Anda di halaman 1dari 32

PERKEMBANGAN PENYUSUNAN PERATURAN TERKAIT

JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA

Disampaikan oleh:
Mohamad Iksan Maolana, SH, LLM
Pusbindiklatren, Bappenas

Bogor, 7 Agustus 2019


REPUBLIK
INDONESIA
Outline

01 LATAR BELAKANG

Kebijakan Dalam PP No. 30 Tahun 2019 tentang


02 Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil

03 Perkembangan Penyusunan Peraturan Terkait JFP

Usulan Kebijakan Baru terkait dengan Jabatan


04 Fungsional Perencana

05 Timeline

2
REPUBLIK
INDONESIA
Latar Belakang

• UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN, dokumen perencanaan pembangunan:


Sentralistik dan single planning desentralisasi dan multi planning.
• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara: (RAPBN) harus mengacu kepada dokumen
perencanaan pembangunan nasional (RPJMN dan RKP).
• PP 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan
Nasional (SP4N):
Peran perencana meliputi: 1) proses teknokratis; 2) think tank dalam mendukung evidance based
planning and policy making; 3) pengendalian, pemantauan dan evaluasi; dan 4) menjamin
pendekatan money follow program dan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran.
a. PP No. 11 Tahun 2017 tentang manajemen PNS: proses manajemen PNS dimulai dari penyusunan dan
penetapan kebutuhan (formasi, anjab, ABK, SKP).
b. PP No. 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja.
c. PP No. 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil.
d. Untuk mewujudkan perbaikan dalam pengelolaan dan pembinaan karir JFP serta peningkatan kinerja
pemangku JFP.

3
KEBIJAKAN DALAM
PP No. 30 Tahun 2019 tentang Penilaian
Kinerja Pegawai Negeri Sipil

4
Sasaran Kinerja Pegawai
Penyusunan Sasaran Kinerja Pegawai Perilaku Kerja
Memperhatikan

Penyusunan dan
Penetapan SKP

Kinerja
Kinerja Utama
Tambahan

1.
Bagi Pejabat Fungsional 1. Disepakati pimpinan
merupakan akumulasi nilai 2. Diformalkan dalam SK
pelaksanaan butir-butir
3. Di luar tugas pokok
kegiatan Jabatan Fungsional
4. Sesuai kapasitas pegawai
5. Terkait tugas atau output
organisasi

* Berdasar Pasal 8, 9, 10, 11 & 12 Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil 5
Penyusunan SKP Bagi Pejabat Fungsional (1)
Pasal 19

6
Penyusunan SKP Bagi Pejabat Fungsional (2)
Pasal 20

7
Penyusunan SKP Bagi Pejabat Fungsional (3)
Pasal 21
1) Pejabat Fungsional yang pada saat penyusunan SKP, tidak dapat menyusun kinerja
utama sesuai ketentuan, harus dimutasikan atau diberikan tugas ke instansi yang
mempunyai kegiatan yang sesuai jenjang fungsionalnya .
2) Pejabat Fungsional yang harus dimutasikan sebagaimana dimaksud sesuai ketentuan
sasaran unit/organisasi dan/atau kegiatan atasan langsung sudah tidak sesuai dengan
tugas jabatan fungsional.
3) Pejabat Fungsional diberikan tugas ke instansi lain sebagimana dimaksud pada ayat (1)
apabila beban tugas jabatan fungsional tidak memenuhi persyaratan angka kredit per
tahun yang wajib dikumpulkan.

8
Penilaian
Kinerja

Penilaian
Penilaian SKP
Perilaku Kerja

9
Penilaian Kinerja (Penilaian SKP)
Pasal 35
1) Penilaian SKP dilakukan dengan menggunakan hasil pengukuran kinerja.
2) Penilaian SKP dilakukan oleh Pejabat Penilai Kinerja PNS.
3) Khusus pejabat fungsional, penilaian SKP dapat mempertimbangkan
penilaian dari Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional.
4) Penilaian SKP dituangkan dalam dokumen penilaian SKP.
5) Hasil penilaian SKP sebagaimana dimaksud berupa nilai SKP.

