Anda di halaman 1dari 9

FILM DOKUMENTER

Kesenian Tarian Jaran Buto

DI SUSUN OLEH :
Intan Nirwana
Rahmatullah
Reza Nur Oktafiani
Rizky Rizaldi Maulana
Sahrel Gunawan
Kesenian Tarian Jaran Buto
Banyuwangi Jawa Timur punya kesenian Tari Jaran
Buto. Tari ini menggunakan properti kuda buatan
seperti halnya yang biasa kita dapati pada kesenian
Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan.
Adapun keunikan kesenian Jaranan Buto dari tari
jaranan lainnya adalah properti kuda yang digunakan
tidaklah menyerupai bentuk kuda secara nyata, namun
berwajah raksasa atau Buto. Bahkan tidak hanya
kudanya saja, para pemainnya juga menggunakan tata
rias muka layaknya seorang raksasa yang lengkap
dengan muka merah bermata besar, bertaring tajam,
berambut panjang dan gimbal.
• Seni tari Jaranan Buto dalam perkembangannya
memiliki inovasi yang diantaranya adalah variasi
musik pengiringnya dan tata rias penarinya.
Kostum yang dikenakan oleh penarinya pun
mengalami inovasi begitu pesat setiap tahunnya.
Kesenian jaran buto masuk ke Sumbawa sekitar
tahun 1998 yag di bawa oleh perkumpulan etnis
jawa atau sekarang bernama “Wargo Budoyo”,
tepatnya di kecamatan Labuhan Badas. Kesenian
Tari jaran buto ini masuk ke Sumbawa dengan
tujuan memperkenalkan dan melestarikan
budaya ini kepada masyarakat Sumbawa serta
masyarakat suku jawa yang menetap di
Kabupaten Sumbawa Besar mengetahui
budayanya sendiri..

• Pada tahun 2005 terjadi musibah banjir besar yang


menimpa kecamatan tersebut, yang mengakibatkan seluruh
peralatan kesenian tari Jaran Buto Hanyut terbawa air
banjir. Hal ini menyebabkan kelompok Wargo Budoyo harus
Vakum dalam kurun waktu yang lama. Namun dua tahun
belakangan ini kesenian ini kembali muncul dan turut
berkontribusi di berbagai event disumbawa, untuk
menaikkan kembali nama kesenian ini ada banyak sekali
usaha yang dilakukan hinga kesenian Tari Jaran Buto
Kembali di kenal masyarakat bahkan diakui oleh
Pemerintah Daerah.
Dengan adanya film dokumenter
yang mengangkat budaya ini
diharapkan masyarakat Sumbawa
mengetahui bahwa disumbawa ada
budaya lain selain budaya khas dari
Sumbawa, salah satunya ialah
kesenian Tari Jaran Buto yang
berasal dari luar Sumbawa tepatnya
di Banyuwangi Jawa Timur.

Film ini memberikan pesan moral


kepada penonton yang menontonnya
bahwa setiap insan manusia harus
memiliki semangat perjuangan, sikap
ksatria dan kerja keras tanpa kenal lelah
didalam setiap kondisi.
Sinopsis
Sore hari di rumahnya Bapak Tondo
memperkenalkan dirinya dan menceritakan awal mula
munculnya kesenian khas Banyuwangi Jawa Timur
yaitu Tari Jaran Buto, pak tondo mengatakan bahwa
kesenian ini sudah ada sejak lama namun sempat
vakum karena bencana alam yang menimpa Sumbawa
pada saat itu.
Di halaman salah satu rumah temannya pak
tondo sedang berbincang bincang sambil meminum
kopi dan membahas mengenai upaya untuk
mengidupkan kembali kesenian ini bersama dengan
rekan rekan seperjuangannya dulu, dari hasil obrolan
yang diselingi canda tawa tersebut terbentuklah
sebuah organisasi yang diberi nama oleh mereka
“Wargo Budoyo” dengan kesenian khasnya yaitu
Tarian Jaran Buto.
Para anggota kebingungan, dengan apa
mereka akan menghidupkan Organisasi ini, akhirnya
munculah ide untuk mengumpulan iuran per anggota.
Mereka bertemu kembali untuk mengumpulkan iuran
tersebut.
Salah satu anggota mereka mengurus keperluan
untuk memesan alat, namun ada juga yang dibuat oleh anggota
sendiri di rumah masing, begitupun dengan kostumnya. Ketika
semua peralatan dan perlengkapan mulai lengkap, masing –
masing anggota dengan sukarela mencari anggota baru yang
lain, mulai dari kerabat keluarga maupun tetangga.
Sesuai dengan hasil obrolan yang telah mereka
sepakati, dimulailah latihan tarian jaran buto pada malam hari
sehabis sholat isya dengan tempat yang tidak menentu,
bergantian di masing” rumah anggota. Alat alat musik telah
disiapkan, diletakkan di atas teras rumah, para penari menari di
atas tanah dengan telanjang kaki, liukan tangan menyesuaikan
dengan irama yang didendangkan para pemain musik.
Lantunan irama musik ternyata memanggil warga
sekitar untuk menyaksikan latihan tersebut, mereka duduk dan
berdiri di sekitaran penari untuk melihat dengan jelas latihan
pertunjukan tarian Jaran Buto
Menyebarnya informasi dari mulut kemulut
bahwa tarian Jaran Buto telah hadir membawa
dampak positif untuk kelompok Wargo Budoyo,
banyak undangan masuk untuk mengisi acara –
acara adat di sumbawa seperti pernikahan khitanan
dll.
Tibalah saat penampilan yang sebenarnya
ditampilkan, para aggota menyiapkan terop dan
ruang ganti untuk para penari. Di dalam ruangan itu
para penari merias dirinya dengan riasan yang
terbilang cukup menyeramkan menggambarkan
sosok raksasa di tarian ini. Mereka menggunakan
kostum masing, ada yang membantu sesama penari
untuk memasang kostum ada juga yang membantu
merias.
SOCIAL MEDIA

Selama proses persiapan banyak warga yang sudah memenuhi


tempat duduk yang disediakan bahkan ada yang rela untuk berdiri demi melihat
penampilan dari kelompok Wargo Budoyo.
Para penari keluar dari ruang ganti begitu bunyi musik dimainkan, dan
langsung mempersembahkan atraksi. Masyarakat yang menonton terlihat
sangat terhibur, ada yang memvideokan bahkan ada yang meguploadnya di
sosial media.

35%
Begitu penampilan selesai para anggota beristirahat dan
membereskan tempat pertunjukan. Untuk tetap menjaga kekompakan anggota
Wargo Budoyo selalu melakukan latihan rutin di tempat yang berbeda dengan
maksud agar tarian jaran buto ini semakin dikenal oleh banyak masyarakat,
dengan ketekunan dan kesabaran para pendirinya jadilah seperti Jaran Buto
saat ini, dikenal banyak masyarakat bahkan pemerintah daerah Kabupaten
Sumbawa., photos and Text.
SELESAI
TERIMAKASIH

Barakallah ^^

Anda mungkin juga menyukai