Anda di halaman 1dari 55

TREMATODA USUS & HATI

ROCHMADINA
BAGIAN PARASITOLOGI
FK UMS
2015
Tujuan Pembelajaran :

 Mahasiswa bisa menjelaskan definisi, morfologi,


siklus hidup, gejala klinis, patofosiologi,
pemeriksaan, penatalaksanaan, pencegahan dari
penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh cacing
Trematoda usus dan hepar.
KLASIFIKASI TREMATODA
FILUM : PLATYHELMINTHES
KELAS : TREMATODA
SUBKELAS : DIGENEA
ORDO : PROSOSTOMATA
SUBORDO : DISTOMATA
1. SUPERFAMILIA : FASCIOLOIDEA
GENUS : FASCIOLA
FASCIOLOPSIS
2. SUPERFAMILIA : SCHISTOSOMATOIDEA
GENUS : SCHISTOSOMA
3. SUPERFAMILIA : TROGLOTREMATOIDEA
GENUS : PARAGONIMUS
4. SUPERFAMILIA : OPISTHORCHIDEA
GENUS : CLONORCHIS
OPISTHORCHIS
Morfologi umum Trematoda

 Cacing pipih dorsoventral, simetris bilateral, tanpa


anus
 Multiseluler, tidak ada rongga badan
 Tidak ada silia pada lapisan luar/tegumen
 Tegumen untuk absorbsi nutrien
 Organ : saraf, reproduksi, otot ekskretori (flame
cell), digesti
 Tanpa organ respirasi (pertukaran gas lewat dinding
tubuh)
 Bersifat hermafrodit (kecuali Schistosoma sp.)
Digenea

Digenea :
 endoparasit
 1-2 pasang alat pelekat (oral dan ventral sucker)
disebut acetabulum
 Biasanya >1 hospes dalam daur hidupnya
 Hospes perantara kebanyakan keong (Molusca)
BERDASARKAN HABITAT

 Trematoda usus : Fasciolopsis buski,


Echinostoma sp
 Trematoda hati : Fasciola hepatica, Clonorchis
sinensis, Opistorchis sp
 Trematoda paru : Paragonimus westermani
 Trematoda darah : Schistosoma japonicum, S.
mansoni, S. hematobium
DAUR HIDUP TREMATODA PD UMUMNYA
 Telur : tidak mengandung embrio, dikeluarkan bersama
feses/urin, atau sputum (tergantung habitat cacing
dewasa)
 Berkembang dalam keadaan lembab/berair  menetas
 mirasidium bersilia
 Menembus HP I (Molusca)  Sporosit  redia 
serkaria
 HP II (tumbuhan air/keong)  mengsista 
metaserkaria
TELUR TREMATODA

TELUR
BEROPERKULUM

TELUR
TANPA OPERKULUM
TREMATODA USUS
1. Fasciolopsis buski

2. Echinostoma malayanum, E. revolutum, E.


ilocanum

3. Heterophyes heterophyes

4. Metagonimus yokogawai
1. Fasciolopsis buski

 PENYAKIT : Fasciolopsiasis
 HABITAT : usus halus manusia
(Duodenum/jejunum), kadang di lambung, usus besar
 Busk (1843) : duodenum pelaut India
 TREMATODA USUS RAKSASA
 Epidemiologi : Indonesia (Papuyu), RRC, Taiwan,
Vietnam, Thailand
MORFOLOGI
 CACING DEWASA

- Pipih,spt daun
- Panjang ± 5 cm.
- Oral sucker < V.suck.
- Sekum: tak bercabang
- Ovarium : bercabang
- Testes: 2 bh, bercabang, letak tandem
- Vitelaria : bercabang
- Uterus : berkelok- kelok
MORFOLOGI CC DEWASA & TELUR

.
Fasciolopsis buski

ALAT
KELAMIN
ALAT JANTAN
KELAMIN &
BETINA PENCER
NAAN
DAUR HIDUP
Inang definitif : Manusia, babi, anjing

telur  mirasidium  Dlm inang antara


DI DALAM AIR MOLLUSCA : - Segmentina sp.
- Hippeutis sp.
- Gyraulus sp.
host definitif
sporokista

redia
(sista)
metaserkaria serkaria serkaria
pada buah dlm air
tumbuhan air
.
PATHOGENESIS
 Infeksi ringan : habitat duodenum dan jejunum
 Infeksi berat : sampai lambung dan bagian usus
lain
 Perlekatan cc dws : radang lokal, hipersekresi
mukus, ulserasi dan abses.
 Infeksi berat : obstruksi usus, ileus akut
 Absorbsi  metabolit cc  toksik & alergik 
edema & ascites
 Eosinofilia & leukositosis
GEJALA KLINIS:

