Anda di halaman 1dari 37

TYPOID FEVER

OLEH
M Awin Arja Sirait ( 71190891026 )
M Wahyu Setiawan ( 7119081007 )
Sandy Sucahyo ( 71190810016 )

Pembimbing :
dr. Hariyani Adin, Sp.PD
Latar Belakang
Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik
bersifat akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi
dan Salmonella Paratyphi.
Demam tifoid merupakan penyakit endemik di
Indonesia. Penyakit ini termasuk penyakit menular
dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat
meninggalkan wabah.
DEFINISI
Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik
bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
Typhi dan Salmonella Paratyphi yang masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi.
Epidemiologi

Insiden demam tifoid yang tergolong tinggi terjadi di


wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia Tenggara dan
kemungkinan Afrika Selatan.
Di Indonesia, insiden demam tifoid banyak dijumpai
pada populasi yang berusia 3-19 tahun. Ditjen Bina
Upaya Kesehatan Masyarakat Departemen
Kesehatan RI tahun 2010 melaporkan demam tifoid
menempati urutan ke 3 dari 10 pola penyakit
terbanyak pada pasien rawat inap di Rumah Sakit di
Indonesia.
ETIOLOGI

Etiologi demam tifoid adalah S. typhi dari genus


Salmonella yang bersifat bakteri gram-negatif,
mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob. Ada beberapa
spesies lain paratifi A, paratifi B, dan paratifi C
Mempunyai makromolekular lipopolisakarida
kompleks yang membentuk lapisan luar dinding sel
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Masa tunas demam tifoid Minggu kedua :
berlangsung antara 10-14 hari Demam Kontinue peningkatan
Gejalanya asimtomatik suhu tubuh yang terus-
Minggu pertama : menerus dan memiliki
Demam  meningkat fluktuasi yang tidak lebih dari
perlahan-lahan pada sore dan 1o C
malam hari (pola demam Bradikardi relatif
remiten) Lidah kotor, tepi ujung
Nyeri kepala, pusing hiperemis dan tremor
Nyeri otot Hepatomegali
Anoreksia, mual, muntah Splenomegali
Obstipasi atau diare Meteorismus
Perasaan tidak enak di perut Penurunan kesadaran
Pola Demam
Pola demam Penyakit
Kontinue Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian Malaria karena P.vivax
Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile rheumathoid
arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin)
Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis
Demam rekuren Familial Mediterranean fever

Kurva Demam Pada Typhoid


Demam Kontinue Di Minggu ke 2
 peningkatan suhu tubuh yang terus-menerus
dan memiliki fluktuasi yang tidak lebih dari 1o C
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai
normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC/24 jam. Pola ini merupakan tipe demam
yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri ,khususnya bila demam
disebabkan oleh proses infeksi. Pada kasus Typoid Terjadi Di minggu Pertama
Diagnosis
Diagnosis demam tifoid ditegakkan berdasarkan gejala klinis, ditunjang
dengan pemeriksaan labaratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dilakukan antara lain:
a. Pemeriksaan rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan
leukopenia namun jarang dibawah 3000/ℳl, dapat pula terjadi kadar leukosit
normal atau leukositosis mencapai 20.000-25.000/ℳl apabila terjadi abses
piogenik. Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder
b. Uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman S.Typhi.
Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum
pederita demam tifoid yaitu: agglutinin O, agglutinin H, aglutinin Vi. Dari ketiga
agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis
demam tifoid.
Pembentukan agglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam,
kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada munggu keempat
dan tetap tinggi selama beberapa hari. Pada fase akut mula-mula timbul agglutinin
O, kemudian diikuti agglutinin H.
Bila agglutinin typhi O 1/640, agglutinin typhi H 1/320, agglutinin paratyphi O
1/160, dan agglutinin paratyphi H 1/80 berarti demam tifoid sedang berlangsung
akut
Pada orang yang telah sembuh agglutinin O masih tetap dijumpai setelah 4-6
bulan, sedangkan agglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena
itu uji widal bukan untuk menentukkan kesembuhan penyakit
c. Test Tubex
Merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitif yang
sederhana dan cepat (kurang dari 2 menit) dengan
menggunakan partikel yang berwarna untuk meningkatkan
sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan
antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan
pada Salmonella sero grup D. Tes ini sangat akurat dalam
mendiagnosis infeksi akut karena hanya mendeteksi adanya
antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam waktu
beberapa menit

d. Kultur darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid.
Kultur darah biasanya positif pada hari 7-10 demam dengan
sensitifitas 90% dan turun menjadi 50% pada minggu ketiga
Akan tetapi, hasil negatif akan menyingkirkan demam tifoid
karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
- Telah mendapat terapi antibiotik.
- Volume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5cc darah)
Penatatalaksanaan
Pada Stadium dini demam tifoid,
beberapa penyakit kadang-kadang secara klinis
dapat menjadi diagnosis bandingnya yaitu
influenza, gastroenteritis, bronkitis, dan
bronkopneumonia.

