Toksikologi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 28

TOKSIKOLOGI

Toksikologi Umum, Pembagian Toksikologi, Toksikologi Klinis,


Zat-zat Toksik, Penanganan Keracunan (Saluran Napas, Kulit,
Mata, Oral, dan Anti Dotum)

Fitria Febri Evadeni


Mahasiswi Jurusan Farmasi ‘13
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
Fitriaevadeni@yahoo.com

Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi


Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Efek farmakodinamik suatu zat


yang berlebihan
Toxic berasal
dari bahasa
Yunani Tox yang
berarti panah
EFEK TOKSIK
TOKSIKOLOGI

Ilmu yang mempelajari efek toksis berbagai


bahan terhadap makhluk hidup dan sistem
biologi lainnya.

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Pembagian Toksikologi berdasarkan jenis zat


dan keadaan saat terjadi toksik

T. T. Bahan
Lingkungan Makanan
T. Perang
T.
T. Obat Kecelakaan
T. Pestisida
T.
T. Industri
Penyinaran

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Toksisitas obat, Efek samping dari


T. Obat kombinasi obat, keracunan akut dan
kronis pada penggunaan berlebih

Bahan makanan yang berpotensi menganung T. Bahan


toksikan (Zat warna, pengawet, dll) Makanan

Mempelajari efek beberapa zat pestisida yang


T. Pestisida berpotensi berbahaya jika digunakan
berlebihan

Mempelajari jenis keracunan di Industri.


Biasanya berupa penyelidikan penyakit pada T. Industri
kulit dan pernapasan. Ex : Silikosis, antrakosis,dll

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

T. Mempelajari zat-zat yang berpotensi


Lingkungan merusak lingkungan (air, udara, tanah).

Mempelajari zat-zat rumah tangga (yang mudah T.


dijangkau) yang dapat menjadi racun. Biasanya
meliputi kasus bunuh diri, maupun kecerobohan. Kecelakaan

Mempelajari toksikologi perang seperti Bom


T. Perang nuklir, senjata biologi maupun kimia
(NUBIKA/ABC), gas air mata, racun massal,dkk

Mempelajari bahaya penyinaran seperti radiasi T.


nuklir, radioaktif, dll. Penyinaran

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

TOKSIKOLOGI KLINIK
Bidang ilmu toksikologi yang
mempelajari suatu penyakit yang
disebabkan suatu agen toksik

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Efek yang diinginkan dari suatu obat.


Ex : Paracetamol 500mg 3xsehari  panas EFEK TERAPI
dan meredakan nyeri

Efek yang dapat menimbulkan toksik jika


diberikan melampaui dosis.
Ex : Gentamisin ginjal EFEK TOKSIK
PCT, INH  Hati

Efek yang tidak diinginkan pada dosis


terapi (tidak terjadi pada tiap orang).
Ex : Amplodipin  Jantung berdebar dan EFEK SAMPING
nyeri perut

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

ALKOHOL
METANOL DL : 30- Asam format sulit
50ml(100ml) dieksresiAsidosis parah

1. Menurunkan Metanol Oksidasi As.Format


konsentrasi metanol Alkoholdehidrogenase
dalam darah

v
Dihambat secara
Dialisis peritonial dan
v

kompetitif oleh etanol


ekstrakorporal 30-40ml/ dlm darah
:1mg/ml selama 5 hari
2. Menghilangkan asidosis
v

Infus lar. NaHCO3 / 3. Menghambat oksidasi


Na2HPO4 metanol

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
1. Pernapasan buatan
ETANOL 2. Pengontrolan cadangan
ETANOL
alkali, keseimbangan cairan, Alkoholdehidrogenase
Oksidasi
dan regulasi panas Monoksigenase
v

(dapat diinduksi)
3. Dianjurkan pemberian infus
levulosa (Sedative dan Asetaldehide
klometiazol tidak boleh
v

Aldehidoksidase
diberikan)
As.Asetat
10g/100ml = Produksi HCL
>20g/100ml = sebaliknya Disulfiram
>40% = gastritis
KI : Pasien DM serta
insufisiensi jantung dan
Bumil : Memperlambat sistem sirkulasi.
pertumbuhan janin, efek Pemberian harus
teratogen, gangguan sepengetahuan pasien
perkembangan intelegensia.
--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi
Konsentrasi
Gejala
mg/ml darah
0,1 – 0,5 Banyak bicara, peningkatan refleks
Berkurangnya ketajaman penglihatan dan adaptasi gelap,
0,5 – 1,0 perpanjangan waktu reaksi, terbatasnya ketrampilan
mengemudi pd sekitar 0,8 mg/ml
Euforial,tidak ada rasa segan, besarnya bahasa kecelakaan
1,0 – 1,5
lalu lintas
Waktu reaksi amat diperpanjang, gangguan bicara,
1,5 – 2,0
kesetimbangan dan koordinasi
Ketagihan hebat, gangguan keseimbangan dan koordinasi
2,0 – 2,5
lebih menonjol
Gejala kelumpuhan, gangguan kesetimbangan dan
2,5 – 3,5 gangguan koordinasi kasar, kesadaran berkurang, tidak ada
kemampuan mengingat
3,5 – 4,0 Koma yang dalam dan dapat mematikan
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Depresan SSP  Sedasi ringan - Anastesi total


