Anda di halaman 1dari 5

BIOGRAFI MBAH GESANG

Gesang Martohartono adalah


putra kelima dari Martodiharjo. Lahir pada 1 oktober
1919 dengan nama Sutardi, karena sering sakit – sakitan,
kemudian namanya diganti menjadi gesang yang berarti
“hidup”. Ibu kandungnya meninggal ketika usiannya 5
tahun.
Semasa mudanya, Gesang adalah penyanyi pada orkes
Keroncong “kembang kacang” pimpinan Alm Supinah.
Di Orkes inilah bakat Gesang sebagai penyanyi dan
pencipta lagu berkembang. Untuk setiap lagu baru yang
dihasilkanya, Gesang meminta salah seorang pemain
orkes untuk dimainkan pada gitar atau piano. Gesang
mengaku bahwa beliau kurang menguasai teori musik.
Dedikasinya terhadap seni dibuktikannya dengan 44 lagu
yang telah beliau ciptakan dari tahun 1983 sampai 1996.
Sebagai sosok yang melankolis, Gesang mudah tersentuh
oleh keadaan disekitarnya, yang kemudian dituangkan ke
dalam lirik lagu, seperti dalam lagu pertamannya, “Si
Piatu” yang diinspirasikan dari kehidupannya sendiri yang
kehilangan ibunda tercinta pada usia 5 tahun.
Begitu pula dengan lagu “Bengawan Solo” yang
melegenda. Pada tahun 1940, di suatu senja di tepi sungai
bengawan solo, datanglah inspirasi karena kekagumannya
pada sungai itu yang sangat berbeda di musim hujan dan
kemarau sebagaimana diungkapkannya dalam syair lagu
“musim hujan kemarau tak seberapa airmu di musim
hujan air meluap sampai jauh”.
Lagu “Bengawan Solo” juga sangat terkenal sampai ke
luar negeri, terutama RRC dan Jepang, sehingga beliau
sempat berkunjung ke RRC & Korea Utara dengan misi
kesenian Indonesia pada tahun 1963 dan juga kemudian
berturut – turut di tahun 1988, 1990, 1991, dan 1994 atas
undangan untuk memperkenalkan musik keroncong di
Jepang. Pada tahun 1996 beliau bersama delegasi
kesenian PT Gema Nada Pertiwi mendapatkan
kehormatan untuk tampil dalam acara khusus untuk
dirinya “Malam Bengawan Solo”, selama 2 malam
berturut – turut di Shanghai.
Gesang adalah sosok pribadi yang sangat sederhana.
Beliau tidak pernah punya impian yang muluk – muluk.
Baginya, apa yang telah didapat, baik ataupun tidak,
merupakan suatu kenikmatan tersendiri yang tidak pernah
disesali. Sebagai contoh, Gesang sudah sering diberitahu,
bahwa Bengawan Solo sudah diterjemahkan ke dalam
bahasa jepang, mandarin, inggris dan belanda, tapi
Gesang menanggapinya dengan santai saja.
Pada tahun 1980, sewaktu Gesang berusia 63 tahun, untuk
pertama kalinya PT Gema Nada Pertiwi merekam lagu
Bengawan Solo, dan untuk pertama kalinya pula direktur
utama PT Gema Nada Pertiwi, Hendarmin Susilo,
mengunjungi Gesang bersama Iswan, seorang pemusik
ternama. Maksud dari kunjungannya adalah meminta ijin
untuk merekam lagu Bengawan Solo dan sekaligus
meminta beliau untuk membawakannya sendiri.
Setelah itu PT Gema Nada Pertiwi telah membuat
beberapa album keroncong untuk Gesang hingga
puncaknya pada tahun 2002, Gesang memperoleh piagam
pengharagaan Usia tertua Masuk Dapur Rekaman (85
tahun) dari Musium Rekor Indonesia (MURI).
Sekarang ini Gesang tinggal dirumahnya yang baru, Jalan
Gaoto Subroto, Gang II No 79, Solo Jawa Tengah 57151,
setelah lama tinggal di rumah Perumnas Proyek Solo yang
sederhana. Tempat kediamanya yang baru direnovasi
tahun 2003 ini sering dikunjungi turis, terutama dari
Jepang.
Lagu bengawan solo memang populer disana, sehingga
sejumlah pengagum gesang di jepang mendirikan “
perhimpunan dana gesang” pada tahun 1980, dan beliau
diundang ke Tokyo untuk meresmikannya. Perhimpunan
ini juga membangun taman gesang di Jurug, persis di
tepian Bengawan Solo, lengkap dengan patung setengah
badan beliau. Semenjak itu, hampir setiap tahun
menjelang ulang tahun Gesang, dipimpin ketua “
Perhimpunan Dana Gesang”. Rombongan turis khusus
datang ke solo untuk turut merayakan bersama, biasannya
mereka datang bersama Gesang ke taman Gesang dan
bernyanyi bersama di bawah patung Gesang.
Gesang telah mengukuhkan dirinya menjadi salah satu
pencipta lagu yang terbesar di Indonesia, beliau sudah
merupakan asset nasional yang menjadi kebanggan
masyarakat solo pada khususnya dan rakyat Indonesia
pada umumnya.

Lagu-lagu ciptaan Gesang

* Bengawan Solo
* Jembatan Merah
* Pamitan (versi bahasa Indonesia dipopulerkan oleh
(Broery Pesulima)
* Caping Gunung
* Ali-ali
* Andheng-andheng
* Luntur
* Dongengan
* Saputangan
* Dunia Berdamai
* Si Piatu
* Nusul
* Nawala
* Roda Dunia
* Tembok Besar
* Seto Ohashi
* Pandanwangi
* Impenku
* Kalung Mutiara
* Pemuda Dewasa
* Borobudur
* Tirtonadi
* Sandhang Pangan
* Kacu-kacu

Anda mungkin juga menyukai