A. Therapy Farmakologis. B. NON Farmakologis.


FARMAKOLOGIS

Antibiotik Dosis

Tiamfenikol Diberikan selama 5-6 hari


Tiamfenikol mempunyai mekanisme menghambat sintesis 75 mg/kgBB/hari
protein sel mikroba Efek samping hematologis pada
penggunaan tiamfenikol lebih jarang daripada
Kloramfenikol, Kini chloramphenicol jarang digunakan
karena angka kekambuhan yang tinggi (5-7%), dan angka
terjadinya carrier juga tinggi, termasuk toxic pada sumsum
tulang belakang.

Ampisilin dan amoksisilin Di berikan selama 14 hari


Mengganggu sintesis dinding sel mucopeptides selama Dewasa : 3 gram / hari
multiplikasi aktif, sehingga aktivitas bakterisidal terhadap dalam 3 dosis terbagi
bakteri rentan. Setidaknya seefektif kloramfenikol dalam Anak- anak : 75-100
percepatan penurunan suhu badan sampai yg normal dan mg/kg/hari dalam 3 dosis
tingkat kambuh. terbagi
FARMAKOLOGIS

Antibiotik Dosis

Quinolone • Ciprofloksasin 2 x 500 mg


Antibiotik golongan quinolone (ciprofloxacin, ofloxacin, dan
pefloxacin) merupakan terapi yang efektif untuk demam tifoid • Levofloxacin 1 x 500 mg
yang disebabkan isolat tidak resisten terhadap quinolone • Ofloksasin 2 x 200-400 mg
dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu penurunan
demam 4 hari, dan angka kekambuhan dan fecal carrier kurang • Pefloksasin 1 x 400 mg
dari 2%. quinolone memiliki penetrasi ke jaringan yang sangat • Fleroksasin 1 x 400 mg
baik, dapat membunuh S. typhi intraseluler di dalam
monosit/makrofag, serta mencapai kadar yang tinggi dalam
kandung empedu dibandingkan antibiotik lain
pernah juga dilakukan studi terbuka di lingkungan FKUI
mengenai efikasi dan keamanan levofloxacin pada terapi demam
tifoid tanpa komplikasi Efikasi klinis yang dijumpai pada studi ini
adalah 100%,dengan efek samping yang minimal. Dari studi ini
juga terdapat waktu penurunan demam di antara berbagai jenis
fluoroquinolone yang beredar di Indonesia di mana penurunan
demam pada levofloxacin paling cepat, yaitu 2,4 hari

Beta laktam
Antibiotik golongan beta laktam ( cephalosporin, penisilin,
carbapenem) juga merupakan antibiotik spektrum luas pilihan
jika ditemukan indikasi alergi terhadap golongan amoxicilin atau
pasien dengan kehamilan, walaupun antibiotik ini juga memiliki • Carbapenem, meropenem 500 mg / 8 jam
efek samping, namun penelitian pada hewan menunjukkan hasil Maksimal 2 g/ hari
yang tidak begitu berarti terhadap janin. Meropenem memiliki
efek yang cukup baik dalam menghambat sinstesi salmonella
FARMAKOLOGIS
Antibiotik Dosis

Seftriakson IM/IV (3 menit)


Infus (30 menit)
Mempunyai mekanisme menghambat sintesis 10 – 14 hari (tergantung
dinding sel mikroba Generasi ketiga sefalosporin tingkat keparahan)
dengan spektrum luas gram negatif aktivitas Dewasa : 2-4 gram sehari
terhadap organisme gram positif; Bagus aktivitas in sekali
vitro terhadap S typhi dan salmonella lainnya dan Anak – anak: 75 mg/kg
resisten terhadap kuinolon (quinolone sehari sekali)
resistant)

Azitromisin 20 mg/kg/hari (selama 6 hari)


Mempunyai mekanisme menghambat sintesis
dinding sel mikroba ,Azitromisin efektif dan aman
diberikan pada anak-anak dan dewasa yang
menderita demam tifoid tanpa komplikasi
FARMAKOLOGIS

