Anda di halaman 1dari 52

Wahyu Widodo Pandoe

Direktur Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim BPPT


& Iskendar
Perekayasa Utama pada Pusat Teknologi Rekayasa Industri Maritim BPPT

Konferensi Ilmuan Muda Indonesia (KIMI)


Dalam Rangka MIPA untuk Negeri ke - 5, BEM Fakultas MIPA
Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 24 Maret 2016
Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 1
Terwujudnya Indonesia
yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian
berlandaskan gotong royong
(RPJMN 2015-2019).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 2


Beberapa kondisi yang diinginkan terwujud pada 5 tahun ke depan
(2015-2019) yang merupakan bagian dari misi Pemerintah
Indonesia, adalah:
 Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga
kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan
mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan (Misi ke 1).
 Memperkuat jati diri sebagai negara maritim (sebagian Misi ke
3).
 Mewujudkan bangsa yang berdaya saing (Misi ke 5).
 Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional (Misi ke 6).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 3


Sumberdaya Maritim Indonesia

Masalah : disparitas harga,


2/3 wilayah Indonesia = laut; logistik, efisiensi armada,
17.502 pulau, sumber daya perikanan,
81.000 km panjang pantai. pertambangan, wisata laut,
lingkungan, kepelabuhanan,
kamla. dsb. perlu
dukungan iptek di dalam
inovasi ketahanan
sumberdaya maritim
nasional yang
berwawasan lingkungan.

Daya yang diberikan oleh Ombak Laut P ≈ Hs2 Ts Sumber Energi


yang sangat
Daya yang diberikan oleh Arus Laut P ≈ ½ ρ V2 Besar

Dunia industri harus mampu memanfaatkan sumberdaya maritim untuk


pembangunan Indonesia secara berkesinambungan ramah lingkungan
Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 4
 Menghadirkan kembali Indonesia sebagai negara dengan kedaulatan
maritim untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga negara (Nawa Cita ke 1, butir ke 3 );
 Membangun sekurang-kurangnya 10 pelabuhan baru dan
merenovasi yang lama untuk meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju
dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya (Nawa Cita ke 6,
butir ke 2);
 Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan
Sistem Inovasi Nasional, untuk mewujudkan kemandirian ekonomi
dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik
(Nawa Cita ke 7, butir ke 5);
 Memprioritaskan pembiayaan penelitian yang menunjang iptek untuk
melakukan revolusi karakter bangsa (Nawa Cita ke 8, butir ke 5).

Ketahanan sumberdaya kemaritiman harus tangguh !!!!


Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 5
 Menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi kawasan di wilayah
Indonesia, terutama untuk kawasan Timur Indonesia dan kawasan
perbatasan dengan negara tetangga.
 Meminimalisasi disparitas harga antar daerah di Indonesia.
 Meminimalisasi biaya logistik nasional.
 Peningkatan komponen kandungan lokal untuk produk teknologi
industri dalam negeri.
 Meningkatkan kekuatan struktur industri maritim dan infrastruktur
pendukungnya.
 Meningkatkan kekuatan pelayaran rakyat Indonesia.
 Membangun INDONESIA menjadi poros maritim dunia.

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 6


(Sumber : Paparan Menteri Perhubungan pada
Musrenbang 2015 Regional Kalimantan).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 7


Pembangunan TOL Laut
dalam Mendukung Poros Maritim

(Sumber : Paparan Menteri Perhubungan pada


Musrenbang 2015 Regional Kalimantan). Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 8
(Sumber : Paparan
Menteri Perhubungan
pada Musrenbang
2015 Regional
Kalimantan)

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 9


(Sumber : Paparan Menteri Perhubungan pada Musrenbang 2015 Regional Kalimantan)

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 10


8 dari 21 KEK
yang dikembangkan

(Sumber : Paparan Menteri Perhubungan pada Musrenbang 2015 Regional Kalimantan)


Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 11
Hasil penelitian dan inovasi teknologi maritim dan pengembangannya yang terbaru
cenderung mengangkat topik-topik seperti :

• Penggunaan energi yang efisien dan ramah lingkungan untuk kapal dan
pelabuhan.
• Menuntut intervensi dan operasi maritim yang aman.
• Pemantauan posisi cargo, pengawasan dan pengendalian lalu lintas laut yang
dapat dikendalikan dari jarak jauh.
• Optimasi hubungan (interface) antara pelabuhan dan kapal.
• Infrastruktur pelabuhan yang efektif .
• Distribusi dan pemanfaatan LNG dan bahan bakar baru lainnya.
• Optimasi di bidang sistem logistik, terkait dengan pelabuhan maupun armada
dan desain kapalnya

Pengembangan teknologi kelautan dan kepelabuhanan berperan menyumbang


efisiensi dan keandalan operasi transportasi laut baik pada tingkat nasional maupun
global, dan berguna bagi akademisi dan insinyur yang terlibat dalam pengembangan
iptek kelautan maupun kemaritiman.

