
• Riwayat pernah didiagnosis PPOK sebelumnya 1 tahun lalu
BB = 52 Kg ; TB = 163 cm; Umur = 55 Thn
• BMI = 52 / (1,63)2 = 19,57 kg/m2 (normal weight)
• Kebutuhan kalori (Harris-Benedict)  Angka Metabolisme Basal (BMR)
Tn MI = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
= 66 + (13,7 x 52) + (5 x 163) – (6,8 x 55)
= 66 + 712,4 + 815 – 353,6 = 1239,8 Kal
• Koreksi karena dengan aktivitas sedang = 1,76 x 1239,8 = 2182,044Kal = 21Kal
• Koreksi karena PPOK (40% dari BMR) = 2146 + (40% x 1219,4)= 2633,76 Kal =
2634 Kal
Jadi kebutuhan kalori Tn. MI adalah 2634 Kalori
• Lemak 40% x 2634 kal = 1053 kal
• Karbohidrat 40% x 2634 kal = 1053 kal
• Protein 20 % x 2634 kkal = 350 kkal
• Magnesium usia > 30 th = 420 mg / hari
• Kalsium usia > 50 th = 1200 mg / hari Suplemen
• Cairan 25 – 40 ml / 24 jam = (25 – 40)ml x 52 kg = 1300 – 2080 ml / 24 jam
~ 1,3 – 2,1 liter per hari
• Pembagian kalori per sajian : Makan pagi 25%, snack pagi 10%, makan siang
35%, snack sore 10%, makan malam 20%
Tinggi Badan (TB) = 163 cm; Berat Badan (BB) = 52 kg.
Pekerjaan : Wiraswasta Bengkel Motor.
Tentukan BB Ideal dan Status Gizi
1. BBI = (TB-100) ±10 % = (163-100) ± 10% = 63 ± 10 % kg = 56,7 – 69,3
BB Ideal = 69,3 kg
2. BBN = 56,7-69,3 kg
3. Status Gizi (IMT) = BB/(TB dlm meter)2 = 52/(1.63)2 = 19,62 (Status Gizi Normal)
4. Tentukan klasifikasi aktivitas fisik dan kebutuhan kalori per kg BB
• Sesuai kelas aktivitas fisik  termasuk Aktivitas Sedang
• Perhitungan dengan Status Gizi Normal dan aktivitas Sedang = 69,3 x 35 kkal =
2425 kkal.
• Perhitungan tambahan 5 % x 2142 = 121,25 
• Total Kebutuhan Kalori = 2425 +121,5 = 2546,25 kkal ≈ 2546 kkal per hari
Gambaran Rekomendasi Menu Harian
Makan Pagi Snack Pagi Makan Siang Snack Sore Makan Malam
25% (636,5 kal) 10% (254,6 kal) 35% (891,1 kal) 10% (254,6 kal) 20% (509,2kal )
Nasi putih 150 gr (262,5 Bubur Kacang hijau 1 Bihun goreng 150 gr (350 kal) Kentang rebus 210 gr Nasi putih 100 gr (175 kal)
kal) mangkok sedang tanpa (175 kal)
Bakso 5 bj kecil 135 gr (50 Tumis Daging sapi 1 ptg
santan (200 kal)
1 butir telur ayam rebus kal) pepaya 2 potong sedang 35 gr (75 kal)
(75 kal) Pepaya 110 gr (50 kal) (100 kal)
Tumis Sayur bayam 100 gr (50 Sayur tumis sawi 100 gr (25
Tempe orek 50 gr (75 kal) Total = 250 kalori kal) Total = 275 Kalori kal)

Tumis Kacang panjang 100 Semur Tahu (150 kal) Total Minyak (75 kal)
gr (25 kal)
Total minyak 10 gr (125 kal) Mangga matang 90 gr (50
Tumis kol 100 gr (25 kal) kal)
Semangka 95 gr (50 kal)
Pisang 1 buah 50 gr (50
Total = 775 Kalori
kal)
Snack sebelum tidur :
Total minyak (75 kal)
Susu skim bubuk tanpa lemak
Total = 587,5 Kalori Total harian 20 gr (75 kal)
2450 Kalori Krekers 1 buah besar 25 gr
(87,5 kal)

Anda mungkin juga menyukai