Kortikosteroid Dosis

Dexamethasone IV 2 hari
Pada pasien yang mengalami Dosis awal : 3 mg/kg dan
typoid berat dengan keadaan kemdian 1 mg/kg setiap 6 jam
(halusinasi, perubahan
kesadaran atau pendarahan
usus)
No Farmakologis
Tirah baring Dilakukan sampai minimal 7 hari bebas demam
atau kurang lebih sampai 14 hari

Diet lunak, rendah serat Asupan serat maksimal 8 gram/hari, menghindari


susu, daging berserat kasar, lemak, terlalu manis,
asam, berbumbu tajam serta diberikan dalam porsi
Kecil, Kebutuhan normal orang dewasa yaitu 25 gram/
hari

Menjaga kebersihan Tangan harus dicuci sebelum menyentuh


makanan, selama persiapan makan, dan setelah
menggunakan toilet.
Prognosa

Prognosis pasien demam tifoid tergantung


ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya dan ada
tidaknya komplikasi. Di negara maju dengan terapi antibioik
yang adekuat, angka mortalitas < 1%. Di negara berkembang,
angka mortalitasnya >10%, biasanya karena keterlambatan
diagnosis, rawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi,
seperti perforasi, gastrointestinal atau perdarahan hebat,
meningitis, endokarditis, dan pneumoni, mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Komplikasi
Intestinal
1. Pendarahan Usus
2. Perforasi Usus
3. Ileus Paralitik
4. Pankreatitis

KOMPLIKASI Komplikasi Ekstra-


Intestinal
1. Komplikasi kardiovaskular
2. Komplikasi darah
3. Komplikasia paru
4. Komplikasi hepatobiliary
5. Komplikasi ginjal
6. Komplikasi tulang
Tanggal Masuk 25 Desember Dokter Ruangan:
2019
dr. Hariyani adhin, Sp.PD

Jam: 18:26 WIB Dokter Chief of Ward:


M Awin Arja Sirait

Ruang: ASOKA II Dokter Penanggung Jawab Pasien:


dr. Rudy mahruzar, Sp.PD

Anamnesa Pribadi Pasien


NAMA : Khairunnisa
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : menikah
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. M. Yakub GG. Sersan
no 17, RW 02 Kabutpaten Kota medan Provinsi
Sumatera Utara.
BB Masuk : 60 Kg
TB Masuk : 165cm
Tanggal Masuk : 25 Desember 2019
Anamnesis Penyakit
Keluhan Utama : Demam (+)
Telaah :
Demam sudah dialami sejak ± 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. Demam bersifat hilang timbul dimana
demam yang lebih tinggi pada sore hingga malam hari dan turun
pada pagi hingga siang hari. Demam tidak disertai mengigil. Os
juga mengeluhkan mencret (+), yang dirasakan sejak 4 hari yang
lalu sebelum masuk rumah sakit, dengan frekuensi 4-5 kali dalam
satu hari. BAB berwarna kuning dengan konsistensi air lebih
banyak dari pada ampas. Lendir dan darah tidak dijumpai. Mual
dan muntah juga dialami pasien dengan frekuensi 2 kali dalam
satu hari. Muntah berisi apa yang dimakan dan diminum. Pasien
juga mengeluhkan nyeri ulu hati dan penurunan nafsu makan.
Nyeri kepala, lemas dan susah tidur juga dikeluhkan pasien. BAK
dalam batas normal. Os mengakui sering makan jajanan pinggir
jalan seperti bakso dan tahu bakar.

RPT : Tidak dijumpai


RPO : Tidak dijumpai
RPK : Ibu Mengalami Sakit yang Serupa
STATUS PRESENT
Keadaan Umum
KU/KP/KG : sedang/sedang/baik
Sensorium : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/I reguler
Pernapasan : 22 x/i reguler
Temperatur : 38,1 oC

Keadaan Penyakit
Anemia :-
Icterik :-
Sianosis :-
Dyspnoe :-
Dehidrasi :-
Sikap paksa :-
Refleks Fisiologis :+
Reflek Patologi :-
PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK

Kepala : Bentuk : Dalam batas normal


Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-/-), icterus (-/-)
pupil:isokor, refleks cahaya direk (+/+), refleks
cahaya indirek(+/+), kesan: normal
Telinga : Serumen (+) Normal
Hidung : Sekret (+)
Mulut : lidah kotor (+),Tremor(-),bibir pucat(-)
Leher : Trakea letak medial, pembesaran KGB (-)
TVJ : R-2 CM H2O