 INFEKSI RINGAN : SEDIKIT


 INFEKSI BERAT:
NYERI PERUT, JUMLAH TINJA SANGAT
BANYAK, WARNA KUNING KEHIJAUAN
BERISI BANYAK MAKANAN YG TDK TERCERNA
MALABSORPSI
 DPT BERAKIBAT FATAL TGTNG JUMLAH
CACING
DIAGNOSIS

 KLINIS : Khas, pada daerah endemis

 LABORATORIS : menemukan telur dalam feses

TREATMENT
 praziquantel (Biltricide) : drug of choice

Dosis tunggal 40 mg/kgBB


PENCEGAHAN

 Pengobatan pd penderita

 Pupuk tinja + kapur / disimpan lama

 Defekasi tdk dekat kolam +keong : Segmentina,


Hippeutis & Tanaman air

 Inang antara dimusnahkan


2. Echinostoma malayanum,
E. revolutum, E. ilocanum

 Echinostomiasis
 Brug dan Tesch : menemukan di Palu (Indonesia)
 Sandground dan Bonne (1940). E. lindoensis
 Bonne dkk (1948) menemukan E. ilocanum dari
pulau Jawa
 Indonesia, RRC, Taiwan, India, Jepang, Filipina
MORFOLOGI:  .
• cc dws
• Warna merah abu-abu
• mpy collar spine
• Oral sucker n ventral
sucker
• Testis, uterus, kelenjar
vitelaria
• Perbedaan antara spesies
: pada bentuk testis
• Telur : beroperculum,
tak berembrio (belum
matang)
.

 Habitat : Usus halus


 Inang definitif : manusia
 Inang antara I : keong air tawar co Hippeutis,
Gyraulus (P. Jawa)
 Inang antara II : keong air tawar co Viviparus
javanicus (P. Jawa)
 Inang reservoir : tikus, anjing

GEJALA KLINIS:
Inflamasi lokal  ulserasi  diare  abdominal
pain
.

GEJALA KLINIK
 Kolik intestinal, diare
 Reaksi radang pada tempat cacing melekat
 Intoksikasi umum

 DIAGNOSIS : menemukan telur dalam tinja


 PENGOBATAN : Praziquantel
 EPIDEMIOLOGI:
 Kebiasaan makan keong air tawar yang mentah
3. Heterophyes heterophyes

 Trematoda usus terkecil yag menginfeksi manusia


 Dapat menginfeksi burung dan mamalia
 Pertama kali dilaporkan oleh Bilharz (1851)
 Habitat cc dewasa : usus halus
Morfologi

 Telur : kuning  .
kecoklatan, operkulum
(+) dengan bahu yang
jelas, 27-30 u X 15-17 u

 Cc dws mpy oral, ventral


& genital sucker
DAUR HIDUP

Cc dws  telur dalam feses (sudah matang) air 


tertelan keong Pironella & Cerithidea  menetas
dalam keong mirasidium Sporokista, redia I dan
II Serkaria enkistasi pada ikan (daging/sisik) 
Metaserkaria

Manusia terinfeksi bila makan ikan air tawar yang


tidak dimasak dengan baik (diasinkan/diasamkan)

Metaserkaria ekskistasi dalam usus  melekat pada


dinding usus  dewasa
a
GEJALA KLINIS

 Cc dewasa : kerusakan kecil pada mukosa usus dan


radang ringan
 Infeksi berat : nyeri perut, diare berlendir &
ulserasi usus
 Telur kecil & perlekatan cc yang dalam pada
mukosa usus  terbawa aliran darah 
merangsang terbentuknya lesi patologis, terutama
dalam jantung & otak
DIAGNOSIS & TERAPI

 DIAGNOSIS:
 Menemukan telur dalam tinja
Bentuk = C. Sinensis
 Menemukan cacing dewasa dalam tinja

 TERAPI:
Praziquantel
EPIDEMIOLOGI &PENCEGAHAN
 Mamalia pemakan ikan : anjing, kucing, burung (sbg
hospes reservoar)

 Distribusi : Mesir, Israel, Filipina, Jepang, Korea, Cina,


Taiwan dan India Barat, Turki

 Tidak makan ikan mentah atau diasamkan yang


berasal dari daerah endemik

 Kebersihan dan pendidikan tentang pembuangan


sampah harus jauh dari kolam yang ada hospes
perantara
4. Metagonimus yokogawai

 Bentuk telur/cc dws hampir sama dg H. heterophyes


 Habitat : melekat pada mukosa usus
 HP antara I : Keong Semisulcospira
 HP antara II : ikan air tawar
 Gejala klinis = H. heterophyes
 Distribusi : Jepang, Indonesia, Israel, Spanyol, Rusia
.