10
Penilaian Kinerja PNS

Penilaian kinerja PNS dapat dilakukan dengan memberikan bobot masing-


masing unsur penilaian:
a. 70% untuk penilaian SKP dan 30% untuk penilaian perilaku atau
b. 60% untuk penilaian SKP dan 40% untuk penilaian perilaku

Penilaian poin (a) dilakukan oleh Instansi Pemerintah yang tidak menerapkan
penilaian Perilaku Kerja dengan mempertimbangkan pendapat rekan kerja
setingkat dan bawahan langsung sedangkan penilaian poin (b) dilakukan oleh
Instansi Pemerintah yang menerapkan penilaian Perilaku Kerja dengan
mempertimbangkan pendapat rekan kerja setingkat dan bawahan langsung.

* Berdasar Pasal 41 Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil 11
Pejabat Penilai dan Tim Penilai Kinerja PNS
Pejabat Penilai Kinerja PNS dilakukan oleh Pejabat Penilai
Kinerja PNS yaitu sebagai berikut :
(Berdasar Pasal 45 Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2019
tentang Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil)

12
Perkembangan Penyusunan Peraturan
Terkait JFP

13
REPUBLIK
JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA DAN ANGKA KREDITNYA
INDONESIA

RUMPUN JABATAN DAN KEDUDUKAN

Jabatan Fungsional Perencana yang selanjutnya disebut Perencana,


termasuk dalam rumpun Manajemen.

 Perencana berkedudukan sebagai pelaksana kegiatan teknis fungsional


perencanaan dilingkungan Instansi Pemerintah.
 Perencana adalah jabatan karier yang dapat diduduki oleh seorang yang
telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

14
REPUBLIK
KATEGORI DAN JENJANG DALAM JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA
INDONESIA

Perencana Ahli Pertama;


Perencana masuk kategori Perencana Ahli Muda;
keahlian dengan jenjang
tingkatan sebagai berikut: Perencana Ahli Madya; dan

Perencana Ahli Utama.

TUGAS JABATAN

Tugas pokok Perencana adalah Menyiapkan, mengkaji, merumuskan kebijakan dan


menyusun rencana pembangunanan pada instansi pemerintah secara teratur dan
sistematis, termasuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan rencana pembangunan.

15
REPUBLIK
INDONESIA
SIKLUS KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

IDENTIFIKASI
MASALAH/ISU
STRATEGIS

EVALUASI PENYUSUNAN
PELAKSANAAN KEBIJAKAN
RENCANA RENCANA
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN

ADOPSI DAN
PELAKSANAAN
LEGITIMASI
RENCANA
RENCANA
PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN

16
REPUBLIK
KEGIATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN (I)
INDONESIA

1. IDENTIFIKASI MASALAH/ISU STRATEGIS  Menyusun Perencanaan Kebijakan Strategis Jangka Pendek



Mengidentifikasi Permasalahan  Menyusun Perencanaan Kebijakan Strategis Regional

Merumuskan Permasalahan  Menyusun Program Strategis Regional

Mengumpulkan Data Sekunder  Menyusun Program Sektor Tunggal

Mengumpulkan Data Primer  Menyusun Perencanaan Kebijakan Strategis Jangka

Mengolah Data dan Informasi Menengah

Mengefektifkan pelaksanaan pengumpulan data  Menyusun Program Strategis Jangka Menengah