BARBITURAT Indikasi lain  Kejang, eklamsia, epilepsi,
anti konvulsan
 Efek yang luas
DL : 3g
Short Bilas lambung Intoksisitas :
Acting 30g MgSO4 • Tidak sadar, napas lambat <-> Hambatan
Sekobarbital dalam usus. Bila pernapasan sentral.
Pentobarbital perlu 2ml • TD <-> Efek depresif pada peredaran darah
niketamid • Fgs ginjal – gagal ginjal
Penanganan
Long DL : 5g • Norit  antidotum
Acting Bilas lambung • Bilas lambung
30g MgSO4 • Intubasi dan O2 u/ pasien hipoksemis
Fenobarbital dalam usus. • Infus dgn plasmaexpander ->
Kopi tubruk. Mempertahakan sirkulasi dan fungsi ginjal
Diuresis paksa • Diuresis dgn Furosemid i.v dan infus yg
mgndung NaHCO3
--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Antidotum Zat Toksik


Amonium karbonat Formaldehida
Parrafin Liquidum Pelarut Organik
Susu Asam dan Basa
Na. Tiosulfat Iodium
Kalium Permanganat Nikotin
Etanol Metanol
Piridoksin Isoniazid
Penisilamin Tembaga
Kalsium Glukonat Asam Oksalat
Deferoksamin Besi
Dimerkaprol Arsen
--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan Keracunan Secara Umum

1. Menjaga fungsi vital tubuh


2. Menghindari absorbsi racun lebih lanjut (Jika
penyebab keracunan diketahui langsung beri antidot)
3. Mempercepat eliminasi racun
4. Menormalkan kembali fungsi tubuh

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan Keracunan Saluran Napas


Menjaga fungsi vital Bantuan Pernapasan
tubuh (normal)
Menjaga pernapasan dan 1. Pernapasan buatan
sirkulasi. Serta menormalkan 2. Pemberian oksigen : Tidak boleh
keseimbangan elektrolit, air, lebih dari 6-8 jam
asam-basa (jika perlu)

1. (As.sianida, pelarut, ester asam folat) ->


Keracunan Zat Menggunakan kantong napas.

Berbahaya 2. Gas merangsang(Klor,fosgen,dll) 


Udem paru-paru toksik

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Lanjutan…
Gambaran sempurna tanpa keluhan :
• Sianosis
Udem Paru- • Keluarnya busa coklat dari mulut dan
Paru hidung serta takhikardia.
p.s : Kematian dapat terjadi akibat tak bisa
Penanganan ringan bernapas /berhentinya jantung

1. Letakkan tubuh bagian atas pada posisi


yang lebih tinggi
2. Pemberian oksigen
Pemberian
3. Penyedotan sekret
glukokortikoid sebagai
4. Pemberian furosemid 60-200mg i.v
inhalasi. (Auxiloson—5
5. Digitalisasi (digoksin 0,25mg i.v)
semprotan/10menit)
6. Profilaksis infeksi dengan pemberian
penisilin spektrum luas

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan Keracunan pada Kulit


1. Baju yang terkena kontak dibuka

2. Kulit yang terkena kontak dicuci dengan air


hangat

3. Jika kulit terluka parah, cuci dengan air(tidak


terlalu hangat) dan sabun

4. Bisa dengan pembilasan dengan Polietilenglikol


400 (Lutrol®)

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan Keracunan Pada Mata

1. Dicuci sebersih mungkin dengan banyak air


2. Usahakan kelopak mata terbalik, bilas dengan larutan.
3. Natrium Hidrogen Karbonat 2%  terkena asam
4. Asam Asetat 1% / Asam Borat 2% terkena basa
5. Dibilas terus menerus 5-10 menit
6. Untuk pengeluaran benda padat dibutuhkan anastesi lokal

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

LANJUTAN…
Zat Toksik : Air Pengeruhan kornea atau penimbunan kalsium
Kapur pada permukaan mata

Diberikan Natriumedetat (Dinatrium0EDTA


0,35% - 1,85%)  Ebdapan akan terlarut

p.s : dapat pula digunakan Amonium Tartrat


netral 10%

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan Racun Oral

1. Segera hilangkan racun dari tubuh (bilas lambung atau


muntah) sebelum absorbsi terjadi
2. Membuat racun menjadi kurang atau tidak toksik
3. Menghindari absorbsi racun dgn pemberian adsorbensia
atau laksansia atau diuretik

Asidosis Metabolic : Infus lar.