 DIAGNOSIS : menemukan telur dalam feses


TREMATODA HATI

1 . Fasciola hepatica

2. Clonorchis sinensis

3. Opistorchis viverini & Opistorchis felineus


1. Fasciola hepatica
(THE SHEEP LIVER FLUKES)

 PENYAKIT : - FASCIOLIASIS HEPATICA


- ZOONOSIS
- DILAPORKAN I :
de Brie,1379
- DAUR HIDUP (Leukart &
Thomas, 1881)

 DISTRIBUSI GEOGRAFIS :
- Kosmopolitan
MORFOLOGI
Cacing dewasa:
 Pipih spt daun, p= + 2,5 CM
 Punya kerucut kepala (cephalic cone)
 Oral sucker < ventral sucker
 Sekum : bercabang
 Ovarium : bercabang
 Testes : 2 buah, bercabang, letak
tandem
 Vitelaria : bercabang
 Uterus : berkelok
Fasciola hepatica

ALAT
ALAT KELAMIN
KELAMIN JANTAN
BETINA &
PENCER
NAAN
DAUR HIDUP:
INANG DEFINITIF : SAPI, DOMBA
.
.

 Inang antara I : keong


 Inang antara II : tumbuhan air
 Manusia : zoonosis
 Habitat cacing dewasa : sel parenkim hati
 Stadium infektif : metaserkaria yang menempel pada
tumbuhan air
GEJALA KLINIS:

 Demam, diare
 Nyeri kuadran kanan atas . Epigastrik
 Fascioliasis akut : Fasciolitic eosinophilic syndrome
= pembesaran hati dan sangat sakit, demam dan
90% eosinofilia
 Kronis : bila cacing sampai ke saluran empedu,
penyumbatan  inflamasi saluran empedu
DIAGNOSIS:

 Menemukan telur dalam tinja


 Serodiagnosis (Crude-Ag cacing dewasa)

PENGOBATAN :
 Praziquantel
 Bithionol
 Hexchloro-paraxylene

EPIDEMIOLOGI:
 Distribusi : kosmopolitan
 Kebiasaan makan tumbuhan air
 Hubungan antara manusia – keong – ternak
2. Clonorchis sinensis

 HD : mns, anjing, kucing  .


& hewan pemakan ikan
 Ukuran 15 mm x 5 mm
 Telur mempunyai
operculum spt gelas jam
dg pundak kecil, berisi
mirasidium
 1000 telur/ml cairan
empedu atau 600
telur/gr feses (6000 cc
dlm tbh)
DAUR HIDUP:
 Habitat : saluran empedu
 Inang definitif : manusia
 Inang reservoir : anjing, kucing, babi
 Inang antara I : keong Bulinus
 Inang antara II : ikan air tawar
 Stadium infektif: metaserkaria
PATOGENESIS
 Radang epitel empedu krn iritasi mekanik dan produk
toksin cacing
 Infeksi berat : penebalan dan dilatasi saluran empedu,
hiperplasi kelenjar musin
 Obstruksi  fibrosis  sirosis
 Perubahan adenomatosa dapat terjadi bertahun-tahun
pada infeksi ringan
 Berhubungan dengan ikterus obstruktif
 Pankreatitis akut, kolesistisis, dan kolelitiasis terjadi
akibat invasi cacing
GEJALA KLINIS:

 Infeksi ringan : asimtomatik


 Infeksi berat : nyeri tumpul dan tidak enak pada
abdomen  pembesaran hati
 Infeksi akut : demam, menggigil, diare, nyeri
epigastrik, hepatomegali dengan nyeri tekan
 Ikterus
.

DIAGNOSIS : menemukan telur dalam tinja

TREATMENT :
 Praziquantel 25 mg/kgBB, 3x1 selama 1 hari
EPIDEMIOLOGI & PENCEGAHAN

 Distribusi: Cina, Taiwan, Jepang, Korea, Vietnam


 Makan ikan dimasak dng baik
 Pend.kesh bg masyarakat
 Penggunaan pupuk tinja hrs dilakukan desinfeksi lbh
dulu
3. Opistorchis viverini / Opistorchis felineus

Morfologi :  .
Panjang, langsing
Testis berlobus, lekukan
dangkal
Telur : isi embrio,
beroperculum
Serupa telur C. sinensis
DAUR HIDUP:
 Inang definitif : manusiaINANG
 Inang reservoir : anjing, kucing dan mamalia pemakan
ikan
 Inang antara I : keong Bithynia
 Inang antara II : ikan air tawar

GEJALA KLINIS : = CLONORCHIASIS


 Terbatas pada traktus biliaris
 Nyeri kuadran kanan atas
 IgE meningkat (3-4x)
 Morbiditas berhubungan dengan jumlah cacing
.
DIAGNOSIS : menemukan telur dalam tinja
PENGOBATAN : Praziquantel

EPIDEMIOLOGI & PENCEGAHAN


 Prevalensi tinggi di Thailand
 Aak umur >10 th
 Kebiasaan makan ikan mentah
 Kebiasaan defekasiPendidikan kesehatan, tahu
daur hidup cacing
Sources

 Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, ditinjau dari


organ tubuh yang diserang
 Bahan kuliah Dra. Sri Sumarni, DAPE, SU, FK UGM

Anda mungkin juga menyukai