(Sumber : International Maritime and Port Technology and Development Conference,Trondheim, Norway, 27- 29
October 2014).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 12


Sering dihadapi :
 Bahwa hasil penelitian/kerekayasaan masih sering dinyatakan belum dapat
dimanfaatkan secara maksimal, meskipun sumberdaya yang telah digunakan
sering dinilai sudah cukup besar.
 Adanya pemikiran-pemikiran yang prospektif, tidak atau belum terlaksana
kerekayasaannya secara tuntas dan terhenti sebelum hasilnya dimanfaatkan.
 Fakta banyak mengharapkan bahwa hasil pekerjaan riset janganlah hanya “riset
untuk riset”, namun riset untuk digunakan hasilnya.
 Sering dijumpai bahwa hasil riset yang belum siap dimanfaatkan atau belum
selesai, telah dinilai sebagai hasil riset yang siap pakai, sehingga kegagalan
pemanfaatan sering dijumpai. Hal ini dimungkinkan karena resiko kegagalan tidak
/belum dipertimbangkan.
 Belum terbudayakannya ukuran kesiapan teknologi pada pekerjaan riset sebagai
pertimbangan pengambilan keputusan ataupun kebijakan strategis di dalam
kelangsungan pelaksanaan riset itu sendiri sampai dengan pemanfaatannya
dalam menuju target atau sasaran yang dibutuhkan.

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


13
Tingkat Kesiapan Teknologi : batasan
Tingkat Kesiapan Teknologi (TRLs) adalah ukuran
posisi kegiatan penguasaan teknologi yang
sistematis di mana memberikan ukuran obyektif
untuk menyampaikan kematangan suatu upaya
pengembangan teknologi yang dipantaunya
langkah demi langkah.

(Diolah dari sumber : Wm L. Nolte, (2005), “TRL Calculator”, AFRL at Assessing Technology
Readiness and Development Seminar, 4/28/05).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA -


UI
14
INPUT IMPACT
Utilitas

Sub
OUTCOME
Sub Sub
Output Output Output

PROSES OUTPUT
Lahir Usia anak Usia Remaja Usia Dewasa Usia Matang Usia Tua Usia Senja Mati

Konsep Penyempurnaan Operasional dan dukungannya


Konsep
Pengembangan
Teknologi
Pengembangan
Sistem dan Unjuk Kerja

Produksi & Peluncuran Produk


K t
Teknologi Kendala
waktu
TRL 1 2 3 4 5 6 7 8 9

*) Sumber dari makalah “TRL Calculator”, Wm L. Nolte,


AFRL at Assessing Technology Readiness and Development Seminar, 4/28/05 (dimodifikasi)

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 15


TRLs Berisiko tinggi
Berisiko rendah
jika produk dimanfaatkan P
jika produk dimanfaatkan R
O
9.
D
8.
Aktuali-
Sistem
aktual
U
7.
6.
Unjuk
Unjuk
sasi
sistem
berhasil
sukses
K
kerja
kerja
sistem/p
prototy-
selesai
diuji
dibukti-
kan
S
5. pe
3.
4. Validasi rototy-
pe di
sistem
berhasil
sesuai
berope-
rasi
I
Validasi kompo- produk
Analisis kompo- nen ling- standar sesuai
1. di ling-
2. dan nen teknolo- kungan misi
Prinsip kungan
Usulan eksperi- teknolo- gi di yang
dasar operasio
konsep men gi di ling- relevan
teknolo- nal
teknolo- fungsi Labora- kungan
gi dikaji
gi teknolo- torium yang
&
dirumus gi/
dilapor-
- kan pembukt
relevan PROTOTYPE
kan
ian
konsep

Batasan Validasi
Pengembangan Kerekayasaan Skala Penuh Produksi
Konsep Konsep

Pengembangan Teknologi Pengembangan Produk

Lembaga Litbang & Perg.Tinggi Industri

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 16


TRL terpadu dengan
DRL, MRL, BRL, CRL, SRL, StRL dan IRL

CRL

DRL BRL SRL TRL 4 TRL 5 TRL 6 TRL 7 TRL 8 TRL 9

TRL 1 TRL 2 TRL 3


MRL StRL

Catatan : IRL
DRL = Demand Readines Level CRL = Cost Readines Level
TRL = Technology Readines Level SRL = System Readines Level
MRL = Manufacturing Readines Level StRL = Standard Readines Level
BRL = Business Readines Level IRL = Inovation Readines Level

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 17


DRL
"Demand Readiness Level”
Sebuah ukuran awal sebelum kegiatan kajian dan
penerapan teknologi diperlukan adalah bagaimana
posisi tingkat kematangan kebutuhan pelanggan
atau pasar yang memerlukan solusi teknologi
maupun inovasi teknologi secara berkelanjutan.