Alkalosis Metabolic : Infus L-
Natriumhidrogenkarbonat
argininhidroklorida 1 molar
8,5% atau lar. Trometamol 0,3
atau L-lisinhidroklorida 1 molar
molar

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan
Keracunan
1
Menghambat arbsorbsi zat

2 1. Mengurangi Penyerapan
Mempercepat eliminasi zat pada usus
2. Mengeluarkan racun dari
1. Meningkatkan eksresi urine lambung
melalui 3. Pemberian katartik/pencahar
pengasaman/pembasaan.
2. Hemodialisis.

Pemberian Antidotum 3
--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan 1
Keracunan Menghambat arbsorbsi zat

• Arsorbsi racun dalam usus


Pemberian arang aktif/norit • Efektif diberikan ±2 jam setelah
racun tertelan
• Ds dws : 50g, Ds min : 30g dpt
diulang 4-6 jam.
• Dpt digunakan u/ salisilat,
acetaminofen, karbamazepin,
dapson, teofilin, obat anti depresan.
• -> kombinasi dgn bilas lambung
• -> Kombinasi dgn susu / sirup ipekak

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan 1
Keracunan Menghambat arbsorbsi zat

Pengeluaran racun dari • Bilas lambung : X>1-2 jam racun


lambung tertelan
• Bahaya : Terjadi aspirasi isi lambung
• Tdk bisa diberikan pada pasien
mengantuk / koma
• Sirup Ipekak : memuntahkan isi
peruk (dws dan anak)
• Aktivitas kurang
• Indikasi : Racun yang tertelan tidak
bersifat korosis dan kondisi pasien
sadar sepenuhnya.

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan 1
Keracunan Menghambat arbsorbsi zat

• Mempercepat pengeluaran racun,


Pemberian katartik atau terutama racun yang sudah di usus.
pencahar • Diberikan setelah arang aktif. Efek
0,5-2 jam setelah pemberian (ds
oral : 15g dgn segelas air)
• Sorbitol  Pd pasien tanpa
gangguan jantung
• Mg Sulfat  Pd pasien tanpa
gangguan ginjal
• KI : Mual, muntah, pxobstruksi usus,
gang. Ginjal.
• Pemberian jangka pjng  pantau
dehidrasi & elektrolit

--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

Penanganan 2
Mempercepat eliminasi zat
Keracunan
• Pengasaman  Amonium
Klorida/vit C  Obat basa lemah :
Pengasaman dan amfetamin
Pembasaan Urine • Pembasaan  Na.Bikarbonat 
obat as.lemah : aspirin,
fenobarbital
•  Menaikkan derajat ionisasi 
Berkurangnya rearbsorbsi

• Mempercepat eliminasi dan


Hemodialisis menyeimbangkan elektrolit
• Ind : zat sdh diarbsorbsi dan sdh di
cairan sistemik.
• Ind : Salisilat, metanol, etilen glikol
--TOKSIKOLOGI--
Poltekkes Kemenkes Jakarta II -- Jurusan Farmasi

DAFTAR PUSTAKA
 C.Lu, Frank. 2010. Toksikologi Dasar. Edisi II. Universitas Indonesia Press
 Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat, Farmakologi dan Toksikologi.
Edisi V. Institut Teknologi Bandung Press.
 Alfian Yonreng, Andi. 2009. Dasar-Dasar Farmakologi. Edisi I. Penerbit
Tunas Harapan Madani.
 Gery Schmitz, dkk. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi III. EGC.
Gramedia.
 Syarif Amir. Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Fakultas Kedokteran.
Universitas Indonesia
 Amriani, Annisa S, M. Farm, Apt. Toksikologi Klinik (PPT). Slide Share.
Diakses 26 Maret 20.58 WIB
 Hanandita M.Farm. Klin. Apt. Toksikologi Klinik(PPT). Slide Share(26
Maret 21.12 WIB). Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya
 Nurrochmad, Arief M.Si., M.Sc., Ph.D., Apt. 2013. Toksikologi(PPT). Slide
Share (24 Maret 12.50 WIB). Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi
Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi Universitas
Gajah Mada
--TOKSIKOLOGI--

Anda mungkin juga menyukai