Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Alone At Last

Rivaldi Prayoga
Hadi fazar prasetya
• Alone At Last. Kelompok musik ini melesat kencang di
awal tahun 2000-an. Mereka mengusung musik rock
berbalut underground pos-modern. Dari jenis musik
Alone At Last tersebut, mereka sangat identik sebagai
pembawa generasi emo atau post-hardcore. Mereka
besar dalam komunitas underground di Bandung,
tidak dipungkiri. Bahkan telah memperluas pengaruh
musiknya di skena musik luar negeri.
• Sejak awal kelahirannya di tahun 2002, kelompok
musik ini memang identik dengar emo yang mulai
mewabah di awal tahun tersebut. Alone At Last
mempunyai posisi penting dalam skena tersebut.
Begitulah penjelasan yang diberikan oleh Eric
dari deathrockstar. Sampai ketika kelompok musik
emo mulai mengendur, Alone At Last tetap
menyimpan asa dengan seringnya bermain di pentas
seni sekolah maupun acara kampus.
• Sokongan dari penggemar tentu tak lepas dari
asa Alone At Last tersebut. Stand Alone
Crew (SAC) begitulah sebutan penggemarnya.
SAC hampir tersebar di Indonesia. Pembuktian
itu dilakukan dengan seringnya mereka main di
beberapa wilayah di Indonesia. Hampir setiap
tahunnya Alone At Last mengadakan ritual
musik bersama SAC, seperti Studi Show (2008),
Konser Tunggal “Walk Together, Rock Together”
(2009), dan WTRT Mini Concert & Release Party
single Takkan Terhenti di Sini (2010) sebagai
medium khusus pemersatu seluruh komunitas
SAC di seluruh Indonesia
• Selama lebih dari satu dekade ALONE AT LAST
telah merilis dua album, yaitu Sendiri Vs.
Dunia E.P(2004) dan Jiwa (2008) yang dirilis
oleh indie label Absolute Records, dan di
bulan April tahun 2012 ini mereka akan
merilis album ketiga yang
berjudul Integriti dibawah payung label indie
Lonely End Records. Selain itu juga band ini
telah merilis beberapa single seperti “No
More Worries” (2002), “No Feeling” (2003),
dan “Takkan Terhenti Disini” (2010).
• Alone At Last terdiri dari Yas Budaya/Yas (Lead Vocal),
Trian Mulya Saputra/Ubey (Bass), Muhammad
Muslim Hamid/Athink (Drum), M. Rizki Nanda
Hasibuan/Ucay (Gitar), dan Hikmawan
Saefullah/Papap (Gitar).
• Integriti, menjadi album ketiga Alone At Last. Dari
rilisan pers yang diterima Gigsplay, selain album ini
memadukan karakter album Sendiri Vs.
Dunia dan Jiwa, nada dan lirik yang digunakan lebih
dewasa, terutama dalam mengartikulasi emosi dan
kritik terhadap kemapanan sosial yang ada.
Sebagaimana judul albumnya, pesan utama yang
ingin disampaikan dalam album ketiga ini
menekankan pentingnya integritas sosial; agar setiap
dari diri kita dapat terus semangat, tetap bersama,
dan bersatu melawan proses alienasi yang sering
muncul dalam kehidupan sehari-hari.
• Beberapa single dari album Integriti, yaitu: 1. “Saat
Dunia Tak Menatap Kearahmu”, dengan nuansa
rockpop sedikit unsur glamrock dengan lirik yang
bercerita tentang ajakan bagi kita semua untuk
bangkit menjalani hidup. 2. “Classis War is a Modern
Wars”, ini sangat kental dengan distorsi berat dengan
jahilnya ketukan drum ganjil dan sound efex module
dan penuh dengan scream. Pada lagu ini bercerita
tentang perang, kemerdekaan, kehancuran, dan
sejarah. 3. “Cinta”, cinta disini bukan Alone At last
yang bermenye-menye mengemis cinta kepada
seseorang, melainkan cinta kepada dunia. Tercampur
sangat baik dengan alunan rock, pop, emo, shoegaze.
• “Dengan dirilisnya Integriti, Alone At Last akan siap
‘membakar’ berbagai panggung yang ada di seluruh
Indonesia maupun mancanegara”
Sekian…
Rivaldi Prayoga Hadi Fazar Prasetya

Anda mungkin juga menyukai