Ukuran ini dapat menjadi panduan untuk


identifikasi requirements khusus di dalam proses
inovasi (Paun, F., 2009): termasuk perihal
batasan risiko, budaya, dan kebutuhan teknologi.
(Sumber :Florin Paun, Onera, (2011),"Demand Readiness Level" (DRL), a new tool to hybridize Market
Pull and Technology Push approaches, The French Aerospace Lab, Chatillon, France).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


18
Demand Readiness Levels (DRL)
DRL Deskripsi Demand Readiness Level (Paun, F, 2011)
Terjadinya perasaan “ada sesuatu yang hilang
1
atau dibutuhkan"
2 Identifikasi kebutuhan spesifik yang diperlukan

3 Identifikasi fungsi yang diharapkan untuk produk / jasa baru

4 Kuantifikasi fungsionalitas yang diharapkan

5 Identifikasi kemampuan sistemik (termasuk kepemimpinan suatu proyek)

Menterjemahan fungsi yang diharapkan menjadi kemampuan yang dibutuhkan


6
untuk menciptakan teknologi sebagai jawabannya.

7 Pembatasan kompetensi dan sumber daya yang diperlukan dengan cukup

8 Identifikasi kebutuhan sejumlah tenaga ahli yang berkompeten

9 Menyiapkan jawaban yang sesuai dengan kebutuhan di pasar

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 19


Batasan BRL
Level Business Readiness Level (BRL)
1 Impian tim atau inventor.
2 Makalah hasil analisis dan kajian teknologi.
3 Kemampuan untuk melaksanakan eksperimen pada skala laboratorium.
4 Kemampuan menyelenggarakan program R&D yang terbatas pada skala
laboratorium.
5 Kemampuan dukungan untuk penyelenggaraan pengembangan perancangan dan
kerekayasaan teknologi.
6 Kemampuan dukungan untuk pengembangan dan perancangan bersama tim bisnis
dari pihak pasar/pengguna hasil teknologi.
7 Kemampuan dukungan untuk memproduksi secara terbatas bersama tim bisnis
darimpihak pengguna/pasar.
8 Kemampuan untuk mentransisikan ke produksi skala penuh dan pendistribusian
hasilnya.
9 Bisnis dengan infrastruktur dan sumberdaya manusianya terartikulasi secara penuh.

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


20
TRLs tidak digunakan untuk menggantikan MRL atau sebaliknya.
TRLs fokus pada kesiapan atau kematangan teknologi, sementara MRL fokus
kepada kematangan sistem dan proses manufaktur yang akan diberikan dan
dirancang untuk menghasilkan produk akhir sebagaimana diidentifikasi
dengan TRL.

Bisa terjadi, sebuah teknologi penting mungkin sudah sangat siap namun
proses manufaktur yang diperlukan untuk menghasilkan mungkin sangat
belum siap. Ini akan sangat bisa terjadi jika manufaktur tidak disiapkan mulai
dari awal proses desain maupun pengembangannya.
Salah satu peran klasik manufaktur adalah mempelajari desain dan
membuatnya agar desain tersebut dapat diproduksi, yakni dengan
menggunakan peralatan seperti Design for Manufacturing and Assembly
(DFMA).

(Sumber : Ronebro Ewa CE, (2012), “Technology and Manufacturing Readiness of Early Market Motive and Non
Motive Hydrogen Storage Technologies for Fuel Cell Applications”, US Dept of Energy, Pacific Northwest National
Laboratory).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


21
Production & MRL 10 10. Memperlihatkan tingkat produksi penuh dan kerja produksi yang
Deployment mantap
MRL 9
9. Memperlihatkan kesiapan produksi dalam tingkatan awal.

System MRL 8 8. Kemampuan untuk memulai produksi dengan skala penuh.


Development &
Demonstration 7. Memperlihatkan kemampuan proses produksi sebagai contoh. Siap
MRL 7 untuk memulai produksi.

Technology 6. Tersedianya kemampuan untuk menghasilkan sistem, subsistem, atau


MRL 6 komponen produk dalam lingkungan produksi yang representatif.
Development
MRL 5 5. Tersedianya kemampuan untuk menghasilkan sistem prototipe atau
subsistem dalam lingkungan produksi yang relevan.
Concept
Refinement MRL 4 4. Tersedianya kemampuan untuk memproduksi komponen prototipe
pada lingkungan produksi yang relevan.

