Anda di halaman 1dari 24

Audrey Budiono (07120080088)

CONGENITAL TALIPES
EQUINOVARUS (CTEV)
Definisi

 Fiksasi dari kaki pada posisi talus menunjuk


ke arah bawah (equinus), bagian leher
berdeviasi kearah tengah dan bagian tubuh
berotasi sedikit ke luar dalam hubungannya
dengan kalkaneus; naviculare dan seluruh
kaki depan bergeser ke tengah dan supinasi.
Epidemiologi

 2 dari 1000 kelahiran hidup


 Bayi laki-laki >> bayi perempuan
 50% bilateral
Etiologi

 Masih belm diketahui secara pasti


 Faktor mekanik intrauteri
 Keturunan
 Infeksi TORCH
 Gangguan perkembangan fetus
 Defek plasma sel primer
Patofisiologi

 Jaringan lunak
 Otot gastroknemius mengecil
 Tendon Achiles memendek dengan arah mediokaudal
dan menyebabkan varus; begitu pula tendon halucis
longus dan digitorum komunis
 Tendon tibialis anterior dan posterior memendek,
sehingga kaki bagian depan (forefoot) menjadi aduksi
 Ligament antara talus, kalkaneus, naviculare menebal
dan memendek. Fasia plantaris menebal dan
memendek, yang dengan kuat menahan kaki pada
posisi equines dan membuat navicular dan calcaneus
dalam posisi adduksi dan inversi
Patofisiologi
 Tulang
 Sebagian besar deformitas terjadi di tarsus.
 Pada saat lahir, tulang tarsal, yang hampir seluruhnya
masih berupa tulang rawan, berada dalam posisi fleksi,
adduksi, dan inversi yang berlebihan. Talus dalam posisi
plantar fleksi hebat, collumnya melengkung ke medial dan
plantar, dan kaputnya berbentuk baji. Navicular bergeser
jauh ke medial, mendekati malleolus medialis, dan
berartikulasi dengan permukaan medial caput talus.
Calcaneus adduksi dan inversi dibawah talus. Bentuk sendi-
sendi tarsal relatif berubah karena perubahan posisi tulang
tarsal.
 Forefoot yang pronasi, menyebabkan arcus plantaris
menjadi lebih konkaf (cavus). Tulang-tulang metatarsal
tampak fleksi dan makin kemedial makin bertambah fleksi
Klasifikasi

 Typical
 Positional clubfoot
 Delayed treated clubfoot
 Recurrent typical clubfoot
 Alternatively treated clubfoot
 Atypical
 Rigid or resistant atypical clubfoot
 Syndromic clubfoot
 Tetralogic clubfoot
 Neurogenic clubfoot
 Acquired clubfoot
Gambaran klinis
 Sejak lahir
 Kedua kakinya berputar dan terplintir ke
dalam sehingga alas kakinya menghadap ke
posteromedial. Lebih tepatnya, pergelangan
kaki (ankle) dalam posisi equinus, telapak
kaki inversi dan forefoot dalam keadaan
adduksi dan supinasi.
 Kadang terdapat kelengkungan yang besar
(cavus) dan talus menonjol keluar pada
permukaan dorsolateral kaki. Tumit biasanya
kecil dan tinggi, terlihat kurus.
Gambaran radiologis

 Fleksi plantar anterior kalkaneus sedemikian


rupa sehingga sudut antara sumbu panjang
tibia dan sumbu panjang kalkaneus (sudut
tibiocalcaneal) lebih dari 90 °
Gambaran radiologis
 Talus diasumsikan tetap fix terhadap tibia.
Kalkaneus dianggap yang berputar menjadi
ke arah garis tengah (varus). Pada tampilan
lateral, sudut antara sumbu panjang sumbu
panjang kalkaneus (sudut talocalcaneal)
adalah kurang dari 25°, dan 2 tulang hampir
sejajar.
Gambaran radiologis
 Sudut talocalcaneal kurang dari 15°, dan 2
tulang tampak tumpang tindih lebih dari
biasanya. Selain itu, sumbu longitudinal yang
melalui pertengahan talus (midtalar line) lewat
lateral terhadap pangkal metatarsal pertama,
karena bagian forefoot terdeviasi ke medial
Gambaran radiologis
 Letak varus dan supinasi kaki depan
meningkatkan konvergensi pangkal –pangkal
metatarsal, dibandingkan dengan konvergensi
pada kaki normal. Pada foto lateral, tampak
gambaran seperti tangga (ladder-like
configuration) dari tulang metatarsal.
CTEV Scoring
CTEV Scoring

 Grade 1 - Benign (score < 5)


 Grade 2 - Moderate (score 5-10)
 Grade 3 - Considerable reducibility (score 10-15)
 Grade 4 - Resistant and partially reducible (score 15-20)
Manajemen
 Dengan penatalaksanaan terapi non operatif,
maka pemasangan splint dimulai pada bayi
berusia 2-3 hari. Urutan dari koreksi yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
 Adduksi forefoot
 Supinasi forefoot
 Equinus
 Tidak boleh dilakukan pemaksaan saat
melakukan koreksi
 Beberapa metode terapi:
 Ponsetti method
 French method
Ponsetti Method

 Bandingkan posisi normal tulang tarsal dengan


clubfoot. Perhatikan talus berubah bentuk dan
navicular bergeser ke medial. Kaki memuntir
(rotasi) mengelilingi caput talus. Koreksi Ponseti
dicapai dengan membalikkan arah rotasi ini [3].
Koreksi dicapai secara bertahap dengan gips
serial.
Ponsetti Method

 Dikerjakan segerea
setelah kelahiran (7-10
hari)
 Jika deformitas tidak
terkoreksi setelah 6
atau 7 kali ganti gips,
kemungkinan besar
penanganan
selanjutnya akan gagal
Ponsetti Method
1. Menentukan letak kaput talus
2. Mengurangi cavus
3. Long leg cast
a) Manipulasi Awal. Tumit tidak disentuh sedikitpun agar
calcaneus bisa abduksi bersama-sama dengan kaki
b) Memasang padding
c) Pemasangan Gips Pasang gips di bawah lutut lebih dulu
kemudian lanjutkan gips sampai paha atas. Mulai dengan tiga
atau empat putaran disekeliling jari-jari kaki kemudian ke
proksimal sampai lutut .
d) Molding gips Molding gips di atas caput talus sambil
mempertahankankaki pada posisi koreksi . Arcus plantaris
dimolding dengan baik untuk mencegah terjadinya flatfoot
atau rocker-bottom deformity. Tumit dimolding dengan baik
dengan”membentuk” gips di atas tuberositas posterior
calcaneus. Proses molding ini hendaknya merupakan proses
yang dinamik, sehingga jari-jari harus sering digerakkan untuk
menghindari tekanan yang berlebihan pada satu tempat.
Ponsetti method

e) Lanjutankan gips sampai paha Gunakan


padding yang tebal pada proksimal paha untuk
mencegah iritasi kulit . Gips dapat dipasang
berulang bolak-balik pada sisi anterior lutut
untuk memperkuat gips disisi anterior [3] dan
untuk mencegah terlalu tebalnya gips di fossa
poplitea, yang akan mempersulit pelepasan gips.
f) Potong gips
Ciri dari abduksi yang
adekuat
 Pastikan abduksi kaki cukup adekuat terlebih
dulu agar kita dapat melakukan dorsofleksi kaki
0-5° dengan aman sebelum melakukan
tenotomi.
 Tanda terbaik abduksi yang adekuat adalah kita dapat
meraba processus anterior calcaneus yang terabduksi
keluar dari bawah talus.
 Kaki dapat diabduksi sekitar 60 derajat terhadap
bidang frontal tibia.
 Calcaneus neutral atau sedikit valgus. Hal ini
ditentukan dengan meraba bagian posterior dari
calcaneus
Tenotomi

 Setelah dapat dicapai abduksi kaki maksimal,


kebanyakan kasus membutukan dilakukannya
tenotomi perkutaneus pada tendon Achilles.
 Tenotomi dilakukan untuk mengoreksi equinus
setelah cavus, adduksi, dan varus sudah
terkoreksi baik akan tetapi dorsofleksi ankle
masih kurang dari 10 derajat.
 Pemasangan gips terakhir dilakukan dengan kaki
yang berada pada posisi dorsofleksi maksimum,
kemudian gips dipertahankan hingga 2-3
minggu.
Bracing
 Setelah tenotomi, gips terakhir dipakai selama 3 minggu.
Protokol Ponseti selanjutnya adalah memakai brace (bracing)
untuk mempertahankan kaki dalam posisi abduksi dan
dorsofleksi.
 Brace berupa bar logam direkatkan pada sepatu yang bertelapak
kaki lurus dengan ujung terbuka (straight-last open-toe shoes).
 Abduksi kaki dengan sudut 60-70 derajat ini diperlukan untuk
mempertahankan abduksi calcaneus dan forefoot serta
mencegah kekambuhan (relaps). Jaringan lunak pada sisi medial
akan tetap teregang hanya jika dilakukan bracing setelah
pemasangan gips.
Diagnosa banding

 Spina Bifida adalah suatu celah pada tulang


belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian
dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup
atau gagal terbentuk secara utuh pada masa
perkembangan fetus. Defek ini berhubungan
dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba
neural.
 Arthrogryposis, juga dikenal sebagai
Arthrogryposis Multiplex Congenita, adalah
kelainan bawaan yang ditandai dengan beberapa
kontraktur sendi dan dapat meliputi kelemahan
otot dan fibrosis non-progresif.
Prognosis

Umur (minggu ) Persentase


0-6 94%
7-12 66%
13-24 24%
25-31 1%
>36 0.24%

Anda mungkin juga menyukai