Thorax Depan
Inspeksi : Simetris fusiformis, ketinggalan
bernapas (-), benjolan (-).
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan
(-), benjolan (-).
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernapasan : Vesikuler
Suara tambahan : -
Thorax Belakang
Inspeksi : Simetris fusiformis, ketinggalan
bernapas (-), benjolan (-), venektasi (-).
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, nyeri tekan
(-), benjolan (-).
Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernapasan : Vesikuler
Suara tambahan : -
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
Batas kiri jantung : ICS V lineamidclavicularis sinistra
Batas atas jantung : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra
Batas kanan jantung : ICS II linea parasternalis dextra
Auskultasi : Bunyi Jantung M1 > M2, A2 >A1,P2>P1
HR : 80 x/i reguler
Abdomen
Inspeksi : Simetris, Pembesaran (+)
Palpasi : Soepel (+), H/R/L tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik usus (+) (normal 5-30x/menit)

Ekstremitas: Edema (-/-), Akral hangat (+/+)


Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Neurologi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Keadaan Gizi
TB : 165 cm
BB : 60 kg
RBW = BB x 100% = 60 x 100%
TB – 100 165-100
RBW = 92% = Normal (90%-110%)
IMT = BB kg/m2 = 60 = 22,03 kg/m2. Kesan : Normal
TB2 1,65 x 1,65
PEMERIKSAAN KHUSUS

a. Radiologi : Tidak dilakukan pemeriksaan


b. Fungsi lumbal : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Darah Rutin : 25 desember 2019
d. Tubex Test : Skala 6 Infeksi kuat Typhoid

Hasil Nilai Normal

WBC 18.44x103/ Μl 4.0-11.0

RBC 4,71x106/Μl 4.00-5.40

HGB 12,3 g/Dl 12-16

HCT 3,7% 36.0-48.0

MCV 75 fL 80-97

MCH 26,1 pg 27-33.7

MCHC 34,5 g/dL 31.5-35.0

PLT 175x103/ μL 150-400

RDW-CV 13,6% 10.0-15.0


RDW-SD 36,3 fL 35-47
PDW 13,5 fL 10.0-18.0
MPV 10,7 fL 6.5-11.0
PCT 0,19% 0.2-0.5
d. Imunologi : ICT Salmonella Typhoid IgM Positif 6 (kesan : positif kuat)
e. Nelwan Score :
1. Demam (1) = (+)
2. Sakit Kepala (1) = (+)
3. Lemah (1) = (+)
4. Mual (1) = (+)
5. Nyeri Perut (1) = (+)
6. Anoreksia (1) = (−)
7. Muntah (1) = (+)
8. Gangguan Mobilitas (1) = (−)
9. Insomnia (1) = (+)
10. Hepatomegali (1) = (−)
11. Splenomegali (1) = (−)
12. Demam > 1 minggu (2) = (−)
13. Bradikardi Relatif (2) = (+)
14. Lidah Tifoid (2) = (+)
15. Melena (2) = (−)
16. Gangguan Kesadaran (2) = (−)

Total Score = 11 (>8 dinyatakan positif demam tifoid)


RESUME

ANAMNESA
Keluhan Utama : Demam (+)
Telaah : Demam ± 1 minggu
(+), mencret(+),Sakit
kepala(+)mual dan
muntah (+),nyeri
Tekan epigastrium(+)
Bradikardi relatif(+)
Status Present

KU/KP/KG : Sedang/Sedang /Baik


Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/I regular Bradikardi Relatif(+)
Pernapasan : 22 x/I reguler
Temperatur : 38,1 oC

Keadaan Penyakit
Refleks Fisiologis :+

PEMERIKSAAN FISIK
Mulut : Lidah kotor (+)
ABDOMEN
KEADAAN GIZI
Palpasi : Nyeri tekan Epigastrium (+)
Ekstremitas : Akral hangat (+/+)
TB : 165 cm
BB : 60 kg
RBW = BB x 100% = 60 x 100%
TB – 100 165-100
RBW = 92% = Normal (90%-110%)
IMT = BB kg/m2 = 60 = 22,03 kg/m2. Kesan : Normal
TB2 1,65 x 1,65
DIAGNOSA BANDING DIAGNOSA SEMENTARA
1. Demam Tifoid Demam Tifoid
2. Demam Berdarah Dengue
3. Malaria
Teraphy

• Tirah baring/Bed Rest


• Diet rendah serat
• Kompres air hangat
• IVFD RL 30 gtt/i macro
• Levofloxacin 500 mg/24 jam IV
• inj. Ondancentron 4 mg/8 jam IV
• Paracetamol 3x1 (kalo perlu)
• Omeperazole 20 mg/12 jam tab
Follow Up
Senin, 5 Desember 2019