Pre-Concept MRL 3 3. Tersedianya kemampuan untuk menghasilkan teknologi pada skala


Refinement laboratorium

2. Terindentifikasinya konsep manufaktur secara lengkap.

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


22
System Readiness Levels (SRL)

Tingkat Kesiapan Sistem (SRL) ditunjukkan oleh status kondisi yang ada
pada pengembangan sistem untuk siklus kerangka kerja manajemen.

Tingkat Kesiapan Sistem (SRL) merupakan sebuah indeks kematangan


yang diperuntukkan bagi konsep kesiapan sistem terkait dengan prinsip-
prinsip manajemen kerekayasaan secara tepat . Hal ini Ini untuk menilai
posisi kematangan sistem.

SRL mempunyai lima tingkat kesiapan : (1) penyiapan konsep, (2)


pengembangan teknologi, (3) pengembangan & unjuk kerja sistem, (4)
sistem produksi dan pengembangan (5) sistem operasi dan dukungannya.

(Sumber : Ming-Chang Lee, at all, “An Approach for Developing Concept of Innovation Readiness Levels”,
International Journal of Managing Information Technology (IJMIT) Vol.3, No.2, May 2011).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


23
 CRL dikembangkan oleh NASA setelah dimanfaatkannya
TRL
 CRL dirancang untuk komunikasi atas posisi kematangan
kualitas produk untuk dimanfaatkan.
 CRL dikembangkan dengan skala yang sama dengan
TRL, 1 s/d. 9
 CRL merupakan kualitas kondisi anggaran untuk
pengembangan produk dalam bentuk estimasi atas
kesehatan pendanaan sebagai informasi besaran biaya
yang diperlukan bagi kegiatan pengembangan produk
yang bersangkutan .

(Sumber : “Communicating With Cost Readiness Levels (CRLs) Communicating With Cost Readiness
Levels (CRLs) “, NASA Headquarters Cost Analysis Division ).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


24
Kerangka konseptual IRL adalah perpaduan enam "model 6 C ', di mana
membagi siklus hidup inovasi secara komprehensif ke dalam enam
tahap (tingkat kesiapan), dan membahas proses pengelolaan inovasi
dengan mempertimbangkan “lima aspek kunci “
1) Technology
2) Market
3) Organization
4) Partnership
5) Risk
Penentuan tahapan dalam IRL:
1) Concept (setara dengan TRL 1-3).
2) Components (setara dengan TRL 4-6).
3) Completion (setara dengan TRL 7-9).
4) Chasm (tahap awal).
5) Competition
6) Changeover/Closedown

(Sumber : TAO Lan, “Developing the Concept –Innovation Readiness Levels (IRL)”, Centre for Technology
Management Centre for Technology Management, University of Cambridge).

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


25
(Sumber : LOKAKARYA PENGUATAN KEMAMPUAN (PK) KOMERSIALISASI LITBANG DAN MANAJEMEN HKI LIPI
Angkatan III, Tahap 2, Bandung 13 -16 Juli, 2004, Pusat Inovasi LIPI)

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


26
 TRL menunjukkan posisi suatu kegiatan rancang bangun produk pada
siklus hidupnya.
 TRL menjadi informasi penting untuk pengambilan kebijakan terkait
dengan upaya pengembangan produk yang diawali dengan kegiatan
R&D serta kerekayasaan, khususnya untuk kesinambungan dan
keberlanjutan serta keberhasilan program.
 TRL menjadi informasi penting untuk menilai resiko yang harus
dihadapi dalam pengembangan suatu produk.
Implementasi TRL perlu terpadu dengan pengukuran kesiapan bidang
terkait lainnya seperti tingkat permintaan kebutuhan produk, kesiapan proses
manufaktur, kesiapan biaya dan bisnis, kesiapan sistem, kesiapan standar,
dan kesiapan inovasi untuk mendukung upaya kegiatan R&D dan
kerekayasaan sampai dengan kemanfaatannya secara konsisten.
 TRL bersama DRL, BRL, CRL, SRL, MRL, StRL, dan IRL memandu
kebijakan dan perencanaan kegiatan dalam melahirkan suatu
produk/jasa baru secara berkelanjutan, konkrit, dan terkontrol.

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


27
LABORATORIA DI BPPT
1. Kapal Riset Kelautan “ Baruna Jaya “

Kapal Riset Kelautan ( RV ) “ Baruna Jaya “ dirancang untuk berbagai


kegiatan riset kelautan dan atmosfer yang dilengkapi oleh sistem
pengindera karakteristik geofisika kelautan baik pada permukaan maupun
untuk kedalam dan dasar laut.

RV – BJ 4 Dengan Oceanic & Atmospheric


Exploration Instrumentation

BPPT mengoperasikan 4 buah RV yaitu :


Baruna Jaya 1 : Multi purpose vesel
Baruna Jaya 2 : Seismik Kelautan
Baruna Jaya 3 : Karakteristik Muka Laut
Baruna Jaya 4 : Fishery & Oceanography

Keempat RV ini dioperasikan dibawah Unit Balai Teknologi Survey


Kelautan , tugas khususnya adalah survey geofisika laut dan atmosfer
denga tugas-tugas dukungan pada kegiatan teknologi kelautan lainnya
2. Laboratoria Hidrodinamika
Laboratoria Hidrodinamika berlokasi di Surabaya
berdampingan dengan Kampus ITS Suko Lilo.
Laboratoria Hidrodinamika ini dioperasikan oleh
Unit Balai Pengkajian & Penerapan Hidrodinamika
BPPT dan dilengkapi oleh tiga fasilitas utama
BPPH , Surabaya , Jawa Timur yaitu ,

Kolam Uji Tarik ( Towing Tank)


panjang 235.4 m , lebar 11 m dan kedalaman 5.5
m.
Kolam ini digunakan untuk penetapan gaya
hambat hidrodinamik hasil disain Kapal

Seakeeping – Free Floating Test


Model Tanker 6500 DWT
NIIGATA Co. Japan

Uji Tegangan Tali Labuh pada


beban gelombang
Model FPU, Conoco
……. Laboratoria Hidrodinamika ( lanjutan )

Kolam Uji Olah Gerak Kapal dan


Bangunan Kelautan (Maneuvering &
Ocean Engineering Basin ) untuk perairan
dalam ukuran 60 x 35 x 2.5 m dan perairan
dangkal 45 x 35 x 1.25 m

Terowongan Air Uji Kavitasi .


Dengan ukuran seksi uji 0.85 x 0.85 x 4 m.
Fasilitas ini digunakan untuk uji prestasi
hasil disain propeller untuk Kapal maupun
Kapal Selam

Laboratoria ini juga dilengkapi dengan fasilitas bengkel pembuatan model uji ,
bengkel pembuatan propeller serta fasilitas instrumentasi sensor pengujian.
3 Laboratoria Dinamika Pantai

Laboratoria Dinamika Pantai


berlokasi di Jogyakarta
Laboratoria Hidrodinamika ini
dioperasikan oleh Unit Balai
Pengkajian Dinamika Pantai BPPT
dan dilengkapi oleh tiga fasilitas
utama yaitu ,

Kolam Simulator Gelombang Pantai


Kolam dengan ukuran 35 x 55 x 1.2 m3 untuk
mensimulasikan gelombang laut dipantai.

Kolam ini diperlengkapi dengan


Instrumen Pembangkit Gelombang acak
yang digerakkan oleh sistem aktuator
hidraulik yang terprogram, sistem
pembangkit Pasang Surut dan
instrumentasi pengukuran parameter
dinamika gelombang laut
….. Laboratoria Dinamika Pantai ( lanjutan )

Model Pelabuhan yang dapat di rekonfigurasi

Peralatan pemodelan
subskala untuk pelabuhan
laut dengan infrastruktur
kepantaiannya.
Fasilitas ini juga dilengkapi
dengan simulator
pembangkit gelombang
Tsunami
Saluran Simulator Gelombang
Saluran dengan ukuran 50 x 2 x 1.6 m3
dipergunakan untuk menguji bentuk dan
dinamika gelombang laut dua dimensi
seperti transformasi, deformasi ,reflexi dan
limpasan gelombang pantai.

Saluran ini dilengkapi dengan sistem pembangkit


gelombang regulair dengn gerakkan sistem
mekanik
Selain ketiga laboratoria , diatas , kegiatan teknologi kelautan di BPPT di
topang oleh lima laboratoria yang dalam kegiatannya juga terkait erat
dengan kegiatan R D & E teknologi kelautan yaitu.

4 Laboratoria Kekuatan Struktur


Laboratoria Kekuatan Struktur berlokasi di
Puspiptek Serpong , Banten
Laboratoria Kekuatan Struktur ini dioperasikan
oleh Unit Balai Besar kekuatan Struktur BPPT dan
dilengkapi oleh tiga fasilitas utama yaitu ,

● Alat Uji Kekuatan Struktur


● Alat Uji Getaran Struktur
● Alat Uji Keretakkan &
Kelelahan Struktur

Seluruh kualitas bangunan kapal


diuji kekuatan , kelelahan dan
getarannya pada laboratoria ini
5 Laboratoria Termodinamika , Motor & Propulsi

Laboratoria Termodinamika , Motor & propulsi


berlokasi di Puspiptek Serpong , Banten

Laboratoria Termodinamika . Motor & Propulsi ini


dioperasikan oleh Unit Balai Termodinamika ,
Motor & propulsi BPPT dan dilengkapi oleh tiga
fasilitas utama yaitu ,

Laboratoria Termodinamika , Motor & Propulsi ini


mempunyai tiga fasilitas utama yaitu

● Alat Uji Kinerja Motor


● Alat Uji Emisi Gas Buang
● Alat Uji Sistem Perpindahan kalor

Fasilitas Uji Emisi Gas buang


Fasilitas Uji Kinerja Motor Fasilitas uji sistem
perpindahan kalor
Laboratoria ini telah dipakai untuk uji motor
kendaran darat maupun kapal laut.
6 Laboratoria Aero & Gas dinamika dan Getaran
Laboratoria Aero – Gas Dinamika & Getaran (
LAGG) berlokasi di Puspiptek Serpong , Banten,
merupakan fasilitas uji aerodinamik berkecepatan
rendah
Terowongan Angin :
Indonesia Low Speed Tunnel ( ILST)
Kecepatan Max : 400 km/hr
Penampang uji 4m x 3m x 10m

Dalam terowongan ini diuji aspek aerodinamik untuk


melihat gaya hambat pada , bangunan tinggi , jembatan
bentang panjang , kapal laut dengan dek pendaratan
helikopter , maupun kapal terbang air.

Uji Aeroelastik
Jembatan bentang
panjang (Suramadu )

Uji Flow Survey Kapal


Freegat dengan Helipad
Kapal Bersayap WiSE – 2A
Energi Kelautan
Energi Kelautan untuk pembangkit listrik dikembangkan di BPPT , untuk dua kelas
yaitu :

( A) Pembangkit Listrik Tenaga Ombak ( PLTO ) :


mengkonversikan tenaga kinetik ombak pantai menjadi
tenaga rotasi turbin pembangkit listrik :

● Over-Topping the Wave ( Ombak mengisi reservoir air)


● Oscillating Water Column ( Ombak beroksilasi dalam kolom udara )
● Mengapung diatas muka Gelombang ( Heave Rider )
● Mengikuti bentuk kontur Gelombang ( Wave Rider )

( B) Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut ( PLTAL )

● Bersumbu Putar horisontal

● Bersumbu Putar vertikal

Berikut diberikan prinsip krja untuk beberapa konsep PLTO diatas


1. Teknologi Over – Topping The Wave Energi Kelautan
Over Topping The Wave Fixed Based
Simulasi berikut memperlihatkan prinsip kerja PLTO dengan metoda Over Topping
Water Fixed Based
Gelombang  hidrostatik Reservoir  Turbin Air  Generator Listrik

Generator
Reservoir Listrik
air

Turbin
Ombak Air
laut

Pembuangan
Sea Wave Slot Cone
Air Generator , fixed Based
2. Over Topping The Wave Floating Based

Simulasi berikut memperlihatkan prinsip kerja PLTO dengan metoda Over Topping
The Wave Floating Based

Gelombang  hidrostatik Reservoir  Turbin Air  Generator Listrik

Generator
Listrik

Reservoir
air

Turbin
Air
Wave Dragon ApS , 1.5 MW ,
Ombak
Denmark
pelampung pelampung
laut

tambatan
tambatan
Sea Wave Slot Cone
Generator
400 KW , dipasang
3. Teknologi Oscillating Water Column ( OWC )
3.1 OWC Fixed Based
Simulasi berikut memperlihatkan prinsip kerja PLTO dengan metoda OWC Fixed
Based
Gelombang  Kolom air bolak - balik  Arus Udara  Turbin Udara  Generator Listrik

Generator
Listrik

Ruang
Arus Udara
Udara
Turbin 2 arah
Udara 2
arah
Ombak
laut

Kolom air
bergetar

Isly , Skotlandia
KAPASITAS 500 KW
, dipasang 2000
……. OWC Fixed Based ( lanjutan )
Mulut penangkap
PLTO – OWC fixed based generasi ombak
kedua dengan lorong ombak miring
untuk memperoleh tekanan chamber
yang lebih besar.
Ruang tekan udara dengan turbin dapat
dipasang pada axis horisontal maupun
vertikal
Lorong
penangkap
ombak dengan
kemiringan 45
derajat

Turbin udara dua arah


yang bisa dipasang
degan axis horisontal
maupun vertikal
….. OWC Fixed Based ( lanjutan )
Prototip PLTO – BPPT generasi kedua di Taman Energi , Parang racuk , Wonosari
DIY
PLTO – OWC gen2
kapasitas 10kW

