Anda di halaman 1dari 35

Sejarah

Kondisi
Peninggalan
Geografis

Faktor
Kejayaan dan
Kerajaan Kehidupan
Politik
Kemunduran Pajang

Kehidupan Kehidupan
Sosial Budaya Ekonomi

Kehidupan
Agama
Sejarah
Didirikan Oleh :
Jaka Tingkir, Tahun 1549 M

Awal mula berdirinya Kerajaan Pajang, diawali oleh pertempuran


antara Aryo Penangsang dengan Joko Tingkir pada tahun 1546 M, yang
merupakan menantu Sultan Trenggono. Pertempuran itu sendiri
dimenangkan oleh Joko Tingkir. Kemenangan ini juga atas bantuan dari
Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi. Kemenangan ini membuat
Joko Tingkir memimpin Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya, gelar
tersebut diperoleh dari Sunan Giri dan mendapat pengakuan dari
kerajaan-kerajaan yang menjadi bawahan Demak. Sultan Hadiwijaya
kemudian memindahkan pusat kerajaan dari Demak menuju Pajang
Kondisi Geografis

Terletak di daerah Kartasura, dekat Surakarta (Solo), Jawa Tengah.


Kehidupan Politik

Arya Pangiri
Jaka Tingkir

Pangeran Benawa
Joko Tingkir/Hadiwijaya

Pendiri Kerajaan Pajang

Murid dari Sunan Kudus

Cucu dari Sunan Kalijaga

Melakukan ekspansi ke daerah


Madiun, Blora (1554 M), dan
Kediri (1577 M)

Meninggal pada tahun


1582
Mempunyai
Kebijakan yang
banyak
merugikan rakyat
Pajang
Dilengserkan
Bergelar
oleh Pangeran
Ngawantipura
Benawa

Arya
Pangiri
Anak dari
Joko Tingkir,
bergelar
Sultan
Prabuwijaya

Pangeran
Benawa

Pada
pemerintahannya,
berakhir pula
kejayaan Kerajaan
Pajang
Kehidupan Ekonomi
Mata pencaharian dari pertanian
• Karena Kerajaan Pajang terletak di daerah
pedalaman, maka kerajaan ini menitikberatkan
mata pencahariannya dari pertanian dengan
hasil utamanya beras.
-Menjadi lumbung beras
• Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian
sehingga menjadi lumbung beras dalam abad
ke-16 dan 17.
Kehidupan Sosial Budaya

Tradisi Hindu masih besar pengaruhnya di


Pajang, karena di daerah agraris
pedalaman, tradisi Hindu masih sangat
kuat dipegang dan pengaruh Islam hanya
terbatas pada kalangan tertentu.
Sehingga muncul akulturasi budaya
antara Hindu dan Islam.
Kehidupan Agama

Kehidupan rakyat Pajang mendapat


pengaruh Islamisasi yang cukup kental
sehingga masyarakat Pajang sangat
mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-
sungguh
Ditundukkannya
Kediri pada tahun
1577

Bidang kesusastraan
Sultan Adiwijaya dan kesenian yang
memperluas sudah maju di Demak
kekuasaannya di Jawa dan Jepara lambat
pedalaman laun dikenal di
pedalaman Jawa.

Faktor
Kemajuan
Kerajaan
Pajang
Perluasan
wilayah tidak
dapat dijalankan
secara
maksimal,

Faktor
Kemunduran
Kerajaan
Pajang
Kesultanan
Pajang kalah
pamor terhadap
Mataram.
Makam Para Bangsawan

Peninggalan
Sejarah

Bandar Kabanaran
Masjid Laweyan
Masjid Laweyan
Terletak di Kampung Batik Laweyan Solo, tepatnya
di Dusun Pajang RT 4 RW 4, Laweyan, Solo

Dibangun sekitar tahun 1546 M, pada


masa pemerintahan Jaka Tingkir

Bangunan seluas 162 meter persegi


Makam Para Bangsawan

Terdapat di kompleks
Masjid Laweyan

Terdapat tumbuhan
langka Pohon
Nagasariyang berusia
500 tahun

Pada gerbang makam


terdapat simbolisme
perlindungan dari
Betari Durga
Bandar Kabanaran
Dibangun untuk mendukung arus lalu
lintas perdagangan yang semakin
padat

Berada di Untuk mendukung arus


lalu lintas perdagangan yang
semakin padat

Menghubungkan Kerajaan Pajang,


Kampung Laweyan dan Bandar Besar
Nusupan di tepi Sungai Bengawan Solo.
Sejarah

Kondisi
Peninggalan
Geografis

Faktor
Kerajaan
Kehidupan
Kejayaan dan
Kemunduran
Gowa- Politik

Tallo

Kehidupan Kehidupan
Sosial Budaya Ekonomi

Kehidupan
Agama
Sejarah
Didirikan Oleh :
Tumanurung, awal abad ke-14

Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang


dikenal dengan nama Bate Salapang (Sembilan Bendera), yang
kemudian menjadi pusat kerajaan Gowa: Tombolo, Lakiung, Parang-
Parang, Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili. Melalui
berbagai cara, baik damai maupun paksaan, komunitas lainnya
bergabung untuk membentuk Kerajaan Gowa. Cerita dari pendahulu di
Gowa dimulai oleh Tumanurung sebagai pendiri Istana Gowa, tetapi
tradisi Makassar lain menyebutkan empat orang yang mendahului
datangnya Tumanurung, dua orang pertama adalah Batara Guru dan
saudaranya
Kondisi Geografis

Kerajaan Gowa- Tallo terletak di wilayah


yang cukup strategis, yaitu di pantai barat
Sulawesi Selatan. Kerajaan Gowa-Tallo beribu
kota di Makassar dibatasi oleh Selat Makassar
di sebelah barat, Laut Flores di sebelah
selatan dan Teluk Bone di sebelah timur
Sultan
Alauddin

Kehidupan
Politik
Kerajaan
Gowa-Tallo
Sultan
Sultan
Muhamad
Hassanudin
Said
Memimpin pada tahun 1593-1639 M

Nama asli Karaeng Matowaya


Tumamenaga Ri Agamanna dan
merupakan raja Makassar pertama
yang memeluk agama Islam

Sultan Alaudin

Berusaha mengislamkan berbagai


kerajaan kecil di Sulawesi Selatan.

Kerajaan Makassar mulai terjun


dalam
dunia pelayaran dan perdagangan.
Sultan Muhamad Said

Memerintah tahun 1639-


1653 M

perkembangan Makassar
maju pesat sebab Bandar
transit

bahkan Sultan Muhammad


Said juga pernah
mengirimkan pasukan
ke Maluku untuk
membantu rakyat Maluku
berperang melawan Belanda.
Memerintah pada tahun
1653-1669 M

Pada masa pemerintahan


Sultan Hassanudin, kerajaan
Gowa-Tallo mencapai
puncak kejayaan

Menentang kebijakan VOC


dalam memonopoli
Sultan Hassanudin perdagangan rempah-
rempah.

Mendapat julukan “Ayam


Jantan dari Timur”

Kerja sama antara VOC dan


Aru Palaka pada akhirnya
berhasil mengalahkan
Gowa-Tallo yang dipimpin
oleh Sultan Hasanuddin
Setelah mengalami kekalahan dalam menghadapi VOC dan Aru Palaka,
Akhirnya, pada tahun 1667 Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani
Perjanjian Bongaya

a) VOC memperoleh monopoli dagang rempah-rempah di Makassar

b) VOC mendirikan benteng pertahanan di Makassar.

c) Gowa-Tallo harus melepaskan daerah daerah kekuasaannya.

d) Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone

e) Semua bangsa asing diusir dari Makassar, kecuali VOC

f) Kerajaan Makassar diperkecil hanya tinggal Gowa saja

g) Makassar membayar semua utang perang


Kerajaan
Gowa-Tallo
menjadi pintu
gerbang
perdagangan
rempah-
rempah

Letak Kerajaan
maritisme
geografis dengan
Kehidupan
berdekatan Ekonomi
menitikberatka
dengan n sektor
perdagangan
Maluku dan pelayaran

Komoditas
perdagangan :
rempah-rempah dari
Maluku, kapur barus
dari Sumatra,
keramik dari Cina,
dan kayu cendana
dari Jawa.
Kehidupan Sosial Budaya

Masih menganut sistem


feudal

Masyarakat Gowa-Tallo
memiliki kebudayaan
yang berkaitan erat
dengan perdagangan
dan pelayaran.

Memiliki keterampilan
dalam membangun
rumah adat
Kehidupan Agama

Datuk ri Bandang, Pada tahun 1605 menjadi pusat


Datuk Patimang dan penguasa Gowa-Tallo, Proses islamisasi perdagangan dan
Datuk ri Tiro, Karaeng Matoaya di Sulawesi penyebaran Islam di
menyebarkan agama memeluk agama Selatan semakin Sulawesi dan
Islam di Sulawesi Islam dan bergelar Indonesia bagian
berkembang pesat timur
Selatan. Sultan Alaudin
Memiliki
Pelabuhan
letaknya yang baik
strategis

jatuhnya Malaka pad


a tahun 1511 ke
tangan Portugis yang
menyebabkan pedag
ang Islam pindah ke
Makassar

Faktor Kemajuan Kerajaan


Gowa-Tallo
Belanda berhasil
memaksa Sultan
Hasanuddin
menandatangani
Perjanjian Bongaya
Penyerangan yang
Kerajaan Makassar
dilakukan oleh Raja
menyerah kepada
Bone, Aru Palaka
Belanda tahun
dibantu oleh
1669
Belanda

Faktor
Kemunduran
Kerajaan
Gowa-Tallo
Makam Syekh Yusuf

Peninggalan

Masjid Katangka
Fort Rotterdam
Benteng Fort Rotterdam
Dibangun oleh I Manrigau Daeng Bonto Karaeng
Lakiung Tumapa'risi' Kallonna pada tahun 1545

Menjadi markas pasukan katak kerajaan

Pusat pertahanan kerajaan Gowa-Tallo dari


serangan laut
Makam Syekh Yusuf

Terletak pada dataran


rendah Lakiung di
sebelah barat Mésjid
Katangka
Masjid Katangka
didirikan pada tahun 1605 M

Penamaan Katangka berasal dari


bahan dasar masjid yang dibuat
dari pohon katangka.

berada di sebelah utara Kompleks


Makam Sultan Hasanuddin
Sejarah

Kondisi
Peninggalan
Geografis

Faktor
Kejayaan dan
Kerajaan Kehidupan
Politik
Kemunduran Wajo

Kehidupan Kehidupan
Sosial Budaya Ekonomi

Kehidupan
Agama
Sejarah
Didirikan Oleh :
Jaka Tingkir, Tahun 1549 M

Awal mula berdirinya Kerajaan Pajang, diawali oleh pertempuran


antara Aryo Penangsang dengan Joko Tingkir pada tahun 1546 M, yang
merupakan menantu Sultan Trenggono. Pertempuran itu sendiri
dimenangkan oleh Joko Tingkir. Kemenangan ini juga atas bantuan dari
Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi. Kemenangan ini membuat
Joko Tingkir memimpin Demak dengan gelar Sultan Hadiwijaya, gelar
tersebut diperoleh dari Sunan Giri dan mendapat pengakuan dari
kerajaan-kerajaan yang menjadi bawahan Demak. Sultan Hadiwijaya
kemudian memindahkan pusat kerajaan dari Demak menuju Pajang

Anda mungkin juga menyukai