Menganalisis Data dan Informasi  Merumuskan Kebijakan Strategis Sektoral

Menyajikan Data dan Informasi  Menyusun Program Strategis Sektoral

Memformulasikan sajian untuk analisis  Mendisain Proyek Multi Sektoral

Melakukan Riset Kebijakan Untuk Menghasilkan Dokumen  Menentukan Alternatif Rencana Pelaksanaan
Bahan Perencanaan Pembangunan  Menyusun Perencanaan Kebijakan Strategis Jangka Panjang
 Menyusun Rekomendasi Kebijakan Strategis dan Terkini  Menyusun Perencanaan Kebijakan Strategis Makro
Kepada Pimpinan  Menyusun Program Jangka Panjang
 Menyusun Evaluasi Kebijakan Dalam Rangka Menyiapkan  Menyusun Program Strategis Makro
Bahan Perencanaan Pembangunan  Mendisain Proyek Kawasan
 Menyusun Kaidah Pelaksanaan Rencana Pembangunan  Menyusun Rencana Pembangunan Regional
2. PENYUSUNAN KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN  Menyusun Rencana Pembangunan Sektoral
 Menyusun Alternatif dan Model Hubungan  Menyusun Rencana Pembangunan Multisektor
Kausal/Fungsional  Menyusun Rancangan Rencana Anggaran dan Pembiayaan
 Menguji Alternatif Kriteria dan Model Pembangunan
17
REPUBLIK
KEGIATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN (II)
INDONESIA

3. ADOPSI DAN LEGITIMASI RENCANA PEMBANGUNAN  Menilai Hasil Pemantauan dan Merumuskan Saran Tindakan
 Melakukan Telaahan Lingkup Sektoral/Regional dalam Korektif
Berbagai Forum Musyawarah, Rapat Koordinasi, dan Forum  Melaksanakan Pengendalian Pelaksanaan
Konsultasi Publik Lainnya dalam Rangka Penyusunan Rencana/Program/Kegiatan
Perencanaan Pembangunan.  Menilai Hasil Pengendalian Pelaksanaan
 Melakukan Telaahan Lingkup Sektoral/Regional Terhadap Rencana/Program/Kegiatan
Proses dan Hasil Pembahasan Anggaran dengan Dewan 5. EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
Legislatif  Melakukan Persiapan Evaluasi Rencana Pembangunan
 Melakukan Telaahan Lingkup Makro/Multisektor/Kawasan Tahunan
dalam Berbagai Forum Musyawarah, Rapat Koordinasi, dan  Mengolah Data dan Informasi dalam Rangka Evaluasi Rencana
Forum Konsultasi Publik Lainnya dalam Rangka Penyusunan Pembangunan Tahunan
Perencanaan Pembangunan.
 Menyusun Disain Instrumen Evaluasi Rencana Pembangunan
 Melakukan Telaahan Lingkup Makro/Multisektor/Kawasan Jangka Menengah/Sektoral
Terhadap Proses dan Hasil Pembahasan Anggaran dengan
 Menyusun Arahan Pelaksanaan Evaluasi Rencana
Dewan Legislatif
Pembangunan Jangka Menengah/Sektoral
4. PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN
 Menyusun Disain Instrumen Evaluasi Rencana Pembangunan
 Melakukan Persiapan Pengendalian Pelaksanaan Rencana Jangka Panjang/Multisektor/Kawasan
 Mengendalikan Pelaksanaan Rencana Pembangunan  Menyusun Telaahan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Jangka
 Melaksanakan Pemantauan Pelaksanaan Panjang/Multisektor/Kawasan
Rencana/Perkembangan Kegiatan

18
REPUBLIK
INDONESIA
LOKASI UJI BEBAN

1. Perwakilan Kementerian dan Lembaga di Pusbindiklatren


2. Kementerian PPN/Bappenas
3. Provinsi Riau
4. Kementerian Kesehatan
5. Kementerian Agama
6. Kementerian Kelautan dan Perikanan
7. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
8. Kementerian Pertanian
9. Badan Tenaga Nuklir Nasional
10.Provinsi Jawa Barat
REPUBLIK
INDONESIA
JUMLAH PESERTA UJI BEBAN

Wilayah Tinggi : Unit kerja yang mencakup 5 kegiatan dalam cycle Perencanaan
Wilayah Sedang : Unit kerja yang mencakup 3-4 kegiatan dalam cycle Perencanaan
Wilayah Rendah : Unit kerja yang mencakup 1-2 kegiatan dalam cycle Perencanaan
Hasil Rata-Rata Keseluruhan
Jumlah Jam Per Jabatan

Keterangan dari Kementerian PANRB:


1. Jumlah Jam kerja > 1500 jam/tahun = beban kerja berlebih/ SDM yang ada perlu ditambah;
2. Jumlah Jam kerja < 1250 jam/tahun = beban kerja rendah/ SDM berlebih.
Hasil Uji Beban

Jumlah AK yang harus dikumpulkan oleh Fungsional Perencana setiap Jumlah AK maksimal yang dapat dikumpulkan oleh Fungsional Perencana
tahunnya agar dapat naik ke jenjang selanjutnya dalam jangka waktu 5 tahun setiap tahun
Usulan Kebijakan Baru terkait dengan
Jabatan Fungsional Perencana

23
Sinkronisasi SKP dengan Angka Kredit

Contoh Sinkronisasi SKP dengan Angka Kredit pada Kementerian Kelautan dan Perikanan
24
Hasil Kerja Minimal

• Tuntutan perubahan yang berdasar UU No.5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara (ASN) dan PP No.11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS)
• Akan dilaksanakan uji kompetensi terhadap hasil kerja minimal untuk
menjaga kualitas dan profesionalisme seorang perencana.
• Usulan Kebijakan Kapusbindiklatren Bappenas: agar uji kompetensi
terkait Hasil Kerja Minimal hanya dilaksanakan pada jenjang
Fungsional Perencana Ahli Madya dan Utama.
Contoh Pengaturan Hasil Kerja Minimal

• Permenpan No. 34 Tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Peneliti.


• Hasil Kerja Minimal adalah unsur kegiatan utama yang harus dicapai minimal
sebagai prasyarat pencapaian hasil kerja.
• Pencapaian Angka Kredit Kumulatif dihitung berdasarkan pencapaian Angka
Kredit pada setiap tahun dan perolehan wajib HKM pada setiap periode.

• Jumlah Angka Kredit Kumulatif yang harus dicapai, yaitu:


– a. paling sedikit 80% (delapan puluh persen) Angka Kredit berasal dari unsur utama
dan Hasil Kerja Minimal, tidak termasuk sub-unsur pendidikan formal; dan
– b. paling banyak 20% (dua puluh persen) Angka Kredit berasal dari unsur penunjang.

• Tata kerja Tim Penilai dan tata cara penilaian Hasil Kerja Minimal dan Angka
Kredit Jabatan Fungsional Perencana ditetapkan oleh Instansi Pembina.
26
Contoh HKM Fungsional Peneliti

27
MEKANISME TIM PENILAI ANGKA KREDIT
LAMA KONSEP USULAN PERUBAHAN
a. Apabila Tim Penilai Instansi, Provinsi, Kabupaten/Kota a. idem
belum terbentuk maka penilaian DUPAK Perencana
dilakukan oleh Tim Penilai Pusat.

b. Apabila Tim Penilai Instansi Kementerian/ Lembaga belum


b. idem
terbentuk maka penilaian DUPAK Perencana dilakukan oleh
Tim Penilai Pusat.
c. Apabila Tim Penilai Provinsi belum terbentuk maka c. idem
penilaian DUPAK Perencana dilakukan di Tim Penilai Pusat.

d. Apabila Tim Penilai Kabupaten/Kota belum terbentuk, d. Khusus untuk Tim Penilai Provinsi dan Kabupaten/Kota,
namun di Provinsi sudah terbentuk maka penilaian DUPAK penilaian Angka Kredit Perencana dapat juga dilakukan oleh
Perencana dapat dilakukan di Tim Penilai Provinsi. Tim Penilai Daerah lain yang setara atau setingkat lebih tinggi
dan terdekat secara geografis.
e. Pejabat Fungsional Perencana Utama penilaian dilakukan e. Bagi calon Fungsional Perencana (FP) Utama yang sudah
oleh Tim Penilai Pusat. mengikuti pelatihan FP Utama dan berpangkat minimal
Pembina Utama Muda/golongan IV/c maka penilaian
dilakukan oleh Tim Penilai Pusat
PEMBERHENTIAN DARI JABATAN
(PP No.11 Tahun 2017)
Perencana Ahli Pertama sampai dengan Perencana Ahli Utama diberhentikan dari jabatannya apabila:
a. Mengundurkan diri dari jabatannya;
b. Diberhentikan sementara sebagai PNS;
c. Menjalani cuti di luar tanggungan negara;
d. Menjalani tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan;
e. Ditugaskan secara penuh pada Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator, Jabatan Pengawas
dan Jabatan Pelaksana; atau
f. Tidak memenuhi persyaratan jabatan.

 Perencana yang diberhentikan karena alasan sebagaimana dimaksud huruf (b) sampai dengan huruf
(e) dapat diangkat kembali sesuai dengan jenjang jabatan terakhir apabila tersedia kebutuhan Jabatan
Fungsional Perencana.
 Pengangkatan kembali dalam Jabatan Fungsional Perencana sebagaimana dimaksud, dilakukan
dengan menggunakan Angka Kredit terakhir yang dimiliki dan dapat ditambah dengan Angka Kredit
dari bidang tugas jabatan fungsional perencana dan pengembangan profesi yang diperoleh selama
masa pemberhentian dari jabatan.
* Usulan Draf Pasal 31
ORGANISASI PROFESI
1. Jabatan Fungsional Perencana wajib memiliki 1 (satu) organisasi profesi.

2. Setiap Perencana wajib menjadi anggota organisasi profesi Jabatan Fungsional Perencana.

3. Pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional Perencana difasilitasi oleh Instansi Pembina.

4. Organisasi profesi Jabatan Fungsional Perencana wajib menyusun kode etik dan kode perilaku profesi.

5. Organisasi profesi Jabatan Fungsional Perencana mempunyai tugas:


a. Menyusun kode etik dan kode perilaku profesi;
b. Memberikan advokasi; dan
c. Memeriksa dan memberikan rekomendasi atas pelanggaran kode etik dan kode perilaku profesi.

6. Kode etik dan kode perilaku profesi, ditetapkan oleh organisasi profesi Jabatan Fungsional Perencana setelah
mendapat persetujuan dari Pimpinan Instansi Pembina.

7. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pembentukan organisasi profesi Jabatan Fungsional
Perencana dan hubungan kerja Instansi Pembina dengan organisasi profesi Jabatan Fungsional Perencana diatur
oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional selaku Pimpinan Instansi Pembina.
REPUBLIK
INDONESIA
Timeline

25 April 2019 20 Juni 2019 24 –Akhir Juli 2019 Akhir Agustus 2019
16 April 2019 13 -21 Mei 2019 25 April-21 Juni 2019 18 Juli 2019 September 2019

Uji Beban Uji Beban Tabulasi Hasil Uji


Kementerian/ Finalisasi
Pusbindiklatren Beban Penajaman Hasil
Lembaga Permenpan
Kementerian/
1. Tabulasi Hasil Uji Uji Beban
Kemenkes Beban
Lembaga
KKP 2. Drafting Permenpan
Kementan Uji Beban Prov. Lanjutan Penyempurnaan
Uji Beban Prov. Uji Publik di Bogor
Kemenag Jawa Barat Drafting dan
Riau KLHK Koordinasi Dgn
Provinsi/ BATAN Provinsi/
Kabupaten/Kota Biro Hukum
Kabupaten/Kota BPPT
Bappenas dan
Kemenpan

31
REPUBLIK
INDONESIA

TERIMA KASIH

Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas


Alamat: Jalan Taman Suropati No. 2, Jakarta
Telepon: 021-3905646 | Situs: www.bappenas.go.id

32

Anda mungkin juga menyukai