Pembangkit Listri
Tenaga Ombak

Kolom air

Sistem Kendali
Distribusi Output
Arus Listrik

Gelombang pantai yang


disalurkan
3.2 OWC Floating Based
Simulasi berikut memperlihatkan prinsip kerja PLTO dengan metoda OWC Floating
Based
Gelombang  Kolom air bolak - balik  Arus Udara  Turbin Udara  Generator Listrik
Turbin
Udara
Generator
Listrik

Arus Udara
2 arah
Ruang
Udara
Energetech Near Shore
OWC , USA , 500 kW
Kolom Air Bergetar
Ombak
laut

pelampung

Sistem
Penambat

Jepang : Whale floating


OWC , 150 kW
4 Teknologi Heave Rider
4.1 Menggunakan Pelton Pump dan Magnet permanen
Simulasi berikut memperlihatkan prinsip kerja PLTO dengan metoda Heave Rider

Generator
Listrik Buoy Buoy
Generator
Listrik
Kumparan
Elektrik
Turbin
Air

Ombak Ombak
laut laut

Magnet
permanen

pompa

Penambat
Magnet

Aqua Buoy ,
Aqua Energy Group
Ltd. , USA , 250 kW
Gelombang  Gerak naik – turun Dipasang di Makah
Gelombang  Gerak naik – turun Buoy  Kumparan elektrik  Bay , USA
 Pompa air  Turbin Air  batang magnetik  Generator
Generator Listrik Listrik
4.2 Teknologi Wave Rider
Simulasi berikut memperlihatkan prinsip kerja PLTO dengan metoda Wave Rider

Gelombang  Gerak Kontur  Gerak pitch up - down Rotator  Generator Listrik

Swing heave – Surge dari empat


Konsep Teknologi Pelamis WEC silinder menyebabkan join turun naik
menyerap energi

Ocean Power Delivery Ltd


Sebanyak 30 buah Pelamis masing-
masing dengan panjang 130 m dan
diameter 3.5 m dan output 750 kW
,sedang diuji coba di 5 km lepas
pantai Portugal .

Output total yang diharapkan dari mesin PLTO ini adalah 30 MW .


5 PLTAL dengan Sumbu Turbin Horisontal
Prinsip kerja PLT Arus Laut serupa dengan
prinsip kerja kincir angin,hanya disini arus laut
Pembangkit
listrik
yang memutar turbin

Turbin Arus
Laut

Arus laut

Turbin dengan seluruh


assembly bisa ditarik keluar
permukaan untuk perawatan.
6 PLTAL dengan Sumbu Turbin Vertikal
Prinsip kerja PLT Arus Laut serupa dengan prinsip kerja kincir angin sumbu vertikal
,hanya disini arus laut yang memutar turbin

Double Helix

Drag Turbin Lift Turbin ( Helical )

PLTAL dengan Drag


Turbine buatan Itali

Triple Helix
…. PLTAL dengan Sumbu Turbin Vertikal ( lanjutan )

Turbin tenaga arus laut bersumbu vertikal yang dikembangkan BPPT

Generator

Tahun ini
diharapkan
detail disain
selesai , dan
Pipa Venturi model subskala
dibuat untuk uji
Turbin Sb Vert kinerja di BPPH
pada akhir tahun
ini

Sumbu putar
Bahwa :
 Hasil penelitian/kerekayasaan tidak/belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, jika
masih mempunyai tingkat kesiapan teknologi yang rendah.
 Pemikiran-pemikiran yang prospektif (DRL tinggi), yang belum terlaksana
kerekayasaannya secara tuntas bahkan terhenti sebelum hasilnya dimanfaatkan,
dimungkinkan karena tingkat kesiapan teknologi maupun kesiapan lainnya (SRL, BRL,
CRL, MRL, StRL, dsb.) tidak/belum didorong sampai dengan tingkat yang tertinggi.
 Masyarakat luas mengharapkan bahwa hasil pekerjaan riset harus bermanfaat dan
dimanfaatkan hasilnya, sehingga seluruh pihak terkait semestinya harus membudayakan
teroperasionalkannya TRL yang terpadu dengan kesiapan lainnya sampai dengan tingkat
yang paling tinggi.
 Hasil riset yang belum siap dimanfaatkan atau belum selesai (TRL rendah), dan dinilai
sebagai hasil riset yang siap pakai (TRL-9), jika langsung dimanfaatkan menghadapi
resiko kegagalan tinggi. Ini harus dihindari.
 Ukuran kesiapan teknologi pada pekerjaan riset untuk pertimbangan pengambilan
keputusan ataupun kebijakan strategis di dalam kelangsungan pelaksanaan riset itu
sendiri sampai dengan pemanfaatan hasilnya dalam menuju target atau sasaran yang
dibutuhkan mutlak diperlukan.
 Dengan demikian kegiatan-kegiatan litbang dan kerekayasaan kita bisa keluar dari Low
Readiness Level Trap.

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


48
 Menuju Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia, banyak
pembangunan kelautan yang harus dikerjakan. Kerja-kerja-kerja.
 Pembangunan infrastruktur kelautan perlu kesiapan dan
penguasaan teknologi.
 Kondisi di atas tersebut menjadi tantangan untuk SDM Ilmuan Muda
untuk teknologi kelautan yang sekaligus menjadi peluang bagi
medan pengabdian Ilmuan Muda Indonesia untuk kemajuan nusa
dan bangsa.
 Akhirnya mari kita dukung pembangunan Indonesia menjadi Poros
Maritim Dunia melalui peningkatan dan pengembangan maupun
penguasaan dan kesiapan teknologi anak bangsa.
 Terima kasih.

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 49


1. Jenie SD, Kajian & Penerapan Teknologi Kelautan untuk Pengembangan Industri Nasional, Seminar
Nasional Teknologi Kelautan (SENTA 2007) di ITS, Surabaya 15 Nopember 2007 .
2. The Logistics Performance Index 2010, 2012, and 2014
3. Captain Shinichi Oi, Mitsui O.S.K. Lines, pada International Risk Governance Council-IRGC, Zurich
4. Waganer L, (2007), “What is A Technical Readiness Level and How is it Used?”, Boeing, Aries Project
Meeting at GA.
5. Paparan Menteri Perhubungan pada Musrenbang 2015 Regional Kalimantan.
6. International Maritime and Port Technology and Development Conference (Trondheim, Norway, 27-
29 October 2014)
7. Jim Smith, (2014), “An Alternative to Technology Readiness Levels for Non-Developmental Item
(NDI) Software”, Technical Report CMU/SEI-2004-TR-013 ESC-TR-2004-013, Carnegie Mellon Software
Engineering Institute, Pittsburg, PA 15213-3890.
8. Stig DC, Hogman U, Bergsjo D, “Assessment of Readiness for Internal Technology Transfer – A
Case Study”, Product and Production Development, Chalmers University of Technology,
Gothenburg, Sweden.
9. Wm L. Nolte, (2005), “TRL Calculator”, AFRL at Assessing Technology Readiness and Development
Seminar, 4/28/05.
10. Florin Paun, Onera, (2011),"Demand Readiness Level" (DRL), a new tool to hybridize Market Pull and
Technology Push approaches, The French Aerospace Lab, Chatillon, France.
11. David Dent and Brian Pettit, (2011), Technology and Market Readiness Levels, Dent Associates Ltd,
Chilworth Consultants Ltd.

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI 50


12. André Aasrud, Richard Baron, Katia Karousakis, (2010), “MARKET READINESS: BUILDING BLOCKS
FOR MARKET APPROACHES”, environment directorate international energy agency, OECD.
13. The Joint Service/Industry MRL Working Group, (2011), “Manufacturing Readiness Level (MRL)
Deskbook” Version 2.0, OSD Manufacturing Technology Program.
14. Ronebro Ewa CE, (2012), “Technology and Manufacturing Readiness of Early Market Motive and Non
Motive Hydrogen Storage Technologies for Fuel Cell Applications”, US Dept of Energy, Pacific
Northwest National Laboratory.
15. Ming-Chang Lee1, To Chang and Wen-Tien Chang Chien, (2011), “An Approach for Developing
Concept of Innovation Readiness Levels”, International Journal of Managing Information Technology
(IJMIT) Vol.3, No.2, May 2011.
16. TAO Lan, “Developing the Concept –Innovation Readiness Levels (IRL)”, Centre for Technology
Management Centre for Technology Management, University of Cambridge.
17. Ming-Chang Lee1, To Chang 2 , and Wen-Tien Chang Chien (2011), “AN APPROACH FOR DEVELOPING
CONCEPT OF INNOVATION READINESS LEVELS”, Department of Business Administration, National
Kaohsiung University of Applied Science, Taiwan.
18. …, “Communicating With Cost Readiness Levels (CRLs)”, Headquarters Cost Analysis Division, NASA.
19. Lokakarya Penguatan Kemampuan (PK) Komersialisasi Litbang dan Manajemen HKI LIPI Angkatan
III, Tahap 2, Bandung 13 -16 Juli, 2004, Pusat Inovasi LIPI

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


51
Terima Kasih

Isk/MUN-UI ke 5/2016/BEM F MIPA - UI


52

Anda mungkin juga menyukai