S : Demam(+)
O :
KU/KP/KG
sedang/sedang/baik
Sens : Compos mentis
TD: 110/70 mmHg, HR 86x/I
reguler, RR: 22x/I reguler,
suhu 38.30C.
A : Demam Tifoid
P :
• Tirah Baring
• Diet Rendah Serat
• Kompres air hangat
• IVFD RL 30 gtt/i macro
• Paracetamol 3x1 (kalo
perlu)
• Levofloxacin 500 mg/24
jam IV
• Omeperazole 20 mg/12
jam tab
• inj. Ondancentron 4
mg/8 jam IV
• inj. Ketorolax 1 amp 30
mg/8jam IV
Follow Up
Selasa, 24 Desember 2019

S : Demam(+)
O :
KU/KP/KG
sedang/sedang/baik
Sens : Compos mentis
TD: 120/80 mmHg, HR 97x/I
reguler, RR: 24x/I reguler,
suhu 37.80C.
A : Demam Tifoid
P :
• Tirah Baring
• Diet Rendah Serat
• Kompres air hangat
• IVFD RL 30 gtt/i macro
• Paracetamol 3x1 (kalo
perlu)
• Levofloxacin 500 mg/24
jam IV
• Omeperazole 20 mg/12
jam tab
• inj. Ondancentron 4
mg/8 jam IV
• inj. Ketorolax 1 amp 30
mg/8jam IV
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal 23 September 2019 24 September 2019
Keluhan Demam (+) Demam(+)

KU/KP/KG Sedang/Sedang / Sedang/Sedang /


Baik Baik

Sensorium Compos mentis Compos mentis


Tekanan darah 110/ 70 mmHg 120/80 mmHg
Frekuensi nadi 86x/i reguler 97x/i reguler
Frekuensi nafas 22 x/i reguler 24x/i reguler
Temperatur 38,3 oC 37,8oC
BB masuk 60 kg 60 kg
BB sekarang 58 kg 58 kg

Status lokalisata: Mulut: Lidah beslag (+) Mulut: Lidah beslag (+)
kepala dan leher
Thorax SP: Vesikuler SP: Vesikuler
ST: - ST: -
HR : 86x/mnt, reg, desah (-). HR : 97x/mnt, reg, desah (-).
RR : 22x/mnt,reg, ronkhi (-). RR : 24x/mnt,reg, ronkhi (-).

Abdomen nyeri tekan (+) nyeri tekan (+)

Ekstremit Atas: akral hangat, CRT< 3”, Atas: akral hangat, CRT< 3”,
as Bawah: akral hangat, CRT< 3” Bawah: akral hangat, CRT<3”

Diagnosis Demam Tifoid Demam Tifoid

Terapi • Tirah Baring • Tirah Baring


• Diet Rendah Serat • Diet Rendah Serat
• Kompres air hangat • Kompres air hangat
• IVFD RL 30 gtt/i macro • IVFD RL 30 gtt/i macro
• Paracetamol 3x1 (kalo • Paracetamol 3x1 (kalo
perlu) perlu)
• Levofloxacin 500 • Levofloxacin 500
mg/24 jam IV mg/24 jam IV
• Omeperazole 20 mg/12 • Omeperazole 20
jam tab mg/12 jam tab
• inj. Ondancentron 4 • inj. Ondancentron 4
mg/8 jam IV mg/8 jam IV
• inj. Ketorolax 1 amp 30 • inj. Ketorolax 1 amp
mg/8jam IV 30 mg/8jam IV
KESIMPULAN
Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Penyakit
ini di tandai oleh panas yang berkepanjangan, di topang
dengan bakterimia tanpa keterlibatan struktur endotelial atau
endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam
sel fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyer patch.
Etiologi demam tifoid adalah Salmonella typhi.
Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia
sebagai natural reservoir). Manusia yang terinfeksi salmonella
typhi dapat mengekskresikannya melalui sekret saluran nafas,
urin, dan tinja dalam jangka waktu yang sangat bervariasi.
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan
terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya dan ada tidaknya
komplikasi. Di negara maju dengan terapi antibioik yang
adekuat, angka mortalitas < 1%. Di negara berkembang, angka
mortalitasnya >10%, biasanya karena keterlambatan diagnosis,
rawatan, ddan pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti
perforasi, gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis,
endokarditis, dan pneumoni, mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Penderita Di pulangkan pada typoid
apabila penderita tidak demam dalam 1x24 jam
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai